BAB IIITINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari
tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati,
disertai tanda perdarahan dikulit berupa petechie, purpura,
echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena,
hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau
renjatan.2.2 Epidemiologi
Demam berdarah dengue di Indonesia pertama kali dicurigai
terjangkit di Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian
virologiknya baru diperoleh pada tahun 1970. Demam berdarah dengue
pada orang dewasa dilaporkan pertama kali oleh Swandana (1970) yang
kemudian secara drastis meningkat dan menyebar ke seluruh Dati I di
Indonesia. Faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran
kasus Demam Berdarah Dengue sangat kompleks, yaitu :
Pertumbuhan penduduk yang tinggi
Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali
Tidak ada kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah
endemis
Peningkatan sarana transportasi.
Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di
setiap tempat, maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk
setipa tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi
mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak
terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.2.3
Etiologi2.3.1 Agent Infeksius
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini termasuk
dalam grup B Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus
dari family flaviviridae, yang terdiri dari empat serotipe, yaitu
DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4. Masing-masing saling berkaitan sifat
antigennya dan dapat menyebabkan sakit pada manusia.Keempat tipe
virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. DEN 3
merupakan serotipe yang paling sering ditemui selama terjadinya KLB
di Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN 4. DEN 3 juga merupakan
serotipe yang paling dominan yang berhubungan dengan tingkat
keparahan penyakit yang menyebabkan gejala klinis yang berat dan
penderita banyak yang meninggal.2.3.2 Vektor Penular
Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lain melalui
gigitannya. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penting di daerah
perkotaan (daerah urban) sedangkan daerah pedesaan (daerah rural)
kedua spesies nyamuk tersebut berperan dalam penularan.2.4
Mekanisme Penularan
Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia
dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya
dapat ditularkan melalui nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini
termasuk kedalam kelompok arthropod borne diseases. Virus dengue
berukuran 35-45 nm. Virus ini dapat terus tumbuh dan berkembang
dalam tubuh manusia dan nyamuk.
Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi
dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue
masuk ke dalam tubuh nyamuk pada saat menggigit manusia yang sedang
mengalami viremia, kemudian virus dengue ditularkan kepada manusia
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang
infeksius.Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue
(infektif) merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam
darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam (masa inkubasi
instrinsik). Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus
dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk.
Selanjutnya virus akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh
bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar saliva. Kira-kira satu
minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi
ekstrinsik), nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang
lain. Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang
hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap
virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya.
Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit
(menusuk), sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur
melalui saluran alat tusuknya (probosis), agar darah yang dihisap
tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan
dari nyamuk ke orang lain. Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang
dapat menularkan virus dengue.
Nyamuk betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic)
dari pada darah binatang. Kebiasaan menghisap darah terutama pada
pagi hari jam 08.00-10.00 dan sore hari jam 16.00-18.00. Nyamuk
betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah
berkali-kali dari satu individu ke individu lain (multiple biter).
Hal ini disebabkan karena pada siang hari manusia yang menjadi
sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak
sehingga nyamuk tidak bisa menghisap darah dengan tenang sampai
kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang menyebabkan
penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.Tempat Potensial
Bagi Penularan Penyakit DBD
Penularan penyakit DBD dapat terjadi di semua tempat yang
terdapat nyamuk penularnya. Tempat-tempat potensial untuk
terjadinya penularan DBD adalah :
Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis)
Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang
yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya
pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar.
Tempat-tempat umum itu antara lain :
Sekolah
Anak murid sekolah berasal dari berbagai wilayah, merupakan
kelompok umur yang paling rentan untuk terserang penyakit DBD.
Rumah Sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya:
Orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya
adalah penderita DBD, demam dengue atau carier virus dengue.
Tempat umum lainnya seperti : Hotel, pertokoan, pasar, restoran,
tempat-tempat ibadah dan lain-lain.
Pemukiman baru di pinggiran kota, karena di lokasi ini, penduduk
umumnya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya
terdapat penderita atau carier yang membawa tipe virus dengue yang
berlainan dari masing-masing lokasi awal.2.5 PathogenesisVirus
dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi yang
amat berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi yang
berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Hipotesis infeksi
sekunder (the secamdary heterologous infection/ the sequential
infection hypothesis) menyatakan bahwa demam berdarah dengue dapat
terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali
mendapat infeksi berulang dengue lainnya. Reinfeksi ini akan
menyebabkan suatu reaksi amnestif antibodi yang akan terjadi dalam
beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limsofit
dengan menghasilkan titik tinggi antibodi Ig G antidengue.
Disamping itu replikasi virus dengue terjadi juga dalam limsofit
yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah
banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks
antigen antibodi (virus antibody complex) yang selanjutnya akan
mengakibatkan aktivasi sistem komplemen pelepasan C3a dan C5a
akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitis
dinding pembuluh darah dan merembesnya plasing dari ruang
intravascular ke ruang ekstravaskular.
2.6 Manifestasi Klinis
Demam
Demam tinggi yang mendadak, terus-menerus berlangsung selama 2-7
hari, naik turun (demam bifosik). Kadang-kadang suhu tubuh sangat
tinggi sampai 400 C dan dapat terjadi kejan demam. Akhir fase demam
merupakan fase kritis pada demam berdarah dengue. Pada
saat fase demam sudah mulai menurun dan pasien seajan sembuh
hati-hati karena fase tersebut sebagai awal kejadian syok, biasanya
pada hari ketiga dari demam.
Tandatanda perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah adalah
vaskulopati, trombosipunio gangguan fungsi trombosit serta
koasulasi intravaskuler yang menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak
adalah perdarahan bawah kulit seperti retekia, purpura, ekimosis
dan perdarahan konjungiva. Petechia merupakan tanda perdarahan yang
sering ditemukan. Muncul pada hari pertama demam tetepai dapat pula
dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Perdarahan lain yaitu, epitaxis,
perdarahan gusi, melena dan hematemesis.
HepatomegaliPada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit
bervariasi dari haya sekedar diraba sampai 2-4 cm di bawah arcus
costa kanan. Derajat hepatomegali tidak sejajar dengan beratnya
penyakit, namun nyeri tekan pada daerah tepi hepar berhubungan
dengan adanya perdarahan.Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis
menghilang setelah demam turun disertai keluarnya keringat,
perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, akral teraba dingin
disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala
gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembasan plasma yang
dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus berat, keadaan
umum pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam pada
saat atau beberapa saat setelah suhu turun, antara 3 7, terdapat
tanda kegagalan sirkulasi, kulit teraba dingin dan lembab terutama
pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi
gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak teraba, pada saat
akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut.
2.7 Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Pada demam berdarah dengue umum dijumpai trobositopenia
(38,50C)
2. Cairan per oral dan atau intravena (cairan rumatan, cairan
rehidrasi sesuai derajat dehidrasi, atau cairan resusitasi)
Cairan dapat berupa kristaloid, koloid.
Kristaloid isotonik harus digunakan selama masa kritis.
Cairan koloid digunakan pada pasien dengan perembesan plasma
hebat, dan tidak ada respon pada minimal volume cairan kristaloid
yang diberikan.
Volume cairan rumatan + dehidrasi 5% harus diberikan untuk
menjaga volume dan cairan intravaskuler yang adekuat.
Kecepatan cairan intravena harus disesuaikan dengan keadaan
klinis.
Pada pasien obesitas, digunakan berat badan ideal sebagai acuhan
untuk menghitung volume cairan.
Tabel 1. Kecepatan cairan intravena
Keterangan*Kecepatan cairan (ml/kg/jam)
Setengah rumatan
Rumatan (R)
Rumatan + 5% defisit
Rumatan + 7% defisit
Rumatan + 10% defisit1,5
3
5
7
10
* Catatan: sesuai untuk berat badan diberikan 10 20 ml/kg BB/ 1
jam.
2. Pada kasus yang berat (grade IV) dapat diberikan bolus 10
ml/kg BB (1 x atau 2 x).
3. Jika renjatan berlangsung terus (HCT tinggi) diberikan
larutan koloidal (Dextran atau Plasma) sejumlah 10 20 ml/kg BB/ 1
jam.
2. Tranfusi darahDiberikan pada :
Kasus dengan renjatan yang sangat berat atau renjatan yang
berkelanjutan.
Gejala perdarahan yang nyata, misal : hematemesis dan
melena.
Pemberian darah dapat diulang sesuai dengan jumlah yang
dikeluarkan.Jika jumlah thrombocyte menunjukkan kecenderungan
menurun
Antipiretika : yang diberikan sebaiknya Parasetamol (mencegah
timbulnya Efek samping pedarahan dan asidosis)
Obat penenang : diberikan pada kasus yang sangat gelisah. Dapat
diberikan Valium 0,3 0,5 mg/kgBB/kali (bila tidak terjadi gangguan
system pernapasan) atau Largactil 1 mg/kgBB/kali. Bila penderita
kejang dapat diberikan kombinasi Valium (0,3 mg/kgBB) i.v. dan
diikuti Dilantin (2 mg/kgBB/jam 3 kali sehari).
4. Oksigen5. Koreksi asidosis Nabic dapat diberikan 1 2
mEq/kgBB, diberikan dengan kecepatan 1 mEq/menit, atau jumlah Nabic
dapat dihitung dengan rumus : Kebutuhan Nabic : 0,5 x BB x Defisit
HCO3- atau 0,3 x BB x Base defisit6. Koreksi kelainan-kelainan yang
terjadi7. Kortikosteroid Penggunaannya masih controversial pada
pengobatan DSS Bisa diberikan dengan dosis :
Hidrokortison 6 8 mg/kgBB/ 6 8 jam i.v.
Methyl prednisolon 30 mg/kgBB/hari i.v.
Dexamethazon 1 2 mg/kgBB sebagai dosis awal, kemudian 1
mg/kgBB/hari i.v.
8.Dopamine.
Edukasi1. Tirah baring2. Pengobatan utama adalah cairan3.
Monitor tanda kegawatan4. Melaksanakan upaya pencegahan 3M plus5.
Identifikasi gejala serupa pada lingkungan; rumah6. Formulir
pelaporan kasus DBD ke dinas kesehatan untuk diberikan ke RT/RW
tempat tinggal pasien.Indikator Medis
1. Bebas deman 24 jam tanpa antipiretik
2. Hemodinamik stabil
3. Kembalinya nafsu makan
4. Perbaikan klinis
5. Produksi urin cukup
6. Tidak ditemukan distress napas dari pleura dan atau
acites
7. Trombosit >50.000 dengan kecenderungan meningkat
8. Hematokrit stabil
9. Tidak ada bukti perdarahan baik internal maupun eksternal
10. Tidak muntah dan tidak ada nyeri perut
11. Dua hari pasca syok
12. Mulai timbul ruam penyembuhan.
2.12 PrognosisKematian akibat demam berdarah dengue cukup
tinggi.
Quo ad vitam: Bonam
Quo ad sanationam: Bonam
Quo ad fungsionam: Bonam
2.13 Pencegahan
Memutuskan rantai penularan dengan cara :
Menggunakan insektisida :
Malathion (adultisida) dengan pengasapan
Temephos (larvasida) dimasukkan ketempat penampungan air
bersih.
Tanpa Insektisida :
Menguras bak mandi dan tempat penampungan air bersih minimal 1x
seminggu.
Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas, botol-botol
pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.2.14 Syok
pada Anak
Syok adalah syndrome gawat akut akibat ketidakcukupan perfusi
dalam memenuhi kebutuhan tubuh. Hal ini disebabkan oleh peningkatan
kebutuhan metabolik (kebutuhan oksigen) atau penurunan pasokan
metabolik. Ketidakcukupan akan pasokan oksigen mengakibatkan tubuh
merespon dengan merubah metabolisme energi sel menjadi anaerobic,
akibatnya dapat terjadi asidosis laktat. Jika perfusi oksigen ke
jaringan terus berkurang maka respon system endokrin, pembuluh
darah, inflamasi, metabolisme, seluler dan sistemik akan muncul dan
mengakibatkan pasien menjadi tidak stabil.
Syok adalah proses yang progresif, dimana apabila tubuh tidak
mampu mentoleransi maka dapat mengakibatkan kerusakan irreversible
pada organ vital dan dapat menyebabkan kematian. Syok memiliki pola
patofisiologi, manisfestasi klinis, dan pengobatan berbeda
tergantung pada etiologinya. Hypovolemic dan septic syok adalah
syok yang paling sering dijumpai pada anak- anak, cardiogenik syok
dijumpai pada neonatus yang memiliki kelainan jantung congenital
juga pasca bedah kelainan jantung congenital syok bisa terjadi pada
anak yang lebih dewasa.
Syok sering menimbulkan sindrom respon inflamasi sistemik dan
sindrom kegagalan multiorgan. Kegagalan kardiovaskular diakibatkan
oleh kekurangan kardiak output (CO), sistemik vascular resistance
(SVR), atau keduanya. CO adalah hasil dari heart rate dan stroke
volume. Stroke volume ditentukan oleh tekanan pengisian ventrikel
kiri dan kontraksi miokard. SVR menggambarkan tahanan ke ejeksi
ventrikel kiri (afterload). Di dalam kamus "shock," yang didominasi
vasokonstriksi di klasifikasikan sebagai "cold shock" dan yang
didominasi oleh vasodilatasi disebut "warm shock." Pengenalan dan
manajemen yang dini dari berbagai tipe dan kegagalan sirkulasi
adalah sangat krusial untuk mengembalikan perfusi jaringan yang
adekuat sebelum kerusakan organ menjadi irreversible.
Epidemiologi
Kejadian syok pada anak dan remaja sekitar 2% pada rumah sakit
di Amerika serikat, dimana angka kematian sekitar 20-50% kasus.
Hampir seluruh pasien tidak meninggal pada fase hipotensi tapi
karena hasil dari satu atau lebih komplikasi akibat syok. Disfungsi
multiple organ meningkatkan resiko kematian( satu organ 25%
kematian, dua organ 60% kematian, tiga organ atau lebih
>85%)Angka kematian syok pada anak menurun sebanding dengan
tingkat edukasi yang baik, dimana pengenalan awal syok dan
management yang baik dan cepat memberi kontribusi
lebih.PatofisiologiMetabolisme aerobic sel bisa menghasilkan 36
Adenosin Triphosphate, sedangkan pada sel yang kekurangan oksigen
(syok) sel akan merubah system metabolisme aerobic menjadi
anaerobic, yang mana hanya menghasilkan 2 ATP molekul tiap molekul
glukosa dan hasil pembentukan dan penimbunan asam laktat. Akhirnya
metabolisme sel tidak cukup menghasilkan energi homeostasis sel,
sehingga mengakibatkan gangguan pertukaran ion melalui membrane
sel. Dimana terjadi akumulasi sodium didalam sel dengan pengeluaran
potassium dan penumpukan cytosolic calsium. Sel menjadi membengkak,
membrane sel hancur, dan terjadilah kematian sel. Kematian yang
luas dari sel menghasilkan kegagalan pada banyak organ, jika
irreversible maka pasien meninggal. Kekacauan metabolic sel mungkin
terjadi dari kekurangan oksigen yang absolute ( hipoksia syok )
atau kombinasi hipoksia dan kekurangan substrat khususnya glukosa,
disebut sebagai iskemic syok.
Anak-anak bukan orang dewasa yang kecil. Kalimat ini harus
dipahami dengan benar ketika membicarakan distribusi total cairan
tubuh dan respon kompensasi kardiovaskular pada anak-anak selama
keadaan insufisiensi sirkulasi yang progresif. Gejala dan tanda
syok yang dapat dengan mudah dilihat pada orang dewasa mungkin
tidak akan terlihat pada anak, mengakibatkan terlambatnya
pengenalan dan mengabaikan keadaan syok yang parah. Walaupun anak
lebih besar persentase total cairan tubuhnya tapi untuk melindungi
mereka dari kolaps kardiovaskular, peningkatan sisa metabolik
rata-rata, peningkatan insensible water loss, dan penurunan renal
concentrating ability biasanya membuat anak lebih mudah terjadi
hipoperfusi pada organ. Gejala dan tanda awal dari berkurangnya
volume dapat tidak diketahui pada anak-anak, tapi sejalan dengan
perkembangan penyakit, penemuan gejala dan tanda menjadi dapat
ditemukan sama seperti orang dewasa.
Gejala KlinisKompensasiDekompensasiIrreversibel
Kehilangan Darah %25%25-40%>40%
Frekuensi JantungTakikardia +Takikardia
++Takikardia/Bradikardi
Volume NadiNormal/MenurunMenurun +Menurun ++
Pengisian KapilerNormal/MeningkatMeningkat +Meningkat --
KulitDingin, pucatDingin, mottledPucat mati
RRTakipnue +Takipnue ++Sighing respiration
Tingkat Kesadaran Agitasi ringanBerkooperasiBereaksi hanya pada
rasa sakit atau tidak responsive
Tipe dan Jenis Syok
Tipe
SyokSeptikKardiogenikDistributif
Hipovolemik
Obstruktif
Karakteristik
Infeksi
organisme melepaskan toksin
yang mempengaruhi
distribusi darah,
cardiac output
dan lainnya
Kegagalan
jantung dalam
memompa
darah untuk
memenuhi
kebutuhan
tubuh
1.Kelainan
saraf:
Mengganggu
keseimbangan cairan
sehingga
memudahkan
terjadinya
asidosis
2.Overdosis
dosis obat
yang
mengganggu
distribusi
cairanMenurunnya jumlah
cairan :
Menyebabkan
menurunnya
CO;
asidosis
metabolic
membuat
volume
intravaskuler
berkurang
dan perfusi
kejaringan
menurun;
gangguan
keseimbangan
elektrolitCO rendah; sianosis; tekanan
nadi rendah
EtiologiBakteri
Virus
jamurKardiomiopati
Kongenital
Heart disease
Ischemic
InsultAnafilaksis
Toxin
Reaksi
AlergiEnteritis
Perdarahan
Luka bakar
Diabetes
insipidus
Defisiensi
AdrenalTension
pneumotorax
Pericardial
tamponade
2.15 Syok Hipovolemik
Ini adalah syok yang paling umum ditemui, terjadi karena
kekurungan volume sirkulasi yang disebabkan karena kehilangan darah
dan juga cairan tubuh. Kehilangan darah dibagi menjadi dua yaitu
perdarahan yang tampak dan tidak tampak. Perdarahan yang tampak
misal perdarahan dari luka dan hematemesis, sedangkan perdarahan
yang tak tampak misal perdarahan pada saluran cerna seperti
perdarahan tukak duodenum, cedera limpa, patah tulang. Kehilangan
cairan terjadi pada luka bakar yang luas dimana terjadi kehilangan
cairan pada permukaan kulit yang hangus atau terkumpul didalam
kulit yang melepuh. Muntah hebat dan diare juga mengakibatkan
kehilangan banyak cairan intrvaskuler. Obstruksi ileus juga bisa
menyebabkan banyak kehingan cairan, juga pada sepsis berat dan
peritonitis bisa menyebabkan kehingan cairan.
Tanda dan Gejala
1. Anxietas, lemas, gangguan mental karena menurunya perfusi k
eotak
2. HIpotensi karena menurunya volume sirkulasi
3. Nadi cepat, lemah karena penurunan aliran darah
4. Kulit dingin dan lembab karena vasokontriksi dan stimulasi
kelenjar keringat
5. Oligouria karena vasokonstriksi arteri renalis
6. Pernafasan cepat dan dalam karena stimulasi saraf simpatis
dan asidosis
7. Hipotermi karena menurunya perfusi dan penguapan keringat
8. Haus dan mulut kering karena kekurangan cairan
9. Lemah dan lelah karena inadekuat oksigenasi
Jenis cairan yang hilang1. Darah
2. Plasma
3. Cairan ekstrasel
Penyebab1. perdarahahn
2. luka bakar
3. cedera yang luas
4. dehidrasi
5. kehilangan cairan pada muntah, diare, ileus
PatofisiologiSyok hipovolemik yaitu syok yang terjadi karena
kekurangan sirkulasi didalam pembuluh darah oleh berbagai sebab,
berkurangnya sirkulasi ini mengakibatkan darah yang kembali ke
jantung melalui vena akan berkurang. Akibatnya darah yang masuk ke
atrium kanan juga menurun, sebagai kompensasi atas hal ini
frekuansi jantung akan meningkat untuk menyesuaikan agar perfusi
sistemik dapat dipenuhi. Gejalanya akan tampak tekanan darah
sistolik menurun dan denyut nadi yang cepat.
Menurunya perfusi sistemik mengakibatkan organ mengalami
iskemia, sehingga akan merubah siklus metabolic dari aerobic
menjadi anaerobic dimana siklus ini menghasilkan residu asam
laktat, asam amino dan asam fosfat di jaringan. Hal ini menimbulkan
asidosis metabolic yang menyebabkan pecahnya membrane lisosom
sehingga menimbulkan kematian sel. Hipoksia dan asidosis metabolic
juga menyebabkan vasokonstriksi arteri dan vena pulmonalis, hal ini
menimbulkan peninggiian tahanan pulmonal yang mengganggu perfusi
dan pengembangan paru. Akibatnya dapat terjadi kolaps paru,
kongesti pembuluh darah paru, edema interstisial dan alveolar. Maka
pada penderita dengan syok hipovolemik terlihat gangguan
pernafasan. Iskemia pada otak akan menimbulkan edema otak dengan
segala akibatnya. Pada ginjal, iskemia ini akan menyebabkan gagal
ginjal.
Sebagai mekanisme kompensasi terhadap hipovolemia, cairan
interstisial akan masuk kedalam pembuluh darah sehingga hematokrit
menurun. Karena cairan interstisial jumlahnya berkurang akibat
masuknya cairan tersebut kedalam ruang intraseluler, maka
penambahan cairan sangat mutlak diperlukan untuk memperbaiki
gangguan metabolik dan hemodinamik ini. Pada syok juga terjadi
peninggian sekresi kortisol 5-10 kali lipat. Kortisol mempunyai
efek inotrofik positif pada jantung dan memperbaiki metabolism
karbohidrat, lemak dan protein. Sekresi renin dari sel-sel juksta
glomerulus ginjal meningkat sehingga pelepasan angiotensin I dan II
juga meningkat. Angiotensin II ialah vasokonstriktor yang kuat dan
merangsang pelepasan kalium oleh ginjal.
Meningginya sekresi norepinefrin akan mengakibatkan
vasokonstriksi, selain itu juga mempunyai sedikit efek inotropik
positif pada miokardium. Efineprin disekresikan hampir tiga kali
lipat daripada norepinefrin, terutama menyebabkan peninggian isi
sekuncup dan denyut jantung. Kerja kedua katekolamin ini
dipotensiasi oleh aldosteron. Peninggian sekresi hormone
antidiuretik (ADH) dari hipofisis posterior mengakibatkan resorpsi
air ditubulus distal meningkat.Syok DistributifSyok distributif
adalah syok yang terjadi karena kekurangan volume darah yang
bersifat relative, dalam artian jumlah darah didalam pembuluh darah
cukup namun terjadi dilatasi pembuluh darah sehingga seolah-olah
volume darah didalam pembuluh darah berkurang. Syok distributive
ada 3 bentuk:
1. Syok septik: disebabkan karena infeksi yang menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah. Contoh infeksi karena bakteri gram
negative seperti Escherichiacoli.Tanda dan gejala shock septic:
Gejala sama dengan syok hipovolemik, namun untuk tahap syok
septik diawali dengan:
a. demam atau suhu yang rendah, disebabkan oleh infeksi
bakteri
b. vasodilatasi dan peningkatan cardiac output
2. Syok anafilaktik: disebabkan karena reaksi anfilaktik
terhadap allergen, antigen, obat, benda asing yang menyebabkan
pelepasan histamine yang menyebabkan vasodilatasi. Juga memudahkan
terjadinya hipotensi dan peningkatan permeabilitas kapiler.
Tanda dan gejala syok anafilaktik :
a. erupsi kulit dan
b. edema local terutama pada muka
c. nadi cepat dan lemah
d. batu dan sesak nafas karena penyumbatan jalan nafas dan
radang tenggorok
3. Syok neurogenik : ini adalah shock yang jarang terjadi.
Disebabkan oleh trauma pada medulla spinalis, terjadi kehilangan
mendadak pada reflek otonom dan motorik dibawah lesi. Tanpa adanya
stimulasi simpatis, dinding pembuluh darah vasodilatasi yang tak
terkontrol, hasilnya penurunan resistensi pembuluh darah perifer
sehingga menyebabkan vasodilatasi dan hypotensi. Tanda dan gejala
syok neurogenik sama dengan syok hipovolemik.
Syok Obstruktif
Terdapat penyumbatan yang menyebabkan aliran darah terganggu,
pada beberapa kondisi hal ini bisa menyebabkan timbulnya syok.
Contoh syok obstruktif
1. Cardiac tamponade : biasanya terjadi karena pericarditis yang
menyebabkan penimbunan cairan didalam rongga pericardium, cairan
yang banyak menekan jantung sehingga venus return menurun. Hal ini
menyebabkan jantung tak mampu mensuplai darah sesuai kebutuhan
tubuh. Akibatnya tubuh bisa kekurangan oksigen, terutama pada organ
sehingga bisa menimbulkan shock
2. Tension pneumotorax : peningkatan tekanan intratorak sehingga
venous return terhambat, cardic output pun berkurang ( syok
3. Emboli massive paru : mengurangi aliran darah dari paru ke
jantung, cardiac output menurun ( syok
4. stenosis aorta : sebabkan aliran darah keluar dari ventrikel
terhambat ( perfusi berkurang ( syok
5. Tanda dan gejala sama dengan shock hypovolemic tapi ditambah
dengan
6. peningkatan JVP
7. pulsus paradoksus karena tamponade jantung
Syok Kardiogenik
Syok tipe ini adalah syok yang terjadi karena kagagalan
efektivitas fungsi pompa jantung. Hal ini disebabkan karena
kerusakan otot jantung, paling sering yaitu infark pada myocard.
Syok kardiogenik juga bisa disebabkan aritmia. Syok ini jarang
terjadi pada anak-anak. Tanda dan gejala syok kardiogenik sama
dengan syok hipovolemik ditambah dengan:
1. Takikardi dengan nadi yang sangat lemah
2. Hepatomegali
3. Gallop
4. Murmur
5. Rasa berat di precordial
6. Kardiomegali
7. Hipertrofi jantung
8. Distensi V. Jugularis, dan peningkatan JVPAFTERLOAD
CONTRACTILITY
PRELOAD
HEART RATE
STROKE VOLUME
SYSTEMIC VASCULAR RESPONSE
CARDIAC OUTPUT
BLOOD PRESSURE
15