Top Banner
10 BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH Liturgi dalam Ibadah Dalam karya E. Martasudjita berjudul Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, pada umumnya yang muncul pertama kali dalam pikiran banyak orang mengenai Liturgi adalah mengenai doa, ibadat, urutan ibadat, nyanyian liturgi, peralatan liturgi, cara duduk atau berdiri yang liturgi dan sebagainya. Pandangan popular mengenai liturgi selalu menyangkut hal-hal praktisi yang berhubungan dengan tata ibadat atau doa atau bersifat kultis. 1 Kultis berasal dari kata Latin cultus, dari kata kerja colere yang berarti memelihara, merawat, menghormati atau menyembah. Dalam arti ini berliturgi berarti melaksanakan tindakan kultis, yaitu melakukan tindakan penghormatan dan penyembahan kepada Tuhan dengan serangkaian tata upacara yang teratur. Dalam ilmu liturgi dalam sejarah gereja, ilmu liturgi hanya merupakan ilmu tentang rubrik, ilmu tentang aturan. Ilmu liturgi hanya menjadi ilmu mengenai bagaimana ibadat secara benar sehingga ibadah itu ‘sah’ dan ‘manjur’. Kata Liturgi berasal dari bahasa Yunani Leitourgia. Kata ini terbentuk dari akar kata benda ergon, yang berarti karya dan leitos yang merupakan kata sifat untuk kata benda laos ( bangsa atau rakyat). Secara harafiah, leitourgia berarti karya atau pelayanan yang dibaktikan bagi kepentingan bangsa. Kata leitourgia berarti karya publik yakni pelayanan dari rakyat untuk rakyat. 2 1 E. Martasudjita, Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi (Yogyakarta: Kanisius, 2011), 13-14. 2 E. Martasudjita, Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, 15.
42

BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

Mar 06, 2019

Download

Documents

lamhanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

10

BAB II

TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH

Liturgi dalam Ibadah

Dalam karya E. Martasudjita berjudul Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi,

pada umumnya yang muncul pertama kali dalam pikiran banyak orang mengenai Liturgi adalah

mengenai doa, ibadat, urutan ibadat, nyanyian liturgi, peralatan liturgi, cara duduk atau berdiri

yang liturgi dan sebagainya. Pandangan popular mengenai liturgi selalu menyangkut hal-hal

praktisi yang berhubungan dengan tata ibadat atau doa atau bersifat kultis.1 Kultis berasal dari

kata Latin cultus, dari kata kerja colere yang berarti memelihara, merawat, menghormati atau

menyembah. Dalam arti ini berliturgi berarti melaksanakan tindakan kultis, yaitu melakukan

tindakan penghormatan dan penyembahan kepada Tuhan dengan serangkaian tata upacara yang

teratur. Dalam ilmu liturgi dalam sejarah gereja, ilmu liturgi hanya merupakan ilmu tentang

rubrik, ilmu tentang aturan. Ilmu liturgi hanya menjadi ilmu mengenai bagaimana ibadat secara

benar sehingga ibadah itu ‘sah’ dan ‘manjur’. Kata Liturgi berasal dari bahasa Yunani

Leitourgia. Kata ini terbentuk dari akar kata benda ergon, yang berarti karya dan leitos yang

merupakan kata sifat untuk kata benda laos ( bangsa atau rakyat). Secara harafiah, leitourgia

berarti karya atau pelayanan yang dibaktikan bagi kepentingan bangsa. Kata leitourgia berarti

karya publik yakni pelayanan dari rakyat untuk rakyat.2

1 E. Martasudjita, Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi (Yogyakarta: Kanisius, 2011), 13-14.

2 E. Martasudjita, Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, 15.

Page 2: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

11

Dokumen Konstitusi liturgi merupakan hasil proses panjang dari perjuangan

pembaharuan liturgi melalui gerakan pembaharuan liturgi. Gerakan pembaruan dalam gereja

Katolik Roma sudah ada sejak abad 1987. Gerakan tersebut tidak berhasil dan pihak Vatikan

tidak mendukung. Pada abad 19 di biara-biara terjadi usaha pembaharuan liturgi. Namun pada

awal dan terutama pertengahan abad 20 gerakan liturgi mencapai puncak. Dokumen Konsili

Vatikan sebagai puncak dan mahkota perjuangan dalam pembaharuan liturgi. Menurut Konsili

Vatikan II mengatakan wajar liturgi dipandang sebagai pelaksana tugas imamat Yesus karena

ada pengudusan manusia dilambangkan dengan tanda-tanda lahir serta dilaksanakan dengan cara

yang khas bagi masing-masing. Rumusan tersebut dipengaruhi oleh rumusan Mediator Dei, paus

Pius XII menyatakan liturgi sebagai ‘ibadat umum dalam penebus kita sebagai kepala Gereja

yang menyerahkan diri kepada Bapa dan juga ibadah dalam komunitas umat beriman

menyerahkan diri kepada pendirinya melalui Dia kepada Allah Bapa di sorga. Itulah ibadat yang

dilaksanakan oleh Tubuh mistik Kristus seutuhnya, kepada dan para anggotanya. Isi perayaan

liturgi adalah misteri karya keselamatan Allah dalam Kristus yang berupa karya pengudusan

umat manusia dan pemuliaan Allah. Pengudusan umat manusia dan pemuliaan Allah merupakan

satu realitas keselamatan yang dilihat dari dua segi yaitu Allah kepada manusia serta manusia

kepada Allah. Subjek atau pelaku liturgi adalah Yesus Kristus dan gereja. Liturgi merupakan

tindakan Kristus sekaligus tindakan gereja. Oleh karena itu liturgi adalah perayaan misteri karya

keselamatan Allah dalam Kristus yang dilaksanakan oleh Yesus Sang Imam Agung bersama

gerejaNya dalam ikatan Roh Kudus.3

3 E. Martasudjita, Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, 20-22.

Page 3: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

12

Liturgi adalah sebuah perayaan kehidupan. Perayaan menunjuk tiga hal, yaitu liturgi bukan

tindakan perseorangan melainkan tindakkan bersama, liturgi menuntut dari hakikatnya partisipasi

seluruh umat beriman secara sadar dan aktif, dan liturgi merangkum keterlibatan hati dan

pengalaman hidup konkret umat secara penuh dan bukan sekadar suatu upacara yang menekankan

rutinitas dan kewajiban. Liturgi dapat dipandang sebagai sebuah undangan manusia berliturgi atau

merayakan Iman karean diiundang Allah. Allah berinisiatif untuk menjumpai manusia. Liturgi

Kristiani berpangkal tolak dari Allah dan pertama-tama bergerak dari Allah. Seluruh dinamika

perayaan iman yang dialami dalam liturgi dimulai dari Allah. Allah mencari dan mengundang kita

dan bukan kita yang mencari Allah Undangan dan panggilan Allah pada diri Kristiani terungkap

dalam kata gereja. 4

Menurut Abineno, liturgi dalam Perjanjian Baru memiliki pemahaman lebih luas

dibandingkan ibadah ( perkumpulan jemaat, pemberitaan Firman dan Sakramen). Ia melingkupi

seluruh hidup dan pelayanan jemaat. Karena itu, liturgi pola liturgia bagi jemaat hendaknya

begitu rupa, sehingga tiap-tiap kali, kalau ia datang berkumpul dalam ibadahnya, ia berada dalam

dunia dan karena itu ia tidak boleh menutup dirinya bagi dunia. Dalam perayaan liturgi Jemaat

tidak berdiri sendiri. Gereja-gereja yang telah ada lebih dahulu ada dibandingkan sekarang dan

mereka telah berbuat demikian. Dalam perayaaan liturgi jemaat bukan saja mendengarkan suara

gereja yang terdahulu, tetapi ia sadar bahwa di sisinya lebih baik masih ada ‘saudara-saudara’,

yaitu gereja-gereja lain di dunia yang dalam liturgi mereka berusaha untuk mengatakan apa yang

mau ia katakan tetapi dengan bahasa mereka sendiri. Jadi dalam liturgi jemaat hidup

bersama-sama dengan yang harus dihormati dan dengan saudara-saudaranya dalam oikumenitas

waktu dan ruang. Sementara ia mendengarkan kesaksian mereka, tidak berhenti memberi

4 E. Martasudjita, Makna Liturgi bagi kehidupan sehari-hari, (Yogyakarta: Kanisius, 1998) 15-17.

Page 4: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

13

kesaksiannya sendiri. Ia tidak meniru-niru mereka dan tidak menaklukan dirinya kepada mereka.

Sebagai pola liturgi yang berasal dari luar dan diimpor ke dalam, ia mencoba menggunakannya

tetapi ia juga menguji apakah pola-pola liturgi benar-benar dapat diterapkan. Berdasarkan

pemahaman tersebut ingin menggambarkan keadaan kita saat ini ditengah dunia yang begitu

kompleks, maka pola liturgia mengikuti konteks yang ada, sehingga keberadaan gereja

khususnya liturgi dapat menyentuh jemaat yang beribadah dan menerapkan dalam kehidupan

sehari-hari.5

Berliturgi berarti bertemunya umat Allah dengan yang empunya dunia ini. Berliturgi dalam

ibadah berarti mempunyai tempat dalam beribadah yang disebut gedung gereja. Kata gereja

berasal dari kata Portugis igreja yang diturunkan dari bahasa Latin ecclesia berarti pertemuan,

rapat atau sidang. Sebutan gereja pertama-tama menunjuk peristiwa orang berkumpul atau

pertemuan dari orang-orang yang berkumpul. Mereka berkumpul bukan atas inisiatif sendiri,

tetapi atas dasar panggilan dari Allah. Gereja adalah pertemuan umat Allah. Mereka adalah umat

yang dipanggil, dipilih dan dikumpulkan oleh Allah sendiri bukan hanya menjadi umat Allah

tetapi untuk menyembah Allah yang satu dan hidup. Panggilan umat Allah untuk menyembah

Allah terutama terlaksana dalam ibadah atau liturgi. Gereja adalah pertemuan umat dalam rangka

berliturgi. Pada masa Perjanjian Lama, Allah memanggil, memilih dan mengkhusukan umat Israel

diantara bangsa-bangsa kafir agar mereka berkumpul untuk menyembah Allah Israel. Dalam masa

perjanjian Baru, Allah melalui Kristus memanggil, memilih dan mengkhususkan umat baru

diantara bangsa-bangsa di dunia untuk menyembah Allah dalam roh dan kebenaran.6

5 J.L. Ch. Abineno. Gereja dan Ibadah Gereja, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), 42-44.

6 E. Martasudjita, Makna Liturgi bagi kehidupan sehari-hari, 17-36.

Page 5: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

14

Gereja adalah pertemuan umat yang dipanggil dari dunia ini oleh Allah melalui Kristus

dalam Roh Kudus bagi pelayanan Allah dan bagi liturgi. Menurut Konsili Vatikan II, gereja

menyatakan dirinya dan menampakan dirinya dalam liturgi, artinya jika orang ingin mengetahui

dan melihat gereja, maka orang tersebut perlu melihat pertemuan umat yang sedang berliturgi.

Dalam liturgi umat beriman memyampaikan dan mengungkapkan apa yang mereka imani. Mereka

menyebut memuji dan memuliakan Allah Bapa yang mengutus Yesus demi keselamatan manusia.

Dalam kuasa Roh Kudus umat beriman mengenangkan dengan penuh syukur misteri

penyelamatan Allah dalam Kristus. Semuanya terjadi terhadap liturgi. Gereja tampil sebagai

gereja ketika berliturgi, artinya gereja mengekspresikan melalui liturgi, karena liturgi merupakan

ungkapan diri gereja. Liturgi bukan hanya menjadi ungkapan dan cerminan diri gereja tetapi dalam

liturgi lahirlah dan terbentuklah gereja.7

Musik Liturgi dalam Ibadah

Salah satu bentuk dari liturgi adalah musik. Manusia tidak bisa melepaskan diri dari

musik. Musik selalu menjadi bagian ungkapan dan media komunikasi manusia. Apa yang

terkadang tidak dapat disampaikan melalui kata-kata, dapat diungkapkan melalui musik. Musik

benar-benar menjadi bidang simbolisasi manusia. Karena itu, liturgi gereja menggunakan musik

sebagai salah satu bentuk ungkapan perayaan iman. Musik memiliki peranan yang penting dalam

liturgi. Adapun peranan musik dalam liturgi adalah musik sebagai bagian dari liturgi itu sendiri,

musik menggungkapkan partisipasi aktif umat dan musik memperjelas misteri Kristus.8

7 E. Martasudjita, Makna Liturgi bagi kehidupan sehari-hari, 17-36.

8 E. Martasudjita, Pengantar Liturgi: Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi, 134-135.

Page 6: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

15

Dalam buku Abineno yang berjudul Gereja dan Ibadah gereja, didalamnya membahas

mengenai kesenian gerejawi. Yang dimaksudkan ialah kesenian yang diterapkan atas praktik atau

pelayanan gereja. Sebagai kesenian ia juga harus dinilai dengan kriteria aesthetis ( keindahan).

Karena keindahan ia diterapkan atas praktik atau pelayanan gereja. Bukan hanya kesenian tetapi

kesenian gerejawi. Hal ini yang paling menentukan. Pelayanan adalah norma yang penting dari

kesenian gerejawi. Norma untuk kegunaanya tidak ia terima dari dirinya sendiri. Norma terletak

di luar dirinya, sekalipun ia berkata-kata oleh dirinya sendiri. Karena itu kita tidak boleh

menuntut norma-norma keindahan yang tersendiri. Yang terpenting diantaranya ialah ia juga

menggunakan bentuk yang terikat. Oleh bentuk yang terbentuk ia mengungkapkan pergaulan

manusia dengan Allah. Contoh yang jelas ialah bentuk-bentuk kesenian yang tua dalam musik,

dalam tarian, dalam kata, lukisan. Semua bentuk kesenian bersifat religious. Segala sesuatu yang

manusia alami dalam pergaulannya dengan Allah meminta bentuk yang terikat. Demikian

nyanyian, menurut para ahli timbul dari penyumpahan. Hal itu telah disungguhkan oleh

Ambrosius ( uskup dari Milan). Pengalaman-pengalaman dalam pergaulan manusia dengan

Allah tercermin dalam bentuk yang mengungkapkan pemberiaan Allah kepada manusia. Sebagai

contoh, alat-alat gereja yang digunakan dalam perjamuan, yaitu untuk roti dan anggur gereja

tidak menggunakan piring dan gelas biasa, atau nyanyian-nyanyian yang gereja gunakan dalam

ibadah, nyanyian dituangkan oleh pemazmur dan nabi dalam bentuk yang terikat.9

9 J.L. CH. Abineno, Gereja dan Ibadah Gereja, 172-174.

Page 7: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

16

Istilah musik berasal dari bahasa Yunani mousike yang diterjemahkan ke bahasa Latin

musika. Istilah musik yang digunakan dalam liturgi gereja adalah musik liturgi atau musik

Gereja. Kongresgasi Suci untuk Ibadat dalam Instruksi mengenai musik gereja (1967),

menyatakan bahwa musika sacra mencakup nyanyian Gregorian, berbagai jenis musik gereja,

baik yang lama maupun baru, musik gereja untuk orgel dan untuk alat musik lain yang diizinkan,

nyanyian gereja atau nyanyian liturgi umat dan nyanyian rohani umat. Gereja perdana sudah

mengenal musik, terutama nyanyian dan musik instrumental. Musik liturgi gereja perdana

berakar pada tradisi musik ibadat Yunani yang kemungkinan besar tidak diringi alat musik.

Dalam Perjanjian Baru, terdapat praktik musik nyanyian, seperti ketika Yesus dan para murid

menyanyikan kidung Hallel sesudah merayakan perjamuan Paskah. Menurut Konsili Vatikan II,

musik gereja mendapat tempat yang sangat penting dalam liturgi. Konsili Vatikan II memandang

musik liturgi bukan sekadar sebagai selingan, tambahan atau dekorasi, melainkan sebagai

‘bagian liturgi meriah yang penting atau integral’.10

Dengan kata lain, musik liturgi termasuk

liturgi itu sendiri. Musik sebagai bagian liturgi tampak jelas, sebagai contoh Kyrie, Gloria,

mazmur tanggapan dan Kudus yang memang termasuk bagian Liturgi Sabda dan Ekaristi. Pada

hakikatnya musik liturgi bersifat simbolis, artinya musik liturgi dapat menjadi ungkapan peran

serta aktif umat. Musik dapat membangkitkan suasana bagi tumbuhnya daya tangkap dan daya

tanggap jiwa terhadap sabda dan karunia Allah dalam liturgi. Musik liturgi berfungsi untuk

memperjelas misteri Kristus, menumbuhkan kesadaran kebersamaan dan komunikasi antar

jemaat dan memberikan kemeriahan dan keagungan bagi liturgi. Konsili Vatikan II

menggarisbawahi fungsi musik dalam liturgy, yaitu untuk melayani liturgi. Itu berarti musik

liturgi diciptakan dan dibuat untuk melayani dan mengabdi liturgi bukan sebaliknya. Musik

liturgi tidak boleh seakan-akan menjadi lebih penting daripada liturgi itu sendiri.

10

E. Martasudjta, Pengantar Liturgi: Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi, 195.

Page 8: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

17

Musik liturgi harus dimasukkan dan diletakkan di konteks perayaan dan penggungkapan iman

Gereja. Peranan musik dalam liturgi menurut paham Konsili Vatikan II yaitu dimensi liturgis

yang berarti musik sebagai bagian itu sendiri, dimensi eklesiologis yang berarti musik

mengungkapkan partisipasi aktif umat, serta dimensi Kristologis yang berarti musik memperjelas

Misteri Kristus.11

Dimensi liturgis

Tempat musik bukanlah hanya sebagai tempelan agar liturgi menjadi meriah, melainkan musik

benar-benar sebagai bagian liturgi sendiri yaitu bagian liturgi yang penting dan integral.

Nyanyian kudus misalnya merupakan bagian dari Doa Syukur Agung sendiri yang secara mutlak

harus ada. Karena musik merupakan bagian liturgi sendiri, musik harus digunakan dan diadakan

dalam rangka perayaan liturgi. Suatu pertunjukan orkes musik yang indah, mengharukan dan

membuat orang menangis tersedu-sedu dalam Perayaan Ekaristi belum tentu merupakan musik

liturgi yang baik. Sebaliknya, suatu paduan suara umat, dimana dinyanyikan dengan gembira dan

semangat belum tentu merupakan musik liturgi yang jelek. Kriteria utama musik liturgi adalah

bagaimana suatu lagu dan musik dapat membantu orang dalam berliturgi, yaitu berjumpa dengan

Tuhan dan sesamanya.12

Dimensi Eklesiologis

Musik liturgi dimaksudkan untuk mengungkapkan peran serta umat secara aktif. Konsili Vatikan

mengharapkan suatu perayaan liturgi yang memungkinkan umat dapat berperan aktif secara

penuh, sadar dan aktif. Dalam hal ini musik dapat memberi sumbangan yang penting. Beberapa

lagu dan musik yang sesuai dengan tema liturgi dan tempatnya akan membantu umat dalam

11

E. Martasudjta, Pengantar Liturgi: Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi, 195. 12

E. Martasudjta, Pengantar Liturgi: Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi, 195.

Page 9: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

18

memasuki misteri iman yang dirayakan. Musik liturgi memungkinkan umat untuk lebih baik

menangkap sabda Tuhan dan karunia sakramen yang dirayakan. Misalnya sebuah lagu pembuka

yang tepat dan baik akan membantu umat memasuki perayaan liturgi secara siap, bersemangat

dan bergairah. Lagu dapat ikut membangun kebersamaan umat beriman yang sedang beribadah.

Kebersamaan itu sudah bisa tercipta sejak persiapan seperti ketika para anggota paduan suara

dan musik berlatih dan tahap pelaksanaan perayaan liturgi bersama seluruh umat beriman serta

akhirnya pada waktu sesudah perayaan liturgi.13

Dimensi Kristologi

Musik liturgi memperjelas Misteri Kristus. Melalui isi syair, musik dapat ikut memperdalam

misteri iman akan Yesus yang sedang dirayakan dalam Liturgi. Musik dan lagu harus

mempunyai syair-syair yang sesuai dengan ajaran iman gereja. Di pihak petugas, pemilihan lagu

atau musik harus memperhatikan tema dan jiwa perayaan liturgi yang akan dirayakan. Melalui

melodi, musik dapat membantu umat untuk merenungkan dan ‘berkontemplasi’ pada misteri

iman yang dirayakan. Melodi musik yang indah dan sesuai dengan jiwa liturgi akan menciptakan

suasana yang kondusif bagi doa dan perjumpaan dengan Allah.14

Musik Gereja dapat didefinisikan sebagai musik yang ditulis dengan tujuan untuk

dimainkan di gereja, atau musik untuk mengiringi ibadah liturgi, atau suatu musik yang bersifat

suci, seperti nyanyian yang dinyanyikan digereja. Musik atau Leitourgia yang

berarti: laos (umat) dan ergon(karya). Dengan demikian, liturgi merupakan bakti dan

ungkapan syukur umat. Fungsi musik dalam liturgi adalah sebagai nyanyian dan pujian, sebagai

doa, sebagai alat proklamasi, sebagai cerita (Ungkapan hati atas kehadiran Tuhan di tengah kita,

13

E. Martasudjta, 196 14

E. Martasudjta, Pr, Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, 196.

Page 10: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

19

ungkapan hati atas perbuatan Tuhan bagi kita, ungkapan hati untuk memperkuat iman kita semua)

dan karunia Allah. Melalui musik kita beribadah kepada Allah. Tujuan ibadah kita adalah untuk

mempersembahkan seluruh hidup kita sebagai ibadah sejati bagi Allah, bukan persembahan bagi

para pengunjung ibadah.15

Musik merupakan ‘ekspresi ungkapan isi hati manusia. Setiap orang

mempunyai berbagai macam emosi, dan emosi memerlukan saluran. Saluran bagi ungkapan

emosi manusia dapat berupa gerakan badan atau vokal. Ungkapan fisik dapat berupa tarian, dan

ungkapan vokal dapat berupa nyanyian. Ungkapan-ungkapan semacam ini lambat laun menjadi

suatu seni. Musik punya pengaruh yang kuat bagi emosi manusia, ia dapat menjadi alat yg hebat

untuk merangsang emosi pendengarnya-mengangkat, memberi inspirasi, mendorong,

memperangkap seseorang, dan dapat menjatuhkan atau menghancurkan seseorang.’ 16

Musik Tradisional

Pengertian musik tradisional menurut Tyas Andijaning adalah musik atau seni suara

yang berasal dari berbagai daerah, dalam hal ini Indonesia. Musik tradisional menggunakan

bahasa, gaya, dan tradisi khas daerah setempat.17

Definisi musik tradisional menurut Yayat

Nursantara yaitu musik yang berkembang di daerah asal musik berada. Musik tradisional adalah

musik yang hidup di masyarakat secara turun-temurun dan berkelanjutan pada suatu daerah.

Musik tradisional terbentuk dari budaya daerah setempat sehingga cenderung bersifat sederhana

baik lagu maupun instrumentnya. Secara umum musik tradisional memiliki ciri khas sebagai

berikut: dipelajari secara lisan, tidak memiliki notasi, bersifat informal, pemainnya tidak

terspesialisasi dan bagian dari budaya masyarakat.18

Musik tradisional ialah musik dalam sebuah

masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun dan berkelanjutan pada masyarakat suatu

15

Wikipedia, Musik Gereja, diundah pada 04 Juli 2017, https://id.wikipedia.org/wiki/Musik_Kristen. 16

Ivan, Christian. “ Peran Musik dalam gereja: suatu tinjauan Theologi dan Historis”. Last modified May 6, 2015 , accessed July 2, 2017, https://www.academia.edu/12248012/PERAN_MUSIK_DALAM_GEREJA.

17 Tyas Andijaning, Hartaris, Seni Musik SMA Untuk Kelas X, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), 1.

18 Yayat Nursantara, 2007. Seni Budaya Untuk SMA Kelas X, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), 22.

Page 11: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

20

daerah. Musik tradisional terbentuk dari budaya daerah setempat sehingga cenderung bersifat

sederhana baik lagu maupun instrumentnya. Secara umum musik tradisional memiliki ciri khas

sebagai berikut yaitu dipelajari secara lisan, tidak memiliki notasi, bersifat informal, pemainnya

tidak terspesialisasi, bagian dari budaya masyarakat.19

Adapun fungsi dari musik tradisional

ialah sebagai sarana apacara adat, sebagai pengiring tari atau pertunjukkan lainnya, sebagai

media komunikasi, sebagai media hiburan.20

Musik Gamelan sebagai Identitas Jawa

Gamelan merupakan seperangkat alat musik khas Indonesia yang kelengkapan

instrumentnya dapat disejajarkan dengan simfoni orkestra di dunia Barat. Sebagaimana alat

musik pada umumnya, gamelan merupakan hasil olah budi manusia untuk mengungkapkan rasa

estetika atau rasa mencurahkan keindahan. Gamelan Jawa di bagi menjadi dua bagian.

Pembagian ini didasarkan pada perpaduan nada (dalam bahasa Jawa disebut laras), yaitu

gamelan laras slendro dan Gamelan laras Pelog. Adapun nama alat musik instrument gamelan:

kendang merupakan instrumen gamelan yang memegang peranan paling penting, bonang barung

adalah bonang besar, berfungsi sebagai pemimpin gending, bonang penerus, slentem berupa

bilahan besi yang ditata pada pangkon, demung, saron barung, saron peking, kethuk kempyang,

kenong, kempul, gong, gambang, gong kemodong, celempung, rebab, gender barung, gender

penerus, suling, kemanak, kecer, keprak dan kepyak dan beduk besar.21

Tugas dari instrument

gamelan: kendang sebagai pengatur irama, ketuk sebagai pemangku irama, kenong sebagai

19 Siti Sarini. ” Fungsi Komunikasi Dalam Musik Tradisional Rijiq Sebagai Sarana Komunikasi Masyarakat Suku

Dayak Tonyoi Di Kutai Barat,” Ejournal Ilmu Komunikasi 3, no. 2 (Juli 2015), 450, diakses 25 Agustus, 2017, http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2015/07/JURNAL_SITI_SARINI%20fix%20(07-01-15-01-40-29).pdf.

20 Siti Sarini. Fungsi Komunikasi Dalam Musik Tradisional Rijiq Sebagai Sarana Komunikasi Masyarakat Suku

Dayak Tonyoi Di Kutai Barat, 451. 21

Hadi Santosa, Gamelan: Tuntunan Memukul Gamelan, ( Semarang: Dahara Prise), t.th), 1-5.

Page 12: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

21

pemangku irama, kempul sebagai pemangku irama, gong sebagai pemangku irama, Kempyang

sebagai pemangku irama, bonang barung sebagai pengatur lagu, saron demung sebagai

pemangku lagu, slentem sebagai pemangku lagu, gambang sebagai pengisi jiwa gamelan, Gender

sebagai pengisi jiwa, clempung sebagai pemangku yatmaka (jiwa), rebab sebagai pembuka patet,

suling untuk memeriahkan irama, siter untuk memeriahkan irama dan keprak untuk

menggairahkan nada.22

Dalam khasanah seni karawitan (gamelan) terdapat ‘filosofi buka’ yaitu buka bonang,

gender, rebab, kendhang dan buka celuk. Lebih tepatnya ‘filosofi buka’ memberikan isyarat agar

manusia mampu membuka hati terhadap ajaran Tuhan dalam agama yaitu syarat atau sinyalemen

yang diberikan Tuhan melalui perubahan atau gejala alam, terlebih kalau sudah di ’buka’ dengan

buka celuk, maka diharapkan orang per orang atau semua manusia tanggap ing sasmita terhadap

panggilan atau isyarat Tuhan tersebut. Sedangkan bawa atau ‘buka celuk’ mengandung khasanah

‘filosofi bawa’ berarti memiliki kemandirian atau pengaruh kepada orang lain dimasyarakat

karena sudah bisa dijadikan contoh. Sedangkan, bawa berarti mandiri. Jika kata bawa ditambah

dengan ater-ater(wi) maka menjadi wibawa, maknanya memiliki pengaruh kebaikan kepada

paraga wiyaga/ niyaga lainya. Hal ini mengisyaratan betapa leluhur Jawa sangat konsen

terhadap makna hidup dan kehidupan agar menjalaninya dengan lebih baik dan berbudaya. Buka

artinya sebagai membuka, pembuka atau pembukaan, tanda atau pertanda untuk memulai

dimainkannya musik gamelan. Sedangkan Buka Celuk Swara atau bawa berarti celuk dalam

bahasa Jawa artinya panggilan atau memanggil yang dilakukan oleh wira swara atau dhalang.

Sedangkan swara adalah panggilan melalui atau dengan suara. Dengan demikian, buka celuk

atau buka swara artinya merupakan panggilan melalui suara sebagai isyarat, tanda, pertanda akan

22

Hadi Santosa, Gamelan:Tuntunan Memukul Gamelan,17-18.

Page 13: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

22

dimulainya memainkan musik gamelan. Dalam seni karawitan, dikenal ada beberapa ‘buka’

sebagai tanda panggilan untuk memulai dimainkanya musik gamelan yaitu:23

Buka Bonang: Buka bonang merupakan buka umum atau normatif dipakai dalam seni krawitan,

terutama untuk memulai gendhng-gendhing umum yang tergolong kasar seperti lancaran

reno-reno, kuwi apa kuwi, dan lainnya. Jadi gendhing girp atau berbentuk lancaran diatas, dibuka

dengan bonang kemudian iramanya kapurba dipimpin oleh kendhang, pada akhirnya sampai

kepada gong. Buka gender: buka gender ini isyarat bahwa gendhing yang akan dimainkan

bersifat agak halus, yakni seperti Ladrang Asmarandana, Pangkur, dan lainnya. Sebagaimana

Gendhing Giro diatas, maka gendhing Ladrang ini dibuka gender, iramanya kapurba atau

dipimpin oleh kendhang, pada akhirnya ke gong.

Buka rebab: Secara spesifik buka rebab ini lebih halus dari pada buka gender.

Gendhing-gendhing yang ada dibuka dengan rebab, yakni gendhing gedhe antara lain Gendhing

Gambir Sawit, Widosari, dan lainnya. Gendhing-gendhing tersebut dibuka oleh rebab, iramanya

kapurba atau dipimpin oleh kendhang akhirnya bisa sampai ke gong. Buka kendhang: Buka

kendhang atau dimulai dengan aba-aba dari kendhang. Hal ini mengisyaratkan akan dimulainya

gendhing, seperti ayak-ayak, srempeg dan Sampak. Untuk membedakan dari masing-masing

gendhing, bukanya kendhang ada tanda bunyi yang tersendiri. Ini pun bisa sampai gong yakni

gendhing dibuka kendhang dan iramanya juga kapurba oleh kendhang. Buka celuk/swara (bawa):

buka celuk/swara atau bawa merupakan panggilan yang menggunakan suara (dengan celukan

sebaga panggilan) misalnya dilakuan oleh sang dhalang sindhen atau wira swara. Menurut Ki

Sudjinal BA, dhalang dan budayawan Jawa Timur, gendhing-gendhing tersebut mengisyaratkan

bleger (sifat manusia) diantaranya: Gendhing Giro melambangkan sifat manusia yang kasar.

23

Wawan Susetya, Dhalang, Wayang dan Gamelan, (Yogyakkarta: NARASI, 2007), 94-99.

Page 14: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

23

Gendhing Ladrangan melambangkan sifat manusia yang sombong, congkak atau ugal-ugalan.

Gendhing Ketawang melambangkan sifat manusia yang sudah halus, sareh atau lemah lembut.

Gendhing (Gedhe) melambangkan sifat manusia yang paripurna sehingga menggambarkan

amalannya diterima Tuhan. Gendhing Ayak-ayak melambangkan sifat manusia yang suka

sesirik, wira’i atau wirangi, mampu memilih-memilih. Gendhing Srempeg melambangkan sifat

manusia yang suka mempersiapkan diri, mengerti mana yang lebih penting. Gendhing Sampak

melambangkan sifat manusia yang sudah memahami hakekat kehidupan abadi.24

Menurut Soetarno, Sarwanto dan Sudarko dalam bukunya yang berjudul Sejarah

Pedalangan, gamelan adalah ensemble musik Jawa atau Karawitan yang berlaras slendro dan

Pelog, dan menurut jenis terdiri atas: gamelan gedhe, gamelan wayangan, gamelan gadhon,

gamelan cokekan, gamelan senggani, gamelan pakurmatan, dan gamelan sekaten. Gamelan

gedhe adalah suatu perangkat gamelan laras slendro dan pelog digunakan untuk keperluan

klenengan ( konser karawitan) atau untuk mengiringi tari yang instrumennya terdiri dari: rebab,

gender, kendhang, bonang, slenthem, demung, saron barung, saron penerus, gambang,

celempung, suling, siter, kenong, kethuk-kempyang, kempul, gong kemanak bedhug dan bonang

penembung. Gamelan wayangan adalah suatu perangkat gamelan berlaras slendro yang

instrumennya terdiri dari rebab, gender barung, gender penerus, kendhang wayangan, slenthem,

saron barung dua buah, gambang, siter, suling, kecer, kethuk-kempyang, kempul, gong

suwukan.25

24

Wawan Susetya, Dhalang, Wayang dan Gamelan, 94-99. 25

Soetarno, Sarwanto dan Sudarko, Sejarah Pedalangan, ( Surakarta: ISI Surakarta, 2007), 45-48

Page 15: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

24

Gamelan wayangan pada zaman keraton Surakarta abad ke-18 digunakan untuk

mengiringi pertunjukan wayang kulit. Gamelan Gadhon adalah suatu perangkat kecil yang

berlaras slendro dan pelog, terdiri dari instrument gender, kendhang ciblon, slenthem, suling,

clempung, kenong, kempul dan gong. Gamelan gadhon digunakan untuk klenengan yang

menyertai peristiwa sepasaran bayi (lima hari kelahiran anak), menempati rumah baru, syukuran

dan lain-lain. Gamelan cokekan adalah suatu perangkat gamelan yang terdiri dari ricikan

kendhang, ciblon, gender barung, dan siter, dan digunkan untuk mengamen dari rumah ke rumah.

Gamelan senggani adalah perangkat gamelan yang bahannya dibuat dari besi atau kuningan,

yang berbentuk pencon, yang terdiri dari bonang, kendhang, slenthem, saron, demung, kenong,

kempul dan gong. Gamelan senggani dipedasaan digunakan untuk keperluan latihan karawitan

atau di sekolahan-sekolahan untuk pelajaran karawitan. Gamelan pakurmatan adalah suatu

perangkat gamelan untuk keperluan upacara ritual. Gamelan ini dapat dibedakan menjadi 3 jenis

menurut fungsi dan kegunaannya yaitu: gamelan monggang, gamelan carabalen dan gamelan

kodhok ngorek. Instrumen gamelan monggang terdiri dari kendhang, wadon, kendhang

penunthung, kenong, rejoh, gong gedhe, banggen, kenongan dan penonthong. Keraton Surakarta

gamelan Monggang digunakan pada upacara garebeg Mulud atau upacara jumenengan atau

ulang tahun raja naik tahta. Gamelan kodhok ngorek terdiri dari gender, slendro, kendhang

wadon, kendhang penunthung, gong gedhe, kenong, kecer, banggen, bonangan, dan klinthing.

Keraton Surakarta, gamelan kodhok ngorek digunakan untuk keperluan ritual supitan, tetesan,

sedangkan diluar tembok keraton untuk mengiringi panggih tematen/ perkawinan pada waktu

mempelai wanita dan laki-laki berhadap-hadapan. Gamelan carabalen terdiri dari kendhang,

wadon, kendhang penunthung, gambyong, kenong, klenang, penonthong, kempul dan gong26

.

26

Soetarno, Sarwanto dan Sudarko, Sejarah Pedalangan, 45-48.

Page 16: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

25

Keraton Surakarta, gamelan carabalen digunakan untuk penghormatan para tamu yang

hadir dalam resepsi perkawinan putri raja. Gamelan sekaten adalah suatu perangkat gamelan

dilingkungan Keraton dan dianggap sakral, dan hanya dimainkan setahun sekali pada bulan

Mulud ( Bulan Jawa) di halaman Masjid Besar, untuk memperingati hari kelahiran Nabi

Muhammad. Gamelan sekaten terdiri dari bonang penempung, bedhuk, demung empat buah,

saron barung delapan rancak, saron penerus empat rancak, kethuk kempyang, dan gong gedhe

dua buah. Gamelan di Jawa berlaras Slendro dan Pelog, yang masing-masing mempunyai

karakter yang berbeda. Laras Slendro terdiri atas lima nada yakni gulu, dhada, lima, nem dan

barang (2 3 5 6 1), sedangkan Laras Pelog terdiri atas tujuh nada yaitu penunggul, gulu dhada,

pelog, lima, nem, dan barang (1 2 3 4 5 6 7). Menurut tradisi oral atau legenda bahwa laras

slendro lebih tua daripada gamelan pelog, dan gamelan slendro diiberikan oleh raja Kano atas

perintah Ciwa lewat Bathara Indra atau Sura Indra, dan nama slendro berasal dari Sura Indra.

Menurut Ki Hajar Dewantara, gamelan slendro lebih tua daripada pelog, oleh karena gamelan

slendro berasar dari dinasti Sailendra di Jawa Tengah, suatu dinasti yang membangun Candi

Borobudur. Dalam manuskrip di Keraton Yogyakarta, dinyatakan bahwa pertama kali gamelan

ditemukan berlaras slendro yang dicipta oleh Bathara Indra, sedangkan gamelan laras pelog

dicipta pada zaman Jenggala dibawah pemerintahan Kediri. Menurut Jaap Kunst dalam buku

Musik in Java, menyatakan bahwa gamelan laras pelog lebih tua dibandingkan slendro. Menurut

Stutterheim, pada zaman dulu gamelan laras slendro untuk mengiring pertunjukan wayang kulit,

sedangkan gamelan pelog untuk mengiringi wayang gedhog.27

27

Soetarno, Sarwanto dan Sudarko, Sejarah Pedalangan, 45-48.

Page 17: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

26

Menurut Bambang Murtiyoso dalam bukunya yang berjudul Pertumbuhan dan

Perkembangan Seni Pertunjukan Wayang, perangkat gamelan yang digunakan dalam

pertunjukan wayang sekarang dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu Perangkat gamelan

slendro dan Pelog. Perangkat gamelan slendro dan pelog plus instrumen non-gamelan yang tidak

bernada dan Perangkat gamelan slendro dan pelog plus instrument non-gamelan yang bernada

diatonis dan instrumen non-gamelan yang tidak bernada.28

Tiap jenis alat musik mempunyai fungsi sendiri dan teknik memainkannya berbeda-beda.

Jenis alat musik yang tergolong ‘balungan’ seperti demung saron dan yang dimainkan dengan

pukulan nada-nada. Alat musik yang tergolong ‘ricikan’ seperti gambang gender dan yang lain

adalah alat musik melodi dengan ragam teknik pukulan gembyang kempyung pinjalan pipilan

atau wiletan. Kendhang berfungsi sebagai ‘yasa wirama’ artinya alat musiik yang berperan

untuk menciptakan perubahan-perubahan irama lagu. Kempul kenong dan gong berfungsi

sebagai wrekso wirama artinya bertugas menjaga kestabilan irama lagu. Pengertian irama pada

musik Jawa adalah tempo yaitu cepat atau lambatnya lagu. Gamelan berfungsi sebagai pengiring

wayang kulit. Gamelan yang dipergunakan untuk pergelaran wayang kulit terdiri dari gamelan

slendro dan pelog. Gamelan mempunyai arti yang penting dalam pergelaran wayang kulit yaitu

menguatkan nilai-nilai estetika pada seni pertunjukan wayang kulit, menciptakan suasana dalam

suatu adegan dan mendukung perwatakan tiap-tiap tokoh dalam adegan tertentu. Iringan musik

gamelan yang terdiri bermacam-macam jenis sangat tepat bahkan suatu keharusan

keberadaannya dalam pergelaran wayang kulit. Pergelaran wayang kulit tanpa iringan musik

gamelan akan mati, artinya pergelaran wayang kulit yang melambangkan kehidupan manusia

dengan perwatakannya masing-masing tidak akan tergambar dengan baik. Permaknaan wayang

28

Bambang Murtiyoso, Waridi, dkk, Pertumbuhan dan Perkembangan Seni Pertunjukan Wayang, (Surakarta: Citra Etnika Surakarta, 2004), 113-114.

Page 18: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

27

yang digeraikan diatas layar putih jika tidak diiringi musik gamelan ibarat gerakan benda-benda

biasa yang tidak bernyawa.29

Musik Gamelan merupakan identitas budaya Jawa. Menurut Koentjaraningrat, ‘dari

ketujuh unsur kebudayaan, hanya satu unsur yang dapat menonjolkan sifat khas dan mutu, dan

unsur tersebut cocok sebagai unsur paling utama dalam kebudayaan Indonesia yaitu kesenian.

Dalam buku Koenjaraningrat yang berjudul Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan,

dijelaskan bahwa para ahli perencanaan pembangunan telah sadar akan pentingnya kebudayaan

Indonesia, karena kebudayaan Indonesia memberi identitas nasional, dan identitas tersebut perlu

untuk mendorong motivasi untuk usaha pembangunan. Dengan mewujudkan adanya identitas

nasional, rakyat harus mempunyai rasa bangga kepada negara tersebut’.30

Menurut Stella Ting

Toomey, Identitas merupakan refleksi diri atau cerminan diri yang berasal dari keluarga, gender,

budaya, etnis dan proses sosialisasi. Identitas pada dasarnya merujuk pada refleksi dari diri kita

sendiri dan persepsi orang lain terhadap diri kita. Sementara itu, Gardiner W.

Harry dan Kosmitzki Corinne melihat identitas sebagai pendefinisian diri seseorang sebagai

individu yang berbeda dalam perilaku, keyakinan, dan sikap’.31

Secara etimologi, kata identitas berasal dari kata identity, yang berarti kondisi atau

kenyataan tentang sesuatu yang sama, suatu keadaan yang mirip satu sama lain; kondisi atau

fakta tentang sesuatu yang sama di antara dua orang atau dua benda; kondisi atau fakta yang

menggambarkan sesuatu yang sama diantara dua orang atau dua kelompok atau benda. Pada

tataran hubungan antar manusia lebih tepat bukan sekadar identik melainkan menjadi identitas

29

Suwaji Bastomi, Seni dan Budaya Jawa, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1992), 113-114. 30

Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan, ( Jakarta: Gramedia, 1982), 113. 31

Larry A. Samovar, Richard E. Porter, Edwin R. McDaniel, Communication Between Cultures. (Wadsworth: Cengage Learning, 2009). 154-161.

Page 19: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

28

yang berarti membuat sesuatu menjadi identic atau sama; megakui keberadaan sesuatu yang

dilihat, diketahui, digambarkan atau diklaim; menghubungkan atau membuat sesuatu menjadi

lebih dekat; kaum psikoanalisis menggunakan istilah identify untuk menerangkan aspek-aspek

psikologi yang dimiliki seseorang dan membandingkan psikologi yang dimiliki orang lain;

meletakkan atau mempertukarkan pikiran, perasaan, masalah dan rasa simpatik.32

Menurut

Kenneth Burke, identitas budaya sangat bergantung pada bahasa, bagaimana representasi bahasa

menjelaskan sebuah kenyataan atas semua identitas yang dirinci kemudian dibandingkan.

Penamaan identitas seseorang selalu meliputi konsep penggunaan bahasa, terutama untuk

mengerti suatu kata secara denotative dan konotatif.33

Identitas selalu berada dalam motion (gerak), artinya identitas bersifat dinamis, tidak

pernah stabil. Setiap orang berubah sepanjang waktu, aktif atau pasif. Identitas tidak selalu tetap

tetapi prosesnya sering berubah. Dalam masyarakat ada 3 bentuk identitas diantaranya identitas

budaya, identitas sosial dan identitas pribadi. Identitas budaya merupakan ciri yang muncul

karena seseorang merupakan anggota dari sebuah kelompok etnik tertentu. Identitas sosial

terbentuk sebagai akibat dari keanggotaan dalam suatu kelompok kebudayaan. Tipe kelompok

antara lain umur, gender, kerja, agama, kelas sosial dan tempat. Identitas sosial merupakan

identitas yang diperoleh melalui proses pencarian dan pendidikan dalam jangka waktu yang lama.

Identitas pribadi didasarkan pada keunikan karakteristik pribadi seseorang. 34

32

Aldo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2002),

69-70. 33

Aldo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, 72.

34 Aldo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, 95-97.

Page 20: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

29

Dalam buku ‘Konsepku membangun bangsa Batak: Manusia, agama dan Budaya’,

mengatakan bahwa identitas mengacu pada lima sumber utama yaitu gender, status sosial, usia,

wilayah dan etnis. Identitas etnis misalnya meliputi tradisi budaya, kepercayaan, bahasa, gaya

hidup, kesenian.35

Menurut Stuart Hall dalam buku “Cultural Identity and Diaspora” bahwa

identitas budaya dapat dilihat dari dua cara pandang yaitu identitas budaya sebagai sebuah wujud

dan identitas budaya sebagai proses menjadi.36

Menurut Koentjaraningrat, masyarakat adalah semua kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersiat kontiniu dan yang terikat

oleh suatu rasa identitas bersama.37

Dengan demikian, identitas budaya menurut penulis ialah

sebuah jati diri atau ciri budaya yang membedakan budaya yang satu dengan yang lain, sehingga

dari ciri maupun jati diri tersebut, orang lain dapat melihat apa yang membedakan dari budaya

yang lain. Setiap budaya memiliki ciri khas masing-masing dan itulah yang memperkaya setiap

budaya dengan adanya perbedaan.

Musik Gamelan merupakan musik tradisional yang berasal dari kebudayaan Jawa.

Menurut perbendaharaan bahasa Jawa kata budaya berasal dari ‘budi’ dan ‘daya’. Kata budi

berarti akal atau nalar. Dalam bahasa Jawa kata budi sering dirangkaikan dengan kata akal

sehingga menjadi akal budi yang artinya kepandaian. Dalam bahasa Jawa kata budi juga berarti

watak. Kata daya berarti tenaga atau kekuatan. Kata daya sering dirangkaikan dengan kata upaya

sehingga menjadi daya upaya artinya usaha untuk mencapai sesuatu. Apabila kata budi dan daya

dirangkaikan menjadi budi daya berarti kekuatan akal manusia untuk mencapai suatu hasil dalam

35

Bungaran Antonius Simanjuntak. Konsepku Membangun Bangsa Batak: Manusia, Agama, dan Budaya, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012), 235.

36 Stuart Hall. Cultural Identity and Diaspora, (London:1990). 393.

37 Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antrologi, (Jakarta: Rineka Cipta,2009), 115-118.

Page 21: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

30

upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.38

Dalam hal kebudayaan Ki Hajar Dewantara

menjelaskan bahwa jiwa manusia mempunyai tiga kekuatan yaitu pikiran perasaan dan kemauan.

Ketiga unsur tersebut disebut cipta rasa dan karsa. Buah pikiran yaitu ilmu pengetahuan,

pendidikan, pengajaran dan filsafat. Buah perasaan yaitu keindahan, keadilan, keagamaan, dan

kesenian adat. Buah kemauan seperti pertanian industri.39

Menurut Hildred Gertz pola pergaulan masyarakat Jawa ditentukan dua prinsip, yaitu

prinsip rukun dan prinsp hormat. Prinsip rukun yaitu untuk mempertahankan masyarakat dalam

keadaan harmoni. Rukun berarti keadaan selaras serasi aman tentram dan damai. Keadaan rukun

akan dapat dijaga dan dipertahankan jika orang-orang dapat saling menerima, bekerja sama,

saling sepakat. Tiap-tiap individu selalu menjaga dan berusaha meniadakan hal-hal yang

mungkin menimbulkan perselisihan atau keserakahan. Rukun adalah keadaan yang sifatnya ideal

namun buikan berarti rukun menciptkakan keadaan sosial yang selaras dan serasi melainkan

berusaha mempertahankan keserasian, keselarasan, keadilan sosial yang sudah selaras dan serasi.

Bagi orang Jawa keadaan aman, tentram, damai, dan harmonis adalah keadaan yang normal yang

telah ada sebelumnya. Prinsip rukun tercermin dalam suatu bentuk kesenian Jawa khususnya seni

musik yang disebut gamelan. Apabila semua musik gamelan dibunyikan bersama menurut

fungsi-fungsinya masing-masing maka akan terdengar suaru lagu yang satu padu selaras dan

harmoni. Keanekaragaman teknik pukulan dan garap tiap-tiap alat gamelan menunjukkan sifat

dan makna kerukunan hidup orang Jawa. Bentuk perilaku yang lain adalah gorong royong.

Gotong royong meliputi membantu dalam kasus kematian proyek kampung dan sumbangan

38

Suwaji Batomi. Seni dan Budaya Jawa, 1. 39

Tauchid Moch. Karya Ki Hajar Dewantara Bagian II Kebudayaan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1967), 70-71.

Page 22: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

31

kepada orang yang mempunyai hajatan.40

Prinsip hormat berdasarkan pada cita-cita agar

masyarakat Jawa selalu dalam kondisi bersatu yang selaras. Pemakaiaan bahasa Jawa Krama,

disamping menghindari konflik juga menjadi sarana untuk menghormati orang lain. Sikap

hormat kepada orang lain berarti menghargai orang lain dan mengangkat orang lain menjadi

tinggi. Sikap seperti itu mempunyai nilai balik terhadap diri sendiri, artinya apabila seseorang

mau menghormat dan menghargai orang lain, maka ia sendiri akan mendapat penghormatan dan

penghargaan dari orang lain.41

Filsafat hidup Jawa terbuka karena perkembangan kebudayaan Jawa akibat pengaruh

Filsafat Hindu dan filsafat Islam. Orang Hindu datang ke Jawa menyebarkan agama Hindu

membawa serta filsafat Hindu. Pada saat kedatanagan orang Gujarat ke Jawa, tidak hanya

menyebarkan ajaran Islam tetapi mereka mengembangkan keseluruhan alam pikir Islam. Tradisi

Jawa, kepercayaan Hindu, mistiskisme Islam dan agama Islam melebuh menjadi suatu alam pikir

Jawa atau filsafat Jawa. Pandangan hidup orang Jawa atau Filsafat Jawa terbentuk oleh episode

perjalanan sejarah berupa rangkuman dari alam pikir Jawa tradisional, kepercayaan Hindu dan

ajaran mistikisme Islam. Pandangan hidup tersebut telah dituangkan ke dalam karya sastra

Pujangga baru pada zaman Surakarta, baik dalam bentuk prosa maupun puisi. Pengaruh

kepercayaan Hindu dan filsafat India terdapat pada kitab Paramayoga karya Ranggawarsita.42

Dalam tradisi atau tindakan orang Jawa selalu berpegang pada dua hal: Pertama, kepada

pandangan hidupnya yang religious dan mistis. Kedua sikap hidupnya yang etis dan menjunjung

tinggi moral atau derajat hidupnya. Pandangan hidupnya selalu menghubungkan segala sesuatu

dengan Tuhan yang serba rohaniah atau mistis dan magis, dengan menghormati arwah nenek

40

Suwaji Batomi. Seni dan Budaya Jawa, 39-42. 41

Suwaji Bastomi, Seni dan Budaya Jawa, 46. 42

Budiono herusatoto, simbolisme budaya Jawa,111-115.

Page 23: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

32

moyang serta kekuatan-kekuatan yang tidak terlihat oleh indra manusia, dipakai simbol-simbol

kesatuan, kekuatan dan keluhuran, seperti:

Simbol yang berhubungan dengan kesatuan roh leluhur seperti sesaji, menyediakan

bunga, selamatan dan ziarah; simbol yang berhubungan dengan kekuatan: memakai keris,

tombak; simbol yang berhubungan dengan keluhuran seperti pedoman-pedoman laku

utama dalam Hasta-Sila.43

Pada waktu mengucapkan bahasa Jawa, seseorang harus memperhatikan dan

membedakan keadaan orang yang diajak berbicara atau yang sedang bicara berdaasrkan usia

maupun status sosial. Demikian pada prinsipnya ada dua macam bahasa Jawa ditinjau dari

kriteria tingkatan, yaitu bahasa Jawa Ngoko dan Krama. Bahasa Jawa Ngoko dipakai untuk orang

yang sudah dikenal akrab dan terhadap orang yang lebih tua usianya serta lebih rendah derajat

atau status sosial. Bahasa Jawa Krama dipergunakan untuk bicara dengan yang belum dikenal

akrab tetapi yang sebaya alam umur maupun derajat dan juga terhadap orang yang lebih tinggi

umur serta status sosialnya. Dari kedua macam bahasa ini kemudian ada variasi berbagai dan

kombinasi antara kata-kata dari bahasa Ngoko dan Krama dan yang pemakaiannya disesuaikan

dengan keadaan perbedaan usia, derajat sosial dan sebagainya.44

Sistem kekerabatan orang Jawa

berdasarkan prinsip keturunan bilateral, sedangkan sistem istilah kekerabatan menunjukan sistem

klasifikasi menurut angkatan-angkatan. Semua kakak laki-laki serta kakak perempuan ayah dan

ibu, beserta isteri maupun suami masing-masing di klasifikasikan ke dalam dua golongan yang

dibedakan menurut jenis kelamin menjadi paman bagi para adik laki-laki dan bibi bagi para

wanita. 45

43

Budiono Herusatoto, 139 44

Koentjaranigrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, ( Yogyakarta: Djambatan, 1971), 322-323. 45

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, 330.

Page 24: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

33

Dalam kenyataan hidup masyarakat Jawa, orang masih membeda-bedakan antara priyayi

yang terdiri dari pegawai negeri dan kaum terpelajar dengan kebanyakan orang yang disebut

wong cilik seperti petani-petani, tukang-tukang dan pekerja kasar lainnya. Dalam kerangka

susunan masyarakat, kaum priyayi dan bendara merupakan lapisan atas sedangkan wong cilik

menjadi lapisan masyarakat bawah. Kemudian menurut kriteria pemeluk agama, orang Jawa

biasanya membedakan orang santri dengan orang agama Kejawen. Golongan kedua ini adalah

orang-orang yang percaya pada ajaran agama Islam, akan tetapi mereka tidak secara patuh

menjalankan rukun dari agama Islam tersebut, misalnya: tidak salah, tidak puasa, tidak naik haji,

dan sebagainya.46

Orang Jawa sebagai salah satu golongan etnis di Indonesia mempunyai sikap hidup yang

berbeda dengan golongan etnis lainnya. Asal-usul orang Jawa, tradisi orang Jawa merupakan

salah satu landasan sikap hidup orang Jawa. Pada zaman purba orang Jawa hidup mengembara.

Mereka memungut buah-buahan dan umbi-umbian yang ada di hutan dan makan apa yang

mereka temukan. Pada waktu orang Jawa belum berpikir untuk masa depan, hidup mereka belum

mapan. Manusia, dari asalnya telah memiliki akal budi. Karena akal budi manusia mempunyai

kebutuhan yang meliputi kebutuhan jasmani dan rohani. Pemenuhan kebutuhan itu merupakan

bagian dari proses menjadi manusia sempurna, yaitu manusia yang bukan sekadar hidup untuk

makan, tetapi manusia yang berbudaya dan berbudi luhur. Mereka mulai menggunakan akalnya

ketika berburu binatang, menghindari musuh, menyelamatkan diri dari bahasa alam yang

mengancam.47

46 Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indnesia, 337. 47

Suwaji Bastomi,Seni dan Budaya Jawa, 35.

Page 25: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

34

Pengalaman yang diperoleh dari perjalanan hidupnya semakin meningkatkan kemampuan

berpikir manusia. Dengan kecerdasan yang tinggi, tuntutan manusia menjadi tinggi dan

kebutuhannya menjadi kompleks, yang berai adanya peningkatan kualitas dalam hal tertentu.

Rasa lapar menjadi makin terasa karena mereka dapat membayangkan bagaiamana rasanya lapar.

Rasa takut pada binatang dialihkan pada pemikiran tentang cara-cara untuk mepertahakan hidup.

Rasa takut pada malam hari semakin besar karena mereka dapat membayangkan hal-hal yang

membahayakan menimpa dirinya. Maka manusia mengusahakan agar suasana malam hari yang

gelap menjadi terang dengan jalan memancarkan lampu. Manusia mempunyai kebutuhan lebih

banyak dari pada makhluk hidup lainnya. Manusia tidak tertekan ketika sedang bernyanyi, sebab

menyanyi bukan beban pekerjaan melainkan kesenangan. Rasa senang akan menghilangkan rasa

takut, sebab orang yang sedang merasa senang akan melupakan rasa yang tidak senang dan

hal-hal lain yang menyebabkan rasa takut. Pada permulaanya kesempatan yang paling

dimanfaatkan adalah mengembara. Pikiran mereka dicurahkan untuk membela dirinya dari

bahaya yang mengancam. Pikiran manusia manusia dicurahkan kepada usaha mempertahankan

hidup dengan jalan mengumpulkan buah-buah dan berburu serangan binatang buas. Manusia

mampu memperhitungkan hal-hal yang akan terjadi, manusia mampu merancang tentang apa

yang mereka perbuah dan dapat memperkirakan hasil yang akan dicapai. Hal itu menunjukan

bahwa sebelum berbuat manusia sanggup menentukan tujuannya.48

Jawa adalah salah satu pulau yang merupakan sebagian kecil dari kepulauan Nusantara

atau negara Indonesia yang begitu luas. Walau kecil, namun pulau ini memiliki peran dan andil

yang penting dalam perjalanan sejarah negara dan bangsa Indonesia sampai mencapai sosoknya

seperti ini, yang meliputi perkembangan berbagai aspek kehidupan masyarakat atau bangsanya,

48 Suwaji Bastomi, Seni dan Budaya Jawa, 36.

Page 26: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

35

baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan juga budaya. Jawa pernah dan hampir tidak

pernah lowong sebagai salah satu pusat kehidupan dan perkembangan peradaban, ekonomi,

kebudayaan maupun pemerintahan. Dampak atau pengaruhnya sempat menyebar ke luar Jawa.

Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat dengan rajanya Purnawarman pada abad 4 adalah salah

satu dari kedua kerajaan tertua di Indonesia selain kerajaan Kutai dengan rajanya Mulawarman

di Kalimantan Timur. Pada masa-masa berikut, di Jawa muncul kerajaan-kerajaan baru yang

kemudia secara berurutan, beberapa diantaranya sempat mampu menjadi pusat pemerintahan dan

sekaligus menjadi pusat kebudayaan Nusantara. Kesenian gamelan atau karawitan terutama

sekarang ini masih hidup dan berkembang di Jawa Tengah, Bali bahkan sampai di Flores.49

Marco Polo sampai menyebut pulau Jawa sebagai Java Mayor atau Jawa besar karena

pengaruh dan perannya yang jauh besar melampui pulau-pulau sekitar yang ukuran lebih besar.

Kekaguaman Marco Polo diikuti oleh musafir yang lain sehingga pada waktu itu Jawa disebut

sebagai pulau yang ‘terbesar’ dan paling berpengaruh di dunia. Semua memberi tempat utama

dalam kisah dan kajian. Daerah Jawa dinamika peradaban, sistem kepercayaan maupun

kebudayaan berjalan demikian pesat dan intens, mulai dari pra-Hindu, Hindu, Islam sampai

modern, bahkan era global sekarang ini. Jawa pada abad 16 pernah menjadi Carrefour

(persimpangan, pertemuan atau persilangan) lintas budaya dunia. Perubahan yang dinamika pada

umumnya diterima dengan sikap terbuka serta toleransi yang besar dari masyarakat Jawa

sehingga dinamika berjalan dengan relatif baik dan tidak menimbulkan konflik fisik yang berarti.

Sekarang ini Jawa masih menjadi lokus yang memiliki kedudukan dan peran yang cukup

signifikan dalam perkembangan peradaban kebudayaan di Indoensia. Istilah ‘Jawaniasi’ menjadi

konotasi negatif dalam berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, politik juga kesenian dan

49

Rahayu Supanggah, Bothekan Karawitan I, ( Surakarta: PascaSarjana ISI Surakarta, 2002) 1-2.

Page 27: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

36

kebudayaan menjadi wacana yang kurang untuk didengar terutama bagi telinga dan perasaan

orang Jawa. Berbagai jenis kesenian Jawa akhirnya secara tidak langsung dan tidak sengaja

dengan atau tanpa disadari oleh pelakunya sendiri, semua dan pekerja seni terkena semuanya.50

Kesenian Jawa terutama wayang kulit purwa beberapa waktu yang lalu dianggap

sebagai simbol Jawa yang disebarkan dan digunakan peemerintah sebagai acuan maupun alat

propaganda atau digunakan sebagai sara penyampaian berbagai ‘doktrin’ politik dan paham

lainnya. Salah satu contoh karya seni yang dianggap paling tua dan masih ada sampai saat ini

adalah wayang kulit purwa. Wayang ini diduga sudah ada sejak zaman pra hindu atau zaman

animisme/dinamisme berupa pertunjukan bayang-bayang yang dilakukan oleh para syaman atau

dukun sebagai bagian dari kegiatan atau upacara ritual. Arwah nenek moyang yang diwujudkan

dalam bentuk bayang-bayang boneka dari dedaunan, rerumputan, tetumbuhan atau bahan lain

yang terdapat di sekitar mereka. Peristiwa inilah yang kemudian dianggap atau dipercayai cikal

bakal pertunjukan wayang kulit purwa Jawa yang masih ada, berubah dan berkembang seperti

yang beberapa bentuknya dapat dilihat sampai sekarang. Dari waktu ke waktu, sosok syaman

kemudian berubah atau berkembang menjadi dhalang, boneka berkembang menjadi wayang dan

mantram berkembang menjadi suluk (nyanyian dhalang) dan musik (karawitan).51

Dalam daerah Jawa, salah satu jenis seni bebunyian yang dianggap tua dan masih

bertahan sampai saat ini adalah karawitan atau musik gamelan. Istilah karawitan sering juga

digunakan untuk menyebut berbagai jenis musik lainnya yang memiliki sifat, karakter, konsep,

50

Rahayu Supanggah, Bothekan Karawitan I, 2-3. 51 Rahayu Supanggah, Bothekan Karawitan I, 2-4.

Page 28: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

37

cara kerja, dan atau aturan yang mirip dengan musik karawitan Jawa. Banyak orang memaknai

karawitan berangkat dari dasar kata yang digunakan yaitu rawit yang berarti kecil, halus, rumit.

Dalam lingkungan Keraton Surakarta, istilah karawitan pernah juga diguanakan sebagai payung

dari beberapa cabang kesenian seperti ukir, pedhalangan, tari dan sudah musik tradisi Jawa. Pada

tahun 50, ketika pemerintahan RI membuka untuk pertama kalinya sebuah sekolah formal

kesenial setingkat SLTA di Surakarta, dengan nama Konservatori Karawitan Indonesia

(KOKAR) dalam program pembelajaran pada waktu itu telah memasukkan seni pedhalangan dan

seni tari. Pada waktu itu, seni tari dan pedhlangan telah menjadi bagian dari karawitan. Setelah

sekolah ini didirikan, munculah di beberapa kota sekolah mirip seperti di Surakarta, diantaranya

Padang, Denpasar, Bandung, Surabaya, Banyumas dan Gowa (Makassar).52

Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrument sebagai pernyataan musikal yang

sering disebut dengan karawitan. Karawitan memiliki berbagai arti dan pengertian, penggunaan

istilah sangat luas dan umum. Pada dasanya, karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang

berarti rumit, berbeli-belit. Rawit juga berarti halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata

karawitan yang dimaksud adalah musik gamelan, musik Indonesia yang bersisitem nada

non-diantonik yang menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi, pathet dan

aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah untuk

didengar.53

Seni gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan filosofis bagi banga Indonesia.

Gamelan Jawa merupakan salah satu seni budaya yang diwariskan oleh para pendahulu dan

sampai sekarang masih banyak digemari serta ditekuni. Secara hipotetis, sarjana J.L.A Brandes

52

Rahayu Supanggah Bothekan Karawitan I, 5-6. 53

Purwadi dan Afendy Widayat, Seni Karawitan Jawa Ungkapan keindahan dalam Musik Gamelan, ( Yogyakarta: Hanan Pustaka, 2006), hal 1.

Page 29: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

38

mengemukakan bahwa masyarakat Jawa sebelum adanya pengaruh Hindu telah mengenal

sepuluh keahlian diantaranya wayang dan gamelan. Menurut sejarah, gamelan Jawa mempunyai

sejarah yang panjang. Sama halnya kesenian atau kebudayaan yang lain, gamelan Jawa dalam

perkembangan mengalami perubahan-perubahan. Perubahan yang terjadi pada cara pembuatan,

sedangkan perkembangan menyangkut kualitas. Dahulu kepemilikan gamelan ageng Jawa hanya

terbatas dikalangan istana. Kini siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan

gamelan-gamelan Jawa yang temasuk dalam kategori pustaka. Secara filosofis gamelan Jawa

merupakan satu bagian yang tak tepisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikian

disebabkan filsafat hidup masyarakat Jawa berkaitan dengan seni budaya yang berupa gamelan

Jawa serta berhubungan erat dengan perkembangan religi yang dianut. Istilah gamelan telah lama

di kenal di Indonesia. Musik-musik etnis di Indonesia 90 persen jenis musik perkusif, artinya

untuk memainkannya dipergunakan alat pukul. Gamelan-gamelan kuno yang masih ada

jumlahnya sedikit. Manusia memang selalu tidak puas terhadap yang sudah ada, artinya manusia

selalu ingin mengembangkan apa yang sudah ada. Alat musik etnis menjadi alat musik religi,

kemudian menjadi sarana dakwah, pendidikan, media penerangan. Pada jaman gamelan sebagai

sarana ini jumlahnya selalu mengalami penambahan, antara lain ditambah kendang, petik, alat

musik gesek bahkan tambur, bedug dan lain-lain. ‘Pradangga Adi Guna Sarana Bina Bangsa’.

Arti kata moto tersebut, Pradangga sama dengan gamelan (prada+angga) artinya ‘yang punya

badan mengkilat’; Adi artinya baik; Guna artinya kepandaian, ilmu pengetahuan/ manfaat;

Sarana artinya alat; Bina artinya membangun, membimbing/mendidik; Bangsa adalah

orang-orang yang bertempat tinggal disuatu tempat yang mempunyai kedaulatan sendiri dan

berpemerintahan. Jadi secara keseluruhan adalah ‘apabila gamelan digunakan sebaik-baiknya

bisa sebagai alat untuk mendidik bangsa.’54

54

Purwadi dan Afendy, Seni Karawitan Jawa Ungkapan keindahan dalam Musik Gamelan, 2-4.

Page 30: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

39

Bagi masyarakat Jawa, gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan

nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Dunia mengakui bahwa gamelan adalah alat musik

tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Gamelan adalah

alat kesenian yang serba luwes. Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan

seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa setia kawan tumbuh

tegur sapa halus, tingkah laku sopan. Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus

gendhing-gendhing. Gamelan tidak bisa dipisahkan dengan tari-tarian. Gamelan memang alat

untuk mengiringi semua macam tari-tarian.55

Benda-benda seni memang diciptakan atau dibuat

oleh seniman-seniman atau budayawan-budayawan, namun orang yang memeliharaya dan

menjaga kelestariannya disebut budayawan.56

Adapun tugas dari masing-masing instrument

gamelan sebagai berikut:

-Kendang (pemurba irama): Menentukan bentuk gending, mengatur irama dan jalannya laya,

Mengatur mandeg dan menyusukkan gending, Buka untuk gending-gending kendang.

-Kethuk (pemangku Irama): Menguatkan kendang dalam menentukan bentuk gending,

menunjukan bermacam irama.

-Kenong (pemangku irama): Menentukan batas-batas gatra berdasarkan bentuk gendingnya.

-Kempul

-Gong (pemangku irama): menguatkan kendangan dalam menentukan bentuk gending, sebagai

pada dan final.

55

Purwadi dan Afendy, Seni Karawitan Jawa Ungkapan keindahan dalam Musik Gamelan, 2-4. 56

Purwadi dan Afendy, Seni Karawitan Jawa Ungkapan keindahan dalam Musik Gamelan, 8.

Page 31: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

40

Sedangkan tugas rincikan pada bagian lagu sebagai berikut:

-Rebab (pemurba irama): Menentukan lagu, buka untuk gending-gending rebab).

-Gender gede (pemangku lagu): memperindah lagu dengan cengkok, buka untuk gending-

gending gender, buka untuk gending-gending disamping bonang barung.

-Bonang gede (pemangku lagu): memperindah lagu dengan cengkok, buka untuk

gending-gending bonang, buka untuk gending lancaran.

-Gambang (pemangku lagu): memperindah lagu dan cengkok, buka untuk gending-gending

gambang.

-Clempung, gender penerus, bonang penerus ( pemangku lagu) tugasnya mengiasi lagu.

-Slenthem, emung, saron barung (pemangku lagu) tugas sebagai pola dari lagu atau istilahnya

balungan.

-Saron penerus (pemanngku lagu): mempunyai gaya yang dapat digunakan sebagai petunjuk

bermacam irama.57

Kehadiran karawitan dalam upacara tradisi Keraton merupakan salah satu aktivitas

karawitan Keraton. Aktivitas lain adalah aktivitas mandiri yang tidak terkait dengan upacara

tradisi Keraton serta aktivias karawitan yang terkait dengan bentuk kesenian lain seperti wayang

maupun tari. Rahayu Supanggah membagi fungsi karawitan menjadi dua yaitu fungsi musikal

dan sosial. Fungsi musikal adalah fungsi karawian yang berhubungan dengan kesenian lain

seperti tari, dalang atau bentuk seni lain, sedangakan fungsi sosial adalah yang berkaitan dengan

upcara-upacara tertentu. Kehadiran karawitan dalam upacara tradisi Keraton sangat berkaitan

57

Purwadi dan Afendy, Seni Karawitan Jawa Ungkapan keindahan dalam Musik Gamelan, 16-17

Page 32: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

41

dengan upaya legitimasi kekuasan untuk memperkuat kedudukan dan kewibaan raja. Dapat

dikatakan antara upacara tradisi Keraton dengan karawitan merupakan satu kesatuan dengan kata

lain tidak bisa dipisahkan antra keduanya. Dalam sebuah upacara tradisi Keraton, hampir setiap

tahanan Keraton akan terdengar alunan gamelan. Hal inilah yang menyebabkan karawitan

menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari upacara tradisi Keraton. Karawitan memiliki

peran sentral dalam kehidupan tradisi Keraton. Hampir semua upacara tradisi Keraton

menggunakan karawitan sebagai salah satu perangkat atau kelengkapan upacara, dengan

hadirnya karawitan dalam sebuah upacara dapat dibayangkan kemegahan dan kemeriahan sebuah

upacara yang diselenggarakan oleh Keraton. Hal ini dikarenakan dalam sebuah upacara gamelan

yang dilibatkan untuk mendukung upacara, tidak hanya satu perangkat gamelan melainkan 3

perangkat gamelan baik gamelan pakurmatan maupun gamelan ageng.58

Fungsi sosial karawitan di Keraton menjadikan karawitan tidak sebatas alat legitimasi raja

melainkan menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah upacara tradisi Keraton. Dalam sebuah

upacara tradisi Keraton gamelan ditempatkan ditempat-tempat penting, baik keperluan proses

maupun manguyu-uyu sebelum upacar dimulai. Kehadiran karawitan tidak sekadar pengantar,

pengiring atau menyemarakan suasana, lebih dari itu karawitan melalui alunan gending yang

dibunyikan abdi dalaem niyaga, maupun perangkat gamelan yang digunakan dalam sebuah

upacara merupakan simbol-simbol yang memiliki makna tertentu. Upacara tradisi yang

diselenggarakan di Keraton mayoritas menggunakan karawitan sebagai salah satu perangkat

upacara. Kehadiran karawitan dalam sebuah upacara sangat berkaitan dengan fungsi sosial

karawitan Keraton. 59

58

Joko Daryanto, Karawitan Karaton Surakarta., 39. 59

Joko Daryanto, Karawitan Karaton Surakarta., 39.

Page 33: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

42

Sejak tahun 1743, meskipun Kartasura dapat direbut kembali oleh Paku Buwana I,

kolonialisme masih melanjutkan usahanya merongrong kewibaan raja dengan segala macam

bentun intervensi. Pada saat era intervensi tanpa etika dimulai oleh pemerintahan kolonial

Belanda. Keberhasilan Belanda membantu Paku Buwana II mengusir pemberontakan Mas

Garendi mengaharuskan Paku Buwana II memberikan konsesi kepada Belanda. Kecintaan

raja-raja Surakarta akan kedamaian menjadikan setiap raja yang berkusaa memberikan perhatian

penuh pada intensitas pertumbuhan dan perkembangan kesenian. Maka tumbuhlah beberapa

entitas budaya sebagai kenyataan who pangolahing budi dari para pujangga dan seniman Keraton

yang mendapat restu sepenuhnya dari raja. Karawitan, tari, pajeliran dan kesustaraan serta

bentuk-bentuk ungkapan seni lainnya dihidupkan, tidak salah jika Keraton dianggap sebagai

sumber kebudayaan karena tidak sedikit elemen kebudayaan yang diproduksi oleh Keraton

Surakarta. Dari sekian elemen kebudayaan yang berperan, karawitan merupakan salah satu

entitas yang relatif dominan. Karawitan merupakan unsur bagi Keraton Surakarta dalam

pembentukan wujud kebudayaan Jawa, disamping karawitan yang hidup dan berkembang di

Keraton banyak mewarnai kekhasan tata nilai aura budaya Jawa. Bunyi-bunyi yang dihasilkan

dari instrument gamelan berperan besar dalam pembentukan kekhasan atmosir budaya. Melalui

berbagai jenis perangkat gamelan serta komposisi musiknya karawitan mampu mewakili

kewibaan dan cita rasa Jawa. Masyarakat Jawa pada umumnya mengidolakan budaya alus seperti

yang diperlihatkan dalam kehidupan priyayi60

. Kehidupan priyayi selalu dikaitkan dengan para

bangsawan dan abdi dalem dikalangan Keraton Surakarta. Dalam kehidupan masyarakat priyayi

terdapat sejumlah aturan yang rumit dan kompleks hingga pada saat itu status sebagai priyayi

sangat dihormati. Karawitan klasik yang merupakan salah satu produk budaya Jawa memiliki

sistem dan kaidah yang dipahami oleh masayarakat karawitan sebagai hukum-hukum karawitan.

60

Joko Daryanto, Karawitan Karaton Surakarta., 40.

Page 34: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

43

Selain karawitan Jawa juga memiliki ciri alus, dapat dikatakan bahwa karawitan merupakan

refleksi kebudyaan Jawa yang mengidolakan budaya alus. Karawitan sebagai manifestasi budaya

alus hidup subur dan berkembang di lingkungan Keraton yang dianggap sebagai sumber budaya

alus.61

Kebudayaan Keraton yang digolongkan dalam budaya alus penuh dengan smbol-simbol

yang kompleks dan rumit, hal inilah yang diwariskan oeh para bangsawan dan masyarakat

Keraton. Dapat dikatakan bahwa budaya alus merupakan representasi alam pikrian raja yang

menghasilkan budaya alus, maka karawitan Keraton sebagai mainstream dari kebudayaan

Keraton menjadi sumber acuan garap karawitan yang rumit dan halus. Hal ini dikarenakan

pelaksanaan garap karawitan Keraton didasarkan konsep etika dan estetika Keraton yang berlaku

sejak ratusan tahun silam. Garap karawitan yang rumit selanjutanya dipelihara, dilaksanakan dan

dikembangakan tidak hanya lingkungan istana melainkan kalangan rakyat. Masyarakat pada

umumnya beranggapan bahwa kebudayaan Keraton dipahami memiliki nilai dan makna yang

tinggi sehingga layak untuk dijadikan acuan. Hukum-hukum karawitan yang berupa struktur dan

bentuk, laras, pathet, pola tabuhan yang berkembang di Keraton sampai saat tetap menjadi acuan

bagi masyarakat karawitan pada umunya.62

Karawitan digunakan sebagai salah satu alat legitimasi raja Keraton Surakarta, telah

berlangsung sejak pemerintahan Paku Buwana II. Sejak saat itu penciptaan gending sering

dikaitkan dengan legitimasi kekuasaan raja. Hal ini dilihat pada karya karawitan selalu disebut

iyasan Dalaem artinya buatan raja. Sebutan tersebut menunjukan bahwa kekuasan seorang raja

tidak sekadar berkuasa secara politik, tetapi di bidang kesenian raja juga memiliki kekuasan.

61

Joko Daryanto, Karawitan Karaton Surakarta., 40. 62

Joko Daryanto, Karawitan Karaton Surakarta., 39-41

Page 35: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

44

Besarnya kekuasan raja dibidang karawitan semakin diperkuat dengan adanya kepercayaan

bahwa beberapa karya karawitan merupakan ciptaan makhluk halus. Hal ini dikaitkan dengan

kemampuan raja yang dapat berhubungan dengan makhluk halus. Banyak gending dipercaya

sebagai ciptaan makhluk halus yg dihadiahkan kepada raja. Jika makhluk halus memberi hadiah

kepada manusia maka dapat diduga ada hubungan baik antara manusia dengan makhluk halus. 63

Jalinan antara raja, karawitan dan upacara tradisi Keraton dapat disebut dengan sistem.

Hal ini dikarenakan antara ketigannya terdapat hubungan timbal balik yang erat serta kehilangan

salah satu dari ketiga unsur tersebut menggangu kelangsungan kehidupan tradisi Keraton. Selain

itu ketiga unsur memiliki bagian-bagian yang lebih kecil sebagai pendukung ketiga unsur. Peran

pendukung sangat menentukan kelangsungan raja, karawitan dan upacara tardisi kraton.

Kehilangan atau tidak berfungsinya salah satu bagian akan menggangu stabilitas system (Terlihat

dalam tabel sebagai berikut).

63

Joko Daryanto, Karawitan Karaton Surakarta., 43-44

Page 36: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

45

RAJA

Sasana Wilopo Paran Karsa Nata Paran Kapujanggan Nata Paranpara Nata

KARAWITAN

Anggong Pesindhen Pengrawit Gamelan

UPACARA

Juru Suranta Kebondarat Prajurit Pawon Sajen Reksawanita Budaya

Page 37: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

46

Berdasarkan bagian diatas telihat bahwa raja, karawitan dan upacara memilik kompenen

pendukung. Namun demikian komponen pada akhirnya menjadi satu kestauan dan membentuk

sistem. Dengan demikian antaara raja, karawitan dan upacara merupakan satu sistem. Aktivitas

sistem ini melibatkan suatu proses yang dikenal dengan transaksi interaksi dan saling

ketergantungan satu dengan yang lain.64

Seiring dengan perkembangan karawitan yang begitu cepat, meluas beragama dan

mendunia, terutama perkembangan fungsional karawitan atau gamelan sebagai salah satu

alternatif bentuk ekspresi estetik musikal baru atau modern, maka tanpa disadari karawitan telah

memperkaya diri dengan identitas dan citra batu yang multi dimensi. Beberapa citra yaitu:

1. Karawitan dianggap menejadi salah satu alternatif bentuk ekspresi estetik musikal yang

meyiratkan jiwa atau mewakili dunia Timur, bersama sama dengan musik Korea,

Thailand dan korea dan Cina. Walaupun sekarang seniman modern tidak

mempermasalahkan Timur Barat, Utara-Selatan, tradisi modern dan sebagainya, namun

dalam kenyataan masih terdapat banyak seniman bahkan negara-negara yang

beranggapan bahwa pengaruh budaya Barat telah dan masih mendominasi sehingga

muncul gerakan gerakan atau kegiatan yang mencerminkan adanya keinginan untuk

‘melepaskan diri tanpa merujuk ke Barat.’ Semangat tersebut timbul pada negara-negara

maju yang ingin membentuk identiatsnya yang pernah hilang karena pernah terjajah atau

pengaruh asing yang begitu dominan melalui kolonialisme, pendidikan maupun ekonmi

atau karena kegandrungan, kesilauan terhadap modernisme atau modernisasi Barat.

64

Joko Daryanto, Karawitan Karaton Surakarta., 45-46.

Page 38: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

47

2. Karawitan dimiliki oleh seni tradisi pada umumnya di wilayah Timur adalah sifat, cara

atau proses bekerja dalam bermusik dan membuat musik. Cara ini antara lain

menekankan pada cara dan tata kerja yang mengutamakan kebersamaan, spontanitas

(mungkin dianggap bentuk siratan sifat keplosan, sederhana, kejujuran) dan keterbukaan

dari seniman yang terlibat dalam proses penciptaan maupun penyajian suatu karya musik

baru. Kesetiaan terhadap penggunaan tradisi lisan dan cara kerja bersama dalam proses

penciptaan maupun penyajian memungkikan hal tersebut dapat terwujud. Sifat ini

dianggap sebagai sesuatu yang sangat berbeda dengan yang terjadi pada tradisi

penciptaan dan penyajian musik di Barat yang pada dasarnya mengikuti tradisi tulis

dengan karakter yang individual. Kebiasaan-kebiasaan didunia karawitan yang saat ini

memberi citra karawitan yang dianggap sebagai dunia musik yang bekerja dengan

menggunakan ‘rasa’ yang biasanya menggunakan nalar atau pikir.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirangkum bahwa pencitraan dan pemakanaan baru terhadap

karawitan telah berkembang dan diperluas melingkupi suatu genre musik baru, tradisi dan atau

modern yang merujuk pada karakteristik atau nilai ‘budaya’; Timur menggunakan kebiasaan

kerja secara oral atau lisan dengan dilandasi oleh semangat kebersamaan atau kekeluargaan serta

mengutamakan pendekatan dan ungkapan rasa lebih dibandingkan nalar atau pikir. Dalam

pengertian karawitan yang sempit, khusus dan konvensional serta tersebar luas menyebut suatu

jenis seni suara atau musik yang mengandung salah satu atau kedua unsur sebagai berikut:

Menggunakan alat musik gamelan sebagaian atau seluruhnya, baik berlaras slendro maupun

pelog, menggunakan laras slendro atau pelog, baik instrumental gamelan atau non gamelan

maupun vokal atau campuran dari keduanya.65

65

Rahayu Supanggah, Blotekan Karawitan I, 8-12

Page 39: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

48

Dalam kalangan masyarakat karawitan di Indonesia, terutama lingkungan praktisi, istilah

gamelan biasa digunakan untuk menyebut sejumlah atau perangkat ricikan atau alat musik

instrument, dengan jenis dan jumlah tertentu yang sudah memenuhi syarat untuk memenuhi

kebutuhan. Kebutuhan dapat berupa kebutuhan dari seorang atau sekelompok, dalam konteks

religi-sosial-budaya atau dalam konteks penyajian seni maupun konteks ekonomi dan politik.

Gamelan merupakan seperangkat ricikan yang sebagian besar terdiri dari alat musik pukul atau

perkusi yang dibuat dari bahan logam, dilengkapi dengan ricikan bahan kayu atau kulit maupun

campuran dari dua atau tiga bahan. Kata nggamel berartu memukul. Itulah kemungkinan

mengapa gamelan dianggap sebagai satu perangkat musik pukul atau perkusi, walau pada

kenyataannya gamelan juga melibatkan alat-alat musik non-perkusif seperti alat gesek, tiup,

petik, selaput kulit atau membran, dan sebagainya.66

Berbicara mengenai gaya karawitan sejak lama dan masih berlaku sampai sekarang

dengan sebutan adanya dua gaya karawitan utama yaitu Surakarta dan Yogyakarta. Dengan

kewibaan dan kekuasaan dan fasilitas yang memadai, kehidupan seni budaya berkembang

dengan pesat. Dalam Keraton tempat berkumpulnya seniman unggulan dari berbagai cabang seni

dan tersimpan berbagai benda seni yang tak ternilai harganya. Seniman diluar Keraton direkrut

ke Keraton. Demikian juga benda hebat diluar Keraton dipersembahkan atau dibeli oleh Keraton

sehingga wajar tempat tersbeut menjadi pusat dan kiblat kesenian, termasuk dalam bidang

karawitan. Kesenian Keraton kemudian dianggap dan diangkat sebagai gaya kesenian Jawa baku

yang sampai saat ini digunakan sebagai rujukan masyarakt seni dan juga sebagai materi ajar yang

utama di lembaga-lembaga atau perkumpulan karawitan pelosok dunia. Diluar Keraton terdapat

gaya kesenian yang hebat selain Keraton, baik secara kualitas maupun kuantitas. Semasa Keraton

masih memiliki kekuatan politik maupun kultural, gaya diluar Keraton belum terlihat dan

66

Rahayu Supanggah, Blotekan Karawitan I, 13..

Page 40: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

49

menempatkan tempat yang wajar. Kalangan pro Keraton menyebutnya dengan menggubahkan

istilah yang bernotasi rendah seperti gaya deso, gaya kuno, lama, pantai dan sebagainya.

Kesenian diluar Keraton dianggap kesenian yang kasar, ngawur, sederhana, ramai dan

sebagainya. Keduanya memilki warna, kekurangan dan karakter yang berbeda dan mereka saling

melengkapi. Kenyataan menunjukan bahwa banyak seniman Keraton yang direkrut dari desa

seperti dhalang, pengrawit, penari, dan yang lain. Dari segi kreativitas, para seniman desa sering

mendahului seniman yang berada di Keraton.67

Gaya Surakarta atau gaya solo yang bersumber pada gaya karawitan Keraton Surakarta.

Surakarta mempunyai 2 istana yaitu Kasunanan (selatan) dan Mangkunegaraan (utara), yang

masing-masing mengembangkan gaya dan menjadi pusat kegiatan budaya. Kedua Keraton

mengembangkan gaya keseniaan yang berbeda. Mereka berusaha tampil beda sehingga keduanya

memiliki ciri yang berbeda. Dalam karawitan, kedua Keraton tidak menampakkan perbedaan

yang mendasar, kecuali terdapat beberapa jenis gendhing yang lebih berkembang

dimasing-masing istana.68

Gaya Jogyakarta muncul pada saat dilakukannya perjanjian Giyanti (1755) dimana ada

kesepakatan dibaginya kerajaan Mataram menjadi dua bagian yaitu Surakarta dan Yogyakarta.

Perbedaan kedua Keraton ini terlihat disemua cabang kesenian terutama pada cabang seni

pertunjukan: tari, karawitan dan pedhlangan. Keraton Yogyakarta sampai saat ini masih memiliki

peran lebih besar dari Surakarta, namun dalam bidang kesenian justru gaya Yogyakarta kurang

berkibar dibandingkan gaya Surakarta. Gaya Yogyakarta relatif berkembang disekitar wilayah

Yogyakarta terutama lingkungan Keraton Yogyakarta. Gaya Karawitan Surakarta tersebar

hampir seluruh Jawa, termasuk ke luar Jawa, Indonesia maupun luar negeri. Bahkan di wilayah

67

Rahayu Supanggah, Blotekan Karawitan I, 138 -139. 68

Rahayu Supanggah, Blotekan Karawitan I, 140.

Page 41: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

50

Yogykarta, gaya Surakarta lebih disajikan atau didengarkan diberbagai kesempatan maupun

event masyakarat umum. 69

Daerah kabupaten Blora kemudian merembet ke Timur sampai daerah Cepu dan

Bojanegara bahkan Tuban berkembang gaya karwaitan yang disebut Tayub Blora. Kehidupan

Tayub sangat popular didaerah ini, melebihi kepopuleran wayang kulit maupun kethoprak.

Penyebarannya sampai menjangkau daerah Cepu dan Bojanegara. Daerah Sragen muncul dan

hidup dan berkembang karawitan tayub dengan gaya yang berbeda dengan daerah Blora.

Karawitan ini selain biasa disebut dengan karawitan sragenan, sesuai dengan nama wilayah asal

atau berkembangnya gaya karawitan, juga dikenal sebagai karawitan badhutan. Bahdutan

berarti lawak, lucu. Letak Sragen diperbatasan antara Jawa tengah dan Jawa Timur maka

persinggungan garapan kedua gata tersebut dapat dilihat dalam karawitan tersebut.70

Menjelang tahun 80an, terdapat pergeseran yang sangat signifikan dalam kehidupan

kesenian tradisi Jawa, yaitu memudarnya kesenian termasuk karawitan dan pedhalangan.

Pergesaran ini dilatarbelakangi oleh berbagai persoalan yang sangat kompleks dan sangat

menarik untuk lebih mendalami. Beberapa indikasi menunjukan bahwa pergeseran ini sejalan

dengan pergeseran nilai dan tata kehidupan yang berkembang di masyarakat atau selera

masyarakat Jawa terhadap kesenian serta perkembangan fungsi kesenian di masyarakat luas,

masyarakat Jawa dengan berbagai sifat dan keperluan yang berkembang dan majemuk.

Kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi, sitem informasi dan komunikasi yang pesaat memiliki

andil yang besar terhadap terjadinya pergesaran ini. Fenomena yang menonjol adalah kesadaran

akan pemanfaatan ruang dan waktu yang semakin besar tersedianya tempat penyelenggara

upacara dan hajatan yang menyelenggarakan kesenian yang semakin terbatas, sedikit dan

69

Rahayu Supanggah, Blotekan Karawitan I, 140-141. 70

Rahayu Supanggah, Blotekan Karawitan I, 143.

Page 42: BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAHrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13357/2/T2_752016031_BAB II... · TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH . Liturgi dalam Ibadah

51

menciut, penggugatan pada nilai feodalistik, kebutuhan dan fungsi kesenian sebagai sarana

hiburan maupun sebagai barang komoditas, politik kebudayaan dan yang berhubungan dengan

pariwisata serta kebijakan pemerintah dalam bidang kebudayaan serta lintas budaya yang

semakin intens serta ‘keteladanan’ para pejabat pemerintah. Pada dekade terakhir bahwa

perkembangan kehidupan kesenian di sekitar Surakata sangat menyedihkan yaitu semakin

banyak penyelenggara upacara atau karawitan mengabaikan gaya karawitan baku. Dalam

lingkungan Keraton, re-generasi dalam bidang karawitan kurang berjalan dengan baik.

Dapat dikatakan bahwa tidak satu abdi dalem pengrawit dimana putra-putrinya mau

meneruskan atau mengikuti profesi ayah dan ibunya kecuali beberapa putra-putri dalam yang

masih peduli terhadap kehidupan kesenian di Keraton. Tidak ada satupun keturunan empu

karawitan atau pengrawit di Keraton yang meneruskannya, bahkan dalam menabuh gamelan.

Abdi dalem karawitan di Keraton Surakarta direkrut dari luar Keraton dan sebagian besar

berumur 40 tahun. Benteng pertahanan terakhir yang masih handal dan setia dalam

mepertahankan karawitan tradisi bukan pihak Keraton tetapi lembaga pemerintahan karena tugas

dan pekerjaan serta komitmen mengemban tugas dan memiliki visi& misi sebagai lembaga

konservasi maupun pelestari budaya. Lembaga tersebut seperti perguruan tinggi kesenian,

seniman pengrawit di RRI (Surakarta dan Yogyakarta), perorangan, pusat kajian/studi,

paguyuban-paguyuban khusus yang memiliki komitmen terhadap usaha mempertahankan,

keluarga atau lingkungan pedhalangan, lembaga-lembaga atau yayasan luar begeri dan

mahasiswa yang tersebar di seluruh dunia yang jumlah, kualitas dan prestasi kerja cukup

signifikan.71

71

Rahayu Supanggah,Blotekan Karawitan I, 144-148.