5 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM) 2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2011). DM merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan kinerja insulin atau karena kedua-duanya. Penyakit ini bersifat kronik bahkan seumur hidup. Sampai sekarang belum ada obat yang dapat mengobati penyakitnya, yang ada saat ini hanyalah usaha untuk mengendalikan glukosa darah seperti glukosa darah pada orang normal (Suhartono, 2009). 2.1.2 Epidemiologi DM dapat ditemukan pada hampir semua lapisan masyarakat di seluruh dunia, namun insidensi dan prevalensi diabetes (angka kejadian diabetes) serta distribusi relatif diabetes ini menunjukan perbedaan-perbedaan pokok antara negara dan kelompok etnik yang berbeda di dalam suatu negara. Perkiraan penduduk Indonesia di atas 20 tahun sebesar 125 juta dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6%, Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini, diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun dengan asumsi prevalensi sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien diabetes, suatu jumlah yang sangat besar dan merupakan beban yang sangat berat untuk dapat ditangani sendiri oleh dokter spesialis/subspesialis. Semua pihak,
24
Embed
BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus (DM)eprints.umm.ac.id/41604/3/jiptummpp-gdl-achmadhani-50719-3-bab2.pdfDM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Diabetes Mellitus (DM)
2.1.1 Definisi
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kinerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2011).
DM merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan
meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau
gangguan kinerja insulin atau karena kedua-duanya. Penyakit ini bersifat kronik
bahkan seumur hidup. Sampai sekarang belum ada obat yang dapat mengobati
penyakitnya, yang ada saat ini hanyalah usaha untuk mengendalikan glukosa darah
seperti glukosa darah pada orang normal (Suhartono, 2009).
2.1.2 Epidemiologi
DM dapat ditemukan pada hampir semua lapisan masyarakat di seluruh
dunia, namun insidensi dan prevalensi diabetes (angka kejadian diabetes) serta
distribusi relatif diabetes ini menunjukan perbedaan-perbedaan pokok antara negara
dan kelompok etnik yang berbeda di dalam suatu negara. Perkiraan penduduk
Indonesia di atas 20 tahun sebesar 125 juta dan dengan asumsi prevalensi DM
sebesar 4,6%, Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini,
diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia
di atas 20 tahun dengan asumsi prevalensi sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta
pasien diabetes, suatu jumlah yang sangat besar dan merupakan beban yang sangat
berat untuk dapat ditangani sendiri oleh dokter spesialis/subspesialis. Semua pihak,
6
baik masyarakat maupun pemerintah, harus ikut serta dalam usaha menanggulangi
timbulnya ledakan DM ini harus sudah dimulai dari sekarang.
2.1.3 Klasifikasi
Menurut Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia
(2006):
a. DM type-1
DM type-1 ini disebabkan oleh karena adanya proses autoimun / idiopatik
yang menyebabkan defisiensi insulin absolut.
b. DM type-2
DM type-2 ini bervariasi, mulai dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin.
c. Tipe lain:
1. Defek genetik fungsi sel beta.
2. Defek genetik kerja insulin.
3. Penyakit eksokrin pancreas.
4. Endokrinopati.
5. Karena obat atau zat kimia.
6. Infeksi.
7. Sebab imunologi yang jarang.
8. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM.
d. DM Gestasional
2.1.4 Patofisiologi DM
7
(Huang I., 2015)
Gambar 2.1 Patofisiologi DM
a. Patofisiologi DM tipe 1
DM tipe-1 ini disebabkan oleh karena adanya proses autoimun / idiopatik yang
menyebabkan defisiensi insulin absolut. Ditandai dengan ketidakmampuan
pankreas untuk mensekresikan insulin dikarenakan kerusakan sel beta yang
disebabkan oleh proses autoimun.
b. Patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu :
Obesitas Genetik
Proses
autoimun Idiopatik
Disfungsi
sel beta
Destruksi
sel Beta
Hiperglikemia
m
DM
Physical
inactivity
Glikogenesis
Glucose uptake
Lipogeneses
Resistensi
Insulin
Hiperinsulinemia
Glikogenolisis
Glukoneogenesi
Lipolisis
Sekresi
insulin Sekresi
Glukagon
8
1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel B pancreas
Pada DM terjadi gangguan pada reaksi RIS (Receptor Insulin Substrate)
sehingga menurunkan jumlah transporter glukosa terutama GLUT 4 yang
mengakibatkan berkurangnya distribusi glukosa kejaringan yang menyebabkan
penumpukan glukosa darah yang pada akhirnya akan menimbulkan hiperglikemia
atau meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh. Pelatihan fisik mempotensiasi
efek olahraga terhadap sensitivitas insulin melalui beberapa adaptasi dalam
transportasi glukosa dan metabolisme. Kegiatan senam diabetes sangat penting
dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar gula
darah dengan cara merangsang stimulasi hormon insulin yang akan mengakibatkan
peningkatan glukosa transporter terutama GLUT 4 yang berakibat pada
berkurangnya resistensi insulin dan peningkatan pengambilan gula oleh otot serta
memperbaiki pemakaian insulin yang berakibat menurunya kadar gula darah post
prandial dan gula darah puasa. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan
berolahraga (Borghouts,2000).
DM tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena
sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal.
Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin” (Cheng D, 2007). Resistensi
insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta
penuaan. Pada penderita DM tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang
berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans secara autoimun
seperti DM tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita DM tipe 2 hanya bersifat
relatif dan tidak absolut.
9
Pada awal perkembangan DM tipe 2, sel B menunjukan gangguan pada
sekresi rtama, artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin.
Apabila tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya akan terjadi
kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi secara
progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya
penderita memerlukan insulin eksogen.
2.1.5 Faktor resiko
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan
dengan beberapa faktor yaitu :
1. Obesitas (kegemukan)
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah,
pada derajat kegemukan dengan IMT > 25 dapat menyebabkan peningkatan
kadar glukosa darah menjadi 200 mg%.
2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan
tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari
dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat Keluarga DM
Seorang yang menderita DM diduga mempunyai gen diabetes. Diduga
bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat
homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita DM.
4. Dislipedimia
Dislipidemia dalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak
darah (Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan
10
plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada
pasien diabetes. Selain itu timbunan lemak bebas yang tinggi dapat
menyebabkan meningkatnya uptake sel terhadap asam lemak bebas dan
memacu oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan
glukosa dalam otot yang menyebabkan resistensi insulin (Miftahul,2013)
5. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena DM adalah > 45
tahun. Resiko seseorang untuk menderita diabetes melitus tipe 2 akan
bertambah seiring berjalannya usia terutama usia diatas 45 tahun. Hal ini
dikarenakan jumlah sel beta pankreas produktif semakin berkurang dengan
bertambahnya usia (Arisman, 2011).
6. Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi
>4000 gram.
7. Faktor Genetik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental
Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial.
Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai
enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini.
8. Alkohol dan Rokok
Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan
frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan
dengan peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak aktifan fisik, faktor-
faktor lain yang berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional
11
kelingkungan kebarat- baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam
konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan dalam peningkatan DM tipe 2.
Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah terutama pada penderita
DM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan
tekanan darah. Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila
mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara dengan 100 ml
proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml. Faktor resiko penyakit tidak menular,
termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah faktor
risiko yang tidak dapat berubah misalnya umur, faktor genetik, pola makan
yang tidak seimbang jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan,