23 BAB II TINJAUAN UMUM A. Gambaran Umum Desa Lubuk Siam 1. Kondisi umum desa lubuk siam Desa Lubuk Siam merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar, yang mayoritas masyarakatnya berpenghasilan perkebunan kelapa sawit dan karet. Adapun sarana dan prasarana serta infrastruktur yang ada di desa lubuk siam adalah: a. Keadaan geografis desa - Luas wilayah : 2.359 Ha b. Keadaan sosial ekonomi penduduk 1. Jumlah penduduk Jumlah penduduk di desa lubuk siam berjumlah 1759 jiwa yang dapat dilihat pada tabel di bawah: Tabel II.1 Jumlah Penduduk Desa Lubuk Siam No Penduduk Jumlah 1 Penduduk Secara Keselruhan (orang) 1759 2 Penduduk Laki-Laki (orang) 892 3 Penduduk perempuan (orang) 867 4 KK 461 Sumber: data monografi desa lubuk siam kecamatan siak hulu kabupaten kampar tahun 2010 Tabel diatas menunjukan monografi Desa Lubuk Siam pada Tahun 2010 yang belum adanya pembaharuan data oleh aparatur desa. Sehingga penulis masih menggunakan data lama untuk jumlah penduduk pada Tahun 2015.
38
Embed
BAB II TINJAUAN UMUM A. Gambaran Umum Desa Lubuk Siamrepository.uir.ac.id/932/2/bab2.pdfDesa Lubuk Siam merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah ... Jumlah penduduk ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
23
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Gambaran Umum Desa Lubuk Siam
1. Kondisi umum desa lubuk siam
Desa Lubuk Siam merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah
Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar, yang mayoritas masyarakatnya
berpenghasilan perkebunan kelapa sawit dan karet.
Adapun sarana dan prasarana serta infrastruktur yang ada di desa lubuk
siam adalah:
a. Keadaan geografis desa
- Luas wilayah : 2.359 Ha
b. Keadaan sosial ekonomi penduduk
1. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk di desa lubuk siam berjumlah 1759 jiwa yang
dapat dilihat pada tabel di bawah:
Tabel II.1
Jumlah Penduduk Desa Lubuk Siam
No Penduduk Jumlah
1 Penduduk Secara Keselruhan (orang) 1759
2 Penduduk Laki-Laki (orang) 892
3 Penduduk perempuan (orang) 867
4 KK 461
Sumber: data monografi desa lubuk siam kecamatan siak hulu kabupaten kampar
tahun 2010
Tabel diatas menunjukan monografi Desa Lubuk Siam pada Tahun 2010
yang belum adanya pembaharuan data oleh aparatur desa. Sehingga penulis masih
menggunakan data lama untuk jumlah penduduk pada Tahun 2015.
24
2. Kelembagaan Desa/Kelurahan yang ada di Desa Lubuk Siam
Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar dapat di lihat pada
tabel berikut ini:
Tabel II.2
Kelembagaan desa/kelurahan desa lubuk siam
No Kelembagaan Desa/Kelurahan Jumlah
1 Desa 3 Buah
2 Lingkungan/Dusun 4 Buah
3 Rukun Warga (RW) 5 Buah
4 Rukun Tetangga (RT) 9 Buah
Sumber: data monografi desa lubuk siam kecamatan siak hulu kabupaten kampar
tahun 2010
Begitu juga pada monografi kelembagaan Desa/Kelurahan pada tabel diatas, yang
ada di Desa Lubuk Siam belum adanya inisiatif oleh aparatur Desa untuk Tahun
2015 masih menggunakan data Tahun 2010.
3. Jumlah Perusahaan/Usaha di desa lubuk siam sebagai mana
pada tabel di bawah ini:
Tabel II.3
Jumlah Perusahaan di Desa Lubuk Siam
No Kategori Perusahaan/Usaha Jumlah Tenaga Kerja
1 Besar dan Sedang 12 Buah 500 (orang)
2 Kecil 4 Buah 30 (orang)
3 Rumah Tangga 30 Buah 30 (orang)
Sumber: data monografi desa lubuk siam kecamatan siak hulu kabupaten kampar
tahun 2010
Kondisi ini dapat di manfaatkan oleh kepala desa dalam meningkatkan
anggaran pendapatan belanja desa agar tercapainya kemerataan pembangunan dan
peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat desa lubuk siam. Di dalam desa
tersebut terdapat kelembagaan desa/kelurahan, yang tertuang dalam tabel berikut:
25
Tabel II.4
Sarana dan Prasarana Desa Lubuk Siam
No Sarana dan Prasarana jumlah Keterangan
1 Kantor desa 1 Unit
2 Jalan 1 Unit
3 Panjang jalan 7 Km
4 Jembatan 3 Unit
5 Gedung sekolah 3 Buah
6 Pukesmas 1 Unit
7 Pukesmas Pembantu 1 Unit
8 Poliklinik/ Balai Pengobatan 2 Unit
9 Musholla 4 Unit
10 Masjid 2 Buah
11 Koperasi Simpan Pinjam/KSP 2 Buah
Sumber: data monografi desa lubuk siam kecamatan siak hulu kabupaten kampar
tahun 2010
Dari monografi di atas kita dapat mengetahui sarana dan prasarana yang ada pada
Desa Lubuk Siam, akan terapi data tersebut belum adanya pembaharuan data dari
Tahun 2010 oleh aparatur Desa untuk data Tahun 2015. Sehingga penulis masih
menggunakan data lama dalam memuat sarana dan prasarana yang ada di Desa
Lubuk Siam pada Tahun 2015.
2. Tinjauan umum tentang pemerintahan desa
a) Pengertian desa
Desa sebagai tempat tinggal sekelompok masyarakat tertentu
ditimbulakan oleh berbagai unsur, yaitu:
a. Sifat manusia sebagai mahluk sosial;
b. Unsur kejiwaan;
c. Alam sekeliling manusia;
d. Kepentingan yang sama;
e. Bahaya dari luar1
Dalam sekelompok masyarakat tersebut kemudian terjalin hubungan antar
individu yang melandasi hubungan kekerabatan, tempat tinggal dan kesamaan
1 Bayu Surianingrat. Pemerintahan Administrasi Desa dan Kelurahan. PT.Rineka Cipta. Jakarta.
1992.Hlm.12.
26
kepentingan. Dalam desa tersebut terdapat adanya kesatuan masyarakat termasuk
di dalamnya kesatuan masyarakat hukum, adat istiadat, dan kebiasaan yang masih
hidup dan tetap di akui. Menurut Prof Ter Haar, yang dimaksud dengan
masyarakat hukum yaitu suatu lingkungan kehidupan penduduk yang mempunyai
tata susunan sebagai berikut:
a. Tata susunan kekal;
b. Mempunyai harta kekayaan sendiri (wilayah dan sumber
kehidupan dan pendapatan)
c. Mempunyai urusan sendiri;
d. Merupakan suatu unit atau kesatuan yang kompleks terhadap pihak
luar.2
Sedangkan menurut Hazairin, masyarakat-masyarakat hukum adat seperti
desa di Jawa, marga di Sumatra Selatan, nagari di Minangkabau, kuria di
Tapanuli, wanua di Sulawesi Selatan adalah kesatuan-kesatuan masyarakat yang
mempunyai kelengkapan untuk sanggup berdiri sendiri yaitu mempunyai kesatuan
hukum, kesatuan penguasa dan kesatuan lingkungan hidup berdasarkan hak
bersama atas tanah dan air bagi semua anggotanya. Bentuk hukum keluarganya
(patrineal, matrilineal, atau parental) mempengaruhi sistem pemerintahannya
terutama berlandaskan atas pertanian, perternakan, perikanan dan pemungutan
hasil hutan dan hasil air, ditambah sedikit juga pemburuan binatang liar,
pertambangan dan kerajinan tangan. Semua anggotanya sama hak dan
kewajibannya. Penghidupan mereka berciri komunal, dimana gotong-royong,
tolong-menolong, serasa dan semalu mempunyai peranan yang besar.
2 G. Kartasapoetra, dkk. Desa dan Daerah dengan Tata Pemerintahannya, PT. Bina Aksara, 1986,
hlm. 2.
27
Adanya sejumlah penduduk dalam suatu wilayah atau tempat tinggal yang
permanen, biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang sangat kuat sebagai
pengaruh kesatuan wilayah tempat tinggal. Keadaan ini menyebabkan pola
tatanan masyarakat desa mempunyai ciri khas yaitu masyarakat komunal.
Manusia dalam masyarakat tersebut merupakan makhluk dalam ikatan
kemasyarakatan yang erat dan kekal. Kondisi ini dapat dilihat dari buku yang
ditulis oleh Djojodiguno yang menyatakan antara lain:
a. Hukum adat itu memandang masyarakat sebagai paguyuban, yaitu
kehidupan bersama telah ada dan manusia memandang lainnya sebagai
tujuan;
b. Hubungan manusia menghadapi manusia lainya dilakukan dengan
perasaan dan segala semestinya.
Istilah desa secara eksplisit tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, yaitu terdapat dalam Pasal 1 angka
43. Dalam undang-undang tersebut yang dimaksud dengan desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan /atau hak tradisional yang
28
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.3
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa merupakan
sekelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan, kampung, dusun. Dan
pedesaan merupakan daerah pemukiman yang sangat dipengaruhi oleh kondisi
tanah, iklim, dan air sebagai syarat penting bagi terwujudnya pola-pola kehidupan
agraris penduduk di daerah itu.
2. Penyelenggaraan Pemerintah Desa
Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan sehingga desa memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat. Dalam hal ini, desa memiliki
hak otonom. Desa-desa otonomi adalah desa-desa yang merupakan subjek-subjek
hukum, artinya dapat melakukan tindakan-tindakan hukum. Menurut Taliziduhu
Ndraha, tindakan-tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh desa adalah:
a. Mengambil keputusan atau membuat peraturan yang dapat menggingat
warga desa atau pihak tertentu;
b. Menjalankan pemerintahan desa;
c. Memilih kepala desa;
d. Memiliki harta benda dan kekayaan sendiri;
e. Memiliki tanah sendiri;
f. Menggali dan menetapkan sumber-sumber keuangan sendiri;
g. Menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran keuangan desa;
h. Menyelenggarakan gotong-royong;
i. Menyelenggarakan peradilan desa;
j. Menyelenggarakan urusan lain demi kesejahteraan masyarakat desa.4
3 Pasal 1 Angka 43 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
4 Taliziduhu Ndraha, Dimensi-dimensi Pemerintahan Desa, Bumi Aksara, Jakarta, 1991, hlm. 8.
29
Desa yang mempunyai otonomi diharapkan mampu menyelenggarakan
urusan rumah tangganya sendiri dengan baik. Adapun unsur-unsur otonomi desa
yang penting antara lain:
a. Adat tertentu yang mengikat dan ditaati oleh masyarakat desa yang
bersangkutan;
b. Tanah, pustaka, dan kekayaan desa;
c. Urusan rumah tangga;
d. Pemerintah desa yang dipilih oleh dan dari kalangan masyarakat desa
yang bersangkutan, yang sebagai alat desa memegang fungsi
“mengurus”;
e. Lembaga atau badan-badan perwakilan atau permusyawaratan yang
sepanjang penyelenggaraan urusan rumah tangga desa memegang
fungsi mengatur.5
Otonomi desa merupakan otonomi yang asli, bulat dan utuh serta bukan
merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah berkewajiban
menghormati asli yang dimiliki desa tersebut.
Dalam menyelenggarakan pemerintahan desa didasarkan pada daya guna
dan hasil guna yang rasional sehingga unsur-unsur yang pontensial yang ada di
desa harus diikut sertakan di dalam suatu wadah yang mampu menampung dan
menyalurkan semua aspirasi yang ada di desa. Pemerintahan desa tersusun dalam
organisasi dan organisasi tersebut haruslah diperhatikan. Pemerintahan desa
diselenggarakan oleh kepala desa, perangkat desa, dan badan perwakilan desa
(BPD). Perangkat desa tersebut terdiri dari:
a. Unsur pelayanan, seperti sekretariat desa dan atau tata usaha;
b. Unsur pelaksanaan teknis lapangan;
5 Ibid., hlm. 7-8.
30
c. Unsur pembantu kepala desa di wilayah bagian desa seperti Kepala
Dusun.
Perlu diperhatikan bahwa setelah berlakunya Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, bahwa pemerintahan desa tidak lagi
terdiri dari pemerintahan desa dan badan perwakilan desa. Namun sebutan “Badan
Perwakilan Desa” di sini telah mengalami perubahan menjadi “Badan
Permusyawaratan Desa”.
1. Kedudukan, Tugas dan Kewajiban Badan Permusyawaratan Desa
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) beserta Kepala Desa merupakan dwi
tunggal, berada sama tinggi, dan tidak terpisahkan dan merupakan satu badan
dalam pemerintahan desa. Pembentukan BPD ini dimaksudkan sebagai
perwujudan adanya demokrasi pancasila dalam pemerintah desa, yang merupakan
wadah dalam menyalurkan pendapat masyarakat desa. Lembaga ini juga
merupakan wadah permusyawaratan atau pemufakatan di desa untuk ikut serta
dalam pembangunan desa. Keputusan yang diambil oleh BPD didasarkan pada
musyawarah dan mufakat dengan memperhatikan aspirasi dan keinginan
masyarakat desa yang hidup dan berkembang dalam masyarakat desa yang
bersangkutan.
Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa yang bersangkutan, yaitu
penduduk desa yang memangku jabatan seperti ketua rukun tetangga, pemangku
adat maupun tokoh masyarakat lainnya yang memenuhi persyaratan yang dipilih
31
dari dan oleh penduduk desa yang kemudian ditetapkan dengan musyawarah
mufakat. BPD memiliki tugas fungsi, dan wewenang sebagai berikut:
a. Mengayomi, yaitu menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan
berkembang di desa yang bersangkutan sepanjang menunjang
pembangunan;
b. Legislasi, yaitu merumuskan dan menetapkan peraturan desa bersama-
sama pemerintah desa
c. Pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan desa, anggaran pendapatan dan belanja desa serta keputusan
kepala desa;
d. Menampung aspirasi yang diterima dari masyarakat desa dan
menyalurkan kepada pejabat instansi yang berwenang;
e. Mengusulkan pengankatan dan pemberhentian kepala desa;
f. Bersama-sama kepala desa membentuk keputusan desa;
g. Memberi pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah desa terhadap
rencana perjanjian antara desa dengan pihak ketiga dalam pembentukan
badan usaha milik desa.6
Selain tugas, fungsi, dan wewenang BPD di atas, BPD juga memiliki
kewajiban-kewajiban yaitu:
a. Mempertahankan dan memelihara keutuhan negara kesatuan republik
indonesia berdasarkan pancasila dan undang-undang 1945;
b. Turut serta melestarikan dan mengembangkan adat istiadat di desa
c. Menerima, menyalurkan, keluhan, dan pengaduan masyarakat;
d. Meningkatkan pemberdayaan masyarakatdesa serta menggali sumber
potensi desa bersama kepala desa dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa.7
Sebagai wujud timbal balik dari kewajiban, maka BPD juga memiliki hak-
hak yaitu:
a. Menerima uang sidang sesuai dengan kemampuan keuangan desa yang
ditetapkan setiap tahun dalam anggaran dan pendapatan belanja desa;
6 H.A.W. Widjaja. Pemerintahan Desa/Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 Tentang Pemerintahan Daerah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 131-132. 7 Ibid., hlm. 133.
32
b. Untuk keperluan kegiatan BPD disediakan biaya sesuai dengan
kemampuan keuangan desa yang dikelolah oleh sekretariat BPD dan
setiap tahun ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja desa;
c. Menerima dan menolak pertanggung jawab kepala desa;
d. Mengajukan rancangan putusan desa.8
2. Perangkat Desa
Perangkat desa sebagai perangkat pembantu Kepala Desa terdiri atas unsur
pelayanan, yang terdiri dari sekretariat desa dan atau tata usaha. Menurut
Taliziduhu Ndraha unsur pelayanan ini disebut sebagai unsur staf, yang ruang
kerjanya meliputi:
1. Membantu Kepala Desa di bidang organisasi pemerintahan desa dan
kantor desa;
2. Mengkordinasikan semua perkerjaan kantor desa;
3. Mengepalai sekretariat Kepala Desa dan sekretariat dan badan-badan
perwakilan desa;
4. Bertindak sebagai “panitera” kepala desa dalam kedudukannya sebagai
hakim perdamaian desa ;
5. Bertindak sebagai sekretaris atau penulis dari pada panitera-panitera
tingkat desa, rapat-rapat dan sebagainya;
6. Membuat laporan priodik tentang perkembangan desa untuk
ditandatangani oleh kepala desa kemudian dikirim ke pihak atas;
7. Membantu kepala desa dalam membina dan memelihara semua
kekayaan desa termasuk tanah;
8. Mengurus soal-soal personalia;
9. Mengurus investasi desa dan kantor desa;
10. Menyusun rencana anggaran belanja desa;
11. Mengurus rapat-rapat, protokol, dan lain-lain;
12. Mengurus agenda, arsip, ekspedisi, dokumentasi, dan lain-lain.9
Perangkat desa yang kedua adalah unsur pelaksana teknis lapangan yang
biasanya merupakan kepala urusan. Kepala urusan merupakan pembantu
sekretaris desa sesuai dengan bidang urusan masing-masing. Kepala urusan yang
8 Ibid., hlm. 134.
9 Ibid., hlm. 134.
33
terdapat dalam suatu pemerintahan desa masing-masing desa yang bersangkutan.
Pada umumnya kepala urusan berjumlah minimal tiga, yaitu kepala urusan
pemerintah, kepala urusan pembangunan, dan kepala urusan umum. Sedangkan
maksimalnya lima kepala urusan yaitu kepala urusan pembangunan, dan kepala
urusan umum.
Kedudukan kepala urusan: sebagai unsur pembantu sekretaris desa dalam
bidang tugasnya. Tugas kepala urusan: membantu sekretaris desa dalam bidang
tugasnya fungsi kepala urusan:
a. Kegiatan sesuai dengan unsur bidang tugas;
b. Pelayanan adminitrasi terhadap kepala desa.
Perangkat desa yang ketiga adalah unsur pembantu kepala desa di wilayah
bagian desa yaitu kepala dusun. Kepala dusun mempunyai kedudukan, tugas dan
fungsi sebagai berikut:
Kedudukan kepala dusun:
Sebagai pelaksana tugas kepala desa di wilayahnya.
Tugas kepala desa:
a. Membantu pelaksanaan tugas kepala desa dalam wilayah kerjanya;
b. Melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan
gontong-royong masyarakat;
c. Melakukan kegiatan penerangan tentang program pemerintah kepada
masyarakat;
d. Membantu kepala desa dalam pembinaan dan mengkordinasikan
kegiatan rukun warga dan rukun tetangga di wilayah kerjanya;
e. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.
3. Kedudukan Kepala Desa
34
Setiap Desa mempunyai kondisi dan potensi khas, berbeda dengan desa
lainnya, demikian pula dengan aspirasi dan karakter masyarakat. Oleh sebab itu,
pembangunan di desa memang sepatutnya lebih banyak ditentukan oleh
masyarakat desa sendiri. Kedudukan pemerintah desa yang telah diberi
kewenangan penuh memberdayakan masyarakatnya sudah tentu harus mempunyai
kemampuan untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan lebih banyak
mengedepankan hak-hak masyarakat.
Dengan demikian, kedudukan kepala desa lebih merupakan wakil dari
pemerintahan desa dan masyarakat desa itu dari pada sebagai wakil pemerintah
pusat, pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten.
4. Tugas dan Kewajiban Kepala Desa
Kepala Desa mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:
a. Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa;
b. Membina kehidupan masyarakat desa;
c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa;
d. Mendamaikan perselisihan masyarakat desa;
e. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk
kuasa hukumnya;
f. Mengajukan rancangan peraturan desa dan bersama badan perwakilan
desa menetapkan sebagai peraturan desa;
g. Menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang didesa
yang bersangkutan. 10
Sebagai alat Pemerintahan Desa, Kepala Desa memiliki tugas dan
kewajiban sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan tertinggi pemerintahan desa, memimpin, dan
mengasuh desanya;
10
Kartika, op.cit., hlm. 35.
35
b. Mewakili desanya ke luar dan ke dalam;
c. Melakukan segenap keputusan rapat-rapat yang di bebankan
kepadanya;
d. Memimpin (mengepalai) kantor desa;
e. Mengkordinasikan dan mengawasi semua lembaga-lembaga
kemasyarakatan di desanya;
f. Mengurus dan memelihara semua objek perkerjaan pemerintah desa;
g. Membina dan memelihara semua kekayaan desa termasuk tanah;
h. Membina dan mengawasi pengurusan keuangan desa;
i. Bila perlu mengarahkan tenaga rakyat di dalam penyelenggaraan
proyek-proyek pemerintah desa;
j. Membina dan mengawasi usaha-usaha di bidang kerohaniawan dan
mental di penduduk desa;
k. Membina dan memelihara usaha-usaha di bidang pendidikan di
desanya;
l. Membina dan memajukan usaha-usaha di bidang keolahragaan di desa;
m. Membina dan memajukan usaha-usaha di bidang keindahan dan hiburan
di desa;
n. Melakukan usaha-usaha untuk mencegah dan membasmi berbagai
macam tuna sosial;
o. Melakukan usaha-usaha di bidang kemakmuran desanya termasuk
pembasmian hama, peningkatan kesuburan tanah, dan sebagainya;
p. Melakukan usaha-usaha pemeliharaan kesehatan penduduk desa;
q. Melakukan usaha-usaha guna mencegah timbulnya gejala-gejala
kriminalitas dan penyelenggaraan perturan oleh penduduk;
r. Melakukan daya upaya lain di bidang kemajuan desanya.11
5. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Kepala Desa bertanggung
jawab kepada rakyat melalui rapat Badan Permusyawaratan Desa yang dihadiri
2/3 dari jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa. Laporan pelaksanaan
tugas Kepala Desa disampaikan kepada Bupati dengan tebusan Camat.
Pertanggungjawaban dan laporan pelaksanaan tugas kepala desa disampaikan
sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun sekali pada setiap akhir tahun
anggaran.
11
Taliziduhu Ndraha, op.cit., hlm. 79-81.
36
Pertanggungjawaban Kepala Desa yang ditolak oleh Badan
Permusyawaratan Desa atas persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota Badan Permusyawaratan Desa yang hadir, termasuk pertanggungjawaban
keuangan harus dilengkapi atau disempurnakan dan dalam jangka waktu paling
lama 30 hari disampaikan kembali kepada Badan Permusyawaratan Desa. Dalam
hal pertanggung jawaban Kepala Desa yang telah dilengkapi atau disempurnakan
ditolak untuk kedua kalinya, maka Badan Permusyawaratan Desa dapat
mengusulkan pemberhentian Kepala Desa kepada Bupati dengan alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Badan Permusyawaratan Desa memberitahukan kepada Kepala Desa
mengenai akan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa secara tertulis dalam
jangka waktu 6 bulan sebelum berakhirnya masa jabatan. Pertanggung jabatan
masa akhir jabatan Kepala Desa di sampaikan 3 bulan sebelum masa jabatan
berakhir. Selambat-lambatnya 2 bulan sebelum berakhirnya masa jabatan, Badan
Permusyawaratan Desa segera memperoses pemilihan Kepala Desa yang baru.
C. Tinjauan Tentang Sumber Keuangan Desa
1. Pengertian Sumber Keuangan Desa
Salah satu faktor yang mempengaruhi bahkan menentukan berhasil atau
gagalnya kegiatan Pemerintah Desa adalah Keuangan Desa. Hal itu disebabkan
kemampuan Pengelolaan Keuangan Desa yang dikuasai Desa mempunyai
pengaruh terhadap masalah penyelenggaraan pemerintahan terutama dalam
penyelenggaraan rumah tangga Desa. Besarnya kemampuan keuangan tergantung
37
pada besar dan macam sumber yang dimiiki. Mengenai defenisi Keuangan Desa
dapat dijumpai dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Keuangan, tepatnya pada Pasal 1 angka 5 yang berbunyi: Keuangan Desa adalah
semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala
sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban Desa. Sedangkan yang dimaksud dengan Pengelolaan Keuangan Desa
adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.12
Dari hak dan kewajiban tersebut kemudian dapat menimbulkan
pendapatan, belanja dan pengelolaan keuangan desa. Mengenai pendapatan desa
setidaknya ada dua pendapat yaitu:
1. Pendapatan Desa adalah segenap penerimaan yang sah yang dapat
dinilai dengan uang. Sedangkan yang dimaksud dengan sumber-sumber
adalah sumber penerimaan atau penghasilan desa yang sah.13
2. Pendapatan Desa adalah segala jenis pendapatan yang berasal dari
sumber-sumber yang dimiliki oleh desa atau sumber-sumber berada
dibawah Pengelolaan Desa. Sumber-sumber tersebut karena:
a. Tradisi atau kebiasaan yang telah melembaga;
b. Berdasarkan pelaksaaan tugas-tugas dari pemerintahan lebih atas;
c. Berdasarkan atas asas pelaksanaantugas pembantu, pemerintahan
desa mendapat bantuan pembiayaan dari pemerintahan yang lebih
atas.14
Pengurusan sumber pendapatan dan kekayaan desa yang meliputi
pengaturan dan perencanaan penggunaan penghasilan dari sumber pendapatan
desa dilakukan oleh pemerintah desa untuk penyelenggaraan pemerintah dan
12
Pasal 1 Angka 6 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Keuangan Desa. 13
Taliziduhu Ndraha, op.cit., hlm. 113. 14
Soewignjo, Administrasi Pembangunan Desa dan Sumber-sumber Pendapatan Desa, Ghalia
Indonesia, Jakarta, hlm. 206-207.
38
pembangunan serta kemasyarakatan di desa. Perencanaan penggunaan hasil dari
sumber-sumber pendapatan desa ditetapkan dalam rencana anggaran pendapatan
dan belanja desa (APBDes). APBDes merupakan alat bagi kepala desa dalam
melaksanakan tugasnya yang bukan saja merupakan kebijakan kepala desa, tetapi
juga kebijakan badan permusyawaratan desa yang menetapkan APBDes tersebut
setiap tahunnya dengan peraturan desa. Pengelolaan keuangan desa dilaksanakan
oleh bendaharawan desa yang diangkat oleh kepala desa.
Setelah mendapat persetujuan dari Badan Permusyawaratan Desa.
Pengelolaan APBDes meliputi penyusunan anggaran pelaksanaan tata usaha
keuangan dan perhitungan anggaran, yang kemudian dipertanggungjawabkan oleh
kepala desa kepada Badan Permusyawaratan Desa selambat-lambatnya tiga bulan
setelah berakhir tahun angaran. APBDes disusun kedalam bentuk sebagai berikut:
a. APBDes Induk;
b. Angaran Tambahan Perubahan;
c. Perhitungan Anggaran.
Kemudian dari tiap-tiap bentuk tersebut, masih dibagi lagi ke dalam
beberapa pos anggaran, yaitu:
a. APBDes Induk
APBDes Induk terdiri atas bagian penerimaan dan bagian pengeluaran.
Bagian pengeluaran terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.
Bagian penerimaan terdiri atas:
39
(1) Pos sisa lebih perhitungan tahun lalu;
(2) Pos pendapatan asli desa;
(3) Pos bantuan pemerintah kabupaten;
(4) Bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah provinsi;
(5) Sumbangan pihak ketiga;
(6) Pinjaman desa;
(7) Pos-pos lain pendapatan.
Bagian pengeluaran rutin terdiri atas:
(1)Pos belanja pegawai;
(2)Pos biaya belanja barang;
(3)Pos biaya pemeliharaan;
(4)Pos perjalanan dinas;
(5)Pos belanja lain-lain;
(6)Pengeluaran tak terduga.
Bagian pengeluaran pembangunan terdiri atas:
(1)Pos prasarana pemerintah desa;
(2)Pos prasarana produksi;
(3)Pos prasarana perhubungan;
(4)Proyek prasarana sosial;
(5)Pembanguna lain-lain.
b. Anggaran Tambahan Perubahan
Anggaran tambahan perubahan terdiri atas bagian penerimaan dan
pengeluaran. Bagian pengeluaran terdiri atas pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan.
c. Perhitungan Anggaran
Perhitungan anggaran terdiri atas bagian penerimaan dan pengeluaran.
Bagian pengeluaran terdiri atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.
d. Pos Pengeluaran Tak Terduga
40
Pengeluaran-pengeluaran tak terduga yang uraianya tidak termasuk dalam
salah satu pos-pos di atas dan tagihan tahun anggaran yang telah ditutup dan
belum diselesaikan.
Pendapatan hasil desa bersumber dari:
1. Hasil usaha desa;
Hasil usaha desa merupakan pendapatan yang bersal dari usaha-usaha
desa, seperti lumbung desa, perusahaan-perusahaan desa, dan usaha-usaha
ekonomi desa lainnya.
2. Hasil Kekayan Desa, terdiri atas:
a. Tanah kas desa
Tanah kas desa tumbuh berdasarkan tradisi/adat istiadat yang
berkembang dan hidup di kalangan masyarakat. Hasil dari tanah kas
desa ini dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan rumah
tangga desa, termasuk tunjangan bagi kepala desa dan perangkatnya,
yaitu:
a. Tanah bengkok;
b. Tanah lungguh;
c. Tanah pengarem-arem;
d. Tanah pecatu.
Tanah tersebut di atas adalah tanah jabatan yang ada selama kepala desa
dan perangkat desa masih memegang jabatan dalam pemerintahan desa. Di
samping tanah yang diperuntukkan bagi kepala desa dan perangkatnya, terdapat
41
pula tanah yang khusus untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintah yang
disebut dengan tanah titisara.
b. Pasar yang diadakan/diurus oleh pemerintah desa;
c. Bangunan milik desa;
d. Lain-lain kekayaan milik desa.
3. Pungutan desa
Pemerintahan desa dapat melakukan pungutan baik berupa uang maupun
benda dan/atau barang terhadap masyarakat desa, didasarkan pertimbangan
masyarakat desa yang ditetapkan melalui keputusan desa dalam rangka
peningkatan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan desa. Bentuk
pungutan desa dapat berupa:
a) Pungutan yang berasal dari urusan dan/atau iuran sesuai dengan
klasifikasi mata pencarian masyarakat desa berdasarakan kemampuan
ekonomi;
b) Pungutan yang berasal dari penggantian ongkos cetak surat keterangan
dan adminitrasi.
4. Hasil swadaya dan pertisipasi
Swadaya dan partisipasi masyarakat desa merupakan kemampuan
kelompok masyarakat desa dengan kesadaran dan inisiatif sendiri merupakan
pemenuhan kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang yang di sarankan
dalam kelompok masyarakat. Swadaya dan partisipasi masyarakat desa
dimaksudkan sebagai sumbangan warga desa dalam kegiatan pembangunan.
Adapun bentuk swadaya dan partisipasi masyarakat desa meliputi:
42
Tenaga kerja di desa:
Substitusi tenaga kerja, yaitu pengganti tenaga kerja di nilai dengan uang;
barang atau hasil bumi yang sesuai dengan musyawarah dapat dilelang atau untuk
dijadikan uang; bahan-bahan bangunan dan bahan makanan yang dapat dinilai
dengan uang.
5. Hasil gotong-royong
Gotong-royong merupakan bentuk kerjasama yang spontan dan sudah
melembaga serta menggandung unsur tibal-balik yang bersifat sukarela antar
warga desa dan pemerintah desa untuk memenuhi kebutuhan. Hasil kerja sama
tersebut misalnya dalam bentuk:
Jalan desa untuk memperlancar transportasi;
Pembuatan balai musyawarah;
Pembangunan Mesjid atau tempat Ibadah;
Lapangan olahraga;
Kebun-kebun desa dan lainnya.
Bangunan tersebut kemudian dimanfaatkan desa sebagai sumber
pendapatan desa baik dalam bentuk retribusi desa atau hasil penjualan atau
penyewaan dan sebagainya.
6. Lain-lain pendapatan asli desa yang sah.
43
Bantuan pemerintah kabupaten meliputi:
1. Bagian perolehan pajak dan retribusi daerah
Hal ini terlihat jelas dalam Pasal 2A ayat (2) Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997
Tentang Pajak dan Retribusi Daerah, yang pada intinya menjelaskan bahwa hasil
penerimaan pajak kabupaten diperuntukan paling sedikit 10% bagi desa di
wilayah kabupaten yang bersangkutan. Kemudian pada ayat (4)nya dijelaskan
bahwa bagian desa ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten dengan
memperlihatkan aspek pemerataan dan potensi antar desa. Pasal 18 Ayat (5) dan
(6) yaitu:
Ayat(5) Hasil penerimaan jenis Retribusi tertentu Daerah Kabupaten
sebagian diperuntukkan kepada Desa.
Ayat(6) Bagian Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) ditetapkan
lebih lanjut dengan Peraturan Daerah Kabupaten dengan
memperhatikan aspek keterlibatan Desa dalam penyediaan
layanan tersebut."Retribusi tersebut seperti retribusi penggantian
biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil.
2. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah
Dana perimbangan merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari
bagian dari pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
dan penerimaan dari SDA serta dana alokasi umum dan dana alokasi khusus.
3. Bantuan yang diterima dari pemerintahan kabupaten dalam rangka
penyelenggaraan tugas-tugas perbantuan yang diberikan oleh pemerintah
kabupaten.
44
D. Tinjauan Tentang Sistem Pengalokasian Anggaran Pendapatan Desa
Sejak Otonomi Daerah
Pelaksanaan pengalokasian sejak otonomi daerah telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam undang-undang ini yang
dimaksud dengan perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan daerah
adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, profesional, demokratis,
transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi
dengan mempertimbangkan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah, serta besaran
pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantu.
Prinsip kebijakan keuangan terdapat pada Pasal 2 Undang-undang Nomor
33 Tahun 2004 yaitu:
1. Perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah
meruakan subsistem keuangan negara sebagai kosekwensi pembagian
tugas antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah;
2. Pemberian sumber keuangan negara kepada pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas
oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan
memperlibatkan stabilitas dan keseimbangan fiskal;
3. Perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah
merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan atas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
pembantu.15
Untuk mendukung implementasi kebijakan otonomi daerah, pemerintah
pusat telah memberi berbagai kebijakan, antara lain Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Pada Pasal 31 disebutkan:
15
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
45
(1) Dalam pelaksanaan Desentralisasi dilakukan penataan Daerah.
(2) Penataan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk:
a. mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
b. mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat;
c. mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik;
d. meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan;
e. meningkatkan daya saing nasional dan daya saing Daerah; dan
f. memelihara keunikan adat istiadat, tradisi, dan budaya Daerah.
(3)Penataan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
Pembentukan Daerah dan penyesuaian Daerah.
(4)Pembentukan Daerah dan penyesuaian Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan kepentingan
strategis nasional.16
Mengkaji dan menelaah otonomi daerah harus berawal dari teori
desenralisasi. Otonomi daerah tidak akan pernah ada dalam konteks organisasi
daerah bila teori desentralisasi tidak dijadikan dasar kebijakan. Dalam konteks
negara bagian pun, desentralisasi harus ada sebab melalui desentralisai dapat di
pancarkan.
Secara etimologi, desentralisasi dari kata “De” yang berarti lepas dan
“sentrum” yang berarti pusat, jadi desentralisasi berarti lepas dari pusat,
sementara secara normatif memiliki pengertian penyerahan wewenang oleh
pemerintah pusat kepada daerah otonom dalam rangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Desentralisasi merupakan sebagai penyerahan wewenang dari tingkat
pemetintah yang lebih tinggi kepada pemerintah yang lebih rendah, baik yang
menyangkut bidang legislatif, yudisial, atau pun bidang adminitrasi.17
Dengan
demikian, sistem desentralisasi mengandung makna pengakuan penentua
16
Pasal 31 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah. 17
Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Sinar Harapan, Jakarta, 2002, hlm. 87.
46
kebijaksanaan pemerintah terhadap potensi dan kemampuan daerah dengan
melibatkan wakil-wakil rakyat di daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan
dan pembangunan, dengan melatih diri menggunakan hak yang seimbang dengan
kewajiban masyarakat yang demokratis.18
Rienow sendiri mengatakan bahwa ada
dua alasan pokok dari kebijaksanaan membentuk pemerintahan di daerah.
Pertama, membangun kebiasaan agar rakyat memutuskan sendiri sebagian
kepentingannya yang berkaitan langsung dengan mereka. Kedua, memberi
kesempatan kepada masing-masing komunitas yang mempunyai tuntutan yang
bermacam-macam untuk membuat aturan-aturan dan programnya sendiri.19
Menurut Bayu Surya Ningrat, desa merupakan badan pemerintahan negara
yang terendah yang terdekat yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Dari
desalah yang paling benar atau mendekati kebenaran dengan kenyataan, hanya
desalah yang mengetahui beberapa dan siapa penduduknya, apa mata pencaharian
penduduknya, berapa jumlah pengangguran dan sebagainya.20
Sedangkan menurut Binarto dan Sadu Wasistiono yang memandang desa
secara geografis, mendefinisikan desa merupakan suatu hasil perwujudan antara
kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya, hasil dari perpaduan itulah
suatu wujud penampakan di muka bumi yang ditambah oleh unsur-unsur
18
Ni’matul Huda, Otonomi Daerah Filosofi, Sejarah Perkembangan dan Problematika, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2013, hlm. 86. 19
Robert Rienow, Introduction to Government, Alfred A. Knopf, New York, 1996, hlm. 573,
sebagaimana dikutip oleh Ni’matul Huda, Otonomi Daerah Filosofi, Sejarah Perkembangan dan
Problematika, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hlm. 86. 20
Bayu Surya Ningrat, Pemerintahan Desa dan Kelurahan, Aksara Baru, Jakarta, 1985, hlm. 108.
47
fisiografi, faktor ekonomi, politik, dan kultural yang saling berinteraksi antar
unsur tersebut dan juga dalam hubungan dengan daerah lain.21
Daeng Sudirwo menyebutkan aspek-aspek tata pemerintah desa terdiri
dari:
1. Adminitrasi pemerintahan desa, yaitu proses penyelenggaraan dan
pencatatan serta pelaporan kegiatan-kegiatan pemerintah, perkantoran
desa, keuangan desa, kependudukan dan sebagainya;
2. Adminitrasi pembangunan desa, yaitu proses penyelenggaraan dan
pencatatan serta pelaporan kegiatan-kegiatan bantuan pembangunan
desa, pengaturan pembangunan, lomba-lomba desa dan sebagainya.
3. Adminitrasi pembinaan masyarakat, yaitu proses penyelenggaraan dan
pencatatan serta pelaporan kegiatan kegiatan pembinaan masyarakat
maupun instansi-instansi sektoral;
4. Manejeman dan kepemimpinandesa yaitu suatu proses pencapaian
tujuan desa yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, actuating,
dan pengawasan pembanguna desa. Sedangkan kepemimpinan desa
adalah sekelompok orang yang menduduki posisi pimpinan formal
maupun non formal dalam membangkitkan dan memotivasi desa untuk
berpartisipasi dalam pembangunan.22
Sementara sumber-sumber pendapatan desa adalah:
1. Pendapatan desa itu sendiri yang terdiri dari:
a. Hasil tanah desa;
b. Hasil dari swadaya dan masyarakat desa;
c. Hasil dari gotong-royong masyarakat;
d. Lain-lain usaha desa yang sah.
2. Pendapatan yang berasal dari pemerintah dan pemerintahan daerah
yang terdiri:
a. Sumbangan dan bantuan dari pemerintah;
b. Sumbangan dan bantuan dari pemerintahan daerah;
c. Sebagian dari pajak retribusi daerah yang diberikan pada desa.
3. Lain-lain pendapatan yang sah:
a. Tanah kas desa;
b. Objek rekreasi.23
21
Sadu Wasistiono dan M. Irwan, Prospek Pembangunan Desa, Fakultas Media, Bandung, 2007,
hlm. 8. 22
Daeng Sudirwo, Pokok-pokok Pemerintahan Desa di Daerah dan Pemerintah Desa, Angkasa
Bandung, 1985, hlm. 62. 23
CST. Kansil, Desa Kita, Ghalia Indonesia, Yogyakarta, 1983, hlm. 63.
48
Pengelolaan Keuangan Desa berdasarkan Permendagri Nomor 113 Tahun
2014 pada Pasal 1 angka (6) dinyatakan Pengelolaan Keuangan Desa adalah
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.
Dari penjelasan Peraturan Menteri Dalam Negeri ini ditegaskan bahwa
Pengelolaan Kuangan Desa dimaksudkan untuk membantu program pemerintah
desa dalam melaksanakan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat. Sehingga
tujuan dari Pengelolaan Keuangan Desa tersebut dapat terlaksananya pelayanan
publik, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya dan
meningkatnya pemerataan pendapatan, terciptanya lapangan perkerjaan dan
kesempatan untuk mengembangkan usaha bagi masyarakat, apabila hal ini
tercapai maka desa sebagai badan pemerintahan negara yang terendah telah
berhasil menjalankan apa yang telah diamanahkan oleh undang-undang.
Sadu Wasistiono menyatakan bahwa dana perimbangan desa mempunyai
arti meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang berasal dari bagi
hasil pajak daerah yang diterima oleh kabupaten/kota, dan bagian dari dana
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten/kota. Dana
perimbangan desa dari setiap desa ditetapkan dengan mempertimbangkan porsi
desa yang bersangkutan. Jadi, dana perimbangan desa tidak ditetapkan melalui
sama rata atau jumlah dana perimbangan desa secara keseluruhan dibagi ke
keadaan jumlah desa yang ada melainkan dihitung dari porsi desa tersebut.
49
Adapun yang dimaksud dengan porsi desa adalah perhitungan yang lebih
seksama antara kebutuhan dan potensi desa. Kebutuhan desa diperhitungkan dari
variabel jumlah penduduk, luas wilayah, kondisi geografis dan potensi alam serta
tingkat pendapatan masyarakat, jumlah masyarakat yang berada di bawah garis
kemiskinan. Potensi desa merupakan gambaran mengenai penerimaan desa baik
dari sektor pertanian maupun yang lain.24
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa
dijelaskan bahwa keuangan desa yaitu:
1. Penyelenggaraan urusan pemerintah desa yang menjadi kewenangan
desa di danai dari anggaran pendapatan dan belanja desa, bantuan
pemerintah dan bantuan pemerintah daerah.
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh
pemerintah desa di danai anggaran pendapatan dan belanja daerah.
3. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang di selenggarakan oleh
pemerintah desa di danai dari anggaran pendapatan dan belanja
negara.25
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 10
Tahun 2007 Tentang Keuangan Desa, ditegaskan bahwa “Keuangan Desa adalah
semua hak dan kewajiban desa yang penggunaannya diperuntukkan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban”.26
24
Sadu Wasistiono, op.cit., hlm. 111. 25
Pasal 67 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa. 26
Pasal 2 Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Keuangan Desa.
50
Sedangkan berdasarkan Pasal 3 dijelaskan, “Pengelolaan Keuangan Desa
adalah seluruh kegiatan perencaaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelayanan, dan
pertanggungjawaban serta Pengawasan Keuangan Desa.”27
Mengenai Pelaksanaan Anggaran dalam Pengelolaan Keuangan Desa
dijelaskan di dalam Pasal 12 Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 10
Tahun 2007, yang mengelompokkannya ke dalam berberapa bagian yakni:
(1) Kepala desa adalah pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa.
(2) Dalam melaksanakan kekuasaan sebagai mana dimaksud pada ayat (1)
Kepala Desa dapat melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya
yang berupa berupa perencanaan, penatausahaan, pelaporan kepada
perangkat desa.
(3) Pengelola keuangan desa meliputi:
a. Pejabat pengelola keuangan desa;
b. Pemegang kas desa.28
Dalam pengelolaan keuangan desa pejabat yang turut serta dalam
pengelolaan keuangan desa diatur tugas dan fungsinya berdasarkan Pasal 14
Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Keuangan
Desa, yaitu:
(1) Pejabat pengeola keuangan desa mempunyai tugas dan fungsi
melaksanankan belanja desa sesuai dengan peruntukanya.
(2) Pemegang kas desa mrmpunyai tugas dan fungsi melaksanakan
kegiatan pencatatan, pembukuan, dan mempertanggung jawabkan
kepada pejabat pengelola keuangan desa.29
Saat ini demokrasi (lokal) dan desentralisasi merupakan dua isu utama
dalam statecraf indonesia pasca Orde Baru. Desentralisasi secara umum
27
Pasal 3 Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Keuangan Desa. 28
Pasal 12 Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Keuangan Desa. 29
Pasal 14 Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Keuangan Desa.
51
dikategorikan ke dalam dua perspektif utama, yakni prespektif desentalisasi
politik dan desentralisasi administrasi. Perspektif desentralisasi politik
menerjemahkan desentralisasi sebagai devolusi kekuasaan dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah, sedangkan prespektif desentralisasi administrasi
diartikan sebagai pendelegasian wewenang administrasi dari pemerintah pusat
kepada daerah.
Jika desentralisasi merupakan area hubungan utuk memberikan pengakuan
terhadap Eksistensi Desa, memperkuat Identitas Lokal, membangkitkan Prakarsa
dan Inisiatif Lokal, serta membagi kekuasaan dan kekayaan Kepada Desa dan
mewujudkan Otonomi Desa, maka demokrasi merupakan upaya untuk menjadikan
penyelenggaraan Pemerintah (Desa) menjadi lebih Akuntabel, Responsif, diakui
oleh Rakyat, mendorong parlemen desa berfungsi sebagai badan perwakilan dan
intermediary agent (dalam aspek artikulasi dan agregasi kepentingan, formulasi
kebijakan serta kontrol terhadap eksekutif desa), serta memperkuat partisipasi
masyarakat desa dalam proses pemerintahan dan pembangunan desa. Partisipasi
juga menandai keikutsertaan kalangan marjinal yang selama ini disingkirkan dari
proses politik dan ekonomi.30
Perspektif desentralisasi politik menekankan bahwa tujuan utama dari
desentralisasi adalah untuk mewujudkan demokrasi di tingkat lokal sebagai
persamaan politik, akuntabilitas lokal, kepekaan lokal. Prespektif desentralisai
adminitrasi lebih menekankan pada aspek efesiensi penyelenggaraan pemerintah
30
Syarif Hidayat, Refleksi Realitas Otonomi Daerah dan Tantangan ke Depan, Pustaka Quantum,
Jakarta, 2000, hlm. 20.
52
daerah dan pembangunan ekonom di daerah, sebagai tujuan utama dari
desentralisasi. Sedangkan desentralisasi politik ini pada tingkat desa menekankan
pada aspek kelembagaan desa, pembagian peran serta fungsi atau tidaknya
kelembagaan desa.
Desa merupakan entenitas pemerintahan yang langsung berhubungan
dengan rakyat, namun secara geografis berjarak cukup jauh dari pusat kekuasaan
di tingkat atasnya. Hal ini menyebabkan Desa memiliki arti penting sebagai basis
penyelenggaraan pelayanan publik dan memfasilitasi pemenuhan hak-hak publik
rakyat lokal.31
Dalam pelaksanaan tugasnya, pemerintahan desa dan pemerintahan
kelurahan dibantu oleh perangkat desa dan perangkat kelurahan. Kepala Desa dan
Kepala Kelurahan sebagai orang pertama yang mengemban tugas dan kewajiban
yang berat, karena ia adalah penyelenggara dan penanggung jawab utama di
bidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, dan urusan pemerintah
umum termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban. Di samping itu, Kepala
Desa dan Kepala Kelurahan juga mengemban tugas membangun mental
masyarakat desa baik dalam bentuk menumbuhkan maupun mengembangkan
semangat membangun yang dijiwai oleh asas usaha bersama dan kelurahan.
Dengan beratnya beban tugas Kepala desa dan Lurah itu, maka dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya Kepala Desa dan Lurah sebagai penangung
jawab utama di bidang pembangunan dibantu oleh Lembaga Sosial Desa.
31
Ibid., hlm. 32.
53
Dengan pembantuan-pembantuan seperti di atas, diharapkan Kepala Desa
dan Lurah dapat menyelenggarakan pimpinan pemerintahan desa dan
pemerintahan kelurahan dengan baik sesuai dan seimbang dengan laju perputaran
roda pemerintahan dari atas sampai bawah.32
Berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa, disebutkan bahwa Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah
Desa. Pasal 25 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dijelaskan
bahwa Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 adalah Kepala
Desa atau yang disebut dengan nama lain dan dibantu oleh perangkat desa atau
yang yang disebut dengan nama lain.
E. Tinjauan Tentang Pengelolaan Keuangan Desa Berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Kampar Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Keuangan Desa
Tentang dimulai dari musrenbangdes dengan mempedomani pada
RPJMDesa. Musrenbangdes bisa di mulai dari komunitas RT, Kampung sebelum
Musrenbang tingkat desa, setelah RAPBDesa disetujui BPD selanjutnya di
sampaikan ke Bupati melalui Camat untuk dievaluasi struktur APBDesa.
Berdasarkan hasil peninjauan penulis di Desa Lubuk Siam, bahwa
pengalokasian Anggaran Pendapatan Desa yang dilakukan oleh Kepala Desa dan
Perangkat Desa tidak berjalan sesuai yang dijelaskan pada teori dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Banyak kejanggalan yang terjadi.
Diantaranya kurang efisiennya pelaksanaan pengalokasian anggaran pendapatan
32
CST. Kansil, op.cit., hlm. 57.
54
desa dan pengelolaan pendapatan asli Desa, yang mana sebenarnya jika hal ini
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka kemajuan dan
perkembangan masyarakat akan jauh lebih baik.
Selain itu lemahnya perekonomian masyarakat Desa baru dikarenakan
kurangnya pemberdayaan dan pengembangan kegiatan ekonomi yang dapat
membangun kemajuan masyarakat desa seperti tidak adanya program Usaha Kecil
Menengah.
Peranan aparatur pemerintah desa, sebagai peranan sentral, memegang
peranan penting dalam rangka pengembangan pendapatan asli desa. Peranan
tersebut dilakukan secara profesional, terdidik dan terarah dan terlatih terutama
dalam mengenali dan mengelolah potensi daerah, kerja keras, disiplin dan penuh
dedikasi.
Pada akhirnya keberhasilan yang hendak dicapai sangat tergantung pada
aparatur Pemerintah Desa dan seluruh Masyarakat Desa tanpa kecuali yang
bermuara pada peningkatan pelayanan dan kesejahteraan Masyarakat Desa itu
sendiri, disamping Kepala Desa untuk menggali potensi sumber daya alam yang
ada didalam wilayahnya untuk dimanfaatkan sebagai pendapatan Desa, tanpa
menjabarkan fungsi kelestarian, konvensi, dan pembangunan yang berkelanjutan.
Pemerintah desa perlu memiliki stategi pembangunan potensi sumber daya alam
untuk pendapatan asli daerah. Dalam struktur APBDes terdiri dari:
1. Pendapatan, meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa
yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahunanggaran yang tidak
55
perlu dibayar kembali oleh desa. Dalam hal ini secara total dijelaskan
sebagai berikut dalam Peraturan Desa Lubuk Siam Nomor Tahun 2015
tentang APBDes: Pasal 1 yaitu “anggaran pendapatan dan belanja desa
tahun anggaran 2015 dengan rincian sebagai berikut:
a. Anggaran pendapatan desa sebesar Rp.514.409.089,00 (lima ratus
empat belas juta empat ratus sembilan ribu delapan puluh sembilan
rupiah).
b. Anggaran belanja desa berupa anggaran belanja tidak langsung
sebesar Rp.234.475.967,00(dua ratus tiga puluh empat juta empat
ratus tujuh puluh lima sembilan ratus enam puluh tujuh ruiah) dan
anggaran belanja langsung sebesar Rp.279.933.122,00(dua ratus
tujuh puluh sembilan juta sembilan ratus tiga puluh tiga ribu seratus
dua puluh dua rupiah).33
Dalam hal ini pendapatan terdiri dari tiga golongan adalah:
a. PADes
b. Pendapatan Transfer
c. Pendapatan lain-lain desa yang sah adalah:
1. Kelompok pendapatan asli desa di bagi menurut jenis pendapatan
yang terdiri atas:
a. Hasil usaha desa;
b. Hasil pengelolaan keuangan desa;
c. Hasil swadaya dan parsipatif;
d. Hasil gotong-royong;
e. Dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah.
2. Sekelompok pendapatan transfer desa dibagi menurut jenis
pendapatan yang terdiri atas:
a. Bagi hasil pajak daerah;
b. Bagi hasil retribusi daerah;
c. Dana alokasi umum;
d. Bagi hasil PBB dan sektor SKB
e. Tunjangan BPD
f. TPAPD
g. Bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah
33
Pasal 1 Peraturan Desa Lubuk Siam Nomor Tahun 2015 Tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa.
56
h. Kelompok lain-lain pendapatan desa yang sah dibagi menurut
jenis pendapatan yang terdiri atas:
1. Bantuan keuangan pemerintah, pemerintah
provinsi,pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintahan desa
lainnya.
2. Sumbangan pihak ketiga.
2. Belanja, meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang
merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak
akan diperoleh kembali pembayarannya oleh desa. Secara terperinci
dijelaskan dalam Peraturan Desa Lubuk Siam Nomor Tahun 2015
Tentang APBDes adalah:
a. Belanja tidak langsung (non kegiatan) sebesar
Rp.234.475.967,00(dua ratus tiga puluh empat juta empat ratus
tujuh puluh lima sembilan ratus enam puluh tujuh ruiah).
b. Belanja langsung sebesar Rp.279.933.122,00(dua ratus tujuh puluh
sembilan juta sembilan ratus tiga puluh tiga ribu seratus dua puluh
dua rupiah).
3. Pembiayaan, meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya.
Pengelolaan keuangan desa dalam hal ini dalam peraturan bupati, adalah
karateristik wilayah setempat; besaran APBDesa, karena semakin besar APBDes
semakin banyak yang bisa dibiayai dan permasalahan semakin komplek. Aspek
sosial budaya masyarakat setempat. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas
aparatur desa dan BPD merupakan suatu keharusan.
57
Dalam hal ini isi Peraturan Desa Lubuk Siam Nomor Tahun 2015 Tentang
APBDes di Kecamatan Siak Hulu sudah sejalan dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Kampar Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Kampar Tahun 2010 dengan substansi persyaratan
sebagai berikut:
1. Struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa
Isu struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa yang tertuang dalam
peraturan Desa Lubuk Siam Nomor Tahun 2015 tentang APBDes di Kecamatan
Siak Hulu sudah sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Aggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kampar Tahun 2015
, adalah:
a. karena dalam pemerintahan desa terdiri dari pemerintah
desa dan BPD;
b. pemerintah desa terdiri dari kades dan perdes
c. perdes terdiri dari sekdes dan perdes lainnya
d. perdes lainya terdiri dari setdes, pelaksana teknik lapangan
(kaur) dan unsur kewilayahan (kadus)
2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Secara substansial aturan mengenai fungsi, wewenang, hak dan kewajiban
BPD, Perdes di Desa Lubuk Siam Perda Kabupaten Kampar memenuhi segala
aspek yang ditentukan. Dalam hal persyaratan untuk dapat menjadi anggota BPD,
bahwa anggota BPDes tidak mempunyai hubungan darah dengan Kepala Desa
sampai derajat kesatu baik ke atas, kebawah maupun ke samping, suami atau istri
Kepala Desa. Dalam hal ini bahwa komposisi anggota BPD, di Desa Lubuk Siam
adalah jumlah keseluruhan 7 (tujuh) orang ketua yakni Bapak Tahar, wakil ketua
58
1 (satu) yakni Abbas T, wakil ketua 2(dua) yakni Karnalis, sekretaris Efendi dan
anggota terdiri dari 3 (tiga) orang.
Untuk menetapkan anggota BPD dibentuk panitia yang terdiri dari unsur
Pamong Desa dan Toko Masyarakat, ketua RT, ketua RW, golongan profesi,
pemuka agama, dan anggota BPD lama. Ada yang sedikit unik dari aturan ini,
yakni dicantumkan tata cara menggali, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat dan bagai mana hubungan kerja BPD dengan kades dan lembaga
kemasyarakatan desa.
3. Kepala desa (kades)
Dalam hal teknik pemilihan Kepala Desa dengan melibatkan dari unsur
pemerintahan Desa, unsur BPD, tokoh masyarakat, perangkat Desa, dan pengurus
lembaga kemasyarakatan Desa.
Dalam penentuan calon terpilih, bahwa calon kades yang dinyatakan
terpilih hanya disebutkan calon yang mendapatkan jumlah pendukung suara
terbanyak. Selain itu ditentukan bahwa yang mendapat suara terbanyak, calon
juga harus mendapat dukungan suara paling sedikit 25% dari suara yang sah.
Dalam hal tidak ada calon yang memenuhi ketentuan mendapat dukungan suara
paling sedikit 25% dari suara yang sah, maka di adakan pemilihan ulang yang
hanaya di ikuti oleh calon yang mendapatkan suara ternayak pertama dan kedua.
Namun bila calon kades hanya dapat satu orang, yakni calon kades harus
mendapat jumlah pendukung suara paling rendah ½ (50%) di tambah 1 darijumlah
suara yang sah.
59
Mengenai biaya penyelenggara pemilihan, bahwa aturan menyebutkan
bersumber dari APBD kabupaten, APBDesa dan swadaya calon kades. Serta
sumbangan yang sah dan tidak mengikat yang besar paling tinggi 30% dari biaya
pemilihan.
Adapun saksi bagi calon kades atau siapapun juga yang terbukti
melakukan pelanggaran dalam proses pilkades diberikan tindakan hukum atau
sangsi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
4. Perangkat desa
Dalam hal pengangkatan perdes, penetapan calon perdes dilakukan dalam
rapat dewan pemilihan melalui musyawarah mufakat tidak tercapai, maka
pengambilan keputusan dilakukan melaui voting, keanggotaan dewan pemilih
terdiri dari perdes, BPD, dan unsur tokoh masyarakat dengan jumlah keseluruhan
paling sedikit 100 orang/anggota. Agar supaya dapat menunjang kelancaran
penyelenggaraan pemeritah dan pembangunan desa serta peningkatan pelayanan
masyarakat.
5. Lembaga Kemasyarakatan
Setiap bentuk lembaga kemasyarakatan diatur dalam bagian tersendiri
secara khusus seperti rukun tetangga, rukun warga, lembaga pemberdayaan
masyarakat, PKK, karang taruna, dan satgas Linmas.
Demikian pula dalam hal hubungan kerja, hubungan kerja lembaga
kemasyarakatan desa dengan pemerintahan desa bersifat kemitraan, konsultatif
dan kordinatif serta bentuk kerjasama dengan menggerakan swadaya gotong-
60
royong masyarakat dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat dan
berkelanjutan.
6. Kerjasama Desa
Kerjasama dapat dilaksanakan antara desa dalam suatu kecamatan, antar
desa lain kecamatan, antar desa lain kabupaten dan antar desa lain dengan pihak
ketiga.
Dalam persetujuan BPD, kerja sama desa ditetapkan dalam peraturan
bersama setelah mendapat persetujuan BPD. Rencana kerja sama terlebih dahulu
dibahas dalam rapat musyawarah desa dengan BPD. Dalam perda kabupaten
nomor 3 tahun 2010 tentang anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten
kampar tahun 2010 disebutkan kerja sama desa meliputi bidang: peningkatan
perekonomian masyarakat desa, peningkatan pelayanan pendidikan, kesehatan,
sosial budaya, ketentraman dan ketertiban, penempatan SDA dan teknologi tempat
guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan, pemberdayaan masyarakat
desa dan atau pengembangan pariwisata.
7. Sumber pendapatan desa
Terkait dengan sumber pendapatan desa, sumber pendapatan desa terdiri
atas : pendapatan asli desa, bagi hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten,
alokasi dana desa, bantuan keuangan dari pemerintah , pemerintah provinsi, dan
kabupaten; serta hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak menggikat.