Top Banner
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Terminologi Glass ionomer cement (GIC) merupakan salah satu bahan restorasi yang sering digunakan karena material ini dianggap paling biokompatibel. Bahan material yang pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971 ini terdiri atas bubuk dan liquid, bubuknya berupa bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan liquidnya adalah asam poliakrilat. Material ini mampu berikatan secara fisiko kimia dengan jaringan gigi, memiliki koefisien termal yang sama dengan dentin, dan dapat melepas fluoride yang memungkinkan untuk mencegah terjadinya karies sekunder. (Noort, 2002) Penggunaan bahan material Glass Ionomer mengalami banyak perkembangan, salah satunya sebagai bahan restorasi direk, dapat juga digunakan sebagai luting, liner, maupun basis pada restorasi sementara dan permanen serta pit and fissure sealant (Subiyanto, 2002) GIC tersedia dalam bentuk konvensional dan resin- modifikasi. Awalnya sifat fisik dari glass ionomer kurang baik dan indikasinya terbatas, maka pada akhir dekade tahun 1980, glass ionomer mulai dikembangkan. Hasilnya adalah glass ionomer modifikasi resin. Glass ionomer jenis ini ditambah hidroksietilmetakrilat (HEMA) yang bersifat fotoinisiator. Penambahan komponen ini dapat 3
44

Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

Dec 01, 2015

Download

Documents

tipus GIC
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Terminologi

Glass ionomer cement (GIC) merupakan salah satu bahan restorasi yang

sering digunakan karena material ini dianggap paling biokompatibel. Bahan

material yang pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971

ini terdiri atas bubuk dan liquid, bubuknya berupa bubuk kaca

fluoroaluminosilikat dan liquidnya adalah asam poliakrilat. Material ini mampu

berikatan secara fisiko kimia dengan jaringan gigi, memiliki koefisien termal yang

sama dengan dentin, dan dapat melepas fluoride yang memungkinkan untuk

mencegah terjadinya karies sekunder. (Noort, 2002)

Penggunaan bahan material Glass Ionomer mengalami banyak

perkembangan, salah satunya sebagai bahan restorasi direk, dapat juga digunakan

sebagai luting, liner, maupun basis pada restorasi sementara dan permanen serta

pit and fissure sealant (Subiyanto, 2002)

GIC tersedia dalam bentuk konvensional dan resin-modifikasi. Awalnya

sifat fisik dari glass ionomer kurang baik dan indikasinya terbatas, maka pada

akhir dekade tahun 1980, glass ionomer mulai dikembangkan. Hasilnya adalah

glass ionomer modifikasi resin. Glass ionomer jenis ini ditambah

hidroksietilmetakrilat (HEMA) yang bersifat fotoinisiator. Penambahan

komponen ini dapat meningkatkan sifat fisik dan estetik. Glass Ionomer berbeda

dari resin komposit pada beberapa hal dasar, seperti komposisi (water-based vs.

resin-based), seting reaksi ( acid-base reaction vs. resin polymerization), dan sifat

antarmuka gigi atau restorasi (chemical adhesion and ion exchange vs.

micromechanical attachment to acid-demineralized enamel and dentin). (Hewlett,

2003)

2.2 Klasifikasi

Ada beberapa jenis Glass ionomer cement berdasarkan penggunaannya :

(Anusavice, 2003)

3

Page 2: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

1. Tipe 1, disebut sebagai luting cement, digunakan untuk menyemenkan

mahkota, inlay, onlay atau jembatan, ratio bubuk/cairan 1,5:1, ketebalan

25 mikron atau kurang, radiopak.

2. Tipe 2, disebut juga restorative cement,  Tipe 2-1, restoratif estetik,

digunakan untuk tumpatan estetika, ratio bubuk/cairan 2,5:1 sampai 6,8:1,

kebanyakan bersifat radiolusen, memiliki reaksi pengerasan (setting

reaction) yang panjang yang dapat mengakibatkan kehilangan cairan atau

kontaminasi cairan (water-in, water-out) paling tidak selama 24 jam

setelah pengaplikasian sehingga memerlukan lapisan pelindung (diberi

cocoa butter atau dilapisi bonding agent);  Tipe 2-2, reinforced GIC, yang

diberi tambahan Ag-Sn atau Ag-Pd, dan SIK yang diperkuat ini dianggap

memiliki kekuatan kompresif yang lebih baik, digunakan pada tumpatan

yang tidak terlalu mementingkan estetika melainkan memerlukan

pengerasan yang cepat dan sifat-sifat yang tinggi misalnya untuk tambalan

posterior atau komponen inti, ratio bubuk/cairan 3:1 sampai 4:1, radiopak,

mengeras dengan cepat, namun masih rawan dehidrasi 2 minggu setelah

aplikasi.

3. Tipe 3, disebut juga lining cement atau basis, digunakan sebagai material

pelapikan standar di bawah semua material restoratif, adhesif ke dentin

dan enamel, mengeluarkan fluor, dapat dietsa dengan asam ortofosfat 37%

seperti enamel, reaksi pengerasan cepat, resistensi terhadap penyerapan air

terjadi lebih awal. Ratio bubuk/cairan antara 1,5:1 dan untuk basis 3 :1

atau lebih

2.3 Cara Manipulasi

Glass ionomer cement adalah nama generik dari sekelompok bahan yang

menggunakan bubuk kaca silikat dan larutan asam poliakrilat. Pada mulanya

semen ini dirancang untuk tambalan estetik pada gigi anterior dan dianjurkan

untuk penambalan gigi dengan preparasi kavitas kelas III dan V. Karena semen ini

memiliki ikatan adhesi yang sangat kuat dengan struktur gigi, maka akan sangat

berguna untuk restorasi konservatif pada daerah yang tererosi. Penggunaannya

diperluas sebagai luting agent, perekat orthodontic braket, pit and fissure

4

Page 3: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

sealants, liners dan basis, core buildups, serta intermediate restorations.

(Annusavice, 2003, hal. 471)

Agar restorasi tahan lama, maka permukaan gigi yang disiapkan harus

bersih dan kering, konsistensi campuran semen harus dapat melapisi seluruh

permukaan yang bergelombang, semen yang berlebih dikeluarkan dan diambil,

tidak melakukan pengeringan yang berlebihan, dan perlindungan permukaan

restorasi untuk mencegah keretakan atau disolusi. (Annusavice, 2003, pp. 476)

Perbandingan powder dan liquid GIC tergantung dari pabrik. Paper pad

digunakan untuk mixing. Serbuk harus dimasukkan dengan cepat ke dalam cairan

menggunakan spatula untuk aplikasi restoratif dan logam atau spatula plastik

untuk aplikasi luting. Waktu pencampuran tidak boleh melebihi 45 sampai 60

detik, tergantung pada produk yang digunakan. Selain dalam bentuk powder, GIC

terdapat juga dalam bentuk kapsul. (Annusavice, 2003, hal. 477)

Keuntungan bentuk kapsul ialah : rasio bubuk dan cairannya konsisten,

sehingga menghasilkan waktu pengadukan dan pengerasan yang standar serta

menjamin sifat fisik yang optimal. Keuntungan yang lain ialah bentuk kapsul juga

berfungsi sebagai syringe untuk menempatkan adonan ke dalam kavitas gigi.

Quality control dari pabrik biasanya sangat baik, tetapi harus dijaga agar pada

waktu mengaktifkan kapsul, semua cairan harus masuk kedalam bubuk. Selain itu

yang harus diperhatikan ialah petunjuk pabrik mengenai lama pengadukan dengan

mesin pengaduk ( Mount JG & Hume )

Campuran restorative cement diletakkan menggunakan plastic instrument

atau dengan disuntikkan pada permukaan gigi. Selama initial set, permukaan

harus ditutup dengan plastic matrix. Langkah terakhir, restorasi GIC harus dilapisi

dengan protective agent agar terhindar dari pengaruh lingkungan. Jika tidak, akan

mengakibatkan chalky atau crazed pada permukaan. (Annusavice, 2003, hal. 478-

479)

2.4 Reaksi Setting

Setting Reaction dimulai pada saat pencampuran bubuk dan cairan

partikel glass mengurai ion Ca2+, Al3+ , dan F-. Ion-ion tersebut berikatan silang

dengan polyanions sehingga membentuk natrium fluorida atau salt gel matrix

5

Page 4: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

yang menyebar pada seluruh semen yang mengeras. Pada proses pematangan,

bagian yang tidak bereaksi dari partikel GIC akan diselubungi oleh gel silika yang

terbentuk selama pelepasan kation dari permukaan partikel. Glass ionomer

melekat secara kimia dengan enamel dentin selama proses pengerasan.

(Anusavice, 2003)

Pada pencampuran bubuk dan cairan atau bubuk dan air asam perlahan

keluar lapisan partikel glass melepaskan Ca2+, Al3+ ion. Selama tahap awal

pengaturan, Ca2+ diproses lebih cepat dan terutama bertanggung jawab untuk

bereaksi dengan poli untuk membentuk reaksi mirip dengan yang ditunjukkan

pada Gambar produk. Al3+ diproses lebih lambat dan berperan dalam pengaturan

pada tahap berikutnya, sering disebut sebagai tahap reaksi sekunder. Bahan yang

telah setting bereaksi dengan glass core yang tertanam dalam matriks cross-linked

poli. Wilayah matriks terdiri dari produk garam. Tahap kedua dari reaksi

pengaturan melibatkan penggabungan jumlah signifikan bisa aluminium dalam

struktur matriks dan hasil dalam pematangan ditandai sifat fisik material. Sebelum

tahap ini, bahan tetap sangat lemah dan larut. (Anusavice, 2003)

Kehadiran asam tartarat berperan signifikan dalam bagian mengendalikan

karakteristik pengaturan dari materi. Hal ini membantu untuk memecah lapisan

permukaan dari partikel glass ionomer cement, aluminium yang cepat

membebaskan ion akan mengalami pembentukan. Oleh karena itu, ion

aluminium tidak segera tersedia untuk reaksi dengan poli sehingga waktu kerja

semen dipertahankan. Setting awal pengaturan lebih lanjut dihambat oleh asam

tartaric untuk mencegah unwinding dan ionisasi dari rantai poli. Ketika

konsentrasi dari aluminium dilarutkan mencapai tingkat tertentu hasil pengaturan

dari reaksi tahap kedua akan lebih cepat. Asam tartarat membantu pembentukan

kompleks antara poli dan trivalen aluminium ion dengan mengatasi inhibitor yang

mungkin terjadi ketika ion aluminium mengalami pembentukan garam dengan

tiga kelompok asam . Oleh karena itu banyak garam aluminium terdiri dari ion

aluminium terikat untuk dua kelompok karboksilat dan satu kelompok tartarat.

Mekanisme ini didukung oleh fakta bahwa sangat sedikit asam tartaric yang

terikat dan akan tersisa di semen yang telah settimg. Pelepasan ion fluoride dari

partikel glass ionomer cement yang merupakan hasil dari fase matriks akan

6

Page 5: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

menjadi reservoir untuk fluoride. Setelah pengaturan matriks mampu melepaskan

fluoride ke lingkungan sekitarnya atau untuk menyerap fluoride dari lingkungan

makakKonsentrasi fluoride tinggi (misalnya dari fluoride mengandung pasta gigi).

Selain potensi efek terapi dari fluoride terkonsentrasi dalam fase matriks,

kehadirannya juga memberikan kontribusi terhadap pengoptimalan karakteristik

dengan mempertahankan workability untuk lebih memperpanjang periode yang

diikuti oleh kenaikan yang relatif tajam dalam viskositas. (Mc. Cabe, 2008)

Gambar 1. Struktur polyacrilic acid

2.5 Cara Preparasi

Black (1924) menentukan beberapa aturan preparasi yang perlu diikuti

untuk restorasi gigi permanen yang karies. Restorasi gigi sulung masih mengikuti

prinsip preparasi Black dengan beberapa modifikasi. Prinsip – prinsip Black untuk

preparasi kavitas ada tujuh, yaitu :

a. Outline form yaitu pola menentukan bentuk luar suatu preparasi kavitas.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan outline form antara

lain:

1.Pit dan fissure akan dihilangkan, kecuali pada fissure yang dangkal.

2. Bentuk perluasan kavitas sampai ke area self cleansing

3. Semua jaringan karies dihilangkan

4. Email yang tidak didukung dentin dihilangkan.

7

Page 6: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

Tiga aspek yang bersangkutan dengan akses yaitu :

a) Operator dapat dengan mudah memeriksa luas karies

b) Bur mudah mencapai dentin karies di daerah pertautan email-dentin

c) Air pendingin mudah mencapai kepala bur

Pembentuk jalan masuk yang cepat merupakan tindakan paling efektif untuk

mencapai efisiensi preparasi kavitas dan menghasilkan kavitas yang memuaskan.

Gambar 2. Posisi Kerja pada Penderita untuk Rahang Bawah

(Grossman,1996)

Gambar 3. Posisi Kerja Pada Penderita untuk Rahang Atas (Grossman,

1996)

b. Removal of Caries (Membuang jaringan karies)

Membuang jaringan karies atau yang diduga akan karies digunakan

ekskavator atau bur bulat kecepatan rendah. Pada kavitas yang dangkal

dilakukan serentak karena jaringan karies sudah terambil ketika membentuk

resistance dan retention form. Karies tidak boleh ditinggalkan dalam kavitas

karena bila terjadi kebocoran tumpatan, bakteri yang tinggal di kavitas akan

menjadi aktif. (Yeti, 2011)

8

Page 7: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

c. Resistance Form (Membuat bentuk resistensi)

Resistance form bertujuan membentuk preparasi kavitas sedemikian rupa

sehingga gigi dan tumpatan cukup kuat menerima tekanan serta menahan

daya kunyah. Berikut adalah hal – hal yang perlu diperhatikan :

a. Enamel yang tidak disokong dentin yang sehat akan dibuang. Bila pada

kavitas Klas II overhanging enamel sedemikian besar, enamel yang tidak

disokong dentin sehat perlu dihilangkan. Dengan demikian akan

menyebabkan sisa jaringan gigi menjadi tipis. Dalam hal ini perlu diisi

terlebih dahulu bagian undermine (dasarnya) dengan semen Zn fosfat.

(Yeti, 2011)

b. Dengan kedalaman kavitas 0,5 mm ke dalam dentin, kekuatan akan

bertambah dua kali jika isthmus didalamkan. (Yeti, 2011)

c. Isthmus harus dibuat 1/3 – ¼ jarak antar tonjol.

d. Line angle harus dibulatkan dan enamel harus didukung dentin yang

sehat.

e. Selain itu perlu dibuat bevel atau dibulatkan pada axio-pulpa line angle

f. Cavo surface angle harus tegak lurus untuk mengurangi fraktur pinggir

restorasi dan memudahkan carving.

b. Retention Form

Retention form bertujuan membentuk kavitas sedemikian rupa sehingga

tumpatan tersebut memperoleh pegangan yang kuat dan tidak mudah bergeser

terhadap daya kunyah. Tumpatan tidak lepas ketika gigi berfungsi. (Yeti,

2011)

c. Convenience Form

Convinience form adalah bentuk preparasi yang menyediakan untuk

pemeriksaan yang memadai, aksesibilitas, dan kemudahan pengoperasian

dalam merestorasi gigi. Sesekali mendapatkan bentuk ini akan memerlukan

perpanjangan dinding distal, mesial, facial, atau lingual untuk mendapatkan

akses menuju bagian terdalam dari kavitas. Seperti contoh preparasi pada

9

Page 8: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

permukaan servikal pada gigi posterior terpaksa mengorbankan jaringan sehat

pada bidang oklusal. Namun, perpanjangan pada tepi facial gigi anterior

biasanya kontraindikasi untuk alasan estetika. (Theodore, 2002)

d. Finishing The Enamel Margin (Menghaluskan dinding / tepi kavitas)

Finishing the enamel margin adalah tindakan untuk membuat dinding

yang halus dan rata dengan tujuan mendapatkan kontak marginal yang

baik. (Yeti, 2011)

e. Toilet of the Cavity (Membersihkan kavitas debris / sisa – sisa

preparasi)

Toilet of cavity yaitu bertujuan membersihkan kavitas dari debris / sisa –

sisa preparasi. Tingkatan pekerjaan preparasi kavitas yang terakhir ini

ialah (Yeti, 2011) :

1. Kavitas dibersihkan dari debris dengan air.

2. Kavitas diperiksa lagi pada kavitas, mungkin masih terdapat

jaringan karies

3. yang harus segera dikeluarkan.

4. Kemudian dinding – dinding kavitas, diulas dengan alkohol atau

stelirizing

5. agent lain, dan dikeringkan dengan semprotan udara.

6. Kavitas yang telah memenuhi syarat tersebut di atas harus tetap

dijaga terhadap semua kotoran – kotoran, kuman – kuman dan

saliva dengan memblokir kelenjar ludah dengan cotton roll

sebelum pemberian basis dan mengisi tumpatan.

Prinsip preparasi di atas adalah indikasi untuk tumpatan amalgam,

sedangkan untuk tumpatan glass ionomer cement oleh karena perlekatannya

secara kimia maka hanya bagian gigi yang terkena karies saja yang di ambil.

Kemudian diulas conditioner, baru ditumpat. Pada kavitas yang dalam, digunakan

sistem sandwich atau teknik laminasi dengan cara menumpatkan Glass Ionomer

Cement sebagai basis dan diikuti dengan penumpatan komposit atau amalgam.

10

Page 9: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

2.6 Cara Aplikasi

Penggabungan tumpatan glass ionomer cement pada tumpatan resin

komposit dikenal dengan nama teknik laminate atau penumpatan sandwich.

Perlekatan dari kedua bahan tumpat ini berdasarkan prisip perlekatan secara

mikromekanis. Perlekatan mikromekanis dihasilkan melalui pengaplikasian etsa

yang menyebabkan proses demineralisasi pada permukaan glass ionomer cement,

sehingga didapatkan permukaan mikroporositas pada glass ionomer cement,

yang menjadi perlekatan mikromekanis bahan bonding. Resin tag pada daerah

mikroporus ini menghasilkan suatu lapisan perlekatan mikromekanis pada resin

komposit. (Adhidarma, 2010)

Aplikasi utama dari glass ionomer cement pengisi bahan menggambarkan

keuntungan dari sifat perekat yang dimiliki akan ditambah dengan kerapuhan

bawaan dan dengan kualitas kurang dari estetika yang sempurna. Teknik kerja

dalam merestotasi Glass ionomer cement pada gigi adalah :

a. Isolasi gigi

Kunci keberhasilan penumpatan glass ionomer cement adalah menjaga

daerah tetap dalam keadaan kering selama proses penumpatan berlangsung.

Untuk menghindari kontaminasi kavitas yang telah disiapkan dari saliva atau

darah yang akan menghalangi adaptasi bahan tumpatan terhadap dinding

kavitas isolasi mutlak dilakukan. Isolasi ideal sebaiknya dilakukan dengan

rubber dam, namun dengan menggunakan gulungan kapas disertai pemakaian

penghisap saliva, dapat dihasilkan daerah kerja yang kering.

b. Preparasi kavitas

Yang dimaksud dengan preparasi kavitas adalah tindakan membuang

jaringan karies atau jaringan sehat gigi dan membentuk kavitas sedemikian

rupa sehingga siap menerima tumpatan. Preparasi dilakukan dengan bur

carbide bundar (pear shaped) atau bur inverted yang kecil dengan prosedur

preparasi kelas satu biasa diikuti dengan pembuatan bevel di email.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan preparasi kavitas :

1. Ekstensi dibuat sekecil-kecilnya

11

Page 10: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

Outline kavitas diletakkan hanya pada daerah karies karena sifat tumpatan

ini mempunyai daya tahan yang tidak baik terhadap abrasi, sehingga

pergantian tumpatan akan dilakukan dengan cepat.

2. Bentuk resisten

Untuk mencegah pecahnya tepi kavitas, harus diperhatikan bahwa enamel

harus didukung oleh dentine yang sehat di samping arah enamel rods.

3. Bentuk konvenien

Untuk memungkinkan pengisian kavitas dengan sempurna, sudut

sebaiknya dibuat membulat, baik pada garis sudut dinding tegak maupun

pada dasar kavitas.

4. Retensi

Retensi semen ionomer kaca diperoleh dari ikatan fisiokimia yang dimiliki

oleh sifat adhesinya.

c. Pembersihan dinding kavitas

Untuk lesi klas II dilakukan pemasangan matriks, kemudian kavitas

dibersihkan dengan menggunakan kapas yang telah diolesi dengan asam

poliakrilik 10% ke dinding kavitas selama 10 detik kemudian dicuci dengan

semprotan air lalu dikeringkan.

d. Penumpatan

Sebelum dilakukan penumpatan, pada kavitas yang dalam diletakkan

lapisan kalsium hidroksida. Alat-alat uyang digunakan harus dalam keadaan

bersih dan kavitas harus kering untuk membantu addhesi bahan ini tehadap

dentin. Peletakan kalsium hidroksida menggunakan suatu alat seperti sonde

yang pada ujungnya terdapat bulatan kecil (knob sonde) pada lapisan yang

terdalam dari kavitas (dinding kavitas yang berdekatan dengan pulpa jaraknya

kurang dari satu millimeter). Kelebihan kalsium hidroksida harus dibuang

dengan menggunakan alat-alat yang tajam seperti sonde atau ekskavator.

Setelah kavitas penuh dioleskan selapis tipis varnish di atasnya.

Varnish merupakan resin alami atau sintetis dalam pelarut yang mudah

menguap seperti eter atau alkohol.

e. Pemolesan

12

Page 11: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

Setelah mengeras, matriks dibuka. Bagian oklusal dan proksimal

diperiksa kembali. Pemolesan dapat dilakukan 24 jam kemudian. Pemolesan

dilakukan dengan stone bur dan disk yang diolesi vaselin. Untuk mendapatkan

hasil yang halus pemolesan dilakukan dengan menggunakan white points, jet

fine finishing bur atau super fne diamond points dengan kecepatan rendah.

(Dessy, 2002)

Glass ionomer cement harus sesuai dengan kedalaman dari margin utuk

memberikan bulk yang adekuat dari material restorasi. Akhiran atau ujung yang

tajam tidak sesuai dan memicu abrasi dan kavitas karies mungkin perlu

dimodifikasi untuk memberi dasar gabungan margin dengan kedalaman sama

dengan atau lebih dari 0,75 mm. Penggunaan glass ionomer cement untuk

restorasi rongga kelas III telah dianjurkan. Bahan awal yang jauh dari ideal,

menjadi lebih buram daripada silikat atau komposit. Produk baru lebih

memuaskan dan sekarang sering digunakan untuk tipe kavitas ini. (Mc Cabe,

2008)

Beberapa teknik restoratif terbaru menawarkan alternatif untuk kavitas

kelas I dan kelas II di gigi posterior pada orang dewasa. Preparasi kavitas

mengambil bentuk sebuah terowongan dengan asalnya ( teknik Tunnel), baik dari

permukaan oklusal jarak pendek menjauh dari ridge marginal atau dari aspek

bukal. Terowongan mengarah ke daerah dentin karies yang dihilangkan

menggunakan instrument rotary dan tangan. Suatu glass ionomer cement

disuntikkan selanjutnya dimasukkan ke dalam rongga dengan matriks yang tepat

sesuai kebutuhan. Keuntungan utama dari cara ini adalah pemeliharaan marginal

ridge gigi. Manipulasi klinis glass ionomer cement harus dirancang untuk

memaksimalkan akseptabilitas klinisnya sementara melakukan kerusakan minimal

terhadap gigi. Salah satu masalah utama adalah berhati-hati untuk

mempertahankan tingkat yang sesuai dari hidrasi permukaan bahan yang terpapar.

(Mc Cabe, 2008)

2.6.1 Perawatan Permukaan Dentin

Pada dentin permukaan yang mengkilap (misalnya yang berasal dari lesi

keausan servikal yang belum siap secara mekanis) dan kedua permukaan dentin

dan enamel yang terkontaminasi dengan air liur, glass ionomer cement tidak bisa

13

Page 12: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

melekat dengan baik. Bahkan pembasahan temporer dengan air liur selama

persiapan kavitas akan menghambat pembentukan ikatan yang baik. Permukaan

ini harus disiapkan untuk menghapus protein saliva endapan dan / atau permukaan

dentin eburnated (conditioner). Berbagai bahan telah digunakan untuk tujuan ini,

termasuk asam sitrat. Namun, bahan yang paling efektif tampaknya 10-15% poli

(akrilik) asam. Hal ini diaplikasikan pada permukaan gigi selama 30 detik

kemudian dicuci dan gigi dikeringkan, tetapi tidak benar-benar kering, untuk

mencapai permukaan reseptif untuk ikatan. (Mc Cabe, 2008)

2.6.2 Matrix Teknik

Umumnya, glass ionomer cement digunakan untuk memperbaiki kavitas

pada gigi anterior proksimal dan karies pada permukaan akar atau hasil dari

keausan . Teknik matriks untuk kavitas pada gigi anterior proksimal sangat mirip

dengan untuk komposit, menggunakan film fleksibel transparan yang terbuat dari

salah satu selulosa asetat atau poliester. Matriks ini disisipkan di antara gigi yang

berdekatan dengan kavitas yang telah siap biasanya sebelum pengkondisian

permukaan dentin. Setelah bahan telah ditempatkan dalam kavitas sampai

berlebihan sedikit, matriks ditarik sepanjang akar gigi dan ditahan pada tempatnya

dengan menggunakan sedikit tekanan sampai bahan mengeras. (Mc Cabe, 2008)

Sisa glass ionomer cement dibersihkan dengan hati-hati menggunakan

probe tajam atau excavator. Kemudian matriks dilepas.Teknik matriks untuk

persiapan terowongan ( teknik Tunnel ) membutuhkan strip logam tipis yang akan

lewat di antara gigi dan kemudian disesuaikan agar sesuai dengan gigi

menggunakan wedges. (Mc Cabe, 2008)

2.6.3 Finishing dan polishing

Glass ionomer cement yang berbasis air dan oleh karena itu sangat rentan

terhadap pengeringan atau kontaminasi kelembaban yang berlebihan selama fase

awal reaksi dan mencapai pengerasan sebagian melalui proses kimia pembentukan

semen. Pengerasan berlanjut selama lebih kurang satu jam 24 jam. Permukaan

semen harus diproteksi selama jangka waktu tersebut. (Mc Cabe, 2008)

Sementara GIC semen tidak rentan terhadap pengeringan setelah setting

selesai, maka harus melapisi GIC restorasi dengan lapisan pelindung dari resin

berbasis pernis atau resin bonding unfilled jika restorasi cenderung dikenakan

14

Page 13: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

lingkungan mengering untuk jangka waktu lama, misalnya jika gigi yang

mengandung restorasi GIC terisolasi menggunakan dam rubber selama perawatan

restoratif prosedur atau endodontik di tempat lain dalam mulut. (Mc Cabe, 2008)

2.6.4 Kontrol Kelembaban selama Penempatan

Ada dikotomi antara penggunaan teknik terbaik kelembaban kontrol

(isolasi dengan rubber dam) dan risiko pengeringan restorasi jika dam karet ini

digunakan selama penempatan GIC restorasi. Yang harus diperhatikan ialah

menghindari kontaminasi kavitas yang telah siap dengan air liur sebelum

menempatkan semen karena pelikel saliva akan mengganggu bonding. Pelikel

saliva dapat dihapus dengan memperlakukan dentin dengan poli (akrilik) acid

selama 15 detik. (Mc Cabe, 2008)

2.6.5 GIC sebagai Fissure Sealant

Penggunaan lain yang disarankan glass ionomer cement adalah sebagai

fissure sealant. Bahan ini dicampur dengan konsistensi lebih cair untuk

memungkinkan aliran ke kedalaman pit dan fissure gigi posterior. Awal semen

yang ditemukan tidak sesuai dengan sealant fissure jika celah kurang dari 100 um.

Partikel-partikel dari semen mencegah penetrasi yang memadai dari pola fissure

sehingga dibutuhkan untuk mempertimbangkan pelebaran celah dengan bur.

Semen luting memiliki partikel kaca jauh lebih kecil mungkin menjadi pilihan

yang lebih masuk akal dari material untuk aplikasi ini. (Mc Cabe, 2008)

Teknik aplikasi fissure sealant dengan sealant glass ionomer cement

adalah sebagai berikut :

1. Pembersihan pit dan fisura pada gigi yang akan dilakukan aplikasi fissure

sealant menggunakan brush dan pumis (Gambar 4)

Syarat pumis yang digunakan dalam perawatan gigi:

a. Memiliki kemampuan abrasif ringan

b. Tanpa ada pencampur bahan perasa

c. Tidak mengandung minyak

d. Tidak mengandung Fluor

e. Mampu membersihkan dan menghilangkan debris, plak dan stain

f. Memiliki kemampuan poles yang bagus

2. Pembilasan dengan air

15

Page 14: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

Syarat air:

a. Air bersih

b. Air tidak mengandung mineral

c. Air tidak mengandung bahan kontaminan

3. Isolasi gigi

Gunakan cotton roll atau gunakan rubber dam

4. Keringkan permukaan gigi selama 20-30 detik dengan udara.

Syarat udara :

a. Udara harus kering

b. Udara tidak membawa air (tidak lembab)

c. Udara tidak mengandung minyak

d. Udara sebaiknya tersimpan dalam syringe udara dan dihembuskan

langsung ke permukaan gigi.

5. Aplikasi bahan dentin kondisioner selama 10-20 detik (tergantung instruksi

pabrik). Hal ini akan menghilangkan plak dan pelikel dan mempersiapkan

semen beradaptasi dengan baik dengan permukaan gigi dan memberikan

perlekatan yang bagus (Gambar 6).

6. Pembilasan dengan air selama 60 detik

Syarat air sama dengan point 2.

7. Pengeringan dengan udara setelah aplikasi dentin kondisioner permukaan pit

dan fisura dilakukan pembilasan

a. Syarat udara sama dengan point 3.

b. Keringkan dengan udara selama 20-30 detik

8. Aplikasikan bahan SIK pada pit dan fisura (Gambar 7).

9. Segera aplikasi bahan varnish setelah aplikasi fissure sealant dilakukan

(Gambar 8).

10. Evaluasi permukaan oklusal

a. Cek oklusi dengan articulating paper

b. Penyesuaian dilakukan bila terdapat kontak berlebih (spot grinding).

2.6.6 GIC sebagai Lapisan Pelekat Kavitas (teknik sandwich)

GIC memiliki sejumlah keunggulan sebagai lapisan rongga karena

berikatan dengan dentin dan melepaskan fluoride yang dapat membantu untuk

16

Page 15: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

mengurangi kerusakan berulang. Mereka dapat digunakan baik di bawah resin

komposit atau amalgam. Teknik sandwich yang disebut melibatkan menggunakan

GIC sebagai pengganti dentin dan komposit untuk menggantikan enamel. Tujuan

dirancang bahan lapisan diatur dengan cepat dan dapat dibuat untuk menerima

ikatan resin komposit hanya dengan mencuci permukaan bahan jika bahan

tersebut baru ditempatkan (hasil kelebihan air di beberapa matriks GIC dicuci

keluar dari seluruh partikel filler, memberikan permukaan kasar mikroskopis yang

komposit akan melampirkan dalam cara yang analog dengan etsa enamel).

Permukaan ini harus dilapisi dengan baik resin yang unfilled atau DBA untuk

mengoptimalkan perlekatan. Hal ini hanya diperlukan untuk etch GIC dengan

asam jika restorasi telah berjalan selama beberapa waktu dan telah sepenuhnya

matang. (Mc Cabe, 2008)

2.6.7 GIC sebagai ART

ART (teknik restoratif atraumatik) adalah metode manajemen karies yang

dikembangkan terutama untuk digunakan di negara dunia ketiga di mana tenaga

gigi terampil dan fasilitas yang terbatas dan kebutuhan penduduk yang tinggi.

Teknik ini menggunakan instrumen tangan sederhana (chisel dan ekskavator)

untuk menerobos enamel dan menghapus karies sebanyak mungkin. Kavitas

tersebut diisolasi dengan menggunakan gulungan kapas. Ketika ekskavasi karies

selesai (atau selengkap dapat dicapai) rongga sisa dikembalikan menggunakan

GIC yang dimodifikasi, diperkuat untuk memberikan peningkatan kekuatan di

bawah beban yang fungsional dan radiopak. Sifat estetika mereka lebih buruk,

bahan menjadi optik opaque. (Mc Cabe, 2008)

17

Page 16: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

Tahapan Aplikasi Fissure Sealant Berbasis glass ionomer cement (Dr J.

Lucas dalam www. gcasia.info, 2008)

Gambar 4. Gigi molar yang baru erupsi setelah dilakukan penyikatan guna

menghilangkan plak dan debris.

Gambar 5. Pencampuran bahan fissure sealant hingga merata.

Gambar 6. Pemberian kondisioner setelah gigi dibersihkan dan dikeringkan

18

Page 17: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

Gambar 7. Aplikasi bahan pada pit dan fisura

Gambar 8. Aplikasi bahan varnish segera setelah aplikasi bahan selesai.

Gambar 9. gigi molar yang telah dilakukan fissure sealant

19

Page 18: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

2.7 Mekanisme Perlekatan dengan Gigi

Ketika bubuk dan cairan GIC dicampurkan, cairan asam akan memasuki

permukaan partikel kemudian bereaksi dengan membentuk lapisan semen tipis

yang akan mengikuti inti tumpatan (Lubis, 2004)

Selain cairan asam, kalsium, aluminium, sodium sebagaian ion-ion

fluoride pada bubuk GIC akan memasuki partikel kaca yang akan membentuk ion

kalsium (Ca2+) kemudian ion aluminium (Al3-) dan garam fluor yang dianggap

dapat mencegah timbulnya karies sekunder. Selanjutnya partikel-partikel lapisan

kaca lapisan luar membentuk lapisan gel (Lubis, 2004)

Gambar 10. Mekanisme Perlekatan GIC

1. Dissolution

Terdekomposisinya 20-30% partikel glass dan lepasnya ion-ion dari

partikel glass (kalsium, stronsium, dan alumunium) akibat dari serangan polyacid

(terbentuk sol seme)

20

Page 19: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

Gambar 11. Proses Dissolution

2. Gelation/ hardening

Ion-ion kalsium, stronsium, dan alumunium terikat pada polianion pada

grup polikarboksilat.

a. 4-10 menit setelah pencampuran terjadi pembentukan rantai kalsium (fragile &

highly soluble in water).

b. 24 jam setelah pencampuran, maka alumunium akan terikat pada matriks semen

dan membetuk rantai alumnium (strong & insoluble).

3. Hydration of salts

Terjadi proses hidrasi yang progresive dari garam matriks yang akan

meningkatkan sifat fisik dari glass ionomer cement. (Lubis, 2004)

Retensi semen terhadap enamel dan dentin pada jaringan gigi berupa

ikatan fisiko-kimia tanpa menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimianya berupa

ikatan ion kalsium yang berasal dari jaringan gigi dengan gugus COOH

(karboksil) multipel dari glass ionomer cement. (Lubis, 2004)

21

Page 20: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

Adhesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis pada

dua permukaan yang berkontak. Glass ionomer cement adalah polimer yang

mempunyai gugus karboksil (COOH) multipel sehingga membentuk ikatan

hidrogen yang kuat. Dalam hal ini memungkinkan pasta semen untuk membasahi,

adaptasi, dan melekat pada permukaan email. Ikatan antara semen ionomer kaca

dengan email dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin karena email

berisi unsur anorganik lebih banyak dan lebih homogen dari segi morfologis.

(Lubis, 2004)

Secara fisik, ikatan bahan ini dengan jaringan gigi dapat ditambah dengan

membersihkan kavitas dari pelikel dan debris. Dengan keadaan kavitas yang

bersih dan halus dapat menambah ikatan semen ionomer kaca. (Lubis, 2004)

Air memegang peranan penting selama proses pengerasan dan apabila

terjadi penyerapan air maka akan mengubah sifat fisik SIK. Saliva merupakan

cairan di dalam rongga mulut yang dapat mengkontaminasi SIK selama proses

pengerasan dimana dalam periode 24 jam ini SIK sensitif terhadap cairan saliva

sehingga perlu dilakukan perlindungan agar tidak terkontaminasi. (Lubis, 2004)

Kontaminasi dengan saliva akan menyebabkan SIK mengalami pelarutan

dan daya adhesinya terhadap gigi akan menurun. SIK juga rentan terhadap

kehilangan air beberapa waktu setelah penumpatan. Jika tidak dilindungi dan

terekspos oleh udara, maka permukaannya akan retak akibat desikasi. Baik

desikasi maupun kontaminasi air dapat merubah struktur SIK selama beberapa

minggu setelah penumpatan. (Lubis, 2004)

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka selama proses pengerasan

SIK perlu dilakukan perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan saliva

dan udara, yaitu dengan cara mengunakan bahan isolasi yang efektif dan kedap

air. Bahan pelindung yang biasa digunakan adalah varnis yang terbuat dari

isopropil asetat, aseton, kopolimer dari vinil klorida, dan vinil asetat yangakan

larut dengan mudah dalam beberapa jam atau pada proses pengunyahan. (Lubis,

2004)

Penggunaan varnish pada permukaan tambalan glass ionomer bukan saja

bermaksud menghindari kontak dengan saliva tetapi juga untuk mencegah

dehidrasi saat tambalan tersebut masih dalam proses pengerasan. Varnish kadang-

22

Page 21: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

kadang juga digunakan sebagai bahan pembatas antara glass ionomer dengan

jaringan gigi terutama pulpa karena pada beberapa kasus semen tersebut dapat

menimbulkan iritasi terhadap pulpa. (Lubis, 2004)

Pemberian dentin conditioner (surface pretreatment) adalah menambah

daya adhesif dentin. Persiapan ini membantu aksi pembersihan dan pembuangan

smear layer, tetapi proses ini akan menyebabkan tubuli dentin tertutup. Smear

layer adalah lapisan yang mengandung serpihan kristal mineral halus atau

mikroskopik dan matriks organik. (Lubis, 2004)

Lapisan smear layer terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu lapisan luar yang

mengikuti bentuk dinding kavitas dan lapisan dalam berbentuk plugs yang

terdapat pada ujung tubulus dentin. Sedangkan plugs atau lapisan dalam tetap

dipertahankan untuk menutup tubulus dentin dekat jaringan pulpa yang

mengandung air. (Lubis, 2004)

Bahan dentin conditioner berperan untuk mengangkat smear layer

bagian luar untuk membantu ikatan bahan restorasi adhesif seperti bahan bonding

dentin. Hal ini berperan dalam mencegah penetrasi mikroorganisme atau bahan-

bahan kedokteran gigi yang dapat mengiritasi jaringan pulpa sehingga dapat

menghalangai daya adhesi. (Lubis, 2004)

Permukaan gigi dipersiapkan dengan mengoleskan asam poliakrilik

10%. Waktu standart yang diperlukan untuk satu kali aplikasi adalah 20 detik,

tetapi menurut pengalaman untuk mendapatkan perlekatan yang baik pengulasan

dentin conditioner pada dinding kavitas dapat dilakukan selama 10-30 detik.

Kemudian pembilasan dilakukan selama 30 detik pembilasan merupakan hal

penting untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, setelah itu kavitas dikeringkan.

(Lubis, 2004)

2.8 Varnish

Penggunaan varnish pada permukaan tambalan glass ionomer cement

bermaksud menghindari kontak dengan saliva tetapi juga untuk mencegah

dehidrasi saat tambalan tersebut masih dalam seng oksida eugenols. Varnish

kadnag-kadang juga digunakan sebagai bahan pembatas antara glass ionomer

23

Page 22: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

dengan jaringan gigi terutama pulpa karena pada beberapa kasus semen tersebut

dapat menimbulkan iritasi terhadap pulpa. (Galinggih, 2011)

Setelah dilakukan tahap finishing pada restorasi glass ionomer cement,

restorasi harus dilapisi lagi dengan bahan pelindung karena tepi semen yang

terbuka akibat baru saja dirapikan masih peka terhadap lingkungan dan mudah

terkontaminasi oleh saliva dan udara. Apabila tidak dilakukan prosedur

perlindungan untuk semen yang sedang mengeras, maka pada akhirnya akan

terjadi permukaan yang mengapur atau kasar. Restorasi glass ionomer cement

juga rentan terhadap pelepasan dan penyerapan air. Untuk mengatasi hal tersebut,

glass ionomer harus dilindungi agar tidak berkontak dengan air liur yaitu dengan

cara memasang cotton roll, saliva suction, rubber dam atau dapat pula digunakan

teknik pelapisan bahan tambal menggunakan bahan pelapis seperti varnish.

(Anusavice, 2003)

Bahan pelindung varnish terbuat dari isopropyl asetat, aseton, kopolimer

dari vinil klorida, dan vinil asetat. Penggunaan varnish pada permukaan tumpatan

glass ionomer cement bukan saja bermaksud menghindari kontak dengan saliva,

tetapi juga untuk mencegah dehidrasi saat tumpatan tersebut masih dalam proses

pengerasan. (Lutfan, 2011)

Varnish sebaiknya digunakan lebih dari satu kali olesan, karena seringkali

menghasilkan pinholes (porositas) pada pengolesan pertama. Dengan pengolesan

kedua dan seterusnya, porus yang terjadi dapat terisi. (Anusavice, 2003)

Gambar 12. salah satu contoh varnish

(http://www.gceurope.com)

24

Page 23: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

2.9 Kompomer

Kompomer adalah salah satu material baru yang dikembangkan dan

diperkenalkan oleh para ahli pada awal 1990-an. Kompomer mengandung bahan

utama komposit (resin) dan glass ionomer (polyaclkonic acid and glass filler)

kecuali air. Kompomer menggabungkan keunggulan sifat dari kedua bahan

restorasi ini, dimana resin kompositdapat memberikan nilai estetis yang baik,

sedangkan glass ionomer dapat mengeluarkan fluor sebagai antikariogenik.

(Schmalz, 2005)

Kompomer merupakan pilihan restorasi yang tepat untuk merestorasi gigi

anterior dan posterior sulung karena konduktivitas termisnya yang relatif rendah,

dapat mempertahankan struktur gigi dalam preparasi kavitas, kuat, ekonomis, dan

memili estetis yang baik. Selain itu, karena kompomer mengandung dua monomer

asam dan glass ionomer yang dapat mengabsorpsi air, dapat memicu reaksi yang

dapat melepaskan fluor dan dapat menetralkan lingkungan rongga mulut yang

asam. Banyak peneliti yang mengamati kompomer dan telah disimpulkan bahwa

kompomer dapat beradaptasi dengan baik pada gigi anak-anak dan memiliki

teknik penanganan yang sederhana sehingga sangat berguna dalam kedokteran

gigi anak. (Panjaitan, 2001)

Kompomer dapat digunakan pada kavitas klas I desidui, klas II desidui,

klas III ddan IV, serta pit dan fissure sealant. Penggunaan kompomer terutama

pada restorasi klas III dan V. (Anusavice, 2004)

Komponen utama dari kompomer sama dengan resin komposit yaitu bulky

macro-monomers seperti bisglycidyl ether dimethacrylate (bisGMA) dan urethane

dimethacrylate (UDMA) yang dipadukan dengan viscosity-reducing diluents,

seperti triethylene glycoldimethacrylate (TEGDMA). Sistem polimer ini diisi oleh

serbuk inorganik non reaktif seperti quartz atau silicate glass yang dilapisi silane

untuk meningkatkan kekuatan ikatan antara filler (bahan pengisi) dan matriks

pada saat pengerasan. (Anusavice, 2004)

Secara umum, sifat-sifat mekanis kompomer tidak jauh berbeda dari sifat-

sifat komposit resin. Perbedaan keduanya yang paling signifikan adalah dalam hal

ketahanan terhadap tekanan. Untuk mendapatkan kekuatan penguyahan yang

25

Page 24: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

besar dalam rongga mulut, suatu bahan pengisi yang dipakai dalam jangka waktu

panjang membutuhkan compressive strengh (Anusavice, 2004)

Kompomer didesain untuk melepaskan fluor. Fluor terdapat pada reactive

glass filler, dan akan dilepaskan apabila terjadi reaksi antara glass filler dengan

bahan asam yang dipicu oleh adanya penyerapan air (lembab) ke dalam. Selain

itu, kompomer komersial mengandung senyawa fluorida seperti fluorida

stronsium yang mampu melepaskan fluorida bebas dibawah kondisi klinis. Fluor

akan dilepaskan apabila terjadi peningkatankondisi lingkungan yang asam dan

sebagai penyeimbang (buffer) bagi asam laktat. (Anusavice, 2004)

2.10 Kelebihan dan Kelemahan

Glass Ionomer ini juga menimbulkan banyak kelebihan dan kelemahan

bagi penggunanya. (Mount, 1995)

a. Kelebihan

1. Tahan terhadap penyerapan air dan kelarutan dalam air

2. Kemampuan berikatan dengan enamel dan dentin

3. Memiliki angka retensi gigi

4. Bahan tambal ini meraih popularitas karena sifatnya yang dapat melepas

fluor yang sangat berperan sebagai antikaries. Dengan adanya bahan

tambal ini, resiko kemungkinan untuk terjadinya karies sekunder di bawah

tambalan jauh lebih kecil dibanding bila menggunakan bahan tambal lain.

5. Biokompatibilitas bahan ini terhadap jaringan sangat baik (tidak

menimbulkan reaksi merugikan terhadap tubuh), menunjukkan efek

biologis yang baik terhadap struktur jaringan gigi dan pulpa. Kelebihan

lain dari bahan ini yaitu semen glass ionomer mempunyai sifat anti

bakteri, terutama terhadap koloni streptococcus mutan

6. Material ini melekat dengan baik ke struktur gigi karena mekanisme

perlekatannya adalah secara kimia yaitu dengan pertukaran ion antara

tambalan dan gigi. Oleh karena itu pula, gigi tidak perlu diasah terlalu

banyak seperti halnya bila menggunakan bahan tambal lain. Pengasahan

perlu dilakukan untuk mendapatkan bentuk kavitas yang dapat memegang

bahan tambal.

26

Page 25: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

7. Estetika (penambahan radio opak untuk penyamaan warna dengan gigi)

8. Mempunyai kekuatan kompresi yang tinggi.

9. Bersifat adhesi.

10. Tidak iritatif.

11. Mempunyai sifat penyebaran panas yang sedikit.

12. Daya larut yang rendah.

13. Bersifat translusent atau tembus cahaya.

b. Kelemahan

1. Tidak dapat menahan tekanan kunyah yang besar

2. Tambalan glass ionomer cement lebih mudah aus dibanding tambalan lain

4. Setelah restorasi butuh proteksi

5. Kekerasan kurang baik

6. Rapuh dan sensitive terhadap air pada waktu pengerasan

7. Dapat larut dalam asam dan air

8. Kekuatannya lebih rendah bila dibandingkan bahan tambal lain, sehingga

tidak disarankan untuk digunakan pada gigi yang menerima beban kunyah

besar seperti gigi molar (geraham)

9. Warna tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas

antara tambalan dan permukaan gigi asli.

2.11 Indikasi

Semen ini memiliki sifat kekerasan yang baik, namun jauh inferior

dibanding kekerasan bahan resin. Kemampuan adhesi melibatkan proses kelasi

dari gugus karboksil dari poliasam dengan kalsium di kristal apatit enamel dan

dentin. Semen ini memiliki sifat anti karies karena kemampuannya melepaskan

fluor. Dalam proses pengerasan harus dihindarkan dari saliva karena mudah larut

dalam cairan dan menurunkan kemampuan adhesi. Ikatan fisiko kimiawi antara

bahan dan permukaan gigi sangat baik sehingga mengurangi kebocoran tepi

tumpatan (Anusavice, 2004 hal.453).

Indikasi pemakaian GIC adalah:

1. Restorasi gigi desidui (gigi sulung)

27

Page 26: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

Penelitian Wadenya (2010) dengan menggunakan gigi molar desidui

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan leakage pada enamel dan dentin

antara SIK konvensional dan SIK modifikasi resin nano. Celah mikro dapat

dipengaruhi oleh sifat dari bahan restorasi. Peningkatan perubahan dimensi

selama berpolimerisasi dan kurangnya adaptasi bahan restorasi ke dinding

kavitas dan margin dapat menyebabkan celah marginal.

2. Restorasi kelas I yang kecil

Umumnya, semen glass ionomer digunakan untuk mengembalikan gigi

berlubang pada gigi anterior proksimal dan cacat pada permukaan akar, baik

merupakan akibat dari keausan atau kerusakan. (Mc Cabe, 2008, hal. 253)

3. Restorasi kelas III dan V

4. Restorasi transisi

5. Sebagai pit and fissure sealant

Penggunaan lain yang disarankan ionomer kaca adalah sebagai pit and fissure

sealant. Bahan ini dicampur dengan konsistensi lebih cair untuk

memungkinkan aliran ke kedalaman lubang dan celah gigi posterior hingga

mencapai daerah undercut. (Mc Cabe, 2008, hal. 255)

6. Pembuatan pasak yang sekurang-kurangnya

50% dari struktur mahkota gigi tersisa sehingga dapat dijadikan sebagai

dukungan. (sandwich technique)

GIC memiliki sejumlah keunggulan sebagai lapisan rongga karena mereka

obligasi untuk dentin dan fluoride rilis yang dapat membantu untuk

mengurangi kerusakan berulang. GIC dapat digunakan baik di bawah resin

komposit atau campuran. Teknik sandwich yang disebut melibatkan

menggunakan GIC sebagai pengganti dentin dan komposit untuk

menggantikan enamel.

28

Page 27: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

Gambar 13. Diagram ilustrasi dari penggunaan komposit dan GIC pada

restorasi kelas 2 dengan sandwich technique. (Mc. Cabe, 2008 hal. 255)

Indikasi penggunaan Fissure sealant dengan semen ionomer kaca sebagai

berikut (Mc Cabe, 2008, hal. 253) :

a. Digunakan pada geligi sulung

GIC dapat digunakan sebagai bahan untuk mengisi gigi sulung, yang

sering digunakan dalam preferensi untuk amalgam dalam molar sulung.

Hal tersebut memungkinkan sebagai trauma persiapan rongga mulut yang

harus dikurangi seminimal mungkin, meskipun tidak cukup tahan lama

untuk menahan kekuatan pengunyahan pada orang dewasa, tetapi cukup

untuk gigi sulung.

b. Kekuatan kunyah relatif tidak besar

c. Pada insidensi karies tinggi

Sealant pada gigi telah terbukti memiliki keefektifan tinggi dalam

pencegahan karies oleh bahan sealant didasarkan penutupan pit dan fisura

sehingga mikroflora dalam pit dan fisura tdak dapat menjangkau nutrisi

yang dibutuhkan. Retensi adekuat sealant diperlukan untuk menutupi

permukaan gigi terutama pada area yang dalam, pit dan fisura yang tidak

teratur, dan aplikasinya dilakukan pada daerah yang bersih dan kering saat

prosedur dilakukan.

d. Gigi yang belum erupsi sempurna

e. Area yang kontaminasi sulit dihindari

f. Pasien kurang kooperatif

29

Page 28: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

2.12 Pengaruh Fluor sebagai Pelindung Enamel dan Dentin

Senyawa fluoride adalah suatu garam fluoride yang banyak sekali terdapat

di dalam alam dapat berupa sodium fluoride, calcium fluoride, ammonium

fluoride, aluminium fluoride, ammonium fluorosilikat, ammonium fluorofosfat,

hexadesil ammonium fluoride, magnesium fluoride dan garam-garam lainnya.

Fluorida yang terkandung dalam pasta gigi berkaitan dengan pencegahan terhadap

terbentuknya karies gigi. Fluorida melekat pada permukaan email gigi sehingga

dapat meningkatkan resistensi email gigi terhadap asam yang terbentuk dari

metabolisme karbohidrat oleh mikroorganisme plak gigi. Penggunaan fluorida

dalam jumlah besar selama kurun waktu tertentu dapat menimbulkan efek

samping. Efek samping yang timbul adalah fluorosis email yaitu email gigi yang

berbintik bintik. Enamel gigi menjadi rapuh dengan warna cokelat kehitaman

yang irreversibel karena telah mengenai jaringan keras gigi. (Listyasari, 2012)

Enamel adalah lapisan gigi terluar, bersifat lebih keras dibandingkan

dengan lapisan di bawahnya yang disebut dentin. Hal ini disebabkan karena

enamel lebih banyak mengandung mineral dan bahan-bahan organik. Struktur

enamel gigi terdiridari susunan kimia komplek dengan gugus kristal yang

terpenting yaitu hidroksiapatit. Unsur-unsur kimia yang lebih banyak terdapat di

permukaan enamel adalah F,Cl, Zn, Pb dan Fe, sedangkan karbonat dan

magnesium lebih sedikit dibanding bagianlainnya. Ion kimia paling penting yang

diharapkan banyak diikat oleh hidroksi apatit adalah ion fluor, di mana hidroksi

apatit akan berubah menjadi fluor apatit dan lebih tahan terhadap asam. (Arbiani,

2008)

Fungsi fluor adalah mencegah karies gigi dengan meningkatkan daya

tahan email, remineralisasi lesi-lesi karies dini dan sebagai bahan anti bakteri.

Mineral fluor memiliki kemampuan untuk menghambat proses

metabolisme,terutama glikolisis bakteri. Pada umumnya, karbohidrat merupakan

bagian terbesar dari intake makanan dan berpengaruh langsung terhadap

terjadinya karies gigi. Dengan mekanisme fluor menghambat kerja enzim pada

jalur glikolisis, mineral fluor dapat menghambat proses karies gigi. (Arbiani,

2008)

30

Page 29: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa larutan remineralisasi dapat

efektif dalam membantu proses remineralisasi. 6 Semen glass ionomer termasuk

yang berguna dalam memperbaiki gigi karena bersifat self-adhesive, terikat pada

struktur gigi, melepaskan fluor, dan bertindak sebagai ”pompa fluorida” yang

dapat diisi ulang untuk menimbulkan remineralisasi. Protektan permukaan glass

ionomer terikat pada email dan melepaskan fluorida pada permukaan gigi untuk

meningkatkan remineralisasi. Selain itu, glass ionomer juga membantu proses

remineralisasi internal jika ditempatkan langsung di atas dentin (Arlette, 2005)

2.12.1 Keuntungan Fluor yang dilepas dari Glass Ionomer Cement|

Fluor dilepas dari glass ionomer dalam jangka panjang. Pada hari-hari

pertama fluor dilepas dengan cepat selama 1 minggu dan akan stabil setelah 2

sampai 3 bulan. Walaupun pelepasannya rendah, tetapi mampu untuk

memproteksi gigi sekitar dari karies. Bukti-bukti menunjukkan bahwa pelepasan

fluor akan berlanjut sampai 8 tahun setelah penumpatan.

Fluoride memegang peranan yang sangat penting pada proses

demineralisasi/ remineralisasi. Pada lingkungan yang asam, fluor akan berikatan

dengan kalsium dan fosfat bebas dan akan membentuk fluoroapatit yang tidak

mudah larut pada suasana asam. Fluoroapatit hanya bisa dilarutkan pada ph

dibawah 4,5. Selain itu fluor juga dapat mencegah perlekatan plak pada gigi.

2.13 Reaksi pulpa terhadap Glass Ionomer Cement

Respon pulpa terhadap glass ionomer cement menguntungkan. Adonan

yang fresh sangat asam dengan pH 1,9-1,6, dentin merupakan buffer yang baik,

bahkan apabila tinggal selapis tipis, masih dapat mencegah penurunan pH. Respon

inflamasi yang sedang, akan terjadi pada peningkatan pH pada 1 jam pertama dan

inflamasi dapat berkurang setelah 10-20 hari. Jadi tidak diperlukan penempatan

liner (kalsium hidroksida) di bawah glass ionomer cement.

31

Page 30: Bab II TIPUS Glass Ionomer_Konser I

   

32