Top Banner
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah 1. Darah Sebagian besar tubuh manusia adalah berupa cairan yang sangat penting dalam proses sistem metabolisme tubuh, cairan tersebut adalah darah. Darah berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung elektrolit. (Muttaqin Arif, 2009) Volume darah manusia sekitar 8% dari berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Empat puluh lima sampai 60% darah mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, sisanya terdapat leukosit, trombosit, dan komponen lainnya. (A.V. Hoffbrand dan J.F. Pettit. 1992) Bagian darah yaitu sel-sel darah dan plasma darah. Sel-sel darah merupakan bagian padat, yang terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosi (sel darah putih), dan trombosit (keping darah). Plasma darah bagian cair dari darah, yang terdiri dari serum dan fibrinogen. (Mehta, Atul dan Victor Hoffbrand, 2005) Darah mempunyai fungsi yang sangat penting, diantaranya : mengedarkan sari makanan ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh plasma darah, mengangkut sisa oksidasi dari sel tubuh untuk dikeluarkan dari tubuh yang dilakukan oleh plasma darah, mengangkut oksigen ke seluruh yang dilakukan oleh sel-sel darah merah, membunuh kuman yang masuk 5
17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ayu... ·  · 2016-01-05mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, ... pucat

May 08, 2018

Download

Documents

LeTuyen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ayu... ·  · 2016-01-05mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, ... pucat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Darah

1. Darah

Sebagian besar tubuh manusia adalah berupa cairan yang sangat

penting dalam proses sistem metabolisme tubuh, cairan tersebut adalah

darah. Darah berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah

merupakan suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang

mengandung elektrolit. (Muttaqin Arif, 2009)

Volume darah manusia sekitar 8% dari berat badan normal dan

berjumlah sekitar 5 liter. Empat puluh lima sampai 60% darah

mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, sisanya terdapat leukosit,

trombosit, dan komponen lainnya. (A.V. Hoffbrand dan J.F. Pettit. 1992)

Bagian darah yaitu sel-sel darah dan plasma darah. Sel-sel darah

merupakan bagian padat, yang terdiri dari eritrosit (sel darah merah),

leukosi (sel darah putih), dan trombosit (keping darah). Plasma darah

bagian cair dari darah, yang terdiri dari serum dan fibrinogen. (Mehta, Atul

dan Victor Hoffbrand, 2005)

Darah mempunyai fungsi yang sangat penting, diantaranya :

mengedarkan sari makanan ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh plasma

darah, mengangkut sisa oksidasi dari sel tubuh untuk dikeluarkan dari

tubuh yang dilakukan oleh plasma darah, mengangkut oksigen ke seluruh

yang dilakukan oleh sel-sel darah merah, membunuh kuman yang masuk

5

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ayu... ·  · 2016-01-05mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, ... pucat

6

ke dalam tubuh yang dilakukan oleh sel darah putih, menutup luka yang

dilakukan oleh keping-keping darah, menjaga kestabilan suhu tubuh. (A.V.

Hoffbrand, dkk. 2005)

2. Morfologi Sel Eritrosit

Morfologi sel terdiri dari bentuk, warna, ukuran dapat diamati pada

sediaan apus dengan pewarnaan Giemsa/Wright/lainnya. Bentuk normal

bikonkav dengan diameter 6–8µm warna kemerah-merahan. Eritrosit

normal berukuran sama dengan inti limfosit kecil pada sediaan apus.( A.V.

Hoffbrand dan J.F. Pettit. 1992)

3. Kelainan Morfologi Eritrosit

Kelainan morfologi eritrosit berupa kelainan ukuran (size), kelainan

bentuk (shape), kelainan warna (staining characteristics), dan benda-benda

inklusi. Berikut macam-macam kelainannya :

Kelainan ukuran :

1. Mikrosit : eritrosit lebih kecil daripada eritrosit normal, dengan ukuran

< 6µm.

Gambar 1.1 mikrosit

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ayu... ·  · 2016-01-05mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, ... pucat

7

2. Makrosit : eritrosit lebih besar daripada eritrosit normal, dengan

ukuran > 8µm.

Ganbar 1.2 Makrosit

3. Sferosit : eritrosit lebih kecil, lebih bulat, dan lebih padat warnanya

daripada eritrosit normal. Tidak didapat bagian yang pucat ditengah

sel.

Gambar 1.3 Sferosit

4. Anisositosis : banyak diantara sel eritrosit lebih banyak bervariasi

dalam ukurannya daripada keadaan normal. Sering didapat pada

anemia berat.

Kelainan bentuk :

1. Acanthosytes : ditandai dengan adanya proyeksi halus dipermukaan

erotrosit, menyerupai duri (kata Yunani : acantha : duri). Kelainan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ayu... ·  · 2016-01-05mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, ... pucat

8

bawaan yang jarang : acanthtocytosis, bisa mencapai lebih dari 50 %.

Ada hubungan dengan metabolisme fosfolipid.

Gambar 2.1 Achantosite

2. Burr cell : menunjukkan proyeksi-proyeksi atau tonjolan-tonjolan

pendek misalnya pada uremia dan carsinomatosis. Bedakan dengan

acanthosit dan sel “crenated” (artefak).

Gambar 2.2 Burr Cell

3. “Crenated” : merupakan kelainan bentuk dari eritrosit (poikilositosis)

yang berbentuk seperti artefak. Krenasi berawal dari sel eritrosit yang

mengalami pengerutan akibat cairan yang berada di dalam sel keluar

melalui membran. (Mehta, Atul dan Victor Hoffbrand. 2005).

Morfologi krenasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya

terjadinya kesalahan pada prosedur pemeriksaan pra-analitik

(penambahan antikoagulan, jenis antikoagulan).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ayu... ·  · 2016-01-05mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, ... pucat

9

Gambar 2.3 Crenated

4. Eliptosit : bentuk seperti elip atau oval. Juga disebut ovalosit. Bila ada

dalam jumlah yang besar mungkin disebabkan karena anomali

bawaan, ovalositosis.

Gambar 2.4 Eliptosit

5. Stomatosit : bentuk seperti topi Meksiko. Pusatnya tidak hipokrom

tetapi berwarna merah.

Gambar 2.5 Stomatosit

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ayu... ·  · 2016-01-05mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, ... pucat

10

6. Leptosit : disebut juga sel target karena dibagian tengah eritrosit yang

pucat terdapat lingkaran berwarna merah dipusat eritrosit.

Gambar 2.6 Leptosit

7. Poikilositosis : bentuk tidak rata. Tergolong disini : sel burr, sel buah

jambu, dan sebagainya.

8. Sabit / sickle : bentuk sabit. Berwarna lebih padat daripada eritrosit

biasa. Didapat pada anemia hemolitik sel sabit.

Gambar 2.7 Sickle

9. Schistosit : hasil fragmentasi eritrosit, bisa berbentuk segitiga, elips

dengan indentasi atau sebagai sel dengan permukaan tidak rata.

Biasanya didapat pada anemia hemolitik.

Kelainan warna :

1. Hipokrom : warna pucat pada bagian tengah, erotrosit lebih besar dari

biasanya.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ayu... ·  · 2016-01-05mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, ... pucat

11

Gambar 3.1 Hipokrom

2. Polikromasia : mengikat zat warna asam sehingga disamping warna

merah ada kebiru-biruan. Pematangan sitoplasma lebih lambat

dibandingkan pematangan inti.

3. Anulosit : diameter cekungan ditengah eritrosit yang berwarna lebih

pucat dari darah tepi, berukuran besar (sel hipokrom ekstrem).

Gambar 3.2 Anulosit

4. Benda Heinz : berasal dari polimerisasi dan presipitasi molekul

(banyak) hemoglobin yang telah mengalami denaturasi. Benda Heinz

bisa multiple dan biasanya terletak ditepi.

Benda-benda inklusi :

1. Benda Howell-Jolly : inklusi berwarna biru, tunggal atau berganda,

biasanya berada ditepi sel dan dapat berukuran sampai 1µm diameter.

Berasal dari sisa ini (lihat cincin Cabot).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ayu... ·  · 2016-01-05mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, ... pucat

12

Gambar 4.1 Howell-Jolly

2. Cincin Cabot : cincin lembayung pada pusat eritrosit atau ditepi.

Berasal dari sisa inti seperti halnya dengan Howell-Jolly.

Gambar 4.2 Cincin cabot

3. Siderosit : ada granula besi yang tersebar tak merata. Memberikan

reaksi positif dengan pewarnaan Prussian Blue (biru kehijauan).

4. Titik Basofil : eritrosit berisi granula biru kecil. Granula bisa bersifat

kasar. Sel itu sebenarnya retikulosit, didapat pada anemia berat.

Gambar 1.5 Titik Basofil

5. Eriteosit berinti : eritrosit yang mengalami maturasi normal.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ayu... ·  · 2016-01-05mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, ... pucat

13

B. Antikoagulan

1. Definisi Antikoagulan

Antikoagulan merupakan zat yang digunakan untuk mencegah

terjadinya pembekuan pada darah dengan cara mengikat kalsium atau

menghambat pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi

fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembentukan darah. (E.N. Kosasih,

1984)

Darah membeku bila berada di luar tubuh, apabila didiamkan bekuan

akan mengkerut dan serum terperas keluar, sehingga antikoagulan

digunakan untuk menghindarkan terjadinya pembekuan darah.

Antikoagulan sering digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap. (E.N.

Kosasih, 1984)

2. Jenis Antikoagulan

Ada bermacam-macam jenis antikoagulan, namun tidak semua macam

antikoagulan dapat dipakai karena ada antikoagulan yang dapat

mempengaruhi morfologi dari sel-sel darah yang akan diperiksa. Berikut

jenis antikoagulan beserta penjelasannya :

a. EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate)

Darah EDTA dalam bentuk garam natrium, kalium atau lithium,

dapat dipakai untuk beberapa macam pemeriksaan hematologi, seperti

penetapan kadar hemoglobin, hitung jumlah leukosit, eritrosit,

trombosit, retikulosit, hematokrit, penetapan laju endap darah menurut

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ayu... ·  · 2016-01-05mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, ... pucat

14

Westergren dan Wintrobe, tetapi tidak dapat dipakai untuk percobaan

hemoragik dan pemeriksaan faal trombosit. (R.Gandasoebrata, 2007)

Pemeriksaan dengan memakai darah EDTA sebaiknya dilakukan

segera, hanya kalau perlu boleh disimpan dalam lemari es dengan suhu

40C. Darah EDTA yang disimpan pada suhu 40C selama 24 jam

memberikan nilai hematokrit yang lebih tinggi. Pembuatan sediaan apus

darah tepi dapat dipakai darah EDTA yang disimpan dengan waktu

paling lama 2 jam. Darah EDTA dapat disimpan paling lama 24 jam di

dalam lemari es tanpa mendatangkan penyimpanan yang bermakna,

kecuali untuk jumlah trombosit dan nilai hematokrit. (R.Gandasoebrata,

2007)

b. Heparin

Heparin adalah antikoagulan dalam bentuk cairan, dapat

mengakibatkan leukosit bergumpal-gumpal (R.Gandasoebrata, 2007)

Tiap 1 mg heparin menjaga membekunya 10 ml darah. Kelemahan

dari heparin yaitu tidak digunakan untuk membuat sediaan darah apus,

karena dapat memberikan latar belakang biru pada sediaan apus setelah

diwarnakan. (E.N. Kosasih, 1984)

c. Natriumsitrat dalam larutan 3,8%

Natriumsitrat untuk pemeriksaan laju endap darah cara Westergren

dengan perbandingan 1 volume antikoagulan denagn 4 volume darah,

misalnya 0,4 ml citrat dan 1,6 ml darah. Natriumsitrat 3,8% tidak dapat

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ayu... ·  · 2016-01-05mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, ... pucat

15

digunakan untuk menghitung leukosit, eritrosit dan trombosit.

(R.Gandasoebrata, 2007)

d. Natrium Fluoride ( NaF )

Digunakan dalam bentuk bubuk. Dengan perbandingan 10 mg

untuk 1 ml darah. (E.N. Kosasih, 1984)

3. Darah EDTA 10%

EDTA yang sering dipakai dalam pemeriksaan hematologi adalah

larutan dengan kadar EDTA 10% yang artinya 10g EDTA serbuk

dilarutkan dalam 100ml aquades. Tiap 1 mg EDTA menghindarkan

membekunya 1 ml darah. Pemakai EDTA dalam jumlah yang berlebihan

perlu dihindari, bila dipakai EDTA lebih dari 2 mg per ml maka nilai

hematokrit menjadi lebih rendah dari yang sebenarnya.

Zat kering boleh dipakai untuk menghindarkan terjadi pengenceran

darah, akan tetapi dalam hal terakhir ini perlu sekali menggoncang-

goncangkan atau menghomogenkan wadah yang berisi darah dan EDTA

selama 1-2 menit karena zat EDTA yang kering agak sukar larut atau

lambat melarut. (R.Gandasoebrata, 2007)

Berikut perhitungan perbandingan darah dan antikoagulan :

10 g EDTA serbuk dalam 100 ml aquades adalah EDTA 10%

1 ml EDTA cair = 0,1 g EDTA serbuk

1 ml = 100 mg

0,01 µl EDTA cair = 1 mg EDTA serbuk → untuk 1 ml darah.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ayu... ·  · 2016-01-05mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, ... pucat

16

C. Volume EDTA terhadap Krenasi

Aturan penambahan antikoagulan EDTA adalah 10µl untuk 1ml darah.

Perbandingan volume darah dengan antikoagulan tidak sesuai dapat

menyebabkan kesalahan pada hasil : jika volume terlalu sedikit (EDTA

terlalu berlebihan), sel-sel eritrosit mengalami krenasi, sedangkan trombosit

membesar dan mengalami disintegrasi. Volume terlalu banyak (EDTA terlalu

sedikit) dapat menyebabkan terbentuknya jendalan yang berakibat

menurunnya jumlah trombosit. (Oesman, Farida & R. Setiabudy, 1992)

D. Sediaan Apus Darah Tepi

Sediaan apus darah merupakan salah satu cara pemeriksaan hematologi

yang bertujuan untuk mengamati dan menilai berbagai unsur sel darah pada

manusia seperti sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan

keping-keping darah (trombosit). Sediaan apus juga dapat digunakan untuk

mengidentifikasi parasit misalnya malaria dan mikrofilaria yang lain.

Prinsip pemeriksaan sediaan apus darah yaitu dengan meneteskan darah

lalu dipaparkan diatas objek glass, kemudian dilakukan pengecatan lalu

diperiksa dibawah mikroskop. Objekglass harus kering, bersih dan bebas dari

lemak sebelum darah di teteskan di objekglass. Persebaran sel tidak rata jika

objekglass masih ada lemak atau tidak bersih.

Ciri sediaan apus yang baik :

1. Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjangnya ½ sampai

2/3 panjang kaca.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ayu... ·  · 2016-01-05mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, ... pucat

17

2. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu

eritrosit tersebar rata berdekatan dan tidak saling bertumpukan.

3. Pinggir sediaan rata, tidak berlubang-lubang atau bergaris-garis.

4. Penyebaran leukosit yang baik tidak berkumpul pada pinggir atau ujung

sedimen.

5. Bentuk seperti peluru.

6. Terdapat zona I – VI

Teknik pemeriksaan apus darah tepi :

Sediaan apus darah terdiri atas bagian kepala dan bagian ekor. Bagian

kepala sediaan apus, sel bertumpuk-tumpuk terutama eritrosit sehingga

bagian ini tidak dapat untuk pemeriksaan morfologi sel. Pemeriksaan eritrosit

sebaiknya dibagian belakang ekor, karena disini eritrosit terpisah satu sama

lain. (Pendidikan Ahli Madya Analis Kesehatan, 1996).

E. Sumber Kesalahan Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium tidak semuanya menunjukkan ketepatan

dan kebenaran, banyak faktor yang bisa mempengaruhi hasil pemeriksaan

tersebut. Perbedaan tersebut bisa disebabkan karena kesalahan pada alat,

human error ataupun yang lainnya.

Berikut faktor penyebab variasi hasil pemeriksaan laboratorium :

1. Pengambilan spesimen : cara pengambilan, penambahan antikoagulan,

tekanan osmosis dan konsentrasi larutan.

2. Perubahan spesimen : suhu, bekuan darah lama tidak dipisahkan dari

serum, didalam laboratorium atau selama transpor ke laboratorium.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ayu... ·  · 2016-01-05mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, ... pucat

18

3. Personel : pelabelan pasien, kesalahan pembacaan atau perhitungan,

kesalahan langkah dalam prosedur pemeriksaan.

4. Prasarana dan sarana laboratorium : suhu tidak sesuai dengan suhu yang

ditentukan, reagensia tidak baik, dan tidak murni, rusak atau kadaluarsa,

instrumentasi (seperti spektrofotometri,pipet, dll) tidak akurat.

5. Kesalahan sistemik : berkaitan dengan metode pemeriksaan (seperti

alat, reagensia, dll)

6. Kesalahan ada rendum : variasi hasil yang tidak dapat dihindarkan

bila dilakukan penentuan berturut-turut pada sampel yang sama

walaupun prosedur pemeriksaan dilakukan dengan cermat. Random

error mengikuti hukum statistik. (E.N.Kosasih dan A.S.Kosasih, 2006)

F. Faktor Penyebab Krenasi

1. Lama Penyimpanan Sampel

Pemeriksaan dengan menggunakan darah EDTA sebaiknya dilakukan

dengan segera, bila terpaksa ditunda sebaiknya harus diperhatikan batas

waktu penyimpanan untuk masing-masing pemeriksaan. (R.Ganda

Soebrata, 1968)

Penelitian tentang pemeriksaan hematologi sering dilakukan di

lapangan, sehingga ada kecenderungan untuk melakukan penundaan

pemeriksaan hematologi yang dibutuhkan.

Penundaan waktu pemeriksaan sampel darah dengan antikoagulan

EDTA maksimal adalah 2 jam, apabila waktu penundaan lebih dari 2 jam

akan menyebabkan kelainan morfologi pada sel, misalnya krenasi.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ayu... ·  · 2016-01-05mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, ... pucat

19

2. Konsentrasi larutan

Konsentrasi larutan sangat berpengaruh dalam melakukan

pemeriksaan hematologi karena dapat mempengaruhi diagnosis dari hasil

pemeriksaan laboratorium.

Membran eritrosit bersifat semipermeabel yang berarti dapat ditembus

oleh zat air dan zat-zat tertentu yang lain. Sel-sel darah akan membengkak

dan pecah bila dimasukkan ke dalam larutan hipotonis karena membran

plasma tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu

sendiri. Sebaliknya, bila eritrosit berada pada larutan yang hipertonis,

maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit,

akibatnya eritrosit mengkerut. Sel-sel darah merah tidak akan mengalami

perubahan dalam larutan isotonis. (Ratnaningsih, T. dan Usi Sukorini,

2005)

3. Jenis Antikoagulan

Antikoagulan merupakan zat yang digunakan untuk mencegah

terjadinya pembekuan darah pada pemeriksaan hematologi. Beberapa

macam antikoagulan digunakan berdasarkan jenis pemeriksaannya.

(R.Ganda Subrata, 1968). Tidak semua macam antikoagulan dapat

dipakai untuk satu pemeriksaan, karena ada pemeriksaan yang tidak

menggunakan antikoagulan dan ada jenis antikoagulan yang dapat

mempengaruhi morfologi dari sel-sel darah yang akan diperiksa.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ayu... ·  · 2016-01-05mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, ... pucat

20

4. Volume Antikoagulan

Antikoagulan yang sering digunakan dalam pemeriksaan hematologi

adalah EDTA dalam bentu larutan. Perbandingan antikoagulan EDTA

10% dan darah adalah 10µl untuk 1ml darah. (R.Ganda Subrata, 1968)

Penggunaan EDTA yang kurang dari ketentuan dapat menyebabkan

darah membeku, sedangkan penggunaan lebih dari ketentuan dapat

menyebabkan eritrosit mengkerut.

G. Kerangka Teori

H. Kerangka Konsep

Variabel Bebas : variasi volume EDTA 10%

Variabel terikat : morfologi krenasi

Volume

antikoagulan

Lama penyimpanan

sampel

Krenasi

Jenis

antikoagulan

Konsentrasi

larutan

krenasiVariasi

volume

EDTA 10%

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ayu... ·  · 2016-01-05mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, ... pucat

21

I. Hipotesis

H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh variasi

volume antikoagulan terhadap morfologi krenasi pada eritrosit.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh variasi volume

antikoagulan terhadap morfologi krenasi pada eritrosit.