Top Banner
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Kurniasari (2010) dengan menggunakan objek penelitian pada PG Tjoekir Jombang periode 2005 sampai 2007. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan kebijakan piutang pada PG Tjoekir Jombang dinyatakan tidak efektif dikarenakan hasil monitoring piutang dagang cenderung mengalami penurunan. Penelitian yang dilakukan oleh Pebriani (2010) dengan menggunakan objek penelitian pada perusahaan X periode 2006 sampai 2008. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan manajemen piutang pada perusahaan X tidak efektif, dikarenakan bahwa terdapat rasio aktivitas yang berada dibawah standar yang ditetapkan. Perusahaan X juga mengalami masalah keterlambatan pembayaran yang melebihi batas waktu jatuh tempo dan ketidaksesuaian jumlah pembayaran dengan jumlah piutang yang terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Dermawan (2016) menggunakan objek penelitian pada KSU Brosem Batu periode 2010-2014. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan piutang yang diterapkan Brosem masih belum efektif dikarenakan kebijakan penjualan kredit dan penagihan piutang masih sangat lunak da nada beberapa piutang yang tidak tertagih.
17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40105/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 15. · 11 b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable) Piutang

Dec 16, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40105/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 15. · 11 b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable) Piutang

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh

Kurniasari (2010) dengan menggunakan objek penelitian pada PG Tjoekir

Jombang periode 2005 sampai 2007. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa pengelolaan kebijakan piutang pada PG Tjoekir Jombang dinyatakan

tidak efektif dikarenakan hasil monitoring piutang dagang cenderung

mengalami penurunan.

Penelitian yang dilakukan oleh Pebriani (2010) dengan menggunakan

objek penelitian pada perusahaan X periode 2006 sampai 2008. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan manajemen piutang pada

perusahaan X tidak efektif, dikarenakan bahwa terdapat rasio aktivitas yang

berada dibawah standar yang ditetapkan. Perusahaan X juga mengalami

masalah keterlambatan pembayaran yang melebihi batas waktu jatuh tempo

dan ketidaksesuaian jumlah pembayaran dengan jumlah piutang yang terjadi.

Penelitian yang dilakukan oleh Dermawan (2016) menggunakan objek

penelitian pada KSU Brosem Batu periode 2010-2014. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa pengelolaan piutang yang diterapkan Brosem masih

belum efektif dikarenakan kebijakan penjualan kredit dan penagihan piutang

masih sangat lunak da nada beberapa piutang yang tidak tertagih.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40105/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 15. · 11 b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable) Piutang

7

B. Tinjauan Teori

1. Pengelolaan Piutang Dagang

Menurut Brigham dan Houston (2001), pengelolaan piutang dagang

dimulai dengan keputusan apakah akan memberikan kredit atau tidak, dalam

mengelola piutang juga ada cara-cara piutang perusahaan dibentuk dan

beberapa cara alternatif untuk memantau piutang. Sistem pemantauan

digunakan, karena jika tidak piutang akan menumpuk menjadi suatu yang

berlebihan, arus kas menurun dan piutang tak tertagih menutupi laba dari

penjualan.

Pengelolaan piutang mempelajari bagaimana piutang bisa dikelola

dengan efisien. Rata-rata saldo piutang ditentukan oleh dua faktor yaitu

penjualan kredit per hari dan jumlah harihari rata periode pengumpulan

piutang. Keduanya sangat tergantung pada kebijakan kredit yang dijalankan

oleh perusahaan. Piutang mengandung risiko berupa kegagalan penagihan

atau biasa disebut bad debts, kemungkinan risiko ini akan semakin kecil

apabila perusahaan hanya melakukan penjualan kredit kepada pelanggannya

yang terkuat saja. Resiko piutang adalah tidak tertagih dan akan

menimbulkan credit cost (biaya kredit). Biaya kredit tersebut adalah :

a. Kegagalan memenuhi default (kewajiban) atau kerugian piutang macet.

b. Biaya penelitian dan penagihan yang lebih tinggi

Piutang merupakan asset yang cukup material. Oleh karena itu

diperlukan manajemen pengelolaan piutang yang efektif dan efisien agar

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40105/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 15. · 11 b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable) Piutang

8

jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang sesuai dengan tingkat

kemampuan perusahaan sehingga tidak mengganggu aliran kas.

2. Keputusan Penjualan Kredit dan Piutang Dagang

Kondisi persaingan yang semakin tajam memaksa perusahaan untuk

memberikan pelayanan yang maksimal kepada pelanggannya. Salah satu

cara yang dilakukan yaitu dengan menjual produknya secara kredit.

Penjualan secara kredit akan memunculkan piutang.. Pemberian piutang

akan meningkatkan volume penjualan dan menaikkan pangsa pasar, dengan

pemberian tersebut suatu perusahaan diharapkan mampu bertahan dan

bersaing dengan perusahaan lainnya.

Menurut Kasmir (2010:244) penjualan kredit merupakan penjualan

barang dimana pembayarannya dilakukan secara angsuran (cicilan) sesuai

kesepakatan yang dibuat antara penjual dan pembeli untuk jangka waktu

tertentu dengan masing-masing hak dan kewajibannya. Penjualan kredit

tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang

langganan dan barulah kemudian pada hari jatuhnya terjadi aliran kas masuk

(cash inflow) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Adanya

tenggang waktu antara penyerahan barang dengan pembayarannya akan

menimbulkan beberapa resiko yang mungkin timbul yaitu biaya pengelolaan

kredit dan piutang tak tertagih.

Perusahaan dalam melaksanakan suatu kegiatan pasti mempunyai

tujuan tertentu, begitu juga dengan keputusan suatu perusahaan melakukan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40105/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 15. · 11 b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable) Piutang

9

penjualan secara kredit. Menurut Halim dan Sarwoko (2008:105) tujuan

perusahaan melakukan penjualan secara kredit antara lain:

a. Untuk meningkatkan penjualan, pada umumnya para pelanggan lebih

menyukai pembelian secara kredit daripada harus membayar secara tunai.

Maka untuk meningkatkan penjualan, perusahaan melakukan penjualan

secara kredit.

b. Untuk meningkatkan laba, akibat dari adanya penjualan secara kredit

maka akan mengakibatkan kenaikan penjualan, kenaikan ini diharapkan

dapat menaikkan laba perusahaan.

c. Untuk menghadapi persaingan, agar posisi perusahaan dapat bertahan

dalam menghadapi persaingan pasar, maka perusahaan harus melakukan

penjualan secara kredit.

Selain memiliki tujuan, penjualan kredit juga memiliki manfaat.

Menurut Saputro (2000:62) manfaat adanya penjualan secara kredit adalah:

a. Meningkatkan omset penjualan, pembeli yang biasanya membeli dalam

jumlah kecil akan terdorong untuk meningkatkan volume pembeliannya

dengan ditawarkannya pembayaran kredit kepada mereka.

b. Meningkatkan keuntungan, dengan meningkatnya volume penjualan,

maka keuntungan diharapkan akan meningkat.

c. Meningkatkan hubungan dagang antara perusahaan dengan pembeli,

adanya utang piutang maka hubungan dagang antara perusahaan dengan

para pembelinya menjadi lebih erat.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40105/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 15. · 11 b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable) Piutang

10

Penjualan secara kredit dapat menimbulkan piutang pada

perusahaan, piutang merupakan hak menagih dari pemberi uang atau jasa

kepada penerima jasa yang membentuk hubungan dimana yang pihak satu

berutang dengan pihak pemberi piutang (Hermawan, 2013:29). Piutang

dapat diklasifikasi menjadi dua yaitu piutang dagang yang timbul dari

penjualan secara kredit dan piutang non dagang yang timbul dari pinjaman

karyawan, pinjaman kepada anak perusahaan, serta piutang deviden.

Menurut Nafarin, M (2007:294) piutang merupakan aktivitas yang

timbul karena adanya transaksi penjualan secara kredit oleh perusahaan

kepada pelanggannya. Piutang muncul saat perusahaan menjual barang

dagangan atau jasa kepada pihak lain. Dapat disimpulkan bahwa piutang

adalah hak untuk menagih sejumlah uang dari pihak penjual kepada pihak

pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi penjualan barang atau

jasa secara kredit.

3. Klasifikasi Piutang

Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk memudahkan pencatatan

transaksi. Berikut adalah klasifikasi piutang menurut Kasmir (2010:246)

diantaranya:

a. Piutang Usaha (Account Receivable)

Piutang usaha yaitu piutang yang berasal dari penjualan barang atau

jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40105/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 15. · 11 b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable) Piutang

11

b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable)

Piutang wesel/ wesel tagih yaitu jumlah terhutang bagi pelanggan jika

perusahaan telah menerbitkan surat hutang formal. Wesel biasanya

digunakan untuk jangka waktu yang pembayarannya lebih dari 60 hari.

Jika wesel diperkirakan akan tertagih dalam jangka waktu satu tahun,

maka dalam neraca wesel diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.

c. Piutang Lain-lain

Piutang lain-lain yaitu meliputi piutang bunga, piutang pegawai, dan

piutang dari perusahaan. Jika piutang lain-lain diperkirakan dapat

ditagih dalam jangka waktu satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan

sebagai aktiva lancar.

Dari klasifikasi piutang diatas dapat disimpulkan piutang mempunyai

beberapa jenis, diantaranya piutang usaha, piutang ini berasal dari penjualan

barang maupun jasa di suatu perusahaan dan piutang lancar. Piutang lancar

berarti sama seperti piutang jangka pendek yang waktu pembayarannya

dalam kurun waktu 1 tahun.

4. Faktor-Faktor Penentu Besarnya Investasi pada Piutang Dagang

Sutrisno (2007:55) menyatakan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi besar kecilnya investasi pada piutang yaitu:

a. Besarnya Volume Penjualan Kredit

Volume penjualan kredit yang diberikan kepada pelanggan akan

ikut menentukan besar kecilnya investasi dalam piutang. Semakin besar

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40105/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 15. · 11 b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable) Piutang

12

jumlah penjualan kredit daripada penjualan tunai maka akan semakin

besar jumlah investasi dalam piutang. Begitupun sebaliknya jika volume

penjualan kredit sedikit maka akan terjadi penurunan investasi pada

piutang. Pembeli atau calon pelanggan akan tertarik membeli barang jika

diberikannya tenggang waktu pembayaran yang longgar. Tenggang

waktu yang terlalu pendek tidak mendorong mereka untuk membeli

dalam jumlah yang lebih banyak dan bahkan akan memilih supplier lain.

b. Syarat Pembayaran

Syarat pembayaran berkaitan dengan berakhirnya jatuh tempo

piutang yang harus dibayar kepada debitur. Semakin panjang waktu

kredit yang diberikan semakin besar investasi dalam piutang. Demikian

sebaliknya semakin pendek batas waktu pembayaran kredit berarti

semakin kecil investasi dalam piutang.

c. Plafon Kredit

Plafon kredit ini menggambarkan seberapa besar kredit yang akan

diberikan kepada pelanggan. Plafon kredit untuk masing-masing

pelanggan tidak harus sama, tetapi tergantung dari besarnya usaha yang

dimiliki oleh pelanggan dan tingkat kepercayaan perusahaan terhadap

pelanggan. Semakin besar plafon kredit yang diberikan untuk pelanggan,

maka semakin besar investasi dalam piutang dan begitupun sebaliknya.

d. Kebiasaan Pembayaran Pelanggan

Apabila kebiasaan pelanggan dalam membayar memanfaatkan

masa diskon, maka investasi pada piutang semakin kecil, tetapi bila

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40105/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 15. · 11 b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable) Piutang

13

kebiasaan pelanggan membayar pada saat jatuh tempo maka investasi

pada piutang semakin besar.

e. Kebijakan dalam Pengumpulan Piutang

Perusahaan dalam melakukan pengumpulan piutang ada yang

menerapkan kebijakan yang sangat ketat (aktif) dan ada juga yang

longgar (pasif). Perusahaan yang menggunakan kebijakan sangat ketat

biasanya menggunakan jasa debt collector sehingga pengumpulan

piutang lebih tepat waktu tetapi perlu tambahan biaya dalam

pengumpulan piutang tersebut.

Perusahaan yang menggunakan kebijakan yang longgar (pasif)

yaitu perusahaan berkeyakinan (percaya) bahwa pelanggan menepati

janji dalam pembayaran, maka resiko tertunggaknya piutang lebih besar.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin ketat kebijakan pengumpulan

piutang maka semakin kecil investasi pada piutang dan bila longgar maka

piutangnya juga akan semakin besar.

5. Model Pengelolaan Piutang Dagang Efektif

Menurut Ravianto dalam Masruri (2014:11) Efektifitas adalah

seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan

keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa apabila sesuatu

pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya

maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40105/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 15. · 11 b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable) Piutang

14

Menurut Handayaningrat (2002:16) efektifitas merupakan

pengukuran dalam arti tercapainya sasaran yaitu tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya. Efektifitas merupakan suatu ukuran yang

memberikan gambaran seberapa jauh tujuan tercapai, baik secara kualitas

maupun waktu orientasinya pada keluaran yang dihasilkan.

Beberapa pengertian efektivitas diatas maka dapat disimpulkan

bahwa efektivitas piutang adalah keadaan dan kemampuan yang dilakukan

oleh karyawan dalam mengelola piutang secara tepat (kuantitas, kualitas dan

waktu) sehingga dapat mengantisipasi piutang yang bermasalah dan

perusahaan dapat mencapai tujuannya sesuai dengan apa yang diharapkan.

Menurut Sartono (2012:432) untuk menentukan pengelolaan piutang

efektif dan kredit yang optimal manajer keuangan harus mempertimbangkan

beberapa variabel yang berkaitan dengan piutang yang meliputi:

a. Standar kredit

Standar kredit merupakan salah satu kriteria yang dipakai

perusahaan untuk menyeleksi para pelanggan yang akan diberi kredit dan

berapa jumlah yang harus diberikan. Menurut Kasmir (2010:259) ada

lima dimensi utama (5C) dalam menganalisa pemohon kredit:

1) Karakter (Character)

Pemberian kredit kepada calon pelanggan adalah atas dasar

kepercayaan, jadi yang mendasari suatu kepercayaan yaitu adanya

keyakinan dari pihak perusahaan bahwa pelanggan mempunyai moral,

watak maupun sifat-sifat pribadi yang positif serta mempunyai rasa

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40105/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 15. · 11 b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable) Piutang

15

tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia,

kehidupan sebagai anggota masyarakat ataupun dalan menjalankan

kegiatan usahanya.

Karakter merupakan faktor yang paling penting, sebab

walaupun pelanggan mampu menyelesaikan utangnya tetapi kalau

tidak mempunyai iktikad baik tentu akan membawa berbagai kesulitan

bagi perusahaan dikemudian hari.

2) Kemampuan (Capacity)

Kemampuan (Capacity) adalah suatu penilaian kepada calon

pelanggan dengan melihat kemampuan pelanggan dalam meraih

penjualan ataupun pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang

dicapai pada masa lalu. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk

membayar.

3) Modal (Capital)

Modal (Capital) adalah jumlah dana atau modal sendiri yang

dimiliki calon pelanggan. Biasanya perusahaan mengukur posisi

keuangan calon pelanggan secara umum dengan memperhatikan

modal yang dimiliki perusahaan dan juga memperhatikan

perbandingan hutang dan modal.

4) Jaminan (Collateral)

Jaminan (Collateral) adalah barang-barang jaminan yang

diserahkan oleh calon pelanggan sebagai jaminan atas piutang yang

diterima. Manfaat jaminan sebagai alat pengaman dalam menghadapi

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40105/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 15. · 11 b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable) Piutang

16

kemungkinan adanya ketidakpastian pada kurun waktu yang akan

datang pada saatnya piutang tersebut harus dilunasi.

5) Kondisi (Condition)

Kondisi ekonomi (Condition) adalah situasi politik, social,

ekonomi, budaya dan lain-lain yang memepengaruhi kelancaran usaha

dari calon pelanggan yang memperoleh piutang tersebut.

Adanya pemberian kredit kepada para pelanggan maka akan

memunculkan piutang dagang, yang mana berhubungan dengan risiko

(masalah) piutang tak tertagih. Karena itu sebelum memberikan kredit

suatu perusahaan harus menentukan standar kredit dengan baik, agar

masalah piutang macet bisa dikendalikan.

b. Persyaratan kredit

Persyaratan kredit merupakan suatu kondisi yang diisyaratkan

untuk pembayaran kembali piutang dari para pelanggan. Kondisi tersebut

meliputi lama waktu pemberian kredit (periode kredit) dan potongan

tunai serta persyaratan khusus lainnya. Misalnya ada syarat pembayaran

5/10 – n/60, artinya bila piutang dibayar paling lambat 10 hari dari

tanggal penjualan, akan diberikan diskon sebesar 5% dan batas akhir

pembayaran piutang selama 60 hari.

c. Monitoring piutang dagang

Langkah selanjutnya yang harus diperhatikan dalam pengelolaan

piutang yaitu dengan melakukan pemonitoran piutang dagang. Jika

piutang dagang menunjukkan kecenderungan meningkat dan periode

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40105/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 15. · 11 b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable) Piutang

17

pengumpulan piutang meningkat maka perusahaan perlu melakukan

pemonitoran terhadap piutangnya.

Monitoring piutang dagang bisa dilakukan dengan mengawasi

periode pengumpulan piutang (Tangkilisan, 2003:247). Ada beberapa

cara untuk mengawasi piutang, diantaranya:

1) Tingkat Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

Salah satu cara untuk mengetahui pengelolaan piutang yang

efektif dapat dilakukan dengan menghitung tingkat perputaran piutang

dari hasil piutang perusahaan. Tingkat perputaran piutang digunakan

untuk mengukur seberapa besar aktivitas dari piutang yang dimiliki

perusahaan. Rasio perputaran piutang ini menggambarkan seberapa

besar dana dalam piutang perusahaan berputar menjadi kas (Kasmir,

2010:247).

Menurut Syamsudin (2000:49) semakin tinggi account

receivable suatu perusahaan semakin baik pengelolaan piutang.

Account receivable turnover dapat ditingkatkan dengan cara

memperketat kebijakan penjualan kredit, misalnya dengan

memperpendek waktu pembayaran. Tetapi kebijakan ini cukup sulit

untuk diterapkan, karena dengan semakin ketatnya kebijakan

penjualan kredit kemungkinan besar volume penjualan akan menurun,

sehingga hal tersebut bukannya membawa kebaikan bagi perusahaan

bahkan sebaliknya.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40105/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 15. · 11 b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable) Piutang

18

Rasio tingkat perputaran piutang menggambarkan kualitas

piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam usaha

penagihan piutang yang dimiliki, tingkat perputaran piutang dihitung

sebagai berikut:

Rata-rata piutang dagang di atas diperoleh dari:

2) Hari Rata-rata Pengumpulan Piutang (Average Age of Account

Receivable )

Setelah menentukan seberapa besar tingkat perputaran piutang,

selanjutnya menentukan hari rata-rata pengumpulan piutang. Hari

rata-rata pengumpulan piutang merupakan periode pengumpulan

piutang kepada pelanggan yang sudah melakukan transaksi penjualan

secara kredit sampai piutang tersebut sudah dilunasi atau dibayarkan

dengan keseluruhan (Kasmir, 2010:247). Guna mengetahui umur rata-

rata piutang dapat dilihat dengan cara perhitungan sebagai berikut :

3) Skedul Umur Piutang

Skedul umur piutang adalah laporan yang menunjukkan berapa

lama umur piutang dengan memberi prosentase pada kelompok

piutang yang belum jatuh tempo dan kelompok piutang yang jatuh

temponya telah melewati periode tertentu. Umur piutang dalam tabel

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40105/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 15. · 11 b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable) Piutang

19

biasanya diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu: 1–30hari, 31–

60hari, 61–90hari, lebih dari 90 hari (Brigham dan Houston,

2013:287). Dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Skedul Umur Piutang

Umur Jumlah Persen

1– 30 hari Xx Xx

31-60 hari Xx Xx

61–90 hari Xx Xx

>90 hari Xx Xx

Total Xx Xx

Sumber: (Brigham dan Houston, 2013:287)

Tabel 2.1 ini digunakan untuk mengetahui persentase piutang

dagang dan cara mengelompokkan piutang tersebut dalam tingkat

umur (lamanya piutang terjadi) setelah diketahui umurnya baru

ditentukan persentase tidak tertagih setiap kelompok umur. Skedul

umur piutang dagang yang baik menunjukkan prosentase yang kecil.

d. Kebijakan Pengumpulan Piutang

Menurut Syamsudin (2000:273) ada beberapa metode dalam

penagihan piutang kepada pelanggan yaitu seperti :

1) Penagihan melalui surat, bilamana waktu pembayaran utang dari

langganan sudah lewat beberapa hari tetapi belum juga dilakukan

pembayaran maka perusahaan dapat mengirim surat dengan nada

“mengingatkan” langganan yang belum membayar tersebut bahwa

utangnya sudah jatuh tempo.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40105/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 15. · 11 b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable) Piutang

20

2) Melalui telepon, apabila setelah dikirimkan surat teguran ternyata

utang-utang tersebut belum juga dibayar maka bagian kredit dapat

menelpon langganan dan secara pribadi memintanya untuk segera

melakukan pembayaran. Kalau dari hasil pembicaraan tersebut

ternyata misalnya langganan mempunyai alasan yang dapat diterima

maka mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan sampai

suatu jangka waktu tertentu.

3) Mengunjungi personal, pengumpulan piutang dengan cara melakukan

kunjungan secara personal atau pribadi ke tempat langganan seringkali

digunakan karena dirasakan sangat efektif dalam usaha-usaha

pengumpulan piutang.

4) Tindakan Yuridis, bilamana ternyata langganan tidak mau membayar

utang-utangnya maka perusahaan dapat menggunakan tindakan-

tindakan hukum dengan mengajukan gugatan perdata melalui

pengadilan.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Pada dasarnya kerangka konsep merupakan uraian konsep pemikiran

peneliti dalam pemecahan masalah, sehingga kerangka pikir sangat

menentukan kejelasan proses penelitian secara keseluruhan. Kerangka pikir ini

dibuat untuk memberikan gambaran penelitian yang akan dilakukan yaitu

mengenai pengelolaan piutang dagang pada CV Cita Mandiri periode 2015-

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40105/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 15. · 11 b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable) Piutang

21

2017.Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan, maka dapat digambarkan

kerangka pikir sebagaimana yang terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan Gambar 2.1 dapat diketahui bahwa penelitian ini berawal

dari kebijakan penjualan kredit yang diterapkan di CV Cita Mandiri. Adanya

penjualan kredit akan memunculkan piutang, apabila suatu piutang yang

Kebijakan penjualan

kredit

Efektivitas Kebijakan

Piutang

Kebijakan

Pemberian Kredit

Kebijakan Penagihan

Efektif Tidak Efektif

Monitoring Piutang

Dagang

1. Standar Kredit

2. Persyaratan

Kredit

1. Tingkat Perputaran

Piutang

2. Hari rata-rata

Pengumpulan

Piutang

3. Skedul Umur

Piutang

Usaha Pengumpulan

Piutang

Penilaian Keefektifan

Pengelolaan Piutang

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40105/3/BAB II.pdf · 2018. 11. 15. · 11 b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable) Piutang

22

berlebihan dan jumlahnya besar tidak dikelola dengan baik maka akan

menimbulkan piutang bermasalah atau piutang macet.

Adanya masalah tersebut menjadikan CV Cita Mandiri perlu melakukan

pengelolaan piutang yang efektif, pengelolaan dapat dilakukan dengan 3 cara

di antaranya kebijakan pemberian kredit, monitoring piutang dagang dan

kebijakan penagihan piutang. Kemudian membandingkan realisasi pengelolaan

piutang CV Cita Mandiri saat ini dengan target pengelolaan piutang CV Cita

Mandiri. Kemudian barulah diketahui apakah pengelolaan piutang yang

dilakukan CV Cita Mandiri sudah efektif atau tidak. Jika tidak efektif maka CV

Cita Mandiri perlu membuat perubahan atau perbaikan dalam hal pengelolaan

piutangnya saat ini