Top Banner
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan ancangan bagi peneliti dalam menyusun konsep-konsep yang berkaitan dengan topik dan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, sekaligus memberikan pemahaman tentang topik penelitian. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini akan dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu : pertama, penelitian terdahulu, pada bagian ini peneliti mengungkapkan beberapa kajian tentang sertifikat tanah yang pernah dilakukan peneliti terdahulu, yang memberi gambaran tentang konteks penelitian yang akan diteliti, termasuk menunjukkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang telah ada. Bagian kedua, berisi pemaparan terhadap konsep-konsep dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian seperti konsep dan teori tentang pengendalian penerbitan sertifikat tanah hak milik. Berdasarkan penjabaran kajian-kajian terdahulu dan pemaparan konsep dan teori yang berkaitan dengan penelitian, disusun suatu kerangka pemikiran yang gunanya sebagai panduan berpikir dalam melakukan penelitian.
30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

Aug 29, 2018

Download

Documents

dinhkien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan

ancangan bagi peneliti dalam menyusun konsep-konsep yang berkaitan dengan

topik dan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, sekaligus memberikan

pemahaman tentang topik penelitian. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini akan

dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu : pertama, penelitian terdahulu, pada

bagian ini peneliti mengungkapkan beberapa kajian tentang sertifikat tanah yang

pernah dilakukan peneliti terdahulu, yang memberi gambaran tentang konteks

penelitian yang akan diteliti, termasuk menunjukkan perbedaan penelitian ini

dengan penelitian-penelitian yang telah ada. Bagian kedua, berisi pemaparan

terhadap konsep-konsep dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian seperti

konsep dan teori tentang pengendalian penerbitan sertifikat tanah hak milik.

Berdasarkan penjabaran kajian-kajian terdahulu dan pemaparan konsep

dan teori yang berkaitan dengan penelitian, disusun suatu kerangka pemikiran

yang gunanya sebagai panduan berpikir dalam melakukan penelitian.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

13

2.1.1. Penelitian Terdahulu

Dalam membuat rancangan penelitian ini, dilakukan studi dan analisis

terhadap penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan, yang dapat menjadi

referensi bagi tesis ini. Penelitian yang berkaitan dengan sertifikat tanah sudah

pernah dilakukan sebelumnya, namun dalam kajian yang berbeda dengan yang

peneliti lakukan. Seperti dideskripsikan berikut.

Penelitian pertama dilakukan Yuyun Yuliati (2010) dengan judul “Kinerja

Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali dalam Penerbitan Sertifikat tanah tahun

2009”. Kajian ini peneliti membahas mengenai bagaimana memperoleh sertifikat

tanah yang harus melalui prosedur dan tata cara yang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Adapun lembaga yang berwenang untuk

menerbitkan sertifikat tanah adalah Badan Pertanahan Nasional. Sebagai lembaga

pemerintah non departemen, Badan Pertanahan Nasional (BPN) tersebar di setiap

Kabupaten atau Kota seluruh Indonesia, serta diberikan tanggung jawab mengurus

masalah pertanahan.

Tujuan penelitian adalah mengingat banyaknya masalah penerbitan

sertifikat tanah yang terjadi pada masyarakat, maka peneliti tertarik untuk

mengetahui bagaimana kinerja Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali dalam

penerbitan sertifikat tanah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif

kualitatif yang dapat menggambarkan kinerja Kantor Pertanahan Kabupaten

Boyolali kaitannya dengan penerbitan sertifikat tanah. Adapun sumber data yang

digunakan meliputi data primer yang diperoleh melalui proses wawancara dengan

sumber data dan data sekunder yang berasal dari dokumen-dokumen yang

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

14

berkaitan dengan obyek penelitian. Metode penarikan sampel yang digunakan

bersifat purposif sampling yaitu, memilih informan yang dianggap mengetahui

dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Teknik pengumpulan data yaitu

observasi, dokumentasi, dan wawancara. Uji validitas data dilakukan dengan

menggunakan teknik trianggulasi data yaitu menguji data yang sejenis dari

berbagai sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

interaktif yang terdiri dari tiga komponen, yaitu, reduksi data, sajian data, dan

penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja Kantor Pertanahan

Kabupaten Boyolali dapat diukur dengan menggunakan tiga indikator yang

mewakili berbagai macam indikator, yaitu, produktivitas, responsibilitas, dan

akuntabilitas. Dengan menggunakan ketiga indikator tersebut dapat diketahui

sejauh mana kinerja Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali dalam pelayanan

penerbitan sertifikat tanah. Selain itu, ketiga indikator tersebut dapat dijadikan

sebagai tolak ukur dalam upaya memperbaiki kinerja Kantor Pertanahan

Kabupaten Boyolali secara lebih terarah dan sistematik. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja Kantor

Pertanahan Kabupaten Boyolali dalam penerbitan sertifikat tanah dapat dikatakan

cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari tercapainya program-program sesuai dengan

target, daya tanggap pegawai dalam memberikan pelayanan dan tanggung jawab

yang cukup baik dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Namun demikian, tetap

diperlukan upaya perbaikan kinerja Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali demi

terciptanya pelayanan yang memuaskan masyarakat.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

15

Penelitian kedua dilakukan oleh Ruchailis Fahmi (2008) dengan judul

“Pelaksanaan Penerbitan Sertifikat Tanah Wakaf di Kota Banjarmasin”.

Penelitian ini membahas arti pentingnya tanah wakaf, maka untuk lebih menjamin

efektifnya pelaksanaan perwakafan tanah maka diperlukan pengawasan yang ketat

dan (Pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977), maka pengawasan tanah

milik dan tata caranya diberbagai wilayah ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri

Agama dan kemudian ditindak lanjuti dengan pasal 14 Peraturan Menteri Agama

No.1 Tahun 1978 yang menyatakan bahwa pengawasan dan bimbingan

perwakafan tanah dilakukan oleh unit organisasi Departemen Agama secara

hirarkis yang diatur dalam keputusan Menteri Agama tentang Struktur Organisasi

Tata Kerja Departemen Agama. Maka peran kantor urusan agama kecamatan

sangat penting dalam pelaksanaan penerbitan sertifikat tanah wakaf, dan didalam

praktek di lapangan masih banyak dijumpai kendala yang menghambat dalam

proses penerbitan sertifikat tanah wakaf tersebut. Penelitian ini mengangkat

persoalan pelaksanaan penerbitan sertifikat tanah wakaf dan kendala yang

dihadapi.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami pelaksanaan penerbitan sertifikat

tanah wakaf yang pelaksanaannya di lakukan di 5 (lima) wilayah kecamatan

Kantor Urusan Agama Banjarmasin. Penelitian ini menggunakan metode yuridis

empirik, spesifikasi penelitian bersifat deskriptif analitik tentang pelaksanaan

penerbitan sertifikat tanah wakaf dan kendala yang dihadapi. Penelitian ini

menggambarkan apa adanya keadaan lapangan, sedangkan tehnik penentuan

sample yang digunakan adalah purpossive sampling dengan tehnik pengumpulan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

16

data berdasarkan pada data primer dan sekunder serta didukung oleh daftar

perpustakaan.

Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan penanganan tanah wakaf oleh

KUA kecamatan di kota Banjarmasin tampak prosedurnya cukup panjang yaitu

sangat birokratis dalam pengurusan sertifikat tanah, tidak jelas siapa yang

membiayai dana sertifikasi, banyak dijumpai tanah wakaf berada di jalur hijau

(dipinggir sungai dan jalan pemerintah), kemudian kendala yang menyebabkan

masyarakat untuk tidak membuat sertifikat tanah wakaf disebabkan kurangnya

kesadaran masyarakat yang belum maksimal dimana adanya sikap

penyederhanaan terhadap pentingnya sertifikat tanah wakat, selama di atas tanah

tersebut berdiri bangunan fisik mesjid atau musholla, sebagian masyarakat hanya

mengucapkan ikrar dihadapan nadzir (pengurus mesjid, musholla) dan saksi-saksi,

tidak dihadapan PPAIW (Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf). Pelaksanaan yang

demikian disatu pihak lebih memudahkan karena tidak memerlukan prosedur dan

tata cara yang rumit. Dilain pihak dapat mengancam status hukum dari tanah

wakaf tersebut, karena itu, keberadaan tanah wakaf di kecamatan-kecamatan kota

Banjarmasin harus segera disertifikasi ke Kantor Pertanahan dengan tujuan

memberikan jaminan kepastian hukum.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Nia Laksita Rini (2009) dengan judul

“Implementasi Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah (LARASITA) sebagai upaya

peningkatan kualitas pelayanan publik”. Kajian ini membahas mengenai Layanan

Rakyat Sertifikasi Tanah (LARASITA) yang merupakan program dalam

memadukan teknologi informasi dengan pelayanan petugas Badan Pertanahan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

17

Nasional (BPN) dalam bentuk pelayanan bergerak, diharapkan mampu

menghapus praktik persoalan sertifikat tanah dan memberikan kemudahan serta

akses yang murah dan cepat dalam mewujudkan kepastian hukum. Tujuannya

adalah untuk menembus daerah-daerah yang sulit dijangkau, sehingga masyarakat

yang tinggal di daerah terpencil tersebut dengan mudah mendapatkan pelayanan

pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang jauh dan biaya transportasi yang

besar. Melalui LARASITA diharapkan masyarakat mendapatkan kemudahan

pelayanan dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Layanan Rakyat

Sertifikasi Tanah (LARASITA) sebagai upaya peningkatan kualitas publik.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara kepada implementor,

pembagian kuesioner untuk masyarakat, observasi dan dokumentasi. Pengolahan

data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan juga analisis

data tabel frekuensi tunggal serta SPSS For Windows non parametrik versi 16,0.

Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa implementasi LARASITA

telah berjalan cukup baik dan sudah cukup dapat meningkatkan kualitas pelayanan

publik. Hal ini dapat dilihat dari indikator implementasi yaitu standar kebijakan,

sumber daya, komunikasi, karakteristik implementor, kondisi sosial ekonomi serta

disposisi implementor maupun indikatorkualitas pelayanan publik yaitu

transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipatif, kesamaan hak/keadilan serta

keseimbangan hak dan kewajiban sudah cukup baik.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

18

Dari ketiga penelitian terdahulu itu, masing-masing memiliki

keunggulannya dan penulis dapat mengambil manfaat dari penelitian tersebut.

Beberapa butir perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu dengan

penelitian ini, yaitu :

1. Penelitian dilakukan Yuyun Yuliati, yang membahas bagaimana kinerja

Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali dalam penerbitan sertifikat

tanah, sedangkan penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini

adalah mengenai pengendalian penerbitan sertifikat tanah hak milik

pada Kantor Pertanahan Kota Tangerang.

2. Penelitian dilakukan Ruchailis Fahmi, yang membahas mengenai

memahami pelaksanaan penerbitan sertifikat tanah wakaf di 5 (lima)

wilayah kecamatan Kantor Urusan Agama Banjarmasin. Penelitian

Ruchailis Fahmi memfokuskan penerbitan sertifikat tanah pada

sertifikat tanah wakaf, sedangkan penelitian yang penulis lakukan

dalam penelitian ini adalah mengenai pengendalian penerbitan sertifikat

tanah hak milik pada Kantor Pertanahan Kota Tangerang.

3. Selanjutnya, penelitian dilakukan Nia Laksita Rini, yang membahas

mengenai implementasi Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah

(LARASITA) sebagai upaya peningkatan kualitas publik, yang lebih

difokuskan terhadap penerbitan sertifikat tanah yang dilakukan Kantor

Pertanahan melalui program LARASITA, sedangkan penelitian yang

penulis lakukan dalam penelitian ini adalah mengenai pengendalian

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

19

penerbitan sertifikat tanah hak milik pada Kantor Pertanahan Kota

Tangerang.

2.1.2. Pengertian Pengendalian

Pengendalian atau controlling adalah fungsi terakhir dari proses

manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan pelaksanaan proses

manajemen, karena itu harus dilakukan sebaik-baiknya. Di bawah ini dijelaskan

beberapa definisi/pengertian pengawasan menurut pakar organisasi dan

manajemen.

Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya

sesuai dengan aktivitas yang direncanakan (Stoner,1995:248). Menurut Robbins

dan Coulter (1999:526), pengendalian dapat dirumuskan sebagai proses

memantau kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan itu diselesaikan

sebagaimana telah direncanakan dan proses mengoreksi setiap penyimpangan

yang berarti. Koontz (1993:195) mengungkapkan pengendalian adalah mengukur

dan mengoreksi prestasi kerja bawahan guna memastikan, bahwa tujuan

organisasi disemua tingkat dan rencana yang didesain untuk mencapainya, sedang

dilaksanakan.

Pengendalian sebenarnya berkisar pada kegiatan memberikan pengamatan,

pemantauan, penyelidikan, dan pengevaluasian keseluruhan kegiatan manajemen

agar tujuan yang sudah ditetapkan dapat dicapai secara tepat, dan apabila tidak

dapat dicapai sesuai dengan perencanaannya, maka dicari faktor penyebabnya dan

dilakukan tindakan perbaikan.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

20

Pandangan lain mengenai pengendalian diungkapkan oleh Siswanto

(2011:139) bahwa :

pengendalian adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar

kinerja dengan sasaran perencanaan, mendesain sistem umpan balik

informasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah

ditetapkan, menentukan apakah terdapat penyimpangan dan mengukur

signifikansi penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan

yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan

yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih efisien dan efektif

guna mencapai sasaran perusahaan.

Hal senada di ungkapkan oleh Hasibuan (2001:241) yang menjelaskan

sebagai berikut: pengendalian merupakan fungsi manajemen yang sangat penting

dan sangat menentukan proses manajemen, serta menentukan baik atau buruknya

pelaksanaan suatu rencana.

Selanjutnya Usman (2009:503) menjelaskan yaitu : pengendalian adalah

proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut.

Wiludjeng (2007:176) juga menjelaskan bahwa : pengendalian merupakan

fungsi terakhir dalam proses manajemen yang erat hubungannya dengan

perencanaan, pengendalian dilakukan untuk memastikan bahwa tindakan atau

proses yang harus dilakukan betul-betul dilaksanakan sesuai dengan yang

ditetapkan.

Ranupandojo (1996:169) juga menjelaskan pengertian pengendalian,

sebagai berikut :

Pengendalian merupakan peristiwa pembanding antara pelaksanaan

dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, membuat koreksi-

koreksi jika pelaksanaan berbeda atau menyimpang dari rencana,

pengendalian juga merupakan proses dimana pihak manajemen dapat

melihat apa yang terjadi dan apa yang seharusnya terjadi.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

21

Amirullah dan Haris Budiyono (2004:298) mengatakan pengertian

pengendalian, adalah sebagai berikut : Pengendalian sebenarnya berkisar pada

kegiatan memberikan pengamatan, pemantauan, penyelidikan, dan pengevaluasian

keseluruhan kegiatan manajemen agar tujuan yang sudah ditetapkan dapat dicapai

secara tepat.

Selanjutnya Robert J. Mockler (dalam James.A.F.Stoner 1986:221)

mengungkapkan bahwa pengendalian itu adalah sebagai berikut :

pengendalian merupakan suatu upaya yang sistematis untuk menetapkan

standar prestasi dengan sasaran perencanaan, merancang sistem umpan

balik informasi, membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standar

yang lebih dahulu ditetapkan itu, menentukan apakah ada penyimpangan

dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut, dan mengambil

tindakan perbaikan yang untuk menjamin bahwa semua sumberdaya

perusahaan tengah digunakan sedapat mungkin dengan cara yang paling

efektif dan efisien guna tercapainya sasaran perusahaan.

Dari definisi-definisi di atas mengenai pengendalian di atas dapat ditarik

kesimpulan, pada intinya pengendalian adalah sebagai suatu proses yang

sistematik untuk mengevaluasi apakah aktivitas-aktivitas organisasi telah

dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dan apabila belum

dilaksanakan diagnosis faktor penyebabnya, untuk selanjutnya diambil tindakan

perbaikan.

Berbicara mengenai sejauh apa pentingnya pengendalian dalam organisasi,

tentunya pengendalian itu sangat penting untuk dapat mengevaluasi sebuah

rencana agar sesuai dengan apa yang ditetapkan dan agar terjadi penyimpangan.

Apabila telah terjadi penyimpangan perlu diadakannya perbaikan. Robbins dan

Coulter (1999:527-528), juga mengungkapkan pentingnya pengendalian karena

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

22

pengendalian merupakan jembatan terakhir dalam rantai fungsional kegiatan-

kegiatan manajemen. Pengendalian merupakan satu-satunya cara para manajer

untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan organisasi itu tercapai atau tidak dan

mengapa tercapai atau tidak tercapai.

Stoner (1996:250) menjelaskan bahwa salah satu alasan mengapa

pengendalian diperlukan adalah rencana yang paling baik sekalipun dapat

menyimpang, karena pengendalian juga dapat membantu manajer memonitoring

perubahan lingkungan dan pengaruhnya pada kemajuan organisasi. Dengan

demikan, tujuan dari pengendalian adalah untuk menjamin kesesuaian antara

perencanaan dengan pelaksanaan.

Robert J. Mockler (dalam James.A.F.Stoner 1986:223) menjelaskan arti

pentingnya pengendalian, yaitu pengendalian itu perlu agar perusahaan dapat

mencapai tujuannya. Pentingnya arti pengendalian diikuti oleh beberapa faktor-

faktor yang membuat pengendalian itu penting, faktor-faktor itu meliputi adanya

perubahan dalam lingkungan organisasi, makin kompleksnya organisasi, tidak

luputnya para karyawan dari kesalahan dan perlunya manajer mendelegasikan

wewenangnya.

Langkah-langkah dalam pengendalian juga harus diperhatikan, agar

pengendalian yang dilakukan berjalan dengan efektif, langkah-langkah pokok

dalam proses pengendalian tersebut dikemukakan oleh Robert J. Mockler (dalam

James.A.F. Stoner 1986:221) yaitu :

1. Penetapkan standar dan metode untuk pengukuran prestasi kerja.

Langkah ini bisa mencakup standar dan ukuran untuk segala hal mulai dari

target penjualan dan produksi sampai pada rekor kehadiran dan keamanan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

23

pekerja. Agar langkah ini menjadi efektif, standar tersebut harus dirinci

dalam bentuk-bentuk yang berarti dan diterima oleh para individu yang

bersangkutan. Metode pengukuran pun harus diterima sebagai metode

yang akurat. Sebuah organisasi dapat saja menetapkan sasaran untuk

menjadi “pemimpin dalam bidangnya”, akan tetapi standar tersebut

tidaklah lebih dari inspirasi verbal apabila tidak diberi batasan dan apabila

sebuah sistem pengukuran tidak ditetapkan.

2. Pengukuran prestasi.

Langkah ini merupakan proses yang berkesinambungan, repetitif

(berulang-ulang) dengan frekuensi aktual tergantung kepada jenis aktivitas

yang sedang diukur.

3. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar.

Langkah ini merupakan yang paling mudah ditempuh dalam proses

pengendalian. Sifat kompleksnya mungkin telah dapat diatasi dalam kedua

langkah yang pertama, sekarang tinggal membandingkan hasil-hasil yang

telah diukur dengan target atau standard yang telah ditetapkan

sebelumnya. Jika prestasi sesuai dengan standard, manajer dapat

mengasumsi, bahwa “segala sesuatunya telah berjalan secara terkendali,

sehingga ia tidak perlu turut campur secara aktif dalam operasi organisasi.

4. Mengambil tindakan perbaikan.

Jika prestasi turun dibawah standard dan analisis menunjukkan perlunya

diambil tindakan. Tindakan perbaikan ini dapat berupa mengadakan

perubahan terhadap satu atau lebih banyak aktivitas dalam operasi

organisasi, atau terhadap standard yang telah ditetapkan semula.

Langkah-langkah pokok dalam proses pengendalian dapat dilihat dalam gambar

berikut ini :

Gambar 2.1

Langkah-langkah Pokok dalam Proses Pengendalian

Tidak

Ya

Penetapkan

Standar dan

Metode Untuk

Pengukur Prestasi

Kerja

Pengukur

Prestasi

Apakah

Prestasi

Sesuai dengan

Standar?

Pengambilan

Tindakan

Perbaikan

Tidak Berbuat

apa-apa

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

24

Sejalan dengan Stoner, Robbins dan Coulter (1999:529) juga menjelaskan proses

pengendalian, namun Robbins dan Coulter hanya membaginya menjadi tiga

langkah yang terpisah, yaitu :

1. Mengukur kinerja sebenarnya.

2. Membandingkan kinerja sebenarnya dengan suatu standar

3. Mengambil tindakan manajerial untuk membetulkan penyimpangan-

penyimpangan atau standar yang tidak memadai.

Langkah-langkah proses pengendalian dapat dilihat dalam gambar berikut ini :

Gambar 2.2

Proses Pengendalian

Selanjutnya Koontz (1993:197) menjelaskan tiga langkah dalam proses dasar

pengendalian, yaitu :

1. Menetapkan standar.

2. Mengukur prestasi kerja atau standar ini.

3. Memperbaiki dan mengoreksi penyimpangan yang tak dikehendaki

dari standar dan perencanaan.

Mengukur

Kinerja Aktual

Membandingkan

Kinerja Aktual

dengan Standar

Membetulkan

Penyimpangan

SASARAN DAN

TUJUAN

Organisasional

Divisional

Departemental

Individual

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

25

Tiga langkah dalam proses dasar pengendalian dapat dilihat dalam gambar berikut

ini :

Gambar 2.3

Umpan Balik yang Sederhana

INPUT OUTPUT

(Tenaga kerja, (Tujuan)

Uang dan perencanaan)

Setelah melakukan langkah-langkah pengendalian, harus di perhatikan

juga mengenai karakteristik pengendalian yang efektif. Arti penting relatif dari

karakteristik tersebut akan berbeda-beda menurut keadaan masing-masing, tetapi

sebagian besar pengendalian akan diperkuat oleh kehadirannya. James A. F.

Stoner (1986:239) mengungkapkan secara umum pengendalian yang efektif

mempunyai karakteristik berikut :

1. Akurat, informasi tentang hasil prestasi harus akurat. Data yang tidak

akurat dari sistem pengendalian dapat mengakibatkan organisasi

mengambil tindakan yang akan menemui kegagalan untuk memperbaiki

sutu masalah, atau menimbulkan masalah yang tadinya tidak ada.

Proses

atau

Operasi

Mendeteksi

Penyimpangan

Proses

Pembetulan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

26

Mengevaluasi ketetapan informasi yang diterima merupakan salah satu

tugas pengendalian yang paling penting yang dihadapi manajer.

2. Tepat Waktu, informasi harus dikumpulkan, di arahkan dan segera

dievaluasi, jika hendak diambil tindakan tepat pada waktunya untuk

menghasilkan perbaikan.

3. Obyektif dan Konprehensif, informasi dalam sistem pengendalian harus

dapat dipahami dan dianggap obyektif oleh individu yang

menggunakannya. Makin kurang subyektif atau kesamaran sistem

pengendalian itu, makin besar kemungkinannya bahwa individu dengan

sadar dan efektif akan menanggapi informasi yang diterimanya. Sistem

informasi yang sukar dipahami akan mengakibatkan kesalahan yang

tidak perlu dan kebingungan atau frustasi dikalangan para karyawan.

4. Dipusatkan Pada Tempat-tempat Pengendalian Strategik, sistem

pengendalian sebaiknya dipusatkan terhadap bidang-bidang yang paling

banyak kemungkinannya kan terjadi penyimpangan dari standard, atau

yang akan menimbulkan kerugian paling besar. Sistem ini sebaiknya

dipusatkan pula pada tempat-tempat dimana tindakan perbaikan dapat

dilaksanakan seefektif mungkin. Umpamanya kurang tepatlah kiranya

untuk memeriksa kualitas atau mutu setelah barang itu dikirimkan kepada

pelanggan, yang paling logis ialah memeriksa mutu barang itu segera

setelah keluar dari lini perakitannya.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

27

5. Dari Segi Ekonomi Realistik, biaya untuk mengimpletasi sistem

pengendalian sebaiknya lebih sedikit atau paling banyak sama dengan

keuntungan yang diperoleh dari sistem itu. Cara yang terbaik untuk

memperkecil pemborosan, atau pengluaran-pengeluaran yang tidak perlu

dalam sistem pengendalian ialah mengeluarkan biaya paling minimum

yang diperlukan untuk memastikan, bahwa aktivitas yang dimonitor akan

mencapai tujuan yang diinginkan. Umpamanya, akan merupakan

pemborosan saja bagi manajer penjualan untuk menerima laporan

penjualan setiap hari. Laporan mingguan atau bulanan biasanya sudah

mencukupi.

6. Realistik dari segi organisasi, sistem pengendalian harus dapat

digabungkan dengan realitas organisasi. Umpamanya, individu harus

dapat melihat hubungan antara tingkat prestasi yang harus dicapainya

dengan penghargaan/imbalan yang akan menyusul kemudian. Selain itu,

semua standard hasil pekerjaan harus realistis. Perbedaan status antara

individu harus dihargai juga. Invidu yang diharuskan memberi laporan

tentang terjadinya penyimpangan kepada seseorang yang dianggapnya

sebagai anggota staf yang lebih rendah pangkatnya, mungkin tidak akan

lagi menaggapi sistem pengendalian itu secara serius.

7. Dikoordinasikan dengan arus pekerjaan organisasi, informasi

pengendalian perlu dikoordinasikan dengan arus pekerjaan diseluruh

organisasi karena dua alasan. Pertama : setiap langkah dalam proses

pekerjaan dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan seluruh

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

28

operasi. Kedua : informasi pengendalian harus sampai kepada semua

orang yang perlu menerimanya. Umpamanya, produsen alat-alat rumah

tangga yang menerima suku cadang dari berbagai pabrik pembuatnya dan

memusatkan perakitannya disuatu tempat, perlu mendapat kepastian,

bahwa semua suku cadang tersebut telah dibuat sesuai dengan

standardnya. Manajer pabrik harus dapat mengetahui juga tentang

berkembangnya masalah yang serius disalah satu pabrik lainnya, karena

laju pekerjaan dipabriknya sendiri mungkin harus disesuaikan dengan

perubahan tersebut.

8. Luwes, untuk hampir semua organisasi, sistem pengendalian harus

mengandung sifat luwes yang sedemikian rupa, sehingga organisasi atau

perusahaan tersebut dapat segera bertindak untuk mengatasi perubahan-

perubahan yang merugikan, memanfaatkan peluang-peluang baru.

9. Perskriptif dan Operasional, sistem pengendalian yang efektif dapat

mengidentifikasi, setelah terjadi penyimpangan dari standard, tindakan

perbaikan apakah yang perlu diambil. Informasi harus sampai dalam

bentuk yang dapat digunakan ketika informasi itu tiba pada tangan orang-

orang yang bertanggungjawab untuk mengambil tindakan yang

diperlukan itu.

10. Diterima Oleh Para Anggota Organisasi, agar sebuah sistem

pengendalian dapat diterima oleh para anggota organisasi, pengendalian

itu harus bertalian dengan tujuan yang berarti dan diterima. Tujuan

tersebut harus mencerminkan bahasa dan aktivitas orang-orang kepada

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

29

siapa tujuan itu dipertautkan. Sebagai contoh, manajer puncak

memberikan perhatian pada prestasi keuangan. Pada tingkatan mereka,

akan ada artinya untuk mengkaitkan setidak-tidaknya pengendalian

dengan hasil-hasil dan anggaran keuangan triwulan. Bagi supervisor lini

pertama, banyaknya produk yang dihasilkan, presentase penolakan,

lamanya istirahat mesin, dan bahan-bahan yang terbuang. Dimata mereka

pengendalian itu hanya akan bermanfaat apabila dapat memberikan data

tentang aktivitas operasional, aktivitas sehari-hari pada waktunya dan

juga akurat.

Setelah melihat langkah-langkah yang efektif dalam pengendalian, ada

beberapa jenis metode pengendalian, kebanyakan metode-metode pengendalian

dapat dikelompokkan menjadi salah satu dari empat jenis pokok, yaitu

pengendalian pra-tindakan, pengendalian kemudi, pengendalian penyaringan atau

pengendalian ya/tidak, dan pengendalian purna-tindakan. James A. F. Stoner

(1986:227) menjelaskan keempat metode pengendalian tersebut, sebagai berikut :

1. Pengendalian Pra-Tindakan

Pengendalian Pra-Tindakan (pre-action control) yang kadang kala dikenal

dengan pra-pengendalian (pre-control) yang memastikan bahwa sebelum

suatu tindakan diambil maka sumberdaya manusia, bahan, dan keuangan

yang diperlukan dianggarkan. Bila tiba saatnya diambil tindakan, anggaran

memastikan sumberdaya yang diperlukan itu akan tersedia dalam jenis,

mutu, jumlah, dan tempat sesuai kebutuhan. Anggaran mungkin

diperlukan untuk penarikan dan pengembangan karyawan baru, pembelian

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

30

peralatan dan suplais baru, serta desain dan rekayasa bahan-bahan atau

produk baru.

2. Pengendalian Kemudi

Pengendalian Kemudi (steering control), atau pengendalian umpan ke-

depan (feedforward control) dirancang untuk mendeteksi penyimpangan-

penyimpangan dari standard atau tujuan tertentu dan memungkinkan

tindakan perbaikan diambil sebelum urutan tindakan tertentu

dirampungkan. Istilah “pengendalian kemudi”, berasal dari sistem

mengemudi sebuah mobil. Sang sopir mengendalikan mobil itu untuk

mencegahnya agar tidak keluar dari jalur atau agar tidak menuju kearah

yang salah sehingga tempat tujuan yang benar dapat dicapai.

3. Pengendalian Ya/Tidak atau Penyaringan

Pengendalian Ya/Tidak merupakan suatu proses penyaringan dimana

aspek-aspek spesifik dari suatu prosedur harus disetujui atau syarat

tertentu dipenuhi sebelum kegiatan dapat dilanjutkan. Oleh karen

pengendalian kemudi merupakan sarana untuk mengambil tindakan

perbaikan sementara suatu program masih berjalan, jenis pengendalian

tersebut biasanya lebih penting dan lebih luas digunakan daripada jenis-

jenis pengendalian lainnya. Akan tetapi, pengendalian kemudi jarang

sempurna, dan karenanya pengendalian ya/tidak menjadi sangat berguna

sebagai alat “pengecekan ulang”. Kalau keamanan adalah faktor kunci,

seperti dalam perancangan pesawat terbang, atau apabila menyangkut

pengeluaran yang besar, seperti pada program konstruksi, pengendalian

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

31

ya/tidak memberikan batas keamanan (bantal pengaman) tambahan bagi

manajer.

4. Pengendalian Purna-Tindakan

Pengendalian Purna-Tindakan (post-action control) mengukur hasil-hasil

dari suatu tindakan yang telah dirampungkan. Penyebab terjadinya

penyimpangan dari rencana atau standard ditentukan, dan temuan-temuan

itu diterapkan pada aktivitas yang sama dimasa mendatang. Pengendalian

purna tindakan juga digunakan sebagai dasar untuk balas jasa atau untuk

mendorong karyawan (sebagai contoh, yang memenuhi standard dapat

memperoleh bonus).

2.1.3. Pengertian Sertifikat Tanah

Dalam Peraturan Pemerintah (Nomor 24 Tahun 1997 pasal 1 ayat 2)

menyatakan bahwa :

“Sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana yang dimaksud dalam

pasal 19 ayat (2) huruf c Undang-Undang Pokok Agraria untuk Hak Atas

Tanah, Hak Pengelolaan Tanah Wakaf, Hak Milik Atas Satuan Rumah

Susun dan Hak Tanggungan untuk masing-masing yang sudah dibukukan

dalam buku tanah yang bersangkutan”.

Menurut Sangsun (2007:51) pengertian sertifikat sebagai berikut : Sertifikat

merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat

mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data

fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan yang ada dalam surat ukur dan buku

tanah yang bersangkutan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

32

Untuk mendapatkan jaminan kepastian hukum atas bidang tanah,

memerlukan perangkat hukum yang tertulis, lengkap, jelas, dan dilaksanakan

secara konsisten sesuai dengan jiwa dan isi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Hal

tersebut tercapai melalui pendaftaran tanah. Sebagai bagian dari proses

pendaftaran tanah, sertifikat sebagai alat pembuktian atas hak tanah terkuat pun

diterbitkan. Pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan asas sederhana, aman,

terjangkau, dan mutakhir/terbuka, sebagaimana tercantum dalam ketentuan

(pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997) dan penjelasannya sebagai

berikut (dalam Sangsun, 2007 : 17-19) :

1. Sederhana

Dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan pokok

maupun prosedurnya mudah dipahami oleh pihak-pihak yang

berkepentingan, terutama para pemegang hak atas tanah.

2. Aman

Pendaftaran tanah perlu menunjukkan diselenggarakan secara teliti dan

cermat sehingga yang hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian

hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.

3. Terjangkau

Menunjuk pada keterjangkauan bagi pihak-pihak yang memerlukan,

khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan

ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka penyelenggaraan

pendaftaran tanah harus bisa terjangkau para pihak yang memerlukan.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

33

4. Mutakhir/Terbuka

Menunjuk pada kelengkapan yang memadai dalam pemeliharaan datanya.

Data yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk

perlu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan yang terjadi

kemudian hari. Asas mutakhir atau terbuka menurut dipeliharanya data

pendaftaran tanah secara terus menerus dan berkesinambungan, sehingga

data yang tersimpan di Kantor Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan

nyata di lapangan, dan masyarakat dapat memperoleh keterangan

mengenai data yang benar setiap saat, untuk itulah diberlakukan asas

terbuka.

Dengan pendaftaran hak atas tanah tersebut berarti pihak yang didaftar

akan mengetahui subyek hak atas tanah dan obyek hak atas tanah yaitu mengenai

orang yang menjadi pemegang hak atas tanah itu, letak tanahnya, batas-batas

tanahnya, panjang serta lebar dari tanah tersebut. Hasil akhir dari pendaftaran hak

atas tanah adalah sertifikat tanah. Sertifikat ini berguna sebagai alat bukti yang

kuat dan akan melindungi hak-hak para pemilik tanah.

Tujuan dari diterbitkannya sertifikat adalah untuk kepentingan pemegang

hak yang didasarkan pada data fisik dan data yuridis sebagaimana yang telah

didaftarkan dalam buku tanah. Adanya sertifikat dapat menjadi bukti autentik dari

pemegang sertifikat, sehingga apabila ada pihak lain yang menganggap bahwa

tanah tersebut adalah miliknya, pemegang sertifikat memiliki bukti yang kuat

bahwa secara hukum dia adalah pemilik tanah tersebut. (Sembiring, 2010:43)

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

34

Penerbitan sertifikat tanah juga memerlukan instrumen-instrumen pokok,

karena sertifikat merupakan perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan

peraturan perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut

prosedur dan persyaratan tertentu. Menurut Adrian Sutedi (2012:52) beberapa

instrumen penerbitan sertifikat dijelaskan sebagai berikut :

1. Instrumen Yuridis

Dalam rangka melaksanakan tugas ini kepada pemerintah diberikan

wewenang dalam bidang pengaturanyang dari fungsi pengaturan ini

muncul beberapa instrumen yuridis untuk menghadapi peristiwa individual

dan konkret, yaitu dalam bentuk ketetapan. Sesuai dengan sifatnya,

individual dan konkret ketetapan ini merupakan ujung tombak dan

instrumen hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Salah satu wujud dari ketetapan ini adalah diterbitkannya sertifikat

tanah. Berdasarkan jenis-jenis ketetapan, sertifikat tanah termasuk sebagai

ketetapan yang bersifat konstitutif, yakni ketetapan yang menimbulkan hak

baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh seseorang yang namanya

tercantum dalam sertifikat. Dengan demikian, sertifikat tanah merupakan

instrumen yuridis dalam bentuk ketetapan yang bersifat konstitutif dan

yang digunakan oleh pemerintah dalam hal ini Kepala Kanwil BPN/Kantor

Pertanahan untuk menghadapi atau menetapkan peristiwa konkret. Sebagai

ketetapan, sertifikat tanah dibuat dengan ketentuan dan persyaratan yang

berlaku.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

35

2. Instrumen Peraturan Perundang-undangan

Penerbitan sertifikat tanah merupakan tindakan hukum pemerintah.

Sebagai tindakan hukum, maka harus ada wewenang yang diberikan oleh

peraturan perundang-undangan atau harus berdasar pada asas legalitas.

Tanpa dasar wewenang tindakan, tindakan hukum itu menjadi tidak sah.

Oleh karena itu, dalam hal membuat dan menerbitkan sertifikat haruslah

didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-

undangan yang berlaku karena tanpa adanya dasar wewenang tersebut

sertifikat tanah yang diterbitkan tidak sah.

3. Instrumen Organ Pemerintah

Lembaga pemerintah adalah lembaga yang menjalankan urusan

pemerintahan baik ditingkat pusat, yakni Badan Pertanahan Nasional

(BPN), maupun ditingkat Daerah, yakni Kanwil BPN Provinsi dan Kantor

Pertanahan Kabupaten/Kota. Dengan demikian, penerbitan sertifikat hanya

boleh dikeluarkan oleh Kanwil BPN Provinsi dan Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota (sesuai dengan pelimpahan wewenangnya) sebagai organ

pemerintahan. Keputusan yang memberikan sertifikat tanah harus diambil

oleh organ pemerintahan yang berwenang.

4. Peristiwa Konkret

Sertifikat tanah merupakan instrumen yuridis yang dituangkan dalam

bentuk ketetapan, yang digunakan oleh pemerintah dalam menghadapi

peristiwa konkret dan individual. Peristiwa konkret artinya peristiwa yang

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

36

terjadi pada waktu tertentu, orang atau badan hukum tertentu, lokasi tanah

tertentu, dan fakta hukum tertentu.

5. Prosedur dan Persyaratan

Pada umumnya permohonan penerbitan sertifikat tanah harus

menempuh suatu prosedur yang ditentukan oleh BPN Provinsi dan Kantor

Pertanahan Kabupaten/Kota selaku instansi yang berwenang menerbitkan

sertifikat. Disamping harus menempuh prosedur yang ditentukan,

pemohon juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan

secara sepihak oleh Badan Pertanahan Nasional (melalui Peraturan Kepala

BPN). Prosedur dan persyaratan itu berbeda-beda tergantung dari jenis hak

atas tanahnya.

Penentuan prosedur dan persyaratan penerbitan sertifikat ini dilakukan

secara sepihak oleh pemerintah. Meskipun demikian, Badan Pertanahan

Nasional (BPN) tidak boleh membuat atau menentukan prosedur dan

persyaratan menurut kehendaknya sendiri secara sewenang-wenang, tetapi

harus sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar

penerbitan sertifikat tanah. Pemerintah tidak boleh menentukan syarat

yang melampaui batas tujuan yang hendak dicapai oleh peraturan

perundang-undangan yang menjadi dasarnya.

Berkaitan dengan pelaksanaan pembuatan sertifikat tanah tersebut, dari

pemerintah telah menunjuk lembaga yang bergerak dibidang pertanahan. Dalam

hal ini adalah Badan Pertanahan Nasional. Badan Pertanahan Nasional yang

terdiri dari tingkat pusat, tingkat propinsi yaitu Kantor Wilayah Badan Pertanahan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

37

Nasional dan tingkat kabupaten atau kotamadya yaitu Kantor Pertanahan, dan

didalam pelaksanaannya, Badan Pertanahan Nasional tidak bisa dilepas dari

pembuatan sertifikat tanah.

Tugas dan wewenang dari Badan Pertanahan Nasional selaku lembaga

non-departemen, dalam menjalankan pensertifikasian tanah juga membutuhkan

peran serta dan kerjasama yang baik. Tugas dan wewenang dari Badan Pertanahan

Nasional meliputi „diunduh dari www.bpn.go.id. Tangal 27 Juli 2012 :

a. pemberian ijin lokasi.

b. penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan.

c. penyelesaian sengketa tanah garapan.

d. penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk

pembangunan.

e. penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, serta ganti kerugian

tanah kelebihan maksimum dan tanah absente.

f. penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat.

g. pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong.

h. pemberian ijin membuka tanah.

i. perencanaan penggunaan tanah wilayah Kabupaten/Kota.

Seseorang yang memohon atau mengurus sertifikat tanah terdorong oleh

alasan tertentu, yaitu secara umum mereka terdorong oleh alasan dasar, yaitu:

atas kemauan sendiri, masih banyaknya tanah yang belum memiliki sertifikat

resmi, didalam pelaksanaannya di atur oleh peraturan perundang-undangan, serta

berkaitan dengan peraturan pemerintah yang baru tentang sertifikasi tanah. Hal itu

sesuai dengan Keputusan Presiden (Nomor 34 Tahun 2003) tentang Kebijakan

Nasional di bidang Pertanahan, menjelaskan bahwa:

“Didalam proses pensertifikasian tanah harus dilaksanakan dengan

sesegera mungkin sebagai pengganti sertifikat yang lama, baik leter-C

maupun yang lainnya. Karena apabila tidak segera dilakukan sertifikasi

tanah yang baru, dikhawatirkan sertifikat tersebut akan menjadi tidak

berharga”.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

38

Badan Pertanahan Nasional selaku badan pemerintahan yang bergerak di

bidang pertanahan mengadakan percepatan dalam hal pembangunan informasi dan

manajemen pertanahan yang terutama berhubungan dengan masalah sertifikat

tanah, yang antara lain meliputi „diunduh dari www.bpn.go.id. Tanggal 27 Juli

2012 :

1) penyusunan basis data tanah-tanah aset negara/

pemerintah/pemerintah daerah di seluruh Indonesia;

2) penyiapan aplikasi data tekstual dan spasial dalam pelayanan

pendaftaran tanah dan penyusunan basis data penguasaan dan

pemilikan tanah, yang dihubungkan dengan e-government,

e-commerce dan e-payment;

3) pemetaan kadasteral dalam rangka inventarisasi dan registrasi

penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan

menggunakan teknologi citra satelit dan teknologi informasi untuk

menunjang kebijakan pelaksanaan landreform dan pemberian hak atas

tanah;

4) pembangunan dan pengembangan pengelolaan penggunaan dan

pemanfaatan tanah melalui sistem informasi geografi, dengan

mengutamakan penetapan zona sawah beririgasi, dalam rangka

memelihara ketahanan pangan nasional.

2.2. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian-kajian terdahulu dan penjabaran konsep-konsep yang

telah dibahas sebelumnya, maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran sebagai

acuan dalam penelitian ini. Pengendalian merupakan suatu proses untuk

mengevaluasi apakah aktivitas-aktivitas organisasi telah dapat terlaksana sesuai

dengan yang telah ditetapkan, jika belum sesuai maka diadakan diagnosis faktor

penyebabnya, untuk selanjutnya di ambil tindakan perbaikan. Tujuan dari

pengendalian adalah untuk dapat memastikan kesesuaian antara perencanaan

dengan pelaksanaan.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

39

Kantor Pertanahan memiliki wewenang untuk penerbitan sertifikat, namun

bukan berarti suatu badan ini dapat menerbitkan sertifikat yang tidak sesuai

dengan peraturan yang berlaku dan ditetapkan oleh pemerintah. Tingkat

pengendalian dalam penerbitan sertifikat tanah diperlukan untuk menjamin

keabsahan dari sertifikat tanah tersebut.

Pengendalian memiliki tahapan atau langkah-langkah dalam prosesnya.

Menurut Robert J. Mockler (dalam James A. F. Stoner 1986:221) terdapat empat

langkah-langkah pokok dalam proses pengendalian, yaitu :

1. Penetapan standard dan metode untuk pengukuran prestasi ;

2. Pengkuran prestasi ;

3. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar ; dan

4. Mengambil tindakan perbaikan.

Pengendalian penerbitan sertifikat tanah hak milik ini dilakukan oleh

Kantor Pertanahan Kota Tangerang. Pengendalian yang dilakukan tersebut

dianggap penting agar dalam penerbitan sertifikat tanah hak milik, Kantor

Pertanahan akan dapat lebih berhati-hati dan benar-benar teliti sebelum

menerbitkan sertifikat tanah tersebut.

Teori yang digunakan adalah teori Robert J. Mockler (dalam James A. F.

Stoner 1986:221), hal ini dikarenakan dalam teori tersebut dijelaskan mengenai 4

(empat) langkah-langkah pokok dalam proses pengendalian, sehingga dalam

melaksanakan pengendalian akan lebih jelas pelaksanaannya. Berkaitan dengan

masalah pengendalian penerbitan sertifikat tanah, seperti sertifikat gand dan

gagalnya pemisahan dari sertifikat induk, teori ini cocok digunakan karena dengan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

40

melihat standard, mengukur prestasi, membandingkan antara prestasi dan

standard, dan dilakukan tindakan perbaikan, maka akan terlihat bagaimana

pengendalian di Kantor Pertanahan Kota Tangerang dapat dilaksanakan. Teori ini

juga membahas bagaimana melaksanakan pengendalian terlebih dahulu harus

memiliki standard yang baik agar dalam pelaksanaanya dapat diminimalisir

kesalahannya.

Gambaran penelitian mengenai pengendalian penerbitan sertifikat tanah

pada Kantor Pertanahan Kota Tangerang dapat digambarkan dalam alur pikir

sebagai berikut :

Gambar 2.4

Kerangka Pemikiran Penelitian

Memberikan Jaminan,

Keamanan serta

Kesejahteraan

Pertanahan kepada

Masyarakat

Pengendalian Robert J. Mockler :

1. Penetapan standard dan metode

untuk pengukuran prestasi.

2. Pengkuran prestasi.

3. Menetapkan apakah prestasi kerja

sesuai dengan standard.

4. Mengambil tindakan perbaikan.

Kantor Pertanahan

Kota Tangerang

Sertifikat

Tanah

Hak Milik

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustakamedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2010/170720100005_2_7341.pdf · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam

41

2.3. Hipotesis Kerja

Dari kerangka pemikiran sebagaimana telah dinyatakan tersebut di atas,

maka dapat diambil Hipotesis Kerja sebagai berikut :

“Pengendalian penerbitan sertifikat tanah hak milik pada Kantor

Pertanahan Kota Tangerang yang efektif, melalui penerapan 4 langkah pokok

dalam proses pengendalian sebagai berikut: ”penetapan standard dan metode untuk

pengukuran prestasi, pengukuran prestasi, menetapkan apakah prestasi kerja sesuai

dengan standard, dan mengambil tindakan perbaikan.”