Top Banner
35 BAB II MASALAH PEKERJA ANAK DI INDIA DAN GAMBARAN UNICEF Berdasarkan latar belakang pada bab I yang menjelaskan ketertarikan penulis mengenai hambatan UNICEF terkait masalah pekerja anak di India, maka dalam bab kedua ini penulis akan menjelaskan mengenai masalah pekerja anak di India, termasuk sejarah, faktor yang menyebabkan munculnya pekerja anak, jenis pekerja anak, kemudian kebijakan pemerintah India terkait permasalahan ini. Selanjutnya, penulis juga akan menguraikan mengenai gambaran umum terkait UNICEF dan sejarah UNICEF di India. 2.1 Masalah Pekerja Anak di India International Labour Organization (ILO) menyatakan bahwa istilah pekerja anak didefinisikan sebagai pekerjaan yang menghilangkan masa kanak-kanak dan potensi, serta berbahaya bagi perkembangan fisik dan mental sedangkan pekerjaan yang tidak mempengaruhi kesehatan maupun tumbuh kembang dari seorang anak maka tidak dapat dikatakan sebagai pekerja anak. 51 Sementara itu, UNICEF mendefinisikan pekerja anak sebagai seorang anak yang terlibat dalam kegiatan bekerja dalam kisaran umur lima hingga 11 tahun, melakukan setidaknya satu jam kegiatan ekonomi atau setidaknya 28 jam pekerjaan rumah tangga dalam kurun 51 What is Child Labour (IPEC), ILO, diakses dari https://www.ilo.org/ipec/facts/lang-- en/index.htm (20 Juli 2019)
33

BAB II MASALAH PEKERJA ANAK DI INDIA DAN GAMBARAN …eprints.umm.ac.id/59047/38/BAB 2.pdf · 2020. 2. 10. · 36 waktu seminggu, kemudian melakukan setidaknya 14 jam kegiatan ekonomi

Feb 03, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 35

    BAB II

    MASALAH PEKERJA ANAK DI INDIA DAN GAMBARAN UNICEF

    Berdasarkan latar belakang pada bab I yang menjelaskan ketertarikan

    penulis mengenai hambatan UNICEF terkait masalah pekerja anak di India, maka

    dalam bab kedua ini penulis akan menjelaskan mengenai masalah pekerja anak di

    India, termasuk sejarah, faktor yang menyebabkan munculnya pekerja anak, jenis

    pekerja anak, kemudian kebijakan pemerintah India terkait permasalahan ini.

    Selanjutnya, penulis juga akan menguraikan mengenai gambaran umum terkait

    UNICEF dan sejarah UNICEF di India.

    2.1 Masalah Pekerja Anak di India

    International Labour Organization (ILO) menyatakan bahwa istilah pekerja

    anak didefinisikan sebagai pekerjaan yang menghilangkan masa kanak-kanak dan

    potensi, serta berbahaya bagi perkembangan fisik dan mental sedangkan pekerjaan

    yang tidak mempengaruhi kesehatan maupun tumbuh kembang dari seorang anak

    maka tidak dapat dikatakan sebagai pekerja anak.51 Sementara itu, UNICEF

    mendefinisikan pekerja anak sebagai seorang anak yang terlibat dalam kegiatan

    bekerja dalam kisaran umur lima hingga 11 tahun, melakukan setidaknya satu jam

    kegiatan ekonomi atau setidaknya 28 jam pekerjaan rumah tangga dalam kurun

    51 What is Child Labour (IPEC), ILO, diakses dari https://www.ilo.org/ipec/facts/lang--

    en/index.htm (20 Juli 2019)

    https://www.ilo.org/ipec/facts/lang--en/index.htmhttps://www.ilo.org/ipec/facts/lang--en/index.htm

  • 36

    waktu seminggu, kemudian melakukan setidaknya 14 jam kegiatan ekonomi atau

    setidaknya 42 jam kegiatan ekonomi dan pekerjaan rumah tangga per minggu.52

    Di India sendiri, Undang-undang Pekerja Anak 1986 (Prohibition and

    Regulation) mendefinisikan anak sebagai seseorang yang belum mencapai umur 14

    tahun. Sementara itu, Kantor Sensus India 2001 mendefinisikan pekerja anak

    sebagai partisipasi seorang anak dalam setiap kegiatan produktif secara ekonommi

    dengan atau tanpa kompensasi, upah ataupun keuntungan. Partisipasi yang

    dimaksud dapat berupa fisik atau mental dan bahkan keduanya.53

    2.1.1 Sejarah Pekerja Anak di India

    Keterlibatan pekerja anak telah ditemukan kurang lebih dalam semua

    periode waktu meskipun sifat dan dimensinya bervariasi, tergantung pada struktur

    sosial ekonomi masyarakat. Dalam sejarahnya, pekerja anak merupakan bagian dari

    sistem sosial di mana semua anggota mengumpulkan pekerja mereka untuk bekerja

    demi kelangsungan hidup. Hal ini khsususnya berlaku pada bidang pertanian di

    mana seorang anak yang bertani merupakan bagian dari tenaga kerja yang

    diperlukan untuk memproduksi dan dinilai sebagai bagian dari bersosialisasi. Orang

    tua dengan upah yang sangat rendah menciptakan kondisi bagi anak untuk bekerja

    di bidang pertanian dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan hidup atau bahkan

    seorang anak menjadi pekerja terikat bersama dengan orang tuanya untuk melunasi

    hutang.

    52 Child Labour, UNICEF, diakses dari https://www.unicef.org/protection/files/child_labour.pdf (20

    Juli 2019) 53 A Study of Child Labour in India – Magnitude and Challenges, Sudeep Limaye & Milind Pande,

    diakses dari https://www.researchgate.net/publication/261709693 (20 Juli 2019)

    https://www.unicef.org/protection/files/child_labour.pdfhttps://www.researchgate.net/publication/261709693

  • 37

    Pada masyarakat pra-kapitalis, tempat kerja anak hanya terbatas dalam

    lingkungan keluarga karena hubungan yang bersifat informal dan tidak

    berbahaya.54 Pekerjaan dianggap sebagai aspek utama dalam bersosialisasi dan

    pelatihan mereka. Namun, konsep ini mengalami perubahan dinamis dengan

    munculnya kapitalisme dalam industrialisasi di beberapa negara Eropa, terutama

    revolusi industri Inggris yang terjadi pertama kali selama abad ke 18 dan pekerja

    anak ditunjuk sebagai masalah sosial.55

    Kekhawatiran perkembangan industrialisasi ini memberikan perubahan

    baru dalam sejarah produksi dan membawa perubahan dalam semua tatanan sosial

    ekonomi. Ekonomi berbasis keluarga terus dihancurkan dan sejumlah besar orang

    hanya menjadi pekerja bayaran, sebagai akibatnya anak-anak terdesak berada

    dalam situasi di mana mereka harus mendapatkan upah untuk diri mereka sendiri

    dan untuk keluarganya. Bahkan dalam Kautilya’s Arthashastra pada abad ke tiga

    SM menggambarkan bahwa pekerja anak ada dalam bentuk perbudakan yang

    berasal dari keluarga yang tidak mampu dan bekerja untuk kaum bangsawan pada

    saat itu.56 Pekerja anak telah ada saat itu dan masalah ini telah diperburuk dalam

    beberapa tahun terakhir, karena jumlah populasi yang meningkat pesat dan keadaan

    ekonomi yang tidak baik. Populasi pekerja anak di dunia belum dihitung secara

    akurat yang dikarenakan bersifat ilegal dan tidak jujur yang menjadikan mereka

    berada di luar jangkauan statistik perburuhan konvensional.

    54 Origin of Child Labour in India Present Status and Consequences, hal 61. Diakses dari

    https://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/66187.pdf (01 juli 2019) 55 Ibid., 56 Ibid., hal 62

    https://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/66187.pdf

  • 38

    Pada zaman India kuno, mitologi, legenda maupun sastra klasik India lebih

    mengisahkan mengenai Dewa dan Raja daripada orang biasa. Dengan demikian,

    beberapa referensi khusus untuk peran pekerja anak dari strata bawah dapat mudah

    dilacak atau ditemukan. Dewa Rama yang merupakan perwujudan dari Wisnu

    Tritunggal Hindu dan saudara-saudaranya dikirim oleh ayah mereka, penguasa

    kerajaan Ayodhya, ke ashrama Vashishta, dan menerima pelajaran. Seperti yang

    lain, mereka berpartisipasi dalam tugas-tugas domestik rumah tangga Guru serta

    ashrama, selain belajar, mereka juga turut serta membantu perekonomian

    ashrama.57

    Lord Krishna yang merupakan perwujudan dari Wisnu terlahir dalam

    keluarga kerajaan, masa kecilnya dihabiskan di lingkungan di mana teman-

    temannya merupakan para gembala yang rendah hati. Terdapat deskripsi grafis

    mengenai bagaimana Krishna yang berusia enam tahun dijadikan pengembala sapi

    oleh orang tua angkatnya.58 Merujuk pada referensi yang telah dijelaskan

    sebelumnya bahwa sudah menjadi tradisi di India bahwa anak-anak sejak awal telah

    berpartisipasi dalam pekerjaan baik di dalam maupun di luar keluarga yangmana

    anak-anak terbiasa terlibat dalam pekerjaan yang berkaitan dengan pertanian dan

    penggembalaan hewan.

    57 Veula j. Rhodes, Child in India: Some Historical Aspects. Diakses dari

    https://archives.columbusstate.edu/gah/1990/101-107.pdf (01 Juli 2019) 58 Ibid.,

    https://archives.columbusstate.edu/gah/1990/101-107.pdf

  • 39

    Gambar 2.1 Ilustrasi Lord Krishna dan sapi-sapinya.59

    Pada abad pertengahan, pekerja anak terlibat secara paksa dalam banyak

    kegiatan, keluarga yang tengah berkembang menjadikan lahan pertanian sebagai

    sumber penghidupan. Di lain sisi, kelas buruh yang tak memiliki tanah ataupun

    property cenderung terikat pada tuan pemilik tanah. Buruh dalam kelas ini

    menggunakan anak-anak mereka untuk membantu dalam kegiatan ekonomi.

    Sebagian besar pekerjaan anak ditentukan oleh garis keturunan ataupun

    latarbelakang keluarganya dan seorang anak telah diperkenalkan pada hal tersebut

    pada usia mereka yang masih dini.60 Di bawah kepemimpinan Mughal, seorang

    pekerja tidak memiliki kehendak atas dirinya sendiri yangmana tak ada perbedaan

    antara dirinya dengan apa yang ia hasilkan.61

    59 Mother Cow, Yadav, diakses dari http://yadavhistory.com/mother_cow (10 Desember 2019) 60 Ibid., 61 Moosvi, Shireen. “The World of Labour in Mughal India (c.1500-1750)”. International Review

    of Social History, Vol 56, 2011. Hal. 68

    http://yadavhistory.com/mother_cow

  • 40

    Upah atas jasa seorang pekerja pada saat itu ialah berdasarkan pada apa yang

    mampu ia kerjakan dan dirasa cukup untuk bertahan hidup.62 Pasar tenaga kerja

    sendiri terdiri dari buruh dan budak. Kemudian, Akbar membebaskan para budak

    dengan tidak menyebut mereka dengan sebutan Gulams tetapi memanggil mereka

    dengan sebutan Chelas yakni panggilan seorang guru pada muridnya. Namun hal

    tersebut tidak sedikitpun berpengaruh pada tingkat kesejahteraan para buruh.

    Selama era Akbar pada tahun 1594 M, ia menyatakan bahwa :

    “A father or a mother might, if forced by hunger and extreme

    misery, sell their child, and afterwards when tehy had the

    means to pay, might buy it back again from servitude”.63

    Yang mana pernyataan tersebut berarti seorang ayah ataupun ibu dapat menjual

    anak mereka apabila dalam keadaan terpaksa dalam arti mengalami kelaparan atau

    kesengsaraan yang tak memiliki pilihan lain dapat menjual anak mereka (dalam

    bentuk perbudakan) dan ketika telah keluar dari kesengsaraan atau telah sanggup

    untuk membayar maka mereka dapat membeli anak mereka kembali dari

    perbudakan. Dari pernyataan tersebut membuat para orangtua memperdagangkan

    anak mereka sebagai budak dengan bebas.

    Di provinsi Sylhat yang merupakan tanah jajahan Bengal, memiliki tradisi

    di mana seorang anak laki-laki dikebiri atau mereka menyebutnya Kasim untuk

    diberikan kepada pemimpin sebagai pembayaran pajak. Tradisi ini secara bertahap

    telah diadopsi di provinsi-provinsi lainnya. Selanjutnya pada era Jehangir, ia

    menyatakan bahwa tradisi ini harus segera dihentikan karena dianggap sebagai

    62 Ibid., 63 Ibid.,

  • 41

    perbuatan yang keji terhadap seorang anak, dan harus sepenuhnya dihilangkan.64

    Namun, nasib pekerja anak tidak membaik sama sekali, pekerja anak justru

    mengalami peningkatan dan lebih dari permintaan pasar pada saat itu.

    Buruh dapat diambil dengan paksa dan dibayar sesuai dengan kemauan

    majikan, apabila seorang buruh keberatan dengan upah yang diberikan oleh majikan

    dan tidak ingin melakukan pekerjaannya maka sang majikan melakukan kekesaran

    berupa hukuman cambuk sehingga buruh akan terus bekerja dan menerima

    nasibnya. Dengan demikian, pekerja anak dalam periode ini masih berada dalam

    jumlah yang sangat besar dalam bentuk perbudakan dan para penguasa tidak

    memiliki keinginan untuk mencegah praktik ini dikarenakan buruh anak sangat

    mudah dieksploitasi mengingat mereka dipaksa untuk melakukan pekerjaan yang

    berat dan diberi upah yang sangat rendah sesuai dengan keinginan majikannya.

    Pada era modern, anak-anak tetap terlibat dalam kegiatan ekonomi. Dalam

    masyarakat prakapitalis termasuk India, anak-anak dipekerjakan dalam bentuk

    perserikatan dan perdagangan. Dalam masyarakat ini, tempat kerja mereka adalah

    dalam lingkungan keluarga yang sifatnya informal. Seorang anak tumbuh dan

    menemukan pekerjaan di lingkungan keluarga yang cenderung bersifat tidak

    berbahaya dan menyulitkan mereka. Pekerjaan dianggap sebagai bagian dari

    sosialisasi dan pelatihan skill mereka.65 selama pertengahan abad ke 19, produksi

    berskala besar secara mekanis muncul. Saat itu, peraturan negara masih dianggap

    64 Ibid., 65 Kothari Smithu, “There’s Blood on those Matchsticks: Child Labour in

    Sivakasi”, Economic and Political Weekly, Vol. XVIII, No.27. hal 177

  • 42

    kurang mengatur mengenai buruh atau pekerja dalam industri apapun.66 Pengusaha

    bebas menawarkan pekerjaan sehingga menyebabkan tenaga kerja kembali

    dieksploitasi oleh penguasa untuk keuntungan mereka.

    2.1.2 Faktor Penyebab Munculnya Pekerja Anak di India

    Masalah pekerja anak di India bukanlah akibat dari faktor tunggal, namun

    merupakan masalah multidimensi yang melibatkan berbagai alasan dan

    berkontribusi dalam berbagai cara. Beberapa faktor yang berkontribusi dan

    bertanggung jawab atas masalah ini, diantaranya : kemiskinan yang berkelanjutan,

    buta huruf dan ketidaktahuan, ledakan populasi, pendapatan keluarga yang rendah,

    tradisi membuat anak-anak belajar keterampilan keluarga, rendahnya political will

    dan penegakan hukum yang lemah atau lambat, tidak memililiki pekerjaan dan

    kurangnya lapangan pekerjaan, migrasi, tidak adanya ketentuan untuk pendidikan

    wajib dasar untuk umum, dan lainnya. Oleh karena itu, masalah pekerja anak

    merupakan hal yang mendesak dan multidimensi. Pemerintah India telah mengakui

    keberadaan pekerja anak sebagai “kenyataan pahit”.67

    Pekerja anak adalah fenomena sosial ekonomi dan universal yang kompleks.

    Diperlukan waktu untuk mengetahui faktor-faktor penyebab yang mengarah ke

    pekerja anak dalam pendekatan ilmiah, rasionalis, dan pragmatis. Sifat dari bentuk

    terburuk pekerja anak bergantung pada sosial ekonomi dan berbagai penyebab

    lainnya dan merupakan campuran dari berbagai aspek, baik buta huruf maupun

    66 Ibid., 67 Government of India, About Child Labour, diakses dari https://labour.gov.in/childlabour/about-

    child-labour (03 Juli 2019)

    https://labour.gov.in/childlabour/about-child-labourhttps://labour.gov.in/childlabour/about-child-labour

  • 43

    kemiskinan. Masalah pekerja anak dianalogikan sebagai gejala penyakit yang

    tersebar luas karena struktur eksploitatif, pembangunan yang tidak merata,

    kepemilikan sumberdaya yang dianggap tidak adil dan berhubungan dengan

    terjadinya skala besar pengangguran dan kemiskinan. Tatanan ekonomi

    internasional yang ada melanggengkan “kenyataan pahit” ini karena perusahaan

    multinasional yang kuat beroperasi menggunakan pekerja anak baik secara

    langsung maupun tidak, untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan

    biaya produksi.

    Negara-negara dunia ketiga yang miskin dihadapkan dengan krisis devisa

    yangmana memungkinkan dan mendorong ekspor barang menggunakan pekerja

    anak yang murah dan rentan dengan harapan meningkatkan cadangan devisa

    mereka dan krisis neraca pembayaran. Memang benar bahwa kemiskinan dan

    kurangnya lapangan pekerjaan memaksa keluarga miskin untuk mengirim anak-

    anak mereka untuk bekerja sebagai bagian dari strategi bertahan hidup mereka.

    Terdapat berbagai faktor sosial ekonomi dan budaya yang memaksa anak anak

    untuk bekerja dan faktor-faktor ini dapat secara luas diklasifikasikan ke dalam

    faktor penawaran, merujuk pada kondisi di mana keluarga melibatkan anak-anak

    dalam pekerjaan dan untuk faktor permintaan merujuk pada preferensi pengusaha

    untuk mempekerjakan anak-anak.68

    1. Kemiskinan

    68 Ibid.,

  • 44

    Kemiskinan adalah penyebab utama tunggal dari pekerja anak. Lembaga

    Opini Publik melakukan survei pada tahun 1969, yang menunjukkan bahwa 41,2

    persen populasi India berada di bawah garis kemiskinan dan sebagian besar tenaga

    kerja pertanian merupakan bagian dari ini.69 Sebuah seminar yang diselenggarakan

    oleh Institut Nasional kerjasama Publik dan Pengembangan Anak, New Delhi pada

    tanggal 25 hingga 28 November 1975 berkesimpulan bahwa, jutaan keluarga di

    bawah garis kemiskinan dan mereka harus mengirim anak mereka untuk bekerja.

    Jutaan masyarakat India hidup dalam kemiskinan yang parah, tanpa makanan,

    tempat tinggal, pekerjaan, perawatan kesehatan dan pendidikan. Menurut laporan

    PBB, 1/5 dari populasi di negara berkembang (termasuk India), mengalami

    kelaparan setiap amalm, ¼ tidak memiliki akses ke fasilitas dasar seperti air minum

    dan 1/3 hidup dalam kemiskinan akut.70 Lalu, menurut Human Development Report

    2005, setiap jam terdapat 1200 anak meninggal, satu Crore anak setiap tahun

    meninggal sebelum mencapai umur ke lima tahun.71

    Faktor penting lainnya yang terus menyuburkan masalah pekerja anak

    adalah meingkatnya angka putus sekolah dari anak-anak yang berlatarbelakang

    miskin dan ini merupakan bagian dari konsekuensi dari kemiskinan. Di sebagian

    besar daerah di India, sekolah terletak sangat jauh dan terpencil sehingga anak-anak

    mengalami kesulitan untuk mengaksesnya. Selain itu, fasilitas yang kurang dan

    infrastruktur yang tidak memadai menjadikan sekolah tidak menarik dimata anak-

    anak. Sekolah menjadi beban tersendiri bagi keluarga miskin dan membuat anak-

    69 Ibid., 70 Dr. Justice A.S.Anand, “Neglect of Economic and Social and Cultural Rights: A Threat

    to Human Rights”, New Delhi: Journal of the National Human Rights Commission, Vol.5, hal 14 71 Ibid.,

  • 45

    anak kehilangan penghasilan mereka sebagai pekerja anak serta ketidakhadiran

    guru membuat sekolah berjalan tidak lancar. Sebagian besar keluarga tradisional

    berpikir bahwa seorang anak dilahirkan untuk mendapatkan penghasilan bagi

    keluarganya. Seorang anak hanya dianggap sebagai sumber pendapatan lain dan

    bisnis tradisional berbasis rumah tangga lebih memilih untuk mempekerjakan anak

    mereka berjam-jam daripada mengirimnya untuk bersekolah.

    2. Buta huruf dan ketidaktahuan

    Meskipun telah merdeka selama 72 tahun, masyarakat India terus menjalani

    hidup dalam kebodohan yangmana India menempati peringkat terendah dunia

    mengenai melek huruf. Berdasarkan sensus 1991 angka melek huruf di India hanya

    mencapai 52 persen dan pada 2001 mengalami peningkatan menjadi 64,8 persen.

    Kemudian untuk area pedesaan tingkat melek huruf mencapai 58,7 persen dan

    untuk perkotaan mencapai 79,9 persen.72 Tingkat buta huruf yang tinggi ini

    menjadikan orang tua tak memiliki pengetahuan dasar mengenai apapun sehingga

    mengirimkan anak mereka untuk bekerja. Terutama orang tua di pedesaan, suku,

    dan yang tinggal di daerah kumuh tidak memahami tanggung jawab mereka sebagai

    orang tua dan karenanya anak-anak kehilangan hak dasar mereka seperti pendidikan

    dan tumbuh kembang selayaknya anak.

    Pekerja anak dan buta huruf sangat erat kaitannya yang mana sebagian besar

    pekerja anak adalah buta huruf total atau buta huruf sebagian dan memiliki orang

    tua yang buta huruf.73 Tidak ada penelitian yang menemukan seorang pekerja anak

    72 Concept of Child Labour and Factors Leading to Child Labour, diakses dari

    http://shodhganga.inflibnet.ac.in/jspui/bitstream/10603/8530/12/.pdf (03 Juli 2019) 73 Ibid.,

    http://shodhganga.inflibnet.ac.in/jspui/bitstream/10603/8530/12/.pdf

  • 46

    berasal dari keluarga yang terdidik. Orang tua yang miskin dan buta huruf memiliki

    pola pikir dimana mereka menganggap bahwa semakin banyak anak berarti

    semakin banyak tangan untuk bekerja dan menghasilkan pendapatan yang lebih

    untuk keluarga serta orang tua belum menyadari pentingnya pendidikan bagi

    anaknya.74 Selain itu, para orang tua tidak mengetahui mengenai fasilitas dan

    bantuan yang diberikan kepada anak-anak oleh Pemerintahnya untuk membantu

    memperoleh pendidikan gratis di sekolah pekerja anak yang didanai di bawah

    Proyek Pekerja Anak Nasional dan UNICEF. Dikarenakan ketidaktahuan juga para

    orangtua tidak menyadari betapa pentingnya dan perlunya bagi seorang anak dalam

    perkembangan fisik, kognitif, dan mental yang sehat sehingga bantuan berupa

    konseling dianggap tidak penting.

    3. Ledakan Populasi

    Di negara berkembang seperti India, pemikiran tradisional seperti anak

    merupakan hadiah dari Tuhan dan kesalahpahaman yang mereka anut seperti

    semakin banyaknya anak maka semakin bayak pula pendapatan yang mereka

    dapatkan. Padahal, hal tersebut berakibat pada meledaknya populasi dan dalam satu

    keluarga memiliki anak yang menjadikan beban serta tanggung jawab orang tua

    semakin besar. Di India, tidak ada program keluarga berencana yang efektif

    yangmana hal ini akan mengarah pada kemiskinan yangmana menjadikan anak

    mereka terus terjebak pada lingkaran pekerja anak. Kelebihan populasi di beberapa

    daerah menciptakan sarana yang ada menjadi terbatas.

    74 Ibid.,

  • 47

    Pada tahun 2001, populasi India tercatat sebanyak 1,028,737,436 juta dan

    pada tahun 2019 tercatat sebanyak 1,369,178,904.75 Peningkatan jumlah yang

    begitu besar dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi dan membutuhkan

    layanan sosial, fasilitas masyarakat dan pembangunan infastruktur dalam skala

    yang besar. Populasi anak tercatat sebanyak 398,306,000 dan sensus National

    Labour Institute menunjukkan bahwa dari 203 juta anak-anak anatara usia 5 sampai

    14 tahun, 116 juta berada di sekolah, 12,6 juta bekerja penuh waktu, dan 74 juta

    tidak diketahui.76

    4. Tradisi membuat Anak Belajar Keterampilan Keluarga

    Keyakinan keluarga tradisional yang telah disinggung sebelumnya yakni

    seorang anak dilahirkan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih banyak untuk

    keluarga menjadikan para orang tua memilih untuk membuat anaknya bekerja

    berjam-jam yang terkadang beralih ke penyiksaan fisik jika sang anak membuat

    kesalahan. Terdapat pula kepercayaan dimana anak diperlukan untuk melestarikan

    seni dan kerajinan tradisional yang di turunkan dari keluarganya terdahulu.

    Terdapat argumen lain yang mengatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh

    anak yang memiliki keterampilan dapat berkontribusi terhadap pekerja anak dimasa

    yang akan datang. Penelitian menunjukkan bahwa 95 persen anak-anak tidak

    melanjutkan pekerjaan yang sama ketika mereka dewasa yangmana mereka dipaksa

    untuk berhenti dikarenakan telah melewati usia anak-anak.77

    75 Worldometers, India Population, diakses dari https://www.worldometers.info/world-

    population/india-population/ (04 Juli 2019) 76 Loc, Cit., 77 Concept of Child Labour and Factors Leading to Child Labour, diakses dari

    http://shodhganga.inflibnet.ac.in/jspui/bitstream/10603/8530/12/.pdf (05 Juli 2019)

    https://www.worldometers.info/world-population/india-population/https://www.worldometers.info/world-population/india-population/http://shodhganga.inflibnet.ac.in/jspui/bitstream/10603/8530/12/.pdf

  • 48

    5. Pengangguran

    Masuknya anak-anak ke pasar tenaga kerja mengurangi peluang bagi orang

    dewasa dan menurunkan pernawaran pekerja dewasa sehingga menjadikannya

    tidak produktif. Praktik pekerja anak membuat anak-anak kehilangan akan

    kesempatannya untuk menuntut ilmu, mengembangkan bakatnya, mempengaruhi

    pertumbuhan fisik dan menghambat perkembangan intelektualnya.78 beberapa

    penelitian dan pakar mengamati bahwa, apabila anak-anak di hilangkan dari pasar

    tenaga kerja India maka kesempatan kerja bagi sedikitnya 20 juta pekerja dewas

    yang menganggur akan meningkat.79

    2.1.3 Jenis Pekerja Anak di India

    UNICEF mengkategorikan pekerjaan anak ke dalam tiga kategori, yakni

    dalam keluarga (anak-anak terlibat dalam tugas rumah tangga tanpa dibayar), dalam

    keluarga tetapi di luar rumah (contohnya anak yang bekerja sebagai buruh di ladang

    milik keluarganya sendiri), diluar keluarga (contohnya anak yang bekerja sebagai

    pelayan di restoran yang bukan milik keluarganya).80

    Jenis pekerja anak di India berdasarkan bidangnya dibagi menjadi:

    1. Industri Garmen

    Pekerja anak merajalela di industri garmen India dan tersembunyi di

    perusahaan-perusahaan kecil milik pribadi. Laporan dari Save the Children

    mengenai industri garmen di Delhi pada tahun 2015 menunjukkan bahwa terdapat

    78 Ibid., 79 Ibid., 80 Child Labour in India, India Celebrating, diakses dari http://www.indiacelebrating.com/social-

    issues/child-labour-in-india/ (10 Mei 2018)

    http://www.indiacelebrating.com/social-issues/child-labour-in-india/http://www.indiacelebrating.com/social-issues/child-labour-in-india/

  • 49

    8000 buruh dari industri garmen mengalami kebisingan yang keras, pencahayaan

    yang buruk, ventilasi yang buruk, dan peralatan yang tajam.81 36% pekerja rumahan

    tidak pernah dibayar.82

    2. Tempat pembuatan bata

    Tempat pembuatan batu bata di India secara tradisional telah menggunakan

    pekerja anak, di mana anak-anak membantu orangtua mereka, bekerja berjam-jam

    dan mengabaikan pendidikan mereka.

    3. Sektor yang tidak terorganisir

    Pekerja anak dapat dengan mudah terlihat di sektor ini, anak-anak

    dipekerjakan sebagai pekerja murah dan cepat di toko teh, dhabas, toko kecil, dan

    sebagai pelayan pribadi. Anak-anak dipekerjakan dikarenakan mudahnya dalam

    mempekerjakan dan memecat mereka. Seorang anak yang bersekolah biasanya

    bekerja dalam pekerjaan berbasis rumah usai sekolah.

    4. Pertanian

    Berdasarkan data sensus pada tahun 2011 menunjukkan bahwa sektor

    pertanian menjadikan bidang yang mempekerjakaan anak terbesar di India. Anak-

    anak dipekerjakan dalam segala bidang produksi, mulai dari produksi kapas dan biji

    kapas hingga tebu, kedelai dan transplantasi padi, dan mereka bekerja berjam-jam

    untuk upah rendah dengan kondisi kehidupan yang buruk.

    5. Kembang api

    81 5 sectors where child labour can be found majorly in India, Save The Children, diakses dari

    https://www.savethechildren.in/resource-centre/articles/5-sectors-where-child-labour-can-be-

    found-majorly? (1Maret 2019) 82Ibid.,

    https://www.savethechildren.in/resource-centre/articles/5-sectors-where-child-labour-can-be-found-majorly?gclid=Cj0KCQiAzePjBRCRARIsAGkrSm4aeADymm6YnpILMT86Z-ZMoyRGeBSlQwJ_6TxWtRGRN4dZzRuaj_8aAmYvEALw_wcBhttps://www.savethechildren.in/resource-centre/articles/5-sectors-where-child-labour-can-be-found-majorly?gclid=Cj0KCQiAzePjBRCRARIsAGkrSm4aeADymm6YnpILMT86Z-ZMoyRGeBSlQwJ_6TxWtRGRN4dZzRuaj_8aAmYvEALw_wcB

  • 50

    pada sektor ini, pekerja anak dituntut untuk bekerja terutama pada musim

    perayaan India yangmana saat perayaan permintaan pasar akan kembang api sangat

    meningkat. Namun, pekerja anak bekerja dalam kondisi yang sempit. Paparan

    langsung terhadap bahan kimia yang digunakan dalam kembang api

    membahayakan paru-paru, kulit dan memicu berbagai macam penyakit di masa

    yang akan datang. Dengan pekerja anak yang tersembunyi, produsen kecil kembang

    api baik yang berlisensi maupun yang tidak memiliki lisensi mampu

    mempertahankan biaya rendah dalam produksinya dan menghasilkan keuntungan

    yang sangat besar.

    2.1.4 Kebijakan Pemerintah India Terkait Masalah Pekerja Anak

    a. Hukum dan Regulasi

    Pemerintah India sendiri telah mengatur masalah pekerja anak dalam

    konstitusinya, yangmana pada pasal 24 Konstitusi India, Hak Fundamental yang

    dapat ditegakkan dipengadilan, menyatakan bahwa anak-anak dibawah usia 14

    tahun tidak dapat dipekerjakan di pabrik, tambang atau pekerjaan berbahaya

    lainnya. Klausa (e) dan (f) Pasal 39, mengenai Prinsip Arahan Kebijakan Negara,

    mendesak agar usia anak-anak yang termasuk dalam “tender age” dimana masih

    berusia dini dan tidak memiliki pengalaman kerja sama sekali untuk tidak

    disalahgunakan dan tidak mengizinkan warga negara untuk melakukan pekerjaan

    yang tidak sesuai karena usia atau kekuatan atau karena kebutuhan ekonomi yang

    mendesak.83 Meskipun ini tak dapat ditegakkan di pengadilan, prisnsip tersebut

    mewujudkan visi para perumus Konstitusi India.

    83 Neera Bura, “Child Labour and Education”, UNESCO-UNICEF, Paris, 1989. Hal. 22

  • 51

    Undang-undang The Child Labour Prohibition and Regulation 1986,

    melarang pekerja anak di beberapa industri dan dimaksudkan untuk mengatur

    kondisi pekerjaan mereka di industri lain. Namun meskipun telah diatur dalam

    ketentuan tersebut, pengimplementasian dari Undang-undang ini masih dilanggar.

    Prinsip Arahan Pasal 45 menyatakan bahwa tugas negara lah untuk memberikan

    pendidikan gratis dan wajib kepada semua anak sampai mereka mencapai usia 14

    tahun.

    Dalam waktu 10 tahun sejak diterapkannya Konstitusi, yakni pada tahun

    1960. Tidak ada ketentuan hukum, baik di bawah undang-undang pusat atau negara

    yang membuat pendidikan wajib. Konstitusi India dan berbagai undang-undang

    perburuhan menyebutkan usia 14 tahun sebagai batas untuk bekerja. Menurut

    sensus 1981, pekerjaan didefinisikan sebagai “pasrtisipasi” dalam setiap kegiatan

    yang produktif secara ekonomi. pekerja utama adalah mereka yang telah bekerja

    selama setahun dalam bidang pertanian, industri rumah tangga, dan lainnya.84

    Pekerja marjinal adalah mereka yang telah melakukan beberapa pekerjaan

    teteapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai pekerja utama. Menurut sensus 1981,

    terdapat 13,59 juta anak yang bekerja di India. National Sample Survey mencatat

    terdapat 17,36 juta anak yang bekerja di India. Dengan menggunakan tolak ukur

    lain, Operations Research Group (ORG) menyimpulkan bahwa :

    “a working child is that child who was enumerated

    during the survey as a child falling within the 5 to 15

    age bracket and who is at remunerative work, may be

    paid or unpaid, and busy any hour of the day within

    84 Ibid.,

  • 52

    or outside the family... The estimated working

    children in our country are around 44,0 million”.85

    Yang berarti bahwa pekerja anak yang disebutkan dalam survei tersebut

    termasuk dalam kelompok usia 5 hingga 15 tahun yang memiliki kemungkinan

    dibayar atau tidak dibayar, dan bekerja setiap jam baik dalam lingkungan keluarga

    maupun tidak serta diperkirakan anak-anak yang bekerja di negara India sebanyak

    44,0 juta.

    Singkatnya, The Child Labour (Prohibition & Regulation) Act 1986

    merupakan puncak dari upaya dan gagasan yang muncul dari berbagai

    pertimbangan dan rekomendasi komite pekerja anak. Yang memiliki andil penting

    dalam pembentukannya adalah Komisi Nasional Perburuhan (1966-69),

    Gurupadaswamy Komite Pekerja Anak (1979), dan Komite Sanat Mehta (1984).86

    Secara singkat undang-undang ini bertujuan untuk melarang masuknya anak-anak

    ke dalam lapangan pekerjaan yang berbahaya dan untuk mengatur tugas anak-anak

    dalam pekerjaan yang tidak berbahaya, diantaranya :87

    1. Melarang pekerjaan anak-anak, yaitu mereka yang masih berusia 14

    tahun ke bawah baik dalam pekerjaan maupun proses pembuatan suatu

    produk.

    2. Menetapkan prosedur untuk menambah daftar pekerjaan yang dilarang.

    85 Ibid., 86 Embassy of India, Washington DC, Report on Child Labor in India, diakses dari

    http://www.indianembassy.org/policy/Child_Labor/childlabor.html (06 Juli 2019) 87 Ankit Kumar L & Shubham Khare, “Child Labour in India: Situation and Policy Analysis”,

    diakses dari https://www.ssrn.com/abstract=1458505 (06 Juli 2019)

    http://www.indianembassy.org/policy/Child_Labor/childlabor.htmlhttps://www.ssrn.com/abstract=1458505

  • 53

    3. Mengatur kondisi kerja anak-anak dalam pekerjaan yang tidak

    terlarang.

    4. Menetapkan hukuman pada siapapun yang mempekerjakan anak-anak

    yang melanggar ketentuan dalam Undang-undang ini dan Undang-

    undang lainnya yang mengatur mengenai larangan mempekerjakan

    anak.

    5. Menyeragamkan definisi dari “anak” dalam Undang-undang terkait

    b. Sistem Birokrasi

    1. Central Advisory Board On Child Labour

    Dewan penasihat sentral untuk pekerja anak dibentuk pada 4 Maret 1981.

    Berikut merupakan kerangka acuan dari Dewan ini :88

    a. Meninjau implementasi Undang-undang yang ada dan yang dikelola

    oleh Pemerintah Pusat.

    b. Menyarankan langkah-langkah legislatif serta langkah-langkah

    kesejahteraan untuk nasib anak-anak yang bekerja.

    c. Meninjau kemajuan dari langkah-langkah kesejahteraan bagi anak-anak

    yang bekerja.

    d. Merekomendasikan industri ataupun area yangmana harus dilakukan

    penghapusan pekerja anak secara progresif.

    88 Child Labour, Government of India, diakses dari http://labour.nic.in/cwl/ChildLabour.html (07

    Juli 2019)

    http://labour.nic.in/cwl/ChildLabour.html

  • 54

    Dewan ini dibentuk kembali pada tanggal 2 November 1994, yangmana

    anggotanya terdiri dari Persatuan Menteri Perburuhan sebagai Ketua Dewan,

    sementara anggota dewan lainnya termasuk perwakilan dari berbagai kementerian

    yang serupa, Anggota Parlemen, Organisasi non Pemerintah, Perwakilan dari

    Perdagangan Serikat Pekerja dan Organisasi Pengusaha.89

    2. Child Labor Technical Advisory Committee

    Berdasarkan Bagian 5 dari Undang-undang Pekerja Anak (P&R) 1986,

    Pemerintah India diberdayakan untuk membentuk Komite Penasehat Teknis

    Pekerja Anak untuk tujuan penambahan pekerjaan dan proses dalam daftar Undang-

    undang. Komite ini terdiri dari seorang ketua dan anggota yang tidak lebih dari 10.

    Komite telah dibentuk kembali pada awal 5 Februari 1996 di bawah kepemimpinan

    Direktur Jenderal Dewan Penelitian Medis India.

    c. Program Sosial

    1. The National Child Labour Policy

    Pembuatan kebijakan ini bertujuan untuk memperkuat penegakan hukum

    terkait dengan pekerja anak. Segera setelah diberlakukannya Undang-Undang

    Pekerja Anak (Prohibition & Regulation) 1986, pemerintah India mengadopsi

    Kebijakan Pekerja Anak Nasional pada tahun 1987, sesuai dengan ketentuan

    konstitusi dan berbagai undang-undang mengenai pekerja anak. Gagasan untuk

    mengadopsi kebijakan terpisah mengenai pekerja anak tidak hanya untuk

    menempatkan masalah ini dalam agenda negara, tetapi juga untuk merumuskan

    89 Ibid.,

  • 55

    program aksi khusus untuk memulai proses penghapusan pekerja anak secara

    progresif.

    Kebijakan ini terdiri dari tiga langkah pelengkap :90

    a. Rencana tindakan hukum : kebijakan ini sebagai penegakan yang tegas

    terhadap ketentuan Undang-undang Pekerja Anak (Prohibition &

    Regulation) 1986 dan Undang-undang terkait anak lainnya.

    b. Berfokus pada program-program pembangunan umum yang

    bermanfaat bagi anak-anak semaksimal mungkin : kebijakan ini sebagai

    pengemban sistem pendidikan non formal yang menjangkau secara luas

    untuk anak-anak yang sebelumnya menjadi pekerja anak dan

    meningkatkan penyediaan untuk pekerjaan dan skema hasil dari

    pendapatan yang diperuntukkan bagi orang tua mereka. Selanjutnya,

    Child Labour Cell dibentuk khusus yang bertujuan untuk mendorong

    organisasi relawan untuk melakukakan kegiatan seperti pendidikan

    formal, pelatihan kejuruan, penyediaan layanan kesehatan, nutrisi dan

    pendidikan untuk anak-anak yang bekerja.

    c. Proyek spesifik area : berfokuskan pada area yang diketahui memiliki

    konsentrasi atau jumlah pekerja anak yang tinggi dan untuk melakukan

    pendekatan secara langsung untuk mengidentifikasi, melakukan

    penarikan, dan merehabilitasi anak-anak yang bekerja

    2. National Child Labour Projects (NCLP)

    90 Ibid.,

  • 56

    Di bawah rencana aksi Kebijakan Nasional mengenai Pekerja Anak

    sebelumnya, telah ada Proyek Pekerja Anak Nasional (NCLP) yang didirikan di

    berbagai daerah yang bertujuan untuk merehabilitasi pekerja anak. Kegiatan utama

    yang dilakukan oleh NCLP adalah pendirian sekolah khusus untuk menyediakan

    pendidikan non formal, pelatihan kejuruan, nutrisi tambahan, dan lainnya. Kegiatan

    tersebut dikhususkan kepada anak-anak yang telah ditarik dari pekerjaan yang

    mereka lakukan. Berdasarkan rencana aksi berbasis kebijakan ini, NCLP

    mengimplementasikan aksinya di :91

    a. Andhra Pradesh (Jaggampet & Markapur)

    b. Bihar (Garwah)

    c. Madhya Pradesh (Mandsaur)

    d. Maharashtra (Thane)

    e. Orissa (Sambalpur)

    f. Rajasthan (Jaipur)

    g. Tamil nadu (Sivakasi)

    h. Uttar Pradesh (Varanasi, Mirzapur, Bhadohi, Moradabad, Aligarh &

    Ferozabad)

    3. Rehabilitasi Pekerja Anak di bidang yang Berbahaya

    Program utama diluncurkan pada tanggal 15 Agustus 1994 untuk menarik

    pekerja anak yang bekerja di bidang yang berbahaya dan merehabilitasi mereka

    melalui sekolah khusus. Di bawah program ini, terhitung sebanyak 2 juta anak

    dicari untuk dikeluarkan dari pekerjaan dan ditempatkan di sekolah-sekolah khusus

    91 Ibid.,

  • 57

    di mana mereka akan diberikan pendidikan, pelatihan kejuruan, tunjangan bulanan,

    nutrisi dan pemeriksaan kesehatan. Sebagai tindak lanjut, di bentuklah suatu badan

    yang memiliki kekuasaan tinggi yang bernama National Authority for the

    Elimination of Child Labor (NAECL). NAECL dibentuk pada tanggal 26

    September 1994 di bawah kepemimpinan Menteri Tenaga Kerja, Pemerintah India.

    Adapun fungsi-fungsi dari NAECL adalah :92

    a. Untuk menetapkan kebijakan dan program penghapusan pekerja anak,

    terutama dalam pekerjaan yang dikategorikan dalam pekerjaan

    berbahaya

    b. Untuk memantau kemajuan pelaksanaan program, proyek dan skema

    untuk penghapusan pekerja anak

    c. Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan proyek-proyek terkait pekerja

    anak dari berbagai anggota Kementerian Pemerintah India (untuk

    memastikan pusat layanan untuk keluarga pekerja anak)

    Berbagai upaya ataupun kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah India

    sendiri nyatanya tak dapat menyelesaikan masalah pekerja anak ini dikarenakan

    faktor-faktor yang telah diuraikan sebelumnya, untuk itu dibutuhkan keterlibatan

    aktor-aktor internasional seperti organisasi internasional. Dalam masalah pekerja

    anak di India ini, salah satu oraganisasi yang terlibat adalah UNICEF.

    92 Ministry of Labour and Employment, NCLP: An Overview, diakses dari

    http://labour.nic.in/cwl/ChildLabour.html (08 Juli 2019)

    http://labour.nic.in/cwl/ChildLabour.html

  • 58

    2.2 Gambaran Umum UNICEF

    UNICEF merupakan bagian dari Dana dan program PBB yang mana secara

    umum, dana dan program dibentuk oleh resolusi Majelis Umum PBB dan memiliki

    mandat yang terfokus. Mereka didanai sebagian besar atau seluruhnya melalui

    kontribusi sukarela dan memiliki badan pengatur yang meninjau kegiatan mereka.

    Koordinasi difasilitasi melalui ECOSOC dan Ketua Dewan Eksekutif (CEB).93

    Sementara, Badan khusus PBB adalah organisasi yang berdiri sendiri dan bekerja

    dengan PBB melalui perjanjian yang dinegosiasikan. Beberapa ada sebelum Perang

    Dunia Pertama.94

    Badan khusus secara hukum independen dari PBB dan memiliki anggaran,

    anggota, aturan, dan anggota yang terpisah. Sebagian besar dana mereka berasal

    dari sumbangan sukarela dari pemerintah, lembaga, dan individu. Berikut bagan

    yang menjelaskan posisi UNICEF dalam PBB :

    93 Dag Library, “What Are UN Specialized agencies, and how many are there?”, diakses dari

    http://ask.un.org/faq/140935 (26 Juli 2019) 94 UN, “Funds, Programmes, Specialized Agencies and Others”, diakses dari

    https://www.un.org/en/sections/about-un/funds-programmes-specialized-agencies-and-others/ (26

    Juli 2019)

    http://ask.un.org/faq/140935https://www.un.org/en/sections/about-un/funds-programmes-specialized-agencies-and-others/

  • 59

    Gambar 2.2 Struktur Organisasi PBB

  • 60

    Berdasarkan bagan diatas terlihat bahwa UNICEF merupakan bagian dari

    Funds and Programmes bersama dengan UNDP, UNEP, UNFPA, UN-HABITAT,

    dan WFP. Organisasi-organisasi ini juga disebut sebagai The United High-level

    Political Forum on Sustainable Development (HLPF). HLPF adalah badan

    tambahan dari Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa dan Dewan Ekonomi

    dan Sosial yang bertanggung jawab atas kebijakan seluruh organisasi tentang

    pembangunan berkelanjutan.

    2.2.1 UNICEF dan Perkembangannya

    UNICEF merupakan salah satu organisasi internasional terbesar yang

    bergerak dalam bidang bantuan internasional dan kemanusiaan di dunia dan sebagai

    organisasi pertama yang memenangkan hadiah Nobel. UNICEF merupakan

    kepanjangan dari The United Nations International Children’s Emergency Fund

    yang didirikan pada tanggal 11 Desember 1946 oleh PBB yangmana awalnya

    bertujuan untuk memenuhi kebutuhan darurat dan dukungan kepada anak-anak

    yang tinggal di negara-negara yang hancur akibat perang.95 Pada tahun 1950,

    mandatnya diperluas untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang anak-anak dan

    permpuan di negara-negara berkembang. UNICEF menjadi bagian permanen dari

    sistem PBB pada tahun 1953, ketika namanya disingkat menjadi United Nations

    Children’s Fund. Namun, UNICEF tetap mempertahankan akronim aslinya.96

    Setelah krisis pangan dan medis pada akhir 1940an telah usai, UNICEF

    melanjutkan perannya sebagai organisasi bantuan untuk anak-anak dari negara-

    95 UNICEF, What Does the Acronym UNICEF Stand For?, diakses dari

    https://www.unicef.org/botswana/6704_8306.html (15 November 2019) 96 Ibid.,

    https://www.unicef.org/botswana/6704_8306.html

  • 61

    negara bermasalah dan selama tahun 1970an UNICEF berkembang menjadi

    advokat hak-hak anak.97 Kemudian pada tahun 1980an, UNICEF membantu

    Komisi Hak Asasi Manusia AS dalam penyusunan Konvensi Hak-hak Anak.

    Setelah diperkenalkan ke Majelis Umum Amerika Serikat pada tahun 1989,

    Konvensi Hak Anak telah menjadi perjanjian hak asasi manusia yang paling banyak

    diratifikasi dalam sejarah, dan UNICEF memainkan peran kunci dalam memastikan

    penegakannya.

    UNICEF memiliki keyakinan bahwa terdapat harapan untuk setiap anak.

    Keyakinan bahwa setiap anak dilahirkan dengan hak yang sama yang tidak dapat

    dicabut. Kelangsungan berkelanjutan dari seorang anak bergantung pada penerapan

    pelajaran masa lalu yang dipelajari untuk tantangan di masa yang akan datang, dan

    memanfaatkan inovasi untuk memecahkan masalah di masa depan. Seperti katakan

    oleh Direktur Eksekutif saat ini yakni Anthony Lake, ini akan membutuhkan

    “willingness to adapt.... and find new ways to realize the rights and brighten the

    futures of the most disadvantaged children around the world”.98

    Misi UNICEF berfokus pada seluruh anak, termasuk dalam hal kesehatan

    mental dan fisik anak, serta aksesnya ke pendidikan, perlindungan hukum dan

    sosial, air bersih dan sanitasi, dan banyak lagi.99 UNICEF memahami bahwa

    masalah kemiskinan, penyakit, dan kelaparan menghambat pembangunan global

    dan mengarah pada pelanggaran hak asasi anak-anak. Hak-hak tersebut memandu

    pekerjaan UNICEF menuju dunia di mana setiap anak memiliki kesempatan yang

    97 Ibid., footnote 40 98 UNICEF, 2016, UNICEF For Every Child, Hope: UNICEF@70 1946-2016, New York:UNICEF,

    hal 10 99 Ibid.,

  • 62

    adil dalam hidup. Sebagai responden darurat, pejuang hak-hak anak dan kekuatan

    untuk pembangunan yang adil, UNICEF memiliki catatan keberhasilan yang

    panjang.100

    UNICEF memiliki visi “Dunia di mana hak setiap anak terwujud”, UNICEF

    bekerja unutk mencapai dunia di mana semua anak memiliki kesempatan yang sama

    untuk bertahan hidup dan berkembang terlepas dari segala status yang dimiliki oleh

    seorang anak.101 Misi dari UNICEF adalah untuk membantu mengadvokasi

    perlidungan hak-hak anak, membantu memenuhi kebutuhan dasar mereka dan

    untuk memperluas peluang mereka untuk mencapai potensi maksimal yang dimiliki

    oleh seorang anak.102 Kemudian, tujuan dari UNICEF adalah :103

    a. Mempromosikan kesetaraan hak setiap anak, khususnya anak-anak yang

    tidak beruntung, terpinggirkan dan rentan

    b. Memberi semua anak peluang untuk bertahan hidup, mengembangkan

    agar mencapai potensi maksimal mereka

    c. Mendukung penuh partisipasi anak-anak dalam pengembangan politik,

    sosial, dan ekonomi masyarakatnya.

    UNICEF memiliki kantor pusat di Kota New York, dan beroperasi di lebih

    dari 190 negara di dunia dengan fokus pada kesejahteraan anak-anak di daerah yang

    beresiko. Pada tahun 2006, organisasi ini mulai berkonsentrasi pada beberapa isu

    100 Ibid., 101 UNICEF, “The UNICEF Vision and Mission for Children”, diakses dari

    https://www.unicef.org/publicpartnerships/files/UNICEF_Mission(1).pdf (26 Juli 2019) 102 UNICEF, “UNICEF’s Mission Statement”, diakses dari

    https://www.unicef.org/about/who/index_mission.html (26 Juli 2019) 103 Ibid.,

    https://www.unicef.org/publicpartnerships/files/UNICEF_Mission(1).pdfhttps://www.unicef.org/about/who/index_mission.html

  • 63

    khusus seperti kelangsungan hidup dan perkembangan anak, pendidikan dasar dan

    kesetaraan gender, mengurangi dampak HIV/AIDS pada anak-anak, perlindungan

    anak dan advokasi kebijakan, serta kemitraan.104 Sebagai upaya dalam

    meningkatkan kesadaraan atas tujuannya, UNICEF memanfaatkan selebriti di

    berbagai dunia. Duta besar untuk organisasi ini antara lainnya adalah Audrey

    Hepburn, Ratu Rania dari Yordania, Richard Attenborough, David Beckham,

    Jackie Chan, dan lainnya. Organisasi ini memiliki 17 sub-divisi fungsional yang

    mencakup berbagai isu seperti Pusat Layanan Bersama Global, Divisi

    Pengembangan Anak Usia Dini, Kantor Gender dan Pengembangan, dan kantor

    Program Perlindungan Anak, dll.105

    Kantor Pimpinan terdiri dari satu Direktur Eksekutif, empat Wakil Direktur

    Eksekutif dan satu Kepala Staf. Direktur Eksekutif bekerja pada bidang program

    dan masalah mengenai pembangunan ekonomi, pendidikan, kesehatan,

    kemanusiaan dan perlindungan bencana. Kepala Staf berurusan dengan tugas-tugas

    seperti manajemen program, manajemen sumber daya, solusi darurat dan kemitraan

    bisnis. Selain itu, Wakil Direktur biasanya bekerja dengan sektor publik global atau

    lembaga swasta untuk membangun lingkungan yang berkelanjutan dan terjangkau

    bagi anak-anak.

    Organisasi ini bergantung pada kontribusi pemerintah dan sumbangan dari

    warga negara. Pada awal tahun 2008, dana UNICEF tercatat sebanyak

    104 Loc, Cit., hal 10 105 Orgcharting, UNICEF Org Chart: How Does the United Nations Children’s Fund Work, diakses

    dari https://www.orgcharting.com/unicef-org-chart/ (20 Juli 2019)

    https://www.orgcharting.com/unicef-org-chart/

  • 64

    $3.372.540.239 yangmana dua pertiga dari total pendapatan berasal dari kontribusi

    pemerintah, sedangkan sisanya berasal dari perorangan dan Komite Nasional.106

    Lebih dari 90 persen pendapatan didistribusikan ke layanan program UNICEF yang

    berfokus pada pengembangan layanan masyarakat yang menawarkan layanan

    kesehatan kepada anak-anak.107

    Setiap kantor UNICEF diberbagai negara melaksanakan misi UNICEF

    melalui program kerjasama yang berbeda-beda dan dikembangkan bersama dengan

    pemerintah negara masing-masing. UNICEF memiliki program lima tahun yang

    berfokus pada cara-cara praktis untuk mewujudkan hak-hak anak dan perempuan.

    Kebutuhan mereka dianalisis dalam bentuk laporan yang dikeluarkan pada awal

    siklus program. Sementara itu, kantor regional memandu pekerjaan ini dan

    memberikan bantuan teknis ke kantor negara sesuai kebutuhan.108 Manajemen,

    administrasi organisasi, dan pembuatan kebijakan secara keseluruhan terjadi di

    kantor pusat. Kantor khusus termasuk Divisi Pasokan, berbasis di Kopenhagen,

    yang menyediakan barang-barang penting seperti vaksin untuk anak-anak di negara

    berkembang.109

    Untuk saat ini, UNICEF memiliki total tujuh kantor regional di dunia, dan

    banyak petugas regional memiliki pengalaman yang kaya dalam menangani

    masalah anak-anak. Sebagai contoh, Direktur Regional untuk Afrika Timur dan

    106 Ibid., 107 Gapmedics, “A Brief History of The UNICEF and What It Does”, diakses dari

    https://www.gapmedics.com/aus/blog/2014/03/20/a-brief-history-of-the-unicef-and-what-it-does/

    (19 Juli 2019) 108 UNICEF, “How UNICEF Works”, diakses dari https://www.unicef.org/about/structure/ (15

    November 2019) 109 Ibid.,

    https://www.gapmedics.com/aus/blog/2014/03/20/a-brief-history-of-the-unicef-and-what-it-does/https://www.unicef.org/about/structure/

  • 65

    Selatan, Leila telah bekerja untuk UNICEF selama lebih dari 15 tahun, dan dia

    bertanggung jawab untuk memantau dan membimbing lebih dari 20 negara anggota

    di Afrika. Selanjutnya, Leila juga bekerja sama dengan pemerintah domestik dan

    masyarakat sipil untuk proyek-proyek kemanusiaan.

    Laporan keuangan UNICEF diserahkan setiap tahun kepada Majelis Umun

    dan ditinjau oleh Komite Kelima dan Komite Penasehat. Kemudian, dengan Dewan

    Eksekutif akan mengawasi program-program yang dijalankan oleh UNICEF dan

    mendukungnya, sesuai dengan pedoman kebijakan Majelis Umum dan Dewan

    Ekonomi dan Sosial.110 Dewan juga memastikan bahwa UNICEF responsif

    terhadap kebutuhan dan prioritas Negara-negara anggotanya, sehingga dapat

    dikatakan bahwa UNICEF merupakan organisasi yang terpusat dan menjalankan

    tugasnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

    2.2.2 Eksistensi UNICEF di India

    UNICEF di India hadir pada tahun 1949 dengan tiga anggota staff dan

    mendirikan kantor di Delhi pada tiga tahun berikutnya.111 UNICEF diberi mandat

    oleh Majelis Umum PBB untuk mengadvokasi perlindungan hak-hak anak, untuk

    membantu memenuhi kebutuhan dasar mereka dan untuk memperluas peluang

    anak-anak untuk mencapai potensi maksimal mereka. UNICEF juga berkomitmen

    untuk memastikan perlindungan khusus bagi anak-anak yang tidak beruntung,

    seperti korban perang, bencana, kemiskinan, dan segala bentuk kekerasan maupun

    110 UNICEF, “UNICEF Executive Board: An Informal Guide 2020”, diakses dari

    https://www.unicef.org/about/execboard/files/EB-Informal_Guide-2020-EN-Final-2019.11.04.pdf

    (8 Agustus 2019) 111 UNICEF, “Our History”, diakses dari http://unicef.in/whoweare/history (20 Juli 2019)

    https://www.unicef.org/about/execboard/files/EB-Informal_Guide-2020-EN-Final-2019.11.04.pdfhttp://unicef.in/whoweare/history

  • 66

    eksploitasi serta untuk mereka yang cacat. Terdapat 13 kantor UNICEF yang

    tersebar di negara India dengan kantor pusat yang berada di New Delhi, sehingga

    memungkinkan organisasi ini untuk memusatkan perhatiannya pada komunitas

    yang paling miskin dan yang tengah kesusahan.112 Diantaranya tersebar di :113

    1. Bhopal (Madhya Pradesh)

    2. Bhubaneswar (Odessa)

    3. Calcutta (West Bengal)

    4. Chennai (Tamil Nadu)

    5. Gandhi Nagar (Gujarat)

    6. Gowhathi (Assam)

    7. Hyderabad (Andhra Pradesh)

    8. Lucknow (Uttar Pradesh)

    9. Jaipur (Rajastan)

    10. Ranchi (Jharkhand)

    11. Raipur (Chattisgarh)

    12. Patna (Bihar)

    13. Mumbai (Maharastra).

    Sejak hadirnya UNICEF di India, terdapat banyak program India yangmana

    UNICEF turut berperan di dalamnya. Berikut beberapa sejarah penting mengenai

    peran UNICEF di India :114

    112 UNICEF’s Programmes in India, diakses dari

    http://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/86911/12/12_chapter%204.pdf (3 Mei 2018) 113 UN India, “United Nation Children’s Fund”, diakses dari https://in.one.un.org/who-we-

    are/unicef-in/ (20 Juli 2019) 114 UNICEF, “Our History”, diakses dari http://unicef.in/whoweare/history (20 Juli 2019)

    http://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/86911/12/12_chapter%204.pdfhttps://in.one.un.org/who-we-are/unicef-in/https://in.one.un.org/who-we-are/unicef-in/http://unicef.in/whoweare/history

  • 67

    1. Tahun 1949-1959

    Pada tahun kisaran tahun ini, UNICEF berpartisipasi dalam

    Program Pemberian Asi yang diluncurkan oleh pemerintah India

    pada saat itu yang bernama The White Revolution: A Beginning.

    2. Tahun 1960-1970

    Di tahun ini UNICEF terlibat dalam program yang bernama Pre-

    vocational Training for Children 1963, Water Supply Schemes,

    Science Teaching, Blind Children, dan Bihar Drought.

    3. Tahun 1970-1980

    EPR The Super Emergency 1971-72, Education in Food &

    Nutrition, Health Services, The Integrated Child Development

    Services (ICDS), Oral Rehydration Therapy, The Water

    Revolution.

    4. Tahun 1980-1990

    National Missions, Eradicating Guinea Worm, Immunizing

    India’s Children.

    5. Tahun 1990-2000

    West Bengal Sanitation Programme, Mahila Samakhya,

    Adolescence Education Programme, Joyful Learning, Iodine

    Deficiency Disorder, The Bal Adhikar Initiative.