Date post: | 06-Feb-2018 |
Category: | Documents |
View: | 216 times |
Download: | 0 times |
Http:/digilib.unimus.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wireless
Teknologi wireless (tanpa kabel / nirkabel) saat ini berkembang sangat
pesat terutama dengan hadirnya perangkat teknologi informasi dan komunikasi.
Computer, notebook, PDA, telepon seluler (handphone) dan pheriperalnya
mendominasi pemakaian teknologi wireless. Penggunaan teknologi wireless yang
diimplementasikan dalam suatu jaringan local sering dinamakan WLAN (wireless
Local Area Network). Namun perkembangan teknologi wireless yang terus
berkembang sehingga terdapat istilah yang mendampingi WLAN seperti WMAN
(Metropolitan), WWAN (Wide), dan WPAN (Personal/Private). Dengan adanya
teknologi wireless seseorang dapat bergerak atau beraktifitas kemana dan
dimanapun untuk melakukan komunikasi data maupun suara. Jaringan wireless
merupakan teknologi jaringan computer tanpa kabel, yaitu menggunakan
gelombang berfrekuensi tinggi. Sehingga komputer-komputer itu bisa saling
terhubung tanpa menggunakan kabel. Data ditransmisikan di frekuennsi 2.4 Ghz
(for 802.11b) atau 5 Ghz (for 802.11a). Kecepatan maksimumnya 11 Mbps (untuk
802.11b) and 54 Mbps (untuk 802.11a) [7].
Teknologi wireless adalah teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk
aplikasi teknologi informasi yang berbasis jaringan yang memiliki sifat mobile.
Oleh karena itu portabilitas dan fleksibilitas adalah kunggulan utama dalam
pemakaian teknologi wireless. Pemakaian jalur komunikasi wireless
menggunakan teknologi frekuensi tinggi dengan spesifikasi frekuensi tergantung
peralatan dan operator yang menyediakannya. Karena pemakaian frekuensi yang
Http:/digilib.unimus.ac.id
sifatnya lebih terbuka dibanding dengan menggunakan kabel, maka kerentanan
keamanan jalur komunikasi akan lebih berbahaya dibanding menggunakan kabel.
Kerentanan terjadi hampir pada semua lapis protocol yang dimiliki pada jaringan
komunikasi wireless. Untuk itu perlu dilakukan penanganan keamanan yang lebih
ekstra pada peralatan komunikasi yang digunakan [7].
Keuntungan menggunakan sistem wireless:
a. Meningkatkan produktivitas
Mudah untuk diimplementasikan, sangat rapi dalam hal fisiknya yang
dapat meneruskan informasi tanpa seutas kabel pun, sangat fleksibel karena
bisa diimplementasikan hampir di semua lokasi dan kapan saja, dan yang
menggunakannya pun tidak terikat di satu tempat saja.
b. Cepat dan sederhana implementasinya
Karena hanya perlu memiliki sebuah perangkat penerima dan pemancar
untuk membangun sebuah jaringan wireless.
c. Fleksibel
Media wireless dapat menghubungkan jaringan pada tempat-tempat
yang tidak bisa diwujudkan oleh media kabel. Jadi fleksibilitas media wireless
ini benar-benar tinggi karena bisa memasang dan menggunakannya di mana
saja dan kapan saja, misalnya di pesta taman, di ruangan meeting darurat, dan
banyak lagi.
d. Dapat mengurangi biaya investasi
Wireless sangat cocok bagi yang ingin menghemat biaya untuk
membangun sebuah jaringan komunikasi data. Tanpa kabel berarti juga tanpa
Http:/digilib.unimus.ac.id
biaya, termasuk biaya kabelnya sendiri, biaya penarikan, biaya perawatan, dan
masih banyak lagi.
e. Skalabilitas
Dengan menggunakan media wireless, ekspansi jaringan dan
konfigurasi ulang terhadap sebuah jaringan tidak akan rumit untuk dilakukan
seperti halnya dengan jaringan kabel [7].
2.2 Komponen Dasar
Alat pengukur suhu panas (hot point) pada peralatan gardu induk PLN
secara wireless yang di buat oleh penulis ini menggunakan beberapa komponen
dasar yaitu Mikrokontroler ATMega 8535, Pemancar FM, Penerima FM, VCO
(Voltage Controlled Oscillator), Sensor Thermal Array TPA 81, Antena, DAC
(Digital to analog) dan Program antarmuka Borland Delphi 7.0
2.2.1 Mikrokontroler ATMega 8535
Gambar 2.1 Mikrokontroler Atmega 8535
Mikrokontroler adalah IC yang dapat diprogram berulang kali, baik
ditulis atau dihapus. Biasanya digunakan untuk pengontrolan otomatis dan
manual pada perangkat elektronika [11]. Beberapa tahun terakhir, mikrokontroler
sangat banyak digunakan terutama dalam pengontrolan robot. Seiring
Http:/digilib.unimus.ac.id
perkembangan elektronika, mikrokontroler dibuat semakin kompak dengan
bahasa pemrograman yang juga ikut berubah. Secara umum, AVR dapat
dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu kelas ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga
ATmega, dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas
adalah memori, peripheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan instruksi yang
digunakan, mereka bisa dikatakan hampir sama. Mikrokontroler AVR
ATmega8535 memiliki fitur yang cukup lengkap karena Mikrokontroler AVR
ATmega8535 telah dilengkapi dengan ADC internal, EEPROM internal,
Timer/Counter, PWM, analog comparator, dll [9]. Di Indonesia, mikrokontroler
AVR banyak dipakai karena fiturnya yang cukup lengkap, mudah untuk
didapatkan, dan harganya yang relatif terjangkau. Antar seri mikrokontroler AVR
memiliki beragam tipe dan fasilitas, namun kesemuanya memiliki arsitektur yang
sama, dan juga set instruksi yang relatif tidak berbeda.
Mikrokontroler AVR sudah menggunakan arsitektur Harvard yang
memisahkan memori dan bus untuk data dan program, serta sudah menerapkan
single level pipelining. Selain itu mikrokontroler AVR juga
mengimplementasikan RISC (Reduced Instruction Set Computing) sehingga
eksekusi instruksi dapat berlangsung sangat cepat dan efisien [1]. ATmega 8535
merupakan seri mikrokontroler AVR yang digunakan dalam tugas akhir ini, dan
Pemrograman mikrokontroler ATmega8535 dapat menggunakan low level
language (assembly) dan high level language (C, Basic, Pascal, JAVA,dll)
tergantung compiler yang digunakan [12]. Bahasa Assembler mikrokontroler
AVR memiliki kesamaan instruksi, sehingga jika pemrograman satu jenis
mikrokontroler AVR sudah dikuasai, maka akan dengan mudah menguasai
Http:/digilib.unimus.ac.id
pemrograman keseluruhan mikrokontroler jenis mikrokontroler AVR. Namun
bahasa assembler relatif lebih sulit dipelajari dari pada bahasa C. Untuk
pembuatan suatu proyek yang besar akan memakan waktu yang lama serta penulisan
programnya akan panjang. Sedangkan bahasa C memiliki keunggulan dibanding
bahasa assembler yaitu independent terhadap hardware serta lebih mudah untuk
menangani project yang besar. Bahasa C memiliki keuntungan-keuntungan yang
dimiliki bahasa assembler (bahasa mesin), hampir semua operasi yang dapat
dilakukan oleh bahasa mesin, dapat dilakukan dengan bahasa C dengan penyusunan
program yang lebih sederhana dan mudah [11]. Mikrokontroller ATMega8535 ini
memiliki spesifikasi sebagai berikut.
Http:/digilib.unimus.ac.id
a. Arsitektur ATMega8535
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
Gambar 2.2 Blok Diagram Fungsional ATMega 8535
Http:/digilib.unimus.ac.id
Dari Gambar 2.2 tersebut dapat dilihat bahwa ATMega 8535 memiliki
bagian sebagai berikut:
1) Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D.
2) ADC 10 bit sebanyak 8 saluran.
3) Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan perbandingan
4) CPU yang terdiri atas 32 buah register.
5) Watcdog Timer dengan osilator internal.
6) SRAM sebesar 512 byte.
7) Memori flash sebesar 8kb dengan kemampuan Read While Write.
8) Unit interupsi internal dan eksternal.
9) Port antarmuka SPI.
10) EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi.
11) Antarmuka komparator analog.
12) Port USART untuk komunikasi serial.
b. Fitur ATMega8535
Ada beberapa fitur yang dimiliki oleh ATMega 8535 adalah sebagai berikut:
1) Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16
MHz.
2) Kemampuan memori flash 8KB, SRAM sebesar 512 byte, dan EEPROM
(Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) sebesar 512 byte.
3) ADC internal dengan resolusi 10 bit sebanyak 8 channel.
4) Port komunikasi serial (USART) dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps.
5) Enam pilihan mode sleep menghemat penggunaan daya listrik
Http:/digilib.unimus.ac.id
c. Konfigurasi Pin ATMega8535
Gambar 2.3 Pin ATMega 8535
Dari gambar 2.3 tersebut dapat jelaskan masing-masing pin memiliki
fungsi atau keterangan sebagai berikut:
1. Pin 1 pin 8 merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu
Timer/Counter, komparator analog, dan SPI.
2. Pin 9 merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontroler.
3. Pin 10 merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya.
4. Pin 11 merupakan pin ground.
5. Pin 12 dan pin 13 merupakan pin masukan clock eksternal.
6. Pin 14 pin 21 merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu
komparator analog, interupsi eksternal, dan komunikasi serial.
7. Pin 22 pin 29 merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu
TWI, komparator analog, dan Timer Oscilator.
8. Pin 30 merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.
Http:/digilib.unimus.ac.id
9. Pin 31 merupakan pin ground.
10. Pin 32 merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.
11. Pin 33 pin 40 merupakan masukan pin I/O dua arah dan pin masukan ADC.