Top Banner
23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan Umum 1. Pengertian Kecemasan Berbicara di Depan Umum Kecemasan berbicara di depan umum merupakan keadaan tidak nyaman yang sifatnya tidak menetap pada individu. Keadaan tidak nyaman tersebut dialami ketika membayangkan akan tampil berbicara di depan umum, saat menjelang berbicara di depan umum dan pada saat sedang melaksanakan berbicara di depan orang banyak. Dalam kamus lengkap psikologi, Chaplin (2002) menjelaskan pengertian kecemasan sebagai perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Pendapat lain menurut Menurut Daradjat (dalam Muslimin, 2013), kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika seseorang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Nevid (1997) menganggap kecemasan sebagai keadaan takut atau perasaan tidak enak yang disebabkan oleh beberapa hal seperti kesehatan individu, hubungan sosial, ketika hendak menjalankan ujian sekolah, masalah pekerjaan, hubungan internal dan lingkungan sekitar. Selain itu juga, Hudaniah (2003) menyatakan bahwa pada umumnya kecemasan berwujud ketakutan kognitif, keterbangkitan syaraf fisiologis dan suatu pengalaman subjektif dari ketegangan dan kegugupan. Beberapa individu mengalami perasaan yang tidak nyaman
49

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

Jun 02, 2019

Download

Documents

vannga
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan Berbicara di Depan Umum

1. Pengertian Kecemasan Berbicara di Depan Umum

Kecemasan berbicara di depan umum merupakan keadaan tidak nyaman

yang sifatnya tidak menetap pada individu. Keadaan tidak nyaman tersebut

dialami ketika membayangkan akan tampil berbicara di depan umum, saat

menjelang berbicara di depan umum dan pada saat sedang melaksanakan

berbicara di depan orang banyak. Dalam kamus lengkap psikologi, Chaplin

(2002) menjelaskan pengertian kecemasan sebagai perasaan campuran berisikan

ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus

untuk ketakutan tersebut. Pendapat lain menurut Menurut Daradjat (dalam

Muslimin, 2013), kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang

bercampur baur, yang terjadi ketika seseorang mengalami tekanan perasaan

(frustasi) dan pertentangan batin (konflik).

Nevid (1997) menganggap kecemasan sebagai keadaan takut atau perasaan

tidak enak yang disebabkan oleh beberapa hal seperti kesehatan individu,

hubungan sosial, ketika hendak menjalankan ujian sekolah, masalah pekerjaan,

hubungan internal dan lingkungan sekitar. Selain itu juga, Hudaniah (2003)

menyatakan bahwa pada umumnya kecemasan berwujud ketakutan kognitif,

keterbangkitan syaraf fisiologis dan suatu pengalaman subjektif dari ketegangan

dan kegugupan. Beberapa individu mengalami perasaan yang tidak nyaman

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

24

dengan kehadiran orang lain, biasanya disertai dengan perasaan malu yang

ditandai dengan kekakuan, hambatan dan kecenderungan untuk menghindari

interaksi sosial. Keadaan individu seperti ini dianggap mengalami kecemasan

sosial. Abdurachman (dalam Muslimin, 2013) mengartikan berbicara adalah cara

seseorang berkomunikasi dengan orang lain untuk menyampaikan sesuatu yang

diinginkan. Kemudian Muslimin (2013) memberikan pernyataan bahwa berbicara

di depan umum sendiri memiliki pengertian sebuah metode komunikasi yang

dilakukan oleh seseorang baik secara perseorangan maupun dengan kelompok

orang.

Menurut Rogers (2008) terdapat perbedaan antara berbicara di depan umum

dengan pembicaraan biasa. Pada konsteks pembicaraan biasa individu merasa

aman untuk menyampaikan pikiran-pikirannya. Bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari pembicaraan biasa adalah adanya proses memberi dan menerima

(komunikasi dua arah atau dialog). Berbeda dengan berbicara di depan umum,

individu mulai berbicara di depan umum, secara otomatis individu tersebut

menjadi pemimpin dan memegang kendali penuh dari banyak orang. Proses

komunikasi berubah menjadi satu arah (monolog).

Apollo (dalam Wahyuni, 2015) menyebut kecemasan berbicara di depan

umum dengan istilah reticence, yaitu ketidakmampuan individu untuk

mengembangkan percakapan yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

akan tetapi karena adanya ketidakmampuan menyampaikan pesan secara

sempurna, yang ditandai dengan adanya reaksi secara psikologis dan fisiologis.

Masing-masing gejala yang ditunjukkan ketika mengalami kecemasan berbicara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

25

di depan umum tidak dapat berdiri sendiri, tetapi masing-masing gejala saling

berhubungan. Individu yang mengalami kecemasan berbicara di depan umum

akan mengalami gejala pada psikologisnya, akan mempengaruhi fisiologis dan

kognitifnya semua gejala tersebut saling timbal balik satu dengan yang lainnya.

Dari penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan

berbicara di depan umum adalah suatu keadaan tidak nyaman yang sifatnya tidak

menetap pada diri individu yang terjadi ketika seseorang mengalami tekanan

perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik) yang ditandai dengan reaksi

fisik dan psikologis saat berbicara di depan orang banyak. Kecemasan berbicara di

depan umum di sini seperti melakukan presentasi di depan kelas, menjadi

presenter, atau menjadi pembicara dalam suatu kegiatan perkuliahan.

2. Aspek-aspek Kecemasan Berbicara di Depan Umum

Rogers (2004) memaparkan beberapa dari aspek-aspek kecemasan berbicara

di depan umum, antara lain:

a. Aspek Fisik

Komponen fisik biasanya dirasakan jauh sebelum memulai pembicaraan.

Gejala fisik tersebut dapat berbeda pada tiap orang. Gejala-gejala fisik

tersebut diantaranya jantung berdebar-debar, suara yang bergetar, kaki

gemetar, kejang perut, dan sulit untuk bernafas.

b. Aspek Mental

Aspek mental memiliki gejala seperti sering mengulang kata atau kalimat,

hilang ingatan secara tiba-tiba sehingga sulit untuk mengingat fakta secara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

26

tepat dan melupakan hal-hal yang sangat penting. Selain itu juga

tersumbatnya pikiran sehingga membuat individu yang sedang berbicara tidak

tahu apa yang harus diucapkan selanjutnya.

c. Aspek Emosional

Gejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa

tidak mampu, rasa takut yang biasa muncul sebelum individu tampil dan rasa

kehilangan kendali. Biasanya secara mendadak muncul rasa tidak berdaya

seperti anak yang tidak mampu mengatasi masalah, munculnya rasa panik dan

rasa malu setelah berakhir pembicaraan.

Ada pendapat lain dari Burgoon (1994) yang memaparkan aspek-aspek

kecemasan berbicara di depan umum sebagai berikut:

a. Unwillingness

Unwillingness adalah tidak adanya minat individu melakukan berbicara di

depan umum, sehingga ada usaha untuk menghindar bila melakukan

kegiatan tersebut.

b. Unrewarding

Unrewarding adalah tidak adanya penghargaan atau peningkatan hukuman

atas komunikasi yang pernah dilakukan individu. Pengalaman tersebut

menjadikan individu mengalami kecemasan bila dikemudian hari berbicara di

muka umum lagi.

c. Uncontrol

Uncontrol adalah ketidakmampuan individu melakukan kontrol terhadap

situasi, peralatan, dan tempat komunikasi sehingga menyebabkan kecemasan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

27

Menurut Rogers (2004) ada tiga aspek-aspek kecemasan antara lain aspek

fisik, aspek mental dan aspek emosional. Burgoon (2994) mengungkapkan bahwa

aspek-aspek kecemasan dibagi juga menjadi tiga antara lain Unwillingness,

unrewarding dan uncontrol. Dari dua pendapat ahli tersebut yang diacu untuk

menjelaskan aspek-aspek kecemasan berbicara di depan umum dalam penelitian

ini adalah pendapat dari Rogers (2004). Teori tersebut dipilih karena aspek-aspek

kecemasan berbicara di depan umum dijabarkan secara jelas dan lebih terperinci.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Berbicara di Depan

Umum

Kecemasan berbicara di depan umum disebabkan oleh beberapa faktor antara

lain faktor yang berasal dari luar diri individu (eksternal) dan faktor yang terdapat

dalam diri individu (internal), yang dapat dipaparkan sebagai berikut:

1) Faktor Eksternal

a. Lingkungan yang baru

Pada saat individu masuk dalam lingkungan yang baru, tidak

jarang mengalami kesulitan untuk beradaptasi. Misalkan saja seorang

mahasiswa yang baru saja diterima di perguruan tinggi, secara tidak

langsung akan muncul perasaan cemas dan sulit untuk berbicara dengan

orang lain, baik yang bersifat formal maupun informal dengan satu orang

ataupun kelompok (Muslimin, 2013). Suasana yang baru, tim pengajar

yang berbeda, jumlah kelas dan teman yang lebih banyak serta beragam,

dapat menyebabkan munculnya perasaan cemas tersebut dapat

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

28

mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam hal berbicara khususnya

berbiacara di depan umum.

Penelitian dari Vevea (2010) juga menunjukkan bahwa adanya

masa transisi dari lingkungan sekolah ke lingkungan perkuliahan membuat

mahasiswa merasa gugup. Suasana yang baru membuat mahasiswa harus

belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru tersebut.

b. Budaya

Penelitian McCroskey dan Richmond (dalam Powel, 2010)

menunjukkan bahwa pelajar di pedesaan memiliki kecenderungan

kecemasan berbicara di depan kelas lebih tinggi dibandingkan pelajar di

perkotaan. Samovar (2007) mengungkapkan bahwa budaya memiliki efek

terhadap kecemasan berbicara pada individu sebab budaya dalam

masyarakat sangat menentukan proses berpikir, persepsi serta tindakan

individu terhadap suatu situasi.

Pendapat kedua ahli tersebut dapat dimaknai bahwa kecemasan

berbicara pada invidu yang tinggal di pedesaan dapat disebabkan oleh

lingkungan pedesaan yang relatif lebih kecil dan homogen serta kuatnya

budaya untuk selalu patuh terhadap peraturan dan guru serta adanya

budaya malu pada diri individu. Hal ini berpengaruh terhadap rendahnya

frekuensi siswa di pedesaan untuk berbicara, sehingga menyebabkan

keterampilan berbicara dan keberanian pelajar untuk berbicara di depan

umum di daerah pedesaan kurang terasah berbeda dengan daerah

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

29

perkotaan yang lebih terampil McCroskey dan Richmond (dalam Powel,

2010).

c. Komunikasi dalam keluarga

Hasibuan (2011) menyatakan bahwa perkembangan kecemasan berbicara

pada individu mulai terjadi sejak usia kanak-kanak dan berkembang

hingga usia dewasa. Keluarga adalah lingkungan pertama dalam

kehidupan individu, tempat individu belajar menyatakan diri sebagai

makhluk sosial. Rothlisberg (dalam Rice, 2002) mengungkapkan bahwa

interaksi yang berkualitas antara anggota keluarga berpengaruh terhadap

kesuksesan individu dalam tumbuh kembangnya. Individu yang terbiasa

direspon dengan baik dalam keluarga akan menunjukkan perilaku yang

lebih positif seperti pencapaian prestasi yang tinggi, konsep diri yang

positif, moral yang baik, serta mampu berkomunikasi secara efektif.

2) Faktor Internal

a. Pola pikir

Pola pikir sangat berpengaruh terhadap suasana hati, reaksi fisik

dan akan menyebabkan terjadinya perubahan interaksi sosial seseorang.

Perubahan dalam perilaku individu berpengaruh terhadap bagaimana

individu tersebut berpikir dan juga terhadap bagaimana individu tersebut

merasa, baik secara fisik maupun secara emosional. Pola pikir seseorang

sangat membantu dalam mengatasi masalah yang berhubungan dengan

suasana hati (mood) seperti depresi, kecemasan, kemarahan, kepanikan,

kecemburuan, rasa bersalah dan rasa malu (Mapes, 2006).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

30

Peale (2001) menyatakan bahwa berpikir umumya terbagi menjadi

dua yaitu berpikir positif dan berpikir negatif. Apabila seseorang

mempunyai pola pikir yang positif maka individu tersebut dapat mengatasi

masalah yang berhubungan dengan suasana hati. Sebaliknya apabila

seseorang mempunyai pola pikir yang negatif, maka individu tersebut

cenderung menjadi depresi, cemas, panik, muncul perasaan bersalah, yang

pada akhirnya akan mengganggu interaksi sosialnya.

Albrecth (2009) menyatakan bahwa individu yang berpikir positif

akan mengarahkan pikiran-pikirannya ke hal-hal yang positif, akan

berbicara tentang kesuksesan daripada kegagalan, cinta kasih daripada

kebencian, kebahagiaan daripada kesedihan, keyakinan daripada

ketakutan, kepuasan daripada kekecewaan sehingga individu akan

bersikap positif dalam menghadapi permasalahan.

Pola pikir seseorang dapat membantu dalam menyelesaikan

masalahnya, dapat pula merugikannya. Seseorang yang sering mengalami

musibah kebanyakan berpola pikir takut musibah, selalu cemas atau selalu

memikirkan kecelakaan. Sebaliknya, orang yang selalu bergembira

memiliki pola pikir positif, mampu melihat kebaikan dalam setiap

peristiwa, tidak ada kecenderungan menyakiti diri sendiri dan orang lain

(Elfiky, 2009).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

31

Begitu juga dengan kecemasan berbicara di depan umum, saat

seseorang berpikir positif maka semakin rendah kecemasan berbicara di

depan umum, sebaliknya semakin seseorang berpola pikir negatif maka

akan semakin tinggi kecemasan berbicara di depan umum. Hal ini dapat

disebabkan karena individu membangun pesan-pesan yang negatif dan

memperkirakan hal-hal yang negatif sebagai hasil keikutsertaannya dalam

interaksi komunikasi. Berpikir positif memiliki kecenderungan individu

untuk memandang segala sesuatu dari segi positifnya dan selalu berpikir

optimis terhadap lingkungan serta dirinya sendiri. Pola pikir inilah yang dapat

membantu individu dalam mengatasi masalahnya (William, 2004).

b. Keterampilan komunikasi

Manusia dalam kehidupan sosial tidak dapat terlepas dari proses interaksi

dengan orang lain. Sifat sosial manusia adalah membutuhkan orang lain

dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari. Hubungan

timbal balik membutuhkan komunikasi verbal dan non verbal.

Keterampilan komunikasi yang baik cenderung mengurangi kecemasan

berbicara di depan umum. Kecemasan berbicara di depan umum yang

dimaksud peneliti adalah kecemasan yang terjadi pada individu ketika

tampil berbicara di depan publik, menjadi presenter, menjadi MC, menjadi

announcer (penyiar radio), sebagai negosiator dalam melaksanakan nego–

siasi dengan orang lain, pada saat melaksanakan praktik profesi di

semester enam, kuliah kerja nyata ataupun terjun ke masyarakat secara

langsung (Wahyuni, 2015).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

32

c. Pengalaman individu

Burgoon (1994) menyebutkan bahwa satu faktor yang menyebabkan

kecemasan berbicara di depan umum yaitu kurangnya pengalaman atau

adanya pengalaman yang tidak menyenangkan yang dirasakan individu.

Hal ini mengakibatkan individu cenderung mempunyai pikiran dan

perasaan yang negatif terhadap dirinya dan kemudian menghindar untuk

berbicara di depan umum. Individu meyakini bahwa kejadian yang buruk

akan terjadi.

d. Kepercayaan diri

Taylor (2011) rasa percaya diri (self confidence) adalah keyakinan

seseorang akan kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan perilaku

tertentu atau untuk mencapai target tertentu. Dengan kata lain,

kepercayaan diri adalah bagaimana kita merasakan tentang diri kita

sendiri, dan perilaku kita akan merefleksikan tanpa kita sadari.

Kepercayaan diri bukan merupakan bakat (bawaan), melainkan kualitas

mental, artinya kepercayaan diri merupakan pencapaian yang dihasilkan

dari proses pendidikan atau pemberdayaan.

Menurut Rakhmat (2009), apabila orang merasa rendah diri, ia

akan mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan gagasannya pada

orang lain, dan menghindar untuk berbicara di depan umum, karena takut

orang lain menyalahkannya. kecemasan dalam interaksi sosial lebih sering

dikarenakan adanya pikiran-pikiran negatif dalam diri individu. Individu

merasa orang lain tidak dapat menerima dirinya karena perbedaan-

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

33

perbedaan yang dimilikinya, seperti perbedaan status sosial, status

ekonomi dan tingkat pendidikan. Kepercayaan diri mahasiswa

diasumsikan dapat mempengaruhi tingkat kecamasan mereka di dalam

berbicara di depan umum. Mahasiswa dengan memiliki kepercayaan diri

yang memadai akan dapat meminimalisir kecemasan yang terjadi pada diri

mereka saat mengadakan sebuah presentasi, dan mahasiswa tersebut dapat

menyikapi sebuah proses presentasi dengan respon yang positif.

e. Efikasi diri

Ketika menghadapi tugas yang menekan, dalam hal ini berbicara di

depan umum, keyakinan individu terhadap kemampuan mereka akan

mempengaruhi cara individu dalam bereaksi terhadap situasi yang

menekan (Bandura, 1997). Menurut Prakosa (2006) keyakinan terhadap

diri sendiri sangat diperlukan oleh pelajar ataupun mahasiswa. Keyakinan

ini akan mengarahkan kepada pemilihan tindakan, pengerahan usaha, serta

keuletan individu. Keyakinan yang didasari oleh batas-batas kemampuan

yang dirasakan akan menuntut seseorang untuk berperilaku secara mantap

dan efektif.

Bandura (1997) menyatakan bahwa sebagai keyakinan individu bahwa

dirinya dapat menguasai situasi dan memperoleh hasil yang positif adalah

efikasi diri. Sejalan dengan hal tersebut, Sarafino (1994) mengungkapkan

bahwa kecemasan antara satu individu dengan individu lainnya dapat

berbeda tergantung pada penilaian pribadi individu terhadap kemampuan

yang dimilikinya yang disebut dengan efikasi diri.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

34

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kecemasan

berbicara di depan umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan

faktor internal yang dapat dijabarkan masing-masing. Faktor eksternal meliputi

lingkungan yang baru, budaya dan komunikasi dalam keluarga. Sedangkan faktor

internal meliputi pola pikir, keterampilan komunikasi, pengalaman individu,

kepercayaan diri dan efikasi diri.

Mapes (2006) menyatakan bahwa pola pikir berpengaruh terhadap suasana

hati, reaksi fisik dan akan menyebabkan terjadinya perubahan interaksi sosial

seseorang. Perubahan dalam perilaku individu tersebut akan mempengaruhi cara

individu berpikir dan merasa, baik secara fisik maupun emosional. Pola pikir

terbagi menjadi dua yaitu berpikir positif dan berpikir negatif. Individu yang

mempunyai pola pikir yang positif akan dapat mengatasi masalah yang

berhubungan dengan suasana hati, misalnya mampu mengatasi perasaan

cemas/panik, mengatasi rasa bersalah dan malu yang pada akhirnya dapat

membantu individu tersebut dalam interaksi sosialnya (Peale (2001). Sehingga

individu yang mampu berpikir positif akan mampu untuk mengurangi kecemasan

saat berbicara di depan umum. Penelitian dari Rahayu (2006) menemukan adanya

hubungan negatif antara pola pikir positif dengan kecemasan berbicara di depan

umum. Semakin tinggi tingkat berpikir positif, maka semakin rendah tingkat

kecemasan berbicara di depan umum. Sebaliknya, semakin rendah tingkat berpikir

positif, maka semakin tinggi tingkat kecemasan berbicara di depan umum.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

35

Ketika menghadapi tugas yang menekan dalam hal ini berbicara di depan

umum, keyakinan individu terhadap kemampuan mereka akan mempengaruhi cara

individu dalam bereaksi terhadap situasi yang menekan. Bandura (1997)

menyatakan bahwa keyakinan akan kemampuan dalam diri individu bahwa

dirinya dapat menguasai situasi dan memperoleh hasil yang positif disebut efikasi

diri. Dengan keyakinan akan kemampuan tersebut, individu akan berusaha

semaksimal mungkin dalam mencapai hasil yang baik. Saat individu mendapatkan

tugas (khususnya berbicara di depan umum), maka ia akan berusaha untuk

mendapatkan hasil yang maksimal. Sehingga rasa cemas yang muncul saat harus

berbicara di depan umum akan dapat dikendalikan oleh individu. Penelitian dari

Djayanti (2015) menemukan adanya hubungan negatif antara efikasi diri dengan

kecemasan berbicara di depan umum. Semakin tinggi tingkat efikasi diri, maka

semakin rendah tingkat kecemasan berbicara di depan umum. Sebaliknya,

semakin rendah tingkat efikasi diri, maka semakin tinggi tingkat kecemasan

berbicara di depan umum.

Dua faktor berpikir positif dan dan efikasi diri kemudian dipilih

berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya. Selain itu juga peneliti

ingin melihat dan menguji asumsi, sejauh mana faktor dari dalam diri (internal)

yang meliputi berpikir positif dan efikasi diri mempengaruhi kecemasan berbicara

di depan umum pada mahasiswa.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

36

B. Berpikir Positif

1. Pengertian Berpikir Positif

Ada beberapa konsep dari berpikir diantaranya yaitu thinking, thought, and

mind (Chaplin, 2008). Konsep berpikir yang digunakan dalam penelitian ini

adalah thinking. Thinking atau Berpikir didefiniskan sebagai proses menghasilkan

representasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan

interaksi secara kompleks antara atribut-atribut mental (Suharnan, 2005). Walgito

(2003) menjelaskan bahwa berpikir merupakan kemampuan manusia yang

membedakannya dengan makhluk lain. Berpikir terjadi sebagai respon terhadap

masalah yang timbul dari dunia luar sehingga dapat dikatakan bahwa individu

berpikir apabila menghadapi permasalahan atau persoalan. Bono (1990)

menyatakan bahwa berpikir adalah eksplorasi pengalaman yang dilakukan secara

sadar dalam mencapai suatu tujuan.

Peale (2001) menyatakan bahwa berpikir umumya terbagi menjadi dua yaitu

berpikir positif dan berpikir negatif. Seseorang yang mempunyai pola pikir positif

maka individu tersebut dapat mengatasi masalah yang berhubungan dengan

suasana hati. Sebaliknya apabila seseorang mempunyai pola pikir yang negatif,

maka individu tersebut cenderung menjadi depresi, cemas, panik, muncul

perasaan bersalah, yang pada akhirnya akan mengganggu interaksi sosialnya.

Albrecth (2009) mengemukakan bahwa berpikir positif adalah mengatur

antara perhatian terhadap sesuatu yang positif, membentuknya dengan bahasa

yang positif dan menunjukkan pikiran-pikirannya. Individu yang berpikir positif

akan mengarahkan pikiran-pikirannya ke hal-hal yang positif, akan berbicara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

37

tentang kesuksesan daripada kegagalan, cinta kasih daripada kebencian,

kebahagiaan daripada kesedihan, keyakinan daripada ketakutan, kepuasan

daripada kekecewaan sehingga individu akan bersikap positif dalam menghadapi

permasalahan.

Peale (2001) menyebutkan bahwa berpikir positif adalah suatu bentuk dari

pikiran dimana selalu melihat hasil yang baik dari suatu situasi yang buruk.

Dengan berpikir positif akan melihatkan sesuatu pengetahuan bahwa akan ada

yang baik dan yang buruk dalam kehidupan, tetapi hal ini lebih ditekankan pada

yang baik. Berpikir positif membawa banyak keuntungan bagi kesehatan tubuh.

Selain itu juga berpikir positif saat mengalami keadaan yang buruk akan

memberikan kekuatan pada diri untuk terus berpikir mencari jalan keluar.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

berpikir positif memiliki pengertian bentuk dari pemikiran mengatur antara

perhatian terhadap sesuatu yang positif, membentuknya dengan bahasa yang

positif dengan menunjukkan pikiran-pikirannya serta selalu melihat hasil yang

baik dari suatu situasi yang buruk.

2. Aspek-aspek Berpikir Positif

Menurut Albrecth (2009) aspek-aspek dari berpikir positif adalah sebagai

berikut:

a. Pernyataan yang tidak memihak (non judgment talking)

Pernyataan yang lebih menggambarkan keadaan daripada menilai keadaan.

Pernyataan ataupun penilaian ini dimaksudkan sebagai pengganti pada saat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

38

seseorang cenderung memberikan pernyataan atau penilaian yang negatif.

Aspek ini sangat berperan dalam menghadapi keadaan yang cenderung

negatif.

b. Harapan yang positif (positive expectation)

Melakukan sesuatu dengan memusatkan perhatian pada kesuksesan, optimis,

pemecahan masalah yang menjauhkan diri dari perasaan takut akan kegagalan

dengan menggunakan kata-kata yang mengandung harapan.

c. Penyesuaian diri yang realistis (realistic adaptation)

Mengakui kenyataan dan segera berusaha menyesuaikan diri dan menjauhkan

diri dari penyesalan, frustasi, kasihan diri dan menyalahkan diri sendiri.

d. Afirmasi diri (self affirmative)

Memusatkan perhatian pada kekuatan diri dan melihat secara lebih positif

dengan dasar pikiran bahwa setiap individu sama berartinya dengan individu

lain.

Selain itu ada pendapat lain dari Ubaedy (dalam Elfiky, 2009) yang

menyatakan bahwa dimensi-dimensi dari berpikir positif dapat dijabarkan sebagai

berikut:

a. Muatan pikiran

Berpikir positif merupakan usaha mengisi pikiran dengan berbagai hal yang

positif atau muatan yang positif. Adapun yang dimaksud dengan muatan

positif untuk pikiran adalah berbagai bentuk pemikiran yang memiliki

kriteria: benar (tidak melanggar nilai-nilai kebenaran), baik (bagi diri sendiri,

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

39

orang lain, dan lingkungan), dan bermanfaat (menghasilkan sesuatu yang

berguna).

b. Penggunaan pikiran

Memasukkan muatan positif pada ruang pikiran merupakan tindakan positif

namun tindakan tersebut berada pada tingkatan yang masih rendah jika

muatan positif tersebut tidak diwujudkan dalam tindakan nyata. Oleh karena

itu isi muatan yang positif tersebut perlu diaktualisasikan ke dalam tindakan

agar ada dampak yang ditimbulkan.

c. Pengawasan pikiran

Dimensi ketiga dari berpikir positif adalah pengawasan pikiran. Aktivitas ini

mencakup usaha untuk mengetahui muatan apa saja yang dimasukkan ke

ruang pikiran dan bagaimana pikiran bekerja. Jika diketahui terdapat hal-hal

yang negatif ikut ke ruang pikiran maka perlu dilakukan tindakan berupa

mengeluarkan hal-hal yang negatif tersebut dengan menggantinya dengan

yang positif. Demikian pula jika ternyata teridentifikasi bahwa pikiran

bekerja tidak semestinya maka dilakukan usaha untuk memperbaiki

kelemahan atau kesalahan tersebut.

Menurut Albrecth (2009) terdapat empat aspek berpikir positif yaitu

pernyataan yang tidak memihak, harapan yang positif, penyesuaian diri yang

realistis, dan afirmasi diri. Sedangkan Ubaedy (dalam Elfiky, 2009) menjabarkan

dimensi-dimensi berpikir positif menjadi tiga yaitu muatan pikiran, penggunaan

pikiran dan pengawasan pikiran. Teori yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teori dari Alberth. Teori tersebut dipilih karena aspek-aspek berpikir positif

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

40

dalam teori Albrecth (2009) lebih mendetail untuk menjelaskan dan mewakili

masalah yang ada.

C. Efikasi Diri

1. Pengertian Efikasi Diri

Bandura (1997) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan individu

bahwa dirinya dapat menguasai situasi dan memperoleh hasil yang positif. Hal ini

akan mengakibatkan bagaimana individu merasa, berpikir dan bertingkah laku

terhadap keputusan yang dipilih, usaha-usaha yang akan dilakukan dan

keteguhannya pada saat menghadapi hambatan, individu merasa mampu untuk

mengendalikan lingkungan sosialnya. Keyakinan pada seluruh kemampuan

meliputi, kepercayaan diri, kemampuan menyesuaikan diri, kapasitas kognitif,

kecerdasan dan kapasitas bertindak pada situasi yang penuh tekanan. Penilaian

seseorang terhadap efikasi diri memainkan peranan besar dalam hal bagaimana

seseorang melakukan pendekatan terhadap berbagai sasaran, tugas, dan tantangan.

Selain itu juga Schultz (1994) mendefiniskan efikasi diri sebagai perasaan kita

terhadap kecukupan, efisiensi dan kemampuan kita dalam mengatasi kehidupan.

Efikasi diri adalah keyakinan yang dipegang seseorang tentang

kemampuannya dan juga hasil yang akan ia peroleh dari hasil kerja kerasnya

mempengaruhi cara mereka berperilaku (Bandura, 1997). Dalam teori sosial

kognitif (Bandura, 1997), dinyatakan bahwa efikasi diri membantu seseorang

dalam menentukan pilihan, usaha mereka untuk maju, kegigihan dan ketekunan

yang mereka tunjukkan dalam menghadapi kesulitan dan derajat kecemasan atau

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

41

ketenangan yang mereka alami saat mereka mempertahankan tugas-tugas yang

mencakup kehidupan mereka.

Baron & Byrne (2000) mengemukakan bahwa efikasi diri merupakan

penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan

suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu. Sedangkan Feist &

Feist (2000) menyatakan bahwa efikasi diri adalah keyakinan individu bahwa

mereka memiliki kemampuan dalam mengadakan kontrol terhadap pekerjaan

mereka terhadap peristiwa lingkungan mereka sendiri.

Efikasi diri memiliki keefektifan yaitu individu mampu menilai dirinya

memiliki kekuatan untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan. Tingginya

efikasi diri yang dipersepsikan akan memotivasi individu secara kognitif untuk

bertindak secara tepat dan terarah, terutama apabila tujuan yang hendak dicapai

merupakan tujuan yang jelas. Pikiran individu terhadap efikasi diri menentukan

seberapa besar usaha yang dicurahkan dan seberapa lama individu akan tetap

bertahan dalam menghadapi hambatan atau pengalaman yang tidak meyenangkan.

Efikasi diri selalu berhubungan dan berdampak pada pemilihan perilaku, motivasi

dan keteguhan individu dalam menghadapi setiap persoalan (Bandura, 1997).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengertian efikasi diri adalah keyakinan individu bahwa dirinya dapat menguasai

situasi untuk memperoleh hasil yang positif secara kecukupan dan efisien dalam

mengadakan kontrol terhadap pekerjaan mereka terhadap peristiwa lingkungan

mereka sendiri.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

42

2. Aspek-aspek Efikasi Diri

Menurut Bandura (1997) terdapat tiga aspek-aspek dari efikasi diri, yaitu:

a. Level

Dimensi ini mengacu pada taraf kesulitan tugas yang diyakini individu akan

mampu mengatasinya. Tingkat efikasi diri seseorang berbeda satu sama lain.

Tingkatan kesulitan dari sebuah tugas, apakah sulit atau mudah akan

menentukan efikasi diri. Pada suatu tugas atau aktivitas, jika tidak terdapat

suatu halangan yang berarti untuk diatasi, maka tugas tersebut akan sangat

mudah dilakukan dan semua orang pasti mempunyai efikasi diri yang tinggi

pada permasalahan ini.

b. Generality

Aspek ini berhubungan dengan luas bidang tugas atau tingkah laku. Beberapa

pengalaman berangsur-angsur menimbulkan penguasaan terhadap

pengharapan pada bidang tugas atau tingkah laku yang khusus sedangkan

pengalaman lain membangkitkan keyakinan yang meliputi berbagai tugas.

c. Strength

Dimensi ini terkait dengan kekuatan dari efikasi diri seseorang ketika

berhadapan dengan tuntutan tugas atau suatu permasalahan. Efikasi diri yang

lemah dapat dengan mudah ditiadakan dengan pengalaman yang

menggelisahkan ketika menghadapi sebuah tugas. Sebaliknya orang yang

memiliki keyakinan yang kuat akan bertekun pada usahanya meskipun pada

tantangan dan rintangan yang tak terhingga. Dia tidak mudah dilanda

kemalangan. Dimensi ini mencakup pada derajat kemantapan individu

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

43

terhadap keyakinannya. Kemantapan inilah yang menentukan ketahanan dan

keuletan.

Ada pendapat lain dari Corsini (1994) yang membagi aspek-aspek

efikasi diri menjadi empat yaitu:

a. Kognitif

Kognitif merupakan keyakinan seseorang untuk memikirkan cara-cara yang

dapat digunakan dan merancang tindakan yang akan diambil untuk mencapai

tujuan yang diharapkan. Asumsi yang timbul pada aspek ini adalah semakin

efektif keyakinan seseorang dalam berpikir dan dalam berlatih

mengungkapkan ide-ide atau gagasan-gagasannya, maka akan mendukung

seseorang untuk bertindak dengan tepat guna mencapai tujuan yang

diharapkan.

b. Motivasi

Motivasi merupakan keyakinan seseorang dalam memotivasi diri melalui

pikirannya untuk melakukan tindakan dan mengambil keputusan guna

mencapai tujuan yang diharapkan. Setiap orang berusaha memotivasi diri

dengan menetapkan keyakinannya pada tindakan yang akan dilakukan,

merencanakan tindakan yang akan direalisasikan. Motivasi dalam efikasi diri

digunakan untuk memprediksi kesuksesan dan kegagalan seseorang.

c. Afeksi

Afeksi merupakan keyakinan untuk mengatasi emosi yang timbul pada diri

sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Afeksi terjadi secara alami

dalam diri seseorang dan berperan dalam menentukan intensitas pengalaman

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

44

emosional. Afeksi ditunjukkan dengan mengontrol kecemasan dan perasaan

depresif yang menghalangi pola pikir yang benar untuk mencapai tujuan.

d. Seleksi

Seleksi merupakan keyakinan seseorang untuk menyeleksi tingkah laku dan

lingkungan yang tepat sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Seleksi tingkah laku mempengaruhi perkembangan personal. Asumsi yang

timbul pada aspek ini adalah ketidakmampuan seseorang dalam melakukan

seleksi tingkah laku membuat seseorang tidak percaya diri, bingung, dan

mudah menyerah ketika menghadapi situasi sulit.

Pada penelitian ini yang dipakai untuk mendukung teori efikasi diri adalah

teori dari Bandura (1997) dengan pertimbangan keterangan dari aspek-aspek yang

diungkapkan lebih sesuai digunakan untuk penelitian ini.

D. Hubungan antara Berpikir Positif dengan Kecemasan Berbicara di

Depan Umum pada Mahasiswa

Pola pikir berpengaruh terhadap suasana hati, reaksi fisik dan akan

menyebabkan terjadinya perubahan interaksi sosial seseorang. Perubahan dalam

perilaku individu berpengaruh terhadap bagaimana individu tersebut berpikir dan

merasa, baik secara fisik maupun secara emosional. Pola pikir seseorang sangat

membantu dalam mengatasi masalah yang berhubungan dengan suasana hati

(mood) seperti depresi, kecemasan, kemarahan, kepanikan, kecemburuan, rasa

bersalah dan rasa malu (Mapes, 2006).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

45

Peale (2001) menyatakan bahwa berpikir umumnya terbagi menjadi dua yaitu

berpikir positif dan berpikir negatif. Apabila seseorang mempunyai pola pikir

yang positif maka individu tersebut dapat mengatasi masalah yang berhubungan

dengan suasana hati. Sebaliknya apabila seseorang mempunyai pola pikir yang

negatif, maka individu tersebut cenderung menjadi depresi, cemas, panik, muncul

perasaan bersalah, yang pada akhirnya akan mengganggu interaksi sosialnya.

Meskipun berpikir positif bukanlah solusi terhadap berbagai masalah kehidupan,

tetapi pemikiran akan membantu menentukan suasana hati yang dialami dalam

situasi tertentu. Begitu individu mengalami suasana hati tertentu, suasana hati

tersebut akan disertai dengan pemikiran lain yang mendukung dan memperkuat

suasana hati.

Miller & Tesser (1990) mengungkapkan bahwa pikiran memiliki pengaruh

terhadap sikap dan perilaku. Sikap terdiri dari komponen kognitif dan afektif.

Pikiran menekankan komponen afektif untuk menghasilkan penilaian dan

perkiraan mengenai perwujudan perilaku (afektif menggerakkan perilaku). Di sisi

lain, pikiran menekankan komponen kognitif untuk menghasilkan penilaian dan

perkiraan mengenai perilaku (kognitif menggerakkan perilaku). Pikiran positif

akan menghasilkan sikap mental yang positif yang akan membantu individu

membangun harapan serta mengatasi keputusasaan dan ketidakberanian (Hills,

2009).

Menurut Opt & Loffredo (2000) individu yang menggunakan pola pikir

positif mempunyai kecemasan yang lebih rendah daripada individu yang berpola

pikir negatif. Individu dengan pola pikir yang positif akan melihat segala hal dari

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

46

sisi positif, suka bekerja keras dan dapat mengendalikan emosinya ketika

berbicara di depan umum, sehingga kecemasan saat berbicara di depan umum

dalam diri seseorang rendah. Individu dengan pola pikir negatif lebih

menggunakan perasaaanya, lebih mudah stress dan mengekspresikan kecemasan

karena selalu fokus pada pendapatnya sendiri. Bertentangan dengan pola pikir

positif, kecemasan berbicara di depan umum pada seseorang dengan pola pikir

negatif akan tinggi.

Devito (1995) menyatakan kecemasan berbicara di muka umum dapat

terjadi karena individu memiliki pola pikir negatif sehingga komunikasi yang

dilakukan memberikan hasil negatif. Sebagai contoh dalam sebuah diskusi

kelompok umumnya siswa diminta untuk maju dan berbicara di depan kelas, saat

ujian, dan ketika berlatih bicara dengan orang asing. Pada saat diminta untuk

berbicara di depan kelas, sebagian besar siswa mengungkapkan bahwa mereka

merasa kaget dan ragu-ragu. Pada saat mereka telah selesai berbicara dan

melakukan suatu kesalahan, mereka akan merasa malu dan takut dimana hal

tersebut karena adanya kekhawatiran terjadinya penilaian sosial yang negatif

terhadap mereka dan disebabkan karena adanya ketakutan akan gagal.

Spielberger, dkk (dalam Ghufron 2012) menyatakan bahwa kecemasan

berbicara saat presentasi yang dialami individu tersebut didefinisikan sebagai

konsep yang terdiri dari dua dimensi utama, yaitu kekhawatiran dan

emosionalitas. Dimensi emosi merujuk pada reaksi fisiologis dan sistem syaraf

otomatik yang timbul akibat atau suatu objek tertentu. Hal tersebut juga

merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi emosi terhadap hal

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

47

buruk yang tidak menyenangkan, seperti ketegangan bertambah, jantung berdebar

keras, tubuh berkeringat, dan badan gemetar saat mengerjakan sesuatu. Khawatir

merupakan aspek kognitif dari kecemasan berbicara yang dialami berupa pikiran

yang negatif terhadap kemungkinan kegagalan serta konsekuensinya seperti tidak

adanya harapan mendapat sesuatu sesuai yang diharapkan, kritis terhadap diri

sendiri, menyerah terhadap situasi yang ada, dan merasa khawatir berlebihan

tentang kemungkinan apa yang dilakukan.

Menurut Bandura (1997), kognisi adalah proses berpikir individu tentang

situasi tertentu. Berdasarkan teori kognitif, cara berpikir menentukan bagaimana

individu merasa dan berbuat (Corsini, 1994). Dengan kata lain, cara individu

memaknai hubungan antara dirinya dengan lingkungan di sekitarnya akan

berpengaruh terhadap perasaan dan perilakunya. Sebagai contoh, jika seseorang

mempunyai pikiran yang negatif tentang situasi berbicara di depan umum, maka

pikiran negatif tersebut akan mempengaruhi perasaan dan perilakunya

sehubungan dengan situasi tersebut. Pikiran negatif tentang situasi berbicara di

depan umum akan menimbulkan perasaan takut atau cemas, yang kemudian akan

berdampak pada perilaku (Ayres, 1992).

Suasana hati tergantung dari perasaan yang diasosiasikan terhadap

peristiwa atau situasi tertentu (Wolpe, 2001). Asosiasi terhadap situasi tertentu

dipelajari berdasarkan observasi dan pengalaman (Hergenhahn & Olson, 2001).

Sebagai contoh, jika seseorang pernah dihujani kritik dan ejekan pada saat

berbicara di depan umum, maka ia akan mengasosiasikan situasi tersebut sebagai

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

48

suatu hukuman, sehingga rasa takut dipermalukan dapat menjadi penghambat

untuk berbicara di depan umum (Ayres, 2002).

Opt & Loffredo (2000) memaparkan hasil penelitiannya, bahwa semakin

seseorang berpola pikir positif maka semakin rendah kecemasan berbicara di

depan umum, sebaliknya semakin seseorang berpola pikir negatif maka akan

semakin tinggi kecemasan berbicara di depan umum. Hal ini dapat disebabkan

karena individu membangun pesan-pesan yang negatif dan memperkirakan hal-hal

yang negatif sebagai hasil keikutsertaannya dalam interaksi komunikasi. Peale

(2001) menyatakan bahwa seseorang yang berpikir positif akan memandang

segala persoalan yang muncul dari sudut pandangan yang positif. Individu yang

berpikir positif akan menanggapi dan mengatasi persoalan secara lebih optimis

dan mengarahkan pikirannya pada hari depan yang gemilang.

Hasil penelitian dari Rahayu (2006) menunjukkan bahwa mahasiswa

dengan tingkat berpikir positif yang rendah, maka tingkat kecemasan berbicara di

depan umum akan tinggi. Sebaliknya jika tingkat berpikir positif tinggi, maka

tingkat kecemasan berbicara di depan umum akan rendah. Dengan demikian bila

individu berada dalam masa-masa penuh kesulitan, sehingga individu akan

mempunyai sikap untuk selalu menanggapi dan mengatasi persoalannya secara

optimis maka sikap yang demikian itu telah membantu mengubah saat-saat gelap

menjadi lebih cerah, produktif dan kreatif. Kecemasan berbicara di depan umum

diharapkan dapat berkurang jika individu atau mahasiswa selalu berpikir positif,

karena dalam berpikir positif mahasiswa tidak hanya dapat membebaskan diri dari

rasa cemas yang berkepanjangan, tetapi juga akan mampu menghilangkan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

49

berbagai perasaan negatif seperti takut salah atau ditertawakan, malu, merasa

tidak bisa dan rendah diri dan lain sebagainya.

Rogers (2004) mengemukakan bahwa kecemasan berbicara di depan

umum adalah pola pikiran yang keliru. Seseorang yang hendak berbicara di depan

umum merasa bahwa dirinya sedang diadili, merasa penampilan dan gerak gerik

serta ucapannya sedang menjadi perhatian khalayak. Atau dengan kata lain hal

tersebut dikarenakan pikiran-pikiran yang negatif dan tidak rasional. Reaksi

emosional yang tidak menyenangkan yang dialami individu dapat digunakan

sebagai tanda bahwa apa yang dipikirkan mengenai dirinya sendiri mungkin tidak

rasional.

Albrecht (2009) menjelaskan bahwa individu yang memiliki tingkat

berpikir positif yang tinggi akan fokus pada harapan yang diinginkan, meskipun

lingkungan sekitarnya tifak mendukung. Sebaliknya individu yang memiliki

tingkat berpikir positif yang rendah, maka maka akan timbul hambatan dalam diri

individu terhadap harapan yang dimilikinya jika lingkungan disekitarnya tidak

mendukung. Hal ini tentunya juga akan berdampak sama dengan mahasiswa.

Mahasiswa yang memiliki pikiran positif akan memiliki kemampuan yang baik

dalam mengolah kecemasan saat berbicara di depan umum agar hal tersebut tidak

akan mengganggu performanya.

Dari penjelasan yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa

seseorang yang memiliki tingkat berpikir positif yang tinggi maka kecemasan

berbicara di depan umum akan rendah. Apabila seseorang memiliki tingkat

berpikir positif yang rendah, maka tingkat kecemasan berbicara di depan umum

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

50

akan tinggi. Hal ini menandakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan

yang saling berkaitan.

E. Hubungan antara Efikasi Diri dengan Kecemasan Berbicara di Depan

Umum pada Mahasiswa

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa komunikasi memegang

peranan penting dalam kegiatan pendidikan. Beberapa bentuk komunikasi seperti

bertanya kepada dosen, mempresentasikan tugas, dan melakukan diskusi

kelompok yang dilakukan oleh mahasiswa di dalam kelas, dimana mahasiswa

tidak hanya berinteraksi dengan dosen, tetapi juga dituntut untuk berbicara,

mengemukakan pendapat, ide-idenya secara lisan di depan banyak orang (Elliot,

2000). Ada harapan-harapan yang diberikan kepada mahasiswa sebagai kelompok

yang mengeyam pendidikan tinggi untuk memiliki kompetensi yang lebih baik

dalam hal ini kemampuan berkomunikasi khususnya berbicara di depan umum

sebagai bekal mahasiswa di kehidupan masyarakat. Faktanya di lapangan

kecemasan muncul saat mahasiswa ditunjuk untuk berbicara di depan umum

(Wahyuni, 2015).

Sarafino (1994) menyatakan bahwa penanganan kecemasan antara satu

individu dengan individu lainnya dapat berbeda tergantung pada penilaian pribadi

individu terhadap kemampuan yang dimilikinya yang disebut dengan efikasi diri.

Penilaian seseorang terhadap efikasi diri memainkan peranan besar dalam hal

bagaimana seseorang melakukan pendekatan terhadap berbagai sasaran, tugas,

dan tantangan.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

51

Ketika menghadapi tugas yang menekan dalam hal ini berbicara di depan

umum, keyakinan individu terhadap kemampuan mereka akan mempengaruhi cara

individu dalam bereaksi terhadap situasi yang menekan. Bandura (1997)

menyatakan bahwa keyakinan individu bahwa dirinya dapat menguasai situasi dan

memperoleh hasil yang positif disebut efikasi diri.

Efikasi diri mempengaruhi bagaimana perasaan individu, cara berfikir,

memotivasi diri, dan bagaimana individu bertingkah laku. Efikasi diri juga

mempengaruhi individu dalam penelitian tugas, kegigihan dalam usaha meraih

prestasi. Efikasi diri berguna untuk melatih kontrol terhadap stressor yang

berperan penting dalam munculnya kecemasan. Individu yang percaya bahwa

mereka mampu mengadakan kontrol terhadap ancaman tidak mengalami

kecemasan yang tinggi. Sebaliknya mereka yang percaya bahwa mereka tidak

dapat mengatur ancaman, maka akan mengalami kecemasan yang tinggi

(Bandura, 1997). Hal ini juga sejalan dengan pernyataan dari Feist & Feist (2002)

yang menyatakan bahwa ketika seseorang mengalami ketakutan yang tinggi,

kecemasan yang akut atau tingkat stress yang tinggi, maka kecenderungannya

mereka mempunyai tingkat efikasi diri yang rendah. Sementara mereka yang

memiliki efikasi diri yang tinggi merasa mampu dan yakin terhadap kesuksesan

dalam mengatasi rintangan dan menganggap ancaman sebagai suatu tantangan

yang tidak perlu dihindari.

Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi menganggap kegagalan

sebagai akibat dari kurangnya usaha yang keras, pengetahuan, dan keterampilan.

Individu yang ragu akan kemampuan mereka (efikasi diri yang rendah) akan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

52

menjauhi tugas-tugas yang sulit karena tugas tersebut di pandang sebagai

ancaman bagi mereka. Individu seperti ini memiliki aspirasi yang rendah serta

komitmen yang rendah dalam mencapai tujuan yang mereka pilih atau mereka

tetapkan. Ketika menghadapi tugas-tugas yang sulit, mereka sibuk memikirkan

kekurangan-kekurangan diri mereka, gangguan-gangguan yang mereka hadapi,

dan semua hasil yang dapat merugikan mereka. Individu yang memiliki efikasi

diri yang rendah tidak berpikir tentang bagaimana cara yang baik dalam

menghadapi tugas-tugas yang sulit. Saat menghadapi tugas yang sulit, mereka

mengurangi usaha-usaha mereka dan cepat menyerah. Mereka juga lamban dalam

membenahi ataupun mendapatkan kembali efikasi diri mereka ketika menghadapi

kegagalan (Suryabrata, 2010).

Individu yang menghadapi situasi menekan, dalam hal ini berbicara di

depan umum, keyakinan individu terhadap kemampuan mereka efikasi diri akan

mempengaruhi cara individu dalam bereaksi terhadap situasi tersebut (Bandura,

1997). Tingginya efikasi diri yang dimiliki akan memotivasi individu secara

kognitif untuk bertidak lebih bertahan dan terarah terutama apabila tujuan yang

hendak di capai merupakan tujuan yang jelas. Tidak mengherankan apabila

ditemukan hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan prestasi dan

performasi individu tersebut.

Menurut Prakosa (2006) keyakinan terhadap diri sendiri sangat diperlukan

oleh pelajar ataupun mahasiswa. Keyakinan ini akan mengarahkan kepada

pemilihan tindakan, pengerahan usaha, serta keuletan individu. Keyakinan yang

didasari oleh batas-batas kemampuan yang dirasakan akan menuntut seseorang

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

53

untuk berperilaku secara mantap dan efektif. Sehingga mahasiswa yang memiliki

tingkat efikasi diri yang tinggi akan memiliki performa yang baik jika ia ditunjuk

untuk berbicara di depan umum. Kecemasan berbicara di depan umum merupakan

fungsi rendahnya efikasi diri. Efikasi diri berperan menentukan bagaimana

seseorang melakukan pendekatan terhadap berbagai sasaran, tugas dan tantangan.

Pada saat merasa takut dan cemas, biasanya individu mempunyai efikasi diri

rendah. Sementara individu yang memiliki efikasi diri tinggi, merasa mampu dan

yakin terhadap kesuksesan dalam mengatasi rintangan dan menggangap ancaman

sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari.

Penelitian Djayanti (2015) menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif

antara efikasi diri dengan kecemasan berbicara di depan umum, yang berarti

bahwa apabila efikasi diri tinggi maka kecemasan berbicara di depan umum

rendah. Begitu juga sebaliknya, apabila efikasi diri rendah maka kecemasan

berbicara di depan umum tinggi. Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian

Wahyuni (2015) yang menunjukkan ada hubungan negatif antara efikasi diri

dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa.

Dari penjelasan yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa

seseorang yang memiliki tingkat efikasi yang tinggi maka kecemasan berbicara di

depan umum akan rendah. Apabila seseorang memiliki tingkat efikasi yang

rendah, maka tingkat kecemasan berbicara di depan umum akan tinggi. Hal ini

menandakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan yang saling berkaitan.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

54

F. Hubungan antara Berpikir Positif dan Efikasi Diri dengan Kecemasan

Berbicara di Depan Umum pada Mahasiswa

Komunikasi adalah peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan

manusia yang lain. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia,

menurut penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun manusia

digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi memiliki pengertian proses di mana

seorang individu mengoperkan perangsang (lambang-lambang bahasa) untuk

mengubah tingkah laku individu yang lainnya Abdurachman (dalam Muslimin,

2013). Komunikasi merupakan gambaran bagaimana seseorang memahami,

melihat, mendengar dan merasakan tentang dirinya (sense of self), kemampuan

memahami media serta bagaimana cara individu tersebut berinteraksi dengan

lingkungan, dari mengumpulkan, dan mempresentasikan informasi, hingga

menyelesaikan konflik (Muslimin, 2013).

Komunikasi menentukan kualitas kehidupan manusia (Rakhmat, 2008).

Berbicara adalah cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain untuk

menyampaikan sesuatu yang diinginkan. Setiap orang dapat berbicara, tetapi tidak

semua orang dapat berbicara baik dan berkomunikasi di depan umum.

Mahasiswa sebagai peserta didik yang mengeyam pendidikan lebih tinggi

tentunya tidak dapat menghindari proses komunikasi yang di mana bentuk

komunikasi yang ada di setting perkuliahan dapat berupa bertanya kepada dosen,

mempresentasikan tugas, dan melakukan diskusi kelompok. Tidak hanya di

setting perkuliahan, terkadang mahasiswa dituntut untuk mampu berbicara,

mengemukakan pendapat, ide-idenya secara lisan di depan banyak orang (Elliot,

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

55

2002). Kenyataan yang ada di lapangan, berbicara di depan umum bukanlah suatu

hal yang mudah. Adanya tekanan-tekanan membuat seseorang khususnya di sini

mahasiswa mengalami hambatan yang akan memicu kecemasan (Bandura, 1997).

Kecemasan merupakan perasaan subjektif mengenai ketegangan mental

yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu

masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada

umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai

disertasi perubahan fisiologis. Kecemasan tersebut timbul akibat adanya respons

terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan berupa konflik, baik yang datang

dari luar maupun dari dalam diri sendiri, akan menimbulkan respons dari sistem

saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon

tersebut, maka muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung,

pembuluh darah maupun motorik. Perubahan fisiologis akan memicu perubahan

psikologis dalam diri individu seperti muncul perasaan panik, tegang, bingung,

tidak bisa berkonsentrasi (Mulyadi, 2003).

Pada umumnya kecemasan dalam berbicara (baik dengan perorangan

maupun secara publik) bukan disebabkan oleh ketidakmampuan individu, tetapi

sering disebabkan oleh tingkatan berpikir positif yang rendah atau pikiran-pikiran

negatif dan tidak rasional (Rogers, 2004). William (2004) menjelaskan bahwa

kecemasan biasanya juga dipengaruhi oleh cara berpikir yang keliru. Terlalu

menilai diri begitu tajam sehingga sekilas tidak berani mencoba sesuatu yang

tidak kita kuasai dengan sangat sempurna. Selain itu, mengingat secara terus-

menerus mengenai sesuatu yang menakutkan sehingga diri merasa diteror sampai

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

56

rasa takut tersebut menjadi jauh lebih besar dari diri sendiri dan akhirnya berhenti

sambil meyakinkan bahwa semuanya adalah malapetaka. Hal ini juga ditemukan

dalam penelitian Marinho (2015) yang ditemukan bahwa saat mahasiswa

ditunjuk untuk berbicara di depan umum, sering sekali muncul pikiran negatif

yang menyebabkan mereka menjadi cemas. Kecemasan bebicara di depan umum

akan mengarah pada ketakutan dan tentunya memiliki dampak negatif dalam

keberhasilan akademik mahasiswa tersebut.

Spielberger, dkk (dalam Ghufron 2012) menetapkan kecemasan berbicara

saat berbicara di depan umum menjadi dua dimensi yaitu kekhawatiran dan

emosionalitas. Dimensi emosi merujuk pada reaksi fisiologis dan sistem syaraf

otomatik yang timbul akibat atau suatu objek tertentu. Dimensi ini juga meliputi

perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi emosi terhadap hal buruk yang

tidak menyenangkan, seperti ketegangan bertambah, jantung berdebar keras,

tubuh berkeringat, dan badan gemetar saat mengerjakan sesuatu. Khawatir

merupakan aspek kognitif dari kecemasan berbicara yang dialami berupa pikiran

yang negatif terhadap kemungkinan kegagalan serta konsekuensinya seperti tidak

adanya harapan mendapat sesuatu sesuai yang diharapkan, kritis terhadap diri

sendiri, menyerah terhadap situasi yang ada, dan merasa khawatir berlebihan

tentang kemungkinan apa yang dilakukan.

Menurut Bandura (1997), kognisi adalah proses berpikir individu tentang

situasi tertentu. Corsini (1994) menyatakan bahwa cara berpikir menentukan

bagaimana individu merasa dan berbuat. Cara individu memaknai hubungan

antara dirinya dengan lingkungan di sekitarnya akan berpengaruh terhadap

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

57

perasaan dan perilakunya. Jika individu mempunyai pikiran yang negatif tentang

situasi berbicara di depan umum, maka pikiran negatif tersebut akan

mempengaruhi perasaan dan perilakunya sehubungan dengan situasi tersebut.

Pikiran negatif tentang situasi berbicara di depan umum akan menimbulkan

perasaan takut atau cemas, yang kemudian akan berdampak pada perilaku. Tetapi

jika individu memiliki pikiran yang positif, maka ia akan mampu untuk

menaklukkan perasaan cemasnya (Ayres, 1992).

Dalam mengurangi atau mengatasi kecemasan dalam berbicara di depan

umum, individu dapat mengubah cara berpikir dari yang negatif atau tidak

rasional menjadi cara berpikir positif. Peale (2001) menjelaskan bahwa untuk

membentuk pikiran yang positif dapat digunakan pernyataan-pernyataan positif.

Jika individu secara terus-menerus mengguakan kata-kata yang positif maka akan

berpengaruh terhadap kesehatan tubuh dan kekuatan stimulus positif yang akan

memberikan efek yang baik. Kata-kata yang digunakan akan merefleksikan secara

kuat ke dalam pikiran dan pikiran akan memberikan efek positif atau negatif

terhadap individu.

Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini dilakukan oleh

Rahayu (2006) menunjukkan bahwa mahasiswa yang cenderung berpikir positif

akan mampu mengendalikan perasaan dan kegugupannya sehingga individu

tersebut mampu untuk mengendalikan kecemasan untuk berbicara di depan

umum. Sedangkan mahasiswa dengan pikiran negatif akan sulit mengendalikan

kegugupannya sehingga kurang mampu untuk mengendalikan kecemasaan saat

berbicara di depan umum.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

58

Mahasiswa yang diberikan tugas atau kegiatan yang mengharuskan mereka

berhadapan dan berbicara di depan banyak orang tentunya tak terhindar dari

adanya perasaan cemas. Hal ini salah satunnya dapat disebabkan oleh adanya

pikiran-pikiran negatif. Saat seseorang berpola pikir positif maka semakin rendah

kecemasan berbicara di depan umum, sebaliknya semakin seseorang berpola pikir

negatif maka akan semakin tinggi kecemasan berbicara di depan umum. Hal ini

dapat disebabkan karena individu membangun pesan-pesan yang negatif dan

memperkirakan hal-hal yang negatif sebagai hasil keikutsertaannya dalam

interaksi komunikasi. Berpikir positif memiliki kecenderungan individu untuk

memandang segala sesuatu dari segi positifnya dan selalu berpikir optimis terhadap

lingkungan serta dirinya sendiri. Pola pikir inilah yang dapat membantu individu

dalam mengatasi masalahnya (William, 2004). Maka mahasiswa yang mampu untuk

tetap mempertahankan pikiran positifnya, maka kecemasan saat berbicara di depan

umum tidak akan tinggi. Tetapi bila mahasiswa kurang mampu untuk

mempertahankan pikiran positifnya, maka kecemasan saat berbicara di depan umum

akan tinggi.

Ketika menghadapi situasi yang menekan, dalam hal ini berbicara depan

umum, keyakinan terhadap kemampuan individu (efikasi diri) akan

mempengaruhi cara individu dalam bereaksi terhadap situasi tersebut (Bandura,

1997). Bandura menyatakan bahwa efikasi diri berguna untuk melatih kontrol

terhadap stressor yang berperan penting dalam munculnya kecemasan. Individu

yang percaya bahwa ia mampu mengadakan kontrol terhadap ancaman tidak

mengalami kecemasan yang tinggi. Sebaliknya individu yang percaya bahwa ia

tidak dapat mengatur ancaman, mengalami kecemasan yang tinggi.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

59

Dalam teori sosial kognitif yang diungkapkan oleh Bandura (1997), efikasi

diri akan membantu seseorang dalam menentukan pilihan, usaha untuk maju,

kegigihan serta ketekunan yang mereka tunjukkan dalam menghadapi kesulitan

dan derajat kecemasan atau ketenangan yang mereka alami saat mereka

mempertahankan tugas-tugas yang mencakupi kehidupan mereka. Hal ini juga

sejalan dengan pendapat dari Lent (1991) bahwa keyakinan yang kuat dalam diri

untuk mencapai performansi yang diharapkan akan memberi dorongan dan

kekuatan pada diri individu itu sendiri.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Feist & Feist (2002) bahwa ketika

seseorang mengalami ketakutan yang tinggi, kecemasan yang akut atau tingkat

stres yang tinggi, maka individu tersebut mempunyai efikasi diri yang rendah.

Sementara individu yang memiliki efikasi diri tinggi merasa mampu dan yakin

terhadap kesuksesan dalam menghadapi rintangan dan menganggap ancaman

sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari. Dengan kata lain, semakin

tinggi efikasi diri seseorang, maka tingkat kecemasan ketika berbicara di depan

umum akan semakin rendah. Begitu pula sebaliknya jika semakin rendah efikasi

diri seseorang, maka tingkat kecemasan ketika berbicara di depan umum akan

semakin tinggi.

Bandura (1997) mengemukakan bahwa efikasi diri aakan menentukan

bagaimana individu merasa berpikir dan bertingkah laku terhadap keputusan yang

dipilih, usaha-usaha yang akan dilakukan, dan keteguhannya pada saat

menghadapi hambatan, memiliki rasa bahwa individu mampu untuk

mengendalikan lingkungan sosialnya. Keyakinan pada seluruh kemampuan

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

60

meliputi, kepercayaan diri, kemampuan menyesuaikan diri, kapasitas kognitif,

kecerdasan dan kapasitas bertindak pada situasi yang penuh tekanan.

Myers (1996) mengungkapkan bahwa individu dengan efikasi diri yang

tinggi tidak mudah mengalami depresi dan kecemasan serta memiliki pola hidup

yang terfokus, sehingga dapat hidup lebih sehat dan sukses dalam bidang

akademis. Mahasiswa yang memiliki efikasi diri rendah kurang terampil dalam

mengendalikan kecemasan, sedangkan mahasiswa yang memiliki efikasi tinggi

akan lebih terampil dalam mengendalikan kecemasan ketika berbicara di depan

umum.

Penelitian dari Djayanti (2015) yang menjadi pendukung untuk penelitian

ini, hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan

kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa. Selain itu juga ada dua

penelitian lain dari Shagita (2013) dan Wahyuni (2015) di mana hasil dari kedua

penelitian tersebut sama-sama menemukan bahwa ada hubungan negatif antara

efikasi diri dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa.

Semakin tinggi efikasi diri, maka kecemasan berbicara di depan umum pada

mahasiswa semakin rendah. Sebaiknya, jika semakin rendah efikasi diri, maka

kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa semakin tinggi.

Kesimpulan yang dapat diambil ialah apabila mahasiswa memiliki tingkat

berpikir positif tinggi, maka kecemasan berbicara di depan umum akan rendah.

Sebaliknya, apabila mahasiswa memiliki tingkat berpikir positif rendah, maka

kecemasan berbicara di depan umum akan tinggi. Sama halnya dengan efikasi

diri. Semakin tinggi efikasi diri mahasiswa, maka akan semakin rendah

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

61

kecemasan berbicara di depan umum. Sebaliknya, semakin rendah efikasi diri

mahasiswa, semakin tinggi kecemasan berbicara di depan umum. Sehingga kedua

variabel berpikir positif dan efikasi diri memiliki hubungan dengan kecemasan

berbicara di depan umum.

G. Landasan Teori

Setiap orang bisa berbicara, tetapi tidak setiap orang dapat berbicara baik dan

komunikatif di depan umum. Berbicara adalah cara seseorang berkomunikasi

dengan orang lain untuk menyampaikan sesuatu yang diinginkan. Komunikasi

adalah cara manusia berinteraksi dengan manusia lain. Berkomunikasi dengan

orang lain merupakan situasi yang hampir terjadi di seluruh proses kehidupan.

Komunikasi menentukan kualitas kehidupan manusia, dan memiliki kemampuan

berkomunikasi yang efektif sangatlah diperlukan, untuk menyam–paikan ide,

gagasan dan pengetahuan kepada masyarakat. Tidak ada individu yang mampu

hidup normal tanpa adanya proses komunikasi atau berbicara dengan orang lain

(Rakhmat, 2009).

William (2004) menyatakan bahwa tidak semua komunikasi dapat berjalan

efektif. Ada hambatan dalam komunikasi yang disebut dengan communication

apprehension. Orang yang mengalami hambatan komunikasi akan merasa cemas

ketika melakukan komunikasi, baik secara perorangan maupun dengan

sekelompok orang. Kecemasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kecemasan berbicara di depan umum.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

62

Chaplin (2002) menjelaskan pengertian kecemasan sebagai perasaan

campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang

tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Pendapat lain menurut Menurut

Daradjat (dalam Muslimin, 2013), kecemasan adalah manifestasi dari berbagai

proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika seseorang mengalami

tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Hudaniah (2003)

menyatakan bahwa pada umumnya kecemasan berwujud ketakutan kognitif,

keterbangkitan syaraf fisiologis dan suatu pengalaman subjektif dari ketegangan

dan kegugupan.

Kecemasan merupakan perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang

menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu

masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada

umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai

disertasi perubahan fisiologis. Kecemasan tersebut timbul akibat adanya respons

terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan berupa konflik, baik yang datang

dari luar maupun dari dalam diri sendiri, akan menimbulkan respons dari sistem

saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon

tersebut, maka muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung,

pembuluh darah maupun motorik. Perubahan fisiologis akan memicu perubahan

psikologis dalam diri individu seperti muncul perasaan panik, tegang, bingung,

tidak bisa berkonsentrasi (Mulyadi, 2003).

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

63

Abdurachman (dalam Muslimin, 2013) mengartikan berbicara adalah

cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain untuk menyampaikan sesuatu

yang diinginkan. Kemudian Muslimin (2013) memberikan pernyataan bahwa

berbicara di depan umum sendiri memiliki pengertian sebuah metode komunikasi

yang dilakukan oleh seseorang baik secara perseorangan maupun dengan

kelompok orang.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan

berbicara di depan umum adalah suatu keadaan tidak nyaman yang sifatnya tidak

menetap pada diri individu yang terjadi ketika seseorang mengalami tekanan

perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik) yang ditandai dengan reaksi

fisik dan psikologis saat berbicara di depan orang banyak.

Kecemasan berbicara di depan umum terdiri dari tiga aspek. Pertama,

aspek fisik yang merupakan gejala-gejala fisik yang dialami seseorang sebelum

memulai pembicaraan seperti jantung berdebar-debar, suara yang bergetar, kaki

gemetar, kejang perut, dan sulit untuk bernafas. Kedua, aspek mental adalah

gejala mental seperti sering mengulang kata atau kalimat, hilang ingatan secara

tiba-tiba sehingga sulit untuk mengingat fakta secara tepat dan melupakan hal-hal

yang sangat penting. Ketiga, aspek emosional merupakan gejala seperti adanya

rasa tidak mampu, rasa takut yang biasa muncul sebelum individu tampil, rasa

kehilangan kendali, serta muncul rasa malu setelah selesai melakukan

pembicaraan di depan umum (Rogers, 2004).

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

64

Kecemasan merupakan perasaan subjektif mengenai ketegangan mental

yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu

masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada

umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai

disertasi perubahan fisiologis. Kecemasan tersebut timbul akibat adanya respons

terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan berupa konflik, baik yang datang

dari luar maupun dari dalam diri sendiri, akan menimbulkan respons dari sistem

saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon

tersebut, maka muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung,

pembuluh darah maupun motorik. Perubahan fisiologis akan memicu perubahan

psikologis dalam diri individu seperti muncul perasaan panik, tegang, bingung,

tidak bisa berkonsentrasi (Mulyadi, 2003).

Kecemasan berbicara di depan umum tentunya dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain pola pikir. Pola pikir dapat mempengaruhi suasana hati, reaksi

fisik dan menyebabkan terjadinya perubahan interaksi sosial seseorang.

Perubahan dalam perilaku individu akan mempengaruhi bagaimana individu

tersebut berpikir dan merasa, baik secara fisik maupun secara emosional. Pola

pikir seseorang sangat membantu dalam mengatasi masalah yang berhubungan

dengan suasana hati (mood) seperti depresi, kecemasan, kemarahan, kepanikan,

kecemburuan, rasa bersalah dan rasa malu (Mapes, 2006).

Peale (2001) menyatakan bahwa pola pikir umumya terbagi menjadi dua

yaitu berpikir positif dan berpikir negatif. Seseorang yang mempunyai pola pikir

positif maka individu tersebut dapat mengatasi masalah yang berhubungan dengan

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

65

suasana hati. Sebaliknya apabila seseorang mempunyai pola pikir yang negatif,

maka individu tersebut cenderung menjadi depresi, cemas, panik, muncul

perasaan bersalah, yang pada akhirnya akan mengganggu interaksi sosialnya.

Pada penelitian ini lebih difokuskan kepada berpikir positif.

Berpikir didefiniskan sebagai proses menghasilkan representasi mental

yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi secara

kompleks antara atribut-atribut mental (Suharnan, 2005). Walgito (2003)

menjelaskan bahwa berpikir merupakan kemampuan manusia yang

membedakannya dengan makhluk lain. Berpikir terjadi sebagai respon terhadap

masalah yang timbul dari dunia luar sehingga dapat dikatakan bahwa individu

berpikir apabila menghadapi permasalahan atau persoalan.

Albrecth (2009) mengemukakan bahwa berpikir positif adalah mengatur

antara perhatian terhadap sesuatu yang positif, membentuknya dengan bahasa

yang positif dan menunjukkan pikiran-pikirannya. Berpikir positif adalah

Perubahan dalam perilaku individu berpengaruh terhadap bagaimana individu

tersebut berpikir dan merasa, baik secara fisik maupun secara emosional.

Kesimpulan dari berpikir positif yang dapat diambil adalah bentuk dari

pemikiran mengatur antara perhatian terhadap sesuatu yang positif,

membentuknya dengan bahasa yang positif dengan menunjukkan pikiran-

pikirannya serta selalu melihat hasil yang baik dari suatu situasi yang buruk.

Berdasarkan teori kognitif, cara berpikir menentukan bagaimana individu

merasa dan berbuat (Corsini, 1994). Dengan kata lain, cara individu memaknai

hubungan antara dirinya dengan lingkungan di sekitarnya akan berpengaruh

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

66

terhadap perasaan dan perilakunya. Sebagai contoh, jika seseorang mempunyai

pikiran yang negatif tentang situasi berbicara di depan umum, maka pikiran

negatif tersebut akan mempengaruhi perasaan dan perilakunya sehubungan

dengan situasi tersebut. Pikiran negatif tentang situasi berbicara di depan umum

akan menimbulkan perasaan takut atau cemas, yang kemudian akan berdampak

pada perilaku. Apabila individu memiliki pikiran positif, maka ia akan mampu

untuk mengatasi kecemasan saat berbicara di depan umum (Ayres, 1992).

Penelitian dari Opt & Loffredo (2000) ditemukan bahwa semakin

seseorang berpola pikir positif maka semakin rendah kecemasan berbicara di

depan umum, sebaliknya semakin seseorang berpola pikir negatif maka akan

semakin tinggi kecemasan berbicara di depan umum. Hal ini dapat disebabkan

karena individu membangun pesan-pesan yang negatif dan memperkirakan hal-hal

yang negatif sebagai hasil keikutsertaannya dalam interaksi komunikasi.

Berpikir positif terdiri dari empat aspek. Pertama, pernyataan yang tidak

memihak adalah pernyataan yang lebih menggambarkan keadaan daripada menilai

keadaan. Kedua, harapan yang positif adalah memusatkan perhatian pada

kesuksesan, optimis, pemecahan masalah yang menjauhkan diri dari perasaan

takut akan kegagalan dengan menggunakan kata-kata yang mengandung harapan.

Ketiga, penyesuaian diri yang realistis yaitu mengakui kenyataan dan segera

berusaha menyesuaikan diri dan menjauhkan diri dari penyesalan, frustasi,

kasihan diri dan menyalahkan diri sendiri. Keempat, afirmasi diri yaitu

memusatkan perhatian pada kekuatan diri dan melihat secara lebih positif dengan

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

67

dasar pikiran bahwa setiap individu sama berartinya dengan individu lain

(Albrecth, 2009).

Selain pola pikir, faktor lain yang mempengaruhi kecemasan berbicara di

depan umum adalah efikasi diri. Bandura (1997) mendefinisikan efikasi diri

sebagai keyakinan individu bahwa dirinya dapat menguasai situasi dan

memperoleh hasil yang positif. Hal ini akan mengakibatkan bagaimana individu

merasa, berpikir dan bertingkah laku terhadap keputusan yang dipilih, usaha-

usaha yang akan dilakukan dan keteguhannya pada saat menghadapi hambatan,

individu merasa mampu untuk mengendalikan lingkungan sosialnya. Baron &

Byrne (2000) mengemukakan bahwa efikasi diri merupakan penilaian individu

terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai

suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu. Sedangkan Feist & Feist (2000)

menyatakan bahwa efikasi diri adalah keyakinan individu bahwa mereka memiliki

kemampuan dalam mengadakan kontrol terhadap pekerjaan mereka terhadap

peristiwa lingkungan mereka sendiri.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

efikasi diri adalah keyakinan individu bahwa dirinya dapat menguasai situasi

untuk memperoleh hasil yang positif secara kecukupan dan efisien dalam

mengadakan kontrol terhadap pekerjaan mereka terhadap peristiwa lingkungan

mereka sendiri.

Sarafino (1994) menyatakan bahwa penanganan kecemasan antara satu

individu dengan individu lainnya dapat berbeda tergantung pada penilaian pribadi

individu terhadap kemampuan yang dimilikinya yang disebut dengan efikasi diri.

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

68

Penilaian seseorang terhadap efikasi diri memainkan peranan besar dalam hal

bagaimana seseorang melakukan pendekatan terhadap berbagai sasaran, tugas,

dan tantangan. Ketika menghadapi tugas yang menekan dalam hal ini berbicara di

depan umum, keyakinan individu terhadap kemampuan mereka akan

mempengaruhi cara individu dalam bereaksi terhadap situasi yang menekan.

Efikasi diri berguna untuk melatih kontrol terhadap stressor yang berperan

penting dalam munculnya kecemasan. Individu yang percaya bahwa mereka

mampu mengadakan kontrol terhadap ancaman tidak mengalami kecemasan yang

tinggi. Sebaliknya mereka yang percaya bahwa mereka tidak dapat mengatur

ancaman, maka akan mengalami kecemasan yang tinggi (Bandura, 1997). Hal ini

juga sejalan dengan pernyataan dari Feist & Feist (2002) yang menyatakan bahwa

ketika seseorang mengalami ketakutan yang tinggi, kecemasan yang akut atau

tingkat stress yang tinggi, maka kecenderungannya mereka mempunyai tingkat

efikasi diri yang rendah. Sementara mereka yang memiliki efikasi diri yang tinggi

merasa mampu dan yakin terhadap kesuksesan dalam mengatasi rintangan dan

menganggap ancaman sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari.

Efikasi diri terdiri dari tiga aspek. Pertama, level merupakan aspek yang

mengacu pada taraf kesulitan tugas yang diyakini individu akan mampu

mengatasinya. Kedua, generality merupakan aspek yang berhubungan luas dengan

bidang tugas atau tingkah laku. Ketiga, strenght merupakan aspek yang terkait

dengan kekuatan dari efikasi diri seseorang ketika berhadapan dengan tuntutan

tugas atau suatu permasalahan (Bandura, 1997).

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

69

Pada penelitian ini akan dilihat hubungan antara berpikir positif (X1)

dengan kecemasan berbicara di depan umum (Y) dan hubungan antara efikasi diri

(X2) dengan kecemasan berbicara di depan umum (Y). Kemudian dilihat juga

berpikir positif (X1) dan efikasi diri (X2) keduanya memiliki hubungan dengan

kecemasan berbicara di depan umum (Y). Pada gambar 2.1 akan diuraikan

hubungan antara variabel X1 dengan Y, variabel X2 dengan Y dan Variabel X1,

X2 dengan Y. Kerangka teoritis pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1.

1

3

2

Gambar 2. 1

Kerangka Teoritis

BERPIKIR POSITIF (X1)

Aspek-aspek:

Pernyataan yang tidak

memihak

Harapan yang positif

Penyesuaian diri yang

realistis

Afirmasi diri

EFIKASI DIRI (X2)

Aspek-aspek:

Level

Generality

Strength

KECEMASAN BERBICARA

DI DEPAN UMUM (Y)

Aspek-aspek:

Fisik

Mental

Emosional

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

70

Keterangan gambar:

1: X1 berhubungan dengan Y; Menunjukkan hubungan antara berpikir

positif dengan kecemasan berbicara di depan umum.

2: X2 berhubungan dengan Y; Menunjukkan hubungan antara efikasi diri

dengan kecemasan berbicara di depan umum.

3: X1 dan X2 keduanya memiliki hubungan dengan Y; Menunjukkan

hubungan antara berpikir positif dan efikasi diri dengan kecemasan

berbicara di depan umum.

H. Hipotesis

Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan negatif antara berpikir positif dengan kecemasan berbicara di

depan umum pada mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi UBM Jakarta.

Semakin tinggi berpikir positif mahasiswa, maka semakin rendah tingkat

kecemasan berbicara di depan umum. Sebaliknya jika semakin rendah

berpikir positif mahasiswa, maka semakin tinggi tingkat kecemasan berbicara

di depan umum.

2. Ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan kecemasan berbicara di

depan umum pada mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi UBM Jakarta.

Semakin tinggi efikasi diri mahasiswa, maka semakin rendah tingkat

kecemasan berbicara di depan umum. Sebaliknya jika semakin rendah efikasi

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara di Depan ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1020/3/BAB II.pdfGejala-gejala yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak

71

diri mahasiswa, maka semakin tinggi tingkat kecemasan berbicara di depan

umum.

3. Ada hubungan antara berpikir positif dan efikasi diri dengan kecemasan

berbicara di depan umum pada mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi

UBM Jakarta.