BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembakaran dalam ruang bakar motor adalah hal yang sangat
menentukan besarnya tenaga yang dihasilkan motor tersebut. Campuran
bahan bakar dan udara dalam ruang bakar akan dinyalakan oleh nyala
api busi yang kemudian menghasilkan tenaga. Pembakaran ini
menyebabkan naiknya tekanan di dalam silinder dan memungkinkan
terjadinya gerakan torak. Pembakaran dalam ruang bakar motor
merupakan reaksi kimia antara unsur yang terkandung di dalam bahan
bakar dengan udara atau oksigen, yang diikuti oleh timbulnya panas.
Panas yang dilepaskan selama proses pembakaran inilah yang
digunakan oleh motor untuk menghasilkan tenaga.
Pembakaran di dalam silinder belum tentu terjadi sempurna, ada 2
macam pembakaran yang mungkin terjadi di dalam silinder, yaitu
pembakaran normal (sempurna), pembakaran sendiri (tidak sempurna).
Waktu pengapian dan besarnya api pada busi yang membakar campuran
bahan bakar dan udara di dalam ruang bakar motor harus sesuai
dengan spesifikasi mesin. Apabila kurang tepat dapat menyebabkan
campuran bahan bakar dan udara tidak dapat terbakar dengan sempurna
sehingga bahan bakar menjadi lebih boros, berwarna kehitaman dan
berbau bensin.Komponen dari sistem pengapian (ignition system)
terdiri dari busi, koil, magnet dan pemutus arus (platina dan CDI).
Salah satu sistem pengapian pada sepeda motor adalah sistem
pengapian magnet dengan CDI (capasitor ignition system). Setiap
sistem pengapian CDI diharapkan mampu menghasilkan api tepat pada
saat diperlukan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara,
sehingga campuran bahan bakar tersebut dapat terbakar dengan
sempurna. Sistem pengapian CDI juga dapat menyesuaikan dengan
perubahan beban dan perubahan kecepatan yang terjadi pada kendaraan
pada saat mesin bekerja.
Sistem pengapian dari sepeda motor yamaha jupiter z standar dan
pengapian CDI racing BRT mempunyai kesamaan. Dari survey yang
dilakukan pada pengguna sepeda motor yamaha jupiter z, khususnya
anak-anak muda, kebanyakan dari mereka mengganti CDI yamaha jupiter
dengan CDI racing BRT yang dianggap api dari sistem pengapian CDI
racing BRT lebih baik.Berdasarkan survey awal dari pemakai sepeda
motor yamaha jupiter z yang menganti unit CDI-nya dengan unit CDI
racing BRT di mana belum diketahui secara pasti gejala apa yang
akan terjadi, maka peneliti mengambil penelitian dengan judul
Perbedaan Konsumsi Bahan Bakar dan Tegangan Output CDI Pada Mesin
yamaha jupiter z antara yang Menggunakan CDI Standar yamaha jupiter
z dengan CDI racing BRT.2.1 Rumusan masalah.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. adakah pengaruh variasi CDI terhadap daya mesin sepeda motor
yamaha jupiter z
2. adakah pengaruh putaran mesin terhadap daya mesin pada sepeda
motor yamaha jupiter z
3. adaakah pengaruh penggunaan variasi CDI dan variasi putaran
mesin terhadap daya mesin pada sepeda motor yamaha jupiter z
1.3. Batasan Masalah
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dan merupakan
penelitian kuantitatif.1. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah jenis CDI dan putaran mesin.2. Variabel terkait dalam
penelitian ini adalah daya sepeda motor yamaha jupiter z tahun
2008
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah :
1. seluruh komponen dalam sampel dalam keadaanstandar sesuai
spesifikasi pabrik
2. bahan bakar pertamax produksi pertamina yang di beli di
SPBU
3. alat ukur berupa mesin dynamometer buata Indonesia (sportdyno
V3.3, dynamometer SD 325, roller innertia 1.446) dan Tachometer.4.
Sampel dengan beban pengendara sebesar 64 kg.
5. Posisi gigi 4 dan rpm disesuaikan yang dibutuhkan pada saat
pengambilan data.
1.4 Pujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1. Mengetahui pengaruh penggunaan variasi CDI terhadap daya
mesin pada sepeda motor yamaha jupiter z tahun 2008
2. Mengetahui pengaruh variasi putaran mesin terhadap daya mesin
pada sepeda motor yamaha jupiter z tahun 2008.
3. Mengetahui pengaruh penggunaan variasi CDI dan variasi
putaran mesin terhadap daya mesin pada sepeda motor yamaha jupiter
z tahun 2008.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui hasil pengaruh penggunaaan variasi CDI
terhadap daya mesin pada sepeda motor yamaha jupiter z tahun 20082.
Membandingkan hasil pengujian jenis CDI standar limiter, CDI
dualband kurva 1 dan CDI dualband kurva 2.3. Dari data-data ini
dapat menjadi refrensi bagi peneliti selanjutnya tentang variasi
CDI terhadap kosumsi bahan bakarBAB II
LANDASAN TEORI
2.1. PRINSIP KERJA MOTOR BENSIN.
Motor bensin juga disebut spark ignition engine (SI engine)
karena penyalaan (ignition) campuran bahan bakar udara dengan
loncatan bunga api (spark) pada elektrode busi. Pada motor bensin
pencampuran antara bensin dan udara umumnya terjadi saat sebelum
masuk ke dalam silinder, baik menggunakan karburator, atau sistem
injeksi. Campuran akan terbentuk dengan perbandingan udara dan
bahan bakar yang sesuai sehingga mudah terbakar, kemudian mengalir
ke dalam silinder. Di dalam silinder campuran ini dikompresi dan
dinyalakan oleh loncatan bunga api busi pada saat menjelang titik
mati atas (TMA). Gas panas yang dihasilkan dari proses pembakaran
akan mendorong torak bergerak turun sehingga mesin menghasilkan
daya. Daya yang dihasilkan dari proses pembakaran digunakan untuk
menggerakkan komponen mesin yang lain.
2.2. Cara Kerja Mesin Empat Langkah (Otto)
2.2.1 Langkah hisap
Selama langkah hisap ini katup masuk akan terbuka, sedangkan
katup buang menutup. Piston melakukan ekspansi dengan bergerak dari
titik mati atas (TMA) menuju titik mati bawah (TMB). Campuran udara
dan bahan bakar masuk ke dalam silinder melalui saluran masuk bahan
bakar dan udara,9 katup hisap berfungsi untuk mengatur masuknya
bahan bakar kedalam silinder.
Gambar 2.1. Langkah Hisap2.2.2. Langkah Kompresi
Saat kompresi posisi kedua katup tertutup. Piston bergerak TMB
menuju TMA, akibat kompresi maka tekanan dan temperatur didalam
silinder naik. Pada motor bensin tekanan dalam silinder tidak boleh
melebihi 15 atm agar tidak terjadinya detonasi. Sesaat sebelum
mencapai TMA, bunga api dari busi dipercikan sehingga terjadi
pembakaran yang disertai ledakan. Perbandingan kompresi yang
diijinkan pada motor bensin antara 7 11.
Gambar 2.2 Langkah Kompresi
2.2.3. Langkah Tenaga
Akibat ledakan yang terjadi maka piston akan terdorong ke
bawah.Energi akibat gerak dorong tersebut kemudian akan dipindahkan
ke poros engkol melalui perantara batang penghubung (conecting
rod). Di poros engkol gerak resiprok (gerak bolak balik) piston
diubah menjadi gerak rotasi mesin, sebagian energi ini untuk
menggerakkan komponen mesin yang lain dan sebagian lagi disimpan
dalam roda gila untuk proses selanjutnya.
Gambar 2.3 Langkah Tenaga
Motor pembakaran dalam (internal combustion engine) menghasilkan
tenaga dengan jalan membakar campuran udara dan bahan bakar dalam
silinder. Pada motor bensin, loncatan bunga api pada busi
diperlukan untuk menyalakan campuran udara dan bahan bakar yang
telah dikompresikan dengan tekanan yang tinggi sehingga menjadi
sangat panas, dan bila bahan bakar disemprotkan ke dalam silinder,
akan terbakar secara serentak.
Motor bensin menghasilkan tenaga dari pembakaran di dalam
silinder, dimana dengan pembakaran bahan bakar tersebut
menghasilkan panas yang sekaligus akan mempengaruhi tekanan gas
hasil pembakaran mengembang. Gas tersebut dibatasi oleh dinding
silinder, maka walaupun ingin megembang tidak ada ruangan,
akibatnya tekanan dalam silinder naik,pada kondisi tersebut
dibutuhkan bunga api yang dipercikan oleh busi sehingga terjadi
pembakaran. Dari pembakaran tersebut, terjadi tekanan ke bawah
torak, tekanan tersebut kemudian dimanfaatkan untuk
menghasilkan
tenaga yang akhirnya meggerakkan motor. (Wardan Suyanto, 1989 :
20).Pembakaran diawali dengan loncatan bunga api busi pada akhir
langkah kompresi atau pemampatan. Pada keadaan biasa kita
mendapatkan pembakaran teratur dimana selalu terdapat dua tahapan
yaitu bagian yang tidak terbakar dan bagian lain yang terbakar,
keduanya dibatasi oleh pembakaran (front api). Suhu pembakarannya
berkisar antara 2100K sampai 2500 K.
2.2.4. Langkah Buang
Pada langkah buang, posisi katup isap tertutup sedangkan katup
buang terbuka. Piston bergerak dari TMB naik keatas menuju TMA
mendorong gas sisa hasil pembakaran keluar melalui saluran buang.
Dari TMA siklus berulang kembali sesuai urutan diatas.
Gambar 2.4 Langkah Buang
2.3 Prinsip pengapian.
Menurut Wardan Suyanto (1989) sistem penyalaan (pengapian)
adalah suatu sistem pada motor bakar yang menjamin motor dapat
bekerja.Motor pembakaran dalam dapat menghasilkan tenaga dengan
jalan membakar campuran udara dan bahan bakar di dalam silinder.
Untuk menyalakan campuran udara dan bahan bakar diperlukan
syarat-syarat sebagai berikut :
2.3.1. Bunga api yang kuat.
Pembakaran normal bila seluruh campuran bahan bakar dan udara
terbakar oleh nyala api yang berasal dari busi, sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan dan perbandingan campuran yang ideal. Untuk
membakar seluruh campuran udara dan Bahan bakar dibutuhkan bunga
api yang kuat.
2.3.2. Saat pengapian yang tepat.
Untuk memperoleh pembakaran campuran bahan bakar dan udara yang
paling baik, harus dilengkapi beberapa peralatan tambahan yang
dapat mengubah-ubah saat pengapian sesuai dengan rpm dan beban
motor. Setelah campuran bahan bakar dibakar oleh bunga api, maka
diperlukan waktu tertentu bagi bunga api untuk merambat di dalam
ruang bakar. Oleh sebab itu akan terjadi sedikit kelambatan antara
awal pembakaran dengan pencapaian tekanan pembakaran maksimum.
Dengan demikian, agar diperoleh output maksimum pada engine dengan
tekanan pembakaran mencapai titik tertinggi (sekitar 10o setelah
TMA), periode perlambatan api harus diperhitungkan pada saat
menentukan saat pengapian (ignition timing) untuk memperoleh output
mesin yang semaksimal mungkin, maka tekanan pembakaran maksimum
harus tercapai pada sekitar 10o setelah TMA. Akan tetapi karena
diperlukan waktu untuk perambatan api, maka campuran udara-bahan
bakar harus dibakar sebelum TMA. Saat ini disebut dengan saat
pengapian (ignition timing).Pengapian terjadi sebelum torak
Pengapian terjadi setelah torakmelewati Mencapai TMA ( pengapian
awal ) TMA (pengapian lambat )
Gambar 2.5 Timing Pengapian.2.3.3. Ketahanan yang cukup
Apabila sistem pengapian tidak bekerja, maka motor akan
mati.Oleh karena itu sistem pengapian harus mempunyai ketahanan
yang cukup untuk menahan getaran dan panas yang dibangkitkan oleh
motor. Demikian juga tegangan tinggi yang dibangkitkan oleh sistem
pengapianitu sendiri.
2.4. Kecepatan Mesin.
Mesin memiliki sudut derajat pengapian yang dapat diumpamakan
dan kecepatan mesin beroperasi adalah N rpm. Maka waktu pembakaran
adalah :
d/360 N min Jika kecepatan mesin meningkat menjadi 2N, maka
diwaktu yang sama dibutuhkan untuk pembakaran pengapian adalah 2d
derajat [GanesanV: 1995:287]. Perbandingan antara derjat pengapian
dan kecepatan dapat digambarkan sebagai berikut:
Derajat pengapian
60
40
20(Beban)
2000 4000 ( Rpm mesin )
Gambar 2.6 Perbandingan Sudut Pengapian2.5 Unit Rangkaian CDI
(Capasitor Discharge Ignition)
Rangkaian CDI dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengapian
konvensional tanpa mengurangi komponen yang ada. CDI atau
pengosongan kapasitif yang merupakan penyempurnaan sistem pengapian
magnet konvensional dengan kontak platina. Penyampurnaan terletak
pada penggantian titik kontak dengan unit CDI. Penggantian titik
kontak dengan unit CDI dimaksudkan untuk menghindari motor sulit
hidupkan karena pada titik kontak mudah sekali teroksidasi, aus,
dan sensitive terhadap air. Bila titik kontak platina terjadi
hal-hal tersebut maka akan mempengaruhi kinerja dari sepeda motor.
Dengan penggantian titik kontak dengan unit CDI maka kemungkinan
kerusakan dan gangguan akan dapat diminimalkan, sehingga akan
diperoleh sistem pengapian yang lebih baik. Bila sistem pengapian
baik maka motor akan mudah untuk dihidupkan.
2.5.1. Prinsip kerja CDI
Gambar 2.7 Sirkuit dasar CDIGambar diatas memperlihatkan sirkuit
dasar CDI. Arus yang dihasilkan oleh koil eksitasi pada magneto CDI
mengalir melalui diode (D1) kedalam kondensor (C) dimana arus
tersebut disimpan. Berikutnya, sinyal ignition dari koil pulsa
membuat thrysistor (SCR) menjadi konduktor dank arena itu, muatan
listrik yang disimpan didalam kondensor dikeluarkan melalui
thrysistor ke koil ignition. Voltase yang diinduksikan dikumparan
primer dinaikkan didalam kumparan skunder, dan dihasilkan
bunga api melintasi celah busi.Diode2 (D2) menarik voltase
negative yang dihasilkan koil eksitasi untuk melindungi
thrysistor.Diode (3) adalah untuk memperpanjang lamanya bunga api
dari busi. Tanpa D3 arus akan mengalir seperti terlihat pad gambar
dibawah no(1). Dan kondensor akan diisi lagi dengan arus balik
setelah pengeluaran(discharge). Jadi, tidak ada arus mengalir ke
kumparan primer dari koilignition . D3 menghindari arus mengalir
kedalam kondensor. Berarti, arus mengalir melaluiD3 dan bergerak
seperti pada gambar dibawah no2.
sehingga seluruh energi listrik yang disimpan didalam kondensor
dapat dipakai menghasilkan bunga api dengan waktu yang lama. Gambar
2.8 . Energi listrik dalam kondensor.
Dengan kata lain bila magnit yang ditetapkan pada rotor melewati
koil pulser maka arus akan mengalir ke koil pengapian untuk
kemudian bunga api dihasilkan oleh busi. Dari hal tersebut dapat
diketahui bahwa timing dari pengapian ditentukan oleh penetapan
posisi dari koil pulsa. Ini berarti bahwa sistem CDI tidak
memerlukan penyetelan timing dari pengapian. Sistem CDI mempunyai
banyak keunggulan yang membuatnya masih digunakan sampai sekarang
ini. Sifat-sifat dari sistem CDI yaitu
sebagai berikut :
a. Mogoknya motor karena titik-titik kontak dapat
dihindarkan.
b. Tidak terjadi loncatan bunga api yang melintasi celah
titik-titik kontak seperti pada platina, dan karenanya voltase
skeunder stabil sehingga start dan performa yang sangat baik pada
kecepatan rendah terjamin.
c. Saat putaran tinggi bunga api yang dihasilkan oleh busi lebih
stabil sehingga mesin akan bekerja secara optimal.
d. Pemeliharaan mudah karena tidak ada persoalan aus pada
titik-titik kontak dan pada breaker arm hell.
e. Tidak memerlukan adanya penyetelan ignition karena tidak
memakai titik-titik kontak dan cam.
f. Busi tidak mudah kotor karena voltase sekunder yang lebih
tinggi.
g. Sirkuit yang ada didalam sistem CDI dibungkus dalam cetakan
plastik,sehingga lebih tahan air dan kejutan.Selain keunggulan
diatas sistem CDI juga mempunyai perbedaan dengan sistem
konvensional dalam hal pemajuan waktu pengapian.Pemajuan waktu
pengapian pada sistem pengapian magnet konvensional mengandalkan
gaya sentrifugal yang terjadi pada bobot governor disaat mesin
berputar. Gaya sentrifugal yang bekerja pada bobot governor
tersebut akan membuatnya terlempar keluar dan menyebabkan cam
governor bergerak untuk memajukan waktu pengapian. Sedangkan pada
sistem pengapian CDI, pemajuan waktu pengapian dilakukan dengan
jalan mengubah waktu yang dibutuhkan untuk membangun voltase yang
dihasilkan koil pulsa.Seperti pada gambar di bawah, voltase koil
pulsa bertambah bila kecepatan rotor naik. Pada saat yang sama
voltase naik lebih cepat. Ini berarti bahwa voltase mencapai gate
trigger level dari thyristor lebih cepat dengan perbedaan sudut
engkol. Pada gambar dibawah ini menunjukan posisi (a) adalah
keadaan saat mesin pada posisi stasioner (800-900 rpm), (b) saat
mesin pada kecepatan sedang (4000rpm) dan posisi (c) adalah saat
mesin pada kecepatan tinggi (7000) rpm).
Gambar 2.8 Prinsip Spark Advance pada sistem pengapian CDI2.5.2.
Pulser
Prinsip CDI adalah membebaskan arus listrik dalam voltase yang
sangat tinggi untuk menyalakan Bahan bakar melalui elektroda busi
dicapai dengan menyimpan energi listrik dalam suatu kapasitor yang
digunakan. Pengapian diatur waktunya untuk membangkitkan arus
listrik digunakan sebuah thyristor untuk membebaskan arus listrik
pada kondensator melalui koil pengapian.Sebagai sensor gerakan
digunakan sebuah pulser untuk mengatur waktu pengapian. Pulser
banyak jenisnya diantaranya menggunakan sinar infra merah dari
transistor optic dan pulsa generator.BAB III
METODOLOGI PENELITIAN3.1 Lankah Langkah PenelitianDalam suatu
penelitian, diperlukan suatu langkah-langkah yang benar sesuai
tujuan penelitian, agar penelitian dapat dipertanaggung jawabkan.
Adapun metode yanng digunakandalam penelitian ini adaalah metode
penelitian eksperimen jenis komparasi,yaitu suatu penelitian dimana
peneliti sengaja membangkitkan sesuatu kejadian
ataukeadaan,kemudian teliti bagaimana perbedaan dan akibat
(Suharsimi Arikunto,1996:4)Penelitian adalah suatu proses mencari
sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan metode
ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. Untuk menerapkan metode
ilmiah dalam praktek penelitian maka diperlukan suatu desain
penelitian yang sesuai dengan kondisi, seimbang denga dangkalnya
penelitian yang akan dikerjakan.
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan eksperimental maka
perlu sekali diketahui desain-desain yang sering digunakan dalam
penelitian tersebut, desain penelitian yang sering digunakan adalah
desain percobaan, desain percobaan tidak lain dari proses yang di
perlukan dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian.
Desain percobaan sanagat diperlukan dalam melaksanakan
penelitian eksperimental. Guna dari desain percobaan adalah untuk
memperoleh suatu keterangan yang maksimum mengenai cara membuat
percobaan dan bagaimana proses perencanaan serta pelaksanaan
percobaan akan dilakukan proses perencanaan dan pelaksanaan
percobaan perlu kita pikirkan dengan sungguh-sungguh, peneliti
harus lebih dahulu memikirkan langkah-langkah serta jenjang dari
percobaan yang akan di lakukan.
3.2.Alat dan bahan
Pada percobaan ini desain yang akan digunakan adalah desain
one-shot case study penelitian hanya mengadakan satu kali
penelitian yang langsung diambil data atau hasilnya (Suharsimi
Arikunto 1998:83-84). Untuk menghindari adanya keraguan validitas
rancangan penelitian maka perlu dilakukan beberapa pengontrolan
terhadap jalannya eksperimen selama penelitian dilakukan, yang
meliputi:
3.2.1Alat penelitian
Alat yang digunakan antara lain:
a. Tool set,digunakan sebagai alat bantu untuk bongkar pasang
bagian-bagian yang diperlukan
b. Tachometer, digunakan untuk mengukur putaran mesin dalam rpm
sesuai yang dibutuhkan.
c. Stop Watch, digunakan untuk mengetahui banyaknya waktu yang
diperlukan untuk menghabiskan bahan bakar sesuai dengan
ketentuan.
d. Gelas ukur, digunakan untuk mengetahui kosumsi bahan bakar
dalam ukuran milimeter perdetik
e. Higrometer, digunakan untuk mengukur kelembapan udara
f. Osiloskop, digunakan untuk mengukur tegangan dan waktu pada
komponen elektronik
g. Selang bahan bakar untuk menyalurkan bahan bakar dari gelas
ukur ke karburasi
h. Timing light, untuk mengetahui besarnya derajat pengapian
i. Lembar observasi, digunakan untuk mencatat hasil penelitian
atau data yang diperoleh
3.2.2.Bahan penelitian
Bahan dalam penelitian ini adalah:
a. Mesin yamaha jupiter z 110cc
b. Bensin premium
c. CDI standaar yamaha jupiter z
d. CDI racing BRT
e. Minyak pelumas
3.3. Variabel penelitian
Dalam penelitian ini ada dua macam variable utama yang diteliti,
variabel-variabel tersebet adalah:
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah kondisi yang mempengaruhi munculnya suatu
genjala. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa variabel bebas
merupakan variasbel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhdap
variabel terikat sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini
adalah CDI menggunakan CDI racing BRT dan CDI standar yamaha
jupiter z.
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki
pula sejumlah adspek atau unsur didalamnya, yang berfungsi menerima
atau menyesuaikan diri dengan kondisi lain,yang disebut variabel
bebas. Dengan kata lain ada atau tidaknya variabel terikat
tergantung ada atau tidaknya variabel bebas. Penelitian ini
variabel terikatnya adalah daya dan kosumsi bahan bakar sehingga
diketahui performa masimg-masing CDI.
3. Variabel Kontrol
Variabel control dalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki
berbagai aspek atau unsur didalamnya, yang berfungsi untuk
mengendalikan agar variabel terikat yang muncul bukan karena
variabel yang lain,tetapi benar-benar karena karena variabel bebas
tertantu. Pengendalian variabel ini dimaksudkan agar tidak merubah
atau menghilanhkan variabel yang akan d ungkap pengaruhnya. Dengan
kata lain control yang dilakukan terhadap variabel ini akan
menghasilkan variabel terikat murni.
Penelitian ini variabel kontrolnya adalah:
a. Keadaan mesin tanpa beban
b. Keadaan udara baik kelembapan maupun suhu dijaga agar tetap
sama atau tidak berubah dari semua pengambilan data
c. Celah busi 0,8 mm
d. Tekanan kompresi 9-13
e. Celah katup masuk 0,020
f. Celah katup buang 0,030
g. Suhu kerja mesin 80 c
h. Putaran mesin 1500,2000,2500,3000,3500,4000,4500
i. Bahan bakar premium diambil dari salah satu SPBU
3.4. Diagram alir penelitian
tahap eksperimen dalam penilitian ini dapat digambarkan dengan
bagian aliran proses eksperimen sebagai berikut:
Mesin sepeda motor Bensin
Yamaha Jupiter Z pakai CDI standart Yamaha Jupiter Z pakai CDI
racing BRT
Putaran mesin Putaran mesin
15001500
20002000
25002500
30003000
35003500
40004000
45004500
Analisa Data
Analisa Data
Perhitungan konsumsi daya dan konsumsi bahan bakar
Perbandingan data CDI
Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram penelitian3.4. Desain Penelitian
Adapun urutan langkah eksperimennya sebagai berikut :
1. Menyiapkan sampel yang akan digunakan, yaitu mesinyamaha
Jupiter z 110 dengan kondisi sesuai dengan variabel kontrol yang
digunakan.
2. Menyiapkan dua buah CDI ( CDI standart Honda Supra X dengan
CDI Racing BRT).
3. Menyiapkan tachometer untuk mengukur putaran mesin.
4. Menyiapkan gelas ukur dan mengisi bensin premium sebanyak
50ml.
5. Mengukur tekanan kompresi mesin dalam silinder sesuai
standart yaitu 9-13 Kg/cm.
6. Mengukur suhu ruangan dan kelembapan udara.
7. Menghidupkan mesin selama beberapa saat dengan CDI Standart
Yamaha Jupiter z 110cc. untuk mendapatkan suhu kerja mesin yang
optimal, kemudian dilakukan pengukuran Rpm dengan Tachometer pada
Putaran mesin 1500, 2000, 2500, 3000, 3500, 4000, 4500,. untuk
mengambil data pada CDI
Racing BRT.
8. Matikan mesin dan ganti dengan CDI Racing BRT
9. Hidupkan mesin kembali beberapa menit untuk mencapai suhu
optimal dalam mesin, kemudian lakukan pengukuran dengan Tachometer
pada Putaran mesin 1500, 2000, 2500, 3000, 3500, 4000, 4500, untuk
mengambil data pada CDI Racing BRT. Catat hasil penelitian dalam
table hasil pengukuran sebagai berikut:RPMKonsumsi bahan
bakarTiming ignitionDaya
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Cdi standart Honda supraRPMKonsumsi
bahan bakarTiming ignitionDaya
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
Tabel 3.2 Hasil Pengukuran CDI Racing BRTUntuk memperjelas hasil
pengujian semua data dibentuk dalam grafik
Rpm Vs Konsumsi dan Rpm Vs Timing Ignition.
Konsumsi BB
RpmGrafik 3.1 Konsumsi BB Vs Rpm
Timing Ignition
Rpm
Grafik 3.2 Timing Ignition Vs Rpm
DAFTAR PUSTAKA
Pakpahan Abigain. 1998. Motor Otomotif I. Bandung : Angksa.
Arend, BPM & Berenschot. H. 1980. Motor Bensin. Jakarta :
Erlangga.
Arikunto Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik.
Jakarta : PT Rieneka Cipta.
Sudjana. 1991. Desain Dan Analisis Eksperimen. Bandung :
Tarsito
1992. Service Auto Mobil. Bandung : Pustaka Setia.
Wardan Suyanto. 1989. Teori Motor Bensin. Jakarta :
Depdikbud
Wiranto Aris Munandar. 1988. Penggerak Mula Motor Bakar. Bandung
: ITB
Pers.
Eko Putra Agfianto. 2002. Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55.
Yogyakarta.
Gava Media.
Setiawan Sulhan. 2006. Mudah dan Menyenangkan Belajar
Mikrokontroler.
Yogyakarta : C.V. Andi Offset.
Boentarto, Drs. 2005. Menghemat Bensin Sepeda Motor. Semarang :
Effhar &
Dahara Prize.
Suganda Hadi & Kageyama Katsumi. 1993. Pedoman Perawatan
Sepeda Motor.
Jakarta : Pradnya Paramita.Program S1Teknik Mesin Umaha
Sidoarjo
20