Top Banner
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosial Istilah konstruksi atas realitas sosial ( social construction of reality) menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge (1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif (Tamburaka, 2012:75). Asal usul konstruksi sosial dari filsafat konstruktivisme yang dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut Von Glaserfeld, pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad ini dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun, apabila ditelusuri, sebenarnya gagasan-gagasan pokok konstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistemolog dari italia, ia adalah cikal bakal konstruktivisme (Suparno dalam Bungin, 2008:13). Dalam aliran filsafat, gagasan konstruktivisme telah muncul sejak sokrates menemukan jiwa dalam tubuh manusia, sejak Plato menemukan akal budi dan ide. Gagasan tersebut semakin lebih konkret lagi setelah Aristoteles mengenalkan istilah, informasi, relasi, individu, substansi, materi, esensi dan sebagainya. Ia mengatakan bahwa, manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya, bahwa
23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

Jun 20, 2019

Download

Documents

dangthuy
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konstruksi sosial

Istilah konstruksi atas realitas sosial (social construction of

reality) menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan

Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of

Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge (1966). Ia

menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana

individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan

dialami bersama secara subyektif (Tamburaka, 2012:75).

Asal usul konstruksi sosial dari filsafat konstruktivisme yang dimulai

dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut Von Glaserfeld,

pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad ini dalam tulisan Mark

Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget.

Namun, apabila ditelusuri, sebenarnya gagasan-gagasan pokok

konstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang

epistemolog dari italia, ia adalah cikal bakal konstruktivisme (Suparno dalam

Bungin, 2008:13).

Dalam aliran filsafat, gagasan konstruktivisme telah muncul sejak

sokrates menemukan jiwa dalam tubuh manusia, sejak Plato menemukan

akal budi dan ide. Gagasan tersebut semakin lebih konkret lagi setelah

Aristoteles mengenalkan istilah, informasi, relasi, individu, substansi,

materi, esensi dan sebagainya. Ia mengatakan bahwa, manusia adalah

makhluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya, bahwa

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

8

kunci pengetahuan adalah logika dan dasar pengetahuan adalah fakta

(Bertens dalam Bungin, 2008:13). Aristoteles pulalah yang telah

memperkenalkan ucapannya ‘Cogoto, ergo sum’ atau ‘saya berfikir karena

itu saya ada’ (Tom Sorell dalam Bungin, 2008:13). Kata-kata Aristoteles

yang terkenal itu menjadi dasar yang kuat bagi perkembangan gagasan-

gagasan konstruktivisme sampai saat ini.

Berger dan Luckman (Bungin, 2008:14) mulai menjelaskan realitas

sosial dengan memisahkan pemahaman ‘kenyataan dan pengetahuan’.

Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas

yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung

kepada kehendak kita sendiri. Pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian

bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang

spesifik.

Berger dan Luckman (Bungin, 2008:15) mengatakan terjadi

dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat

menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi,

objektivasi, dan internalisasi (Tamburaka, 2012:77-78).

1. Eksternalisasi

Eksternalisasi adalah proses ketika sebuah produk sosial telah

menjadi sebuah bagian penting dalam masyarakat yang setiap saat

dibutuhkan dalam individu, maka produk sosial itu menjadi bagian

penting dalam kehidupan seseorang untuk melihat dunia luar.

2. Objektivasi

Obyektivasi merupakan tahapan dimana produk sosial berada

pada proses institusionalisasi atau pelembagaan, sedangkan individu

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

9

memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang

tersedia, baik dari produsen-produsennya, maupun bagi orang lain

sebagai unsur daridunia bersama.

Kemampuan ekspresi diri manusia mampu mengadakan

obyektivasi (objectivation), artinya ia memanifestasikan diri dalam

produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-

produsennya maupun bagi orang lain sebagai unsur-unsur dari dunia

bersama. Obyektivasi itu merupakan isyarat-isyarat yang sedikit

banyaknya tahan lama dari proses-proses subyektif para produsennya,

sehingga memungkinkan obyektivasi itu dapat dipakai sampai

melampaui situasi tatap muka dimana mereka dapat dipahami secara

langsung (Peter L. Berger, 1990:47).

Satu kasus yang khusus tetapi sangat penting dari obyektivasi

adalah signifikasi, yakni pembuatan tanda-tanda oleh manusia. Sebuah

tanda (sign) dapat dibedakan dari obyektivasi-obyektivasi lainnya,

karena tujuannya yang eksplisit untuk digunakan sebagai isyarat atau

indeks bagi makna-makna subyektif (Peter L. Berger, 1990:48).

3. Internalisasi

Internalisasi proses pemahaman atau penafsiran langsung

dari suatu peristiwa objektif sebagai pengungkapan suatu makna,

artinya sebagai manifestasi dari proses-proses subjektif orang lain,

yang demikian menjadi bermakna subjektif bagi individu itu sendiri.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

10

2.2. Konstruksi sosial media massa

Susbtansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas dari

Berger dan Luckmann adalah pada proses simultan yang terjadi secara

alamiah melalui bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah

komunitas primer dan semi sekunder. Basis sosial teori dan pendekatan ini

adalah transisi-modern di Amerika pada sekitar tahun 1960-an, dimana

media massa belum menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk

dibicarakan. Dengan demikian Berger dan Luckmann tidak memasukan

media massa sebagai variabel atau fenomena yang berpengaruh dalam

konstruksi sosial atas realitas (Bungin, 2008:193).

Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger

dan Luckman telah direvisi dengan melihat variabel atau fenomena media

massa menjadi sangat substansi dalam proses eksternalisasi,

subyektivasi, dan internalisasi (Bungin, 2008:194). Inilah yang kemudian

dikenal sebagai “konstruksi sosial media massa”. Substansi dari konstruksi

sosial media massa ini adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas

sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan

sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk

opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis

(Bungin, 2008:194).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

11

Dalam memahami proses konstruksi sosial media massa ada empat

tahapan yang diungkapkan dalam Bungin (2008).

1. Tahap menyiapkan materi konstruksi

Menyiapkan materi konstruksi sosial media massa adalah tugas

redaksi media massa, tugas itu didistribusikan pada desk editor yang ada di

setiap media massa. Masing-masing media memiliki desk yang berbeda-

beda sesuai dengan kebutuhan dan visi suatu media. Isu-isu penting setiap

hari menjadi fokus media massa, terutama yang berhubungan tiga hal

yaitu kedudukan, harta, dan perempuan. Bungin (2008) menyajikan tiga hal

penting dalam penyiapan materi konstruksi sosial yaitu :

a. Keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Sebagaimana diketahui,

saat ini hampir tidak ada lagi media massa yang tidak dimiliki oleh

kapitalis. Dalam arti kekuatan-kekuatan kapital untuk menjadikan media

massa sebagai mesin penciptaan uang dan pelipatgandaan modal.

b. Keberpihakan semu kepada masyarakat. Bentuk dari keberpihakan

ini

adalah dalam bentuk empati, simpati dan berbagai partisipasi

kepada masyarakat, namun ujung-ujungnya adalah juga untuk menjual

berita demi kepentingan kapitalis.

c. Keberpihakan kepada kepentingan umum. Bentuk keberpihakan kepada

kepentingan umum dalam arti sesungguhnya sebenarnya adalah visi

setiap media massa, namun akhir-akhir ini visi tersebut tak pernah

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

12

menunjukkan jati dirinya, namun slogan-slogan tentang visi ini tetap

terdengar. Jadi, dalam menyiapkan materi konstruksi, media massa

memosisikan diri pada tiga hal tersebut di atas, namun pada umumnya

keberpihakan pada kepentingan kapitalis menjadi sangat dominan

mengingat media massa adalah mesin produksi kapitalis yang mau ataupun

tidak harus menghasilkan keuntungan.

2. Tahap sebaran konstruksi

Sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui strategi media

massa. Konsep konkret strategi sebaran media massa masing-masing

media berbeda, namun prinsip utamanya adalah real time. Media cetak

memiliki konsep real time terdiri dari beberapa konsep hari, minggu atau

bulan, seperti terbitan harian, terbitan mingguan atau terbitan beberapa

mingguan atau bulanan. Walaupun media cetak memiliki konsep real

time yang sifatnya tertunda, namun konsep aktualitas menjadi

pertimbangan utama sehingga pembaca merasa tepat waktu memperoleh

berita tersebut.

Pada umumnya sebaran konstruksi sosial media massa

menggunakan model satu arah, dimana media menyodorkan informasi

sementara konsumen media tidak memiliki pilihan lain kecuali

mengonsumsi informasi itu. Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial

media massa adalah semua informasi harus sampai pada pembaca

secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda media. Apa yang

dipandang penting oleh media menjadi penting pula bagi pembaca.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

13

3. Tahap pembentukan konstruksi realitas

a. Tahap pembentukan konstruksi realitas

Tahap berikut setelah sebaran konstruksi, dimana pemberitaan

telah sampai pada pembaca yaitu terjadi pembentukan konstruksi di

masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung secara generik. Pertama,

konstruksi realitas pembenaran; kedua, kesediaan dikonstruksi oleh media

massa; ketiga, sebagai pilihan konsumtif.

Tahap pertama adalah konstruksi pembenaran sebagai suatu

bentuk

konstruksi media massa yang terbangun di masyarakat yang cenderung

membenarkan apa saja yang ada (tersaji) di media massa sebagai sebuah

realitas kebenaran. Dengan kata lain, informasi media massa sebagai

otoritas sikap untuk membenarkan sebuah kejadian.

Tahap kedua adalah kesediaan dikonstruksi oleh media massa, yaitu

sikap generik dari tahap pertama. Bahwa pilihan seseorang untuk menjadi

pembaca media massa adalah karena pilihannya untuk bersedia pikiran-

pikirannya dikonstruksi oleh media massa.

Tahap ketiga adalah menjadikan konsumsi media massa sebagai

pilihan konsumtif, dimana seseorang secara habit tergantung pada media

massa. Media massa adalah bagian kebiasaan hidup yang tak bisa

dilepaskan. Pada tingkat tertentu, seseorang merasa tak mampu beraktivitas

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

14

apabila apabila ia belum membaca koran.

b. Pembentukan konstruksi citra

Pembentukan konstruksi citra bangunan yang diinginkan oleh

tahap konstruksi. Dimana bangunan konstruksi citra yang dibangun oleh

media massa ini terbentuk dalam dua model : 1) model good news dan 2)

model bad news. Model good news adalah sebuah konstruksi yang

cenderung mengkonstruksi suatu pemberitaan sebagai pemberitaan yang

baik. Pada model ini objek pemberitaan dikonstruksi sebagai sesuatu yang

memiliki citra baik sehingga terkesan lebih baik dari sesungguhnya

kebaikan yang ada pada objek itu sendiri. Sementara, pada model bad news

adalah sebuah konstruksi yang cenderung mengkonstruksi kejelekan atau

cenderung memberi citra buruk pada objek pemberitaan sehingga terkesan

lebih jelek, lebih buruk, lebih jahat dari sesungguhnya sifat jelek, buruk,

dan jahat yang ada pada objek pemberitaan itu sendiri.

C. Tahap konfirmasi

Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca

memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat

dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu

sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir

dalam proses konstruksi sosial. Ada beberapa alasan yang sering

digunakan dalam konfirmasi ini yaitu a) kehidupan modern menghendaki

pribadi yang selalu berubah dan menjadi bagian dari produksi media massa,

b) kedekatan dengan media massa adalah life style orang modern, dimana

orang modern sangat menyukai popularitas terutama sebagai subjek media

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

15

massa itu sendiri, dan c) media massa walaupun memiliki kemampuan

mengkonstruksi realitas media berdasarkan subyektivitas media, namun

kehadiran media massa dalam kehidupan seseorang merupakan sumber

pengetahuan tanpa batas yang sewaktu-waktu dapat diakses.

Gambar 1 : Proses Konstruksi Sosial Media Massa ( Sumber: buku

konstruksi sosial media massa

2.3. Realitas media

Pada prinsipnya, proses konstruksi realitas yakni setiap upaya

“menceritakan” (konseptualisasi) sebuah peristiwa, keadaan, atau benda.

Karena sifat dan faktanya, bahwa pekerjaan media massa adalah

menceritakan peristiwa-peristiwa, maka kesibukan utama media masa adalah

mengkonstruksikan berbagai realitas yang akan disiarkan. Media menyusun

realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau

wacana yang bermakna. Dengan demikian seluruh isi media adalah realitas

yang telah dikonstruksikan (constructed reality) dalam bentuk wacana

yang bermakna (Hamad, 2004:11).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

16

Media sesungguhnya berada ditengah realitas sosial yang sarat dengan

berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam (Sobur,

2012:29-30). Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideologi

dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus juga bisa menjadi

instrumen perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan

ideologi tandingan (Sobur, 2012:30).

Titik penting dalam memahami media menurut paradigma kritis

adalah bagaimana media melakukan politik pemaknaan. Menurut Stuart Hall

seperti dikutip Eriyanto ( 2001: 37) menjelaskan bahwa makna tidak

tergantung pada struktur makna itu sendiri, tetapi pada praktik pemaknaan.

Bagi Stuart Hall, media pada dasarnya tidak mereproduksi, melainkan

menentukan (to define) realitas melalui pemakaian kata-kata yang terpilih.

Yang perlu dipahami produk yang dihasilkan oleh media massa, tidaklah

mengandung kebenaran mutlak. Realitas yang disajikan media massa adalah

hasil rekonstruksi fakta yang ditangkap oleh wartawan dalam bentuk angle

(sudut lain) tentang sisi menarik peristiwa itu (Wazis, 2012:126).

Media bukan hanya memberikan informasi dan hiburan tapi juga

memberikan pengetahuan kepada khalayak sehingga proses berpikir dan

menganalisis sesuatu berkembang pada akhirnya membawa pada suatu

kerangka berpikir sosial bagi terbentuknya sebuah kebijakan publik yang

merupakan implikasi dari proses yang dilakukan elemen-elemen tersebut, ini

merupakan bagian bagaimana media merekonstruksi realitas sosial

dimasyarakat (Tamburaka, 2012:84).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

17

2.4. Media baru

Istilah ‘media baru’ (new media) telah digunakan sejak tahun 1960-an

dan telah mencakup seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin

berkembang dan beragam (McQuail, 2011:42). Klaim status paling utama

sebagai media baru dan mungkin juga sebagai media massa adalah internet

(McQuail, 2011:44). Industri media terbaru juga merupakan media yang

tumbuh paling pesat, sekitar 73% dari semua konsumen adalah online, dan

jumlah uang yang yang dihabiskan untuk iklan internet meningkat dari $8

miliar tahun 2000 menjadi $23 miliar pada tahun 2008 (Biagi, 2010:13).

Media internet menjadi medium massa baru sekaligus sistem pengiriman yang

terintegrasi bagi media tradisional cetak, audio dan video.

Media baru adalah berbagai perangkat teknologi komunikasi yang

berbagi ciri yang sama yang mana selain baru dimungkinkan dengan

digitalisasi dan ketersediannya yang luas untuk penggunaan pribadi sebagai

alat komunikasi (McQuail, 2011:43).

Pemerintah dan hukum tidak mengontrol atau mengatur internet dalam

cara yang hierarkis sebagaimana yang mereka lakukan pada media lama

(Collins, 2008 dalam buku Teori Komunikasi Massa oleh McQuail ,2011:

154).

Menurut Breen (2007) dalam buku Teori Komunikasi Massa oleh

McQuail (2011:154) menjelaskan bahwa ketakutan bahwa internet mungkin

berkembang melampaui fase keterbukaan dan demokrasi, kemudian menjadi

layanan multi tahap dengan akses yang lebih baik kepada mereka yang mampu

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

18

membayar lebih untuk memproduksi dan menyediakan konten, atau

membayar lebih untuk menerima konten yang lebih bernilai.

2.5. Karakteristik media online

Mike Ward dalam M. Romli (2012), menyebutkan beberapa

karakteristik berita media online sekaligus membedakannya dengan media

konvensional (keunggulan), yaitu :

Immediacy : Kesegeraan atau kecepatan penyampaian informasi. Radio dan tv

memang bisa cepat menyampaikan berita, namun biasanya harus

"menginteprupsi" acara yang sedang berlangsung (breaking news). Berita di

media online tidak demikian. Tiap menit, bahkan dalam hitungan detik,

sebuah berita dapat diposting.

Multiple Pagination : Bisa berupa ratusan page (halaman), terkait satu sama

lain, juga bisa dibuka tersendiri (new tab/new window).

Multimedia : Menyajikan gabungan teks, gambar, audio, video, dan grafis

sekaligus.

Flexibility Delivery Platform : Wartawan bisa menulis berita kapan saja dan

dimana saja, diatas tempat tidur sekalipun.

Archieving : Terarsipkan, dapat dikelompokkan berdasarkan kategori (rubrik)

atau kunci (keyword, tags), juga tersimpan lama yang dapat diakses kapanpun.

Relationship with reader : Kontak atau interaksi dengan pembaca dapat

"langsung" saat itu juga melalui kolom komentar dan lain-lain.

Sedangkan menurut Rey, G. Rosales dalam M. Romli (2012)

Headline : Judul berita yang ketika diklik akan membuka tulisan secara

lengkap dengan halaman tersendiri.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

19

Text : Tubuh tulisan dalam satu halaman utuh atau terpisah ke dalam beberapa

tautan (link).

Picture : Gambar yang menyertai atau memperkuat cerita.

Ghraphic : Grafis biasanya berupa logo, gambar, atau ilustrasi yang terkait

dalam berita.

Related Link : Link terkait; tulisan terkait yang menambah informasi dan

penambahan wawasan bagi pembaca, biasanya diakhir tulisan atau

disampingnya.

Audio : Suara, musik, atau rekaman suara yang berdiri sendiri atau

digabungkan dengan slide show atau video. Video-video yang terkait dengan

tulisan.

Slide Shows : Koleksi foto yang lebih mirip galeri gambar yang biasanya

disertai keteranagan foto. Beberapa slide shows juga bisa disertai suara

(sound, voice).

Animation : Animasi atau gambar bergerak yang diproduksi untuk menambah

dampak cerita.

Interractive Features : Grafis yang di desain untuk interaksi dengan pengguna

(user), misalnya termasuk peta lokasi (map, google map).

Interactive Games : Biasanya di desain seperti mini-video games yang bisa

dimainkan oleh user (play the news).

2.6. Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk

1. Pengertian Analisa Wacana

Istilah wacana sekarang ini dipakai sebagai terjemahan

dari perkataan bahasa Inggris discourse, kata discourse inipun

berasal dari bahasa Latin discursus, dis : dari. Dalam arah yang

berbeda dan currere: lari, sehingga berarti lari kian kemari.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

20

Pemakaian isitilah wacana memiliki perbedaan makna, ini

dikarenakan perbedaan disipilin ilmu yang memakainya. Bahkan

kamus, kalu dianggap merujuk pada referensi yang objektif, juga

memiliki definisi yang berbeda pula. Dalam salah satu kamus bahasa

Inggris terkemuka disebutkan bahwa wacana adalah : komunikasi

buah pikiran dengan kata-kata, ekspresi ide-ide atau gagasan,

konvensasi atau percakapan.

Alex Sobur (2012) berupaya merangkum pengertian

wacana dari berbagai pendapat, ia memandang wacana sebagai

“rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan

suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam

suatu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun

non segmental bahasa.”

Dari sekian banyak model analisis wacana yang

diperkenalkan dan dikembangkan oleh para ahli, model yang paling

banyak digunakan adalah model Teun A. Van Dijk. Dimensi tersebut

adalah dimensi teks, kognisi sosial, (analisis) konteks. Kerangka

analisis wacana melalui berbagai karyanya, Van Dijk, membuat

kerangka analisis wacana yang dapat didayagunakan. Ia melihat

suatu wacana terdiri atas berbagai struktur/tingkatan, yang

masing-masing bagian saling mendukung.

2. Kerangka Analisa Wacana

a. Struktur Teks

Van Dijk sendiri mempunyai elemen-elemen yang

mendukung untuk menganalisa suatu teks dalam artikel pemberitan,

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

21

berikut akan diuraikan satu per satu elemen wacana van Dijk tersebut.

Tabel 1.1

Elemen wacana Van Dijk

(Sumber: Eriyanto, 2001: 228-229)

No Struktur Wacana Hal yang diamati Elemen

1 Struktur Makro Tematik

(Tema / topik yang

dikedepankan dalam

suatu berita)

Topik

2 Superstruktur Skematik

(Bagaimana pendapat

disusun dan dirangkai)

Skema

3 Struktur Mikro Semantik

(Makna yang ingin

ditekankan dalam teks

berita)

Latar, Detil,

Maksud, Pra-

anggapan,

Nominalisasi

4 Struktur Mikro Sintaksis

(Bagaimana kalimat

meliputi bentuk dan

susunan yang dipilih)

Pengingkaran,

Bentuk kalimat,

Koherensi, Kata

ganti

5 Struktur Mikro Stilistik

(Bagaimana pilihan kata

yang dipakai dalam teks

berita)

Leksikon

6 Struktur Mikro Retoris

(Bagaimana dan

dengan cara apa

penekanan dilakukan)

Grafis, Metafora,

Ekspresi

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

22

Tematik

Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu

teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang

utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin

diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik

menunjukan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi

suatu berita. Oleh karenanya, ia sering disebut sebagai tema atau topik.

Topik menggambarkan gagsan apa yang dikedepankan atau gagasan

inti dari wartawan ketika melihat atau memandang suatu peristiwa.

Skematik

Menurut Van Dijk, arti penting dari skematik adalah strategi

wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan

menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skematik menunjukan

tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang disembunyikan

sebgai bagian dari strategi penting. Upaya penyembunyian itu dilakukan

dengan menempatkan di bagian akhir agar terkesan kuarng menonjol.

Meskipun mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang

umumnya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead. Kedua, story

yakni isi berita secara keseluruhan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

23

Latar

Latar merupakan bagian dari berita yang dapat memepengaruhi

semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Seorang wartawan biasanya menulis

latar belakang peristiwanya. Latar belakang tersebut menentukan ke arah

mana pandangan khalayak hendak dibawa. Latar dipakai di bagian awal

sebelum opini wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud

mempengaruhi dan memberi kesan bahwa opininya itu memiliki alasan yang

kuat.

Latar digunakan untuk menyediakan dasar hendak kemana

teks dibawa. Ini merupakan cerminan ideologis, dimana wartawan

menyajikan latar belakang dapat juga tidak, tergantung pada

kepentingan mereka.

Detil

Element ini berkaitan dengan kontrol informasi yang dilakukan

seseorang. Komunikator akan mengekspos informasi yang berguna bagi

dirinya, dan akan meredam informasi yang merugikannya. Ini merupakan

strategi di mana wartawan mengemukakan sikap secara implisit. Hal ini

akan menggambarkan pengembangan wacana yang dilakukan oleh media.

Hal ini layak untuk dipertimbangkan sehingga efek yang muncul pada

khalayak sudah dapat diprediksi.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

24

Maksud

Element ini relatif identik dengan elemen detil, dimana

elemen ini ditinjau dari informasi yang menuntungkan komunikator

atau tidak, apabila menguntungkan akan diinformasikan panjang

lebar namun apabila tidak menguntungkan akan diredam informasi

itu. Element ini menonjolkan praktek berbahasa tertentu untuk

menyampaikan maksudnya.

Koherensi

Koherensi adalah jalinan antar kata, atau kalimat dalam

teks. Dua kalimat yang berbeda secara faktual dapat digabungkan

sehingga kelihatan berhubungan. Koherensi ini berciri khas

menggunakan kata penghubung (konjungsi). Kata penghubung inilah

yang akan membentuk suatu koherensi yang diinginkan oleh wartawan.

Koherensi Kondisional

Koherensi kondisional ditandai dengan penggunaan anak kalimat

yang berfungsi untuk menjelaskan induk kalimat sehingga ada atau

tidak adanya anak kalimat itu tidak akan mengurangi arti kalimat.

Anak kalimat itu menjadi cermin kepentingan komunikator

karena ia dapat memberi keterangan yang baik / aburuk terhadap

suatu pernyataan. Penggunaan konjungsi juga lazim ditemui dalam

bentuk ini.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

25

Koherensi Pembeda

Kalau koherensi kondisional berhubungan dengan

pertanyaan bagaimana dua persitiwa dihubungkan / dijelaskan,

maka koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan

bagaimana dua peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Dua buah

peristiwa dapat seolah dibuat seolah-olah saling bertentangan dan

bersebrangan (contrast) dengan menggunakan keherensi ini.

Pengingkaran

Pengingkaran adalah suatu bentuk praktek wacana

yang menggambarkan bagaimana wartawan menolak suatu gagasan

meskipun pada mulanya terkesan menyetujui gagasan tersebut.

Pengingkaran ini biasanya ditandai dengan pengunaan kata tetapi,

namun , akan tetapi, walaupun demikian, dan sejenisnya.

Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat adalah pengertian sederhana dari prinsip kalimat

yang berpolakan subjek-objek-predikat, bentuk kalimat ini bukan

hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan

makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang

berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya,

sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari

pernyataannya. Dengan permainan pertukaran ini struktur kalimat

bisa dibuat menjadi aktif maupun pasif.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

26

Kata Ganti

Kata ganti adalah sebuah elemen yang digunakan untuk

memanipulasi bahasa dengan menciptakan sebuah gambaran

komunitas yang imajinatif. Dengan teknik ini komunikator

menunjukan posisinya di dalam suatu wacana. Seperti menggunakan

kata Kita, Mereka, Kami, dan Dia.

Praanggapan

Pernyataan pra-anggapan (presupposition) merupakan

pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pra-

anggapan ini merupakan sebuah fakta yang belum terbukti

kebenarannya terutama bila dikaitkan dengan wacana yang sedang

dikembangkan.

Leksikon

Elemen ini digunakan untuk menandakan cara seseorang

melakukan seleksi kata, Di antara beberapa kata itu seseorang dapat

memilih di antara kata yang tersedia. Dengan demikian pilihan kata

yang dipakai tidak semata hanya karena kebetulan, tetapi pilihan

itu merefleksikan ideologinya terhadap sebuah realita.

Grafis

Elemen ini merupakan upaya penonjolan akan sesuatu hal

yang dianggap penting dalam suatu teks. Misalnya ditandai dengan

penggunaan huruf tebal, huruf miring, garis bawah, font yang lebih

besar dari normal, caption, raster, grafik, gambar, angka, tabel, foto,

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

27

gambar dan sejenisnya, untuk memberikan efek kognitif, dimana

ia mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif dan

menunjukan apakah suatu informasi itu dianggap penting dan

menarik sehingga perhatian harus difokuskan padanya.

Metafora

Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya

menyampaikan pesan lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan,

metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu

berita. Akan tetapi, pemakaian metafora tertentu bisa jadi menjadi

petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu

dipakai oleh wartawan secara strategis sebagai landasan berfikir,

alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik.

Biasanya menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-

hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan

mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci, semuanya

dipakai untuk memperkuat pesan utama.

b. Kognisi Sosial

Dalam kerangka analisis wacana Teun A. Van Dijk, perhatian bukan

hanya pada teks, tetapi juga pada proses produksi teks tersebut. Yaitu perlu

adanya penelitian mengenai kognisi sosial : kesadaran mental penulis

yang membentuk teks tersebut. Pendekatan ini berdasarkan pada asumsi,

bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh

pemakai bahasa dalam hal ini penulis sebagai representasi darinya.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

28

c. Konteks Sosial

Dalam pandangan ini, van Dijk menyatakan bahwa wacana

yang terdapat dalam sebuah teks adalah bagian dari wacana

yang berkembang dalam masyarakat. Sehingga untuk meneliti teks

tersebut, perlu mengetahui bagaimana wacana tersebut diproduksi

dalam masyarakat.

2.7. Tajuk rencana

Tajuk rencana (biasanya disingkat “tajuk” saja) dikenal sebagai “induk

karangan” sebuah media massa. Penulis buku Editorial Writing, Lyle Spencer,

seperti dikutip Dja’far H. Assegaf (1985) dalam M. Romli (2006),

mendefinisikan tajuk rencana sebagai berikut :

“Pernyataan mengenai fakta dan opini secara singkat, logis, menarik ditinjau

dari segi penulisan, dan bertujuan untuk mempengaruhi pendapat, atau

memberikan interpretasi terhadap suatu berita yang menonjol sedemikian

rupa, sehingga bagi kebanyakan pembaca suratkabar akan menyimak

pentingnya arti berita yang dijadikan tajuk tadi.”

M. Romli (2006) mengatakan dalam bukunya, bahwa tajuk rencana

merupakan “jati diri” atau identitas sebuah media massa. Melalui tajuklah

redaksi media tersebut menunjukkan sikap atau visinya tentang sebuah

masalah aktual yang terjadi dimasyarakat. Tajuk rencana yang berupa artikel

pendek dan mirip dengan tulisan kolom ini, biasanya ditulis oleh pemimpin

redaksi atau redaktur senior yang mampu menyuarakan pendapat korannya

mengenai suatu masalah aktual.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi sosialeprints.umm.ac.id/37015/3/jiptummpp-gdl-nasruljafa-51224-3-bab2.pdf · Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung

29

Sikap, opini, atau pemikiran yang disuarakan lewat tajuk adalah visi

dan penilaian orang, kelompok atau organisasi yang mengelola atau berada

belakang media tersebut. Sebuah media yang diterbitkan dan dikelola oleh

organisasi A, misalnya, tentu tajuk menyuarakan pendapat atau aspirasi

organisasi A tadi (M. Romli, 2006:92).

Adapun fungsi tajuk meliputi empat hal menurut M. Romli (2006):

1. Menjelaskan berita, tentunya dengan interpretasi dan sudut pandang subjektif

media/penulisnya

2. Mengisi latar belakang, yakni memberikan kaitan suatu berita dengan realitas

sosial lainnya atau informasi tambahan

3. Meramalkan masa depan, yakni memprediksi apa yang akan dapat terjadi pada

masa mendatang dengan atau akibat terjadinya suatu peristiwa

4. Meneruskan suatu penilaian moral, yakni memberikan penilaian dan

menyatakan sikap atau suatu peristiwa