4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Proyek Konstruksi Proyek kontruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencapai hasil dalam bentuk fisik bangunan atau infrastruktur. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, ada suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan itu tertentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait,baik secara langsung maupun tidak langsung (Soeharto, 1997) Kegiatan proyek dapat diartikan juga sebagai suatu kegiatan sementara yang langsung dalam jangka waktu yang terbatas, dengan alokasi sumber daya yang tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 1997). Wujud dari proses pelaksanakan proyek tersebut dapat berupa bangunan gedung (perumahan, kantor, pabrik), bangunan sipil (jalan raya, jembatan, bendungan), membuat produk baru, ataupun melakukan penelitian dan pengembangan. Adapun ciri-ciri pokok proyek adalah: a. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir b. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan yang telah ditentukan. c. Bersifat sementara, dalam arti umumnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan titik akhir ditentukan dengan jelas. d. Nonrutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intesitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung. Dalam mencapai sasaran dan tujuan dari proyek yang telah ditentukan terdapat batas-batasan dalam suatu proyek yaitu Triple Constraint atau tiga kendala yang terdiri dari: 1. Biaya / Anggaran (Cost) Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran yang telah direncanakan. Untuk proyek- proyek yang melibatkan dana
30
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Proyek Konstruksi II ( I... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Proyek Konstruksi Proyek kontruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan Proyek Konstruksi
Proyek kontruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai hasil dalam bentuk fisik bangunan atau infrastruktur. Dalam rangkaian
kegiatan tersebut, ada suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi
suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian
kegiatan itu tertentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait,baik secara langsung
maupun tidak langsung (Soeharto, 1997)
Kegiatan proyek dapat diartikan juga sebagai suatu kegiatan sementara yang
langsung dalam jangka waktu yang terbatas, dengan alokasi sumber daya yang
tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah
digariskan dengan jelas (Soeharto, 1997). Wujud dari proses pelaksanakan proyek
tersebut dapat berupa bangunan gedung (perumahan, kantor, pabrik), bangunan
sipil (jalan raya, jembatan, bendungan), membuat produk baru, ataupun melakukan
penelitian dan pengembangan. Adapun ciri-ciri pokok proyek adalah:
a. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir
b. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
c. Bersifat sementara, dalam arti umumnya dibatasi oleh selesainya tugas.
Titik awal dan titik akhir ditentukan dengan jelas.
d. Nonrutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intesitas kegiatan berubah
sepanjang proyek berlangsung.
Dalam mencapai sasaran dan tujuan dari proyek yang telah ditentukan
terdapat batas-batasan dalam suatu proyek yaitu Triple Constraint atau tiga kendala
yang terdiri dari:
1. Biaya / Anggaran (Cost)
Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran
yang telah direncanakan. Untuk proyek- proyek yang melibatkan dana
5
dalam jumlah besar dan jadwal yang bertahun-tahun, anggaranya bukan
hanya ditentukan untuk total proyek tetapi dipecah bagi komponen-
komponennya, atau per periode tertentu yang jumlahnya disesuaikan
dengan keperluan. Dengan demikian, penyelesaikan bagian-bagian
proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran per periode.
2. Waktu / jadwal (Time)
Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir
yang telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka
penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan.
3. Mutu
Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan
kreteria yang dipersyaratkan. Memenuhi persyaratan mutu berarti
memenuhi tugas yang dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for the
intended use.
Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan sejauh mana ketiga
sasaran tersebut dapat dipenuhi. Untuk itu diperlukan suatu pengaturan yang baik,
sehingga perpaduan antara ketiganya sesuai dengan yang diinginkan, yaitu dengan
manajemen proyek.
2.1.1 Perencanaan Proyek
Perencanaan adalah proses yang mencoba meletakkan dasar dasar tujuan
dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Ini bisa
diartikan memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan dimasa datang yang
diperlukan untuk mencapai tujuan. Suatu perencanaan yang tepat disusun secara
sistematis dan memperhatikan faktor objektif yang dapat berfungsi sebagai berikut:
a. Sasaran komunikasi bagi semua pihak penyelenggara proyek
b. Dasar pengaturan sumber daya
c. Pendorong para perencana dan pelaksana melihat kedepan dan
menyadari pentingnya unsur waktu
d. Pegangan dan tolak ukur fungsi pengendalian
6
Sebaliknya, suatu perencanaan yang tidak tepat, tidak sistematis dan tidak logis
akan segera diikuti adanya tumpang tindih dan kebisingan dalam implementasinya
(Soeharto, 1997)
Suatu perencanaan sangat penting karena keputusan-keputusan yang akan
dihasilkan atau diputuskan akan mempengaruhi pelaksanaan dalam mencapai suatu
tingkat keberhasilan dalam suatu proyek konstruksi. Beberapa hal yang perlu
dimasukkan dalam perencanaan proyek konstruksi adalah sebagai berikut :
1. Inventarisasi kegiatan
2. Metode, volume dan durasi dari konstruksi
3. Logika ketergantungan kegiatan
4. Klasifikasi dan jumlah tenaga kerja serta lamanya mereka dibutuhkan
5. Waktu untuk pengadaan bahan dan pemasangan alat
6. Perhitungan dan penjadwalan dana
Suatu perencanaan akan maksimal apabila terpenuhinya kondisi dan syarat-
syarat tertentu. Syarat ini bila dipenuhi akan menggerakan semua pihak yang ikut
serta secara aktif dalam proses implementasi dari perencanaan tersebut. Syarat serta
kondisi itu antara lain:
a. Penyampaian perencanaan kepada semua pihak yang berkaitan
dengannya
b. Penjabaran perencanaan yang bersifat umum menjadi suatu action
planning
c. Usaha sejauh mungkin menggunakan parameter kuantitatif, seperti
perencanaan jadwal proyek digunakan pencapaian milestone
sebagai tolak ukur menilai kemajuan pekerjaan
d. Adanya pengkajian ulang secara periodik. Hal ini karena sifat
kegiatan proyek yang dinamis, maka ada bagian-bagian yang
mungkin belum sepenuhnya terantisiasi pada perencanaan yang
terdahulu
e. Penyusunan perencanaan yang realistis
Dalam suatu perencanaan suatu proyek perlu dipikirkan suatu kemungkinan
untuk menanggulangi suatu yang tidak terduga. Hal ini mencegah jangan
7
sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa merusak suatu
perencanaan yang dibuat.
2.1.2 Pengaturan Proyek
Secara umum yang dimaksud dengan mengorganisir adalah mengatur
unsur-unsur sumber daya perusahaan yang terdiri dari tenaga kerja, tenaga ahli,
material dana dan lain-lain dalam suatu gerak langkah yang sinkron untuk mencapai
tujuan organisasi dengan efektif dan efisien (Dipohusodo, 1996). Proses
mengorganisir suatu proyek mengikuti proyek sebagai berikut:
1. Melakukan identifikasi dan klasifikasi pekerjaan
Lingkup proyek terdiri dari sejumlah tahap-tahap pekerjaan. Semua
perlu diidentifikasi dan diklasifikasi untuk mengetahui berapa besar
volume, macam, dan sejenisnya untuk mengetahui sumber daya dan
jadwal yang diperlukan sebelum diserahkan kepada individu atau
kelompok yang akan menangani.
2. Mengelompokan pekerjaan
Setelah pekerjaan diidentifikasi dan diklasifikasi, dilanjutkan dengan
mengelompokkan kegiatan kedalam unit yang masing-masing telah
diidentifikasi biaya, mutu dan waktunya.
3. Menyiapkan pihak yang akan menangani pekerjaan
Pada tahap ini dimulai dengan persiapan pihak-pihak yang akan
menerima tugas di atas, seperti memilih keahlian dan keterampilan
kelompok yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan
memberitahukan sasaran yang ingin dicapai.
4. Mengetahui wewenang tanggung jawab serta melaksanakan pekerjaan
Agar hasil pekerjaan sesuai dengan harapan, maka kelompok yang
menerima harus mengetahui wewenang dan tanggung jawabnya. Hal ini
sangat penting untuk menghindari terjadinya tumpang tindih.
8
5. Menyusun mekanisme koordinasi
Jadwal pelaksanaan pekerjaan dengan yang lainnya saling terkait, maka
perlu adanya mekanisme koordinasi antar semua bagian pekerjaan
proyek.
2.1.3 Pengendalian Proyek
Pengendalian merupakan salah satu fungsi dari manajemen proyek yang
bertujuan agar pekerjaan-pekerjaan dapat berjalan sesuai sasaran tanpa banyak
penyimpangan yang berarti. Pengendalian proyek adalah suatu usaha sistematis
untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang
sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis
kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dengan standar, dan
mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya yang
digunakan secara efektif dan efesien dalam rangka mencapai sasaran (Soeharto,
1997).
Agar pengendalian dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan unsur-
unsur sebagai berikut :
a. Pemprosesan data dengan cepat dan tepat
Memproses masukan data dan informasi hasil pelaksanaan pekerjaan
menjadi masukan-masukan yang dapat dipakai sebagai dasar
pengambilan keputusan.
b. Tolak ukur yang realistis
Tolak ukur yang realistis adalah tolak ukur yang mungkin untuk
dipenuhi. Misalnya, untuk mengendalikan biaya diperlukan tolak ukur
berupa anggaran. Demikian juga dengan waktu/ jadwal memerlukan
tolak ukur berupa kurun waktu yang direncanakan untuk melakukan
suatu kegiatan yang tercantum dalam rencana waktu pelaksanaan (time
schedule). Jika tolak ukur ini tidak realistis, akan menyulitkan dalam
analisis dan pengambilan keputusan yang tidak tepat.
9
c. Mengadakan tindakan pembetulan
Apabila hasil analisis menunjukkan adanya indikasi penyimpangan yang
cukup berarti, maka perlu diadakan langkah-langkah pembetulan. Hasil
analisis dan pembetulan akan berguna sebagai umpan balik pekerjaan
selanjutnya dalam rangka mengusahakan tetap tercapainya sasaran
semula.
d. Mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan
Berdasarkan hasil pemprosesan data maka dapat dibandingkan dengan
kreteria dan standar yang ditentukan. Hasil analisis ini penting karena
akan digunakan sebagai landasan dan dasar tindakan pembetulan. Oleh
karena itu metode yang digunakan harus tepat dan peka terhadap adanya
kemingkinan adanya penyimpangan.
Pengendalian proyek dapat digolongkan menjadi internal dan eksternal,
dimana keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu mengendalikan kegiatan
proyek. Perbedaan dari kedua hal tersebut adalah terdapat pada pelaku atau yang
mengadakan pengendalian tersebut. Pengendalian internal dilakukan oleh
organisasi yang melaksanakan kegiatan proyek sedangkan pengendalian eksternal
dilakukan oleh organisasi di luar dari yang melaksanakan kegiatan proyek, seperti
konsultan pengawas.
Macam kegiatan dan aspek-aspek yang dikendalikan berkaitan erat dengan
yang direncanakan. Aspek/ area yang harus dikendalikan dalam proyek antara lain:
1. Organisasi dan personal
Memantau apakah organisasi proyek dibentuk sesuai dengan rencana,
apakah pengisian personil telah memenuhi kualifikasi dan apakah
jumlahnya tetap mencukupi.
2. Pengendalian lingkup kerja
Pengendalian lingkup kerja erat hubungannya dengan aspek biaya. Hal ini
penting dilaksanakan karena pada tahap engineering dapat dipilih sebagai
alternatif.
10
3. Pengendalian mutu
Tujuan pokok dari pengendalian mutu adalah produk proyek harus dalam
keadaan fitness for use (sesuai untuk digunakan) mulai dari penyusunan
program quality control dan uji coba operasi.
4. Anggaran/ biaya dan jam orang (man hour)
Pengendalian anggaran biaya dan jam orang juga berlangsung sepanjang
siklus proyek, dengan potensi saling mungkin keberhasilan yang besar
berada di awal proyek pada saat merumuskan definisi lingkup kerja.
5. Waktu/ jadwal
Dalam aspek ini objek pangendalian berlangsung sepanjang proyek. Jadwal
adalah penjabaran perancanaan proyek menjadi urutan langkah-langkah
pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai sasaran. Metode penyusunan jadwal
yang sering digunakan adalah jaringan kerja (net work), yang
menggambarkan hubungan urutan pekerjaan proyek dalam suatu grafik.
6. Pengendalian kinerja
Memantau serta mengendalikan aspek biaya dan jadwal secara terpisah
tidak memberikan penjelasan perihal kinerja pada saat laporan.
Berbagai faktor menentukan dalam suatu pengerjaan proyek konstruksi,
salah satu diantara yang terpenting adalah ketepatan waktu dan peka terhadap
indikasi penyimpangan yang terjadi. Langkah awal dalam pengendalian adalah
membuat rencana kerja yang meliputi jenis pekerjaan yang dilakukan dan sumber
daya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat suatu diagram jaringan kerja atau
network planning.
2.2 Penjadwalan Proyek
Penjadwalan merupakan penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan
langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan sesuai skala waktu untuk mencapai
sasaran. Penjadwalan menentukan kapan aktifitas-aktifitas itu dimulai, ditunda dan
diselesaikan, sehingga pembiayaan dan pemakaian sumber daya akan disesuaiakan
waktunya menurut kebutuhan yang telah ditentukan.
11
Ada bermacam-macam metode penjadwalan proyek untuk merencanakan
secara grafis dari aktifitas pelaksanaan pekerjaan konstruksi, tetapi hanya dua
metode yang sering digunakan yaitu :
1. Cara Bagan Balok (Bar Chart)
2. Jaringan Kerja (Network Planning), yaitu :
a) Metode Jalur Kritis (Critical Path Methode/ CPM)
b) Teknik Evaluasi dan Review Proyek (PERT)
c) Metode Preseden Diagram (PDM)
Dalam usaha pengelolaan proyek konstruksi diharapkan mencari metode
yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian untuk
menghadapi sejumlah kegiatan dan kompleksitas proyek yang cenderung
bertambah. Masing-masing metode mempunyai ciri-ciri sendiri dan
dikombinasikan pada proyek-proyek konstruksi. Dasar pemikiran untuk metode-
metode tersebut harus berorientasi pada maksud penggunaannya.
Untuk suatu pekerjaan konstruksi pada dasarnya pekerjaan tersebut dibagi
menjadi seperangkat pekerjaan-pekerjaan kecil sehingga dapat dianggap sebagai
satu unit pekerjaan yang dapat berdiri sendiri dan memiliki suatu perkiraan jadwal
yang tertentu,yang bertujuan untuk meningkatkan akurasi perkiraan kurun waktu
penyelesaian proyek dan mempertajam analisis ketergantungan antar kegiatan,
karena dengan makin terperincinya pemecahan suatu kegiatan pada proyek
konstruksi akan makin banyak komponen-komponen kegiatan terpisahkan
sehingga jumlahnya bertambah. Dengan demikian, makin banyak variasi hubungan
ketergantungan yang terbuka dan yang mungkin menghasilkan kurun waktu
penyelesaian proyek yang lebih singkat, dimana hal ini disebabkan oleh adanya
kegiatan-kegiatan yang dapat disebabkan secara parallel (Soeharto, 1997).
2.2.1 Penjadwalan dengan Menggunakan Jaringan Kerja (Network
Planning)
Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara
bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan dalam diagram network, sehingga
diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan dan pekerjaan
yang harus menunggu selesainya pekerjaan yang lain (Soeharto, 1997).
12
Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai suatu
langkah penyempurnaan dari metode bagan balok, karena dapat memberikan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang belum dapat dipecahkan oleh metode
tersebut, yaitu:
a) Berapa lama perkiraan waktu penyelesaian proyek?
b) Kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis dalam hubungannya
dengan penyelesaian proyek?
c) Bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu,
bagaimana pengaruhnya terhadap sasaran jadwal penyelesaian
proyek secara keseluruhan?
Jaringan kerja yang ada berguna untuk :
a) Menyusun urutan kegiatan proyek yang memiliki sejumlah besar
komponen dengan hubungan ketergantungan yang komplek.
b) Membuat perkiraan jadwal proyek yang paling ekonomis.
c) Mengusahakan fluktuasi minimal penggunaan sumberdaya.
Jaringan kerja merupakan metode yang dianggap mampu menyuguhkan
teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan proyek , dan pada
giliran selanjutnya dapat dipakai memperkirakan waktu penyelesaian proyek secara
keseluruhan. Hal ini sangat membantu para pelaksana proyek untuk mengerjakan
kegiatan-kegiatan mana yang harus dia kerjakan pada suatu hari, pekerjaan mana
yang pelaksanaanya yang tidak boleh ditunda pengerjaannya, dan pekerjaan mana
yang boleh ditunda pelaksanaannya, sehingga dengan demikian terdapat kejelasan
tahap pelaksanaan pekerjaan proyek.
2.2.2 Tahap-Tahap Aplikasi Network Planning
Aplikasi atau penerapan network planning pada penyelenggaraan proyek
memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat dilaksanakan. Persyaratan
tersebut adanya kepastian tentang proyek yamg harus dilaksanakan. Jika sudah ada
ketetapan mengenai proyek yang akan dilaksanakan , maka selanjutnya dilakukan
tahap aplikasi network planning yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu :
13
1. Pembuatan/ Desain
Tujuan akhir dari tahap pembuatan ini adalah terciptanya suatu model
yang dapat dipakai sebagai patokan selama penyelenggaraan proyek,
yaitu pelaksanaan berbagai kegiatan, baik jadwal pelaksanaan maupun
penyediaan dan pemakaian sumber daya. Proses pembuatan (disain)
meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
a) Inventarisasi kegiatan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah menguraikan proyek
menjadi kegiatan-kegiatan, untuk meningkatkan akurasi
perkiraan kurun waktu kegiatan dan logika ketergantungan
diantara kegiatan-kegiatan tersebut.
b) Hubungan antar kegiatan
Pada tahap ini ditentukan hubungan tiap kegiatan dengan
kegiatan-kegiatan lainnya yang telah diuraikan pada tahap
inventarisasi kegiatan. Hubungan yang menentukan adalah
hubungan ketergantungan antar kegiatan yang secara logika
menuntut ketergantungan tersebut.
c) Menyusun network diagram
Dengan ditentukannya hubungan antar kegiatan, maka dapat
dirangkaikan berbagai kegiatan yang berkaitan sehingga
keseluruhan kegiatan menyusun jaringan kerja yang
mencerminkan proyek secara keseluruhan.
d) Data kegiatan
Setelah network diagram tersusun yang terdiri atas kegiatan-
kegiatan, maka dicari data kegiatan meliputi : lama kegiatan,
biaya, dan sumber daya yang digunakan.
e) Analisis waktu dan sumber daya
Tujuan analisis waktu untuk mengetahui saat mulai dan saat
selesai kegiatan, sehingga bila terjadi keterlambatan bias
diketahui bagaimana pengaruhnya dan selanjutnya ditetapkan
tindakan apa yang harus diambil. Tujuan analisis sumber daya
adalah untuk mengetahui tingkat kebutuhan sumber daya
14
sehingga persiapan sumber daya selalu dalam keadaan siap pakai
dan bisa dilaksanakan setepat-tepatnya.
f) Batasan
Pada tahap ini diinventarisasikan batasan-batasan yang tidak
boleh dilanggar, baik mengenai waktu maupun distribusi
penggunaan sumber daya.
g) Levelling
Leveling adalah suatu hasil dari usaha pemecahan yang timbul
akibat tidak sesuainya keadaan ideal dengan batasan yang
berlaku.
2. Pemakaian
Bila pembuatan telah selesai, maka model telah jadi tersebut dipakai
pada proses pelaksanaan tiap kegiatan sesuai dengan kegiatan-kegiatan
yang ada dalam network diagram. Terdapat beberapa alternatif cara
pelaporan secara kuantitas dalam bentuk satuan pekerjaan/ kegiatan
atau dalam bentuk relative atau prosentase, dan berdasarkan jangka
waktunya secara komulatif atau periodic.
3. Perbaikan
Perbaikan dilakukan karena tidak tepatnya asumsi yang dipakai pada
saat pembuatan yang disebabkan oleh berbagai alasan. Cara dan proses
perbaikan hampir sama dengan proses pembuatan, perbedaannya hanya
terdapat pada ruang lingkup masing-masing. Tahap perbaikan
mempunyai ruang lingkup yang terbatas karena tidak seluruhnya
kegiatan ditinjau. Kegiatan yang ditinjau hanya kegiatan yang
mempunyai kaitan dengan perubahan asumsi dan dipengaruhi oleh
perubahan tersebut.
Proses menyusun jaringan kerja ini dilakukan secara berulang-ulang
sebelum sampai pada suatu perencanaan atau jadwal yang dianggap cukup realistis.
Serta dilakukan dengan pendekatan yang sistematis dan pemikiran yang analitis,
maka pelaksana dan pimpinan proyek mendapat gambaran dan pengertian yang
lebih jelas dan mendalam tentang persoalan-persoalan mengelola proyek yang akan
dihadapi dan oleh karenanya sering membuahkan keputusan-keputusan yang
15
realistis. Suatu jaringan kerja yang tersusun dengan benar akan memberikan
gambaran dari suatu proyek, yang pada gilirannya merupakan sarana komunikasi
yang efektif bagi semua pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan proyek.
Metode jaringan kerja memungkinkan aplikasi konsep management by
exeption, karena metode tersebut dengan jelas mengidentifikasika kegiatan-
kegiatan yang bersifat kritis bagi proyek, terutama dalam aspek jadwal dan
perencanaan. Umumnya kegiatan kritis tidak boleh lebih dari 20% total kegiatan
proyek, dan dengan telah diketahuinya bagian ini maka pengelola dapat
memberikan prioritas perhatian (Soeharto, 1997).
Sistematika proses menyusun jaringan kerja secara ringkas dapat
digambarkan sebagai seperti pada gambar 2.1 :
Gambar 2.1 Ringkasan langkah-langkah dalam menyusun jaringan kerja
(Sumber : Soeharto, 1997)
Identifikasi lingkup proyek dan menguraikannya menjadi
komponen-komponen kegiatan
Memberikan perkiraan kurun waktu masing-masing
pekerjaan
Menyusun komponen-komponen kegiatan sesuai urutan
logika ketergantungan menjadi jaringan kerja
Identifikasi jalur kritis, float dan kurun waktu
penyelesaian proyek
Meningkatkan daya guna dan hasil guna pemakaian
sumber daya
16
2.2.3 Penyusunan Network Planning dengan Metode Preseden Diagram
Metode diagram preseden/ Precenden Diagram Method (PDM) merupakan
penyempurnaan dari CPM, karena pada prinsipnya CPM hanyamenggunakan satu
jenis hubungan aktifitas yaitu hubungan akhir awal dan sebuah kegiatan dapat
dimulai apabila kegiatan yang mendahuluinya selesai. Metode preseden diagram
adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON (Activity On Node).
Kegiatan dan peristiwa pada metode preseden diagram ditulis dalam node
yang berbentuk kotak segi empat. Kotak-kotak tersebut menandai suatu kegiatan,
dimana harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya. Sedangkan
peristiwa merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node memiliki dua peristiwa
yaitu awal dan akhir.
Kotak-kotak segi empat dalam metode preseden diagram seperti gambar
2.2, dibagi menjadi ruangan-ruangan kecil yang memberikan keterangan spesifik
dari kegiatan dan peristiwa yang bersangkutan dan dinamakan atribut. Beberapa
atribut yang sering dicantumkan diantaranya adalah kurun waktu kegiatan, identitas
kegiatan (nomor dan nama), dan terkadang pula dicantumkan progres pelaksanaan
kegiatan yang dapat mempermudah dalam memonitor.
Nomor Urut
ES ID Durasi EF
LS Tanggal Mulai Tanggal LF
Nomor dan Nama Kegiatan
Tgl. mulai : ES/LS Kurun waktu : D
Tgl. Selesai Float total : F
Progres Penyelesaian %
Gambar 2.2 Denah yang lazim pada node PDM
(Sumber : Soeharto, 1997)
Keterangan :
- Nama Kegiatan : Nama kegiatan sesuai dengan inventarisasi
kegiatan
17
- ID : Nomor identitas kegiatan kerja
- Durasi : Lamanya waktu pelaksanaan kegiatan
- Earliest Start (ES) : Waktu mulai paling cepat
- Latest Start (LS) : Waktu mulai paling lambat
- Earliest Finish (EF) : Waktu selesai paling cepat