Top Banner
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Talasemia 1. Pengertian Talasemia Talasemia adalah kelompok penyakit keturunan sebagai akibat dari ketidakseimbangan sintesis salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin. Talasemia terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin. Hemoglobin merupakan protein yang kaya zat besi yang berada di dalam sel darah merah dan berfungsi sangat penting untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya sebagai energi (Herdata, 2009). Pengobatan utama penyakit ini ialah pemberian tranfusi darah dengan mempertahankan hemoglobin di atas 10 g/dl, tetapi jumlah zat besi yang tertimbun dalam organ-organ tubuhnya akibat tranfusi, menjadi salah satu penyebab kematian. Penimbunan zat besi dalam organ-organ tubuh seperti hati, jantung, kelenjar endokrin dan lain-lain, menyebabkan gangguan fungsi organ tersebut. Tranfusi yang berulang-ulang inilah sebenarnya yang menimbulkan banyak komplikasi dalam penanganan penderita talasemia. Kadar besi darah (ferritin) terus meningkat bila tidak diberikan obat kelasi untuk mengeluarkan besi dari tubuh. Penimbunan besi dalam hati mengganggu fungsi hati, demikian pula dalam pankreas menimbulkan gejala diabetes. Dalam kelenjar endokrin, penimbunan besi mengganggu pertumbuhan atau perkembangan seksualnya (Herdata, 2009). 2. Penggolongan Talasemia Talasemia digolongkan menjadi dua berdasarkan rantai asam amino yang mengalami kerusakan yaitu alfa talasemia (melibatkan rantai alfa) paling sering ditemukan pada orang kulit hitam dan beta talasemia (melibatkan rantai beta) sering ditemukan pada orang di daerah Mediterania dan Asia Tenggara (Tamam, 2009). Talasemia berdasarkan rantai asam amino digolongkan menjadi talasemia mayor dan talasemia minor.
25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

May 06, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Talasemia

1. Pengertian Talasemia

Talasemia adalah kelompok penyakit keturunan sebagai akibat dari

ketidakseimbangan sintesis salah satu dari keempat rantai asam amino yang

membentuk hemoglobin. Talasemia terjadi akibat ketidakmampuan sumsum

tulang membentuk protein yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin.

Hemoglobin merupakan protein yang kaya zat besi yang berada di dalam sel darah

merah dan berfungsi sangat penting untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke

seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya sebagai energi (Herdata, 2009).

Pengobatan utama penyakit ini ialah pemberian tranfusi darah dengan

mempertahankan hemoglobin di atas 10 g/dl, tetapi jumlah zat besi yang

tertimbun dalam organ-organ tubuhnya akibat tranfusi, menjadi salah satu

penyebab kematian. Penimbunan zat besi dalam organ-organ tubuh seperti hati,

jantung, kelenjar endokrin dan lain-lain, menyebabkan gangguan fungsi organ

tersebut. Tranfusi yang berulang-ulang inilah sebenarnya yang menimbulkan

banyak komplikasi dalam penanganan penderita talasemia. Kadar besi darah

(ferritin) terus meningkat bila tidak diberikan obat kelasi untuk mengeluarkan besi

dari tubuh. Penimbunan besi dalam hati mengganggu fungsi hati, demikian pula

dalam pankreas menimbulkan gejala diabetes. Dalam kelenjar endokrin,

penimbunan besi mengganggu pertumbuhan atau perkembangan seksualnya

(Herdata, 2009).

2. Penggolongan Talasemia

Talasemia digolongkan menjadi dua berdasarkan rantai asam amino yang

mengalami kerusakan yaitu alfa talasemia (melibatkan rantai alfa) paling sering

ditemukan pada orang kulit hitam dan beta talasemia (melibatkan rantai beta)

sering ditemukan pada orang di daerah Mediterania dan Asia Tenggara (Tamam,

2009). Talasemia berdasarkan rantai asam amino digolongkan menjadi talasemia

mayor dan talasemia minor.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

7

2.1 Talasemia Mayor. Talasemia mayor merupakan penyakit yang

ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Akibatnya, penderita

kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan anemia. Dampak lebih lanjut,

sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga

pasien memerlukan tranfusi darah untuk memperpanjang hidupnya (Tamam,

2009).

2.2 Talasemia Minor. Individu hanya membawa gen penyakit talasemia,

namun individu hidup normal, tanda-tanda penyakit halasemia tidak muncul

talasemia minor akan bermasalah, bila ia menikah dengan talasemia minor juga

akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak menderita talasemia mayor.

Penderita talasemia minor menunjukan gejala anak menjadi anemia, lemas, loyo

dan sering mengalami pendarahan. Talasemia minor sudah ada sejak lahir dan tapi

tidak memerlukan tranfusi darah di sepanjang hidupnya (Dewi, 2009).

3. Gejala Talasemia

Talasemia berbagai jenis memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya

bervariasi. Penderita talasemia sebagian besar mengalami anemia yang ringan.

Gejala yang lebih berat pada penderita beta-talasemia mayor yaitu sakit kuning

(jaundice), luka terbuka di kulit (ulkus, borok), batu empedu dan pembesaran

limpa. Sumsum tulang yang terlalu aktif bisa menyebabkan penebalan dan

pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah. Tulang-tulang panjang

menjadi lemah dan mudah patah. Anak-anak yang menderita talasemia tumbuh

lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya

yang normal. Penyerapan zat besi meningkat dan seringnya menjalani tranfusi,

maka kelebihan zat besi bisa terkumpul dan mengendap dalam otot jantung, yang

pada akhirnya bisa menyebabkan gagal jantung. Pemeriksaan darah digunakan

untuk memastikan seseorang mengalami talasemia atau tidak, dilakukan dengan

pemeriksaan darah. Gejala talasemia dapat dilihat pada banyak anak usia 3 bulan

hingga 18 bulan. Penderita halasemia mayor apabila tidak dirawat dengan baik

umur hidupnya hanya 8 tahun saja. Satu-satunya perawatan dengan tranfusi darah

seumur hidup. Tranfusi darah apabila tidak dilaksanakan seumur hidup penderita

akan lemas, lalu meninggal (Tamam, 2009).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

8

Pengobatan pada talasemia berat diperlukan tranfusi darah rutin dan

pemberian tambahan asam folat. Penderita yang menjalani tranfusi, harus

menghindari tambahan zat besi dan obat-obat yang bersifat oksidatif (misalnya

sulfonamid), karena zat besi yang berlebihan bisa menyebabkan keracunan.

Penderita talasemia yang berat mungkin diperlukan pencangkokan sumsum

tulang, terapi genetik masih dalam tahap penelitian (Permono, 2006).

4. Pencegahan Talasemia

Penderita dan keluarga dengan riwayat talasemia perlu dilakukan

penyuluhan genetik untuk menentukan resiko memiliki anak yang menderita

talasemia. Pasien talasemia yang mendapat pengobatan secara baik dapat

menjalankan hidup layaknya orang normal di tengah masyarakat. Penumpukan zat

besi di dalam tubuh bisa dikeluarkan dengan bantuan obat, melalui urine. Penyakit

talasemia dapat dideteksi sejak bayi masih di dalam kandungan, jika suami atau

istri merupakan pembawa sifat (carrier) talasemia, maka anak mereka memiliki

kemungkinan sebesar 25 % untuk menderita talasemia. Penderita talasemia laki-

laki apabila istri mengandung, disarankan untuk melakukan tes darah di

laboratorium untuk memastikan apakah janinnya mengidap talasemia atau tidak

(Permono, 2006).

5. Pengobatan Talasemia

Obat yang digunakan untuk mengurangi penimbunan besi adalah

deferoksamin, deferipron dan deferasirox. Pemberian obat usia anak 3 tahun

melalui infus subkutan dan dapat juga melalui oral. Penimbunan zat besi pada

jaringan menyebabkan terjadinya hemosiderosis (Priyantiningsih, 2010).

Hemosiderosis sebagai akibat dari transfusi berulang-ulang karena dalam 1 liter

darah terkandung 750 mikrogram zat besi. Zat besi tersebut menambah jumlah zat

besi dalam tubuh. Manusia normal zat besi plasma terikat pada tranferin,

kemampuan transferin mengikat zat besi sangat terbatas sehingga apabila terjadi

kelebihan zat besi maka seluruh transferin berada dalam keadaan tersaturasi. Besi

dalam yang plasma berada dalam bentuk tidak terikat atau NTBI (non-transferrin

bound plasma iron) yang dapat menyebabkan pembentukan radikal bebas

hidroksil dan mempercepat peroksidasi lipid membran invitro. Kelebihan zat besi

terbanyak terakumulasi dalam hati, namun paling fatal adalah akumulasi di

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

9

jantung karena menyebabkan hemosiderosis miokardium dan berakibat gagal

jantung yang berperan pada kematian awal penderita. Penimbunan besi dihati

yang berkelebihan berakibat pada gangguan fungsi hati (Priyantiningsih, 2010).

Hemokromatosis yaitu gangguan fungsi hati sebagai akibat dari penimbunan zat

besi dan saturasi transferin. Hemokromatosis terjadi disertai dengan kadar ferritin

serum > 1000 μg/L. Penderita talasemia lebih beresiko terkena hemokromatosis

sebagai akibat dari penimbunan zat besi pada hati (Herdata, 2009).

B. Ferritin

1. Definisi Ferritin

Ferritin adalah protein berbentuk globular dan mempunyai dua lapisan

dengan diameter luarnya berukuran 12 nm dan diameter dalamnya berukuran 8

nm. Besi tersimpan di dalam protein ferritin tersebut. Protein melepas zat besi dari

cadangan di jaringan sesuai kebutuhan dan akan menyimpan kelebihan zat besi

untuk mencegah efek kerusakan akibat zat besi yang berlebihan (Supariasa, 2001).

Kadar ferritin normal 30-300 ng/mL untuk pria dan 15-200 ng/mL, dan

wanita dewasa adalah 30 ug/L. Kadar ferritin yang terlalu tinggi dapat

menyebabkan terjadinya hemokromatosis sedangkan kadar ferritin yang terlalu

rendah dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi. Kadar ferritin serum

berguna dalam mengevaluasi simpanan total zat besi dalam tubuh. Pemeriksaan

feritrin ini juga dapat mendeteksi dini defisiensi anemia zat besi dan anemia

akibat penyakit kronis yang menyerupai defisiensi zat besi (Sapariasa, 2001).

2. Serum Ferritin

Serum ferritin merupakan cadangan besi di dalam tubuh. Pemeriksaan

kadar ferritin dilakukan sebagai diagnosis defisiensi besi. Untuk penilaian status

zat besi dalam hati perlu mengukur kadar ferritin. Banyaknya ferritin yang

dikeluarkan ke dalam darah secara proporsional menggambarkan banyaknya

simpanan zat besi di dalam hati. Metode yang digunakan untuk menentukan kadar

ferritin dalam darah dengan immunoradiometric assay, radio immuno assay atau

enzyme-binked immuno assay yang tidak menggunakan isotop tetapi enzim

(Saparisa, 2001).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

10

Manfaat dari pemeriksaan yaitu untuk memantau perkembangan defisiensi

besi pada kondisi anemia, mendiagnosis hipokromik dan anemia mikrositik dan

mendeteksi kelebihan besi. Pemeriksaan kadar ferritin dapat dilakukan dengan

metode Immunochemiluminescent dengan persayaratan sampel volume 300-500

uL sampel serum atau plasma. Penyimpanan sampel pada suhu 2-8 ºC untuk

waktu 7 hari dan –20 ºC untuk waktu 2 minggu. Untuk pemeriksaan ferritin dalam

laboratorium dilakukan sentrifus sampel yang keruh atau mengandung endapan

sebelum diperiksa dengan kecepatan 10.000 g selama 10 menit (Saparisa, 2010).

3. Pemeriksaan ferritin dengan metode Elisa

Elisa (Enzyme-linked immunosorbent assay) atau nama lainnya (EIA)

enzyme immunoassay merupakan teknik biokimia yang banyak digunakan di

bidang imunologi untuk mendeteksi adanya antibodi atau antigen pada suatu

sampel. Metode Elisa bisa digunakan untuk melabel suatu antigen atau

mengetahui antibody dalam tubuh (Alan, 2006). Fungsi dari test Elisa yaitu untuk

mengetahui keberadaan suatu antigen dengan antibodi dan untuk mengukur kadar

antigen atau antibodi dengan menggunakan alat spektrofotometer. Kompleks

antigen-antibodi yang terjadi pada well microplate dan setelah pemberian substrat,

enzim yang terikat pada antibodi ke dua pada kompleks antigen-antibodi yang

terbentuk akan memberikan perubahan warna pada cairan tersebut, sehingga akan

memberikan optical density (OD) yang berbeda. OD dapat dinyatakan meningkat

atau menurun berdasarkan pengenceran material standart, sehingga akan

menghasilkan kurva dose-response yang nantinya akan digunakan untuk

mengestimasi kadar protein tersebut (Alan, 2006).

C. Darah

1. Definisi Darah

Darah adalah cairan tubuh pada manusia dan hewan lainnya yang

mengangkut senyawa penting seperti nutrisi dan oksigen ke dalam sel dan

mentranster produk buangan metabolik dari sel. Bagian intraseluler adalah cairan

yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur padat yaitu sel darah.

Volume darah secara keseluruhan kira kira merupakan 1/12 berat badan. Darah

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

11

terdiri atas 55% adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah.

Volume darah pada manusia adalah berkisar 70-1000 ml/kg berat badan. Darah

digunakan sebagai bahan-bahan pemeriksaan hematologis dan pemeriksaan-

pemeriksaan lain (Evelyn, 2004).

Bahan pemeriksaan dari darah biasanya berupa serum atau plasma. Serum

di dalamnya tidak terdapat fibrinogen atau dapat dikatakan bahwa serum adalah

plasma dikurangi fibrinogen. Serum adalah komponen bukan berupa sel darah,

juga bukan faktor koagulasi. Bahan-bahan yang masih terdapat dalam serum

adalah elektrolit (seperti K; Na; Cl), kreatinin dan ureum. Sedangkan plasma

didapat dengan cara menambahkan antikoagulan ke dalam darah, sehingga di

dalamnya masih terdapat fibrinogen. Plasma darah adalah cairan berwarna kuning

yang dalam reaksi bersifat sedikit alkali. Fungsi plasma sebagai medium

(perantara) untuk penyaluran makanan, mineral, lemak, glukase dan asam amino

ke jaringan. Fungsi lainya sebagai medium untuk mengangkat bahan buangan

urea, asam urat dan karbon dioksida (Evelyn, 2004).

2. Tranfusi Darah

Tranfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari

seorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan mengganti darah

yang hilang akibat pendarahan, luka bakar, mengatasi shock dan mempertahankan

daya tahan tubuh terhadap infeksi (Setyadi, 2010). Pelayanan transfusi darah

adalah upaya pelayanan kesehatan meliputi perencanaan, pengarahan, dan

pelestarian pendonor darah, penyediaan darah, pendistribusian darah dan tindakan

medis pemberian darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan (Amiruddin, 2015). Pertimbangan utama dalam transfusi

darah, khususnya yang mengandung eritrosit adalah kecocokan antigen-antibodi

eritrosit. Golongan darah AB secara teoritis merupakan resipien universal, karena

memiliki antigen A dan B dipermukaan eritrositnya sehingga serum darahnya

tidak mengandung antibodi (baik anti-A maupun anti-B). Golongan darah O

secara teoritis merupakan donor universal, karena memiliki antibodi anti-A dan

anti-B (Setyadi, 2010).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

12

Crossmatch merupakan pemeriksaan utama yang dilakukan sebelum

tranfusi yaitu memeriksa kecocokan antara darah pasien dan donor sehingga darah

yang diberikan benar-benar bermanfaat bagi kesembuhan pasien (Amiruddin,

2015). Pemeriksaan yang dilakukan sebelum tranfusi bertujuan agar sel-sel darah

yang ditranfusikan di tubuh pasien masih dalam kondisi hidup dan tidak

menimbulkan kerusakan pada sel darah pasien (Setyadi, 2010). Uji crossmatch

penting bukan hanya pada tranfusi tetapi juga ibu hamil yang kemungkinan

terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir (Yuan, 2011).

Tahapan yang dilakukan pada uji crossmatch antara lain identifikasi

contoh darah pasien yang benar, mengecek riwayat pasien, memeriksa golongan

darah pasien, donor darah yang sesuai golongan darah pasien, pemeriksaan

crossmatch, pelabelan yang benar sebelum darah dikeluarkan (Setyadi, 2010).

Fungsi dari crossmacth adalah mengetahui ada tidaknya reaksi antara darah donor

dan pasien sehingga menjamin kecocokan darah yang akan ditranfusikan bagi

pasien. Mendeteksi antibodi yang tidak diharapkan dalam serum pasien yang

dapat mengurangi umur eritrosit donor menghancurkan eritrosit donor, mengecek

akhir setelah uji kecocokan golongan darah ABO (Yuan, 2011).

Golongan darah ABO pasien dan donor jika sesuai, baik mayor maupun

minor tes tidak bereaksi. Golongan darah pasien dan donor berlainan misalnya

donor golongan darah O dan pasien golongan darah A maka pada tes minor akan

terjadi aglutinasi. Mayor crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk

melindungi keselamatan penerima darah dan sebaliknya dilakukan demikian

sehingga complete antibodies maupun incomplete antibodies. Reaksi silang yang

dilakukan hanya pada suhu kamar saja, tidak dapat mengesampingkan aglutinin

rhesus yang hanya bereaksi pada suhu 37 ºC (Yuan, 2011).

D. Histopatologi Hati

1. Fungsi Hati

Hati merupakan organ metabolisme terpenting dalam proses sintesis,

penyimpanan, dan metabolisme. Salah satu fungsi hati adalah detoksifikasi

(menawarkan racun tubuh), sehingga hati sangat mudah menjadi sasaran utama

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

13

toksikasi. Hati merupakan organ berbentuk baji dengan berat rata-rata 1,5 kg atau

2,5% berat badan dewasa normal. Menurut Price, (1995) hati merupakan organ

plastis lunak yang tercetak oleh struktur sekitarnya dan dapat menerima 1.500 ml

darah per menit, yakni 28% dari output jantung (Diaz, 2006).

Penyakit hati tergolong sebagai salah satu penyakit yang menjadi problem

nasional di Indonesia dan di negara-negara berkembang pada umumnya, bahkan

merupakan permasalahan yang hangat di negara-negara maju. Berdasarkan

laporan dari semua RSUP tipe A dan B di seluruh Indonesia, ternyata penyakit

hepar menempati urutan ketiga setelah penyakit infeksi dan penyakit paru, bahkan

penyakit hepar merupakan penyebab kematian yang tergolong tinggi (Hadi, 1989).

Fungsi hati dibagi ke dalam 2 asinus yang berseberangan. Hepatosit pada

zona satu lebih berhubungan dengan peran RME (Receptor Mediated

Endocytosis) dan sintesa protein. Zona satu berfungsi untuk metabolisme stokrom

P-450. Hepatosit di dalam zona satu lebih rentan terhadap racun, seperti garam

logam (Hayes, 2007). Sel hati bisa menjadi tempat penyimpanan lemak,

karbohidrat, dan protein yang dapat didaur ulang untuk digunakan kembali ketika

terjadi keadaan kekurangan asupan makanan. Beberapa mineral penting seperti

besi, copper, cobalt, dan zink disimpan dihati. Apotransferin merupakan protein

plasma yang paling banyak disekresikan oleh hati yang mempunyai daya afinitas

yang sangat tinggi terhadap ferritin. Hati merupakan organ tubuh yang berkaitan

erat dengan metabolisme nutrisi dan xenobiotik sehingga sering terpapar oleh

beragam senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Hati juga merupakan organ utama

yang terganggu karena hati adalah tempat penyimpanan utama cadangan besi

(Bacon et al., 1999).

2. Hemosiderosis

Tempat penyimpanan zat besi selain di hepatosit adalah otot skelet dan sel

retikulo endotelial. Kelebihan ferritin zat besi akan didepositkan sebagai

hemosiderin (Lawrence, 2011). Kelebihan zat besi terjadi ketika akumulasi besi

melebihi kebutuhan fisiologis yang mengarah ke pengendapan besi berlebih dalam

jaringan (hemosiderosis). Hemosiderosis merupakan masalah utama yang di alami

oleh pasien yang memelukan tranfusi berulang. IO merupakan kondisi dimana

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

14

jumlah besi yang berlebihan terakumulasi dalam jaringan yang dapat

menyebabkan kerusakan parenkim dan disfungsi organ (Powell et al, 2005).

Keadaan IO adalah keadaan dimana zat besi dalam tubuh total > 5 gram.

Sementara simpanan normal zat besi hanya 3-4 gram. Kelebihan besi terjadi

akibat meningkatnya absorpsi saluran pencernaan. Besi berlebih disimpan dalam

banyak organ (hemosiderosis). Akumulasi ini dapat menyebabkan kerusakan

organ seperti toksisitas hati dan meningkatkan resiko kegagalan hati atau

karsinoma hepatoseluler pada manusia (Messner et al., 2009).

Keadaan penimbunan besi menyebabklan kadar besi dalam darah, saturasi

transferin dan ferritin akan meningkat melampaui transferin binding capacity

(TBC) hingga menyebabkan reaksi radikal bebas yang bersifat toksik. Kelebihan

besi mampu membentuk Reaktif oksigen spesies (ROS) seperti radikal hidroksil

dan radikal bebas superoksida mampu menginisiasi peroksidasi lipid dari

membram sel dan kerusakan oksidatif dari protein (Pietrangelo, 2003).

Senyawa radikal bebas seperti superoksid radikal menyebabkan pelepasan

besi dari ferritin sehingga besi terdapat dalam bentuk ferro. Terdapatnya zat-zat

reduktan seperti superoksid dan hidrogen peroksida, maka besi dalam bentuk

NTBI (non-transferin bound iron) atau besi yang dilepaskan dari ferritin berperan

dalam pembentukan senyawa hidroksil radikal (OH) melalui reaksi Fenton

(Kartoyo et al., 2003).

Penimbunan besi akut atau kronis dapat meningkatkan produksi NO (nitric

oxide). Besi mampu meningkatkan ekspresi nitric oxide synthase (NOS) dalam

hati (Chander et al., 2006). Keadaan stres oxidatif, ROS dapat menstimulus

pengeluaran nitric oxide. Nitric oxide kemudian terdegradasi lebih membentuk

nitrogen reaktif spesies oxida dan dapat merusak sel. Nitric oxide juga

memberikan kontribusi pada disfungsi organ akibat penimbunan besi. Kerusakan

hati oleh besi juga diakibatkan oleh rusaknya enzim ALT (alanine transaminase)

dan AST (aspartate transaminase) dapat menjadi indikator kerusakan hepatosit

mitokondria. Pemberian Ferro sulfat berlebih ini terjadi dibeberapa organ seperti

hati, jantung, dan limpa. Kondisi iron overload salah satunya terdapat pada kasus

penyakit talsemia yang mendapat tranfusi darah,sehingga dapat memicu

kerusakan organ (Chander et al., 2006).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

15

3. Tes Fungsi Hati

Tes fungsi hati adalah sekelompok tes darah yang mengukur enzim atau

protein tertentu di dalam darah. Tes fungsi hati digunakan untuk membantu

mendeteksi, menilai dan memantau penyakit atau kerusakan hati. Tes fungsi hati

dilakukan secara berkala atau dilakukan jika memiliki risiko perlukaan hati atau

muncul gejala-gejala tertentu seperti jaundice (ikterus). Amino transferase adalah

sekelompok enzim yang bekerja sebagai katalisator dalam proses pemindahan

gugus amino dari suatu asam alfa amino asam alfa keto Transaminase termasuk

enzim plasma non fungsional dengan tidak melakukan fungsi fisiologik di dalam

darah. Dua macam enzim aminotransferase yang sering digunakan dalam

diagnosis klinik kerusakan sel hati adalah Aspartat Aminotransferase (AST) yang

disebut SGOT (Serum Glutamic Oxaloasetic Transaminase) dan Alanin

Aminotransferase (ALT) yang juga disebut SGPT (Serum Glutamic Pyruvic

Transaminase ). AST/SGOT adalah enzim yang sebagian besar terdapat dalam

otot jantung dan hati, sebagian ditemukan dalam otot rangka, ginjal dan pancreas.

Pelepasan enzim yang tinggi dalam serum menunjukkan adanya kerusakan

terutama pada jaringan jantung dan hati. ALT/SGPT adalah suatu enzim yang

ditemukan terutama pada sel-sel hepar, efektif dalam mendiagnosa kerusakan

hepatoseluler (Chander et al., 2006).

Tubuh mempunyai multifungsi sehingga tes faal hati beraneka ragam

apabila jaringan hati mengalami kerusakan dapat dilakukan pemeriksaan SGOT

(Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic Piruvic

Transaminase). Enzim SGOT dan SGPT mencerminkan keutuhan atau intergrasi

sel-sel hati. Adanya peningkatan enzim hati tersebut dapat mencerminkan tingkat

kerusakan sel-sel hati, semakin tinggi peningkatan kadar enzim SGOT dan SGPT,

semakin tinggi tingkat kerusakan sel-sel hati. SGOT atau AST harga normalnya

pada laki-laki 5-17 U/L dan perempuan 5-15 U/L. SGOT dalam darah meninggi

biasanya karena ada hemolisis dan pada bayi baru lahir. Kenaikan 10-100 kali

lipat dari normal bila terjadi Infark yang disebabkan oleh otot jantung, hepatitis

yang disebabkan oleh virus, nekrosis yang disebabkan oleh sel hati karena

keracunan dan sirkulasi darah terganggu sehingga dapat terjadi shock atau

hipoksemia. SGPT dalam darah harga normalnya pada laki-laki 5-23 U/L dan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

16

perempuan 5-19 U/L. SGPT dalam darah meningkat karena ada hepatitis yang

disebabkan oleh virus, nekrosis sel hati karena keracunan, dan shock atau

hipoksemia (Darmanto, 2001).

4. Kerusakan Hati

Kerusakan pada hati, otot jantung, otak, ginjal dan rangka dideteksi

dengan mengukur kadar SGOT. Penderita radang pankreas, malaria, infus lever

stadium akhir, penyumbatan pada saluran empedu. Kerusakan otot jantung, orang-

orang yang selalu mengkonsumsi obat-obatan seperti antibiotik dan obat TBC,

kadar SGOT yang tinggi, kadar SGPT pada penderita hepatitis. Sirosis adalah

penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang normal

oleh jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasisi sel hati, yang tidak berkaitan

dengan vaskulatur normal. Nodul-nodul regenerasi ini dapat berukuran kecil

(mikronodular) atau besar (makronodular). Sirosis dapat mengganggu sirkulasi

darah intrahepatik dan pada kasus yang sangat lanjut, menyebabkan kegagalan

fungsi hati secara bertahap (Chander et al., 2006).

5. SGPT

SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) atau AT (aspartat

aminotranferase) merupakan enzim yang terdapat dihati, otot jantung, otak, ginjal

dan otot-otot rangka (Bastiansyah, 2008). Aspartat aminotransferase atau

glutamate oksalo-asetat transferase (SGOT). Reaksi antara asam aspartat dan

asam alfaketoglutamat membentuk AT. Enzim ini banyak digunakan di jantung,

hati, otot rangka, ginjal dan otak. Apabila terjadi kerusakan pada hati, enzim ini

akan masuk ke sirkulasi darah sehingga bahan pemeriksaan dapat berupa serum.

(Kurniawan 2014,). SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamik Piruvat

Transaminase, SGPT atau juga dinamakan ALT (Alanin Aminotransferase)

merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk

mendiagnosis destruksi hepatoselular. Enzim ini dalam jumlah yang kecil

dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes

SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut.

Pada penyakit kronis nilai SGOT lebih tinggi dari pada nilai SGPT. Nilai SGPT

normal pada hewan uji tikus adalah 17,5-35 U/L (Raymond, 2008).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

17

6. Tes Darah

Jenis yang paling umum dari tes laboratorium untuk penyakit hati adalah

tes darah dan akan menjadi salah satu tes pertama yang dianjurkan oleh dokter

Anda. Tes ini dapat mengungkapkan hal berikut jumlah darah. Jumlah darah Anda

mungkin menunjukkan penurunan sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.

Ini menegaskan bahwa ada penyakit hati lanjut yang menekan produksi sel darah,

kenaikan enzim hati. Serum enzim AST (aspartat amionotransferase) dan ALT

(alanine aminotransferase). Ini adalah enzim yang diproduksi oleh hati. Terlalu

banyak enzim ini berarti ada masalah dengan hati. Hal ini dapat disebabkan oleh

cedera atau peradangan pada hati. Enzim hati dapat naik karena penyakit lemak

hati alkohol dan non-alkohol. Peningkatan GGT (gamma glutamyl transferase)

dan ALP (alkaline Phosphatase). Enzim yang meningkat selama penyakit hati

biasanya dikeluarkan dari saluran empedu dan meningkatan bilirubin. Kadar

kenaikan bilirubin pada penyakit hati. Bilirubin sampai ke hati di mana mereka

akan diekstraksi. Tingkat bilirubin yang lebih tinggi berarti meningkatkan faktor

pembekuan dan risiko perdarahan serta mudah memar. Rendahnya tingkat

albumin Albumin adalah protein yang dibuat oleh hati.

E. Tanaman Mangga Kweni

1. Sistematika Tanaman Mangga Kweni (Mangifera odorata Griff )

Klasifikasi tanaman menurut Integrated Taxonomic Information System

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliopsida

Subdivisi : Spematophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Family : Anarcadiaceae

Genus : Mangifera

Spesies : Mangifera odorata

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

18

2. Nama Daerah

Buah ini dikenal dengan nama-nama yang serupa diberbagai bahasa daerah

yaitu kweni, asam membacang, macang, lekup, kuwini, ambacang, embacang,

lakuik, kuweni, kebembem, kaweni, kawini, bembem, kaweni, kuweni, kweni,

kabeni, beni, bine, pao kabine, pao kaeni, Kuwini, weni, mangga kuini, kuini,

guin, koini, kowini, koine, guawe stinki, sitingki, hitingki (Pracaya, 2011).

3. Morfologi

Mangga kweni tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan yang agak

tinggi, tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 1.000 dari

permukaan laut. Kweni biasanya diperbanyak dengan biji. Tumbuhan ini

berbentuk pohon, berumur panjang (perenial). Batang berkayu (lignosus),

silindris, tegak, kulit pecah-pecah, permukaan kasar, percabangan simpodial. Arah

tumbuh batang tegak lurus, arah tumbuh cabang ada yang condong ke atas ada

yang mendatar. Pohon berukuran sedang, dengan ketinggian 10-15 meter.

Berbatang lurus dengan tajuk bundar atau bundar telur melebar. Bagian tanaman

apabila dilukai mengeluarkan getah berbau terpentin, semula bening kemudian

menjadi coklat kehitaman. Getah ini bersifat menggatalkan bila terkena kulit.

Daun tunggal tersebar, bentuk lonjong sampai lanset, 12-35 x 4-10 cm, dengan

ujung daun meluncip pendek, bertangkai 3-7 cm yang pangkalnya menggembung.

Helai daun menjangat, dengan urat-urat daun yang tampak jelas (Pracaya, 2011).

Daun mangga kweni merupakan daun tidak lengkap karena hanya

memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina), lazimnya disebut

daun bertangkai. Daun tunggal tersebar, berbentuk memanjang (oblongus), karena

memiliki panjang dan lebar = 2,5-3 : 1 (11,5-35 x 4-10cm). Daun bertulang

menyirip, ibu tulang daun (costa) dan tulang-tulang cabang (nervus lateralis)

tampak jelas, urat-urat daun (vena) tidak terlihat jelas. Memiliki daun bertepi rata

(integer), daging daun tebal dan kaku seperti kulit (coriaceus). Permukaan daun

licin mengkilat (nitidus) (Pracaya, 2005).

4. Kandungan Kimia

Daun mangga memiliki banyak kandungan kimia seperti alkaloid,

flavonoid, tanin, kuinon, steroid, triterpenoid, polifenol, monoterpen dan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

19

seskuiterpen (Syah et al., 2015). Daun mangga mengandung berbagai senyawa

kimia seperti fenol, flavonoid, tanin, saponin, alkaloid dan steroid (Nuryanto et

al., 2014). Salah satu senyawa fenol yang ditemukan pada mangga adalah

mangiferin dan dapat ditemukan pada semua bagian tanaman mangga yakni buah

(Luo et al., 2012), batang (Morais et al., 2012) dan daun (Jutiviboonsuk dan

Sardsaengjun, 2010). Mangiferin merupakan senyawa fenolik yang memiliki

banyak aktivitas farmakologi dan menjadi salah satu fitokimia yang sangat

penting (Luo et al., 2012). Daun mangga secara tradisional telah digunakan untuk

mengobati berbagai penyakit seperti leukorea, disentri, bonkritis, gangguan

tenggorokan, optalmia, asma, laksatif, diuretik dan afrodisiak (Rahadiantoro,

2014).

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang

ditemukan di alam dan yang memiliki potensial sebagai antioksidan serta

bioaktivitas sebagai obat. Senyawa flavonoid sebenarnya terdapat pada semua

bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan

biji. Kebanyakan flavonoid ini berada di dalam tumbuh-tumbuhan, kecuali alga.

Namun ada juga flavonoid yang terdapat pada hewan, misalnya dalam kelenjar

bau berang-berang dan sekresi lebah. Penyebaran flavonoid pada golongan

tumbuhan yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita (Markham, 1988). Karbon

yang difotosintesis sekitar 2% oleh tumbuhan (1 x 109 ton/tahun) diubah menjadi

flavonoid atau senyawa yang berkaitan dengannya. Sebahagian besar tanin pun

berasal dari flavonoid. Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang

terbesar. Flavonoid merupakan senyawa 15 karbon yang umumnya tersebar di

seluruh dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan

telah diidentifikasi. Kerangka dasar flavonoid biasanya diubah sedemikian rupa

sehingga terdapat lebih banyak ikatan rangkap, menyebabkan senyawa itu dapat

menyerap cahaya tampak, dan ini yang membuatnya berwarna. Sebagian besar

flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai

glikosida dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa

tunggal, biasanya ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda

klas. Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai fungsi sebagai pigmen warna, fungsi

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

20

fisiologis dan patologi, aktivitas farmakologi dan flavonoid dalam makanan.

Senyawa flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan sehingga

baik untuk pencegahan kanker. Kegunaan lain dari flavonoid ini adalah untuk

melindungi sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, anti inflamasi, anti fertilitas,

antidiabetes, diuretik dan sebagai antibiotik (Ulya, 2007).

Struktur dasar senyawa flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang

terdiri dari 15 atom karbon, dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai

propana (C3) sehingga bentuk susunan C6–C3–C6. Flavonoid dapat dideteksi

berdasarkan warnanya dibawah sinar tampak atau sinar ultraviolet, karakterisasi

flavonoid dilakukan dengan pengukuran-pengukuran spektrofotometri (Luo et al.,

2012).

5. Mangiferin

Mangiferin dapat ditemukan dalam beberapa varietas tanaman mangga.

Mangiferin merupakan senyawa golongan xanton yaitu xanthone C-glucosyl.

Mangiferin memiliki cincin aromatik terkondensasi yang berikatan dengan

glukosa melalui ikatan C-C. Struktur mangiferin, tetrahydroxyxanthone,

ditemukan oleh Iseda pada tahun 1957 (Talamond et al., 2008). Struktur

mangiferin memenuhi persyaratan aturan Lipinski sebagai kandidat obat yaitu

memiliki berat molekul kurang dari 500, nilai log P=2,73, ikatan donor

hidrogennya kurang dari 5 dan ikatan hidrogen aseptor kurang dari sepuluh., berat

molekul 422,342 g/mol. Mangiferin juga memiliki bioavailabilitas yang tinggi

pada pemberian obat secara per oral (Mirza et. al., 2013).

Mangiferin merupakan produk alam yang memiliki beberapa aktivitas

farmakologi seperti antioksidan, analgesik, antidiabetes, antiinflamasi, antitumor,

antimikroba dan peningkat stamina atau daya tahan tubuh. Penelitian terbaru

menunjukkan bahwa mangiferin dapat mencegah terjadinya penyakit

kardiovaskuler mangiferin dengan rumus C19H18O11 dengan struktur kimia

sebagai berikut :

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

21

Gambar 1. Struktur mangiferin (Jutiviboonsuk dan Sardsaengjun, 2010).

F. Simplisia

1. Pengertian Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang

telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian

tanaman dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi yang spontan keluar

dari tanaman, atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu yang

masih belum berupa zat kimia murni (Anonim, 2004).

Simplisia ada yang lunak seperti rimpang, daun, akar, kelembak dan ada

yang keras seperti biji, kulit kayu, kulit akar. Simplisia yang lunak mudah

ditembus oleh cairan penyari, karena itu pada penyarian tidak perlu diserbuk

sampai halus. Sebaliknya pada simplisia yang keras, perlu dihaluskan terlebih

dahulu sebelum dilakukan penyarian. Simplisia yang terlalu halus akan

memberikan kesulitan pada proses penyarian (Anonim, 2004).

2. Pengumpulan Simplisia

Simplisia berdasarkan bahan bakunya dapat diperoleh dari tanaman liar

atau dari tanaman yang dibudidayakan. Simplisia diambil dari tanaman yang

dibudidayakan maka keseragaman umur, masa panen dan galur (asal usul, garis

keturunan) tanaman dapat dipantau. Tetapi jika pengambilan simplisia dari

tanaman liar akan banyak kendala dan variabilitas yang tidak bisa dikendalikan

seperti asal tanaman, umur, dan tempat tumbuh (Siswanto, 2004).

Waktu panen sangat erat hubunganya dengan pembentukan senyawa aktif

di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat adalah pada

saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah besar.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

22

Senyawa aktif terbentuk maximal di dalam bagian tanaman pada umur tertentu

(Siswanto, 2004).

3. Pencucian Simplisia

Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat,

terutama bahan bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan bahan yang

tercemar pestisida. Pencucian bisa dilakukan dengan menggunakan air yang

berasal dari beberapa sumber mata air, sumur.

Pernyataan Frazier (1978) mengatakan bahwa untuk pencucian yang

dilakukan sebanyak satu kali akan menurunkan mikroba sebanyak 25 %. Namun,

pencucian yang dilakukan sebanyak tiga kali akan menurunkan mikroba sebanyak

58%.

4. Pengeringan

Proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan untuk menurunkan kadar

air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri,

menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan zat

aktif, memudahkan dalam hal pengolalaan proses selanjutnya. Cara pengeringan

untuk bahan berupa daun yang akan diambil minyak atsirinya maka cara

pengeringan yang dianjurkan adalah menghindari penguapan terlalu cepat dan

proses oksidasi udara (Gunawan & Mulyani, 2004).

G. Hewan Percobaan

Penelitian ini digunakan tikus putih jantan sebagai hewan percobaan

karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil

karena tidak dipengaruhi siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus putih

betina. Tikus putih jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang

lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina

(Sugiyanto, 1995).

1. Sistematika hewan percobaan

Tikus putih dalam sistematika hewan percobaan (Sugiyanto, 1995)

diklasifikasikan sebagai berikut :

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

23

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Classis : Mammalia

Ordo : Rodentia

Familia : Muridae

Genus : Rattus

Species : Rattus norvegicus

2. Karakteristik hewan percobaan

Tikus putih merupakan hewan yang paling banyak digunakan dalam

penelitian terutama dalam percobaan toksisitas. Hal tersebut disebabkan antara

tikus putih dan manusia mempunyai fisiologis dan anatomi yang hampir sama,

sedangkan kebanyakan proses biokimia dan biofisik juga sabegitma berdasarkan

fungsi fisiologiknya (Koeman, 1987).

Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan

sangat cerdas. Tikus putih tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit

dan kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya tidak begitu besar.

Aktivitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia disekitarnya. Ada dua sifat

yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan yang lain, yaitu tikus putih

tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus

bermuara ke dalam lubang dan tikus putih tidak mempunyai kandung empedu

(Mangkoewidjojo, 1988).

Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus

putih dapat tinggal sendirian dalam kandang dan hewan ini lebih besar

dibandingkan dengan mencit, sehingga untuk percobaan laboratorium tikus putih

lebih menguntungkan daripada mencit (Mangkoewidjojo, 1988).

H. Terapi Pengkelat Besi

1. Deferasirox

Deferasirox digunakan untuk mengatasi tingginya kadar zat besi pada

tubuh yang disebabkan oleh transfusi darah berulang. Deferasirox juga mengatasi

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

24

tingginya kadar zat besi pada pasien dengan kelainan darah yang tidak

memerlukan tranfusi darah (non-transfusion dependent thalassemia). Deferasirox

dapat dikonsumsi dengan diminum dan termasuk golongan obat-obatan iron

chelating agents. Deferasirox dapat bekerja dengan bereaksi dengan zat besi, yang

kemudian kelebihan zat besi akan dikeluarkan melalui tinja. Deferasirok disimpan

pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap, tidak

boleh dibekukan.

Dosis umum dewasa untuk kelebihan zat besi yaitu awal 20 mg/kg sekali

sehari, dosis pemeliharaan 20-40 mg/kg/hari, dosis maksimum 40 mg/kg/hari.

Dosis umum dewasa untuk talasemia yaitu 10 mg/kg diminum sekali sehari.

Terapi Deferasirox dapat dipertimbangkan jika pasien dengan sindrom non-

transfusion dependent thalassemia memiliki liver iron concentration (LIC)

kurang dari 5 mg zat besi per gram dari liver dry weight (Fe/g dw) dan serum

ferritin lebih besar dari 300 mcg/L.

Penatalaksanaan terapi deferasirok yaitu sebelum menjalani terapi

dilakukan biopsi liver dengan metode yang disetujui FDA untuk mengidentifikasi

pasien untuk terapi deferasirox, serum ferritin dilakukan pengukuran dua kali

dalam satu bulan, serum transaminases dan bilirubin, pemeriksaan mata.

Pengaturan dosis deferasirok yaitu jika baseline LIC lebih besar dari 15 mg Fe/g

dipertimbangkan untuk meningkatkan dosis menjadi 20 mg/kg/hari setelah 4

minggu, dilakukan pemberhentian pemberian deferasirok apabila serum ferritin di

bawah 300 mcg/L dan pengukuran LIC untuk mengamati LIC turun menjadi

kurang dari 3 mg Fe/g, setelah 6 bulan terapi, jika LIC tetap lebih besar dari 7 mg

Fe/g dw, tingkatkan dosis Deferasirox sampai maksimum 20 mg/kg/hari. Jangan

melebihi dosis maksimum 20 mg/kg/hari, apabila setelah 6 bulan terapi, LIC 3-7

mg Fe/g dw, lanjutkan terapi Deferasirox kurang dari 10 mg/kg/hari. Terapi

deferasirok dihentikan apabila nilai LIC kurang dari 3 mg Fe/g dw kemudian

dilakukan pengamatan jumlah darah, fungsi hati dan fungsi ginjal. Dilakukan

pengulangan terapi apabila nilai LIC hentikan terapi Deferasirox dan lanjutkan

pengamatan LIC lebih dari 5 mg Fe/g dw.

Efek samping penggunaan deferasirok yaitu rasa mual, muntah, diare,

pusing, sakit kepala, demam dan sakit perut atau lambung. Pengobatan deferasirok

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

25

dihentikan apabila timbul efek samping gatal-gatal, kesulitan bernapas,

pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan, rasa kantuk, pusing,

perubahan mood, pembengkakan, kenaikan berat badan yang pesat, sesak napas,

jarang buang air kecil atau tidak sama sekali, perdarahan pada lambung,

perdarahan pada tinja, batuk darah atau muntah yang terlihat seperti ampas

kopi,meningkatnya rasa haus dan buang air kecil, kehilangan napsu makan,

kelelahan dan konstipasi, permasalahan pada penglihatan atau pendengaran

(Priyatingingsih, 2010).

2. Deferoksamin

Deferoksamine merupakan obat untuk keracunan besi yang diberikan

kepada penderita secara rutin mendapatkan tranfusi darah, misalnya penderita

talsemia. Penderita talasemia mendapatkan deferoksamine dengan pertimbangn

adanya bahaya keracunan besi. Besi pada penderita talasemia ini berasal dari sel

darah merah. Penggunaan deferoksamine yaitu disuntikkan langsung ke dalam

pembuluh darah vena dikarenakan tidak dapat diserap di usus.

Efek samping dari penggunaan deferoksamine yaitu sakit pada saat buang

air kecil, diare, demam dan katarak. Deferoksamine tidak boleh diberikan kepada

wanita hamil dan penderita gagal ginjal. Deferoksamine tersedia dalam bentuk

vial 500 mg dengan dosis pada ntoksikasi akut dosis awal 1 gram, diikuti 500

mgsetiap 4 jam. Dosis maksimal tidak melebihi 6 gram dalam 24 jam intra

muskular atau intra vena. Dosis harian yaitu 500-1000 mg secara intra muscular.

Dosis standar deferoksamin adalah 40 mg/kgBB melalui infus subkutan

dalam 8-12 jam dengan menggunakan pompa portabel kecil selama 5 atau 6

malam/minggu. Lokasi infus yang umum adalah di abdomen, daerah deltoid,

maupun paha lateral. Penderita yang menerima regimen ini dapat

mempertahankan kadar ferritin serum < 1000 µg/L.

3. Deferipron

Terapi obat deferipron standar menggunakan dosis 75 mg/kgBB/hari

dibagi dalam 3 dosis. Kelebihan deferipiron dibanding deferoksamin adalah efek

proteksinya terhadap jantung. Anderson, 2001 menemukan bahwa pasien

talasemia yang menggunakan deferipron memiliki insiden penyakit jantung dan

kandungan besi jantung yang lebih rendah daripada mereka yang menggunakan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

26

deferoksamin. Deferipron digunakan sebagai terapi overload besi, dengan efek

samping yaitu gangguan pencernaan.

Efek samping penggunaan deferipron gangguan lambung diatasi dengan

pengurangan dosis ditingkatkan dosis secara bertahap sesuai dengan

meningkatnya toleransi perubahan urin menjadi merah kecoklatan. Efek samping

lainya yaitu neutropenia, agranulositosis, defisiensi seng, arthropati. Dosis

dewasa dan anak di atas 6 tahun yaitu 25 mg/kg BB 3 kali maksimal 100 mg/kb

BB perhari.

4. Ferro Sulfat (FeSO4)

Besi merupakan unsur penting yang terlibat dalam berbagai reaksi

biokimia penting mulai dari respirasi seluler sampai sintesis DNA dan berfungsi

sebagai proses metabolisme. Besi mempunyai beberapa fungsi sesensial di dalam

tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian dari berbagai

reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Besi sangat penting bagi kehidupan, namun

apabila jumlahnya dalam tubuh berlebihan dapat menimbulkan toksisitas. Tempat

pertama dalam tubuh yang mengontrol pemasukan besi adalah usus halus. Bagian

dari usus ini berfungsi untuk absopsi dan sekaligus ekskresi besi yang tidak

diserap (Pietrangelo, 2003).

Besi diabsorpsi dalam bentuk ferro (Fe²⁺ ) , dimana bentuk ferro (Fe²⁺ )

lebih mudah diabsorpsi dari pada dalam bentuk ferri (Fe³⁺ ). Besi yang telah

diabsorpsi, didalam plasma akan diikat oleh tranferin untuk diedarkan ke seluruh

sel yang membutuhkan atau disimpan di dalam sel dalam bentuk ferritin

(kompleks besi-protein larut air) dan hemosiderin (kompleks besi-protein tidak

larut air. Ferritin menyimpan dan mengatur pelepasan besi. Ferritin akan

menyimpan kelebihan besi bila didarah dan dijaringan terdapat banyak besi (Palar

et al, 2004). LD₅ ₒ garam besi peroral pada tikus berkisar antara 200-2000 mg/kg

BB (Prayitno et al, 2010).

I. Ekstrak dan Ekstraksi

1. Pengertian

Ekstrak adalah sediaan kental, cair dan kering yang diperoleh dengan

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati dan hewani dengan pelarut

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

27

yang sesuai kemudian semua atau hamper semua pelarut diuapkan dan sisa

endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya (Ansel, 1981). Sebagai

cairan penyari dapat digunakan air, eter, atau campuran etanol dan air (Anief,

1994).

Macam-macam ekstrak yaitu ekstrak cair, adalah sediaan cair yang dibuat

dari hasil trikan simplisia, ekstrak kental, adalah sediaan kental yang dibuat dari

simplisia kemudian diuapkan pelarutnya dan ekstrak kering, adalah sediaan

berbentuk bubuk yang dibuat dari hasil tarikan simplisia yang diuapkan

pelarutnya hingga kering (Voigt, 1995).

Ekstraksi adablah cara yang digunakan untuk menarik satu atau lebih zat

dari bahan asal menggunakan pelarut yang selektif. Hasil dari ekstraksi disebut

ekstrak, merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif

dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan masa yang tersisa

diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Tujuan

utama ekstraksi adalah mendapatkan atau memisahkan zat-zat yang memiliki

khasiat pengobatan agar lebih mudah dipergunakan dan disimpan dibandingkan

simplisia asal, dan tujuan pengobatannya lebih terjamin. Zat berkhasiat dalam

simplisia pada umumnya terdapat dalam keadaan tercampur sehingga diperlukan

penyarian dan cairan penyari yang cocok (Syamsuni, 2006).

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menggunakan cara yang cocok, diluar pengaruh

cahaya matahari langsung. Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan

dengan cara maserasi atau perkolasi (Anonim, 1979). Ekstrak kental adalah suatu

bentuk sediaan ekstrak yang liat jika keadaan dingin dan sulit untuk dituang,

dengan kandungan air sekitar 30% (Voigt, 1995).

2. Metode Ekstraksi

2.1 Maserasi. Maserasi merupakan suatu metode ekstraksi yang umum

digunakan untuk memperoleh senyawa kimia dari suatu sampel dengan

perendaman. Serbuk direndam dan ditempatkan pada suhu kamar selama 3 hari

dengan pengadukan berkesinambungan. Larutan kemudian difiltrasi (disaring)

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

28

sehingga zat aktif yang tertarik berada pada filtrat tersebut (Handa et al., 2008).

Keuntungan yaitu pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan

mudah. Sedangkan kelemahannya waktu pengerjaan yang lama (Voigt, 1995).

Cairan penyari yang biasa digunakan dalam ekstraksi adalah etanol dengan

konsentrasi tertentu. Etanol dapat digunakan untuk menyari zat yang kepolaran

relatif tinggi sampai relatif rendah. Etanol dapat menyari zat yang tidak tersari

oleh air yaitu lemak, terpenoid, antrakinon, kumarin, flavonoid polimetil, resin,

klorofil, isoflavon, alkaloid bebas, kurkumin dan fenol lain. Flavonoid bentuk

aglikon bersifat non-polar dan bentuk glikosidanya bersifat polar (Harborne,

2006).

2.2 Infudasi. Infudasi adalah proses penyarian yang digunakan untuk

menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.

Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah

tercemar oleh kuman dan kapang. Maka dari itu sari yang didapat dengan cara ini

tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Cara ini sering digunakan oleh perusahaan

obat tradisional dengan modifikasi.

2.3 Penyarian berkesinambungan. Penyarian berkesinambungan adalah

proses yang menggabungkan proses untuk menghasilkan ekstrak cair dan proses

penguapan. Alatnya berupa tabung yang disambung dengan labu atau disebut

soxhlet. Cara ini lebih menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk

simplisia tetapi melalui pipa samping (Anonim, 2000).

Penyarian dengan metode soxhletasi, karena soxhletasi membutuhkan

pelarut yang sedikit, karena penyarian terjadi berulang-ulang maka zat yang

tersari di dalam pelarut lebih banyak dan untuk penguapan pelarut digunakan

pemanasan (Voigt 1995). Untuk pelarut yang digunakan dalam metode ini adalah

alkohol 70%, karena alkohol 70% sangat efektif dalam menghasilkan jumlah

bahan aktif optimal, dimana bahan pengotor hanya dalam skala kecil turut dalam

cairan pengekstraksi. Alkohol merupakan pelarut yang serbaguna untuk ekstraksi.

Campuran alkohol dengan sedikit air lebih disukai untuk membuat sediaan

farmasetik (Voigt 1995). Campuran pelarut ini disebut juga pelarut hidroalkohol,

campuran ini merupakan kombinasi yang fleksibel untuk mengekstraksi bahan

aktif secara optimal. Selain itu dapat memberikan perlindungan terhadap

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

29

kontaminasi bakteri dan mencegah pemisahan bahan yang diesktraksi (Voigt,

1995).

3. Pemilihan Pelarut

Pemilihan pelarut pada saat ekstraksi didasarkan pada sifat dari senyawa

yang di ekstraksi. Pada saat isolasi semua senyawa yang terdapat dalam Ekstrak

terambil, baik yang bersifat polar maupun non polar. Untuk memisahkan

senyawa-senyawa tersebut dilakukan fraksinasi berdasarkan kelarutannya dalam

suatu pelarut (Gandjar, 2009).

4. Pemurnian

Pemurnian merupakan proses akhir dari isolasi. Pemurnian dapat

dilakukan dengan metode kromatografi dan kristalisasi. Tujuan dari pemurnian

adalah mendapatkan satu komponen murni pelarut n-heksan dan etil asetat

berdasarkan tingkat kepolaran pelarut (Gandjar, 2009).

J. Landasan Teori

Penyakit talasemia merupakan salah satu penyakit kelainan genetik berupa

kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau

umurnya lebih pendek. Beta (β) talasemia adalah kelainan darah yang ditandai

gangguan sintesis β globin sehingga produksi sel darah merah menjadi menurun.

Penurunan produksi sel darah merah dapat menyebabkan anemia dan harus

dilakukan penanganan dengan dilakukan tranfusi darah secara teratur agar

keadaan kembali normal. Tranfusi darah secara rutin dapat meningkatkan zat besi

dalam tubuh yang dapat menyebabkan disfungsi organ. Terapi tambahan berupa

terapi pengkelat besi dilakukan untuk mengurangi penimbunan zat besi dalam.

Terapi ini biasanya menggunakan obat pengkhelat besi seperti Deferoxamin

(Herdata, 2009).

Pencegahan dapat dilakukan dengan edukasi tentang penyakit talasemia,

skrining, konseling genetika pranikah, dan diagnosa prenatal. Hal tersebut dapat

mengurangi terjadinya penurunan talasemia karena belum ada terapi yang tepat

untuk mengobati talassemia. Pengobatan menjadi pilihan utama untuk penderita

penyakit β talassemia. Terapi pengkelat besi dengan obat kimia seperti

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - Setia Budirepository.setiabudi.ac.id/3469/1/BAB II.pdf · sel-sel darah merah menjadi cepat rusak dan umurnya sangat pendek sehingga pasien memerlukan

30

deferoxamin sebagai terapi tambahan untuk mengurangi penimbunan zat besi

dalam darah karena tranfusi darah yang dilakukan terus menerus. Obat ini selain

harganya mahal juga memberikan efek samping berupa gangguan pertumbuhan,

alergi, gangguan GIT, netropenia, athralgia, gangguan ginjal, rash dan lain lain

(Herdata, 2009).

Berdasarkan penelitian sebelumnya mangiferin yang terkandung dalam

tanaman beberapa varietas mangga dapat menjadi agen pengkelat besi terutama

pada pasien talasemia dengan mekanisme terjadinya ikatan kompleks antara

mangiferin dengan besi yang berlebih pada pasien talasemia, dieksresikan keluar

tubuh. Daun mangga kweni yang mengandung mangiferin diisolasi menggunakan

metode ekstraksi soxhletasi (ekstraksi cair cair/ECC). Ekstrak yang dihasilkan

kemudian dipartisi menggunakan pelarut dengan kenaikan polaritas untuk

mendapatkkan fraksi yang mengandung mangiferin. Fraksi yang dihasilkan

tersebut kemudian ditambahkan pada serum darah penderita talasemia dan

dianalisis ikatan kelat menggunakan alat spektroskopi dibawah sinar UV dengan

panjang gelombang 280-480 nm.

K. Hipotesa

Berdasarkan uraian di atas dapat disusun hipotesis dalam penelitian ini bahwa :

1. Ekstrak etanol daun mangga kweni mengandung zat aktif Mangiferin dan

mempunyai kemampuan pengkelat besi.

2. Ekstrak etanol daun mangga kweni mampu menurunkan kadar feritin pada

serum tikus yang diinduksi ferro sulfat.

3. Ekstrak etanol daun mangga kweni mempengaruhi histopatologi hati tikus

yang diinduksi ferro sulfat.