Top Banner
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 Definisi Strategi Koping Menurut Robani et,al (2017) strategi koping merupakan proses penyesuaian diri berupa perilaku dan pikiran internal berupa sumber daya, nilai-nilai yang dianut, dan komitmen sebagai upaya pertahanan diri dari tuntutan eksternal yang mengancam untuk memperoleh rasa aman dan menurunkan efek negatif yang ditimbulkan. Strategi koping merupakan usaha mengubah pengetahuan dan perilaku seseorang secara terus menerus untuk me-manage tuntutan spesifik internal atau eksternal yang dinilai melebihi kemampuan seseorang. Setiap orang memiliki respon untuk mengurangi stress bila mendapatkan tekanan berlebihan. Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki koping stress yang berbeda (Nur Fitriana, 2014). Menurut pendapat lain oleh Maryam (2017) bahwa definisi koping adalah perilaku yang terlihat dan tersembunyi yang dilakukan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan psikologi dalam kondisi yang penuh stress. Strategi koping bertujuan untuk mengatasi situasi dan tuntutan yang dirasa menekan, menantang, membebani dan melebihi sumberdaya (resources) yang dimiliki. Sumberdaya koping yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi strategi koping yang akan dilakukan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan.
21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

Mar 10, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Strategi Koping

2.1.1 Definisi Strategi Koping

Menurut Robani et,al (2017) strategi koping merupakan proses

penyesuaian diri berupa perilaku dan pikiran internal berupa sumber daya,

nilai-nilai yang dianut, dan komitmen sebagai upaya pertahanan diri dari

tuntutan eksternal yang mengancam untuk memperoleh rasa aman dan

menurunkan efek negatif yang ditimbulkan. Strategi koping merupakan usaha

mengubah pengetahuan dan perilaku seseorang secara terus menerus untuk

me-manage tuntutan spesifik internal atau eksternal yang dinilai melebihi

kemampuan seseorang. Setiap orang memiliki respon untuk mengurangi

stress bila mendapatkan tekanan berlebihan. Hal inilah yang dimaksud dengan

usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki koping stress yang

berbeda (Nur Fitriana, 2014).

Menurut pendapat lain oleh Maryam (2017) bahwa definisi koping

adalah perilaku yang terlihat dan tersembunyi yang dilakukan seseorang untuk

mengurangi atau menghilangkan ketegangan psikologi dalam kondisi yang

penuh stress. Strategi koping bertujuan untuk mengatasi situasi dan tuntutan

yang dirasa menekan, menantang, membebani dan melebihi sumberdaya

(resources) yang dimiliki. Sumberdaya koping yang dimiliki seseorang akan

mempengaruhi strategi koping yang akan dilakukan dalam menyelesaikan

berbagai permasalahan.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

11

Sedangkan dalam jurnal penelitian menurut Ismiati (2015) dikatakan

bahwa strategi koping merupakan suatu tingkah laku dimana individu

melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya dengan tujuan

menyelesaikan tugas atau masalah. Strategi koping merupakan suatu proses

dinamis dari suatu pola tingkah laku maupun pikiranpikiran yang secara sadar

digunakan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan dalam situasi yang menekan

dan menegangkan. Banyak definisi yang dilontarkan oleh para pakar psikologi

dalam mengartikan koping. Koping merupakan suatu cara yang dilakukan

individu untuk mengatasi situasi atau masalah yang dialami, baik sebagai

ancaman atau suatu tantangan yang menyakitkan. Umumnya koping strategi

dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengatasi berbagai

permasalahan yang melingkupi kehidupannya.

Beberapa definisi tentang strategi koping diatas dapat disimpulkan

bahwa strategi koping adalah proses penyesuaian diri berupa perilaku dan

pikiran internal berupa sumber daya, nilai-nilai yang dianut, dan komitmen

sebagai wujud untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan psikologi

dalam kondisi yang penuh stress, baik sebagai ancaman atau suatu tantangan

yang menyakitkan.

2.1.2 Jenis-jenis Strategi Koping

Strategi koping bertujuan untuk mengatasi situasi dan tuntutan yang

dirasa menekan, menantang, membebani dan melebihi sumberdaya

(resources) yang dimiliki. Sumberdaya koping yang dimiliki seseorang akan

mempengaruhi strategi kopingyang akan dilakukan dalam menyelesaikan

berbagai permasalahan. Secara umum penanganan stress atau fokus dari

strategi koping dapat dibagi mejadi dua bentuk menurut Maryam (2017) yaitu:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

12

a. Strategi Koping Berfokus Pada Masalah

Strategi ini adalah salah satu bentuk strategi kognitif. Individu

yang menggunakan strategi ini akan mencari sumber solusi dengan

berpikir secara logis dan dapat memecahkan masalahnya secara positif.

Individu akan cenderung menggunakan perilaku ini bila dirinya menilai

masalah yang dihadapinya masih dapat dikontrol dan dapat diselesaikan.

Strategi koping yang berpusat pada masalah cenderung dilakukan jika

individu merasa bahwa sesuatu yang kontruktif dapat dilakukan terhadap

situasi tersebut atau ia yakin bahwa sumberdaya yang dimiliki dapat

mengubah situasi. Sebagai contoh berikut yang termasuk strategi koping

berfokus pada masalah:

i. Confrontative koping atau konfrontasi yaitu usaha-usaha untuk

mengubah keadaan atau menyelesaikan masalah secara agresif dengan

menggambarkan tingkat kemarahan serta pengambilan resiko.

Dimana seseorang menentang masalah atau kesulitan dengan

berhadapan langsung dan secara terang-terangan. Bereaksi untuk

mengubah keadaan yang dapat menggambarkan tingkat risiko yang

harus diambil. Contohnya, seseorang yang melakukan confrontative

koping akan menyelesaikan masalah dengan melakukan hal-hal yang

bertentangan dengan aturan yang berlaku walaupun kadang kala

mengalami resiko yang cukup besar.

ii. Planful problem solving yaitu bereaksi dengan melakukan usaha-usaha

tertentu yang bertujuan untuk mengubah keadaan, diikuti pendekatan

analitis dalam menyelesaikan masalah. Contohnya, seseorang yang

melakukan planful problem solving akan bekerja dengan penuh

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

13

konsentrasi dan perencanaan yang cukup baik serta mau merubah

gaya hidupnya agar masalah yang dihadapi secara berlahan-lahan

dapat terselesaikan.

iii. Seeking social support atau kompromi yaitu mengubah keadaan secara

hati-hati, meminta bantuan kepada keluarga dekat dan teman sebaya

atau bekerja sama dengan mereka. Suatu sikap untuk mendapatkan

kenyamanan emosional dan informasi dari orang lain, bereaksi dengan

mencari dukungan dari pihak luar, baik berupa informasi, bantuan

nyata, maupun dukungan emosional. Contohnya, seseorang yang

melakukan seeking social support akan selalu berusaha menyelesaikan

masalah dengan cara mencari bantuan dari orang lain di luar keluarga

seperti teman, tetangga, pengambil kebijakan dan profesional,

bantuan tersebut bisa berbentuk fisik dan non fisik.

b. Strategi Koping Berfokus Pada Emosi

Emotion focused coping adalah strategi penanganan stress dimana

individu memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara

emosional. Individu yang menggunakan emotion-focused koping lebih

menekankan pada usaha-usaha untuk menurunkan atau mengurangi

emosi negatif yang dirasakan ketika menghadapi masalah. Strategi koping

yang berpusat pada emosi cenderung dilakukan bila individu merasa tidak

dapat mengubah situasi yang menekan dan hanya dapat menerima situasi

tersebut karena sumber daya yang dimiliki tidak mampu mengatasi situasi

tersebut.

i. . Positive reappraisal (memberi penilaian positif) adalah bereaksi dengan

menciptakan makna positif yang bertujuan untuk mengembangkan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

14

diri termasuk melibatkan diri dalam hal-hal yang religius. Contohnya,

seseorang yang melakukan positive reappraisal akan selalu berfikir positif

dan mengambil hikmahnya atas segala sesuatu yang terjadi dan tidak

pernah menyalahkan orang lain serta bersyukur dengan apa yang

masih dimilikinya.

ii. Accepting responsibility (penekanan pada tanggung jawab) yaitu bereaksi

dengan menumbuhkan kesadaran akan peran diri dalam permasalahan

yang dihadapi, dan berusaha mendudukkan segala sesuatu

sebagaimana mestinya. Contohnya, seseorang yang melakukan

accepting responsibility akan menerima segala sesuatu yang terjadi

saat ini sebagai nama mestinya dan mampu menyesuaikan diri dengan

kondisi yang sedang dialaminya.

iii. Self controlling (pengendalian diri) yaitu bereaksi dengan melakukan

regulasi baik dalam perasaan maupun tindakan. Contohnya, seseorang

yang melakukan koping ini untuk penyelesaian masalah akan selalu

berfikir sebelum berbuat sesuatu dan menghindari untuk melakukan

sesuatu tindakan secara tergesa-gesa

iv. Distancing (menjaga jarak) agar tidak terbelenggu oleh permasalahan.

Individu berusaha menarik diri dari lingkungan atau tidak mau tahu

dengan masalah yang dihadapi. Contohnya, seseorang yang

melakukan koping ini dalam penyelesaian masalah, terlihat dari

sikapnya yang kurang peduli terhadap persoalan yang sedang dihadapi

bahkan mencoba melupakannya seolah-olah tidak pernah terjadi apa-

apa.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

15

v. Escape avoidance (menghindarkan diri) yaitu menghindar dari masalah

yang dihadapi. Contohnya, seseorang yang melakukan koping ini

untuk penyelesaian masalah, terlihat dari sikapnya yang selalu

menghindar dan bahkan sering kali melibatkan diri kedalam

perbuatan yang negatif seperti tidur terlalu lama, minum obat-obatan

terlarang dan tidak mau bersosialisasi dengan orang lain.

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping

Berbagai faktor dan masalah juga mempengaruhi pemilihan strategi

koping individu. Faktor-faktor tersebut antara lain kesehatan fisik, pandangan

positif terhadap masalah yang dialami, ketrampilan memecahkan masalah,

dukungan sosial, dan juga materi. Berikut penjelasan terkait faktor tersebut

menurut Fauziah, dkk (2015):

a. Kesehatan Fisik

Apabila terjadi gangguan kesehatan maka badan atau jiwa individu

tersebut tidak produktif. Gangguan fisik atau gangguan kesehatan dapat

terjadi kaena penurunan daya tahan tubuh seseorang sehingga orang itu

tidak dapat melakukan aktivitasnya. Gangguan fisik/kesehatan sering

diakibatkan oleh timbulnya suatu penyakit dalam tubuh sehingga

penanganannya sangat memerlukan tenaga medis untuk melakukan

pengobatan. Individu yang mengalami gangguan kesehatan fisik akan

mempengaruhi pemilihan strategi koping yang akan digunakan.

b. Pandangan positif terhadap masalah yang dialami

Berpikir positif dalam menghadapi situasi yang sedang terjadi akan

menolong seseorang untuk menghadapinya secara efektif. Cara

menghadapi suatu masalah dengan mengambil hikmah dibalik masalah

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

16

yang dihadapi sehingga tidak menimbulkan konflik/pertentangan, dan

jika dicermati semuanya mengarah kepada suatu keadaan atau kesediaan

untuk menerima masalah yang dihadapi agar tidak terjadi perselisihan

yang lebih mendalam.

c. Ketrampilan memecahkan masalah

Memecahkan masalah adalah metode belajar yang mengharuskan pelajar

untuk menemukan jawabannya (discovery) tanpa bantuan khusus. Dalam

memecahkan masalah pelajar menemukan aturan baru yang lebih tinggi

tarafnya sekalipun ia mungkin tidak dapat merumuskannya secara verbal.

Menyelesaikan pemecahan masalah diperlukan aturan kompleks atau

aturan tingkat tinggi dan aturan tingkat tinggi dapat dicapai setelah

menguasai aturan dan konsep terdefinisi.

d. Dukungan social

Dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yangh berasal dari orang

yang memiliki hubungan sosial akrab dengan individu yang menerima

bantuan. Bentuk dukungan ini dapat berupa infomasi, tingkah laku

tertentu, ataupun materi yang dapat menjadikan individu yang menerima

bantuan merasa disayangi, diperhatikan dan bernilai. Diharapkan dengan

adanya dukungan sosial maka seseorang akan merasa diperhatikan,

dihargai dan dicintai.

e. Materi

Dukungan ini meliputi sumber daya daya, setiap sumber daya memiliki

kegunaan yang lebih spesifik dan memiliki ciri tersendiri, ada yang

berguna bagi kehidupan di daerah itu sendiri dan ada yang berguna bagi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

17

daerah lain. Sumber daya pada materi ini berupa uang, barang-barang atau

layanan yang biasanya dapat dibeli.

2.1.4 Aspek-aspek Strategi koping

Beberapa aspek-aspek dalam strategi koping sangat perlu diketahui.

Berikut penjelasan masing-masing aspek Srategi Koping menurut Hakim &

Rahmawati (2015):

a. Keaktifan diri

Dapat digambarkan suatu tindakan yang berguna untuk mencoba

menghilangkan atau mengelabuhi penyebab stres dan juga bisa disebut

memperbaiki akibatnya dengan cara langsung. Sebagai contoh adalah

individu yang mempunyai penyakit DM, seseorng tersebut sadar bahwa

mempunya penyakit DM maka dari itu bentuk keaktifan dirinya adalah

dengan melakukan kontrol rutin dan melakukan pembatasan makanan

yang harus dihindari pasien DM.

b. Perencanaan

Dalam perencanaan ini individu melakukan hal yaitu berpikir tentang

bagaimana mengatasi penyebab stress, dimana individu tersebut mampu

merancang strategi untuk apa saja yang akan dilakukan (bertindak),

memikirkan secara matang bagaimana langkah-langkah yang akan diambil

untuk menyelesaikan atau menangani suatu masalah yang akan di

hadapinya.

c. Kontrol diri

Suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan

mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah

konsekuensi positif. Selain itu kontrol diri juga menggambarkan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

18

keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk

menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil

d. Mencari dukungan sosial yang bersifat instrumental

Individu dengan cara tersebut diartikan bahwa dukungan sosial sangatlah

berguna bagi individu tersebut. Contoh dalam hal ini adalah dengan

menerima nasihat yang diberikan orang lain, menerima berbagai informasi

dengan baik dan bantuan berupa apapun yang diberikan oleh orang lain.

e. Mencari dukungan sosial yang bersifat emosional

Berbeda dengan dukungan social yang bersifat instrumental, dalam

dukungan social yang bersifat emosional ini individu lebih memerlukan

dukungan berupa dukungan moral, simpati dari orang lain serta

pengertian tentang bagaimana masalah tau stress yag dirasakannya.

f. Penerimaan

Diartikan sebagai suatu sikap memandang diri sendiri sebagaimana

adanya dan memperlakukannya secara baik disertai rasa senang serta

bangga sambil terus mengusahakan kemajuannya. Dimana ketika individu

tersebut memiliki masalah yang membuat dirinya begitu merasakan stress

tetapi keadaan memaksa dirinya untuk mengatasi dan menyelesaikan

masalah tersebut.

g. Religiusitas

Apabila individu memiliki masalah yang kadangkala bisa membuatnya

sampai stress secara berlebihan, namun individu tersebut mempunyai cara

atau sikap tersendiri dalam menenangkan dan mengatasi masalah dirinya

melalui beribadah atau melakukan hal-hal yang bersifat religious atau

keagamaan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

19

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Pengertian Keluarga

Menurut Rustina (2014) bahwa keluarga diartikan sebagai suatu unit

terkecil dari masyarakat yang menurut tipenya dibagi menjadi dua yaitu

keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang disebut dengan nuclear family

dan keluarga besar yang disebut dengan extended family. Keluarga juga dapar

diartikan sebagai suatu kelompok dengan kedekatan yang sangat erat,

bertempat tinggal bersama dan merupakan bagian dari masyarakat yang

mempunyai peram dalam suatu organisasi kemasyarakatan serta melakukan

sosialisasi.

Banyak para ahli menguraikan pengertian dari keluarga, dikutip dari

buku Abi Muhlisin (2012) sebagai berikut; Keluarga merupakan persekutuan

dua orang atau lebih individu yang terkait oleh darah, perkawainan atau

adopsi yang membentuk suatu rumah tangga yang saling berhubungan dalam

lingkup peraturan keluarga serta menciptakan dan memelihara budaya

(Tinkhan & Voorhies, 1977). Sedangkan menurut pakar lain mengatakan

bahwa pengertian dari keluarga adalah sekelompok manusia yang terikat

dengan emosi, yang biasanya hidup bersama dalam rumah tangga (Leavitt,

1982).

Sehingga dari pendapar para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

definisi dari keluarga adalah kumpulan dua individu atau lebih yang terikat

oleh darah, perkawinan, atau adopsi yang tinggal dalam satu rumah atau jika

terpisah tetap memperhatikan satu sama yang lain.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

20

2.2.2 Fungsi Keluarga

Ada beberapa uraian tentang fungsi keluarga yang dikemukakan oleh

Setiadi dan Kolip (2011) yaitu sebagai berikut:

a. Fungsi Pengatur Keturunan : salah satu fungsi keluarga yang tidak kalah

pentingnya dengan fungsi yang lain adalah fungsi seksual sebagai upaya

untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama bebera[a generasi

dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.

b. Fungsi Sosialisai / Pendidikan : dalam keluarga khususnya untuk orangtua

diwajibkan mendidik dengan baik pada anak-anaknya. Mendidik dan

mengajarkan tentang bagaimana bersosialisasi serta memberikan bekal

nilai-nilai sosial yang berlaku dalam kehidupan keluarga dan

bermasyarakat.

c. Fungsi Ekonomi / Unit Produksi : pembagian kerja untuk melaksanakan

produksi barang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari juga sangat perlu

bagi anggota-anggota keluarga sehingga dengan kegiatan tersebut dapat

menunjang perekonomiannya. Serta mengelola ekonomi keluarga supaya

terjadi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dan

pengeluaran keluarga.

d. Fungsi Pelindung : Melindungi setiap anggota keluarga adalah fungsi

keluarga yang sangat penting. Dimana hal tersebut sangat berperan dalam

menjauhkan bahaya dari anggota keluarga itu sendiri. Sehingga dapat

memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga, baik rasa tidak aman

yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.

e. Fungsi Penentuan Status : setiap keluarga satu dengan yang lainnya

memiliki status yang berbeda-beda, maka keluarga akan mewarisi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

21

statusnya pada tiap-tiap anggota sehingga tiap anggota keluarga memiliki

hak-hak yang istimewa.

f. Fungsi Pemeliharaan : setiap keluarga memiliki kewajiban umtuk

memelihara anggota keluarga yang sakit, menderita dan mengayomi yang

sudah tua atau yang membutuhkan perhatian khusus sehingga dengan

memelihara tersebut mereka akan merasakan kebahagiaan hidup.

g. Fungsi Efeksi : salah satu kebutuhan dasar manusia adalah mebdapatkan

kasih dan sayang atau rasa dicintai, baik oleh orang tua, saudara dan

anggota keluarga yang lainnya (Leis, 2013).

2.2.3 Ciri Struktur Keluarga

Keluarga merupakan suatu sistem interaksi emosional yang diatur

secara kompleks dalam posisi, peran, dan aturan atau nila-nilai yang menjadi

dasar struktur atau organisasi keluarga. Struktur keluarga tersebut memiliki

ciri-ciri antara lain:

a. Terorganisasi

Keluarga merupakan cerminan organisasi dimana hal tersebut

dikarenakan setiap anggota keluarga mempunyai peran dan fungsinya

masing-masing untuk mencapai tujuan pada keluarga tersebut. Setiap

anggota yang menjalankan peran dan fungsinya juga saling berhubungan

dan saling bergantung satu sama lain.

b. Keterbatasan

Setiap anggota keluarga wajib melakukan peran dan fungsinya sekaligus

juga mendapat kebebasan. Tetapi, setiap kebebasan pada setiap anggota

keluarga juga memiliki keterbatasan dalam menjalankan peran dan

fungsinya masing-masing.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

22

c. Perbedaan dan Kekhususan

Setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing.

Peran dan fungsi tersebut cenderung berbeda dank has yang

menunjukkan adanya ciri perbedaan dan kekhususan. Misalnya saja ayah

sebagai pencari nafkah dan ibu yang bertugas merawat anak-anak

(Widyanto, 2014)

2.3 Konsep Lanjut Usia

2.3.1 Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia atau lansia merupakan individu yang berada dalam tahap

usia late adulthood atau yang biasa disebut dengan tahapan usia dewasa akhir,

usia tersebut berkisar mulai umur 60 tahun ke atas. (Widyanto, 2015). Sejalan

dengan pendapat Suadirman (dalam Mulyono, 2015) lanjut usia merupakan

seseorang yang mengalami proses menua yang ditandai dengan bertambahnya

umur. Dimana hal ini seseorang juga mengalami penurunan kondisi fisik

maupun non fisik secara alamiah sehingga seseorang tersebut akan mengalami

penurunan produktivitas dalam melakukan kegiatannya sehari-hari.

Menurut beberapa ahli yang dikemukakan pada buku Efendi &

Makhfudli (2013) bahwa; Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998

salam Bab I Pasal 2 yang berbunyi “Lanjut Usia adalah seseorang yang

mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Menurut WHO seseorang

dikatakan lanjut usia apabila sudah mencapai umur kisaran 60-74 tahun. Pada

buku tersebut juga dijelaskan bahwa masa lanjut usia (geriatric age) sendiri

dibagi menjadi tiga batasan umur yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80

tahun), dan very old (>80 tahun).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

23

Berdasarkan penjelasan beberapa para ahli diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa lansia merupakan suatu tahap akhir dari rentang hidup

seseorang, dimana seseorang dapat diaktakan lansia apabila telah mencapai

umur 60 tahun ke atas.

2.3.2 Tipe- tipe Lanjut Usia

Lansia memiliki berbagai macam tipe yang dipengaruhi oleh karakter,

pengalaman hidup, mental, sosial, mampu menyesuaikan diri dari perubahan,

lingkungan serta ekonomi. Berikut ini adalah tipe lansia yang umum yaitu :

a. Tipe arif bijaksana, ditandai dengan lansia yang memiliki sifat yang

mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai

kesibukan, mampu bersosialisasi, memenuhi undangan, dermawan,

memiliki banyak pengalaman, hikmah dan mampu menjadi panutan.

b. Tipe mandiri, ditandai dengan lansia yang memiliki sikap mudah bergaul

dengan teman, mampu mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan

baru dan mampu selektif mencari pekerjaan.

c. Tipe tidak puas, ditandai dengan lansia yang memiliki sifat tidak sabar,

sulit dilayani, banyak mengkritik, banyak menuntut dan memiliki konflik

lahir batin dengan menentang proses penuaan sehingga menjadi individu

yang pemarah.

d. Tipe pasrah, ditandai dengan lansia yang memiliki sikap yang mampu

menerima keadaan serta menunggu nasib baik, ikut serta dalam kegiatan

keagamaan dan melakukan pekerjaan apa saja.

e. Tipe bingung, ditandai dengan sikap lansia yang lebih suka mengasingkan

diri, acuh tak acuh, mengasingkan diri dan kehilangan kepribadian.

(Widyanto, 2014).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

24

2.3.3 Perubahan Pada Lanjut Usia

Proses penuaan pada lansia menyebabkan perubahan signifikan pada

fungsi biologis maupun perilaku. Berikut ini adalah perubahan yang dialami

oleh lansia, yaitu:

a. Perubahan Fungsi Biologis

Bertambahanya usia menyebabkan lansia mengalami berbagi macam

perubahan yang sifatnya biologis, seperti:

i. Perubahan Penampilan Fisik

Salah satu dampak dari proses penuaan pada lasnia adalah

penampilan kulit individu, seperti munculnya kerutan dan noda hitam.

Lansia juga mengalami perubahan pada struktur wajah, perkembangan

lapisan telinga maupun hidung, rambut yang mulai tipis dan memutih.

Selain itu juga lansia akan mengalami pengurangan tinggi badan yang

kemudian menyebabkan penekanan pada lapisan tulang belakang.

Pengurangan kepadatan tulang yang semakin cepat sering dialami wanita

setelah menopause, dan hal ini dapat meningkat osteoporosis.

ii. Perubahan Sistem Sensori

Perubahan sensori pada lansia ditandai dengan perubahan indera

pembauan, perasa, penglihatan dan pendengaran. Perubahan pada indera

pembauan dan perasa dapat mempengaruhi kemampuan lansia dalam

mempertahankan nutrisi yang adekuat. Perubahan sensitivitas sentuhan

yang dapat terjadi pada lansia seperti berkurangnya kemampuan neuron

sensori yang secara efeisien memberikan sinyal deteksi, lokasi dan

identifikasi sentuhan atau tekanan pada kulit. Selain itu juga berkurangnya

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

25

kemampuan memperabiki pergerakan pada lansia yang dapat

mengakibatkan ketidakseimbangan dan jatuh.

Gangguan visual yang biasa terjadi pada lansia seperti

ketidakmampuan memfokuskan objek dalam jarak daekat atau rabun

dekat (presbyopia) dan berkurangnya kecepatan memproses informasi

visual. Gangguan pada mata paling sering muncul pada lansia adalah

katarak dan glaukoma. Lansia juga mengalami penyempitan lapang

pandang yang menyebabkan berkurangnya kemampuan melihat

lingkungan sekitar.

Penurunan kemampuan mendengar biasanya dimulai pada usia

dewasa tengah yaitu usia 40 tahun. Penurunan kemampuan mendengar

pada lansia tersebut terjadi sebagai hasil dari perubahan telinga bagian

dalam. Seperti kerusakan cochlea atau reseptor syaraf primer, timbulnya

suara berdengung secara terus menerus (tinnitus) dan kesulitan suara

bernada tinggi (presbycusis).

iii. Perubahan Pada Otak

Penurunan pada otak pada individu biasanya dimulai dari umur 30

tahu. Penurunan berat tersebut awalnya terjadi secara perlahan kemudian

semakin cepat. Dampak yang terjadi pada penurunan ini adalah

pengurangan ukuran neuron, penurunan kecepatan pada koordinasi fisik

dan kognitif dapat terjadi jika penurunan berat otak disertai dengan

berkurangnya lapisan otak.

iv. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Perubahan yang terjadi pada sistem musculoskeletal pada lansia

adalah berkurangnya massa dan kekuatan otot serta berkurangnya massa

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

26

dan kekuatan tulang. Lansia mengalami gangguan pada aktivitas seperti

mengalami penurunan kekuatan gangguan tangan, kekuatan kaki

berkurang pada pria, genggaman tangan dan kekuatan kaki pada wanita.

Faktor resikonya adalah berkurangnya kekuatan otot, kelenturan dan

koordinasi, terbatasnya rentang gerak sendir, meningkatnya resiko jatuh

dan fraktur pada lansia.

b. Perubahan Fungsi Kognitif

Kemampuan kognitif pada lansia dipengaruhi oleh faktor

personal dan lingkungan seperti tingkat pendidikan, persepsi diri dan

pengharapan, serta status kesehatan mental seperti kecemasan dan

depresi. Perubahan fungsi kogmitif pada lansia seperti fungsi daya ingat,

fungsi intelektual dan kemampuan untuk belajar. Lansia memiliki

kelemahan dalam memngingat dalam jangka pendek (shirt term memory)

tetapi tidak dengan kemampuan mengingat masa lampau (long term memory.

Daya kreativitas dan kemampuan memecahkan masalh kehidupan sehari-

hari tidak mengalami perubahan.

c. Perubahan Fungsi Psikososial

Lansia cenderung mengalami banyak perubahan terkait faktor

psikososial. Ketika anak telah berpindah tempat tinggal yang berbeda dan

lansia hidup mandiri, biasanya lansia akan mengalami kehilangan yang

mendalam. Lansia yang masih memiliki pasangan cenderung lebih

sejahtera dibandingkan dengan lansia yang tidak berpasangan, terutama

pada wanita. Berkaitan dengan hubungan psikososial lansia menjadi

semakin banyak menghabiskan waktu di rumah akibat dari kondisi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

27

kesehatan atau lainnya seperti dukungan sosial yang tidak lagi adekuat

(Widyanto, 2014).

2.4 Konsep Activity of Daily Living (ADL)

2.4.1 Pengertian Activity of Daily Living (ADL)

ADL (Activity of Daily Living) merupakan pekerjaan atau aktivitas yan

dilakukan sehari-hari dan aktivitas pokok untuk perawatan bagi diri. ADL

tersebut adalah salah satu alat ukur untuk menilai kapasitas fungsional

seseorang dengan menanyakan aktivitas kehidupan sehari-hari, untuk

mengetahui lanjut usia yang membutuhkan pertolongan untuk memenuhi

aktivitas kehidupan sehari-hari. ADL juga berfungsi untuk mengetahui

adanya kerapuhan dan ketidak mampuan lanjut usia melakukan aktivitasnya

secara mandiri dan yang membutuhkan perawatan (Gallo dkk, 1998 dalam

Wulandari, 2014).

Adapun menurut pendapat lain yaitu pendapat dari Brunner &

Suddart (2002) bahwa ADL (Activity of Daily Living) adalah aktivitas

perawatan diri yang harus dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari, yang

dimana berupa keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang untuk

merawat dirinya sendiri secara mandiri dan yang bertujuan untuk memenuhi

perannya secara pribadi, dalam keluarga dan juga masyarakat.

ADL (Activity of Daily Living) merupakan kegiatan atau pekerjaan rutin

yang dilakukan oleh seseorang dalam memenuhi kebutuhan kesehariannya.

ADL yang dimaksud adalah yang meliputi makan, minum, berpakaian

(berdandan), mandi, pergi ke toilet dan berpindah tempat (Hardywinito &

Setiabudi, 2005)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

28

Menurut pengertian ADL (Acitivity if Daily Living) dari beberapa

seumber tersebut dapat disimpulkan bahwa ADL (Activity of Daily Living)

merupakan kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan sehari hari untuk

memenuhi kebutuhan perawatan diri dan kesehariannya.

2.4.2 Macam-Macam Activity of Daily Living (ADL)

Menurut Sugiarto (2005) ADL (Activity of Daily Living) memiliki empat

macam dan berikut beserta penjelasannya:

a. ADL Dasar

ADL dasar yaitu sebuah keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh

seseorang untuk emmenuhi kebutuhan sehari hari seperti makan,

minum, mandi, berdandan dan toileting. Adapun yang memasukkan

kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori dasar ini.

Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas.

b. ADL Instrumen

ADL Instrumen yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat

atau benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan

makanan, menggunakan telepon, menulis, mengetik, mengelola uang

kertas. ADL

c. ADL Vokasional

ADL vokasional yaitu aktivitas yang dimana seseorang melakukan suatu

kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan diluar

rumah.

d. ADL Non Vokasional

ADL non vokasional yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi dan

mengisi waktu luang (Sugiarto, 2005).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

29

2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Activity Of Daily Living (ADL)

Pada Lansia

Adapun beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi ADL pada lansia

menurut Caroline & Merry (2017) seperti yang dijelaskan sebagi berikut:

a. Ketersediaan makanan

b. Kemampuan klien untuk membeli, berbelanja dan mempersiapkan

makanan

c. Kondisi kesehatan yang mengubah kebutuhan nutrisi

d. Kesehatan oral

e. Pola eliminasi

f. Kemandirian dalam makan

g. Mood dan status mental

h. Tingkat energi

i. Aktivitas

j. Pilihan budaya

k. Makanan yang disukai dan tidak disukai

l. Efek medikasi

m. Adanya gejala (misal : nyeri, sesak napas, mual).

2.4.4 Aktivitas Yang Meningkatkan Harga Diri Pada Lansia

Menurut Caroline & Mary (2017) dalam bukunya yang berjudul “Buku

Ajar Keperawatan Dasar” menjelaskan bahwa ada beberapa aktivitas yang

meningkatkan harga diri pada lansia seperti sebagai berikut:

a. Melakukan kehidupan sosial yang aktif bersama orang-orang dari segala

usia. Tempat ibadah biasanya memiliki perkumoulan sosial. Pusat warga

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Koping 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/54134/3/BAB 2.pdf · Hal inilah yang dimaksud dengan usaha koping stress, sehingga setiap orang memiliki

30

lansia sering kali mengadakan aktivitas yang tepat dan mendorong klien

untuk bertemu dengan klien lain.

b. Kembali ke sekolah: program edukasional menstimulasi pikiran dan

memberikan kesempatan klien untuk bersosialisasi.

c. Bergabung dengan kelompok pendukung. Berbagai perhatian, dan

mendapatkan wawasan dari orang lain dalam kelompok.

d. Menjadi sukarelawan di rumah sakit local atau orgnaisai sipil. Beberapa

komunitas memiliki layanan penitipan anak atau pusat perawatan harian

yang dilakukan oleh lansia.

e. Memelihara hewan peliharaan. Hal ini akan menumbuhkan perasaan

diperlukan dan mendukung persahabatan.

f. Bekerja paruh waktu. Banyak perusahaan mendorong lansia untuk kembali

bekerja. Pegawai lansia dapat dipercaya dan dapat dihandalkan. Aktivitas

ini juga bersifat teraupetik bagi seseorang karena mereka memiliki tempat

yang dituju dan memiliki tanggung jawab serta kebanggan karena memiliki

pekerjaan.

g. Mempertahankan praktik kesehatan yang baik (diet seimbang, olahraga

dan istirahat yang adekuat).