Date post: | 11-Feb-2020 |
Category: | Documents |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komitmen Organisasi
1. Definisi Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi hingga saat ini masih menjadi pembicaraan
relevan dan berperan sentral dalam penelitian-penelitian perilaku organisasi,
karena pengelolaan sumber daya manusia perlu memperhatikan komitmen
karyawannya. Komitmen karyawan yang tinggi akan sangat berpengaruh
pada pencapaian tujuan organisasi. Komitmen organisasi pertama kali di
definisikan oleh Becker (1960 dalam Rhoad dan Eisenberger 2002), sebagai
kecenderungan seseorang untuk terikat dalam aktivitas organisasi secara
berkelanjutan yang berdasarkan pada penghargaan yang diberikan dan
dihubungkan dengan ketidakberlanjutan individu dalam aktivitas organisasi.
Hal ini juga dijelaskan oleh Robins (2006) dimana komitmen organisasi
adalah sebagai keadaan dimana seorang karyawan memihak pada satu
organisasi dan tujuan-tujuannya, serta berniat untuk memelihara
keanggotaannya dalam organisasi tersebut.
Mathus dan Jackson (2001) juga menjelaskan bahwa komitmen
organisasi merupakan tingkat kepercayaan dan peneriman pekerja terhadap
tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap ada dalam organisasi
tersebut yang pada akhirnya tergambar dalam statistik kehadiran dan masuk
keluarnya pekerja dari organisasi (turnover). Selain itu Meyer & Allen (1997)
merumuskan suatu definisi mengenai komitmen dalam berorganisasi sebagai
17
suatu konstruk psikologis yang merupakan karakteristik hubungan anggota
organisasi dengan organisasinya, dan memiliki implikasi terhadap keputusan
individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi.
Berdasarkan definisi teoritis di atas maka dapat disimpulkan bahwa
komitmen organisasi merupakan wujud dari tingkat penerimaan seseorang
terhadap tujuan organisasi sehingga menimbulkan keterikatan secara
psikologis antara karyawan dengan organisasinya. Rasa keterikatan yang
dimiliki tersebut akan membuat karyawan merasa memiliki tanggungjawab
dan keinginan untuk ikut memelihara keanggotaannya dalam organisasi
tersebut dalam jangka waktu yang lama.
2. Dimensi Komitmen Organisasi
Meyer dan Allen (1997) merumuskan tiga dimensi komitmen dalam
berorganisasi, yaitu:
a. Komitmen Afektif
Komitmen afektif berkaitan dengan hubungan emosional anggota
terhadap organisasinya, identifikasi dengan organisasinya, dan
keterlibatan anggota dengan kegiatan organisasinya. Anggota organisasi
dengan komitmen afektif yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam
organisasi karena memang memiliki keinginan untuk itu (Meyer & Allen,
1997).
b. Komitmen Kontinuan
Komitmen kontinuan berkaitan dengan kesadaran anggota organisasi
bahwa jika meninggalkan organisasi, maka ia akan mengalami kerugian.
Anggota organisasi dengan komitmen kontinuan yang tinggi akan terus
menjadi anggota dalam organisasinya karena mereka memiliki kebutuhan
untuk menjadi anggota organisasi tersebut (Meyer & Allen, 1997).
Komitmen kontinuan dapat berkembang karena adanya berbagai tindakan
atau kejadian yang dapat meningkatkan kerugian jika meninggalkan
organisasi. Beberapa tindakan atau kejadian ini dapat dibagi ke dalam dua
variabel yaitu investasi dan alternatif, selain itu proses pertimbangan juga
dapat mempengaruhi individu. (Meyer & Allen, 1997).
Investasi termasuk sesuatu yang berharga, termasuk waktu, usaha,
ataupun uang, yang harus individu lepaskan jika meninggalkan organisasi.
Alternatif adalah kemungkinan untuk masuk keorganisasi lain. Proses
pertimbangan adalah saat dimana individu mencapai kesadaran akan
investasi dan alternatif, dan bagaimana dampaknya bagi mereka sendiri
(Meyer & Allen, 1997).
c. Komitmen Normatif
Komitmen normatif mengambarkan perasaan keterikatan untuk terus
berada dalam organisasi. Anggota organisasi dengan komitmen normatif
yang sangat tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena
merasa dirinya harus berada dalam organisasi tersebut (Meyer & Allen,
1997). Wiener ( Dalam Meyer & Allen, 1997) menyatakan bahwa
komitmen normatif terhadap organisasi dapat berkembang dari sejumlah
tekanan yang dirasakan individu selama proses sosialisasi, selama
sosialisasi saat individu baru masuk ke dalam organisasi. Komitmen
normatif juga dapat berkembang dikarenakan organisasi- organisasi
memberikan sesuatu yang sangat berharga bagi individu yang tidak dapat
dibalas kembali (Allen & Meyer; Scholl dalam Allen & Meyer, 1997).
Faktor lainnya adalah adanya kontrak psikologis antara anggota dengan
organisasinya. Kontrak psikologis adalah kepercayaan dari masing-
masing pihak bahwa akan terjadi proses timbal balik yang positif.
(Argyris; Rousseau; Schein dalam Allen & Meyer, 1997).
Mowday, Porter & Steers (dalam Yousef, 2003) secara rinci juga
menjelaskan dimensi komitmen organisasi sebagai berikut:
a. Sikap seorang anggota dalam mengidentifikasikan diri terhadap nilai-nilai
dan tujuan organisasi, yang menggambarkan keterikatan terhadap ideologi
yang dibuat dan telah ditentukan oleh organisasi seperti selalu mentaati
peraturan perusahaan dengan tidak datang terlambat, menjalankan SOP
dengan benar dan mendukung tujuan dan melaksanakan apa yang menjadi
keputusan perusahaan;
b. Adanya kemauan untuk mengerahkan usaha terbaiknya dalam bekerja.
Ditandai dengan seluruh anggota bekerja sesuai dengan tanggung
jawabnya masing-masing, sanggup menyelesaikan tugasnya sesuai dengan
rencana maupun bekerja secara profesional demi organisasi. Karyawan
yang memiliki komitmen yang tinggi juga bersedia menambah jam
kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaannya, dan ikut bertanggung jawab
terhadap keberhasilan dan kegagalan organisasi serta ikut melibatkan diri
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi perusahaan. Selain itu uang
bukanlah hal yang utama dibanding loyalitasnya pada perusahaan;
c. Adanya keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang adalah
merupakan faktor kebanggaan dan loyalitas yang dimiliki seseorang secara
berkesinambungan dalam suatu organisasi dengan penghargaan yang
diperoleh dan bermanfaat bagi anggota organisasi. Hal ini ditandai dengan
rasa nyaman yang dimiliki oleh karyawan sehingga tidak adanya keinginan
untuk mencari perusahaan lain dan bersedia untuk tetap bekerja hingga
pensiun.
Berdasarkan penjelasan mengenai dimensi komitmen organisasi dari
dua teori di atas maka, dalam penelitian ini peneliti hanya akan menggunakan
pendapat Mowday, Porter & Steers (dalam Yousef, 2003) sebagai dimensi
yang akan dijadikan acuan untuk mengukur komitmen organisasi. Karena
menurut peneliti ketiga dimensi organisasi yang dijelaskan oleh Meyer dan
Allen lebih tepat sebagai jenis-jenis komitmen dalam berorganisasi. Hal ini
disebabkan hubungan anggota organisasi dengan organisasinya yang
mencerminkan perbedaan derajat ketiga dimensi komitmen tersebut.
3. Manfaat Komitmen Organisasi
Sebagai salah satu sikap kerja, komitmen organisasi memiliki banyak
fungsi positif bagi organisasi. Daft (2003) mengatakan bahwa komitmen
organisasi merupakan sikap penting yang mempengaruhi kinerja. Daft
mendefinisikan komitmen organisasi sebagai bentuk loyalitas dan
keterlibatan yang tinggi pada organisasi. Karyawan dengan derajat komitmen
organisasi yang tinggi akan melibatkan dirinya pada organisasi dan bekerja
atas nama organisasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Allen dan Meyer,
(dalam Wasti, 2003) bahwa Komitmen seseorang terhadap organisasinya
akan meningkatkan peforma kinerjanya sehingga secara signifikan akan
terkait dengan keberhasilan kinerja terhadap target yang ditentukan.
Kahn (dalam Smither 1997) juga mengatakan bahwa seseorang
cenderung menjadi terikat dengan kegiatan organisasi jika ia menerima tugas
sebagai sesuatu yang membuatnya menjadi berharga, tidak merasa takut akan
adanya konsekuensi negatif terhadap karir, jabatan atau citra dirinya, dan
adanya objek yang menjadi sumber keterikatan dalam suatu kegiatan
organisasi baik secara fisik maupun emosional
Tett dan Meyer (dalam Smither 1997) menambahkan jika komitmen
organisasi pada karyawan tinggi, karyawan akan cenderung untuk bertahan
lebih lama dalam pekerjaan mereka dan cenderung bersedia meluangkan lebih
banyak waktu dan tenaga untuk pekerjaannya jika dibandingkan dengan
pegawai dengan tingkat komitmen organisasi yang lebih rendah. Selain itu
Komitmen juga memiliki manfaat lainnya. Karyawan yang memiliki
komitmen tinggi cenderung memiliki catatan kehadiran yang lebih baik dan
masa kerja yang lebih lama dari karyawan yang kurang memiliki komitmen.
(Ivancevich, Konopaske,& Matteson, 2007)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komitmen
organisasi sangatlah penting, dengan adanya komitmen dalam organisasi
maka para pekerja benar-benar ingin
of 38