Top Banner
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU 2.1.1. Definisi Menurut pedoman nasional pelayanan kedokteran kanker paru (Kementrian Kesehatan , 2015) kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus = bronchogenic carcinoma). Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang disebebkan pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh tidak normal (tumbuh sangat cepat dan tidak terkendali), menginfiltrasi/ merembes dan menekan jaringan tubuh sehingga mempengaruhi organ tubuh (Akmal, 2010) 2.1.2. Jenis Kanker Paru Menurut Komite Penanggulangan Kanker Nasional (2016) jenis kanker paru dibagi menjadi: Kanker Paru jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) : Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil terdiri dari berbagai jenis yaitu Karsinoma sel skuamosa (KSS), adenokarsinoma, karsinoma sel besar (KSB) dan jenis lain yang jarang ditemukan dan Kanker Paru jenis Karsinoma Sel Kecil (KPKSK) : Secara umum, jenis kanker paru ini dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu: Stadium terbatas
49

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

Oct 04, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU

2.1.1. Definisi

Menurut pedoman nasional pelayanan kedokteran kanker paru

(Kementrian Kesehatan , 2015) kanker paru adalah semua penyakit

keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri

(primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker paru

primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma

bronkus = bronchogenic carcinoma). Penyakit kanker merupakan suatu

penyakit yang disebebkan pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh tidak normal

(tumbuh sangat cepat dan tidak terkendali), menginfiltrasi/ merembes dan

menekan jaringan tubuh sehingga mempengaruhi organ tubuh (Akmal,

2010)

2.1.2. Jenis Kanker Paru

Menurut Komite Penanggulangan Kanker Nasional (2016) jenis kanker

paru dibagi menjadi: Kanker Paru jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil

(KPKBSK) : Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil terdiri dari

berbagai jenis yaitu Karsinoma sel skuamosa (KSS), adenokarsinoma,

karsinoma sel besar (KSB) dan jenis lain yang jarang ditemukan dan

Kanker Paru jenis Karsinoma Sel Kecil (KPKSK) : Secara umum, jenis

kanker paru ini dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu: Stadium terbatas

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

12

(Limited Stage Disease = LD) dan Stadium lanjut (Extensive Stage Disease

= ED).

2.1.3 Faktor resiko

Adapun faktor resiko yang secara jelas menjadi penyebab kanker paru

yang paling signifikan menurut Priscilla LeMone (2009) dalam buku ajar

keperawatan medical bedah yaitu lebih dari 80% kasus kanker paru terkait

dengan merokok (perokok aktif maupun pasif) dengan resiko 23 kali lebih

umum pada pria perokok daripada pria yang tidak merokok. Berdasarkan

pedoman penatalaksanaan dan diagnosis kanker paru (PDPI, 2003) faktor

resiko lain selain merokok adalah polusi udara, pemajanan okupasi

terhadap bahan kimia karsinogenik, randon, riwayat pernah mendapatkan

kanker pada pasien atau keluarga pasien, paparan industri, tuberculosis

paru, pajanan radiasi, riwayat penyakit paru seperti ppok atau fibrosis paru.

2.1.4 Manifestasi klinis

Berdasarkan panduan penatalaksanaan kanker paru (Komite

Penanggulangan Kanker Nasional, 2015) yaitu: Gambaran klinik penyakit

kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru lainnya, terdiri dari

keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat

keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor–faktor lain yang sering

sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa :

batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen), batuk

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

13

darah, sesak napas, suara serak, sakit dada, sulit / sakit menelan, benjolan

di pangkal leher, sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab

lengan dengan rasa nyeri yang hebat. Tidak jarang yang pertama terlihat

adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan

yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah

tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti : Berat badan

berkurang, Nafsu makan hilang, Demam hilang timbul, Sindrom

paraneoplastik, seperti Hypertrophic pulmonary osteoartheopathy,

trombosis vena perifer dan neuropatia.

2.2.5 Pemeriksaan jasmani

Pemeriksaan jasmani harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti. Hasil

yang didapat sangat bergantung pada kelainan saat pemeriksaan dilakukan.

Tumor paru ukuran kecil dan terletak di perifer dapat memberikan

gambaran normal pada pemeriksaan. Tumor dengan ukuran besar, terlebih

bila disertai atelektasis sebagai akibat kompresi bronkus, efusi pleura atau

penekanan vena kava akan memberikan hasil yang lebih informatif.

Pemeriksaan ini juga dapat memberikan data untuk penentuan stage

penyakit, seperti pembesaran kelenjar getah bening atau tumor diluar paru.

Metastasis ke organ lain juga dapat dideteksi dengan perabaan hepar,

pemeriksaan funduskopi untuk mendeteksi peninggian tekanan intrakranial

dan terjadinya fraktur sebagai akibat metastasis ke tulang.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

14

2.2.6 Klasifikasi

Klasifikasi menurut WHO (2015) yang berasal dari bahan dari Patologi

Anatomi yaitu berdasarkan penentuan Stadium diantaranya : Karsinoma paru

(ICD-10 C33-34), penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem TNM dari

American Joint Committee on Cancer (AJCC) versi 7 tahun 2010, sebagai

berikut:

Tumor Primer (T)

Tx Tumor primer tidak dapat ditentukan dengan hasil radiologi dan

bronkoskopi tetapi sitologi sputum atau bilasan bronkus positif

(ditemukan sel ganas)

T0 Tidak tampak lesi atau tumor primer Tis Carcinoma in situ

T1 Ukuran terbesar tumor primer ≤ 3 cm tanpa lesi invasi intra

bronkus yang sampai ke proksimal bronkus lobaris yaitu T1a

dengan ukuran tumor primer ≤ 2 cm dan T1b Ukuran tumor

primer > 2 cm tetapi ≤ 3cm

T2 ukuran terbesar tumor primer > 3 cm tetapi ≤ 7 cm, invasi

intrabronkus dengan jarak lesi ≥ 2 cm dari distal karina,

berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif pada

daerah hilus atau invasi ke pleura visera dengan ukuran T2a

Ukuran tumor primer > 3cm tetapi ≤ 5 cm dan T2b Ukuran tumor

primer > 5cm tetapi ≤ 7 cm

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

15

T3 Ukuran tumor primer > 7 cm atau tumor menginvasi dinding dada

termasuk sulkus superior, diafragma, nervus phrenikus,

menempel pleura mediastinum, pericardium. Lesi intrabronkus ≤

2 cm distal karina tanpa keterlibatan karina. Berhubungan dengan

atelektasis atau pneumonitis obstruktif di paru. Lebih dari satu

nodul dalam satu lobus yang sama dengan tumor primer.

T4 Ukuran tumor primer sembarang tetapi telah melibatkan atau

invasi ke mediastinum, trakea, jantung, pembuluh darah besar,

karina, nervus laring, esophagus, vertebral body. Lebih dari satu

nodul berbeda lobus pada sisi yang sama dengan tumor

(ipsilateral).

Metastasis (M)

Mx Metastasis sulit dinilai dari gambaran radiotherapi

M0 Tidak ditemukan metastasis

Kelenjar Getah Bening(KGB)regional (N)

Nx Metastasis ke KGB mediastinum sulit dinilai dari gambaran

radiologi

N0 Tidak ditemukan metastasis ke KGB

N1 Metastasis ke KGB peribronkus (10), hilus (10), intrapulmonary

(10) ipsilateral

N2 Metastasis ke KGB mediastinum (2) ipsilateral dan atau

subcarina (7)

N3 Metastasis ke KGB peribronkial, hilus, intrapulmoner,

mediastinum kontralateral dan atau KGB supraklavikula

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

16

M1 Terdapat metastasis jauh

M1a Metastasis ke paru pleura kontralateral, nodul di efusi pleura

ganas, efusi pericardium

M1b Metastasis jauh ke hepar, organ lain (otak, tulang, atau KGB

leher, axila, supra renal, dan lain-lain).

2.2.7 Pengelompokan stadium

Tabel 2.1.5.1

Pengelompokan Stadium Kanker

Stadium Tumor primer

(T)

Kelenjar getah

bening (N)

Metastasis

(M)

Occult

Carcinoma

Stadium 0

Stadium IA

Stadium IB

Stadium IIA

Stadium IIB

Stadium IIIA

Tx

Tis

T1a

T1b

T2a

T1a

T1b

T2a

T2b

T3 (>7 cm)

T1a

T1a

N0

N0

N0

N0

N1

N1

N1

N1

N0

N2

N2

N2

M0

M0

M0

M0

M0

M0

M0

M0

M0

M0

M0

M0

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

17

Stadium IIIB

Stadium IVA

Stadium IVB

T2b

T3

T4

T4

T4

Sembarang

T

Sembarang

T

Sembarang

T

N2

N1

N0

N1

N2

N3

Sembarang

N

Sembarang

N

M0

M0

M0

M0

M0

M0

M1a (pleura,

paru

Kontralateral

M1b

(metastasis

jauh)

2.2.8 Rekomendasi Pemeriksaan menurut WHO

1. Foto toraks AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien

dengan kecurigaan terkena kanker paru

2. CT scan toraks dilakukan sebagai evaluasi lanjut pada pasien dengan

kecurigaan kanker paru, dan diperluas hingga kelenjar adrenal untuk menilai

kemungkinan metastasis hingga regio tersebut

3. Bronkoskopi adalah prosedur utama yang dapat menetapkan diagnosis kanker

paru

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

18

4. Spesimen untuk menghasilkan pemeriksaan sitologi dan histologi didapat

terutama melalui biopsi bronkus

5. Biposi jarum halus (Fine Needle Aspiration Biopsy) adalah metode utama

mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan sitologi

6. Pemeriksaan transthoracal biopsiy (TTB) dapat dilakukan untuk

mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan sitologi maupun histopatologi

7. Bila tersedia, tuntunan endobrachial ultrasound (EBUS) juga dapat dilakukan

sebagai pemeriksaan tambahan, terutama untuk evaluasi kelenjar mediastinal,

dan mendapatkan spesimen histopatologi. Tindakan biopsi pleura,

pleuroscopy dapat dilakukan untuk mendapatkan spesimen pada pleura.

8. Jika hasil sitologi negatif, tetapi masih ada kecurigaan keganasan, maka

penilaian ulang atau Ct Scan Toraks dianjurkan

9. Pemeriksaan molekul marker (gen EGFR, gen KRAS, fusigen).

2.2.9 Penatalaksanaan Medik

Berdasarkan panduan penatalaksanaan kanker paru, Komite Penaggulangan

Kanker Nasional Kemenkes RI Tahun 2015 adalah:

2.2.9.1 Bedah

Modalitas ini adalah terapi utama untuk sebagian besar KPBSK, terutama

stadium I-II dan stadium IIIA yang masih dapat direseksi setelah

kemoterapi neoadjuvan. Jenis pembedahan yang dapat dilakukan adalah

lobektomi, segmentektomi dan reseksi sublobaris. Pilihan utama adalah

lobektomi yang menghasilkan angka kehidupan yang paling tinggi.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

19

Namun, pada pasien dengan komorbiditas kardiovaskular atau kapasitas

paru yang lebih rendah, pembedahan segmentektomi dan reseksi

sublobaris paru dilakukan. Kini, reseksi sublobaris sering dilakukan

bersamaan dengan Video-Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS).

2.2.9.2 Radioterapi

Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana

kanker paru. Radioterapi dalam tatalaksana kanker paru Bukan Sel Kecil

(KPKBSK) dapat berperan di semua stadium KPKBSK sebagai terapi

kuratif definitif, kuratif neoajuvan atau ajuvan maupun paliatif.

2.2.9.3 Kemoterapi

Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant pada stadium

dini, atau sebagai adjuvant pasca pembedahan. Terapi adjuvant dapat

diberikan pada KPKBSK stadium IIA, IIB dan IIIA. Pada KPKBSK

stadium lanjut, kemoterapi dapat diberikan dengan tujuan pengobatan jika

tampilan umum pasien baik (Karnofsky >60; WHO 0-2). Namun, guna

kemoterapi terbesar adalah sebagai terapi paliatif pada pasien dengan

stadium lanjut.

2.2.9.4 Terapi target

Terapi target diberikan pada penderita dengan stadium IV KPKBSK

dengan EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor) mutasi positif yang

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

20

sensitif terhadap EGFR-TKI. Terapi EGFR- TKI yang tersedia yaitu

Gefitinib, Erlotinib atau Afatinib.

2.2.9.5 Terapi kombinasi

Terapi radiasi dan kemoterapi dapat diberikan pada kasus-kasus tertentu,

terutama yang tidak memenuhi syarat untuk menjalani pembedahan. Selain

itu, terapi kombinasi dapat diberikan dengan tujuan pengobatan pada

pasien dengan tampilan umum baik dan penurunan berat badan minimal,

dan pasien usia lanjut yang mempunyai komorbiditas berat atau

kontraindikasi operasi. Regimen kemoterapi dan terapi radiasi dapat

diberikan secara bersamaan (concurrent therapy), selang-seling

(alternating therapy), atau secara sekuensial. Hasil paling baik didapat dari

regimen concurrent therapy.

2.2.10 Pilihan terapi berdasakan stadium

Berdasarkan panduan penatalaksanaan kanker paru, Komite Penanggulangan

Kanker Nasional Kemenkes RI Tahun 2015 adalah:

Stadium 0 Modalitas terapi pilihan adalah pembedahan atau Photo

Dynamic Therapy (PDT).

Stadium I Modalitas terapi pilihan adalah pembedahan, yang dapat

dilakukan bersamaan dengan VATS (video-assisted

thoracoscopic surgery). Bila pasien tidak dapat menjalani

pembedahan, maka dapat diberikan terapi radiasi atau

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

21

kemoterapi dengan tujuan pengobatan. Selain itu, juga dapat

diberikan kombinasi terapi radiasi dengan kemoterapi. Pada

stadium I B, dapat diberikan kemoterapi adjuvant setelah reseksi

bedah.

Stadium II Terapi pilihan utama adalah reseksi bedah, jika tidak ada

kontraindikasi. Terapi radiasi atau kemoterapi adjuvant dapat

dilakukan bila ada sisa tumor atau keterlibatan kelenjar getah

bening (KGB) intratoraks, terutama N2 atau N3. Bila pasien

tidak dapat menjalani pembedahan, maka dapat diberikan terapi

radiasi dengan tujuan pengobatan. Kombinasi terapi radiasi

dengan kemoterapi dapat memberikan hasil yang lebih baik.

Stadium IIIA Pada stadium ini, dapat dilakukan pembedahan (bila tumor

masih dapat dioperasi dan tidak terdapat bulky limfadenopati),

terapi radiasi, kemoterapi, atau kombinasi dari ketiga modalitas

tersebut. Reseksi bedah dapat dilakukan setelah kemoterapi

neoadjuvant dan/atau dengan kemoterapi adjuvant, terutama

pada pasien dengan lesi T3-4, N1. Pada pasien yang tidak dapat

menjalani pembedahan, dapat dilakukan terapi radiasi sendiri

dengan tujuan pengobatan. Kombinasi terapi radiasi dengan

kemoterapi dapat memberikan hasil yang lebih baik. Jika ada

keterlibatan kelenjar getah bening atau respons buruk terhadap

operasi, maka pemberian kemoterapi sendiri dapat

dipertimbangkan. Regimen ini terdiri dari 4-6 siklus pemberian

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

22

obat kemoterapi. Pada pasien dengan adenokarsinoma dan hasil

uji mutasi gen EGFR (epidermal growth factor receptor) positif,

dapat diberikan obat golongan EGFR-TKI.

Stadium IIIB Modalitas pengobatan yang menjadi pilihan utama bergantung

pada kondisi klinis dan tampilan umum pasien. Terapi radiasi

sendiri pada lesi primer dan lesi metastasis ipsilateral dan KGB

supraklavikula. Kemoterapi sendiri dapat diberikan dengan

regimen 4-6 siklus. Kombinasi terapi radiasi dan kemoterapi

dapat memberikan hasil yang lebih baik. Obat golongan EGFR-

TKI diberikan pada adenokarsinoma dengan hasil uji mutasi gen

EGFR positif.

Stadium IV Pilihan modalitas pengobatan pada stadium ini adalah terapi

radiasi dan kemoterapi. Pendekatan tata laksana KPKBSK

stadium IV bersifat multimodalitas dengan pilihan terapi

sistemik (kemoterapi, terapi target), dan modalitas lain

(radioterapi , dan lain-lain)

Catatan: Regimen kemoterapi lini pertama adalah kemoterapi berbasis platinum

(sisplatin atau karboplatin) dengan salah satu obat generasi baru.

Sisplatin/Karboplatin + etoposid

Sisplatin/Karboplatin + gemsitabin

Sisplatin/Karboplatin + paklitaksel

Sisplatin/Karboplatin + doksetaksel

Sisplatin/Karboplatin + vinoralbin

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

23

Regimen kemoterapi lini kedua adalah monoterapi doksitaksel, monoterapi

pemetreksat, atau kombinasi dari dua obat baru (regimen non-platinum). Pada

kondisi tertentu, untuk lini pertama dapat diberikan kemoterapi berbasis

platinum (doublet platinum lini pertama seperti di atas) ditambahkan anti-VEGF

(bevacizumab). Pada rekurensi, pilihan terapi sesuai metastasis. Modalitas yang

dapat digunakan termasuk radiasi paliatif, kemoterapi paliatif, atau bedah paliatif

2.2. KONSEP PALLIATIF CARE

2.2.1. Definisi

Pelayanan paliatif pasien kanker adalah pelayanan terintegrasi oleh tim

paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan

dukungan bagi keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan

dengan kondisi pasien dengan mencegah dan mengurangi penderitaan

melalui identifikasi dini, penilaian yang seksama serta pengobatan nyeri dan

masalah masalah lain, baik masalah fisik, psikososial dan spiritual (WHO,

2002), dan pelayanan masa duka cita bagi keluarga (WHO, 2005) dalam

Pedoman Tekhnis Pelayanan Paliatif Kemenkes RI Tahun 2013. Definisi

WHO tentang perawatan paliatif care adalah pendekatan yang meningkatkan

kualitas hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah

terkait dengan penyakit yang mengancam nyawa, melalui pencegahan dan

pengurangan penderitaan dengan cara identifikasi dini, pemeriksaan yang

baik, dan terapi rasa sakit dan masalah lainnya, fisik, psikososial dan

spiritual.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

24

Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa Inggris) yang berarti

meringankan, dan “paliare” (bahas latin yang berarti “menyelubungi”),

merupakan jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankan

gejala klien, bukan memberikan kesembuhan ( National Hospice and

Palliative Care Organization (NHPCO) dalam buku Keperawatan Medical

Bedah, Joyce M. Black, 2009)

2.2.2. Prinsip Pelayanan Paliatif Pasien Kanker

Menurut WHO (2005) dalam Pedoman Tekhnis Pelayanan Paliatif Kemenkes

RI Tahun 2013, adalah mengurangi atau menghilangkan nyeri dan keluhan

lain yang mengganggu, membuat pasien mengerti bahwa proses hidup dan

mati adalah sesuatu yang wajar, tidak bermaksud untuk mempercepat ataupun

menunda kematian, mengintegrasikan aspek psikologi dan spiritual dari

perawatan pasien, menawarkan sistem pendukung untuk membantu pasien

hidup seaktif mungkin sampai saat kematian, menawarkan sistem pendukung

untuk membantu keluarga agar dapat menerima kenyataan dan menyikapi

penyakit pasien dengan baik, menggunakan pendekatan kelompok untuk

mengetahui kebutuhan pasien dengan baik, menggunakan pendekatan

kelompok untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarganya termasuk

konseling, meningkatkan kualitas hidup dan dapat juga mempengaruhi

perjalanan penyakit secara positif, dapat diterapkan dini saat perjalanan

penyakit, digabung dengan terapi lainnya yang berusaha untuk

memperpanjang hidup seperti, kemoterapi dan radioterapi, termasuk usaha

untuk mengetahui dan mengatasi komplikasi klinis yang mengganggu.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

25

Pada pelayanan paliatif, pasien memiliki peran yang penting dalam membuat

keputusan yang akan diambil. Tujuan pelayanan paliatif bagi setiap pasien

berbeda dan dibuat dengan memperhatikan hal yang ingin dicapai oleh pasien

bila memungkinkan. Secara umum pelayanan paliatif bertujuan untuk

menghilangkan nyeri dan gejala lain, meningkatkan kualitas hidup,

memberikan dukungan psikososial dan spiritual serta memberikan dukungan

kepada keluarga selama pasien sakit dan selama masa dukacita.

2.2.3. Indikasi pelayanan paliatif

Menurut WHO (2005) dalam Pedoman Tekhnis Pelayanan Paliatif Kemenkes

RI Tahun 2013, pelayanan paliatif dimulai sejak diagnosis kanker ditegakkan

bila didapatkan satu atau lebih kondisi yaitu :nyeri atau keluhan fisik lainnya

yang tidak dapat diatasi; stres berat sehubungan dengan diagnosis atau terapi

kanker; penyakit penyerta yang berat dan kondisi sosial yang diakibatkannya;

permasalahan dalam pengambilan keputusann tentang terapi yang akan atau

sedang dilakukan; pasien/keluarga meminta untuk dirujuk ke perawatan

paliatif; angka harapan hidup lebih dari 12 bulan yaitu skor ECOG ( Eastern

Cooperative Oncology Group) lebih dari 3 atau skor Karnofsky (Karnofsky

Performance Score) kurang dari 50%, metastasis otak, dan leptomeningeal,

metastasis di cairan interstisial, vena cava superior sindrom, kaheksia, serta

kondisi berikut bila tidak dilakukan tindakan atau tidak respon terhadap

tindakan yaitu: kompresi tulang belakang, bilirubin lebih atau sama dengan

2,5 mg/dl dan kreatinin lebih atau sama dengan 3 mg/dl. Tidak berlaku pada

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

26

pasien kanker anak; pada pasien kanker stadium lanjut yang tidak respon

dengan terapi yang diberikan . Skor ECOG dan Karnofsky adalah cara standar

untuk mengukur kemampuan paisen kanker dalam melakukan tugas sehari-

hari.

2.2.4. Langkah-langkah dalam pelayanan paliatif

Menurut WHO (2005) dalam Pedoman Teknis Pelayanan Paliatif Kemenkes

RI Tahun 2013 adalah: menentukan tujuan perawatan dan harapan pasien,

membantu pasien dalam membuat advanced care planning (wasiat atau

keinginan terakhir), pengobatan penyakit penyerta dan aspek sosial yang

muncul, tata laksana gejala, informasi dan edukasi perawatan pasien,

dukungan psikologis, kultural dan sosial, respon pada fase terminal yaitu

memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan keluarga bila wasiat

belum dibuat, misalnya: penghentian atau tidak memberikan pengobatan yang

memperpanjang proses menuju kematian (resusitasi, ventilator, cairan, dll)

dan pelayanan terhadap pasien dengan fase terminal.

2.2.5. Tim dan tempat pelayanan paliatif

Dalam mencapai tujuan pelayanan paliatif pasien kanker, yaitu mengurangi

penderitaan pasien , beban keluarga, serta mencapai kualitas hidup yang lebih

baik, diperlukan sebuah tim yang bekerja secara terpadu. Pelayanan paliatif

pasien kanker juga membutuhkan keterlibatan keluarga dan tenaga relawan.

Dengan prinsip interdisipliner (koordinasi antar bidang ilmu dalam

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

27

menentukan tujuan yang akan dicapai dan tindakan yang akan dilakukan guna

mencapai tujuan ), tim paliatif secara berkala melakukan diskusi untuk

melakukan penilaian dan diagnosis, untuk bersama pasien dan keluarga

membuat tujuan dan rencana pelayanan paliatif pasien kanker, serta

melakukan monitoring dan follow up. Kepemimpinan yang kuat dan

manajemen program secara keseluruhan harus memastikan bahwa manajer

lokal dan penyedia layanan kesehatan bekerja sebagai tim multidisiplin dalam

sistem kesehatan, dan mengkoordinasikan erat dengan tokoh masyarakat dan

organisasi yang terlibat dalam program ini, untuk mencapai tujuan bersama

(Pedoman Tekhnis Pelayanan Paliatif Kemenkes RI, 2013).

2.2.6. Komposisi tim perawatan paliatif

Menurut WHO (2005) dalam Pedoman Tekhnis Pelayanan Paliatif Kemenkes

RI Tahun 2013 terdiri dari:

2.2.6.1. Dokter

Dokter memainkan peran penting dalam pelayanan paliatif interdisipliner,

harus kompeten di kedokteran umum, kompeten dalam pengendalian rasa

sakit dan gejala lain, dan juga harus akrab dengan prinsip-prinsip

pengelolaan penyakit pasien. Dokter yang bekerja di pelayanan paliatif

mungkin bertanggung jawab untuk penilaian, pengawasan dan pengelolaan

dari banyak dilema pengobatan sulit.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

28

2.2.6.2. Perawat

Merupakan anggota tim yang biasanya akan memiliki kontak terlama

dengan pasien sehingga memberikan kesempatan unik untuk mengetahui

pasien dan pengasuh, menilai secara mendalam apa yang terjadi dan apa

yang penting bagi pasien, dan untuk membantu pasien mengatasi dampak

kemajuan penyakit. Perawat dapat bekerja sama dengan pasien dan

keluarganya dalam membuat rujukan sesuai dengan disiplin ilmu lain dan

pelayanan kesehatan

2.2.6.3. Pekerja Sosial dan Psikolog

Perannya membantu pasien dan keluarganya dalam mengatasi masalah

pribadi dan sosial, penyakit dan kecacatan, serta memberikan dukungan

emosional/konseling selama perkembangan penyakit dan proses berkabung.

Masalah pribadi biasanya akibat disfungsi keuangan, terutama karena

keluarga mulai merencanakan masa depan.

2.2.6.4. Konselor Spiritual

Konselor spiritual harus menjadi pendengar yang terampil dan tidak

menghakimi, mampu menangani pertanyaan yang berkaitan dengan makna

kehidupan. Sering juga berfungsi sebagai orang yang dipercaya sekaligus

sebagai sumber dukungan terkait tradisi keagamaan, pengorganisasian ritual

keagamaan dan sakramen yang berarti bagi pasien kanker. Sehingga

konselor spiritual perlu dilatih dalam perawatan akhir kehidupan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

29

2.2.6.5. Relawan

Peran relawan dalam tim perawatan paliatif akan bervariasi sesuai dengan

pengaturan. Di negara sumber daya rendah atau menengah, relawan dapat

menyediakan sebagian besar pelayanan untuk pasien. Relawan yang

termasuk dalam rumah sakit dan tim pelayanan paliatif membantu

profesional kesehatan untuk memberikan kualitas hidup yang optimal bagi

pasien dan keluarga. Relawan datang dari semua sektor masyarakat, dan

sering menyediakan link antara institusi layanan kesehatan dan pasien.

Memasukkan relawan dalam tim pelayanan paliatif membawa dimensi

dukungan masyarakat dan keahlian masyarakat. Dengan pelatihan dan

dukungan tepat, relawan dapat memberikan pelayanan langsung kepada

pasien dan keluarga, membantu tugas-tugas administratif, atau bahkan

bekerja sebagai konselor. Selain itu, dapat berperan membantu

meningkatkan kesadaran, memberikan pendidikan kesehatan, menghasilkan

dana, membantu rehabilitasi, atau bahkan memberikan beberapa jenis

perawatan medis.

2.2.6.6. Apoteker Terapi

obat merupakan komponen utama dari manajemen gejala dalam pelayan

paliatif, sehingga apoteker memainkan peranan penting. Apoteker

memastikan bahwa pasien dan keluarga memiliki akses penting ke obat-

obatan untuk pelayanan paliatif. Keahlian apoteker juga dibutuhkan untuk

mendukung tim kesehatan dengan memberikan informasi mengenai dosis

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

30

obat, interaksi obat, formulasi yang tepat, rute administrasi, dan alternatif

pendekatan. Morfin dan obat-obatan lain yang sesuai diperlukan untuk

pelayanan paliatif. Banyak negaranegara berpenghasilan rendah dan

menengah, akses terhadap obat-obatan tidak hanya dibatasi oleh kurangnya

apoteker untuk mengeluarkan obat-obatan, tetapi juga oleh biaya obat-

obatan yang relatif tinggi sehingga sulit dijangkau bagi banyak pasien

kanker. Untuk itu, apoteker, bahkan mereka dengan keterampilan dasar

yang cukup dan pelatihan yang terbatas sangat penting untuk pelayanan

paliatif.

2.2.6.7. Dukun

Peran obat tradisional dan dukun juga diakui. Di seluruh dunia, sekitar dua

pertiga dari pasien kanker meminta pertolongan berobat pada terapi

komplementer atau alternatif. Dalam banyak hal, dukun biasanya tidak

menjadi anggota tim perawatan paliatif. Namun demikian, harus ada ruang

untuk sebuah wacana terbuka antara penyedia layanan kesehatan dan

dukun dengan maksud untuk mengkoordinasikan upaya-upaya mereka

dalam mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga mereka, yang sensitif dan

menghormati, dengan mempertimbangkan beragam budaya masyarakat

dan individu.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

31

2.2.7. Atribut perawatan paliatif

Atribut perawatan paliatif telah diartikulasikan dalam sebuah dokumen

konsensus dari kanada. Atribut ini mendukung definisi menurut WHO dan

membimbing semua aspek perawatan di akhir kehidupan, yaitu:

2.2.7.1. Berfokus kepada pasien dan keluarga nya (Patient family focused)

Karena pasien biasanya bagian dari keluarga, saat perawatan diberikan,

pasien dan keluarga diperlakukan sebagai unit atau satu kesatuan. Semua

aspek perawatan disediakan dengan cara yang sensitif terhadap keyakinan

dan praktik pribadi, budaya, dan kepercayaan keluarga, perkembangan

negara mereka, dan kesiapan mereka untuk menghadapi proses kematian.

2.2.7.2. Berkualitas tinggi (High quality)

Semua aktivitas perawatan paliatif di rumah sakit dipandu oleh hal-hal

berikut, prinsip-prinsip: autonomy, beneficence, non maleficence, justice,

truth telling, dan confidentiality. Praktik dasar yang didasarkan pada prinsip

dan norma nasional yang telah diakui dan standar perilaku profesional,

kebijakan dan prosedur yang didasarkan pada pedoman praktik terbaik yang

ada atau berdasarkan pendapat yang lebih disukai, dan pengumpulan data

dan dokumentasi yang berdasarkan pada alat pengukuran yang divalidasi.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

32

2.2.7.3. Safe and effective

Semua kegiatan perawatan paliatif hosip dilakukan dengan cara yang

kolaboratif, memastikan kerahasiaan dan privasi tanpa paksaan,

diskriminasi, pelecehan atau prasangka, menjamin keselamatan dan

keamanan bagi semua peserta. memastikan kontinuitas dan kesabaran,

bertujuan untuk meminimalkan dulpikasi dan pengulangan yang tidak perlu

dan mematuhi undang-undang, peraturan dan kebijakan yang berlaku di

dalam yurisdiksi, tuan rumah, dan organisasi.

2.2.7.4. Accesible

Semua pasien dan keluarga memiliki akses yang sama ke layanan perawatan

paliatif hospice dimana pun mereka tinggal di rumah, atau berada dalam

jarak terjangkau dari rumah mereka dan pada waktu yang tepat.

2.2.7.5. Adequately resource

Sumber daya keuangan, manusia, informasi, fisik dan masyarakat cukup

untuk menopang aktivitas organisasi dan rencana strategis dan rencana

bisnis. Sumber yang memadai terletak pada masing-masing kegiatan

organisasi yaitu:

2.2.7.6. Collaborative

Setiap komunitas membutuhkan perawatan paliatif hospice yang

diperhatikan dan ditambahkan melalui upaya kolaborasi dari organisasi dan

layanan yang ada dalam kemitraan.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

33

2.2.7.7. Knowledge based

Untuk memberikan pendidikan kepada semua pasien, keluarga, perawat,

staf, dan pemangku kepentingan yang merupakan bagian integral dari

penyediaan dan kemajuan perawatan paliatif hospice berkualitas tinggi.

2.2.7.8. Advocacy based

Interaksi reguler dengan legislator, regulator, pembuat kebijakan,

penyandang dana perawatan kesehatan, perawatan paliatif lainnya

menyediakan, masyarakat profesional, dan asosiasi dan masyarakat secara

esensial untuk meningkatkan kesadaran dan mengembangkan, aktivitas

perawatan intensif dan sumber daya yang mendukungnya. semua advokasi

didasarkan pada praktik norma yang berlaku secara nasional

2.2.7.9. Researceh based

Pengembangan, diseminasi, dan integrasi pengetahuan baru sangat penting

untuk kemajuan perawatan paliatif hospit berkualitas tinggi. Bila mungkin,

semua aktivitas didasarkan pada bukti terbaik yang ada. adalah protokol

penelitian yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

di dalam yurisdiksi yang mengatur penelitian dan keterlibatan subjek

manusia.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

34

2.2.8. Dasar- dasar perawatan paliatif

2.2.8.1. Komunikasi dan pembuatan keputusan ( dengan penderita dan keluarga)

Berdasarkan buku Pedoman Teknis Pelayanan Paliatif Kanker (2013),

komunikasi antara dokter dan petugas kesehatan lain dengan pasien dan

keluarga serta antara pasien dan keluarga merupakan hal yang penting dalam

perawatan paliatif. Pasien adalah pribadi yang harus dihargai haknya untuk

mengetahui atau tidak mengatahui kondisi penyakitnya. Pasien juga

merupakan individu yang berhak menentukan tindakan yang akan dilakukan

terhadapnya jika pasien masih memilki kompetensi untuk membuat

keputusan. Pada fase akhir kehidupan banyak pasien yang tidak lagi mampu

membuat keputusan, sehingga pembicaraan tentang apa yang akan atau tidak

dilakukan sebaiknya diputuskan pada saat pasien masih memiliki kesadaran

penuh. Walaupun demikian keluarga tetap dapat dilibatkan dalam

pengambilan keputusan. Dalam menyampaikan berita buruk, hal hal berikut

ini harus diperhatikan: Apa, sejauh mana, kapan, dengan siapa dan bagaimana

cara menyampaikan berita tersebut. Dalam hal ini, dokter dan petugas

kesehatan lain harus memperhatikan kultur yang dianut pasien dan keluarga.

2.2.8.2. Hambatan yang dapat menghambat komunikasi efektif yaitu: hambatan

pasien dalam berkomunikasi, hambatan masyarakat dalam berkomunikasi dan

hambatan tenaga kesehatan dalam berkomunikasi

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

35

2.2.8.3. Tantangan dalam berkomunikasi yaitu mengabarkan berita buruk,

menghadapi tanggapan emosional, menghentikan atau menahan perawatan

aktif, menghindari keheningan dan mempromosikan keterbukaan diantara

pasien kerabat, dan profesional, membahas keinginan pasien yang

mengatakan “jangan melakukan resusitasi, tanggapan yang sesuai untuk

melakukan euthanasia, membahas tentang kematian dan prosesnya, berbicara

kepada anak anak mereka, berkomunikasi dengan kolega.

2.2.8.4. Penghalang untuk komunikasi yang baik yaitu: kurangnya waktu, kurangnya

privacy, ketidakpastian, malu, kolusi ,mempertahankan harapan, kemarahan,

penyangkalan, tidak didepan anak-anak

2.2.9. Perawatan Kehilangan

Kehilangan adalah pengalaman manusia yang universal. Pengalaman ini

dialami dan diungkapkan dengan cara yang berbeda-beda, mencerminkan

faktor-faktor seperti relasi yang hilang, kepribadian, dan cara-cara untuk

mengatasinya. Duka cita adalah hal yang multidimensi, pikiran, perasaan dan

perilaku seseorang sebagai pengalaman setelah kehilangan. Intervensi paliatif

pada masa berduka adalah:Berkabung adalah proses yang dialami seseorang

untuk beradaptasi dengan kehilangan. Hal hal yang perlu dilakukan pada masa

berkabung adalah: Menerima kenyataan kehilangan, Mengalami rasa sakit

akibat kehilangan, Menyesuaikan diri dengan kehilangan, Menyesuiakan diri

dengan lingkungan dimana almarhum hilang, Mencari ruang dalam kehidupan

seseorang untuk almarhum sehingga ia dapat mengenang almarhum dan secara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

36

tepat mengabadikannya, atau merelokasi orang itu sehingga ia dapat bergerak

maju dalam kehidupan

2.2.10. Peranan Palliative Pada Penyakit Kanker

Menurut DR. Dr. Imam Rasjidi, SPOG (K) Onk (2010), dalam buku perawatan

paliatif supportif dan bebas nyeri pada kanker, terdapat banyak alasan

mengapa pasien dengan penyakit kanker stadium lanjut tidak mendapatkan

perawatan yang memadai, namun semua alasan itu pada akhirnya berakar pada

konsep terapi yang ekslusif pada menyembuhkn penyakit dan memperpanjang

nyawa daripada meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi penderitaan.

Itulah mengapa, seringkali keputusan untuk mengambil tindakan paliatif baru

dilakukan setelah segala uaha penyembuhan penyakit ternyata tidak efektif dan

kematian tidak terelekan. Padahal seharusnya erawatan paliatif dilakukan

secara integral dengan perawatan kuratif dan rehabilitatif baik pada fase dini

maupun pada fase lanjut.

2.2.11. Tata laksana gejala

Prinsip tata laksana gejala yang muncul pada pasien dengan penyakit

stadium lanjut bervariasi, menurut WHO (2005) dalam Pedoman Tekhnis

Pelayanan Paliatif Kemenkes RI Tahun 2013 Prinsip tata laksananya adalah

sebagai berikut:

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

37

2.2.11.1. Evaluasi

Evaluasi terhadap gejala yang ada: Apa penyebab gejala tersebut (kanker,

anti kanker dan pengobatan lain, tirah baring, kelainan yang menyertai):

mekanisme apa yang mendasari gejala yang muncul? (misalnya: muntah

karena tekanan intrakranial yang meningkat berlainan dengan muntah karena

obstruksi gastrointestinal), adakah hal yang memperberat gejala yang ada

(cemas, depresi, insomnia, kelelahan), apakah dampak yang muncul akibat

gejala tersebut? (misalnya: tidak bisa tidur, tidak nafsu makan, tidak dapat

beraktifitas), pengobatan atau tindakan apa yang telah diberikan?, mana

yang tidak bermanfaat?, tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk

mengatasi penyebabnya? Evaluasi terhadap pasien: seberapa jauh

progresifitas penyakit? apakah gejala yang ada merupakan gejala terminal

atau sesuatu yang bersifat reversible?, apa pendapat pasien terhadap gejala

tersebut? , bagaimana respon pasien?, bagaimana fungsi tubuh? (gunakan

karnofsky rating scale).

2.2.11.2. Penjelasan

Penjelasan terhadap penyebab keluhan yang muncul sangat bermanfaat

untuk mengurangi kecemasan pasien. Jika dokter tidak menjelaskan,

mungkin pasien bertambah cemas karena menganggap dokter tidak tahu apa

yang telah terjadi dalam dirinya.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

38

2.2.11.3. Diskusi

Diskusikan pasien pilihan pengobatan yang ada, hasil yang dapat dicapai

dengan pilihan yang tersedia, pemeriksaan yang diperlukan, dan apa yang

akan terjadi jika tidak dilakukan pengobatan.

2.2.11.4. Pengelolaan secara individu

Pengobatan bersifat individual, tergantung pada pilihan yang tersedia,

manfaat dan kerugian pada masing masing pasien dan keinginan pasien dan

keluarga. Pengobatan yang diberikan terdiri dari: Atasi masalah berdasarkan

penyebab dasar yaitu atasi penyebabnya bila memungkinkan (Pasien dengan

nyeri tulang karena metastase, lakukan radiasi bila memungkinkan. Pasien

dengan sesak nafas karena spasme bronkus, berikan bronkodilator. Prinsip

pengobatan : Setiap obat opioid dimulai dengan dosis terendah, kemudian

lakukan titrasi, untuk mendapatkan efek yang optimal dan dapat mencegah

penderitaan dan penurunan kualitas hidup akibat efek samping obat tersebut.

Terapi fisik : Selain dengan obat, modalitas lain diperlukan untuk mengatasi

gejala misalnya relaksasi, pengaturan posisi, penyesuaian lingkungan dll.

2.2.11.5. Perhatian Khusus

Walaupun gejala yang ada tidak dapat diatasi penyebabnya, mengatasi

keluhan secara simtomatis dengan memperhatikan hal hal kecil sangat

bermanfaat (misalnya jika operasi, kemoterapi atau radiasi pada kanker

esofagus tidak dapat lagi diberikan, pengobatan untuk jamur di mulut akan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

39

bermafaat bagi pasien). Gunakan kata tanya “Mengapa” untuk dapat

mengatasi mencari penyebab gejala. (misalnya: seorang pasien kanker paru

muntah. Pasien tidak hiparkalsemia atau dengan opioid. Mengapa pasien

muntah?)

2.2.11.6. Pengawasan

Pengawasan terhadap pasien, gejala yang ada dan dampak pengobatan yang

diberikan sangat diperlukan karena pada stadium lanjut,karena keadaan

tersebut dapat berubah dengan cepat.

2.3. KONSEP KUALITAS HIDUP

2.3.1. Definisi

Kualitas hidup didefinisikan sebagai pernyataan personal mengenai aspek

positif dan negatif yang merupakan karakteristik kehidupan Olson (2001)

dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Joyce M, Black (2009).

Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi mereka

dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup

dan dalam kaitanya dengan tujuan, harapan standar, dan perhatian mereka

(WHO (2014) dalam buku perawatan paliatif dan supportif bebas nyeri pada

kanker, Dr. Dr. Imam Rasjidi, SpOG (K) Onk, 2010).

Kualitas hidup (quality of life) merupakan konsep analisi kemampuan indivisu

untuk mendapatkan hidup yang normal terkait dengan persepsi sevara

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

40

individual mengenai tujuan harapan, standar dan perhatian secara spesifik

terhadap kehidupan yang dialami dengan dipengaruhi oleh nilai dan budaya

pada lingkungan individu tersebut berada ( Adam (2006) Dalam Buku

Metodologi Ilmu Keperawatan, Nursalam (2017)).

Kualitas hidup terkait kesehatan yang terdahulu, memiliki konsep untuk

mengetahui situasi individu secara aktual yang dihubungkan dengan harapan

individu tersebut mengenai kesehatannya. Pemakaian konsep terdahulu,

memeliki variasi jawaban yang tinggi, dan bersifat reaktiff terhadap pengaruh

eksternal terhadap lama menderita penyakit dan dukungan sekitar ( Beaudoin &

Edgar (2003) Dalam Buku Metodologi Ilmu Keperawatan, Nursalam, 2017).

2.3.2. Dimensi kualitas hidup

Jennifer J. Clinch dan Harvey Schiper dalam buku perawatan paliatif dan

supportif bebas nyeri pada kanker, Dr. Dr. Imam Rasjidi, SpOG (K) Onk,

2010), memberikan 10 dimensi kualitas hidup yang mendekati parameter untuk

poengukuran objektif sebagai pedoman yaitu: kondisi fisik, gejala dan nyeri,

kemampuan fungsional (aktivitas), kesejahteraan keluarga, kesejahteraan

emosi, spiritual, fungsi sosial, kepuasan pada layanan terapi ( termasuk

pendanaan), orientasi masa depan ( rencana dan harapan), seksualitas (termasuk

body image).

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

41

2.3.3. Indikator Kualitas hidup

Meningkatnya kualitas hidup pasien kanker merupakan indikator keberhasilan

pelayanan paliatif. Kualitas hidup pasien kanker diukur dengan Modifikasi dari

Skala Mc Gill dalam pedoman tekhnis pelayanan paliatif kanker, Kementrian

Kesehatan tahun 2013. Terdapat 10 indikator yang harus dinilai oleh pasien

sendiri, yaitu :

Tabel 2.3.3

Indikator Penilaian Kualitias Hidiup Diri Pasien Sendiri

Indikator Nilai 1-10

Secara fisik saya merasa ........ Sangat buruk....

sangat baik...

Saya tertekan atau cemas Selalu....

tidak pernah...

Saya sedih Selalu...

tidak pernah.....

Dalam melihat masa depan... Selalu takut...

Tidak takut...

Keberadaan saya ... Tidak berarti tanpa tujuan...

sangat berarti dan bertujuan...

Dalam mencapai tuuahidup Tidak mencapai tujuan...

Mencapai tujuan...

Saya.... Tidak dapat...

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

42

sangat dapat mengontrol hidup saya

Sebagai pribadi.... Tidak baik...

Sangat baik...

Hari saya.... Sebagai beban...

Sebagai anugrah...

Saya merasa.... Tidak mendapat dukungan...

Mendapat dukungan...

2.3.4. Domain QOL menurut WHOQOL-BREF

Dalam Buku Metodologi Ilmu Keperawatan menurut Nursalam (2017), ada 4

domain yang dijadikan parameter untuk mengatahui kualitas hidup. Setiap

domain dijabarkan dalam bebrapa aspek, yaitu:

2.3.4.1. Domain kesehatan fisik, yang dijabarkan dalam aspek sebagi berikut, kegiatan

kehidupan sehari hari, ketergantungan pada bahan obat dan bantuan medis,

energi dan kelelahan, mobilitas fisik, rasa sakit dan ketidaknyamanan, tidur

dan istirahat dan kapasitas kerja

2.3.4.2. Domain psikologis yang dijabarkan dalam beberapa aspek yaitu: bentuk

tampilan tubuh, perasaan negatif, perasaan positif, penghargaan diri,

spiritualitas agama dan keyakinan diri, berpikir, belajar, memori dan

konsentrasi.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

43

2.3.4.3. Domain hubungan sosialyang dijabarkan dalam beberapa aspek sebagai

berikut: hubungan pribadi, dukungan sosial, dan aktivitas sosial.

2.3.4.4. Domain lingkungan yang dijabarkan dalam beberapa aspek, sebagai berikut:;

sumber daya keuangan, kebebasan, kenyamanan, dan kemanan fisik,

kesehatan dan kepedulian sosial, alssbilitas dan kualitas, lingkungan rumah,

peluang untuk memperoleh informasi dan keterampilan baru, partisipasi dan

kesempatan untuk rekreasi, dan keterampilan baru, lingkungan fisik (polusi

atau kebisingan atau lalu lintas atau iklim dan transportasi

2.4. KONSEP DUKUNGAN KELUARGA

2.4.1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup

dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya

masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman,

2010).

2.4.2. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menunjukan suatu adaptasi atau modifikasi dari beberapa

deskripsi fungsi keluarga yang diajukan oleh para ahli teori, termasuk Murdock

(1949), Ogburn (1933), Parson & Bales (1955), dan Hill (1965) yang

terangkum dalam buku ajar keperawatan keluarga, Fiedman (2014) yaitu:

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

44

2.4.2.1. Fungsi afektif

Yaitu fungsi untuk mempertahankan kepribadian, memfasilitasi stabilisasi

kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis orang dewasa.

Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun

keberlanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah

satu fungsi keluarga yang paling penting.

2.4.2.2. Fungsi sosialisasi dan status sosial

Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai

anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada anggota

keluarga. Sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal danlintas

budaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat (Leslie &

Korman, 1989). Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang

diberikan dalam keluarga yang ditunjukan untuk mendididk anak anak tentang

cara menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti peran

yang dipikul suami-ayah dan istri-ibu.

2.4.2.3. Fungsi reproduksi

Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberpa generasi dan

untuk keberlangsungan hidup masyarakat. Salah satu fungsi dasar keluarga

untuk menjaga kontinuitas antar generasi , keluarga dan masyarakatyaitu

menyediakan anggota baru untuk masyarakat

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

45

2.4.2.4. Fungsi ekonomi

Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasinya efektif. Fungsi

ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup,

finansial, ruang, dan materi serta alokasinya yang sesuai dnegan proses

pengambilan keputusan.

2.4.2.5. Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik, makanana, pakaian, tempat tinggal, dan

peawatan kesehatan. Berdasarkan UU No.10 tahun 1992 PP No.21 tahun 1994

tertulis fungsi keluarga dalam delapan bentuk yaitu :

1. Fungsi Keagamaan

Meliputi membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan

hidup seluruh anggota keluarga, menerjemahkan agama kedalam tingkah

laku hidup sehari-hari kepada seluruh anggota keluarga, memberikan

contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan dari ajaran

agama, melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang

keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah atau masyarakat, membina

rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai pondasi

menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

2. Fungsi Budaya

Meliputi membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan

norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan,

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

46

membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma

dan budaya asing yang tidak sesuai, membina tugas-tugas keluarga sebagai

lembaga yang anggotanya, mencari pemecahan masalah dari berbagai

pengaruh negatif globalisasi dunia, membina tugas-tugas keluarga sebagai

lembaga yang anggotanya dapat berpartisipasi berperilaku yang baik sesuai

dengan norma bangsa indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi,

membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan

budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma

keluarga kecil bahagia sejahtera.

3. Fungsi Cinta Kasih

Meliputi menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar

anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus-

menerus, membina tingkah laku saling menyayangi baik antar keluarga

secara kuantitatif dan kualitatif, membina praktek kecintaan terhadap

kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan

seimbang, membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu

memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju

keluarga kecil bahagia sejahtera.

4. Fungsi Perlindungan

Meliputi memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa

tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga, membina

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

47

keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman

dan tantangan yang datang dari luar, membina dan menjadikan stabilitas

dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia

sejahtera.

5. Fungsi Reproduksi

Meliputi membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan

reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga

sekitarnya, memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah

pembentukankeluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental,

mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitandengan

waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah idealanak yang

diinginkan dalam keluarga, mengembangkan kehidupan reproduksi sehat

sebagai modal yangkondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

6. Fungsi Sosialisasi

Meliputi menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga

sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama,

menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai

pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagaikonflik dan

permasalahan yang dijumpainya baik di lingkungan sekolah maupun

masyarakat. Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-

halyang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

48

dan mental), yang kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun

masyarakat, membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam

keluarga sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi

orang tua, dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama

menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

7. Fungsi Ekonomi

Meliputi melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam

lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan

perkembangan kehidupan keluarga, mengelola ekonomi keluarga sehingga

terjadi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dan

pengeluaran keluarga, mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar

rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara

serasi,selaras dan seimbang, membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga

sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

8. Fungsi Pelestarian Lingkungan

Meliputi Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan

internal keluarga, Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian

lingkunganeksternal keluarga, Membina kesadaran, sikap dan praktik

pelestarian lingkungan yangserasi, selaras dan seimbang dan antara

lingkungan keluargadengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya

Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

49

sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

(Setiadi, 2008).

2.4.3. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Friedman (1998) dikutip dari Setiadi ( 2008) membagi 5 tugas keluarga dalam

bidang kesehatan yang harus dilakukan yaitu:

2.4.3.1. Mengenal Masalah Kesehatan Setiap Anggotanya.

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena

tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah

kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua

perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan- perubahan yang dialami

anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota kleuarga

secara tidak langsung akan menjadi perhatian dari orangtua atau pengambil

keputusan dalam keluarga

2.4.3.2. Memutuskan Tindakan Yang Tepat Bagi Keluarga

Peran ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan

yang tepat sesuai sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa

diantara keluarga yang mrmpunyai keputusan untuk memutuskan tindakan

yang tepat (Suprajitno, 2004). Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh

keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau

bahkan teratasi. Menurut Friedman (1998) menyatakan kontak keluarga

dengan sistem akan melibatkan lembaga kesehatan profesional ataupun

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

50

praktisi lokal (dukun) dan sangat bergantung pada: apakah masalah dirasakan

oleh keluarga? apakah kepala keluarga merasa meyerah dengan masalah yang

dihadapi salah satu anggota keluarga? apakah anggotakeluarga takut akibat

dari terapi yang dilakukan terhadap salah satu anggota keluarganya? apakah

kepala keluarga percaya terhadap petugas kesehatan? apakah keluarga

mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas kesehatan?

2.4.3.3. Memberikan Perawatan Terhadap Keluarga Yang Sakit

Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari peran atau

tanggumng jawab secara penuh, pemberian perawatan secara fisik merupakan

beban paling beratyang dirasakan keluarga (Friedman, 1998). Sedangkan

menurut Suprajitno (2004) menyatakan bahwa keluarga memiliki keterbatasan

dalam mengatasi masalah perawatan keluarga. Dirumah keluarga memiliki

kemampuan dalam melakukan pertolongan pertama. Untuk mengetahui dapat

dikaji: apakah keluarga ikut aktif dalam merawat pasien? bagaimana keluarga

mencari pertolongan dan mengerti tentang perawatan yang diperlukan pasien?

bagaimana sikap keluarga terhadap pasien? apakah keluarga ikut aktif

mencari informasi tentang perawatan pasien?

2.4.3.4. Memodifikasi Lingkungan Keluarga Untuk Menjamin Kesehatan

Keluarga

Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga. keluarga memainkan peran

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

51

yang bersifat mendukung anggota keluarga yang sakit. dengan kata lain perlu

adanya sesuatu kecocokan yang baik antara kebutuhan keluarga dan asupan

sumber lingkungan bagi pemeliharaan kesehatan anggota keluarga.

pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki disekitar lingkungan

rumah, pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan manfaatnya,

kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah yang

menunjang kesehatan, kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara

lingkungan rumah yang menunjang kesehatan

2.4.3.5. Menggunakan Pelayanan Kesehatan

Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). Hubungan yang

sifatnya positif akan memberi pengaruh yang baik pada keluarga mengenai

fasilitas kesehatan. Diharapkan dengan hubungan yang positif terhadap

pelayanan kesehatan akan merubah setiap perilaku anggota keluarga

mengenai sehat sakit. Menurut Efendy (1998), pada keluarga tertentubila ada

anggota keluarga yang skaitjarang dibawa ke puskesmas tapi ke mantri atau

dukun. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam memanfaatkan sarana

kesehatan perlu dikaji tentang: Pengetahuan keluarga tentang fasilitas

kesehartan yang dapat dijangkau anggota keluarga, Keuntungan dari adanya

fasilitas kesehatan, Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang

ada, Apakah fasilitas kesehatan dpaat dijangkau oleh keluarga

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

52

2.4.4. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan

keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional,

dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi

dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi

sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota

keluarga merasa ada yang memperhatikan.

Bentuk Dukungan Keluarga Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan

(Friedman, 2010) yaitu:

2.4.4.1. Dukungan Penilaian

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian

depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat

digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan

dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap

individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang

masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengaharapan positif individu

kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau

perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain,

misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu

meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif

berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

53

2.4.4.2. Dukungan Instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan,

bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support

material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu

memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung,

seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan

sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan

merawat saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat membantu

memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh

individu dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga

sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.

2.4.4.3. Dukungan Informasional

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab

bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan

nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh

seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan

tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi

individu untuk melawan stresor. Individu yang mengalami depresi dapat

keluar dari masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari

keluarga dengan menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini

keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

54

2.4.4.4. Dukungan Emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional,

sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan

seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional

memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami

depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian

sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan

emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan

semangat.

2.4.5. Jurnal/Karya Tulis/ Penelitian

Tabel 2.4.5

Jurnal/Karya Tulis/ Penelitian

No. Judul Jurnal Peneliti Tahun

1. Hubungan Dukungan Keluarga

Terhadap Kualitas Hidup Penderita

Diabetes Melitus Di RS PKU

Muhammadyah Yogyakarta

Hasil:

Dukungan keluarga berhubungan

sangat signifikan terhadap kualitas

hidup penderita diabetes melitu

Vita Chusmeywati

2016

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

55

No Judul jurnal Peneliti Tahun

2. Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas

Hidup Klien Dengan Kanker Stadium

III Dan IV Di RSKD Jawa Barat

Hasil:

Secara umum kualitas hidup yang

dimiliki klien dengan kanker di RS

Kanker Dharmais periode Mei-Juni

2013 kurang baik. Koping yang dimilki

masing-masing individu dalam

menghadapi penyakit nya berbeda-

beda. Dukungan sosial dan lingkungan

sosial bagi klien kanker dapat langsung

mempengaruhi strategi koping yang

meliputi proses emosional, kognitif dan

perilaku, dengan adanya strategi koping

yang adekuat maka akan semakin

positif persepsi klien tentang penyakit

yang dideritanya sehingga mampu

meningkatkan kualitas hidupnya.

Layya Novita

Dewi

2013

No. Judul Jurnal Peneliti Tahun

3. Pengembangan Manajeman Pelayanan

Paliatif, Fakultas Kedokteran

Christantie Efendy

2014

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

56

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Hasil:

Perawatan paliatif yang efektif

membutuhkan pengkajian yang akurat

terkait kebutuhan fisik dan emosional,

dan perencanaan yang tepatuntuk

mengatasi kebutuhan personal pasien.

Mengingat bahwa pelayanan paliatif

hendaknya berpusat pada pasien dan

diberikan oleh tim multi profesional

yang bekerja sama dengan pasien dan

keluarganya, maka pendekatan

“Patient-Centered Care (PCC)” atau

“perawatan berpusat pada pasien”

sangat cocok untuk diterapkan dalam

pelayanan paliatif

No Judul Jurnal Peneliti Tahun

4. Paliatif Care Pada Penderita Penyakit

Terminal, AKPER PKU

Muhammadyah Surakarta

Hasil:

Perawatan paliatif merupakan

pendekatan yang bertujuan

Cemy Nur Fitria

2010

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

57

memperbaiki kualitas hidup pasien dan

keluarga yang menghadapi masalah

yang berhubungan dengan penyakit

yang dapat mengancam jiwa, melalui

pencegahan dan peniadaan melalui

identifikasi dini dan penilaian yang

tertib serta penanganan nyeri dan

masalah-masalah lain, fisik, psikososial

dan spiritual. Penyakit terminal

merupakan penyakit progresif yaitu

penyakit yang menuju ke arah kematian

yang membutuhkan pendekatan dengan

perawatan Palliative sehingga

menambah kualitas hidup seseorang

No Judul Jurnal Peneliti Tahun

5. Kualitas Hidup Penderita Kanker Paru-

Paru

Hasil:

Semakin lama pasien kanker paru

dirawat dan menjalani pengobatan

kanker misalnya kemoterapi dan

radiasi, maka semakin rendah angka

kualitas hidupnya. Hal ini terjadi

Jacek Polansky 2016

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

58

karena pasien yang di bawah usia 65

tahun menunjukkan lebih banyak

keterbatasan dalam hal fungsi

psikologis, sementara usia di atas 65

tahun menunjukkan lebih banyak

keterbatasan dalam hal fungsi fisik,

sosial, dan pekerjaan.

6. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Kualitas Hidup Pasien Dengan

Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik

Pentakit Dalam Rsup Fatmawati

Hasil :

Ada hubungan antara dukungan

keluarga dengan kualitas hidup pasien,

dan responden merasa puas dengan

kualitas hidupnya

Aini Yusra 2011

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP DASAR KANKER PARU …

59

2.4.6. Bagan Kerangka Teori

Skema 2.4.6 Kerangka Teori

Pasien kanker paru

Dukungan keluarga

- Dukungan emosionil

- Dukungan

instrumental

- Dukungan

informasional

- Dukungan penilaian

Menurut Friedman

(2010) dalam Vitta

Chusmeywati (2016)

Kualitas hidup

Menurut WHOQOL-

BREF (2014) dan

Jacek Polanski (2016)

Perawatan paliatif