BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 State of The Art Review Terdapat beberapa penelitian yang mendukung dari tugas akhir ini, dimana pada penelitian tersebut dijadikan dasar acuan pada penelitian pada tugas akhir ini yatu : Tahun 2010 Penerapan Metode Pendekatan Teknik Untuk Meningkatkan Keandalan Sistem Distribusi. Penelitian ini dilakukan oleh Rukmi Sari Hartati dan I Wayan Sukerayasa dimana dalam penelitian ini menggunakan Metode pendekatan teknik yang digunakan untuk meningkatkan keandalan sistem distribusi dengan menentukan lokasi recloser yang optimal pada penyulang- penyulang yang akan ditingkatkan keandalannya, sehingga diperoleh nilai indeks keandalan yang lebih baik. Telah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode tersebut untuk meningkatkan keandalan pada penyulang Penebel dan Marga untuk memenuhi target PLN ke depan yakni mencapai WCS (World Customer Service) serta WCC (World Class Company) yaitu SAIFI = 3 kali/pelanggan/tahun dan SAIDI = 100 menit/pelangggan/tahun. Dari hasil penelitian pada 2 penyulang tersebut diperoleh nilai indeks keandalan SAIDI dan SAIFI untuk kedua penyulang tersebut sudah mendekati target WCS dan jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelum dipasang recloser. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pendekatan teknik untuk meningkatkan keandalan sistem distribusi cocok untuk diterapkan, terutama pada sistem distribusi di Bali. Tahun 2011 Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Jaringan Spindel GI Nusa Dua PT. PLN (Persero) Distribusi Bali – UJ Kuta. Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Suardiawan yaitu menganalisis keandalan sistem distribusi jaringan spindel pada gardu Induk Nusa Dua. Tujuan yang ingin dicapai pada tugas akhir tersebut adalah sebagai evaluasi bagi PT. PLN (Persero) Distribusi Bali khususnya Unit Jaringan Kuta dalam memperbaiki kinerja penyulang-penyulang yang ada pada Gardu Induk Nusa Dua. Metode yang digunakan antara lain 4
33
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA State of The Art Review II.pdf · pengumpulan data, ... kabel, yaitu kabel bawah tanah dan kabel saluran udara dengan panjang kabel ... (Ohm / km) Impedansi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 State of The Art Review
Terdapat beberapa penelitian yang mendukung dari tugas akhir ini, dimana
pada penelitian tersebut dijadikan dasar acuan pada penelitian pada tugas akhir ini
yatu :
Tahun 2010 Penerapan Metode Pendekatan Teknik Untuk Meningkatkan
Keandalan Sistem Distribusi. Penelitian ini dilakukan oleh Rukmi Sari Hartati dan
I Wayan Sukerayasa dimana dalam penelitian ini menggunakan Metode
pendekatan teknik yang digunakan untuk meningkatkan keandalan sistem
distribusi dengan menentukan lokasi recloser yang optimal pada penyulang-
penyulang yang akan ditingkatkan keandalannya, sehingga diperoleh nilai indeks
keandalan yang lebih baik. Telah dilakukan penelitian dengan menggunakan
metode tersebut untuk meningkatkan keandalan pada penyulang Penebel dan
Marga untuk memenuhi target PLN ke depan yakni mencapai WCS (World
Customer Service) serta WCC (World Class Company) yaitu SAIFI = 3
kali/pelanggan/tahun dan SAIDI = 100 menit/pelangggan/tahun. Dari hasil
penelitian pada 2 penyulang tersebut diperoleh nilai indeks keandalan SAIDI dan
SAIFI untuk kedua penyulang tersebut sudah mendekati target WCS dan jauh
lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelum dipasang recloser. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pendekatan teknik untuk
meningkatkan keandalan sistem distribusi cocok untuk diterapkan, terutama pada
sistem distribusi di Bali.
Tahun 2011 Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Jaringan Spindel GI
Nusa Dua PT. PLN (Persero) Distribusi Bali – UJ Kuta. Penelitian yang dilakukan
oleh I Wayan Suardiawan yaitu menganalisis keandalan sistem distribusi jaringan
spindel pada gardu Induk Nusa Dua. Tujuan yang ingin dicapai pada tugas akhir
tersebut adalah sebagai evaluasi bagi PT. PLN (Persero) Distribusi Bali
khususnya Unit Jaringan Kuta dalam memperbaiki kinerja penyulang-penyulang
yang ada pada Gardu Induk Nusa Dua. Metode yang digunakan antara lain
4
5
pengumpulan data, pengolahan data, serta penganalisisan keandalan sistem
distribusi. Nilai SAIFI untuk WCS adalah 3, GI Nusa Dua adalah 0,911 dan
Sistem Bali 1,65, sedangkan nilai SAIDI untuk WCS adalah 100, GI Nusa Dua
adalah 54 dan Sistem Bali 61,43. Dari hasil perbandingan tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa keandalan dari Gardu Induk Nusa Dua sudah cukup baik,
karena nilai yang didapat lebih baik bila dibandingkan dengan standar WCS yang
telah diterapkan maupun dengan keseluruhan sistem bali itu sendiri.
Tahun 2012 Analisis Keandalan Sistem Distribusi Di PT. PLN (Persero)
APJ Kudus Menggunakan Software Etap (Electrical Transient Analysis Progam)
Dan Metode Section Technique. Penelitian ini dilakukan oleh Henki Projo
Wicaksono dkk melakukan Studi keandalan sistem distribusi 20 kV yang
dilakukan yaitu pada APJ Kudus, dengan mengambil plant pada penyulang KDS
2, KDS 4, KDS 8, PTI 3 dan PTI 5. Penyulang yang digunakan sebagai model
sistem pada pembahasan ini adalah penyulang KDS 2. Tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keandalan sistem distribusi 20 kV
di APJ Kudus, Jawa Tengah. Metode yang digunakan yaitu metode Section
Technique dibandingkan dengan running Software ETAP, langkah-langkah yang
dilakukan antara lain pengumpulan data, pengolahan data, serta menganalisis
keandalan sistem distribusi 20 kV. Hasil yang didapat dari perhitungan
menggunakan metode Section Technique adalah nilai indeks keandalan penyulang
Untuk perhitungan susut energi digunakan persamaan dengan parameter
rugi tembaga dan rugi beban kuadrat. Rugi tembaga atau rugi-rugi lainnya
berbanding lurus dengan kuadrat beban dan dengan adanya kurva beban dengan
waktu atau kurva lamanya pembebanan, maka dapatlah dibuat kurva rugi daya
dibagi waktu atau kurva lamanya rugi daya dimana setiap ordinatnya berbanding
26
lurus dengan kuadrat setiap ordinat kurva bebannya. Dari kurva lamnya rugi daya,
dapat pula ditentukan rugi daya rata-ratanya selama periode tersebut. Luas dari
kurva lamanya rugi daya merupakan rugi energi selama periode tersebut. Dalam
perhitungan rugi energi sebaiknya dipakai faktor rugi yaitu perbandingan antara
rugi daya rata-rata dan rugi daya pada beban puncak dalam periode tertentu. Jadi
rugi daya rata-rata (susut energi) adalah:
Susut energi = Rugi Daya pada Beban Puncak × Loss Factor × 8760 ........ (2.20)
dimana:
8760 merupakan jumlah jam dari periode tersebut (satu tahun)
2.6 Keandalan Sistem Distribusi
Keandalan sistem distribusi merupakan tingkat keberhasilan suatu sistem
distribusi untuk dapat menghasilkan hasil yang lebih baik pada periode waktu dan
dalam kondisi operasi tertentu. Untuk menentukan tingkat keandalan dari suatu
sistem distribusi, harus diadakan analisis maupun perhitungan terhadap tingkat
keberhasilan kinerja dari sistem yang akan ditinjau pada periode waktu tertentu
kemudian membandingkannya dengan standar yang ditetapkan sebelumnya.
Struktur jaringan tegangan menengah memegang peranan penting dalam
menentukan keandalan penyaluran tenaga listrik karena jaringan yang baik
memungkinkan dapat melakukan manuver tegangan, yaitu dengan
mengalokasikan beban pada jaringan yang mengalami gangguan ke jaringan lain
yang tidak mengalami gangguan.
Kontinuitas pelayanan tergantung kepada berbagai jenis sarana penyalur
dan peralatan pengaman. Jaringan distribusi sebagai sarana penyalur tenaga listrik
mempunyai tingkat kontinuitas yang tergantung kepada susunan saluran dan cara
pengaturan operasinya. Tingkat kontinuitas pelayanan dari sarana penyalur
disusun berdasarkan berapa lama waktu atau durasi dalam upaya menghidupkan
kembali suplai setelah mengalami gangguan. Ada 3 (tiga) macam tingkatan
keandalan dalam pelayanan, yaitu ( Billinton,1996 ) :
1. Keandalan sistem yang rendah (Low Reliability System). Pada kondisi normal,
sistem akan menyediakan kapasitas yang cukup untuk memberikan daya pada
27
saat beban puncak dengan variasi tegangan yang baik. Akan tetapi bila terjadi
suatu gangguan pada jaringan, sistem sama sekali tidak bisa melayani beban
tersebut. Jadi perlu diperbaiki terlebih dahulu. Pada sistem ini peralatan-
peralatan pengamannya relatif sangat sedikit jumlahnya.
2. Keandalan sistem yang menengah (Medium Reliability System). Pada kondisi
normal, sistem akan menyediakan kapasitas yang cukup untuk memberikan
daya pada beban puncak dengan variasi tegangan yang baik. Jika terjadi
gangguan pada jaringan, sistem tersebut masih dapat melayani sebagian dari
beban meskipun dalam kondisi beban puncak. Jadi pada sistem ini terdapat
peralatan pengaman yang cukup banyak untuk mengatasi serta menanggulangi
gangguan – gangguan tersebut.
3. Keandalan sistem yang tinggi (High Reliability System). Pada kondisi normal,
sistem akan menyediakan kapasitas yang cukup untuk memberikan daya pada
beban puncak dengan variasi tegangan yang baik. Jika terjadi gangguan pada
jaringan, maka sistem ini tentu saja memerlukan beberapa peralatan pengaman
yang cukup banyak untuk menghindari berbagai macam ganngguan pada
sistem.
2.6.1 Indeks Keandalan
Indeks keandalan dapat dievaluasi dengan menggunakan konsep-konsep
klasik yaitu tingkat kegagalan, durasi pemadaman rata-rata dan durasi pemadaman
rata-rata tahunan. Perlu dicatat, bagaimanapun, bahwa mereka bukan nilai-nilai
deterministik, rata-rata nilai dari suatu probabilitas distribusi yang mendasari dan
karenanya hanya mewakili nilai-nilai jangka panjang. Meskipun tiga indeks utama
adalah fundamental penting, mereka tidak selalu memberikan representasi
lengkap dari perilaku sistem dan respon. Untuk Misalnya, indeks yang sama akan
dievaluasi terlepas dari apakah satu pelanggan atau 100 pelanggan yang terhubung
ke titik beban atau apakah beban rata-rata di titik beban adalah 10 kW atau 100
MW. Dalam rangka untuk mencerminkan keparahan atau signifikansi terjadi
pemadaman sistem, indeks keandalan tambahan dapat dan sering yang dievaluasi.
.Indeks kegagalan titik beban yang biasanya digunakan meliputi tingkat kegagalan
28
λ (kegagalan/ tahun), rata-rata waktu keluar (outage) r (jam/kegagalan) dan rata-
rata ketidaktersediaan tahunan U (jam/tahun) ( Billinton, 1996 ).
Pada sistem distribusi radial antara komponen satu dengan yang lain
dihubungkan secara seri. Misalkan sebuah penyulang tersusun secara seri antara
Circuit Breaker, Disconnecting Switch, Saluran, Fuse, dan Gardu Distribusi.
Secara sederhana susunan seri antar komponen dapat dilihat pada gambar 2.11.
Gambar 2.11 Sistem Seri
Sumber: (Billinton, 1996)
Sistem yang ditunjukkan pada gambar 2.11 adalah sebuah sistem yang
terdiri dari komponen A dan komponen B. Dua komponen tersebut terhubung
secara seri, Jika λA adalah laju kegagalan komponen A dan λB laju kegagalan
komponen B maka (Billinton, 1996):= + ..................................................... (2.21)= ................................................... (2.22)= .................................................... (2.23)
Untuk n komponen maka persamaan menjadi:= ∑ ...................................................... (2.24)= ∑∑ ....................................................... (2.25)= .................................................... (2.26)
Keterangan:
λA : Laju kegagalan komponen A (fault/year)
λB : Laju kegagalan komponen B (fault/year)
rA : Waktu keluar(Outage time) komponen A (hours/fault)
rB : Waktu keluar (Outage time) komponen B (hours/fault)
λSYS : Laju kegagalan sistem (fault/year)
rSYS : Rata-rata waktu keluar(outage time) system (hours/fault)
USYS : Rata-rata ketaktersediaan (Unavailability) sistem (hours/year)
A B
29
Blok diagram untuk sistem paralel dengan 2 (dua) komponen ditunjukkan
pada gambar 2.12 sebagai berikut :
Gambar 2.12 Sistem Paralel
Sumber : (Billinton, 1996)
Kalau dua komponen parelel maka:= ........................................................... (2.27)
Sedangkan laju kegagalan sistem paralel adalah := . ( . )( . ) ( . )..................................... (2.28)
Berbeda dengan sistem seri, persamaan sistem parallel 2 (dua) komponen tidak
mudah untuk diperluas bagi n komponen, hanya dalam sistem paralel tertentu
dapat mudah untuk menggabungkan 2 (dua) komponen dalam satu waktu.
Nilai rata-rata dari ketiga indeks titik beban dasar untuk titik beban x dapat
dihitung dari sejarah operasi (up-down) dari titik beban dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut ( Billinton, 1996 ) :
1. SAIFI (System Average Interruption Frequency Index). Merupakan ukuran
jumlah rata-rata dari gangguan yang terjadi dalam satu tahun dan ditetapkan
ke dalam bentuk persamaan := ℎ ℎ= ∑ .∑ ..............................................................................(2.29)
2. SAIDI (System Average Interruption Duration Index). Merupakan waktu
kegagalan rata-rata dalam satu tahun untuk tiap pelanggan dan ditetapkan ke
3. CAIDI (Customer Average Interruption Duration Index). Merupakan lama
rata-rata dari sebuah gangguan yang pernah dialami oleh pelanggan dan
ditetapkan ke dalam bentuk persamaan := ℎ ℎ= ∑ .∑ ............................................................................(2.31)
4. CAIFI (Customer Average Interrruption Frequency Index). Merupakan lama
rata-rata dari gangguan pada pelanggan yang pernah mengalami gangguan
paling tidak satu kali dan ditetapkan ke dalam persamaan berikut := ℎℎ= ∑ .∑ .............................................................................(2.32)
5. MAIFI (Momentary Average Interruption Frequency Index). Merupakan
frekuensi pemadaman rata-rata untuk tiap konsumen dalam kurun waktu
setahun yang disebabkan oleh gangguan sesaat dan ditetapkan ke dalam