Top Banner
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa menurut PPDGJ III merupakan perubahan perilaku seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) didalam satu atau lebih fungsi yang penting dari seseorang, yaitu fungsi psikologik, perilaku biologis, dan gangguan itu tidak hanya terletak didalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat (Maramis, 2010). Sedangkan Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2010), gangguan jiwa adalah suatu perubahan pola pikir yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi psikologi yang dapat menimbulakan penderitaan pada individu dan hambatan dalam melakukan peran sosial. Menurut UU No.18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi suatu masalah, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan konstribusi untuk komunitasnya. Gangguan jiwa didefinisikan sebagai disfungsi yang merugikan. Definisi ini dikaitkan dengan evaluasi objektif terhadap kinerja. fungsi kognitif dan perseptual untuk memungkinkan seseorang untuk mempersepsikan dunia dengan cara yang sama dengan orang lain dan terlibat dalam pemikiran dan penyelesaian masalah yang rasional. Disfungsi merupakan hasil dari
24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

Nov 25, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan jiwa

2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa menurut PPDGJ III merupakan perubahan perilaku

seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan

(distress) atau hendaya (impairment) didalam satu atau lebih fungsi yang

penting dari seseorang, yaitu fungsi psikologik, perilaku biologis, dan

gangguan itu tidak hanya terletak didalam hubungan antara orang itu tetapi

juga dengan masyarakat (Maramis, 2010). Sedangkan Gangguan jiwa menurut

Depkes RI (2010), gangguan jiwa adalah suatu perubahan pola pikir yang

menyebabkan adanya gangguan pada fungsi psikologi yang dapat

menimbulakan penderitaan pada individu dan hambatan dalam melakukan

peran sosial. Menurut UU No.18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa,

kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi seorang individu dapat berkembang

secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

kemampuan sendiri, dapat mengatasi suatu masalah, dapat bekerja secara

produktif, dan mampu memberikan konstribusi untuk komunitasnya.

Gangguan jiwa didefinisikan sebagai disfungsi yang merugikan. Definisi

ini dikaitkan dengan evaluasi objektif terhadap kinerja. fungsi kognitif dan

perseptual untuk memungkinkan seseorang untuk mempersepsikan dunia

dengan cara yang sama dengan orang lain dan terlibat dalam pemikiran dan

penyelesaian masalah yang rasional. Disfungsi merupakan hasil dari

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

12

pemikiran, perasaan, komunikasi, persepsi, dan motivasi (Oltmanns dan

Emery, 2012). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa

adalah perubahan sikap dan perilaku seseorang yang dapat merugikan

seseorang dan diri sendiri.

2.1.2 Penyebab Gangguan Jiwa

Keperawatan kesehatan jiwa menggunakan model stress adaptasi dalam

mengidentifikasi penyimpangan perilaku. Model ini mengidentifikasi sehat

sakit sebagai hasil karakteristik seseorang yang berinteraksi dengan faktor

lingkungan. Model ini mengintegrasikan komponen biologis, psikologis, dan

sosial dalam pengkajian dan penyelesaian masalah. Beberapa hal yang harus

diamati pada gangguan jiwa adalah faktor predisposisi, presipitasi, penilaian

terhadap stresor, sumber koping dan mekanisme koping yang digunakan.

(Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2015)

1. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor resiko yang menjadi sumber terjadinya

stress yang dapat mempengaruhi seseorang baik secara biologis, psikososial

maupun sosiokultural. Seacara bersama-sama, faktor ini akan mempengaruhi

individu dalam menilai stres yang dihadapinya.

2. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi merupakan stimulus yang mengancam seseorang. Faktor

presipitasi memerlukan energi yang besar dalam menghadapi stress atau

tekanan hidup. Faktor presipitasi ini dapat bersifat biologis, psikologis, dan

sosiokultural. Waktu merupakan dimensi yang juga dapat mempengaruhi

terjadinya stres, yaitu berapa lama terpapar dan berapa lama frekuensi

terjadinya stres.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

13

3. Penilaian terhadap stresor

Penilaian terhadap stresor meliputi pemahaman dan penentuan situasi yang

penuh dengan stres bagi seseorang. Penilaian terhadap stresor meliputi

a. Respon kognitif

Respon kognitif adalah peran sentral dalam adaptasi. penilaian kognitif adalah

jembatan psikologi antara individu dengan lingkungannya dalam menghadapi

stress. Terdapat tiga tipe penilaian yaitu kehilangan, ancaman, dan tantangan

b. Respon afektif

Respon afektif adalah membangun perasaan. Dalam penilaian terhadap

stressor respon afektif utama dalah reaksi tidak spesifik dan umumnya

merupakan reaksi kecemasan hal ini dapat diekpresikan dalam bentu emosi.

c. Respon fisiologis

Respons fisiolgis menstimulasi divisi simpatik dari saraf autonomi dan dapat

meningkatkan aktivitas kelenjar adrenal. Hal ini stress dapat mempengaruhi

sistem imun dan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melawan

penyakit.

d. Respon perilaku

Respon perilaku hasil dari respon emosional dan fisiologi

4. Sumber koping

Sumber koping meliputi aset ekonomi, kemampuan dan keterampilan, teknik

pertahanan dan dukungan sosial serta motivasi.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

14

5. Mekanisme koping

Mekanisme koping merupakan suatu usaha dalam menejemen stress.

Mekanisme koping bersifat konstruktif dan destruktif. Mekanisme kontruktif

terjadi ketika kecemasan diperlukan sebagai peringatan seseorang menerima

seseorang sebagai tantangan untuk menyelesaikan masalah. Mekanisme

koping destruktif menghindari kecemasan tanpa menyelesaikan konflik.

Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005)

2.1.2. Jenis-jenis gangguan jiwa

Menurut Kamal (2010) pada buku keperawatan jiwa, Berikut ini jenis-

jenis gangguan jiwa yang sering kita temukan dimasyarakat:

1. Stres

Stress merupakan suatu keadaan tubuh seseorang terganggu karena tekanan

psikologis. Banyak hal yang dapat memicu stress diantaranya rasa khawatir,

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

15

perasaan kesal, perasaan tertekan, kesedihan, dan terlalu fokus pada suatu hal,

perasaan bingung, berduka dan juga rasa takut.

2. Psikosis

Psikosis adalah ketidakmampuan seseorang menilai realita. Psikosis masih

bersifat sempit seperti waham dan halusinasi. Selain itu juga ditemukan gejala

lain termasuk diantaranya pembicaraan dan tingkah laku yang kacau, dan

gangguan daya nilai realitas yang berat. Oleh karna itu gangguan psikosis

sebagai suatu kumpulan gejala yang terdpat gangguan fungsi mental, respon,

perasaan, realitas, komunikasi dan hubungan antara seseorang dengan

lingkungannya.

3. Psikopat

Psikopat bersal dari psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit.

Orang dengan gangguan psikopat sering disebut juga sosiopat karena

perilakunya yang antisosial dan dapat merugikan orang disekitaranya. Gejala

psikopat sering juga disebut dengan psikopati orang dengan gangguan jiwa

tanpa gangguan mental. Orang yang mengalami psikopat sangat sulit untuk

disembuhkan.

4. Skizofrenia

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling lazim dengan ciri hilangnya

perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan

antara individu yang normal. Skizofrenia adalah penyakit otak yang timbul

akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yang merupakan salah satu sel kimia

dalam otak. Skizofrenia sering diikuti dengan delusi dan halusinasi tanpa

adanya ransangan panca indra.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

16

Bertolak dari kajian pustaka dan periannya pada konteks penelitian,

skizofrenia merupakan jenis gangguan jiwa yang banyak dialami pada sampel

penelitian. Uraian meliputi tinjauan pustaka tentang skizofrenia, karakteristik

pasien skizofrenia, self care deficit, dan tingkat kemampuan personal hygiene.

2.2 Skizofrenia

2.2.1 Definisi Skizofrenia

Menurut PPDGJ III, dijelaskan bahwa skizofrenia sebagai gangguan

jiwa yang ditandai dengan perilaku yang menyimpang dalam pikiran dan

persepsi yang disertai dengan adanya afek yang tidak wajar. Skizofrenia

merupakan gangguan jiwa kronis yang mempengaruhi seseorang sepanjang

kehidupannya yang ditandai dengan penurunan kemampuan berkomunikasi,

gangguan realitas (halusinasi dan waham), efek tidak wajar, gangguan kognitif

(tidak mampu berfikir abstrak) dan mengalami kesulitan melakukan aktifitas

sehari-hari (National Institute Of Mental Health, 2009; Keliat, 2006). Pengaruh

gangguan jiwa pada skizofrenia meliputi faktor kognisi, presepsi, emosi,

perilaku dan fungsi sosial (Viedebeck, 2008). Skizofrenia mempengaruhi

seseorang dengan cara yang berbeda dan berdampak pada semua aspek

kehidupan (Viedebeck, 2008).

Skizofrenia seolah-olah penyakit tunggal namun kategori diagnostiknya

mencakup sekumpulan gangguan. Derajat gangguan pada fase akut atau fase

psikotik dan fase kronis sangat bervariasi tiap individu. Perilaku-perilaku pada

pasien skizofrenia yang sering muncul dapat mempengaruhi fungsi dalam

kehidupan sehari-hari pasien. perilaku abnormal tersebut dijelaskan Stuart

dan Laraia (2005) sebagai kurangnya motivasi, isolasi sosial, perilaku makan

dan tidur buruk, sulit menyelesaikan tugas, kurang perhatian, penampilan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

17

tidak rapi/bersih, bicara sendiri, sering bertengkar, dan tidak teratur minum

obat.

Menurut Videbeck (2008) perilaku pada pasien skizofrenia meliputi:

gejala positif (halusinasi, delusi, gangguan pikiran, gangguan perilaku) dan

gejala negatif (afek datar, self care deficit, menarik diri). Gejala kognitif

merupakan kurangnya kemampuan memahami dan menggunakan informasi

dan sulit fokus (National Institute Of Mental Health, 2009). Pasien skizofrenia

dengan gejala positif dapat dikontrol dengan pengobatan, sedangkan gejala

negatif menetap dan menjadi penghambat utama pemulihan dan perbaikan

fungsi dalam kehidupan sehari-hari. (Vedebeck, 2008; National Institute Of

Mental Health, 2009).

Pasien lebih sulit untuk mengakui bahwa mereka sebagai penderita

skizofrenia. Mereka akan memerlukan bantuan untuk menyelesaikan tugas

sehari-hari terutama dalam hal perawatan diri sehingga membuatnya terlihat

malas atau tidak mau membantu diri sendiri. Pasien skizofrenia dengan gejala

kognitif berhubungan dengan masalah proses informasi yang mencakup

aspek ingatan, perhatian, komunikasi dan kesulitan dalam pengambilan

keputusan. Adanya hambatan saat melaksanakan aktivitas keseharian, adanya

waham atau halusinasi pada pasien skizofrenia, sehingga penderita tidak

memiliki minat dan ketertarikan dalam memenuhi kebutuhannya merawat diri

(Viedebeck, 2008). Dengan demikian penelitian pada pasien skizofrenia

berfokus pada self care deficit.

2.2.2 Etiologi

Skizofrenia seolah-olah merupakan penyakit tunggal namun kategori

diagnostiknya mencakup sekumpulan gangguan yang penyebabnya multipel

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

18

dan saling berinteraksi. Dikutip dari Sadock (2016) mengemukakan beberapa

etiologi skizofrenia sebagai berikut:

a. Model diatesis-stress

Skizofrenia dapat timbul karena adanya integrasi antara faktor biologis, faktor

psikososial dan lingkungan. Seseorang yang rentan jika terkena stressor akan

lebih mudah untuk menjadi skizofrenia.

b. Teori neurobiology

Penelitian membuktikan bahwa adanya peran patofisiologis area otak tertentu

termasuk system limbic, kortek frontal, serebelum dan ganglia basalis. Dapat

disimpulkan bahwa skizofrenia timbul akibat aktivitas dopaminegerik yang

berlebihan. Beberapa neurotransmitter dan hormon mempengaruhi kejadian

skizofrenia diantaranya, serotonin, norefinefrin, GABA, Glutamat, Neuropeptida.

c. Faktor biologis

Faktor biologis merupakan faktor faali sebagai penyebab penyakit. Faktor

faali bisa berupa kerusakan jaringan otak atau struktur otak yang abnormal.

Kerusakan ini biasanya dibawa sejak lahir.

d. Faktor psikososial

Skizofrenia merupakan suatu kondisi psikologis dominan misalnya orang tua

dengan kecemasan, overprotektif, konflik pernikahan dan keluarga.

Kegagalan pada suatu fase sehingga menyebabkan gangguan perkembangan

pada suatu fase sehingga menyebabkan gangguan berkembang pada

seseorang. Untuk perkembangan psikologik dan pengalaman belajar sangat

perlu bagi perkembangan intelektual, emosional dan sosial yang normal. Pola

interaksi orang tua dengan anak yang tidak tepat dalam keluarga sering

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

19

menyebabkan terjadinya gangguan jiwa seperti gangguan kepribadian dan

gangguan penyusuaian diri dalam pergaulannya.

2.2.3 Tanda Dan Gejala Skizofrenia

Menurut Julianto (2008) dalam Purwanto (2017) kriteria diagnostik

skizofrenia yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association antara lain

waham, halusinasi, bicara yang menimpang, perilaku yang menyimpang, gejala

negatif (afektif, tidak ada kemauan) dan terjadinya disfungsi sosial atau

pekerjaan.

Tanda awal skizofrenia diantaranya :

1. Mudah curiga

2. Depresi

3. Cemas

4. Tegang

5. Mudah marah

6. Mudah tersinggung

7. Perasaan mudah berubah

8. Gangguan makan

9. Gangguan tidur

Gambaran penyerta skizofrenia diantaranya :

1. Kehilangan akal

2. Tidak memperdulikan kerapian dirinya

3. Berpakiaan atau berdandan eksentrik

4. Kadang suka menunjukkan alat kelamin

5. Mondar-mandir

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

20

6. Berdiam diri (apatis)

Skizofrenia dapat dilihat pada gangguan alam pikir, perasaan dan

perilaku yang jelas atau samar. Gejala positif meliputi waham, halusinasi,

gaduh gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan

semangat dan bergembira secara berlibihan, pikirannya penuh dengan

kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya, menyimpan rasa

permusuhan serta pikirannya kacau (Sadock, 2016). Gejala negatif pada

skizofrenia antara lain afek mendatar atau tumpul, miskin bicara (alogia) atau

isi bicara, bloking, kurang meraat diri, kurang motivasi, dan penarikan diri

secara sosial (Sadock, 2016).

2.3 Self Care Deficit

Setiap orang memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari seperti aktivitas perawatan diri secara mandiri, tetapi ketika seseorang

tersebut mengalami ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas perawatan

diri secara mandiri disebut juga sebagai self care deficit. Self care deficit merupakan

ketidakmampuan seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti

makan, mandi, berpakaian, berhias diri serta aktivitas toileting (BAK/ BAB)

(Ackley & Ladwig, 2002, Fortinash & Holoday Worret, 1991; Townsend,

2005). Self care deficit merupakan salah satu perilaku pasien skizofrenia dimana

seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan untuk melakukan atau

meyelesaikan aktivitas sehari-hari yang meliputi defisit mandi, berpakaian,

makan, dan eliminasi. Kurangnya self care pada pasien dengan gangguan jiwa

terjadi akibat adanya perubahan peroses berpikir sehingga kemampuan untuk

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

21

melakukan aktivitas perawatan diri atau personal hygiene menurun

(Damayanti & Iskandar, n.d.).

Personal hygiene merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan

perawatan diri yang terdiri dari makan, mandi, toilet dan kebersihat pakaian

tanpa dibantu oarang lain (Craven & Hirnle, 2007). Perawatan diri adalah

perawatan yang dilakukan sendiri oleh setiap orang dan ditentukan oleh nilai-

nilai dan praktek seseorang, seperti kebersihan tubuh secara umum, mandi,

eliminasi, dan berhias (Potter & Perry, 2009).

2.3.1 Pengertian Personal Hygiene

Personal hygiene merupakan tindakan memelihara kebersihan dan

kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang

dikatan memiliki personal hygiene baik apabila, seseorang dapat menjaga

kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi, dan mulut, rambut,

mata, hidung dan telinga, kaki dan kuku, genetalia, serta kebersihan dan

kerapian pakaiannya (Arif, 2008). Personal hygiene sangat tergantung pada

masing-masing individu dan kebiasaan untuk mengembangkannya.

Kehidupan sehari-hari yang beraturan, menjaga kebersihan tubuh, makanan

yang sehat, banyak menghirup udara segar, ohlaraga, istirahat cukup,

merupakan syarat utama dan perlu mendapat perhatian (Nuning, 2009).

Personal hygiene dapat mempengaruhi kenyamanan, keamanan, dan

kesejahteraan seseorang. Mereka yang mempunyai hambatan fisik

membutuhkan berbagai tingkat pemenuhan personal hygiene. Praktik personal

hygiene dipengaruhi oleh faktor pribadi, sosial, dan budaya. Pada institusi atau

rumah, tentukan kemampuan self care pasien dan berikan perawatan hygiene

sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, bantu pasien dan keluarganya

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

22

beradaptasi pada teknik hygiene (Potter & Perry, 2009). Personal hygiene

merupakan upaya seseorang dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi

kesehatan rambut, telinga, gigi, dan mulut, kuku, kulit, dan kebersihan dalam

berpakaian serta meningkatkan kesehatan yang optimal (Mubarak, Indrawati,

& Susanto, 2015).

2.2.4 Faktor yang Mepengaruhi Personal Hygiene pada Self Care Deficit

Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene antara lain sebagai

berikut (Mubarak et al., 2015).

1. Budaya

Sejumlah mitos yang berkembang dimasyarakat menjelaskan bahwa saat

seseorang sakit ia tidak boleh dimandikan karena dapat memperparah

penyakitnya.

2. Status sosial ekonomi

Untuk melakukan personal hygiene dibutuhkan sarana dan prasarana yang

memadai seperti kamar mandi, peralatan mandi, serta perlengkapan mandi

yang cukup serta membutuhkan biaya yang cukup. Dengan kata lain, sumber

keuangan seseorang akan berpengaruh pada kemampuannya

mempertahankan personal hygiene yang baik.

3. Agama

Agama juga berpengaruh pada keyakinan seseorang dalam melaksanakan

kebersihan sehari-hari. Agama islam misalnya, umat islam diwajibkan selalu

mempertahankan kebersihannya karena kebersihan adalah sebagian dari iman.

Hal ini tentu akan mendorong seseorang untuk mengingat pentingnya

kebersihan diri bagi kelangsungan hidupnya.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

23

4. Tingkat pengetahuan dan perkembangan seseorang

Kedewasaan seseorang akan memberi pengaruh besar pada kualitas diri orang

tersebut, salah satunya adalah pengetahuan yang baik. Pengetahuan sangat

penting dalam meningkatkan status kesehatan seseorang.

5. Status kesehatan

Kondisi sakit atau cedera akan menghambat kemampuan seseorang dalam

melakukan perawatan diri. Hal ini berpengaruh pada tingkat kesehatan

seseorang dan akan semakin lemah dan pada akhirnya jatuh sakit.

6. Kebiasaan

Kebiasaan sangat berkaitan dalam melaksanakan self care seseorang misalnya

menggunakan shower, sabun padat, sabun cair, shampoo dll.

7. Cacat jasmani dan mental bawaan

Kondisi cacat dan gangguan mental menghambat kemampuan seseorang

untuk melakukan self care secara mandiri.

2.3.2 Etiologi self care deficit

Menurut (Tarwoto, 2011), self care defict disebabkan oleh kelelahan fisik

dan penurunan kesadaran. Menurut depkes (2000) penyebab self care deficit

adalah

a. faktor predisposisi

1. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan pasien sehingga

perkembangan inisiatif terganggu

2. Biologis

Penyakit kronis yang dapat menyebabkan pasien tidak mampu melakukan

perawatan diri.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

24

3. Kemampuan realitas turun

Pasien yang mengalami gangguan jiwa dengan kemampuan realitasnya

yang menurun menyababkan ketidakpedulian terhadap dirinya dan

lingkungan termasuk perawatan dirinya sendiri.

4. Sosial

Kurangnya dukungan dan latihan kemampuan self care dilingkungannya.

Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan

diri.

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi self care deficit adalah kurangnya motivasi, kerusakan kognisi

dan perceptual, cemas, lelah/ lemah yang dialami seseorang sehingga

menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

2.3.3 Jenis-jenis Personal Hygiene pada Self Care Deficit

Menurut Nanda-I (2012), jenis perawatan diri terdiri dari

a. Self care deficit : mandi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/

beraktifitas perawatan diri untuk diri sendiri. Pasien mengalami

ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau

mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan

perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar

mandi.

b. Self care deficit : berpakaian

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas

berpakaian dan berhias untuk diri sendiri. Pasien mempunyahi kelemahan

dalam meletakkan atau mengambil pakaian, memakai pakaian, serta menukar

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

25

atau mengganti pakaian. Pasien juga memiliki ketidakmampuan untuk

mengenakan pakaian.

c. Self care deficit : makan

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan

sendiri. Pasien memiliki ketidakmampuan dalam menelan makanan,

mempersiapkan makanan, mengenai peralatan makan, mengunyah makanan,

menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, mengambil makanaan

dari wadah lalu memasukkan ke mulut, melengkapi makanan, serta

mengambil cangkir atau gelas.

d. Self care deficit : eliminasi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas

eliminasi sendiri. Pasien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam

mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk dan jongkok atau bangkit dari

jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah

BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar mandi.

2.3.5 Penilaian Self Care Deficit

Pada penilaian self care deficit peneliti menggunakan alat ukur yang

berupa kuisioner dengan skala guttman . Skala Guttman adalah skala yang

digunakan untuk mendapatkan jawaban tegas dari responden, yaitu terdapat

hanya dua interval seperti “setuju-tidak setuju”, “ya-tidak”, dan “benar-salah”.

Skala pengukuran ini dapat menghasilkan pertanyaan dalam bentuk pilihan

ganda maupun check list, dengan jawaban dari responden yang dibuat skor

tertinggi (ya) satu dan terendah (tidak) nol (Sugiyono, 2014b). Dalam

penelitian ini responden yang mendapat nilai 0 pada aktifitas kebersihan diri

berarti responden yang tidak melakukan aktifitas kebersihan diri, namun

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

26

setelah diberikan intervensi responden mengalami peningkatan nilai menjadi

1point pada setiap aspek.

2.4 Token Ekonomi

2.4.1 Definisi Token Ekonomi

Token ekonomi pertama kali di usulkan oleh (Ayllon & Azrin, 1968),

adalah cara efektif untuk perubahan perilaku, membantu seseorang untuk

mendapatkan keterampilan baru, dan mengurangi perilaku yang tidak

diinginkan (LePage et al., 2003). Token ekonomi merupakan terapi berbasis

pembeajaran yang efektif untuk memperbaiki perilaku yang tidak pantas dan

membatu seseorang untuk mengintregasikan kehidupannya (Turkington,

Kingdon, & Weiden, 2006). Secara singkat token ekonomi merupakan

sebuah system reinforcement untuk perilaku yang dikelola dan diubah,

seseorang harus di hadiahi/ diberikan penguatan untuk meningkatkan atau

mengurangi perilaku yang diinginkan (Zlomke & Zlomke, 2003) . Tujuan

utama token ekonomi adalah meningkatkan perilaku yang disukai (baik) dan

mengurangi perilaku yang tidak disukai (Miltenberger, 2001). Token ekonomi

merupakan bentuk aplikasi dari pendekatan behavior, yang mana pendekatan

behavior sangat erat kaitannya dengan modifikasi perilaku, modifikasi

perilaku diformulasikan untuk meningkatkan frekuensi dari perilaku yang

tidak diinginkan menjadi perilaku yang diinginkan (Feldman, 2012).

Menurut G.Corey (2007: 125) Token ekonomi merupakan modifikasi

perilaku dengan mengubah perilaku semula yang tidak diharapkan menjadi

perilaku yang diharapkan. Modifikasi perilaku dilakukan dengan memberi

penguat atau hadiah secara tidak langsung yaitu, berupa tanda atau token yang

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

27

dapat berwujud uang. Uang yang sudah terkumpul akan ditukar dengan

hadiah pada waktu tertentu. Diharapkan modifikasi perilaku mampu untuk

memelihara tingkah laku yang baru. Cliffo (1981: 248) mengungkapkan

bahwa token ekonomi sebagai penguat untuk mengembangkan tingkah laku

yang diharapkan. Token ini dapat ditukarkan dengan sesuatu yang diinginkan

seperti kepingan kartu, poin, dan kertas slip.

Token ekonomi telah dikembangkan untuk pengobatan pasien dengan

skizofrenia dan penyakit mental lainnya. Perawatan dengan metode token

ekonomi sangat efektif dalam meningkatkan perilaku adaptif pasien

(Dickerson et al, 2004). Pemberian intervensi menggunakan token ekonomi

cukup efektif untuk meningkatkan self care deficit karena memotivasi pasien

dari dalam dirinya untuk melakukan aktifitas perawatan diri yang disertai

dengan pemberian pujian dan reward pada pasien (Wahyuningrum, 2014).

2.4.2 Prinsip-Prinsip Token Ekonomi

Prinsip yang harus diperhatikan oleh peneliti yang berkaitan dengan

token atau koin itu sendiri. Meskipun jenis dan ukuran koin berbeda-beda,

tetapi karakteristik tertentu harus dimiliki oleh semua koin. Suatu token atau

koin harus terlihat jelas oleh pasien, dapat diraba, dan dapat dihitung. Semua

pasien harus mengetahui cara menggunakan koin tersebut, sehingga dapat

melancarkan prosedur dengan benar dan menjadi alat pendorong serta

pengukuh secara fakta. Ukuran token sebaiknya dipilih benda yang dapat

disimpan dalam tempat penyimpanan (Purwanta, 2017).

Pendapat lain juga dikemukakan oleh hackenberg (2009) bahwa token

ekonomi merupakan suatu program bihavioral dimana seseorang dapat

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

28

memperoleh token (tanda) untuk semua perilaku yang diinginkan dan dapat

menukarkan token tersebut untuk memperoleh pengulangan pendukung.

Token ekonomi termasuk diantara yang tertua dan paling sukses di semua

program psikolog terapan. Token ekonomi sebagai komponen program

behavioral yang sudah digunakan di berbagai linkup untuk klien perseorangan

maupun kelompok, diantaranya : pusat penanganan dan rehabilitasi, rumah

sakit, ruang-ruang kelas bagi anak dan remaja dengan gangguan hiperaktif

(ADHD), kelas-kelas normal dari TK sampai perkuliahan, dirumah untuk

anak-anak yang bermasalah, dan di semua bidang keperawatan seperti : orang

dengan gangguan jiwa, lansia, anak dan lain sebagainya (Martin, 2015).

Gambar 2.2 Token Ekonomi berbentuk emoticon smile

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

29

Gambar 2.3 Token Ekonomi berbentuk bintang

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam token ekonomi,

sebagaimana yang dikatakan oleh (Walker et.al, 1981): a). Lingkungan yang

terkontrol sehingga dapat menimbulkan perilaku yang dapat diprediksi dan

dikendalikan, b). Perilaku sasaran harus jelas dan dideskripsikan dengan jelas,

c). Tujuan yang dapat diukur, bahwa tujuan yang telah ditetapkan dapat

diukur kemunculannya, d). Bentuk atau jenis benda yang sudah ditetapkan

sebagai token yang jelas, e). Token atau koin sebagai suatu hadiah bahwa koin

tersebut berfungsi sebagai hadiah bagi responden yang telah menjalankan

program yang sesuai dalam rancangan. Kualitas kepingan sebaiknya dibuat

lebih menarik supaya makna hadiah dapat terpenuhi, f). Memberikan token

sesuai dengan perilaku yang muncul atau terjadi, g). Token sebagai pengukuh

bahwa token mempunyai makna sebagai pengukuh perilaku berikutnya

(Purwanta, 2017).

2.4.2 Prinsip-Prinsip Token Ekonomi

Prinsip yang harus diperhatikan oleh peneliti yang berkaitan dengan

token atau koin itu sendiri. Meskipun jenis dan ukuran koin berbeda-beda,

tetapi karakteristik tertentu harus dimiliki oleh semua koin. Suatu token atau

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

30

koin harus terlihat jelas oleh pasien, dapat diraba, dan dapat dihitung. Semua

pasien harus mengetahui cara menggunakan koin tersebut, sehingga dapat

melancarkan prosedur dengan benar dan menjadi alat pendorong serta

pengukuh secara fakta. Ukuran token sebaiknya dipilih benda yang dapat

disimpan dalam tempat penyimpanan (Purwanta, 2017).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam token ekonomi,

sebagaimana yang dikatakan oleh (Dickerson, Tenhula, & Green-Paden,

2005): a). Lingkungan yang terkontrol sehingga dapat menimbulkan perilaku

yang dapat diprediksi dan dikendalikan, b). Perilaku sasaran harus jelas dan

dideskripsikan dengan jelas, c). Tujuan yang dapat diukur, bahwa tujuan yang

telah ditetapkan dapat diukur kemunculannya, d). Bentuk atau jenis benda

yang sudah ditetapkan sebagai token yang jelas, e). Token atau koin sebagai

suatu hadiah bahwa koin tersebut berfungsi sebagai hadiah bagi responden

yang telah menjalankan program yang sesuai dalam rancangan. Kualitas

kepingan sebaiknya dibuat lebih menarik supaya makna hadiah dapat

terpenuhi, f). Memberikan token sesuai dengan perilaku yang muncul atau

terjadi, g). Token sebagai pengukuh bahwa token mempunyai makna sebagai

pengukuh perilaku berikutnya (Purwanta, 2017).

2.4.3 Komponen Token Ekonomi

Beberapa komponen dalam pelaksanaan modifikasi perilaku dengan

menggunakan token ekonomi (Ivy, Meindl, Overley, & Robson, 2017).

1. Perilaku sasaran

Perilaku sasaran adalah mengenali dengan jelas tingkah laku yang akan diubah

menggunakan token ekonomi. Definisi perilaku tersebut dapat di amati dan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

31

terukur secara spesifik agar dapat menjaga konsistensi dalam

implementasinya.

2. Memilih token

Memilih jenis token yang akan dipakai dapat berupa benda/ objek misalnya

koin, stiker, kancing dan berbagai benda lainnya. Sebaiknya pilihlah token

yang mudah dihitung, sulit dipalsukan dan aman digunakan.

3. Reward yang akan ditukar dengan token (penguat)

Memilih hadiah yang dapat ditukar dengan token tidak perlu mahal. Misalnya

memberikan atau membuatkan makanan kesukaan dan disesuaikan dengan

kebutuhan perilaku sasaran.

4. Membuat token

Membuat token sebaiknya memilih yang mudah dihitung dan sulit dipalsukan

dan aman digunakan. Mengatur berapa nilai token untuk satu jenis perilaku

yang diinginkan. Ketika perilaku positif muncul maka diberikan token, maka

sebaliknya jika perilaku negative muncul maka bisa mengambil semua token.

Serta menentukan berapa token yang dapat ditukar dengan hadiah. Misalanya

harus mengumpulkan 10 token agar dapat ditukar dengan hadiah.

5. Tempat mengumpulkan token

Tempat mengumpulkan token agar tidak menimbulkan kecurigaan diantara

pasien maka token harus ditempatkan di tempat yang dapat dilihat oleh

semua orang. Penukaran berbasis respon.

6. Waktu penukaran token

Menentukan kapan waktu untuk menukarkan token yang sudah terkumpul.

Perlu adanya kesepakatan dengan pasien kapan mereka dapat menukarkan

token.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

32

2.4.4 Pelaksanaan Token Ekonomi

Teknik token ekonomi dalam pelaksanaan terdiri dari beberapa

tahapan. Purwanta (2015: 152-157) menjelaskan bahawa “pelaksanaan teknik

token ekonomi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, dan tahap evaluasi”. Tahapan dalam token ekonomi tersebut

yaitu ;

1. Tahap persiapan

Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam melaksankan teknik token

ekonomi yaitu: a). Menetapkan tingkah laku yang akan diubah atau perilaku

yang sudah di targetkan, b). Menentukan token yang akan menjadi alat

penukar, c). Memberikan nilai atau harga untuk setiap kegiatan atau perilaku

yang telah ditargetkan dengan token, d). Menetapkan harga barang dengan

token.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini diawali dengan pembuatan kontrak antara peneliti dengan

responden. Kontrak cukup secara lisan atau tertulis dan kedua belah pihak

saling mengerti dan memahami. Perawat dalam tahap ini melaksanakan

pembelajaran sesui perencanaan. Apabila perilaku yang ditargetkan muncul,

maka segera berikan token atau koin. Setelah token atau koin terkumpul dan

mencukupi untuk ditukarkan dengan barang yang diinginkan, pasien

dibimbing ketempat penukaran dengan menukarkan nilai token dengan

barang yang didapat.

3. Tahap evaluasi

Tahap pelaksanaan ini akan diketahui faktor-faktor yang perlu ditambahi atau

dikurangi dalam daftar pengubahan perilaku yang telah dilaksanakan. Seperti

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

33

nilai token perlu diuji untuk setiap tingkah laku yang akan diubah, dan melihat

ketertarikan subjek dalam program yang dibuat. Keberhasilan dan kekurangan

dalam pelaksanaan didiskusikan untuk merencanakan program selanjutnya.

2.4.5 Manfaat Token Ekonomi

Martin 2015 mengatakan bahwa token ekonomi mempunyai dua

keuntungan yaitu; 1). Dapat diberikan dengan sesegera, setelah perilaku yang

diinginkan muncul dan juga dapat ditukarkan dengan backup reinforcement di

waktu berikutnya untuk mendapatkan penguat pendukung, 2). token lebih

mudah dijadikan penguat yang konsisten dan efektif ketika diperlakukan

dalam sekelompok individu yang jelas berbeda taraf motivasinya satu sama

lain.

2.5 Pengaruh Token Ekonomi Terhadap Personal Hygiene Pada Self Care

Deficit

Mengacu pada kajian secara teoritis sebelumnya, dapat dilihat

keterkaitan antara kedua variable penelitian. Self care deficit adalah gangguan

kemampuan melakukan aktifitas perawatan diri yang terdiri dari mandi,

berhias diri, berpakaian, makan dan toileting secara mandiri (Damayanti &

Iskandar, n.d.). Self care deficit ditandai dengan buruknya orientasi realitas yang

mengakibatkan menurunnya tingkat kesadaran pasien dalam melakukan

aktifitas sehari-hari seperti mandi, makan, berpakaian, berhias secara mandiri

(Johnson, 1997). Token ekonomi atau suatu kepingan adalah bentuk aplikasi

dari pendekatan behaviour, yang mana pendekatan ini erat kaitannya dengan

modifikasi perilaku (Kazdin, 2013). Pendekatan behaviour dengan

memodifikasi perilaku dapat diartikan upaya atau tindakan secara sistematis

teknik kondisioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan perilaku

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/54159/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Model Stress Adaptasi (Struart dan Laraia,2005) 2.1.2. Jenis-jenis

34

tertentu. Perilaku akan terbentuk kuat ketika di berikan reward atau hadiah

dengan berulang-ulang atau secara terus menerus dan dapat memberi

mamfaat meningkatkan perilaku. Neidert, Iwata & Dozier (2005) dalam Mei-

fenglin (2006) mengatakan bahwa perilaku dapat diubah dengan penguatan.

Token ekonomi dapat membantu mengidentifakasi dan meningkatkan

perubahan perilaku dalam perawatan orang dengan gangguan jiwa dan

pengobatan pasien dengan penyakit mental lainnya seperti self care deficit (Turk

ington et al, 2006).

Menurut skinner, jika seseorang memiliki pengalaman melakukan

suatu perilaku bersamaan dengan mendapatkan sesuatu reinfocement

seseorang akan cenderung mempertahankan perilakunya, karena

reinforcement yang ia dapatkan memperkuat munculnya perilaku. Meskipun

tidak ada hubungan sebab akibat diantara keduanya (Friedman, 2008). Terapi

token ekonomi ini dilakukan selama 3 minggu dan setiap kegiatan kontra

waktu hanya 10 menit dengan menciptakan lingkungan yang nyaman, selama

jangka waktu ini, pasien mendapatkan nilai atau token dalam perilaku sehari-

hari seperti daftar kehadiran, keterlibatan aktivitas, kesehatan masyarakat dan

kerapian.