Top Banner

of 19

BAB III Fix (Repaired)

Oct 29, 2015

Download

Documents

Arifin Pinpin

bab 3
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IIIPEMBAHASAN

Sangiran terletak sekitar 12 kilometer di utara Surakarta, Jawa Tengah. Secara astronomis, Sangiran terletak pada 7.5 Lintang Selatan dan 110.8Bujur Timur. Luas area Sangiran mencapai 8 (delapan) kilometer dari utara ke selatan, dan 4 (empat) kilometer dari timur ke barat yang dicirikan dengan adanya struktur dome yang disebabkan karena suatu erosi.3.1 Litologi Dareah Penelitian3.1.1 Formasi KalibengLokasi pengamatan 1 yang berlokasi di Desa Pablengan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen ini berada sekitar 150 m dari jalan utama. Singkapan ini berada dipinggir sungai Kali Puren dengan koordinat GPS S 070172.58 E 10005028.5.

U

Singkapan ini memiliki dimensi panjang 75 m dan lebar 3 m. Singkapan ini terdiri dari batu lempung yang berwarna abu-abu kebiruan dengan kandungan cangkang binatang laut. Kondisi singkapan lapuk. Singkapan ini merupakan bagian dari Formasi Kalibeng.Litologi singkapan ini adalah batu lempung yang merupakan batuan sedimen klastik berwarna abu-abu kebiruan, berstruktur masif, bersifat karbonatan dengan sisipan fosil moluska dan besar butir lempung. Dari data dan informasi yang didapatkan, singkapan ini terendapkan di laut dangkal.Berikut ini merupakan data hasil pengukuran unsur stuktur:N 2010 E / 490 NW - N 2300 E / 160 NWN 1980 E / 260 NW - N 2320 E / 100 NWN 2350 E / 300 NW - N 2000 E / 300 NWDaerah pengamatan ini memiliki potensi geologi sebagai wisata geologi dan pusat studi paleontologi.

3.1.2 Formasi PucanganLokasi pengamatan 2 yang berlokasi di Desa Dukuh, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen ini berada sekitar 300 m dari jalan utama. Singkapan ini berada pada koordinat GPS S 0702703.91 E 11005003.85.

U

Singkapan ini memiliki dimensi panjang 25 m dan lebar 5 m. Singkapan ini terdiri dari batu lempung yang berwarna abu-abu kehitaman dengan kandungan cangkang binatang laut. Kondisi singkapan sudah lapuk. Singkapan ini merupakan bagian dari Formasi Pucangan.Litologi singkapan ini adalah batu lempung yang merupakan batuan sedimen klastik berwarna abu-abu kebiruan, berstruktur masif, bersifat karbonatan dengan sisipan fosil moluska dan besar butir lempung. Berikut ini merupakan data hasil pengukuran unsur stuktur:N 236 E / 21 NW - N 200 E / 25 NWN 260 E / 31 NW - N 213 E / 20 NWN 225 E / 30 NW - N 205 E / 23 NWDaerah pengamatan ini memiliki potensi geologi sebagai wisata geologi dan pusat studi paleontologi.3.1.3 Formasi Kabuh dan Lapisan GrenzbankLokasi pengamatan 3 yang berlokasi di Desa Dayu, Kecamatan Gondang Resa, Kabupaten Karanganyar ini berada sekitar 500 m dari jalan utama. Singkapan ini berada dipinggir sungai dengan koordinat GPS S 0702834,35 E 11005045.

U

Singkapan ini memiliki dimensi panjang 50 m dan lebar 8 m. Singkapan ini terdiri dari batu pasir dan konglomerat. Batu pasir yang berwarna coklat keabu-abuan dan konglomerat yang berwarna kecoklatan. Kondisi singkapan sudah lapuk. Singkapan ini merupakan bagian dari Formasi Kabuh.Litologi singkapan ini adalah batu pasir dan konglomerat. Batu pasir yang merupakan batuan sedimen klastik berwarna abu-abu kecoklatan, berstruktur perlapisan, bersifat non-karbonatan dengan besar butir pasir sedang, kemas tertutup, fragmen pasir dengan matriks silika dan keadaan yang sudah lapuk. Kandungan mineral batuan ini yaitu kuarsa.Konglomerat merupakan batuan sedimen klastik berwarna coklat, bersifat non-karbonat, kemas tertutup, fragmen andesit dengan matriks pasir dan semen silika, serta kondisi batuan yang sudah lapuk.

U

Lapisan Grenzbank merupakan batuan sedimen dengan material pasir dan gamping yang berwarna coklat, besar butir kerikil hingga kerakal, bersifat karbonat.Berikut ini merupakan data hasil pengukuran unsur stuktur:N 305 E / 5 NE N 6 E / 14 NW N 60 E / 10 NW Daerah pengamatan ini memiliki potensi geologi sebagai wisata geologi dan pusat studi paleontologi.

3.2 Stratigrafi Dareah PenelitaianStaratigrafi daerah penelitian terdiri dari 4 formasi dan 1 lapisan. Urutan formasi dari tua ke muda antara lain Formasi Kalibeng, Formasi Pucangan, Lapisan Greenzbank, Formasi Kabuh. Formasi-foramasi ini tergambar dalam kolom stratigrafi sebagai berikut.

3.2.1 Formasi KalibengFormasi Kalibeng (Pliosen): merupakan perulangan fasies laut mulai dari napal hingga lempung dekat pantai (nearshore deposits) yang ditutupi olehlower lava. Beberapa perubahan muka laut (sealevel changes) dapat kita rinci secara baik, dan merupakan cekungan laut terbuka ketika itu. Tektonik termasuk erupsi gunungapi, dan perubahan muka lautdapat direkonstruksi dengan baik. Pendek kata, siklus-sekuen stratigrafi berbasis astrostratigrafi dapat diterapkan. Proses pembentukan formasi tersebut di bawah kendali tektonik, muka laut. Ketebalan formasi Kalibeng ini lebih dari 130 meter. Formasi Kalibeng ini mengandung fosil foraminifera, moluska laut dan moluska air payau. 3.2.2 Formasi pucanganFormasi Pucangan/Sangiran(Plistosen Bawah): yang terdiri dari lempung hitam hingga abu-abu dengan lapisan tipis pasir yang diikuti oleh lapisan-lapisan moluska dan diatomic. Perubahan muka air danau berkaitan dengan iklim, dan genesa keterkaitannya dengan tektonik dan erupsi gunungapi dapatungkapkan secara baik. Saya interpretasikan, ketika itu sebagai lingkungan tertutup lacustrine. Formasi ini selanjutnya ditutupi oleh grenzbank. Hasil pengamatan, fasies sedimen tersebut dapat dikategorikan sebagai material rombakan, sementara saya sebut sebagai debris flow deposits. Siklus perubahan iklim hubungannya dengan tektonik, erupsi gunungapi, dan evolusi fauna dapat dipelajari secara baik dan rinci. Formasi Pucangan menurut Duyfjes, dari atas ke bawah adalah sebagai berikut :a.Endapan batupasir tufaan setebal 35 m.b.Batupasir tufaan yang mengandung pasir dan napal yang berisi kerang laut setebal 10 m.c.Lapisan lempung berwarna kehijauan setebal 5 m.d.Batupasir kasar, konglomerat dan batuan andesit setebal 100 m. pada lapisan ini ditemukan fosil Pithecanthropus.e.Endapan batupasir tufaan dengan diselingi batulempung; danf.Napal dan batupasir tufaan yang mengandung lempung dan fosil moluska laut stebal 25 m.Di Sangiran selain ditemukan fosil Pithecanthropus Erectus pada formasi pucangan ditemukan pula fosil Meganthropus. Asosiasi hewan lain yang hidup berdampingan dengan hewan tersebut antara lain: penyu, buaya, ikan hiu, dan gajah.3.2.3 Lapisan GreenzbankPada sekitar 0,9 juta tahun lalu terjadi erosi di Pegunungan Selatan. Material erosi berupa pecahan gamping pisoid, dan kerikil vulkanik menyatu di daerah Sangiran dan membentuk lapisan grenzbank setebal 1-4 meter.Dulunya lapisan ini dikategorikan sebagai suatu lapisan pembatas antara Formasi Pucangan dengan Formasi Kabuh akan tetapi setelah dilakukan penelitian,ternyata lapisan ini persebarannya hanya dibeberapa tempat saja sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai lapisan pembatas. Diduga lapisan terbentuk akibat proses kimia lokal berupa leaching.3.2.4 Formasi KabuhFormasi ini berada di atas formasi pucangan di mana pada lapisan paling bawah ini di temukan batu gamping konglomeratan, pelapisan dari lapisan ini tidak selalu menerus karena di temukan beberapa lensa yang terputus seperti yang di temukan di daerah brangkal.Jika di tinjau dari ketebalannya lapisan ini memiliki ketebelan dari 0,5 m sampai dengan 3 m. Lapisan ini tersusun atas fragmen-fragmen yang membulat yang terdiri dari kalsedon dan beberapa batuan lain yang telah mengalami altersi hidrothermal (silifikasi), bercampur dengan pelecypoda yang cangkangnya menebal dan membulat karena adanya proses kalsifikasi dan tesemen secara kuat. Pada lapisan ini banyak ditemukan fosil mamalia, yang terkenal diantaranya adalah ditemukannya fosil Homo erectus. (Formasi Kabuh/ Bapang (Plistosen Tengah): termasuk cekungan sistem fluvial, dan dapat dibedakan menjadi 7 tubuh pasir fluvial (F.1-F.7) yang mengalami pergeseran dari waktu ke waktu, yang selanjutnya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok (F1-F-3), (F4 dan F5), dan F6/F7. Pengelompokkan berdasarkan setiap tubuh pasir dikontrol oleh efek berubahnya iklim, tektonik dan erupsi gunungapi. F1 hingga F3 (Kabuh Bawah) mengalami pergeseran sedikit dan menempati lokasi-lokasi tertentu, demikian pula halnya dengan F4/F5 (Kabuh Tengah) dan F6 dan F7 (Kabuh Atas). Kontak ketiga grup atau keolompok tubuh batupasir tersebut belum diketemukan, sehingga dapat diinterpertasikan bahwa elevasi ketika dibentuknya F. Kabuh diantaranya telah mengalami perubahan atau pergeseran alur secara berangsur dan mendadak (umum terjadi pada cekungan fluvial di bawah pengaruh tektonik/ synsedimentaty tectonics).Endapan pada formasi kabuh terdiri dari endapan yang berasal dari erupsi gunungapi yang berupa batutuff, batupasir dan konglomerat. Ketebalan Formasi Kabuh antara 10 m- 60 m. Alat-alat batu purba ditemukan pada formasi ini sedangkan asosiasi hewan yang hidup adalah kura-kura, babi, badak, banteng, kerbau, gajah, kuda nil, dan rusa. Dengan ditemukannya alat-alat batu seperti tersebut di atas menunjukan bahwa manusia pada waktu itu telsh mengenal alat -alat perburuan dalam rangka memenuhi kebutuhan.

3.2.5 Formasi NotopuroFormasi Notopuro berumur plestosen atas, yang terdiri dari endapan lahar yang berbentuk breksi andesit dan konglomerat. Dengan adanya breksi laharik dan batupasir silangsiur dengan ketebalan sekitar 2 m hingga 45 m tersebut menunjukkan bahwa pada masa Plestosen Atas telah terjadi banjir lahar yang besar.

3.3 Struktur Geologi Daerah PenelitianStruktur daerah ini berupa kubah yang membentang dari arah timur laut ke selatan barat daya, struktur kubah ini belum begitu lama, sekitar 500.000 tahun yang lalu, hal ini dilihat dari formasi batuan termuda yang ikut terlipat (Wartono Rahardjo, 2005). Ada beberapa kemungkinan terbentuknya struktur kubah ini, Van Bemmelen (1949) berpendapat bahwa struktur ini suatu akibat dari gaya kompresif yang berhubungan dengan proses longsornya gunung Lawu tua. Sedangkan Van Gorsel (1987) berpendapat bahwa struktur lipatan ini sebagai akibat dari proses wrenching atau mungkin juga karena proses pembentukan gunung api yang baru mulai, sehingga gaya tersebut terus menekan ke arah tengah, sehingga terbentuknya struktur kubah tadi.Akan tetapi karena adanya proses erosi yang disebabkan oleh sungai Cemoro dan sungai Brangkal yang melintasi daerah tersebut, menjadikan struktur kubah itu sekarang sudah tidak begitu lagi. Dan sekarang yang tersisa bentukan sebuah cekungan yang dikelilingi oleh perbukitan melingkar, sehingga yang tampak merupakan struktur kebalikan dari struktur awal, hal demikian ini biasa disebut inverse topography. Struktur dari kubah tadi juga mengakibatkan terjadinya struktur sesar serta kekar pada daerah Sangiran, sesar yang paling dalam yang terjadi mengakibat terjadinya Mud Vulcano.

3.4 Geomorfologi Daerah PenelitianBentang alam Sangiran secara umum dapat dibedakan atas satuan morfologi perbukitan dan satuan morfologi dataran. Dalam bentang alam tersebut mengalir 2 buah sungai besar yaitu kali Cemoro dan kali Ngrejeng. Kali Cemoro merupakan sungai terbesar di daerah ini yang mengalir dari barat ke timur membelah sayap kubah Sangiran sampai pusat kubahnya. Aliran sungai ini hamper memotong semua batuan di tempat-tempat yang dilaluinya dari yang tertua sampai yang termuda. Sungai besar lainnya yaitu kali Ngrejeng yang mengalir di daerah sangiran sebelah utara. Sungai ini memotong sayap utara sebelah utara kubah Sangiran dan membelah satuan breksi laharik formasi kabuh dan satuan batu lempung serta Napal dari formasi Pucangan.Satuan morfologi dataran membentang disekeliling daerah Sangiran dan tersusun oleh breksi laharik formasi Notopuro. Satuan dataran yang lain tersebar di lembah-lembah kali Cemoro, kali Ngrejeng dan kali Kedungdowo. Satuan litologinya berupa endapan alluvial.Satuan morfologi perbukitan tersebar mengelilingi daerah Sangiaran berupa bukit-bukit kecil yang diselingi oleh dataran sempit. Satuan ini juga tampak pada daerah-daerah tebing terjal yang merupakan perbatasan antara formasi Notopuro dan formasi Kabuh.Satuan perbukitan yang lain terdapat pada bagian dalam kubah Saniran (Sangiran Dome). Pada daerah ini satuan perbukitan telah tersingkap membentuk lembah yang luas.Pada bagian tengah kubah Sangiran terdapat sebuah bukit kecil yang terbentuk oleh aliran lahar dari formasi Pucangan bawah. Di kanan kiri bukitb tersebut terdapat cekungan yang berisi endapan lempung laut dari formasi kalibeng.

3.5 Museum SangiranMuseum Purbakala Sangiran terletak di Desa Krikilan Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen kurang lebih 3 Kilometer dari Jalan Solo Purwodadi. Museum ini dibangun pada tahun 1980 yang menempati areal seluas 16.675 meter persegi.Sangiran merupakan situs terpenting untuk ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoanthropologi, geologi dan tentu saja untuk bidang kepariwisataan. Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat dalam mempelajari kehidupan manusia prasejarah karena situs ini dilengkapi dengan koleksi fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia prasejarah, fosil-fosil flora fauna prasejarah beserta gambaran stratigrafinya.Fosil-fosil yang pernah ditemukan di sangiran pasti akan dibuat duplikasinya dan dipajang di dalam Museum Sangiran, fosil tersebut dipajang untuk membuktikan keberadaan fosil di Sangiran. Adapun koleksi fosil di Museum Sangiran, antara lain :1. Fosil manusia, antara lain: Australopithecus africanus, Pithecanthropus mojokertensis(Pithecantropus robustus), Meganthropus palaeojavanicus, Pithecanthropus erectus, Homo soloensis, Homo neanderthalEropa, Homo neanderthalAsia, dan Homo sapiens.2. Fosil binatang bertulang belakang, antara lain: Elephas namadicus(gajah), Stegodon trigonocephalus(gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus palaeokarabau(kerbau), Felis palaeojavanica(harimau), Sus sp(babi), Rhinocerus sondaicus(badak), Bovidae(sapi, banteng), dan Cervus sp (rusa dan domba).3. Fosil binatang air, antara lain: Crocodillus sp(buaya), ikan dan kepiting, gigi ikan hiu, Hippopotamus sp(kuda nil), Mollusca(kelasPelecypodadanGastropoda), Chelonia sp(kura-kura), dan Foraminifera.4. Batu-batuan , antara lain : Meteorit/Taktit, Kalesdon, Diatome, Agate, Ametis5. Alat-alat batu, antara lain : serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu, dan kapak perimbas-penetak.6. Koleksi lainnya :a. Fosil kayu yang terdiri dari: Fosil kayuTemuan dari Dukuh Jambu, Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Ditemukan pada 1995 di lapisan tanah lempung berwarna abu-abu ditemukan pada Formasi Pucangan. Fosil batangpohonTemuan dari Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Fosil ini ditemukan pada 1977 di lapisan tanah lempung berwarna abu-abu dari endapan ditemukan pada Formasi Pucangan.b. Tulang hasta (Ulna) Stegodon trigonocephalusDitemukan di kawasan cagar sangiran pada 23 November 1975 di tanah lapisan lempung berwarna abu abu Formasi Kabuh Bawah.c. Tulang pahaDitemukan di Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen pada 4 Februari 1989 pada lapisan tanah lempung berwarna abuabu dari endapan ditemukan pada Formasi Pucangan Atas.d. Tengkorak kerbauDitemukan oleh Tardi pada 20 November 1992 di Dukuh Tanjung, Desa Dayu Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar pada lapisan tanah berwarna coklat kekuning-kuningan yang bercampur pasir ditemukan Formasi Kabuh.e. Gigi Elephas namadicusDitemukan di situs cagar budaya sangiran pada 12 Desember 1975 di lapisan tanah pasir bercampur kerikil berwarna cokelat ditemukan pada Formasi Kabuh. Fragmen gajah purba yang mengindikasikan habitat hidupnya di daerah cagar budaya sangiran. Jenis-jenisnya adalah:MastodonStegodonElephasf.Tulang rusuk (casta) Stegodon trigonocephalusDitemukan oleh Supardi pada 3 Desember 1991 di Dukuh Bukuran, Desa Bukuran Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen pada lapisan lempung berwarna abu abu dari endapan Formasi Pucangan Atas.g. Ruas tulang belakang (vertebrae)Ditemukan di situs cagar budaya sangiran pada 15 Desember 1975 di lapisan tanah pasir berwarna abu abu pada Formasi Kabuh Bawah.h. Tulang jari (phalanx)Ditemukan di situs sangiran pada 28 oktober 1975 di lapisan tanah pasir kasar berwarna cokelat kekuning-kuningan pada Formasi Kabuh.i. Rahang atas Elephas namadicusRahang ini dilengkapi sebagian gading ditemukan oleh Atmo di Dukuh Ngrejo, Desa Samomorubuh Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen pada 24 April 1980 pada lapisan Grenzbank antara Formasi Pucangan dan Kabuh.j.Tulang kaki depan bagian atas (humerus)Bagian fosil ditemukan oleh Warsito Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen pada 28 Desember 1998 di lapisan tanah lempung berwarna abu abu dari Formasi Pucangan Atas.k. Tulang keringDitemukan oleh Warsito di Dukuh Bubak Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen pada 4 januari 1993 di lapisan tanah lempung berwarna abu abu dari Formasi Pucangan Atas.l.Fosil MoluscaKlas Pelecypoda dan Klas Gastropoda.m. Binatang air Tengkorak buaya (Crocodilus sp.) ditemukan pada 17 Desember 1994 oleh Sunardi di Dukuh Blimbing, Desa Ngebung, Kecamatan kalijambe kabupaten Sragen pada Formasi Pucangan. Kura kura (Chlonia sp.) ditemukan pada 1 Februari 1990 oleh Hari Purnomo, Dukuh Pablengan, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen pada Formasi Pucangan. Ruas tulang belakang ikan ditemukan pada tanggal 20 November 1975 oleh Suwarno di Desa Bukuran, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen pada formasi pucangan.

3.6 Evolusi Manusia Purba RamapithecusRamapithecus adalah primata paling purba dengan tinggi tidak lebih dari 1 meter. Temuan beberapa gigi serta sejumlah kepingan rahang atas dan bawah mempunyai bentuk homind. Australopithecus africanusSelain memakan tumbuhan dan buah, manusia ini juga menjadi pemakan daging, sehingga mereka merupakan spesies pertama yang melakukan perburuan binatang besar. Temuan tulang binatang yang berasosiasi langsung dengan fosil Australopithecus membuktikan hal tersebut. Australopithecus boisei dan Australophitecus robustusAustralopithecus boisei dan Australophitecus robustus adalah dua jenis Australophitecus bertipe kekar. Perbedaan tipe kekar dan ramping (Australopithecus africanus) ini merupakan penyesuaian terhadap makanan yang berbeda. Tipe kekar diperkirakan sebagai vegetarian sejati yang menggantungkan makanan sepenuhnya kepada tumbuh-tumbuhan dan daun-daunan keras yang memerlukan komponen penghancur dan menggiling yang kuat. Ciri yang menonjol adalah pada bagian tengah atap tengkorak ditemukan igir yang memanjang ke belakang. Ini merupakan pertautan otot pengunyah dengan tulang perietal. Homo habilisHomo habilis merupakan jenis pertama yang memiliki kebudayaan. Mereka menciptakan alat-alat batu dengan teknik yang sederhana ditambah Olduvai. Kebudayaan mereka pun dikenal denagan kebudayaan Oldowan. Homo erectusHomo erectus adalah manusia penjelajah pertama di dunia. Homo erectus mampu menyebar ke berbagai belahan dunia dan beradabtasi denagan baik di iklim Plestosen.Berdasarkan periode hidupnya,Homo erectusmemiliki 3 tingkatan evolusi, yaituHomo erectus arkaikyang hidup 1,5 juta hingga 1 juta tahun lalu,Homo erectus tipikhidup antara 900 ribu hingga 300 tahun lalu, sertaHomo erectus progresif yang hidup antara 200 ribu hingga 100 ribu tahun lalu. Analisa bentuk tubuh terhadap fosil manusia purba Sangiran terkait dengan 2 (dua) jenis, yang pertama, yaituHomo erectus arkaikserta keturunannya,Homo erectus tipik. SementaraHomo erectus progresifmemang belum pernah ditemukan di Sangiran, namun tingkatan evolusi ini telah ditemukan di Ngandong (Kabupaten Blora), Sambungmacan (Kabupaten Sragen) dan Selopuro (Kabupaten Ngawi). Cro-MagnonManusia Cro-Magnon adalah seniman ulung pertama, meninggalkan warisan kaya dalam bentuk lukisan gua, patahan dan patung ukir. Homo sapiensSejak 100.000 tahun silam, spesies ini telah berkembang dengan pesat. Dengan kemampuan dimilikinya ia mampu menciptakan peradaban dan teknologi tinggi. Homo florensisManusia Flores diperkirakan sebagai keturunan Homo erectus, yang memiliki otak besar, berukuran penuh dan menyebar dari Afrika ke Asia sekitar dua juta tahun lalu.Para ilmuwan menduga kalau Manusia Flores hidup pada waktu yang sama dengan manusia modern dan menjadi punah setelah letusan gunung berapi yang besar di pulau, sekitar 12 ribu tahun lalu.

BAB IVSEJARAH GEOLOGI

Sejarah geologi daerah penelitian didasarkan dari analisis analisis yang sudah dilakukan sebelumnya, mulai dari analisis Geomorfologi, fosil serta Stratigrafi pada daerah penelitian yang kemudian dirangkai menjadi suatu sejarah geologi.Sedimen pada awalnya diendapkan pada posisi mendatar. Tenaga endogen akibat pergerakan lempeng tektonik di selatan Pulau Jawa disertai tenaga endogen berupa gaya pembenan dari endapan sedimen di sekitar sangiran mengakibatkan daerah Sangiran terangkat dan membentuk lipatan/kubah. Sumbu lipatan/puncak kubah merupakan daerah paling banyak terdapat retakan sehingga muda tererosi bahkan sampai membentuk cekungan. Aktivitas erosi ini ang menghadirkan rekaman kehidupan masa lalu dari endapan sedimen tua bumi Sangiran.Landscape Sangiran dibentuk oleh berbagai proses geologis dan geomorfologis selama lebih dari 2 juta tahun. Proses geologis yang terkontrol oleh tenaga endogen, melipat struktur batuan di sebagian wilayah Depresi Solo ini hingga membentuk struktur kubah (dome). Akibat tenaga tersebut, lapis-lapis raksasa yang dibentuk oleh endapan laut purba, danau purba, rawa purba, dan muntahan material gunung api-gunung api purba selama beberapa tahap, membumbung menjadi sebuah tinggian atau semacam pulau kecil di tengah cekungan raksasa Depresi Solo.Proses geomorfologis (eksternal) pun turut mengimbangi kejadian alam ini, dengan menyingkap dan membelah lapis-lapis tebal batuan pembentuk kubah, hingga ke sedimen dasar laut berumur Miosen Pliosen yang dikenal sebagai Formasi Kalibeng. Proses geomorfologis ini tidak dapat dilepaskan dari peran Kali Cemoro berikut anak-anak sungainya yang secara menerus menorah inti Kubah Sangiran secara vertikal hingga menampakkan lapis batuan tertua. Geliat alurnya secara horizontal juga mampu mengikis, melongsorkan, hingga memperlebar tebing-tebing di kanan-kirinya. Dari sanalah, sebagian besar jejak kehidupan purba itu muncul.Proses geomorfologis (eksternal) pun turut mengimbangi kejadian ala mini, dengan menyingkap dan membelah lapis-lapis tebal batuan pembentuk kubah, hingga ke sedimen dasar laut berumur Miosen Pliosen yang dikenal sebagai Formasi Kalibeng. Proses geomorfologis ini tidak dapat dilepaskan dari peran Kali Cemoro berikut anak-anak sungainya yang secara menerus menorah inti Kubah Sangiran secara vertikal hingga menampakkan lapis batuan tertua. Geliat alurnya secara horizontal juga mampu mengikis, melongsorkan, hingga memperlebar tebing-tebing di kanan-kirinya. Dari sanalah, sebagian besar jejak kehidupan purba itu muncul.Di lapisan bawah terdapat lempung biru dari Formasi Kalibeng dengan usia 2,4 juta tahun yang menunjukkan bahwa lingkungan Sangiran saat itu merupakan lingkungan laut dalam,hal ini dibuktikan dengan penemuan fosil moluska laut serta fosil gigi ikan hiu, pengendapannya sediri terbentuk pada Kala Pliosen. Pada awal Kala Plestosen Bawah, sekitar 1,7 juta tahun lalu, diendapkan lahar vulkanik Gunung Lawu Purba yang berada pada bagian bawah lempung hitam, Formasi Pucangan. Lapisan lahar ini mengubah lingkungan Sangiran, dari lingkungan laut dalam menjadi lingkungan darat, berupa daerah rawa.Pada sekitar 0,9 juta tahun lalu terjadi erosi di Pegunungan Selatan. Material erosi berupa pecahan gamping pisoid, dan kerikil vulkanik menyatu di daerah Sangiran dan membentuk lapisan grenzbank setebal 1-4 meter. Saat ini Sangiran telah total menjadi daratan secara permanen.Periode berikutnya terjadi letusan hebat gunung yang berada di sekitar Sangiran yang memuntahkan jutaan kubik endapan vulkanik melalui sungai-sungai sehingga menutupi grenzbank di Sangiran. Endapan vulkanik setebal kurang lebih 40 meter ini dikenal dengan nama Formasi Kabuh. Usia lapisan tanah ini sekitar 700.000-250.000 tahun lalu.Lapisan tanah berikutnya, Formasi Notopuro, menutupi Formasi Kabuh dengan material batuan andesit berukuran kerikil hingga boulder. Material yang beragam serta ketebalan lapisan dari material vulkanik yang ada menunjukkan pada zaman tersebut terjadi aktivitas vulkanisme yang intensif seperti pada gunung Merapi, Galunggung. Pengendapan lahar ini berlangsung cukup singkat, kurang lebih selama 70.000 tahun.

BAB VKESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang tim penulis lakukan dapat simpulkan bahwa Sangiran adalah situs paleo-antropologi di daerah Jawa Tengah, tepatnya di daerah sragen dan karanganyar yang Memiliki luas 56 km2 .Situs Sangiran merupakan kawasan yang tersingkap lapisan tanahnya akibat proses orogenesa (pengangkatan dan penurunan permukaan tanah) dan kekuatan getaran di bawah permukaan bumi (endogen) maupun di atas permukaan bumi(eksogen). Aktifitas alam mengakibatkan tersingkapnya lapisan tanah/formasi periodepleistocenyang susunannya terbentuk pada tingkat-tingkatpleistocenbawah (lapisan Pucangan),pleistocentengah (lapisan Kabuh), danpleistocenatas (lapisan Notopuro). Fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di laipsan-lapisan tersebut berasosiasi dengan fosil-fosil fauna yang setara dengan lapisan Jetis, lapisan Trinil, dan lapisan Ngandong.Bentang alam Sangiran secara umum dapat dibedakan atas satuan morfologi perbukitan dan satuan morfologi dataran. Morfologi sangiran terjadi akibat pelipatan morfologi secara umum di Sangiran, sehingga terjadi pengangkatan Sangiran ke dalam bentuk kubah raksasa. Erosi berlangsung terus-menerus di puncak kubah sehingga menghasilkan cekungan besar yang saat ini menjadi ciri khas dari morfologi situs Sangiran.

Manusia purba bisa sampai ke daerah sangiran tidak lepas dari proses glasialisasi dengan terbentuknya jembatan darat, jembatan darat tersebut terbentuk akibat penurunan muka air laut hingga kedalamam 100m sehingga laut jawa, laut cina selatan dan laut Sumatra yang kedalamannya kurang dari 100m menjadi daratan. sehingga memudahkan manusia purba yang asalnya dari benua afrika untuk bermigrasi dan beradaptasi. Manusia purba bermigrasi akibat suhu yang ekstrim di tempat asalnya, sehingga sampai ke daerah sangiran Jawa Tengah. Disini tempat yg sangat cocok untuk manusia purba dimana banyaknya makan dan aliran air serta iklim yang sesuain untuk hidup dan berkembang. Manusia purba punah akibat proses iklim yang ekstrim dimana pada awalnya merupakan daerah padang rumput yang banyak di aliri air menjadi ladang tandus yang kering, lalu ada juga yang menyimpulkan akibat aktivitas volkanisme, dan yang terakhir akibat hujan meteorit yang sifatnya hampir sama seperti yang memunahkan dinosaurus jutaan tahun yang lalu. Tapi alasan yang pertama merupakan alasan yang paling mendukung punahnya manusia purba di sangiran.