15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Relasi Interpersonal Menantu Perempuan dan Mertua 1. Definisi Relasi Interpersonal Menurut Ruben dan Stewart (2013) relasi interpersonal adalah hubungan yang berdasarkan pada pengolahan pesan yang timbal-balik. Menurut Spradley dan Mccurdy (1975), relasi atau hubungan yang terjadi antara individu yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama akan membentuk suatu pola, pola hubungan ini juga disebut pola relasi. Relasi yang interpersonal terdiri dari dua orang atau lebih yang saling tergantung satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten (Pearson, 1983 dalam Wisnuwardhani dan Mashoedi, 2011). Hubungan antar sesama dalam istilah sosiologi disebut relasi atau relation. Relasi juga disebut sebagai hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang sistematis antara dua orang atau lebih. Relasi merupakan hubungan timbal balik antar individu yang satu dengan individu yang lain dan saling mempengaruhi. Suatu relasi atau hubungan akan ada jika tiap-tiap orang dapat meramalkan secara tepat macam tindakan yang akan datang dari pihak lain terhadap dirinya. Dikatakan sistematik karena terjadinya secara teratur dan berulangkali dengan pola yang sama (Sutriani, 2015).
22
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Relasi Interpersonal Menantu Perempuan dan Mertua 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2839/3/BAB II.pdf · 2018. 5. 21. · A. Relasi Interpersonal Menantu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Relasi Interpersonal Menantu Perempuan dan Mertua
1. Definisi Relasi Interpersonal
Menurut Ruben dan Stewart (2013) relasi interpersonal adalah
hubungan yang berdasarkan pada pengolahan pesan yang timbal-balik.
Menurut Spradley dan Mccurdy (1975), relasi atau hubungan yang
terjadi antara individu yang berlangsung dalam waktu yang relatif
lama akan membentuk suatu pola, pola hubungan ini juga disebut pola
relasi. Relasi yang interpersonal terdiri dari dua orang atau lebih yang
saling tergantung satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang
konsisten (Pearson, 1983 dalam Wisnuwardhani dan Mashoedi, 2011).
Hubungan antar sesama dalam istilah sosiologi disebut relasi
atau relation. Relasi juga disebut sebagai hubungan sosial merupakan
hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang sistematis antara dua
orang atau lebih. Relasi merupakan hubungan timbal balik antar
individu yang satu dengan individu yang lain dan saling
mempengaruhi. Suatu relasi atau hubungan akan ada jika tiap-tiap
orang dapat meramalkan secara tepat macam tindakan yang akan
datang dari pihak lain terhadap dirinya. Dikatakan sistematik karena
terjadinya secara teratur dan berulangkali dengan pola yang sama
(Sutriani, 2015).
16
Jadi berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
relasi interpersonal adalah hubungan timbal balik antar individu yang
satu dengan individu yang lain dan saling mempengaruhi. Dalam hal
ini khusus hubungan yang terjadi antara menantu perempuan dan
mertua.
2. Jenis-Jenis Relasi Interpersonal
Relasi interpersonal menurut Andi (2010) dapat diklasifikasikan
berdasarkan faktor berikut:
1) Berdasarkan jumlah individu yang terlibat:
a. Hubungan Diad
Merupakan hubungan diantara dua individu.
Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat
diadik. William Wilmot (dalam Andi, 2010)
mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad, dimana
setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus, individu
dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda
dengan ‘wajah’ yang ditampilkannya dalam hubungan diad
yang lain, dan pada hubungan diad berkembang pola
komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas
yang akan membedakan hubungan tersebut dengan
hubungan diad yang lain.
17
b. Hubungan Triad
Merupakan hubungan tiga orang. Hubungan triad
ini memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman/
kedekatan anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang
diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak
(dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui
negosiasi).
2) Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai :
a. Hubungan Tugas
Hubungan tugas merupakan sebuah hubungan yang
terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak
dapat dikerjakan oleh individu sendirian. Misalnya
hubungan antara pasien dengan dokter, hubungan
mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan
lain-lain. Dalam hal ini hubungan antara menantu dengan
mertua.
b. Hubungan Sosial
Hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak
terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu.
Hubungan ini terbentuk (baik secara personal dan sosial).
Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat,
hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan
sebagainya.
18
3) Berdasarkan Jangka waktu
a. Hubungan jangka pendek
Hubungan jangka pendek merupakan hubungan
yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya hubungan
antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di
jalan.
b. Hubungan Jangka Panjang
Hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu
yang lama. Semakin lama suatu hubungan semakin banyak
investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa emosi
atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya).
Dan karena investasi yang ditanam itu banyak maka
semakin besar usaha kita untuk mempertahankannya.
Relasi yang terjadi antara menantu dan mertua. Berdasarkan dari
pemaparan jenis-jenis relasi interpersonal diatas dapat disimpulkan
bahwa relasi yang terjadi antara menantu dan mertua masuk kedalam
jenis hubungan diad, sosial dan jangka panjang karena hanya berfokus
pada individu dengan tugas tertentu berdasarkan perannya dalam
keluarga dan hubungan ini berlangsung dalam jangka waktu yang
relatif lama.
19
3. Tahap-Tahap Relasi Interpersonal
Menurut Ruben dan Stewart (2013), tahap-tahap relasi
interpersonal akan meliputi :
a. Inisiasi, merupakan tahap paling awal dari suatu relasi
interpersonal.
Pada tahap ini individu memperoleh data mengenai masing-
masing melalui petunjuk nonverbal seperti senyuman, jabatan
tangan, pandangan sekilas, dan gerakan tubuh tertentu.
b. Eksplorasi, tahap ini merupakan pengembangan dari tahap
inisiasi dan terjadi tidak lama sesudah inisiasi di sini mulai
dijajaki potensi yang ada dari setiap individu serta dipelajari
kemungkinan-kemungkinan yang ada dari suatu relasi.
c. Intensifikasi. Pada tahap ini individu harus memutuskan baik
secara verbal maupun non verbal apakah relasi akan
dilanjutkan atau tidak.
d. Formalisasi, dalam perkembangannya relasi yang telah
berjalan itu perlu di formalkan. Pada tahap ini tiap-tiap
iindividu secara bersama mengembangkan simbol-simbol,
pola-pola komunikasi yang disukai, kebiasaan dan lain
sebagainya.
e. Redefenisi, sejalan dengan waktu individu tidak dapat
menghindarkan diri dari perubahan. Perubahan ini mampu
menciptakan tekanan terhadap relasi yang tengah berlangsung.
20
f. Deteriorasi, kemunduran atau melemahnya suatu relasi kadang
tidak disadari oleh mereka yang terlibat dalam relasi tersebut.
Jika kemunduran yang terjadi itu tidak segera di antisipasi
maka bukan tidak mungkin hubungan yang terbentuk itu akan
mengalami kehancuran
Satu hal yang perlu diingat adalah tidak semua relasi yang
terbentuk harus melewati keenam tahap diatas. Bisa saja satu relasi
melewati keenamnya sementara relasi yang lain hanya melewati tiga
dari enam tahapan tersebut.
Sementara itu Jalaluddin Rakhmat (dalam Al-Faruqi, 2013)
meringkas perkembangan relasi interpersonal menjadi tiga tahap yaitu:
a. Pembentukan
Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan. Fokus pada
tahap ini adalah proses penyampaian dan penerimaan informasi
dalam pembentukan relasi. Informasi yang diperoleh tidak selalu
melalui komunikasi verbal melainkan juga melalui komunikasi
nonverbal.
b. Peneguhan
Relasi interpersonal tidak bersifat statis tetapi selalu berubah.
Untuk memelihara dan memperteguh relasi interpersonal
diperlukan tindakan-tindakan tertentu. Untuk mengembalikan
keseimbangan. Ada empat faktor penting untuk memelihara
keseimbangan, yaitu keakraban, kontrol ,respon yang tepat dan
nada emosi yang tepat.
21
c. Pemutusan
Suatu relasi interpersonal yang paling harmonis sekalipun dapat
mengalami pemutusan hubungan, mungkin karena kematian,
konflik yang tidak terselesaikan atau sebagainya.
Apapun bentuk relasi yang terjadi, dinamika sebuah relasi
interpersonal akan tumbuh, berkembang dan berakhir. Pada penelitian
ini peneliti menggunakan tahap relasi menurut Jalaluddin Rakhmat
yaitu pembentukan, peneguhan dan pemutusan.
4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Relasi Interpersonal
Menurut Jalaluddin Rakhmat (1998) menyebut tiga faktor yang
mempengaruhi terbentuknya pola komunikasi dalam relasi
interpersonal.
a. Percaya (trust)
Percaya menentukan efektifitas komunikasi dan dapat
meningkatkan kadar komunikasi interpersonal yang terbentuk.
b. Sikap suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif
dalam komunikasi. Komunikasi defensif dapat terjadi karena
faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang
rendah, pengalaman defensif, dsb) atau faktor- faktor
situasional.
22
c. Sikap terbuka.
Sikap terbuka sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan
komunikasi interpersonal yang efektif. Lawan dari sikap
terbuka adalah dogmatis. Agar komunikasi interpersonal yang
kita lakukan melahirkan hubungan yang efektif maka dogmatis
(sikap tertutup harus digantikan dengan sikap terbuka.
Sedangkan menurut Rakhmat (2008) menjelaskan faktor-faktor
yang mempengaruhi relasi interpersonal, meliputi:
a. Kesamaan Karakteristik Personal
Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai,
sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, ideologis,
cenderung saling menyukai. Mereka yang bersahabat
menunjukkan korelasi yang erat dalam kepribadiannya.
b. Tekanan Emosional (stress)
Bila orang berada dalam keadaan yang mencemaskan atau
harus memikul tekanan emosional, ia akan menginginkan
kehadiran orang lain. Schachter (dalam Rakhmat, 2008:111)
menyimpulkan bahwa situasi penimbul cemas (anxiety producing
situations) meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang. Orang-
orang yang pernah mengalami penderitaan bersama-sama akan
membentuk kelompok yang bersolidaritas tinggi.
23
c. Harga Diri yang Rendah
Menurut Waister (dalam Rakhmat, 2008) memberi
kesimpulan bila harga diri direndahkan, hasrat filiasi (bergabung
dengan orang lain) bertambah, dan ia makin responsive untuk
menerima kasih sayang orang lain. Dengan perkataan lain, orang
yang rendah diri cenderung mudah mencintai orang lain.
d. Isolasi Sosial
Menurut Aronson (dalam Rakhmat, 2008) menjelaskan,
pertambahan perilaku yang menyenangkan dari orang lain akan
berdampak positif pada diri kita. Menurut Aronson, orang yang
kesukaanya kepada kita bertambah akan lebih kita senangi
daripada orang yang kesukaannya kepada kita tidak berubah.
Di samping aspek-aspek di atas, Jalaludin Rakhmat (2008)
mengemukakan pula faktor-faktor situasional yang mempengaruhi
relasi interpersonal, yaitu:
a. Daya Tarik Fisik (Physical Affroacfiveness)
Daya tarik menjadi penyebab utama atraksi personal. Daya
tarik pada gilirannya sangat mudah memperoleh simpati dan
perhatian orang.
b. Ganjaran (reward)
Kita menyenangi orang yang memberikan ganjaran kepada
kita. Ganjaran itu berupa bantuan, dorongan moral, pujian, atau
hal-hal yang meningkatkan harga diri kita. Kita akan menyukai
24
orang yang menyukai kita, kita akan menyenangi orang yang
memuji kita.
c. Familiarity
Familiarity artinya sering kita lihat atau sudah kita kenal
dengan baik. Prinsip familiarity dicerminkan dalam peribahasa
Indonesia “kalau tak kenal, maka tak sayang”.
d. Kedekatan
Erat kaitannya dengan familiarity adalah kedekatan. Orang
cenderung menyenangi mereka yang tempat tinggalnya
berdekatan. Persahabatan lebih mudah tumbuh di antara tetangga
yang berdekatan.
e. Kemampuan (Competence)
Kita cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki
kemampuan lebih tinggi daripada kita, atau lebih berhasil dalam
kehidupannya. Orang-orang yang sukses dalam bidang apapun,
professional atau non professional umumnya mendapat simpati
orang banyak.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi relasi interpersonal ditentukan oleh sikap