Top Banner
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhea 1. Definisi Dysmenorrhea Dysmenorrhea berasal dari kata dalam bahasa Yunani kuno, dys (sulit, nyeri, abnormal), meno (bulan), dan rrhea (aliran atau arus). Dengan demikian, dysmenorrhea berarti aliran menstruasi yang sulit atau menstruasi yang disertai nyeri (Anurogo & Wulandari, 2011). Dysmenorrhea adalah nyeri saat menstruasi dengan rasa kram dan terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat (Prawirohardjo, 2011). Nyeri ini dapat menyebar ke bagian belakang (punggung) atau bagian paha (Anurogo & Wulandari, 2011). Dysmenorrhea didefinisikan sebagai nyeri uterus yang bersifat siklik yang terjadi sebelum atau selama menstruasi (Norwitz & Jhon, 2008). Menurut Lowdermilk (2005) dysmenorrhea merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami perempuan dari berbagai tingkat usia. Dysmenorrhea merupakan kejadian yang paling banyak terjadi dalam tiga tahun pertama setelah menarche yang dikenal dengan istilah dysmenorrhea primer. Sedangkan yang terjadi pada masa akhir kehidupan reproduksi perempuan dikenal dengan istilah dysmenorrhea sekunder (Varney, 2007). Jadi, dysmenorrhea merupakan nyeri yang terjadi pada perempuan di hari- hari pertama menstruasi. Nyeri ini terpusat pada bagian abdomen bawah dengan tingkat nyeri yang beragam. Nyeri ini bersifat fisiologis, namun apabila nyeri
27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

May 25, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dysmenorrhea

1. Definisi Dysmenorrhea

Dysmenorrhea berasal dari kata dalam bahasa Yunani kuno, dys (sulit,

nyeri, abnormal), meno (bulan), dan rrhea (aliran atau arus). Dengan demikian,

dysmenorrhea berarti aliran menstruasi yang sulit atau menstruasi yang disertai

nyeri (Anurogo & Wulandari, 2011). Dysmenorrhea adalah nyeri saat menstruasi

dengan rasa kram dan terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat

terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat (Prawirohardjo, 2011).

Nyeri ini dapat menyebar ke bagian belakang (punggung) atau bagian paha

(Anurogo & Wulandari, 2011). Dysmenorrhea didefinisikan sebagai nyeri uterus

yang bersifat siklik yang terjadi sebelum atau selama menstruasi (Norwitz & Jhon,

2008).

Menurut Lowdermilk (2005) dysmenorrhea merupakan salah satu masalah

ginekologi yang paling umum dialami perempuan dari berbagai tingkat usia.

Dysmenorrhea merupakan kejadian yang paling banyak terjadi dalam tiga tahun

pertama setelah menarche yang dikenal dengan istilah dysmenorrhea primer.

Sedangkan yang terjadi pada masa akhir kehidupan reproduksi perempuan dikenal

dengan istilah dysmenorrhea sekunder (Varney, 2007).

Jadi, dysmenorrhea merupakan nyeri yang terjadi pada perempuan di hari-

hari pertama menstruasi. Nyeri ini terpusat pada bagian abdomen bawah dengan

tingkat nyeri yang beragam. Nyeri ini bersifat fisiologis, namun apabila nyeri

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

10

menimbulkan ketidaknyamanan, maka akan menurunkan produktivitas perempuan

tersebut.

2. Klasifikasi Dysmenorrhea

a. Dysmenorrhea Primer

Dysmenorrhea primer adalah nyeri menstruasi tanpa adanya keadaan

patologi pada panggul. Dismenore ini berhubungan dengan siklus ovulasi dan

disebabkan kontraksi miometrium sehingga terjadi iskemia akibat prostaglandin

yang diproduksi oleh endometrium fase sekresi. Kadar prostaglandin pada

perempuan dengan dysmenorrhea primer lebih tinggi jika dibandingkan

perempuan yang tidak dysmenorrhea (Prawirohardjo, 2011). Menurut Kumalasari

& Iwan (2013) dysmenorrhea primer biasa terjadi pada tahun-tahun pertama

setelah menstruasi pertama (menarche). Dysmenorrhea ini biasanya hilang pada

saat perempuan berusia 25 tahun atau setelah hamil dan melahirkan pervaginam

(Lowdermilk, 2005).

b. Dysmenorrhea Sekunder

Menurut Prawirohardjo (2011) dysmenorrhea sekunder adalah nyeri

menstruasi yang berhubungan dengan keadaan patologis di organ genitalia, seperti

endometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis serviks, penyakit radang

panggul, perlekatan panggul, dan irritable bowel syndrome. Sedangkan menurut

Anurogo & Wulandari (2011) hampir semua yang memengaruhi pelvic viscera

(bagian organ panggul yang lunak) dapat mengakibatkan nyeri pelvis siklik.

Dysmenorrhea sekunder bisa terjadi kapan pun setelah menstruasi pertama

(menarche), tetapi paling sering muncul pada usia 20-30 tahunan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

11

3. Etiologi Dysmenorrhea

Penyebab utama terjadinya dysmenorrhea primer karena adanya

prostaglandin F2α (PGF2α) yang dihasilkan di endometrium. PGF2α adalah hormon

untuk menstimulasi kontraksi uterus selama menstruasi. Jumlah PGF2α lebih tinggi

dari nilai normal pada remaja yang mengalami dysmenorrhea (Varney, 2007).

Selama mentruasi sel-sel endometrium yang terkelupas melepaskan prostaglandin

yang merangsang otot uterus berkontraksi dan memengaruhi pembuluh darah,

sehingga terjadi kontraksi uterus dan vasokontriksi yang menyebabkan terjadinya

iskemia uterus (penurunan suplai darah ke uterus). Saat terjadi iskemia uterus,

maka akan menghasilkan metabolit anaerob yang menstimulasi neuron nyeri tipe

C/ serabut-serabut nyeri system saraf otonom uterus. Peningkatan prostaglandin

dapat menyebabkan dysmenorrhea sekunder pada perempuan usia 20-30 tahun.

Tetapi penyebab umum dari dysmenorrhea sekunder adalah endometritis,

adenomiosis, polip endometrium, chronic pelvis inflamatory disease, dan

penggunaan IUD (Anurogo & Wulandari, 2011).

4. Faktor yang Memengaruhi Dysmenorrhea

Faktor-faktor yang memengaruhi nyeri menstruasi (dysmenorrhea)

berdasarkan klasifikasinya:

a. Dysmenorrhea Primer

1) Faktor endokrin

Kadar progesteron yang rendah pada akhir fase korpus luteum

menghambat kontraktilitas uterus, sedangkan hormon estrogen merangsang

kontraktilitas uterus. Disisi lain, endometrium dalam fase sekresi memproduksi

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

12

F2α sehingga menyebabkan kontraksi otot polos. Jika kadar prostaglandin yang

memasuki peredaran darah berlebihan maka akan terjadi efek lain seperti mual,

muntah, dan diare.

2) Kelainan organik

Retrofleksia uterus (kelainan letak arah anatomis rahim), hypoplasia

uterus (perkemabangan rahim yang tidak lengkap), obstruksi kanalis servikalis

(sumbatan saluran jalan lahir), mioma submukosa bertangkai (tumor jinak yang

terdiri dari jaringan otot), dan polip endometrium.

3) Faktor kejiwaan atau gangguan psikis

Rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, konflik dengan masalah

jenis kelaminnya, dan imaturitas.

4) Faktor konstitusi

Anemia dan penyakit menahun dapat menyebabkan dysmenorrhea.

5) Faktor alergi

Penyebab alergi adalah toksin menstruasi. Berdasarkan riset yang telah

dilakukan, ada hubungan antara dysmenorrhea dengan biduran, migran, dan asma.

(Anurogo & Wulandari, 2011)

b. Dysmenorrhea Sekunder

1) Endometriosis

2) Fibroid

3) Adenomiosis

4) Peradangan tuba falopi

5) Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

13

6) Pemakaian IUD/AKDR (Kumalasari & Iwan, 2013)

5. Faktor Resiko Dysmenorrhea

Menurut Harlow (1996) dalam Judha,dkk (2012) terdapat beberapa faktor

resiko dysmenorrhea, yaitu:

a. Kesiapan dalam Menghadapi Menstruasi

Nyeri dapat ditimbulkan atau diperberat oleh keadaan psikologis penderita.

Seringkali setelah perkawinan dismenore hilang dan jarang menetap setelah

melahirkan. Kemungkinan perkawinan dan melahirkan membawa perubahan

fisiologik pada genitalia maupun perubahan psikis.

b. Periode Menstruasi yang Lama (Long Menstrual Periods)

Siklus menstruasi yang normal 21-25 hari, dihitung dari hari pertama

menstruasi sampai bulan berikutnya. Lama menstruasi dilihat dari darah keluar

sampai bersih, antara 2-5 hari. Darah yang keluar hanya sehari belum dikatakan

sebagai menstruasi, begitupula darah yang keluar >10 hari, dapat dikatakan

sebagai gangguan.

c. Aliran Menstruasi yang Hebat (Heavy Menstrual Flow)

Jumlah darah menstruasi normalnya sekitar 50-100ml atau ≤5x ganti

pembalut. Jika darah yang dikeluarkan sangat banyak dan cepat makan enzim

yang dilepaskan di endometriosis mungkin tidak cukup atau kerjanya melambat.

d. Merokok (Smoking)

Nikotin dalam rokok memengaruhi metabolism estrogen. Gangguan

metabolisme estrogen akan menyebabkan menstruasi tidak teratur. Penelitian

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

14

menunjukkan bahwa wanita perokok mengalami nyeri perut yang lebih berat saat

menstruasi tiba.

e. Riwayat Keluarga yang Positif (Positive Family History)

Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Perempuan yang memiliki

ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih

besar terkena penyakit ini (Harlow,1996 dalam Judha,dkk,2012). Riwayat

dysmenorrhea pada keluarga berkaitan dengan adanya faktor genetik, mengenai

sifat keturunan/ hereditas yang dapat menduplikasikan sifat kepada anak-cucunya

(Sadiman, 2017).

f. Belum Pernah Melahirkan Anak (Nuliparity)

g. Kegemukan (Obesity)

Perubahan hormonal pada system reproduksi bisa terjadi akibat timbunan

lemak pada perempuan obesitas. Timbunan lemak ini memicu pembuatan hormon,

terutama hormon estrogen.

h. Konsumsi Alkohol (Alcohol Consumption)

Penelitian membuktikan bahwa konsumsi alkohol dapat meningkatkan

kadar estrogen yang dapat memicu lepasnya prostaglandin (zat yang membuat

otot-otot uterus berkontraksi)

i. Menstruasi Pertama pada Usia Amat Dini (Earlier Age of Menarche)

Usia menarche <12 tahun merupakan faktor resiko terjadinya

dysmenorrhea (Anurogo & Wulandari, 2011). Menarche pada usia lebih awal

(<12 tahun) menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi secara optimal dan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

15

belum siap mengalami perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri ketika

menstruasi (Kiky,2013 dalam Sadiman,2017)

6. Patofisiologi Dysmenorrhea

Selama siklus menstruasi, endometrium menebal untuk persiapan

kehamilan. Setelah ovulasi dan sel telur tidak dibuahi, maka prostaglandin

dilepaskan selama menstruasi akibat dari penghancuran sel-sel endometrium dan

pelepasan resultan isinya. Prostaglandin dan mediator inflamasi lainnya dalam

uterus menyebabkan uterus berkontraksi. Saat kontraksi otot uterus, mereka

membatasi pasokan darah ke jaringan endometrium yang pada saatnya akan rusak

dan mati. Uterus akan berkontraksi sehingga memeras jaringan dan endometrium

akan meluruh. Akibat kontraksi ini, oksigen ke jaringan akan berkurang dan

menyebabkan rasa sakit atau kram selama mentruasi yang dikenal dengan

dysmenorrhea (Sukarni, 2013).

Saat menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas akan melepaskan

prostaglandin. Prostaglandin ini yang merangsang otot uterus dan memengaruhi

pembuluh darah, menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi myometrium dan

vasokontriksi. Saat terjadi iskemia uterus, maka akan menghasilkan metabolit

anaerob yang menstimulasi neuron nyeri tipe C/ serabut-serabut nyeri system

saraf otonom uterus. Hasil riset menyebutkan bahwa patogenesis dysmenorrhea

primer disebabkan karena prostaglandin F2α, suatu stimulan miometrium yang

kuat dan vasokontriktor yang ada di endometrium sekretori. Kadar prostaglandin

meningkat ditemukan pada cairan endometrium perempuan dengan dysmenorrhea

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

16

dan berhubungan baik dengan derajat nyeri. Peningkatan kadar prostaglandin

terjadi selama dua hari pertama menstruasi (Anurogo & Wulandari, 2011).

7. Penatalaksanaan Dysmenorrhea

a. Terapi Farmakologis

1) Obat antiinflamasi nonsteroid/NSAID

NSAID merupakan terapi awal yang sering digunakan untuk dismenore.

NSAID mempunyai efek analgetika yang secara langsung menghambat sintesis

prostaglandin dan menekan jumlah darah menstruasi yang keluar (Prawirohardjo,

2011).

2) Pil kontrasepsi kombinasi

Pil kontrasepsi kombinasi mencegah ovulasi dan pertumbuhan jaringan

endometrium sehingga mengurangi darah menstruasi dan sekresi prostaglandin

serta kram uterus. Penggunaan pil ini sangat efektif untuk mengatasi nyeri

menstruasi (dysmenorrhea) dan akan sekaligus membuat siklus menstruasi

menjadi teratur (Prawirohardjo, 2011).

b. Terapi Non-Farmakologis

1) Relaksasi

Relaksasi merupakan perasaan bebas secara mental dan fisik dari

ketegangan atau stress yang membuat individu memiliki rasa kontrol terhadap

dirinya. Relaksasi yang efektif dilakukan ketika seseorang tidak terdistraksi oleh

ketidaknyamanan/ nyeri (Potter & Perry, 2010).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

17

2) Distraksi

Sistem stimulus kompleks akan menghambat stimulus nyeri apabila

seseorang menerima input sensorik yang cukup atau berlebih, dengan demikian

maka seseorang itu akan megabaikan bahkan tidak menyadari rasa nyerinya.

Distraksi mengarahkan perhatian kepada suatu hal yang lain, dengan demikian

akan mengurangi kesadaran akan adanya nyeri (Potter & Perry, 2010).

3) Musik

Musik dapat mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri dan membangun

respon relaksasi. Penting untuk membiarkan seseorang memilih jenis musik yang

disukainya. Penggunaan earphone akan membantu seseorang untuk

berkonsentrasi terhadap suara music dan tidak terganggu (Potter & Perry, 2010).

4) Kompres hangat

Kompres hangat dengan memberikan rasa hangat kepada klien untuk

mengurangi nyeri dengan cara melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan

alirah darah lokal. Pemberian rasa sensasi hangat dapat mengurangi nyeri dan

memberikan kesembuhan. Pemberian kompres hangat lebih efektif daripada

kompres dingin bagi beberapa klien (Potter & Perry, 2010).

5) Akupunktur

Akupunktur merupakan terapi pengobatan kuno dari Cina. Titik-titik

akupunktur dapat distimulasi dengan memasukkan dan mencabut jarum,

menggunakan panas, tekanan/pijatan, laser, atau stimulasi elektrik ataupun

kombinasi dari berbagai cara tersebut (Murray & Pissorno, 1991 dalam Prasetyo,

2010)

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

18

6) Akupresur

Klien dapat melakukan teknik akupresur secara mandiri menggunakan jari

untuk memberikan tekanan pada titik akupresur untuk membebaskan ketegangan

otot. Sama seperti akupunktur, akupresur kemungkinan bekerja dengan cara

melepaskan endorphin untuk membebaskan nyeri (Prasetyo, 2010).

7) Biofeedback

Alat biofeedback terdiri dari beberapa elektroda yang ditempatkan pada

kulit dan sebuah unit amplifier yang mentransformasikan data berupa tanda visual

seperti lampu berwarna. Kemudian klien mengenali tanda tersebut sebagai respon

stress dan menggantikannya dengan respon relaksasi (Prasetyo, 2010).

8) Massage Effleurage

Massage effleurage mengurangi rasa nyeri dismenore dengan teknik

sentuhan menggunakan jari-jari tangan pada daerah abdomen dengan mengikuti

dua pola gerakan melingkar dari simfisis pubis hingga titik di atas umbilicus

(Varney, 2008).

9) Olahraga

Teratur berolahraga bermanfaat untuk mengurangi dismenore karena akan

memicu keluarnya hormon endorphin yang akan menghilangkan rasa nyeri

(MIMS Indonesia, 2008 dalam Kumalasari & Iwan, 2013).

8. Fisiologis Nyeri

Terdapat empat proses fisiologis nyeri yaitu transduksi, transmisi,

persepsi, dan modulasi (McCalley & Pasero, 1999 dalam Potter & Perry, 2010)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

19

a. Transduksi

Stimulasi suhu, kimia, atau mekanik, dapat menyebabkan nyeri. Energi

dari stimulus ini dapat diubah menjadi energy listrik, perubahan ini disebut

transduksi. Proses transduksi dimulai di perifer ketika stimulus nyeri mengirimkan

impuls yang melewati serabut saraf nyeri perifer yang ada di pancaindera, maka

akan timbul potensial aksi.

b. Transmisi

Transmisi adalah proses penerusan impuls nyeri dari nosiseptor saraf

perifer melewati kornu dorsalis menuju korteks serebri. Kerusakan sel

mengakibatkan pelepasan neurotransmitter eksitatori, seperti prostaglandin,

bradikardium, kalium, histamine, dan substansi P. Substansi yang peka terhadap

nyeri yang terdapat di sekita serabut nyeri menyebarkan “pesan” adanya nyeri dan

menyebabkan inflamasi (Renn & Dorsey, 2005). Serabut nyeri masuk ke medulla

spinalis melawati tulang belakang dan beberapa rute hingga berakhir di gray

matter (lapisan abu-abu) medulla spinalis.

Substansi P dilepaskan di tulang belakang yang menyebabkan transmisi

sinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall

& Melzack, 1999). Sepanjang system spinotalamik, impuls-impuls nyeri berjalan

melewati medulla spinalis. Ketika impuls nyeri naik ke medulla spinalis, thalamus

mentransmisikan informasi ke pusat yang lebih tinggi di otak, termasuk

pembentukan jaringan; system limbik; korteks somatosensory; dan gabungan

korteks.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

20

c. Persepsi

Ketika stimulus nyeri sampai ke korteks serebral, maka otak akan

menginterpretasikan kualitas nyeri dan memproses informasiyang berhubungan

dengan persepsi nyeri. Persepsi adalah salah satu poin dimana seseorang sadar

akan timbulnya nyeri. Korteks somatosensory bekerja mengidentifikasi lokasi dan

intensitas nyeri. Gabungan korteks, terutama system limbic yang bertugas

menentukan bagaimana seseorang bisa merasakan nyeri. Kesimpulannya, pusat

nyeri tidak pernah berjumlah satu.

d. Modulasi

Setelah otak menerima stimulus nyeri, terjadi pelepasan neurotransmitter

inhibitor seperti opoid endogenus (endorphin dan enkefalin), serotonin (5HT),

norepinefrin, dan asam gamma (GABA) yang bertugas untuk menghambat

transmisi nyeri dan membantu menciptakan efek analgesik. Terhambatnya

transmisi impuls nyeri ini dikenal dengan istilah modulasi.

9. Pengukuran Skala Nyeri

a. Skala Deskriptif Verbal/ Verbal Descriptor Scale (VDS)

Gambar 1

Verbal Descriptor Scale (VDS)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

21

Skala ukur ini merupakan sebuah garis yang tersusun dalam jarak yang

sama sepanjang garis. Kalimat pendeskripsi ini di urutkan dari tidak ada nyeri

sampai nyeri paling hebat. Klien diminta untuk menunjukkan nyeri yang

dirasakannya (Prasetyo, 2010).

b. Skala Numerik/ Numerical Rating Scale (NRS)

Gambar 2

Numeric Rating Scale (NRS)

Klien menilai nyeri dengan skala 0-10. Angka 0 diartikan sebagai tidak

ada rasa nyeri sedangkan 10 diartikan nyeri paling berat yang dirasakan klien.

Skala ini efektif untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi teraupetik (Prasetyo, 2010). Klasifikasi skala nyeri ini terbagi dalam

kategori sebagai berikut:

0 : Tidak ada keluhan nyeri haid/ kram bagian bawah

1-3 : Terasa kram perut bagian bawah yang masih dapat ditahan, masih bisa

beraktifitas, tidak mengganggu konsentrasi belajar

4-6 : Terasa kram pada perut bagian bawah yang menjalar ke pinggang,

sebagian aktivitas dapat terganggu, sulit konsentrasi belajar

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

22

7-9 : Terasa kram berat pada perut bagian bawah yang menyebar tidak hanya ke

pinggang, namun juga ke punggung, tidak nafsu makan, mual, badan

lemas, tidak kuat beraktivitas, dan tidak konsentrasi belajar

10 : Terasa kram yang berat sekali pada perut bagian bawah yang menyebar ke

pinggang, kaki dan punggung, tidak mau makan, mual, muntah, sakit

kepala, badan tidak bertenaga, tidak bisa berdiri atau bangun dari tempat

tidur, tidak kuat beraktivitas dan terkadang sampai pingsan. (Potter &

Perry, 2006 dalam Husna, 2017).

c. Comparative Pain Scale

Gambar 3

Comparative Pain Scale

Menurut Rich (2014) dalam Husna (2017) skala ini menggunakan angka 0-

10 untuk menggambarkan range intensitas nyeri dan merupakan penjabaran dari

numerical rating scale. Klasifikasi skala nyeri ini, sebagai berikut:

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

23

Tabel 1

Klasifikasi Comparative Pain Scale

Skala Nyeri yang dirasakan

0 Tidak nyeri

1 Sangat ringan

2 Tidak nyaman (nyeri ringan) seperti dicubit

3 Masih bisa ditoleransi (nyeri sangat terasa) seperti disuntik

4 Menyedihkan (kuat, nyeri yang dalam) seperti sakit gigi dan nyeri

disengat tawon

5 Sangat menyedihkan (kuat, dalam, nyeri yang menusuk) seperti

terkilir/ keseleo

6 Intens (kuat, dalam nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga

tampaknya memengaruhi salah satu dari panca indera

7 Sangat intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat) dan

merasakan rasa nyeri yang sangat mendominasi indera penderita yang

menyebabkan tidak bisa berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu

melakukan perawatan sendiri

8 Benar-benar mengerikan (nyeri yang begitu kuat) sehingga

menyebabkan penderita tidak dapat berfikir jernih, dan sering

mengalami perubahan kepribadian yang parah jika nyeri datang dan

berlangsung lama

9 Menyiksa tak tertahankan (nyeri yang begitu kuat) sehingga penderita

tidak bisa mentolerirnya dan ingin segera menghilangkan nyerinya

bagaimanapun caranya tanpa perduli dengan efek samping atau

resikonya

10 Sakit yang tidak terbayangkan dan tidak dapat diungkapkan (nyeri

begitu kuat/ tidak sadarkan diri), biasanya pada skala ini penderita

ti`dak lagi merasakan nyeri karena sudah tidak sadarkan diri akibat

rasa nyeri yang sangat luar biasa seperti pada kasus kecelakaan parah,

multi fraktur

d. Skala Nyeri Wajah/ Wong Baker Pain Rating Scale/ Face Pain Rating

Scale

Gambar 4

Wong Baker Pain Rating Scale

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

24

Penggunaannya dengan cara menjelaskan rasa sakit berdasarkan ekspresi

wajah, lalu meminta klien untuk memilih wajah yang sangat mencerminkan nyeri

yang dirasakan (Potter & Perry, 2010).

B. Massage Effleurage

1. Definisi Massage Effleurage

Massage merupakan tekanan yang dilakukan dengan menggunakan tangan

pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon, atau ligamentum tanpa menyebabkan

gerakan atau pun perubahan posisi sendi yang bertujuan untuk meredakan nyeri,

menghasilkan relaksasi, dan juga memperbaiki sirkulasi (Zakiyah, 2015).

Sedangkan effleurage adalah pijatan ringan menggunakan jari tangan, pemijatan

biasanya dilakukan di perut saat terjadi nyeri (Indrayani, 2016). Massage

effleurage adalah gerakan dengan mempergunakan seluruh permukaan tangan

melekat pada bagian-bagian tubuh yang digosok dengan ringan dan menenangkan.

Massage effleurage merupakan teknik relaksasi yang aman, mudah, tidak perlu

biaya, tidak memiliki efek samping dan dapat dilakukan sendiri atau dengan

bantuan orang lain (Trisnowiyanto, 2012).

2. Manfaat Massage Effleurage

Menurut Trisnowiyanto (2012), manfaat dari massage effleurage yaitu:

a. Membantu melancarkan peredaran darah vena dan peredaran getah

bening atau cairan limfe

b. Membantu memperbaiki proses metabolism

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

25

c. Menyempurnakan proses pembuangan sisa pembakaran atau

mengurangi kelelahan

d. Membantu penyerapan/ absorpsi pada peradangan

e. Relaksasi dan mengurangi rasa nyeri

3. Prosedur Massage Effleurage

a. Atur posisi berbaring yang nyaman dengan posisi tidur terlentang

rileks menggunakan 1-2 bantal, kaki diregangkan 10 cm dengan kedua

lutut fleksi membentuk sudut 45o

b. Pada saat timbul nyeri

1) Kaji respon fisiologis dan psikologis

2) Kaji dan tanyakan tingkat nyeri yang dirasakan berdasarkan skala

nyeri

c. Tindakan massage effleurage

1) Letakkan kedua telapak ujung-ujung jari tangan di atas simfisis

pubis

2) Usapkan kedua ujung-ujung jari tangan dengan tekanan yang

ringan, tegas dan konstan ke samping abdomen, mengelilingi

samping abdomen menuju kea rah prosesus xipoideus

3) Setelah sampai prosesus xipoideus, usapkan kedua ujung-ujung jari

tangan tersebut menuju perut bagian bawah di atas simpisis pubis

melalui umbilicus

4) Lakukan gerakan ini berulang-ulang selama nyeri

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

26

d. Setelah dilakukan perlakuan

1) Kaji respon fisiologis dan psikologis

2) Tanyakan tingkat nyeri yang dirasakan berdasarkan skala nyeri

(Indrayani, 2016).

4. Pengaruh Massage Effleurage terhadap Penurunan Dysmenorrhea

Mekanisme penghambatan nyeri dengan massage effleurage berdasarkan

konsep gate control theory. Berdasarkan teori ini, serabut taktil kulit dapat

menghambat sinyal nyeri dari area tubuh yang sama atau area lainnya. Stimulasi

serabut taktil kulit dapat dilakukan dengan beberapa teknik masase, rubbing,

usapan, fibrasi, dan obat olesan analgesic (Indrayani, 2016).

Impuls nyeri berjalan terus dari uterus sepanjang serabut saraf C untuk

ditransmisikan ke substansia gelatinosa di spinal cord untuk selanjutnya akan

disampaikan ke cortex cerebri untuk diterjemahkan sebagai nyeri. Stimulasi taktil

dengan teknik effleurage menghasilkan pesan yang sebaliknya dikirim lewat

serabut saraf yang lebih besar (Serabut A Delta). Serabut A Delta akan menutup

gerbang sehingga cortex cerebri tidak menerima pesan nyeri karena sudah

diblokir oleh counter stimulasi dengan teknik effleurage sehingga persepsi nyeri

berubah, karena serabut di permukan kulit (cutaneus) sebagian besar adalah

serabut saraf yang berdiameter luas. Teknik ini memfasilitasi distraksi dan

menurunkan transmisi sensorik stimulasi dari dinding abdomen sehingga

mengurangi ketidaknyamanan pada area yang sakit. Teknik effleurage juga

mengurangi ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi area yang sakit dan

mencegah terjadinya hipoksia (Indrayani, 2016).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

27

Massage effleurage melancarkan aliran darah di dalam pembuluh darah.

Hal ini mempercepat pertukaran darah yang kurang oksigen dan zat-zat buangan

dari jaringan. Peningkatan drainase vena menyebabkan aliran darah melalui

kapiler bertambah cepat. Perubahan ini menyebabkan peningkatan aliran darah

arteri sehingga transportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan berlangsung lebih

cepat (Smeltzer & Bare, 2003).

C. Kompres Hangat

1. Pengertian Kompres Hangat

Kompres hangat merupakan salah satu cara non-farmakologis untuk

mereduksi nyeri. Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat dengan

menggunakan cairan yang hangat yang berfungsi untuk melebarkan pembuluh

darah dan meningkatkan alirah darah lokal. Pemberian kompres hangat ini lebih

efektif bagi beberapa orang untuk mengurangi nyeri dan memberikan kesembuhan

(Potter & Perry, 2010).

2. Manfaat Kompres Hangat

a. Melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredarah darah di

dalam jaringan

b. Menurunkan ketegangan pada otot

c. Meningkatkan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi

peradangan serta dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan

peningkatan sirkulasi darah dan tekanan kapiler

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

28

d. Meningkatkan aliran darah ke suatu area dan dapat menurunkan nyeri

dengan mempercepat penyembuhan (Brunner & Suddart, 2002).

3. Jenis-Jenis Kompres Hangat

Menurut Mahmud (2008) dalam Muawanah (2017), terdapat berbagai jenis

kompres hangat, diantaranya adalah:

a. Kompres Hangat Kering

Menggunakan pasir yang telah dipanasi sinar matahari berguna mengobati

nyeri reumatik pada persendian. Selain itu juga dapat mengurangi berat badan.

b. Kompres Hangat Lembab

Dengan menggunakan mediasi alat yang dikenal dengan nama

hidrokolator. Hidrokolator adalah alat elektrik yang diisi air, digunakan untuk

memanaskannya hingga mencapai suhu tertentu. Didalam alat dicelupkan

beberapa alat kompres dengan bobot bervariasi yang cocok untuk menutupi

seluruh bagian tubuh. Selain itu juga untuk mencegah nyeri dan memulihkan

sirkulasi darah, serta sebagai salah satu sarana pemanasan sejenak (warning up)

para olahragawan sebelum memulai penyembuhan medis.

c. Kompres Bahan Wol

Dengan menggunakan bahan wol diatas uap, kemudian diperas hingga

kering. Kelebihan kompres ini adalah dengan kepanasannya yang tinggi tidak

akan mencederai kulit. Kompres ini berguna untuk menghilangkan nyeri dan

penyusutan otot-otot.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

29

4. Suhu Untuk Kompres Hangat

Cara menentukan suhu yang pas untuk kompres hangat

a. Masak air hingga mendidih

b. Setelah air mendidih, ukur suhu air menggunakan termometer air

panas, didapatkan suhu 85oC

c. Tuang air panas ke dalam 2 botol kaca kecil, lalu tutup botol dengan

rapat

d. Lapiskan kedua botol kaca tersebut dengan 3 lapis kain (handuk good

morning)

e. Setelah itu ukur suhu permukaannya menggunakan termometer air

panas diantara permukaan botol, didapatkan suhu 50oC

f. Pada menit ke-10, lakukan pengukuran suhu permukaan kembali,

didapatkan suhu 50 oC

g. Pada menit ke-20, lakukan pengukuran suhu permukaan kembali,

didapatkan suhu 50oC

Setelah dilakukan percobaan tersebut sebanyak 3 kali dan hasilnya tetap

sama, maka dapat disimpulkan bahwa suhu tidak berubah setelah 20 menit,

sehingga botol kaca yang dilapisi 3 lapis kain (handuk good morning) masih tetap

dapat digunakan untuk kompres hangat sampai 20 menit.

5. Prosedur Kompres Hangat

Kompres hangat dapat diberikan dengan handuk yang telah direndam

dalam air hangat, botol yang berisi air hangat, atau bantal pemanas yang khusus

dirancang untuk mengompres. Suhu yang digunakan untuk mengompres harus

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

30

sesuai agar tidak terlalu panas. Suhu yang disarankan untuk kompres hangat

adalah 40-50oC dan tidak lebih dari 20 menit, kecuali atas saran dokter. Hal yang

harus diperhatikan adalah tidak langsung meletakan sumber panas ke kulit karena

dapat menyebabkan luka bakar atau iritasi (Riyani & Ade, 2016 dalam Muawanah

2017).

6. Pengaruh Kompres Hangat terhadap Penurunan Dysmenorrhea

Selama mentruasi sel-sel endometrium yang terkelupas melepaskan

prostaglandin yang merangsang otot uterus berkontraksi dan memengaruhi

pembuluh darah, sehingga terjadi kontraksi uterus dan vasokontriksi yang

menyebabkan terjadinya iskemia uterus (penurunan suplai darah ke uterus). Saat

terjadi iskemia uterus, maka akan menghasilkan metabolit anaerob yang

menstimulasi neuron nyeri tipe C (Anurogo & Wulandari, 2011). Salah satu cara

yang bisa dilakukan untuk mengatasi nyeri menstruasi yaitu dengan melakukan

kompres hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan mengurangi atau

membebaskan nyeri (Uliyah & Hidayat, 2008).

Kompres hangat adalah salah satu metode non-farmakologi yang dianggap

sangat efektif untuk menurunkan nyeri atau spasme otot. Nyeri akibat memar,

spasme otot, dan arthritis berespon baik terhadap peningkatan suhu karena dapat

melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan alirah darah lokal. Sehingga

peningkatan suhu yang disalurkan melalui kompres hangat dapat meredakan nyeri

dengan menyingkirkan produk-produk inflamai seperti bradikinin, histamine, dan

prostaglandin yang akan menimbulkan nyeri lokal (Price & Wilson, 2005).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

31

Respon tubuh terhadap panas, secara fisiologis menyebabkan penurunan

kekentalan darah, penurunan ketegangan otot, peningkatan metabolism jaringan,

dan peningkatan permeabilitas kapiler. Respon dari panas inilah yang digunakan

sebagai terapi pada berbagai kondisi yang terjadi di dalan tubuh. Panas

menyebabkan vasodilatasi maksimum dalam waktu 20-30 menit, namun

melakukan kompres > 30 menit dapat mengakibatkan kongesti jaringan dan klien

akan beresiko mengalami luka bakar karena pembuluh darah tidak dapat membuat

panas secara adekuat melalui sirkulasi darah (Kozier dan Gleniora, 2009).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

32

D. Kerangka Teori

Kerangka teori pada dasarnya adalah hubungan antara variabel yang

disusun dari berbagai teori (Siswanto, dkk, 2019). Kerangka teori dalam penelitian

ini adalah :

Sumber : (Anurogo & Wulandari, 2011: Smeltzer & Bare, 2003: Price &

Wilson, 2005).

Gambar 5

Kerangka Teori

Menstruasi

Dysmenorrhea

Aliran darah ke uterus

berkurang (iskemia)

Sel endometrium

terkelupas

Pelepasan prostaglandin

(F2α)

Massage effleurage

Melancarkan aliran darah

ke uterus

Peningkatan aliran darah

ke uterus

Penurunan

dysmenorrhea

Kontraksi otot uterus dan

vasokontriksi Kompres hangat

Vasodilatasi

Melancarkan aliran darah

ke uterus

Peningkatan aliran darah

ke uterus

Penurunan

dysmenorrhea

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

33

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah suartu uraian dan

visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya,

atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya dari masalah yang

ingin diteliti (Notoatmodjo, 2018). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 6

Kerangka Konsep

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep.

Variabel dependen adalah variabel tergantung, akibat, atau terpengaruh.

Sedangkan variabel independen adalah variabel bebas, sebab atau variabel resiko

(Notoatmodjo, 2018). Variabel independen dalam penelitian ini adalah massage

effleurage dan kompres hangat, sedangkan variabel dependennya adalah

penurunan nyeri menstruasi (dysmenorrhea).

Massage Effleurage

Kompres Hangat

Penurunan

Dysmenorrhea

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

34

G. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang

diteliti. Hipotesis merupakan saran penelitian ilmiah karena hipotesis adalah

instrumen kerja dari suatu teori dan bersifat spesifik yang siap diuji secara empiris

(Hikmawati, 2017). Menurut Siswanto, dkk (2010) terdapat dua jenis hipotesis

yang digunakan dalam penelitian , yaitu :

1. Hipotesis Altenatif (Ha) yang menunjukan hasil yang diharapkan.

2. Hipotesis nol (Ho) yang menunjukan tidak ada perubahan.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada perbedaan efektivitas antara massage effleurage dan kompres hangat

terhadap penurunan nyeri menstruasi (dysmenorrhea) pada remaja.

H. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur

atau memanipulasi suatu variabel. Definisi operasional memberi batasan atau arti

suatu variabel demgan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk

mengukur variabel tersebut (Hikmawati, 2017). Definisi operasinal pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dysmenorrhearepository.poltekkes-tjk.ac.id/461/4/BAB II.pdfsinapsis dari saraf perifer aferen (pancaindera) ke sistem saraf spinotalamik (Wall & Melzack,

35

Tabel 2

Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

Dysmenorrhea

Nyeri yang

dirasakan saat

menstruasi dengan

rasa kram dan

terpusat di abdomen

bawah sebelum dan

setelah diberi

perlakuan yang

diketahui dari skala

ukur nyeri

Wawancara

dan

observasi

Numerical

Rating

Scale

(NRS)

Tingkat

nyeri dengan

nilai atau

skor

penurunan

nyeri antara

0-10

Rasio

Massage

effleurage

Metode pemijatan

dengan mengusap

jari-jari tangan pada

bagian abdomen

membentuk pola

dua lingkaran untuk

mengurangi nyeri

selama 20 menit

Wawancara

dan

observasi

Check list

Dilakukan

massage

effleurage

Nominal

Kompres

hangat

Memberikan

kompres hangat

menggunakan botol

kaca yang diisi air

panas yang baru

mendidih (85oC)

dan dibungkus

dengan 3 lapis kain

(handuk good

morning) sehingga

suhu permukaannya

menjadi 50oC,

kemudian

ditempelkan pada

abdomen bawah

yang terasa nyeri

selama 20 menit

Wawancara

dan

observasi

Check list

Dilakukan

kompres

hangat

Nominal

Sumber : (Prawirohardjo, 2011: Indrayani, 2016: Riyani & Ade, 2016)