Top Banner
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Obesitas 2.1.1 Definisi Obesitas Obesitas adalah suatu keadaan dari akumulasi lemak tubuh yang berlebihan di jaringan lemak dan dapat menimbulkan beberapa penyakit. Obesitas pada dewasa berkaitan dengan sindroma metabolik, sedangkan obesitas serta sindroma metabolik yang berkembang pada masa anak dapat berlanjut sampai dewasa (Indriati, 2010). Obesitas sebagai suatu keadaan kelebihan lemak di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian-bagian tertentu. Obesitas merupakan keadaan peningkatan total lemak dalam tubuh yang mengakibatkan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita (Ganong, 2003). Obesitas sentral dapat didefinisikan sebagai penimbunan lemak berlebihan dalam jaringan tubuh terutama pada daerah perut. Obesitas sentral juga sering disebut sebagai obesitas abdominal. Salah satu cara yang digunakan untuk mengukur distrubusi lemak dalam tubuh adalah ukuran antropometri yaitu dengan mengukur IMT dan mengukur lingkar perut untuk menentukan obesitas sentral (Perkeni, 2011). 2.1.2 Klasifikasi Obesitas Obesitas atau kegemukan merupakan kondisi yang tidak normal atau kelebihan akumulasi lemak dalam jaringan adiposa. Berdasarkan IMT, obesitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu obesitas tipe I, obesitas tipe II, dan obesitas tipe
29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

Apr 27, 2018

Download

Documents

nguyen_duong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Obesitas

2.1.1 Definisi Obesitas

Obesitas adalah suatu keadaan dari akumulasi lemak tubuh yang berlebihan

di jaringan lemak dan dapat menimbulkan beberapa penyakit. Obesitas pada

dewasa berkaitan dengan sindroma metabolik, sedangkan obesitas serta sindroma

metabolik yang berkembang pada masa anak dapat berlanjut sampai dewasa

(Indriati, 2010). Obesitas sebagai suatu keadaan kelebihan lemak di seluruh tubuh

atau terlokalisasi pada bagian-bagian tertentu. Obesitas merupakan keadaan

peningkatan total lemak dalam tubuh yang mengakibatkan kelebihan berat badan

>20% pada pria dan >25% pada wanita (Ganong, 2003).

Obesitas sentral dapat didefinisikan sebagai penimbunan lemak berlebihan

dalam jaringan tubuh terutama pada daerah perut. Obesitas sentral juga sering

disebut sebagai obesitas abdominal. Salah satu cara yang digunakan untuk

mengukur distrubusi lemak dalam tubuh adalah ukuran antropometri yaitu dengan

mengukur IMT dan mengukur lingkar perut untuk menentukan obesitas sentral

(Perkeni, 2011).

2.1.2 Klasifikasi Obesitas

Obesitas atau kegemukan merupakan kondisi yang tidak normal atau

kelebihan akumulasi lemak dalam jaringan adiposa. Berdasarkan IMT, obesitas

dibagi menjadi tiga kategori yaitu obesitas tipe I, obesitas tipe II, dan obesitas tipe

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

11

III. Berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibagi menjadi dua kategori yaitu

obesitas sentral dan obesitas general/umum.

Obesitas berkaitan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas

berdasarkan pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi dua yaitu

obesitas tubuh bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah

(lower body obesity). Obesitas tubuh bagian atas disebabkan adanya penimbunan

lemak tubuh di trunkal. Pada trunkal terdapat beberapa kompartemen jaringan

lemak yaitu trunkal subkutaneus yang merupakan kompartemen paling umum,

intraperitoneal (abdominal), dan retroperitoneal. Obesitas tubuh bagian atas lebih

banyak terjadi pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal sebagai

“android obesity” atau disebut juga dengan obesitas sentral. Penentuan obesitas

tipe sentral menggunakan IMT dan lingkar perut. Obesitas tipe sentral

berhubungan lebih kuat dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler

dari pada obesitas tubuh bagian bawah. Obesitas tubuh bagian bawah adalah

keadaan tingginya akumulasi lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Obesitas tipe

ini lebih banyak terjadi pada wanita sehingga sering disebut “gynoid obesity”.

Obesitas ini berhubungan erat dengan gangguan menstruasi pada wanita (Indriati,

2010).

2.1.3 Patofisiologi Obesitas

Proses pencernaan alkohol menyerupai pada saat tubuh mencerna lemak,

sehingga jumlah kalori meningkat tajam. Komponen kalori dalam beberapa

minuman beralkohol persajian bisa mencapai 120 kalori. Alkohol juga dapat

meningkatkan kadar trigliserida dalam tubuh, apabila akumulasi trigliserida

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

12

terdapat di hati dan di otot akan mengakibatkan resistensi insulin. Jaringan lemak

(adiposit) mengeluarkan beberapa hormon, secara kolektif dinamai adipokin yang

berperan penting dalam kesimbangan energi dan metabolisme. Salah satu

adipokin adalah resistin yang dibebaskan terutama pada obesitas yang

menyebabkan resistensi insulin (Sherwood, 2012). Asupan glukosa berlebihan dan

pengeluaran energi minimal menimbulkan keseimbangan energi positif yang

menyebabkan terjadi akumulasi lemak berlebihan di jaringan adiposa abdominal

dan dapat dilihat sebagai obesitas sentral (Soegondo, 2005).

Pada penderita obesitas terjadi berbagai gangguan metabolisme antara lain

diabetes mellitus tipe dua, hipertensi, penyakit jantung, dan batu empedu.

Besarnya risiko mengalami penyakit-penyakit ini sebanding dengan besar

penumpukan lemak yang terjadi. Pada diabetes mellitus tipe dua peranan obesitas

dijelaskan dalam berbagai teori, salah satu teori menyebutkan bahwa sel-sel lemak

yang mengalami hipertropi dapat menurunkan jumlah reseptor insulin. Teori lain

menyebutkan tingginya asam lemak, peningkatan hormon resistin, dan penurunan

adiponektin sebagai akibat penumpukan lemak pada penderita obesitas dapat

mempengaruhi kerja insulin sehingga dapat menyebabkan tingginya kadar

glukosa darah (Indriati, 2010).

World Health Organization (WHO) mendefinisikan sindroma metabolik

sebagai suatu kelainan metabolik meliputi hipertensi, hiperlipidemia, obesitas

(general dan sentral), dan mikroalbuminuria. National Cholesterol Education

Program Expert Panel on Detection Evaluation, and Treatment of High Blood

Cholesterol in Adults Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III) tahun 2001

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

13

menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik

lipid maupun non-lipid yang merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner

terdiri dari obesitas sentral, dislipidemia aterogenik (kadar trigliserida meningkat,

kadar kolesterol high-density lipoprotein rendah), hipertensi, dan peningkatan

kadar glukosa plasma (Indriati, 2010).

Peningkatan kejadian sindroma metabolik sejalan dengan peningkatan

obesitas. Obesitas adalah suatu keadaan ditemukannya kelebihan lemak dalam

tubuh, terbagi menjadi obesitas general dan obesitas sentral. Penimbunan lemak

dalam perut dikenal dengan obesitas sentral atau obesitas viseral berkaitan erat

dengan kejadian penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus. Penelitian yang

berhubungan dengan hal ini telah banyak dilakukan, sebagian besar peneliti

menyimpulkan bahwa dibandingkan dengan lemak subkutan atau lemak tubuh

total (obesitas general) lemak viseral (obesitas sentral) lebih kuat hubungannya

dengan kelainan sindroma metabolik. Adiposit jaringan lemak ini adalah adiposit

dengan ukuran besar, kurang peka terhadap kerja antilipolisis sehingga lebih

mudah dilipolisis yang menyebabkan peningkatan asam lemak bebas. Peningkatan

kadar asam lemak bebas dapat meningkatkan distribusi asam lemak di hati. Hal

tersebut meningkatkan proses glukoneogenesis, menghambat pengambilan serta

penggunaan glukosa di otot. Akumulasi trigliserida di hati dan di otot akan

mengakibatkan resistensi insulin, jaringan lemak sendiri menghasilkan beberapa

sitokin dan hormon yang menghambat kerja insulin. Hormon insulin merupakan

regulator penting pada metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein. Setiap

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

14

gangguan yang terjadi pada kerja insulin menimbulkan konsekuensi metabolik

yang tampak pada sindroma metabolik.

Menurut Jellife dalam buku Supariasa, antropometri gizi berhubungan

dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Ukuran tubuh yang dimaksud antara lain

berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak bawah kulit.

Pengukuran ini banyak dilakukan karena relatif murah, mudah digunakan untuk

mengukur populasi yang banyak, objektif, hasilnya cukup baik, dan bisa

menunjukkan adanya kelainan nutrisi maupun pertumbuhan. Beberapa

kekurangan dari pengukuran ini yaitu tidak tepat dan adanya keterbatasan untuk

mendiagnosa secara teliti (Supariasa, 2010). Beberapa cara yang digunakan untuk

pengukuran lemak tubuh antara lain triceps skinfold, subscapular skinfold, biceps

skinfold, Lingkar Lengan Atas (LLA), lingkar pinggang, dan lingkar panggul.

Pengukuran BB/TB2 sering disebut Body Mass Index atau BMI, di Indonesia

dikenal dengan Indeks Massa Tubuh atau IMT (Indriati, 2010).

2.1.4 Epidemiologi Obesitas

Obesitas merupakan permasalahan yang serius di dunia karena berperan

penting dalam meningkatkannya morbiditas dan mortalitas. Prevalensi obesitas

pada negara maju dan negara berkembang sekarang ini terus meningkat.

Diperkirakan jumlah obesitas di seluruh dunia dengan Indeks Massa Tubuh >25

kg/m2 sudah melebihi 250 juta orang atau sekitar 7% dari populasi orang dewasa

di dunia. Banyak negara mengalami peningkatan laju obesitas selama 10-20 tahun

terakhir ini. Menurut WHO peningkatan jumlah obesitas berat akan dua kali lipat

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

15

dibandingkan dengan orang dengan berat badan kurang dari tahun 1995 sampai

2025 nanti dan prevalensinya akan meningkat mencapai 50% pada tahun 2025.

Prediksi WHO pada tahun 2005 kurang lebih terdapat 400 juta orang dewasa yang

obesitas, pada tahun 2015 diperkirakan meningkat menjadi 700 juta orang yang

mengalami obesitas. Pada negara maju seperti Amerika Serikat diperkiraan

obesitas mencapai 45-50%, di Australia dan Inggris mencapai angka 30-40% dari

total penduduk (Kemenkes RI, 2010).

Survei nasional pada tahun 1996/1997 di seluruh provinsi di Indonesia

menunjukkan bahwa 6,8% dari total populasi laki-laki dewasa yang berusia 18

tahun keatas menderita obesitas dengan IMT sebesar 27-30 kg/m2 dan dari total

populasi wanita dewasa sebesar 13,5% menderita obesitas. Berdasarkan hasil

Riskesdas tahun 2007, prevalensi nasional obesitas general adalah 10,3% dan

obesitas sentral sebesar 18,8%. Obesitas sekarang ini merupakan suatu epidemik

global dan menjadi masalah kesehatan yang harus segera ditangani. Kejadian ini

dipengaruhi oleh perubahan pola makan dan kurangnya aktifitas fisik. Di AS

terjadi perubahan pola makan ke arah makanan tinggi kalori, tinggi lemak jenuh,

tinggi kadar gula, dan tinggi kandungan garam. Pola makan seperti ini serta

ditambah dengan fakta bahwa 30-60% populasi kurang melakukan aktifitas fisik

memberikan kontribusi yang besar pada peningkatan insiden obesitas

(Muherdiyatiningsih, 2008). Keadaan epidemik obesitas merupakan penyebab di

balik meningkatnya insiden diabetes mellitus. Obesitas dapat meningkatkan risiko

kematian untuk semua penyebab kematian. Orang yang berat badannya 40% lebih

berat dari berat badan rata-rata populasi mempunyai risiko kematian 1,9 kali lebih

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

16

besar dibandingkan dengan berat badan rata-rata baik pada pria maupun wanita,

kenaikan mortalitas di antara penderita obesitas adalah akibat dari penyakit-

penyakit yang mengancam seperti DM tipe dua (Indriati, 2010). Menurut WHO,

dari statistik kematian di dunia 57 juta jiwa kematian terjadi setiap tahunnya yang

disebabkan oleh penyakit tidak menular dan diperkirakan bahwa sekitar 3,2 juta

jiwa per tahun penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus.

Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, proporsi kematian akibat penyakit

diabetes mellitus sebesar 5,7%. Proporsi penyebab kematian pada umur 45-54

tahun pada perempuan yang tertinggi adalah diabetes mellitus sebesar 16,3%,

sedangkan pada laki-laki sebesar 6% setelah stroke, penyakit jantung iskemik, dan

hipertensi. Saat ini morbiditas dan mortalitas penyakit ini menjadi masalah utama

di kesehatan masyarakat. Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit yang

mahal, biaya pertahun yang dikeluarkan sehubungan dengan penyakit ini di

Amerika Serikat sebesar $ 174 miliar. Pengeluaran langsung untuk diabetes,

komplikasi, dan biaya perawatan medis sebesar $ 116 miliar. Pengeluaran tidak

langsung dari kesakitan, disability, dan premature mortality sebesar $ 58 miliar

(Mexitalia, 2009). Sekarang ini sedang terjadi peningkatan obesitas di setiap

negara, pada setiap jenis kelamin, pada semua kelompok usia, ras, dan tingkat

pendidikan (Iswara, 2015).

2.1.5 Etiologi Obesitas

Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan energi dengan

pengeluaran energi sehingga menimbulkan kelebihan energi yang disimpan dalam

bentuk jaringan lemak. Kelebihan energi ini dapat disebabkan oleh konsumsi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

17

makanan yang berlebihan, sedangkan keluaran energi yang rendah diakibatkan

oleh rendahnya metabolisme tubuh, aktifitas fisik, dan termogenesis makanan.

Permasalahan hemostasis disebabkan oleh faktor idiopatik yang dikenal sebagai

obesitas primer atau nutrisional merupakan tipe obesitas yang paling banyak

terjadi. Pada obesitas sekunder atau non-nutrisional yang disebabkan oleh faktor

endogen seperti sindrom atau defek genetik sangat sedikit kejadiannya mencapai

kurang dari 10% kasus (Mexitalia, 2009).

2.1.6 Faktor Risiko Obesitas

Faktor risiko yang berperan dalam terjadinya obesitas secara garis besar

dapat dikelompokan menjadi tiga faktor yaitu faktor genetik, faktor orang (host),

dan faktor lingkungan. Secara ilmiah obesitas terjadi akibat kelebihan asupan

makanan atau energi dalam tubuh. Penyebab ketidakseimbangan yang terjadi

antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas, namun keadaan ini

disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat dihindari untuk mencegah obesitas.

Faktor genetik merupakan faktor utama terjadinya obesitas, obesitas diduga

cenderung diturunkan karena mempunyai penyebab genetik. Faktor genetik yang

memiliki peranan kuat yaitu parental fatness, anak yang mengalami obesitas

biasanya berasal dari keluarga obesitas. Apabila salah satu orang tua obesitas,

risiko kejadiannya menjadi 40% dan apabila kedua orang tua tidak mengalami

obesitas maka prevalensi turun menjadi 14%. Peningkatan risiko obesitas tersebut

kemungkinan disebabkan karena pengaruh gen atau faktor lingkungan dalam

keluarga. Faktor orang (host) yang memiliki peranan dalam terjadinya obesitas

yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Faktor

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

18

lingkungan yang berperan terhadap terjadinya obesitas ada lima faktor yaitu

nutrisional (asupan kalori) seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalori

serta alkohol, prilaku/pola gaya hidup (aktifitas fisik), penyakit penyerta

(neurologis dan psikologis), medikamentosa (steroid) dan sosial ekonomi. Faktor

genetik dan faktor gaya hidup sangat sukar untuk dipisahkan. Seseorang tidak

dapat mengubah pola genetiknya tetapi dapat mengubah pola makan dan

aktifitasnya. Makanan dengan kandungan lemak tinggi merupakan salah satu

faktor penyebab obesitas. Sekarang ini banyak tersedia makanan cepat saji atau

fast food, makanan seperti ini mengandung lemak dan gula yang tinggi yang

menyebabkan obesitas. Orang sibuk sering mengkonsumsi makanan cepat saji

yang praktis dihidangkan meskipun kandungan gizinya buruk. Makanan cepat saji

tidak memiliki kandungan gizi yang baik sehingga makanan cepat saji disebut

dengan istilah junk food atau makanan sampah.

Faktor psikologis juga berperanan penting dalam terjadinya obesitas.

Beberapa sumber mengatakan bahwa pola makan sangat dipengaruhi oleh emosi

seseorang. Persepsi diri yang negatif merupakan salah satu dari contoh bentuk

gangguan emosi yang dapat meningkatkan pola makan individu. Gangguan ini

sebagai penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas pada

masyarakat terutama pada negara berkembang. Aktifitas fisik dapat meningkatkan

penggunaan kalori yang berlebihan didalam tubuh namun pada orang yang tidak

aktif memerlukan kalori yang lebih sedikit. Seseorang yang cenderung

mengkonsumsi makanan kaya lemak dan kurang melakukan aktifitas fisik yang

seimbang dapat mengalami obesitas.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

19

Faktor lingkungan memegang peranan yang cukup berarti dalam proses

terjadinya obesitas. Lingkungan sangat mempengaruhi bagaimana gaya hidup dan

pola makan seseorang termasuk salah satunya konsumsi alkohol serta minuman

dengan kadar gula dan kalori yang tinggi (Aflah & Indriasari, 2014). Sebuah

penelitian mengemukakan faktor risiko obesitas sentral yang sama seperti

konsumsi makanan, alkohol, riwayat merokok, aktifitas fisik, kemajuan teknologi,

status faktor ekonomi dan sedantary life style (Istiqamah, 2013).

Faktor genetik merupakan faktor yang tidak dapat dihindari sebagai

penyebab obesitas. Selain faktor tersebut faktor-faktor yang lain sebenarnya dapat

dihindari untuk mencegah kejadian obesitas di kalangan masyarakat, tetapi tingkat

kesedaran masyarakat terhadap bahaya obesitas masih kurang. Masyarakat tidak

terlalu khawatir terhadap masalah obesitas selama belum mengalami keluhan,

mereka pergi ke pelayanan kesehatan apabila masalah ini telah menimbulkan

penyakit yang lain.

2.1.7 Dampak Obesitas

WHO menggolongkan obesitas sebagai kelainan kronis yang menaikkan

tingkat risiko mortalitas. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan obesitas antara

lain:

1. Angina pectoris dan penyakit jantung koroner. Hasil penelitian pada wanita

umur 35-55 tahun yang mengalami kenaikan BB lebih dari 10 kilogram lebih

berisiko terkena penyakit Angina pectoris dan penyakit jantung koroner

dibandingkan wanita yang mengalami kenaikan BB kurang dari tiga kilogram

(Indriati, 2010)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

20

2. Diabetes mellitus tipe dua

3. Hipertensi. Hasil penelitian menemukan bahwa mengurangi BB setelah

berhenti dari obat hipertensi dapat efektif menjaga tekanan darah (Indriati,

2010)

4. Abnormalitas profil lipid darah. Penurunan BB menaikkan High Density

Lipoprotein (HDL) dan menurunkan Low Density Lipoprotein (LDL) serta

trigliserid (Indriati, 2010).

2.2 Konsumsi Minuman Beralkohol

2.2.1 Minuman Beralkohol

Alkohol adalah zat yang diperoleh dari hasil peragian atau fermentasi

madu, gula, sari buah dan umbi-umbian. Dari peragian tersebut dapat diperoleh

alkohol mencapai 15%, tetapi melalui proses penyulingan atau destilasi akan

dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan bisa mencapai 100%. Alkohol

merupakan zat yang mempunyai sifat mudah menguap, berwarna kuning, dan

berbau khas. Alkohol juga mempunyai sifat beracun, artinya apabila dikonsumsi

dalam batas yang tidak normal atau berlebihan mempunyai dampak terhadap

kesehatan manusia dan lingkungan. Dampak seperti ini tidak berbeda antara

minuman beralkohol yang pengolahannya oleh perusahaan maupun tradisional.

Sifat alkohol larut sempurna dalam air, tetapi dalam tubuh manusia dapat

menekan saraf pusat dan gangguan pada organ lainnya (Gaol, 2013).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 86/Menkes/Per/IV/77

tentang minuman keras, minuman beralkohol termasuk kategori minuman keras

dan dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan persentase kandungan etanol per

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

21

volume pada suhu 200C. Minuman dengan kadar etanol 1-5% dikategorikan

sebagai minuman keras golongan A, minuman dengan kadar etanol diatas 5%

sampai dengan 20% tergolong minuman keras golongan B, dan minuman keras

golongan C mengandung etanol lebih dari 20% sampai 55%. Substansi alkohol

yang biasa diminum adalah golongan etanol atau etil alkohol dengan rumus kimia

CH3CH2OH. Etanol merupakan cairan jernih tidak berwarna dan terasa

membakar mulut serta tenggorokan bila ditelan. Etanol mudah sekali larut dalam

air dan sangat potensial untuk menghambat sistem saraf pusat (Putra, 2010).

Etanol merupakan bentuk molekul sederhana dari alkohol yang mudah

diserap dalam saluran pencernaan mulai dari mulut, esofagus, lambung, sampai

usus halus. Saluran pencernaan yang paling banyak menyerap alkohol adalah

bagian proksimal usus halus, disini juga diserap vitamin B yang larut dalam air

kemudian dengan cepat beredar dalam darah. Mengkonsumsi minuman

beralkohol berarti mengkonsumsi antara 10-12 gram etanol (Sholikah, 2010).

Mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan

ketergantungan dan toleransi terhadap jumlah alkohol yang dikonsumsi.

Konsumsi alkohol dalam jangka yang lama dalam jumlah yang berlebihan dapat

merusak berbagai organ tubuh terutama hati, ginjal, otak, dan jantung. Alkohol

dapat menyebabkan toleransi, orang yang teratur mengkonsumsi lebih dari dua

gelas alkohol per hari bisa mengkonsumsi alkohol lebih banyak dari non-

alkoholik tanpa mengalami intoksikasi (Birck, 2004).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

22

2.2.2 Metabolisme Alkohol

Proses metabolisme alkohol terjadi di dalam hati. Apabila alkohol

dikonsumsi dalam dosis rendah akan dipecah oleh enzim alkohol dehidrogenase

menjadi asetaldehida. Enzim ini membutuhkan seng sebagai katalisator.

Asetildehida kemudian diubah menjadi asetil KoA oleh enzim dehdrogenase

asetaldehida. Kedua proses reaksi ini membutuhkan koenzim NAD. Ion H yang

terbentuk diikat oleh NAD dan membentuk NADH. Asetil KoA akan memasuki

siklus menghasilkan NADH, FADH2 dan GTP yang digunakan membentuk ATP.

Metabolisme alkohol menyerupai metabolisme lemak karena langsung

diubah menjadi asetil KoA. Apabila alkohol yang diminum cukup banyak, enzim

dehidrogenase tidak cukup untuk memetabolisme alkohol menjadi asetil dehida.

Pada keadaan ini hati menggunakan sistem enzim lain yang dinamakan

Microsomal Ethanol Oxidizing System (MEOS). MEOS juga digunakan hati untuk

memetabolisme obat-obatan dan senyawa asing lain. Penggunaan MEOS pada

metabolisme alkohol menurunkan kemampuan hati untuk memetabolisme obat-

obatan seperti obat penenang. Alkohol dalam jumlah banyak bersifat racun, bila

dicampur obat penenang tingkat racunnya akan berlipat ganda (Almatsier, 2010).

Efek mengkonsumsi satu gelas kecil alkohol (200 cc) setara dengan dua

kali jumlah kalori per gram dari karbohidrat dan protein. komponen kalori dalam

beberapa minuman beralkohol per sajian bisa mencapai 120 kalori. Metabolisme

alkohol dilakukan di hati sehingga alkohol dapat meningkatkan kadar trigliserida,

akumulasi trigliserida di hati dan di otot mengakibatkan resistensi insulin.

Jaringan lemak mengeluarkan beberapa hormon secara kolektif yang disebut

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

23

adipokin. Hormon ini berperanan penting dalam kesimbangan energi dan

metabolisme. Salah satu adipokin adalah resistin yang dibebaskan terutama pada

obesitas sehingga dapat menyebabkan resistensi insulin (Mandagi, 2012).

Asupan makanan berlebihan dan pemanfaatan energi yang kurang akan

menimbulkan keseimbangan energi positif. Keseimbangan energi positif yang

terjadi dari asupan makanan berlebihan terutama berasal dari kelebihan asupan

energi dan sumber karbohidrat. Asupan sumber energi yang berlebihan juga

disebabkan kandungan glukosa dalam bentuk sukrosa yang terkandung dalam

tuak. Energi yang tidak dimanfaatkan disimpan dalam bentuk lemak sehingga

terjadi akumulasi lemak berlebihan di jaringan adiposa abdominal (Soegondo,

2005).

2.2.3 Pencernaan dan Absorbsi Alkohol

Alkohol tidak mengalami pencernaan sehingga dengan cepat dapat

diserap. Sebanyak 20% alkohol yang diminum dalam keadaan perut kosong dapat

mencapai sel otak dalam waktu satu menit sehingga dapat memberikan rasa

sangat gembira pada seseorang setelah minum alkohol. Sebaliknya apabila

alkohol diminum disaat perut terisi maka penyerapan alkohol akan terhambat, di

dalam lambung sebagian alkohol mengalami pemecahan oleh enzim alkohol

dehidrogenase sehingga dapat mengurangi jumlah alkohol yang diserap ke dalam

aliran darah hingga 20%. Perempuan lebih mudah mengalami intoksikasi alkohol

karena lambungnya lebih sedikit mengandung enzim alkohol dehidrogenase

daripada laki-laki (Almatsier, 2010)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

24

Alkohol yang diabsorpsi dibawa melalui pembuluh darah ke dalam hati.

Sel-sel hati mengandung enzim alkohol dehidrogenase dan mengoksidasi alkohol

dalam jumlah yang cukup. Jumlah alkohol yang dioksidasi oleh hati sekaligus

rata-rata sebanyak 15 gram etanol per jam tergantung pada ukuran tubuh, keadaan

kesehatan, jarak waktu makan, kebiasaan umum, dan lain-lain. Apabila melebihi

dari jumlah itu maka alkohol akan dikeluarkan dari hati dan masuk ke sirkulasi

darah untuk dibawa ke bagian-bagian tubuh lain. Seseorang dikatakan mabuk bila

di dalam darahnya mengandung lebih dari satu persen alkohol (Almatsier, 2010).

Alkohol jika dikonsumsi berlebihan menimbulkan efek seperti merasa

lebih bebas berekspresi tanpa ada perasaan yang menghambat, menjadi lebih

emosional seperti sedih, senang, dan marah secara berlebihan. Hal ini dapat

berakibat pada fungsi fisik motorik yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur,

sempoyongan, dan biasanya sampai tidak sadarkan diri. Seseorang dapat

mengalami hambatan mental seperti gangguan untuk memusatkan perhatian dan

daya gangguan daya ingat. Pada kenyataannya mereka yang mengkonsumsi

alkohol tidak mampu mengendalikan diri, oleh sebab itu banyak ditemukan

kecelakaan mobil yang disebabkan karena mengendarai mobil dalam keadaan

mabuk (Birck, 2004).

2.2.4 Penggunaan Alkohol di Dalam Tubuh

Alkohol mempunyai pengaruh terhadap makhluk hidup terutama karena

peranannya sebagai pelarut lipid. Kemampuan alkohol dalam melarutkan lipid

yang terdapat dalam membran sel memungkinkannya dengan cepat masuk ke sel-

sel dan menghancurkan struktur sel tersebut, oleh karena itu alkohol dikategorikan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

25

bersifat toksik atau racun (Almatsier, 2010). Sebuah hasil penelitian menemukan

bahwa efek menguntungkan dari minum alkohol pada obesitas didapatkan ketika

alkohol yang dikonsumsi dalam jumlah menengah secara teratur (Arif & Rohrer,

2005).

Berbagai penelitian dilakukan untuk mengetahui dampak dari

mengkonsumsi alkohol terhadap tubuh salah satunya terhadap kejadian obesitas.

Sebuah penelitian longitudinal menemukan bahwa frekuensi mengkonsumsi

alkohol pada masa remaja sampai dewasa muda sangat kecil pengaruhnya

terhadap kenaikan berat badan atau terjadinya obesitas abdominal (Pajari, 2010).

Peneliti lainnya menemukan pada mereka yang sering melakukan pesta alkohol

atau dikategorikan peminum berat dimana mengkonsumsi alkohol dengan

frekuensi empat kali atau lebih per hari memiliki 30% kemungkinan lebih besar

untuk terjadi kelebihan berat badan dan 46% lebih besar untuk mengalami

obesitas, tetapi pada mereka yang mengkonsumsi alkohol satu atau dua kali per

hari memiliki peluang yang lebih rendah mengalami obesitas. Pada mereka yang

mengkonsumsi alkohol kurang dari lima kali per minggu memiliki 0,62 kali

mengurangi kemungkinan obesitas dibandingkan dengan yang tidak

mengkonsumsi alkohol atau mantan peminum alkohol (Arif & Rohrer, 2005).

2.2.5 Tuak Sebagai Minuman Tradisional Beralkohol

Tuak termasuk minuman tradisional yang mengandung alkohol karena

selama proses penyadapan terjadi proses fermentasi. Proses penyadapan tuak

kurang memperhatikan kebersihan dan kerapatan penutup lumbung bambu yang

digunakan pada saat penampungan sehingga terbentuk senyawa alkohol yang

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

26

mudah menguap. Jika proses fermentasi dibiarkan secara terus menerus

berlangsung sampai beberapa hari akan menjadi asam cuka. Setelah penyadapan,

jika tuak dibiarkan dalam batang bambu atau jerigen dalam waktu yang cukup

lama akan mengalami proses fermentasi karena adanya kontaminasi oleh

mikroorganisme khususnya khamir dan bakteri jenis Sarcchaonyces sp dan

Acetobacter sp. Nira yang sudah mengalami proses fermentasi oleh

mikroorganisme disebut dengan tuak (Lutony dalam Udayana, 2009).

Komposisi utama yang terdapat dalam tuak adalah air, karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam jumlah yang sedikit. Karbohidrat yang

terkandung dalam tuak berbentuk sukrosa yang mengakibatkan air nira terasa

manis, tetapi kadang-kadang terasa asam. Komposisi yang terkandung dalam tuak

tersebut memungkinkan tuak diolah lebih lanjut menjadi berbagai ragam produk

baru seperti pemanis, minuman beralkohol, asam cuka, dan juga sebagai media

yang baik untuk perkembangbiakan mikroorganisme terutama bakteri dan khamir

(Udayana, 2009).

Tuak wayah adalah sebutan untuk tuak yang sudah dicampur dengan sabut

kelapa ke dalam penampangnya sehingga rasanya sedikit sepat karena sabut

kelapa mengandung tanin yang larut di dalam tuak. Selain mengandung alkohol,

di dalam tuak terdapat 0,07% tanin dan 0,66% asam asetat (Udayana, 2009). Tuak

manis adalah sebutan untuk tuak yang langsung disajikan sebagai minuman

setelah disadap tanpa dicampur dengan bahan lain. Zat-zat yang terkandung dalam

tuak atau nira siwalan antara lain: gula 10,93 gram per 100 cc, protein 0,35 gram

per 100 cc, gula reduksi 0,96 gram per 100 cc, nitrogen 0,056 per 100 cc, mineral

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

27

0,54 per 100 cc, fosfor 0,14 per 100 cc, besi 0,4 per 100 cc dan vitamin C 13,25

per 100 cc (Sholikhah, 2010). Penelitian lainnya menemukan komposisi nira dari

pohon nipah adalah: air 86,30%, glukosa 12,23%, protein 0,21%, lemak 0,02%

dan abu 0,43%. Dalam sehari peminum tuak mengkonsumsi gula 163,95 gram dan

protein 5,25 gram dari 1,5 liter tuak dengan kalori yang dihasilkan sama dengan

676,8 kkal (Halim, 2008). Hasil uji analisis Laboratorium Fakultas Teknologi

Pertanian Universitas Udayana menemukan kandungan alkohol 6,57% dan protein

0,1312% dalam 100 cc tuak (Udayana, 2009).

Glukosa yang masuk secara kontinyu ke dalam sel pada saat

mengkonsumsi tuak apabila tidak segera dibutuhkan untuk energi akan disimpan

sebagai glikogen atau diubah menjadi lemak. Glukosa disimpan dalam bentuk

glikogen untuk menyuplai kebutuhan energi tubuh selama 12 sampai 24 jam.

Saturasi glikogen akan terjadi apabila glikogen yang tersimpan dalam sel hati dan

otot jumlahnya sangat banyak. Glukosa tambahan yang dihasilkan akan diubah

menjadi lemak di sel hati dan sel lemak serta disimpan sebagai lemak di dalam

jaringan adiposa (Aritonang, 2013).

Dahulu tuak bukan merupakan minuman yang dapat diperdagangkan tetapi

hanya untuk diminum sendiri, tetapi sekarang ini perubahan terjadi dimana tuak

sudah mulai diperdagangakan. Setelah melakukan pekerjaan di sawah maupun

ladang pria dewasa berkumpul untuk melepaskan lelah sambil berbincang-bincang

permasalahan adat, politik, keluarga, pertanian, dan masalah-masalah lainnya.

Pada Saat ini dari pihak keluarga menyuguhkan tuak untuk dinikmati bersama.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

28

Menikmati tuak bersama disamping untuk menambah keakraban juga diyakini

sebagai tempat untuk menanamkan pengetahuan terhadap budaya Bali.

2.2.6 Komposisi Tuak

Tuak merupakan minuman tradisional yang dijumpai pada beberapa daerah

di Bali dengan Kabupaten Karangasem adalah sebagai penghasil utama . Bahan

baku utama yang biasa dipakai membuat tuak adalah cairan yang diambil dari

tanaman seperti nira dari pohon kelapa, aren, dan pohon siwalan atau lontar. Tuak

adalah minuman khas yang disadap dari pohon aren kemudian disimpan selama

enam sampai tujuh jam sehingga mengalami proses fermentasi dan berubah

menjadi minuman yang memiliki kadar alkohol empat sampai enam persen

(Sholikah, 2010). Tuak yang dikonsumsi oleh masyarakat di Desa Tegallinggah

adalah tuak yang terbuat dari batang aren (Arenga Pinnata) yang di Indonesia

hasil sadapannya disebut dengan nira dengan kadar alkohol yang berbeda-beda

tergantung daerah pembuatnya. Tuak sebagai minuman tradisional telah menjadi

turun-temurun, dimana konsumsi tuak dalam sehari bisa mencapai satu sampai

dua liter. Kebiasaan konsumsi tuak sangat sulit dihilangkan dari kebiasaan

masyarakat, sampai sekarang tuak masih menjadi kegemaran pada daerah Bali

yang dipakai sebagai minuman untuk penghangat tubuh pada waktu pesta-pesta di

malam hari. Selain di Bali, daerah lain sebagai penghasil dan pengkonsumsi tuak

yang cukup tenar adalah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatra Utara (Sitompul,

2012).

Komposisi tuak wayah berbeda dengan tuak manis karena berbeda dalam

proses pembuatannya. Dalam membuat tuak wayah, ke dalam penampangnya

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

29

dicampurkan sabut kelapa yang mengandung tanin yang dapat larut dalam tuak

sehingga menimbulkan rasa yang sedikit sepat. Selain kandungan tanin yang

membedakan tuak wayah dan tuak manis, pada dasarnya kandungan tuak secara

umum sama yaitu alkohol 5% per 100 cc, gula 10,93 gram per 100 cc, protein

0,35 gram per 100 cc, gula reduksi 0,96 gram per 100 cc, nitrogen 0,056 per 100

cc, mineral 0,54 per 100 cc, fosfor 0,14 per 100 cc, besi 0,4 per 100 cc dan

vitamin C 13,25 per 100 cc (Sholikhah, 2010).

Proses pembuatan tuak dilakukan dengan cara tradisional sehingga sulit

untuk mengetahui dan mengkontrol kadar alkohol yang ada dalam minuman

tersebut, tetapi secara umum tuak hasil fermentasi nira aren yang

diperdangangkan dan dikonsumsi masyarakat rata-rata mengandung alkohol

empat sampai enam persen (Sholikah, 2010). Keputusan Menteri Kesehatan No.

151/A/SK/V/81 menyatakan bahwa minuman atau obat tradisional yang tergolong

dalam minuman keras mengandung alkohol diatas satu persen, dengan demikian

tuak merupakan minuman beralkohol yang tidak jauh berbeda dengan minuman

keras lainnya. Konsentrasi alkohol yang terkandung dalam tuak cukup tinggi,

karena itu masyarakat yang mengkonsumsi secara terus menerus dapat mengalami

gangguan kesehatan.

2.2.7 Makna Tuak Bagi Masyarakat Bali

Tuak adalah minuman yang cukup memiliki arti penting untuk masyarakat

di kawasan Karangasem. Minuman tuak dikonsumsi pada waktu santai, pesta,

kelahiran anak, perkawinan, kematian, musyawarah, dan juga sebagai obat.

Masyarakat yang baru pulang bekerja biasanya akan berkumpul dengan teman-

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

30

temannya di salah satu rumah secara bergiliran untuk bersantai dan berbincang-

bincang sambil minum tuak. Dalam sebuah pesta-pesta adat dan keagamaan

hampir selalu disediakan tuak, menurut mereka seandainya mereka minum tuak

semakin lancar dalam berbicara dan dapat mengungkapkan apapun yang ada

dalam perasaannya. Tuak mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat Bali

khususnya daerah Karangasem karena dapat digunakan sebagai sarana keakraban,

sebagai pengungkapan rasa terimakasih, dan minuman persahabatan.

2.2.8 Kebiasaan Konsumsi Tuak

Sampai saat ini belum ada ketentuan atau standar yang menegaskan tentang

tingkat keamanan peminum alkohol, namun menurut Woteki dan Thomas dalam

Aritonang 2013 mengelompokkan peminm alkohol secara sederhana dalam tiga

kelompok:

1. Pertama peminum ringan (linght drinker), adalah mereka yang mengkonsumsi

antara 0,28 sampai dengan 5,9 gram atau setara dengan minum satu botol bir

2. Kedua peminum menengah (moderate drinker), kelompok ini mengkonsumsi

antara 6,2 sampai dengan 27,7 gram alkohol atau setara dengan satu sampai

dengan empat botol bir

3. Ketiga peminum berat (heavy drinker), kelompok ini mengkonsumsi lebih dari

28 gram alkohol atau lebih dari empat botol bir perhari.

Berdasarkan observasi pada penduduk di Desa Tegallinggah, laki-laki yang

mengkonsumsi tuak bisa menghabiskan satu sampai empat botol bir dalam sekali

minum. Acara minum tuak ini dilakukan di rumah warga secara bergiliran

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

31

minimal lima hari sekali disertai dengan acara bermain kartu, bermain catur, dan

bermain musik.

Riskesdas 2007 menggolongkan penduduk yang mengkonsumsi alkohol

minimal tiga kali dalam sebulan termasuk kedalam frekuensi tinggi dan

mengkonsumsi alkohol kurang dari tiga kali sebulan termasuk kedalam frekuensi

rendah. Penduduk yang mengkonsumsi alkohol dalam 12 bulan terakhir dan

masih tetap mengkonsumsi dalam satu bulan terakhir digolongkan dalam durasi

konsumsi alkohol yang lama, sedangkan yang mengkonsumsi alkohol kurang dari

12 bulan terakhir dan masih tetap mengkonsumsi dalam satu bulan terakhir

digolongkan dalam durasi konsumsi alkohol yang baru.

2.2.9 Kaitan Kebiasaan Konsumsi Tuak dengan Status Gizi

Alkohol bukan merupakan zat gizi, tetapi bila diminum menghasilkan

energi, satu gram alkohol dapat menghasilkan tujuh kilokalori. Alkohol yang

terdapat dalam bir, anggur, dan minuman keras lainnya terdapat dalam bentuk etil

alkohol atau etanol.

H

H C H

H-C-H

OH

Gambar 2.1 Etanol

Sumber: Almatsier Sunita, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2010

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

32

Alkohol secara alami dibentuk melalui proses fermentasi karbohidrat oleh

mikroorganisme dalam keadaan anaerobik. Tiap negara mempunyai minuman

beralkohol yang khas, tetapi secara umum minuman beralkohol yang

diperdagangkan biasanya dibuat dari permentasi buah anggur, apel, dan serelia.

Indonesia banyak memproduksi minuman beralkohol tradisional seperti tuak yang

dibuat dari pohon nira dan brem yang terbuat dari beras. Pengaruh alkohol

terhadap tubuh sudah diketahui sejak ribuan tahun yang lalu, apabila dikonsumsi

dalam jumlah terkendali dapat menimbulkan pengaruh baik terhadap seseorang

seperti mengurangi ketegangan dan menimbulkan rasa percaya diri. Permasalahan

akan timbul apabila alkohol yang dikonsumsi tidak terkendali, tetapi sangat sukar

menentukan batasannya karena setiap orang berbeda-beda dalam tingkat

toleransinya terhadap alkohol. Tingkat toleransi terhadap alkohol dipengaruhi

oleh keturunan, keadaan kesehatan, gender, berat badan, dan umur (Almtsier,

2010).

Pengaruh mengkonsumsi minuman beralkohol termasuk minuman

tradisional beralkohol seperti tuak terhadap status gizi seseorang dipengaruhi oleh

tiga faktor yaitu kuantitas, frekuensi dan lama waktu mengkonsumsi minuman

beralkohol tersebut. Frekuensi, kuantitas dan lama waktu mengkonsumsi tuak

sangat mempengaruhi metabolisme dan toksisitas alkohol terhadap tubuh manusia

yang akan berpengaruh terhadap status gizi dari seorang peminum (Breslow

dalam Aritonang, 2013). Status gizi seseorang yang mengkonsumsi alkohol dapat

diketahui berdasarkan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). Para ahli

berpendapat mengenai akibat yang ditimbulkan etanol diantaranya bahwa etanol

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

33

menekan system saraf pusat secara tidak teratur tergantung dari jumlah yang

dicerna, dikatakan pula bahwa etanol secara akut dapat menimbulkan oedema

pada otak serta oedema pada saluran pencernaan (Hernawati dalam Mandagi,

2011).

Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dapat mengganggu pencernaan

makanan dalam tubuh sehingga zat-zat yang seharusnya diserap tubuh tidak sesuai

dengan yang dikonsumsi. Pemabuk berat biasanya kurang memperhatikan lagi

asupan gizinya yang disebabkan oleh jadwal makan yang tidak normal dan nafsu

makan yang berkurang. Pecandu tuak yang mengkonsumsi tuak dengan frekuensi

dan kuantitas tinggi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan

permasalahan status gizi, mengalami penyakit-penyakit kronis yang dapat

mengganggu proses metabolisme dalam tubuh, dan penurunan fungsi organ.

Kandungan glukosa dalam bentuk sukrosa dalam tuak dapat

mengakibatkan asupan sumber energi yang meningkat pada pria pengkonsumsi

tuak. Apabila energi ini tidak dimanfaatkan oleh tubuh akan terjadi keseimbangan

energi positif dimana kelebihan energi ini disimpan dalam bentuk lemak pada

jaringan adiposa. Jika proses ini berlangsung terus-menerus maka seorang yang

mengkonsumsi tuak mempunyai risiko mengalami obesitas.

Pengkonsumsi alkohol yang berat dapat terancam masalah kesehatan lain

seperti radang usus, penyakit hati, kerusakan ginjal dan kerusakan pada otak.

Alkohol sering dikonsumsi dengan dikombinasikan bersama obat-obatan

berbahaya lainnya seperti obat tidur, obat penenang dan obat penambah stamina

sehingga efeknya menjadi lebih berbahaya (Rama & Raka, 2010)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

34

2.3 Penilaian Status Gizi

Status gizi adalah suatu keadaan seseorang yang diakibatkan oleh

keseimbangan antara gizi-gizi yang masuk ke dalam tubuh dan penggunaan zat-

zat tersebut oleh tubuh untuk pertumbuhan produksi energi dan proses dalam

tubuh. Status gizi yang optimal dapat dicapai apabila kebutuhan zat gizi seseorang

terpenuhi dengan optimal. Status gizi dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu gizi

kurang, gizi baik atau normal dan gizi lebih. Kekurangan pada salah satu zat gizi

dapat mengakibatkan penyakit defisiensi. Kekurangan dalam batas marginal dapat

menimbulkan gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunkan kemampuan

fungsional, misalnya kekurangan vitamin B1 dapat menyebabkan badan cepat

merasa lelah (Supariasa, 2012).

Menurut data Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013, kebutuhan energi rata-

rata orang dewasa berdasarkan food recall 24 hour adalah 2150 kilo kalori per

hari. Klasifikasi kecukupan energi dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu

dikategorikan kurang apabila <80% AKG, dikategorikan baik apabila 80-110%

AKG, dan dikategorikan lebih jika >110% AKG.

Peranan dan kedudukan penilaian status gizi adalah untuk mengetahui status

gizi seseorang seperti mendeteksi ada tidaknya malnutrisi pada individu dan

masyarakat. Kesakitan dan kematian terkait dengan status gizi sering terjadi di

masyarakat, dengan melakukan pemeriksaan gizi pada individu atau masyarakat

kita dapat mendeteksi secara dini kelainan tersebut.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

35

2.4 Pengukuran Nilai Antropometri

Indeks antropometri pada dasarnya merupakan rasio dari suatu pengukuran

terhadap satu atau lebih pengukuran lainnya atau yang di hubungkan dengan

umur. Antropometri merupakan indikator yang sudah lama dan paling sering

digunakan dalam penentuan status gizi. Indeks antropometri yang biasa digunakan

untuk mendeteksi obesitas sentral antara lain IMT dan lingkar perut atau IMT dan

rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP). Dalam penelitian ini dipergunakan IMT

dan lingkar perut karena penelitian ini dilakukan pada pria dewasa 18-65 tahun.

Lingkar perut merupakan indikator yang paling tepat dalam mendeteksi obesitas

sentral/abdominal yang erat kaitannya dengan permasalahan kardiovaskuler dan

diabtes mellitus.

Di Indonesia batasan berat badan normal pada orang dewasa ditentukan

dengan menggunakan perhitungan IMT. Indikator ini merupakan alat yang paling

sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan

dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Seseorang yang mampu

mempertahankan berat badan dalam batas normal memungkinkan untuk dapat

mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.

Indeks massa tubuh hanya digunakan untuk orang dewasa diatas 18 tahun.

Indikator ini tidak dapat digunakan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan

olahragawan. Batasan ambang nilai IMT merujuk pada ketentuan WHO yang

membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal

IMT pada laki-laki adalah 20,1-25,0 kg/m2

dan pada perempuan adalah 18,7-23,8

kg/m2. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defisiensi energi atau

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

36

kegemukan, lebih lanjut WHO menyarankan menggunakan satu ambang batas

antara laki-laki dan perempuan.

Pengukuran antropometri digunakan untuk menilai apakah komponen tubuh

seseorang sesuai dengan standar normal atau ideal. Antropometri yang digunakan

adalah rasio antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m) kuadrat, yang disebut

Indeks Massa Tubuh (IMT), persamaan dari perhitungan antropometri tersebut

dapat dilihat pada rumus (1).

BB (kg)

IMT = -------------- …………………………………………..…………….. (1)

TB x TB (m)

Ketentuan yang digunakan menentukan seseorang obesitas atau tidak merujuk

pada ketentuan dari WHO, ketentuan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1.

Table 2.1.

Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia.

Status gizi Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0

Kekurangan berat badan tingkat sedang 17,0-18,5

Normal >18,5-25,0

Obesitas Obesitas ringan >25,0-27,0

Obesitas berat >27,0

Sumber: Supariasa, 2010

Penelitian ini menggunakan antropometri Indeks Massa Tubuh (IMT)

dalam menentukan obesitas pada orang dewasa dan menggunakan lingkar perut

untuk menentukan obesitas sentral/abdomen dengan ketentuan terjadi obesitas

pada pria dewasa jika lingkar perutnya lebih dari 90 cm. Dewasa ini kesejahteraan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

37

masyarakat sudah semakin meningkat, seiring dengan itu jumlah kasus obesitas

cenderung meningkat. Banyak faktor sebagai pemicu terjadinya obesitas seperti

peningkatan pendapatan masyarakat, perubahan pola makan menjadi tinggi kalori

dan lemak serta rendah serat, dan perubahan pola aktifitas fisik masyarakat yang

menjadi semakin berkurang. Obesitas sendiri merupakan faktor risiko terjadinya

berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, penyakit jantung dan

kardiovaskular (Mukhibbin, 2012).

2.4.1 Keunggulan Penggunaan Antropometri

Pengukuran antropometri sekarang ini sudah lazim digunakan di seluruh

dunia karena memiliki beberapa kelebihan dalam penerapannya. Kelebihan

penggunaan pengukuran antropometri antara lain karena alat pengukuran mudah

didapatkan dan digunakan, pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan

mudah dan objektif, pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus

profesional, biaya relatif murah, hasilnya mudah disimpulkan, memiliki ambang

batas dan baku rujukan yang sudah pasti secara ilmiah diakui kebenarannya, hasil

pengukurannya dapat mengidentifikasi status gizi dengan baik karena sudah ada

ambang batas yang jelas, dapat mengevaluasi perubahan status gizi yang terjadi

dari satu generasi ke generasi berikutnya dan dapat digunakan untuk penafsiran

kelompok yang rawan terhadap permasalahan gizi.

2.4.2 Kelemahan Penggunaan Antropometri

Penggunaan antropometri juga memiliki kekurangan dan kelemahan dalam

penerapannya selain keuntungan-keuntungan yang sudah disampaikan diatas.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/19450/3/1492161025-3-BAB II.pdf13 menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik lipid maupun

38

Kelemahan penggunaan antropometri antara lain kurang sensitif, tidak mampu

mendeteksi status gizi dalam waktu singkat, tidak dapat membedakan kekurangan

zat gizi tertentu, faktor di luar gizi (penyakit dan genetik) dapat menurunkan

spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri dan memungkinkan terjadi

kesalahan pada proses pengukuran. Kesalahan dapat disebabkan karena proses

pengukuran, perubahan hasil pengukuran (fisik dan komposisi jaringan), analisis

serta asumsi yang keliru, petugas yang tidak cukup dan kurang mahir dalam

menggunakan alat pengukuran, kesalahan alat ukur yang tidak dilakukan kalibrasi

secara rutin dan kesulitan pengukuran yang disebabkan oleh faktor responden

yang diukur seperti misalnya kesulitan berdiri tegak oleh karena kelainan bangun

tubuh.

Kekurangan-kekurangan yang disampaikan tersebut dapat mempengaruhi

hasil dari pengukuran antopometri sehingga hasil yang didapatkan bisa saja tidak

mencerminkan keadaan bangun tubuh yang sebenarnya dari resoponden yang

diukur. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,

akurasi, dan validitas pengukuran. Untuk memperoleh hasil pengukuran dengan

presisi dan akurasi yang baik maka dalam melakukan pengukuran antopometri

hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran harus dapat diminimalkan

sebelum pengukuran dilaksanakan.