berikut : "Likuiditas perusahaan dimaksudkan kemampuan perusahaan
untuk,
pada setiap saat menyediakan alat - alat pembayaran yang diperlukan
untuk
melunaskan kewajiban - kewajibannya yang jatuh tempo."
Sedangkan menurut Alex S. Nitisemito (1984:33) :"Yang disebut
likuiditas
adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya
yang
harus segera dibayar."
memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi."
Dari beberapa pendapat tersebut di atas maka dapat ditarik
kesimpulan
tentang pengertian likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
menyediakan
alat -alat pembayaran (alat - alat likuid) guna memenuhi kewajiban
- kewajiban
keuangannya yang jatuh tempo. Atau secara umum, pengertian
likuiditas
dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dan
aktiva lain yang
dapat disamakan dengan uang tunai, dengan jumlah hutang lancar
dan
pengeluaran - pengeluaran untuk menyelenggarakan aktivitas
perusahaan.
likuid atau alat - alat lancar adalah :
1. Kas dan Bank
Uang kas dan saldo pada bank adalah golongan alat - alat likuid
tingkat
pertama. Kas dan bank sering dianggap sebagai "reservoir" karena
aliran uang
yang masuk akan ditampung dalam saldo kas atau saldo bank, dan
aliran uang
yang akan keluar bermula dari saldo kas dan saldo bank
tersebut.
2. Surat -surat berharga yang mudah dijual
Surat - surat berharga yang mudah dijual adalah golongan alat -
alat likuid
tingkat kedua. Yang termasuk dalam surat berharga yang mudah dijual
adalah
wesel pemerintah, sertifikat deposito, saham atau obligasi
pemerintah yang
dapat dengan segera dijual.
Menurut Bambang Riyanto (1994:18), jumlah alat - alat pembayaran
(alat -
alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat
tertentu
merupakan "kekuatan membayar" dari perusahaan yang bersangkutan.
Suatu
perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat
memenuhi
segala kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi; atau
dengan kata lain
perusahaan tersebut belum tentu mempunyai "kemampuan
membayar".
"Kemampuan membayar" baru terdapat pada perusahaan apabila
kekuatan
membayarnya sedemikian besamya sehingga dapat memenuhi segala
kewajiban
finansialnya yang harus segera dipenuhi. Dengan demikian
kemampuan
16
17
harus segera dipenuhi di lain pihak.
Suatu perusahaan yang mempunyai "kekuatan membayar"
sedemikian
besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansial yang
harus
segera dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah
"likuid" dan
sebaliknya jika tidak mempunyai kemampuan membayar disebut
"illikuid".
2.1.2. Macam - Macam Likuiditas
dua, yaitu:
Adalah kemampuan menyediakan alat - alat likuid guna
menghadapi
kewajiban finansial yang datang dari dalam perusahaan.
2. Likuiditas Ekstem (Likuiditas Badan Usaha)
Adalah kemampuan menyediakan alat - alat likuid guna
menghadapi
kewajiban finansial yang datang dari luar perusahaan.
Dengan demikian likuiditas badan usaha berarti kemampuan
perusahaan
menyediakan alat - alat likuid sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi
kewajiban finansialnya pada saat ditagih oleh pihak luar
perusahaan. Dan bila
kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban finansial
untuk
menyelenggarakan aktivitas perusahaan maka dinamakan likuiditas
perusahaan.
Dalam hal ini perusahaan harus memperhatikan apakah pada setiap
saat dapat
17
18
perusahaan, misalnya untuk membeli bahan mentah, membayar upah
pegawai,
dan sebagainya.
memperhatikan kedua likuiditas tersebut, sebab apabila tidak
diperhatikan maka
hal ini akan dapat menimbulkan kesuhtan. Apabila perusahaan
tidak
memperhatikan likuiditas ekstern maka pihak luar akan berkurang
atau hilang
kepercayaannya terhadap perusahaan tersebut. Apabila perusahaan
sudah
kehilangan kepercayaan dari pihak luar, maka perusahaan akan sulit
mendapatkan
kredit bagi pengembangan dirinya.
likuiditas intern tidak dapat dipenuhi, maka kegiatan atau
aktivitas perusahaan
dapat terhambat yang pada akhimya akan menimbulkan kerugian bagi
perusahaan
itu sendirL
selalu dapat mempertahankan baik likuiditas ekstern maupun
likuiditas internnya.
2.1.2.1. Over and Under Liquidity
Wasis (1983:50) menjelaskan bahwa dalam menyediakan alat -
alat
pembayaran guna memenuhi kewajiban perusahaan (alat - alat likuid)
mungkin
dapat terjadi 2 posisi, yaitu :
1. Over Liquidity (likuiditas yang berlebih)
18
19
Yaitu apabila terjadi penyediaan alat pembayaran lebih besar dari
yang
sebenarnya diburuhkan. Hal ini dapat terjadi karena modal yang
disetor terlalu
besar, struktur modal yang tidak sesuai dengan strukrur harta,
kelesuan yang
terjadi dalam bidang moneter dan perekonomian, dan
sebagainya.
2. Under Liquidity (likuiditas yang kekurangan)
Yaitu apabila terjadi penyediaan alat pembayaran lebih kecil dari
yang
sebenarnya diburuhkan. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan
dalam
pembelanjaan perusahaan, perusahaan menderita kerugian karena
sedikitnya
penjualan, biaya produksi yang tidak terkendalikan, kesulitan dalam
menagih
piutang, dan kekurangan penyetoran modal.
Sedapat mungkin keadaan over atau under liquidity harus
dihindarkan.
Keadaan over liquidity menimbulkan rendahnya tingkat keuntungan
yang
disebabkan oleh adanya uang kas yang menganggur atau tidak
terpakaL
sedangkan apabila terjadi under liquidity akan menyebabkan turunnya
tingkat
kepercayaan para kreditur dan dapat menyulitkan posisi keuangan
yang lebih
serius di kemudian hari.
Menurut Wasis (1983:48) likuiditas dapat diartikan berdasar 2
konsep,
yaitu :
Likuiditas menurut konsep yang statis adalah bahwa perusahaan
harus
memiliki sejumlah persediaan uang kas atau alat likuid yang lain,
sehingga
19
20
setiap waktu dibutuhkan guna membayar kewajibannya, perusahaan
tidak
perlu mencari-cari. Titik berat konsep ini harus ada persediaan
uang kas atau
alat likuid. Oleh karena itu konsep ini dinamakan konsep persediaan
(stock
concept). Pengertian yang statis ini tidak mengantisipasi
kemungkinan bahwa
perusahaan dapat memperoleh alat - alat likuid dari bank atau
pinjaman lain.
2. Konsep Dinamis
tidak perlu menghiraukan tersedianya uang kas sekarang. Perusahaan
harus
dapat mengantisipasikan aliran uang yang masuk melalui pinjaman
maupun
kegiatan operasional. Konsep yang dinamis tidak menitikberatkan
pada
tersedianya uang kas sekarang, melainkan pada aliran uang masuk dan
aliran
uang keluar. Oleh karenanya dinamakan "flow concept".
2.2. MODAL KERJA SEBAGAIINDIKATOR LIKUIDrTAS
2.2.1. Pengertian Modal Kerja & Aspek Manajemen Modal
Kerja
2.2.1.1. Pengertian Modal Kerja
kerja brutto (gross working capital) yang merupakan keseluruhan
dari aktiva
lancar dan modal kerja netto (net working capital) yang merupakan
selisih antara
aktiva lancar dengan hutang lancar.
Menurut J. Fred Weston (1992:327) modal kerja didefinisikan
sebagai
berikut: "Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk
uang tunai,
surat berharga, piutang, dan persediaan, dikurangi kewajiban lancar
yang
20
digunakan untuk membiayai aktiva lancar. Ukuran ini disebut dengan
modal
kerja bersih."
"Modal kerja merupakan kekayaan atau akth'a yang diperlukan oleh
perusahaan
untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan yang selalu
berputar/'
Beberapa konsep tentang pengertian modal kerja, yaitu :
a. Konsep kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam
unsur-
unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali
berputar
kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam
di
dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang relatif pendek.
Dengan
demikian modal kerja menurut konsep ini adalah jumlah keseluruhan
dari
aktiva lancar yang sering disebut dengan modal kerja brutto (gross
working
capital).
Dalam konsep ini tidak dipentingkan kualitas dari modal kerja,
apakah
modal kerja dibiayai dari modal para pemilik. hutang jangka
panjang
maupun hutangjangka pendek.
b. Konsep Kualitatif.
Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep
ini
pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap
hutangjangka
pendek, yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman
jangka panjang
maupun dari para pemilik perusahaan.
Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya
aktiva lancar
yang lebih besar daripada hutang jangka pendeknya dan menunjukkan
pula
tingkat keamanannya bagi para kreditur jangka pendek, serta
menjamin
kelangsungan operasi di masa yang akan datang dan kemampuan
perusahaan
untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan
aktiva
lancarnya. Dengan kata lain, modal kerja ini merupakan sebagian
dari aktiva
lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai
operasi
perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya yang sering disebut modal
kerja
netto (net working capital),
pendapatan.
akan digunakan untuk menghasilkan laba, tetapi tidak semua dana
digunakan
untuk menghasilkan laba periode ini, ada sebagian dana yang
digunakan
untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang. Misalnya,
bangunan,
mesin-mesin, inventaris kantor, dan aktiva tetap lainnya. Dari
aktiva tersebut
yang menjadi bagian dari modal kerja tahun ini adalah sebesar
penyusutan
aktiva-aktiva tersebut untuk tahun ini.
22
23
Menurut J. Fred Weston (1992:327) :"Dua aspek pokok manajemen
modal kerja adalah berapa banyak sumber - sumber keuangan yang
sebaiknya
diinvestasikan dalam bentuk aktiva lancar serta berapa bagian
hutang jangka
pendek dibanding hutang jangka panjang."
Aspek manajemen modal kerja sering dijadikan sebagai topik studi
yang penting :
1. Hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar waktu manajer
tersita untuk
kegiatan operasional sehari-hari perusahaan, yang kurang lebih
dapat
diartikan sebagai manajemen modal kerja.
2. Lebih separo dari total aktiva perusahaan merupakan aktiva
lancar. Sebagai
bagian investasi yang besar dan mudah diuangkan maka aktiva
lancar
memerlukan perhatian yang seksama dari manajer keuangan.
3. Manajemen modal kerja terutama sangat penting bagi perusahaan
kecil.
4. Adanya hubungan yang langsung antara pertumbuhan penjualan
dengan
kebutuhan untuk membiayai aktiva lancar.
(J. Fred Weston, 1992:327).
2.2.2. Jenis - Jenis Modal Kerja
Jenis -jenis modal kerja pada dasarnya terdiri dari dua bagian
pokok, yaitu :
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen adalah modal kerja yang hams tetap ada
pada
perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata
lain, modal
23
24
kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.
Modal
kerja permanen ini dapat dibedakan dalam :
a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
Adalah jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada
perusahaan
untuk menjamin kontinuitas usahanya.
Adalah jumlah modal kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan
luas produksi yang normal. Pengertian normal di sini adalah
dalam
artian yang dinamis. Apabila suatu perusahaan selama 4 atau 5
bulan
produksi rata-rata perbulannya 1000 unit, maka dapat dikatakan
luas
produksi normalnya adalah 1000 unit. Apabila kemudian ternyata
bahwa
selama 4 atau S bulan berikutnya, luas produksi rata-rata
perbulannya
2000 unit, maka luas produksi normalnya berubah menjadi 2000
unit.
(BambangRiyanto, 1994:54).
Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah -
ubah
sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan antara
:
a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan
fluktuasi
musim. Misalnya, besarnya modal kerja yang diperlukan pada
musim
giling pada perusahaan penggilingan beras adalah besar
sekali,
sedangkan pada musim tidak giling kebutuhan modal kerjanya
adalah
kecil sekali.
Adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan
fluktuasi
konjungtur perekonomian nasional maupun intemasional.
Misalnya,
harga bahan bakar minyak naik. devaluasi. inflasi. maupun resesi
dunia.
c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
Adalah modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya
keadaan
darurat yang tidak diketahui sebelumnya, misalnya : ada
pemogokan
buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak.
(Bambang Riyanto, 1994:55)
operasi perusahaan sehari - hari, karena dengan modal kerja yang
cukup
memungkinkan perusahaan beroperasi secara ekonomis atau efisien
serta
memberikan beberapa keuntungan, antara lain :
a. Melindungi perusahaan terhadap kiisis modal kerja karena
turunnya nilai dari
aktiva lancar yang disebabkan oleh uang kas yang keluar lebih besar
daripada
uang kas yang masuk.
pada waktunya.
resiko yang ditanggung perusahaan sebesar % atas piutang. Ini
berarti bila
2 s;
26
kelak piutang sebesar % tidak tertagih atau terbayar hal tersebut
sudah dapat
diduga.
d. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup
untuk
melayani para konsumennya.
e. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien
karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa
yang
dibutuhkan.
Jadi modal kerja yang cukup sangat penting bagi perusahaan dalam
arti
jumlah modal kerja tidak boleh terlalu kecil atau besar. Modal
kerja yang terlalu
besar akan mengakibatkan:
a. Perusahaan tidak dapat memperoleh rate of return sebagaimana
mestinya,
karena modal yang tersedia tidak dipergunakan dalam operasi yang
normal.
b. Dapat mendorong terjadinya pemborosan - pemborosan, misalnya
persediaan
barang yang terlalu besar.
c. Manajer Keuangan tidak dapat mengelola keuangan perusahaan
secara efisien,
terutama dengan adanya modal kerja yang besar disertai dengan
hutang yang
besar pula.
d. Perusahaan merasa tidak perlu meminjam pada bank karena bila
meminjam
pada bank, perusahaan akan mengeluarkan biaya tambahan berupa
biaya
penggunaan modal bank (cost of capital).
Sedang bila modal kerja yang terlalu kecil akan mengakibatkan
perusahaan tidak dapat beroperasi secara efektif dan efisien karena
keterbatasan
27
dana yang ada dalam perusahaan yang menyebabkan operasi perusahaan
kurang
lancar.
Modal kerja yang cukup sangat penting bagi perusahaan, tetapi
untuk
menentukan modal kerja yang dianggap cukup bagi perusahaan
bukanlah
merupakan hal yang mudah, karena modal kerja yang dibutuhkan oleh
perusahaan
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Sifat / type dari perusahaan
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih kecil
bila
dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja industri karena
perusahaan jasa
tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang,
maupun
persediaan. Bila dibandingkan dengan perusahaan industri, maka
keadaannya
berbeda jauh karena perusahaan industri hams mengadakan investasi
yang
cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaan tidak mengalami
kesuUtan di
dalam operasinya sehari - hari, sehingga dibutuhkan modal kerja
yang lebih
besar.
b. Waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual
dan harga
persatuan dari barang tersebut.
waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual,
makin
lama waktu yang dibutuhkan untukl memperoleh barang tersebut makin
besar
pula modal kerja yang dibutuhkan. Selain itu, harga pokok per
satuan barang
28
juga mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan,
semakin
besar harga pokok per satuan barang yang akan dijual akan semakin
besar pula
kebutuhan akan modal kerja.
Syarat pembelanjaan barang dagangan sangat mempengaruhi jumlah
modal
kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan. Jika syarat kredit yang
diterima pada
waktu pembelian menguntungkan, makin sedikit uang kas yang
harus
diinvestasikan dalam persediaan barang dagangan. Bila terjadi
pembayaran
barang yang dibeli dalam jangka waktu yang pendek, maka uang kas
yang
diperlukan untuk membiayai persediaan makin besar.
d. Syarat penjualan
Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para
pembeli
akan mengakibatkan semakin besar jumlah modal kerja yang
harus
diinvestasikan dalam piutang.
Semakin tinggi perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal
kerja yang
dibutuhkan semakin kecil.
(Drs. S.Munawir, 1991:117-119)
Besar kecilnya kebutuhan modal kerja terutama tergantung pada dua
faktor,
yaitu:
28
29
Dengan pengeluaran dalam jumlah yang sama setiap harinya, tetapi
dengan makin
lamanya periode perputarannya, maka jumlah modal kerja yang
dibutuhkan akan
makin besar. Periode perputaran atau terikatnya modal kerja adalah
merupakan
keseluruhan atau jumlah dari periode - periode yang meliputi jangka
waktu kredit
beli, lamanya barang jadi disimpan di gudang dan jangka waktu
penerimaan
piutang.
Demikian pula halnya dengan periode perputaran yang tetap dengan
makin
besamya jumlah pengeluaran kas setiap harinya, kebutuhan modal
kerja pun
makin besar. Pengeluaran setiap harinya merupakan jumlah
pengeluaran kas rata -
rata setiap harinya untuk keperluan pembayaran barang, pembayaran
upah buruh,
dan biaya - biaya lainnya. Apabila perusahaan hanya menjalankan
usaha satu kaU
saja, maka kebutuhan modal kerja cukup sebesar yang dikeluarkan
selama satu
periode perputaran saja. Tetapi pada umumnya, perusahaan didirikan
tidak
dimaksudkan untuk menjalankan usaha satu kali saja, melainkan untuk
seterusnya
dan dimana setiap hari ada aktivitas usaha. Bagi perusahaan yang
disebutkan
terakhir ini dengan sendirinya kebutuhan modal kerjanya tidak cukup
hanya
sebesar apa yang diperlukan selama satu periode perputaran saja,
melainkan
sebesar jumlah pengeluaran setiap harinya dikalikan dengan
periode
perputarannya. (Bambang Riyanto, 1994:57-58)
Pada umumnya aktiva lancar terdiri dari:
2.2.5.1. Kas
Salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat
likuiditasnya
adalah kas. Setiap perusahaan dalam menjalankan operasinya sehari -
hari selalu
membutuhkan kas (uang tunai) untuk membiayai kegiatan rutin
perusahaan
maupun untuk pengadaan investasi baru dalam akitva lancar.
Pengeluaran kas suatu perusahaan bersifat kontinu (terus menerus)
dan
bersifat intermittent (tidak kontinu). Pengeluaran kas yang
bersifat kontinu
misalnya, pembelian bahan mentah, pembayaran upah buruh, gaji, dan
lain
sebagainya. Sedangkan yang bersifat intermittent misalnya,
pembayaran bunga,
pembayaran angsuran hutang, pajak pendapatan, dan lain
sebagainya.
Di samping aliran kas keluar (cash outflow) juga terdapat aliran
kas
masuk (cash inflow). Aliran kas masuk mempunyai sifat yang sama
dengan aliran
kas keluar, yaitu bersifat kontinu dan intermittent. Aliran kas
masuk yang bersifat
kontinu misalnya, hasil penjualan produk secara tunai, penerimaan
piutang dan
lain sebagainya. Sedangkan yang bersifat intermittent misalnya,
penerimaan
kredit, penjualan aktiva tetap yang tidak terpakai lagi, dan lain
sebagainya.
Penerimaan dan pengeluaran kas akan terus berlangsung selama
perusahaan
berjalan.
Selisih antara aliran kas masuk dengan aliran kas keluar disebut
saldo
kas. Besamya saldo kas ini akan mengalami penurunan dari waktu ke
waktu
karena berbagai faktor. Jumlah saldo kas yang ada dalam perusahaan
akan
meningkat apabila pemasukannya yang berasal dari penjualan tunai
dan piutang
yang terkumpul lebih besar dari pengeluaran kas untuk bahan mentah,
tenaga
kerja, biaya lain, dan pajak.
30
31
Perubahan dalam tingkat harga juga mempunyai pengaruh yang besar
terhadap
aliran kas di dalam perusahaan. Perubahan politik pemasaran,
kebijakan di bidang
pembelian dan di bidang personalia juga mempunyai pengaruh terhadap
aliran kas
di dalam perusahaan.
tergantung pada tiga motif di dalam pemakaian uang kas, yaitu
:
1. Motif transaksi
sebagainya.
akibat tindakan - tindakan spekulatif, misalnya harga bahan
baku
diperkirakan akan naik, maka perusahaan ingin mempergunakan
kesempatan
tersebut untuk mendapatkan laba.
tiba - tiba rusak, dan sebagainya.
Manajemen perusahaan harus mengelola kas sedemikian rupa,
sehingga
tingkat Ukuiditasnya dapat seimbang dengan tingkat
profitabilitasnya. Karena
semakin banyak kas maka makin banyak uang yang menganggur, sehingga
akan
memperkecil tingkat profitabihtasnya. Sebaliknya apabila persediaan
kas yang
32
ada dalam perusahaan keciL maka ada kemungkinan perusahaan ada
dalam
keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan. Untuk menentukan
berapa
jumlah kas yang sebaiknya harus dipertahankan oleh suatu
perusahaan, belum ada
standar rasio yang bersifat umum. Meskipun demikian ada beberapa
standar
tertentu yang dapat digunakan sebagai pedoman di dalam menentukan
jumlah kas
yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan. Jumlah kas pada
suatu saat dapat
dihubungkan dengan jumlah penjualannya, dimana perbandingan
jumlah
penjualan dengan jumlah kas rata-rata menunjukkan tingkat
perputaran kas (cash
turnover). Makin tinggi tingkat perputarannya semakin baik, karena
ini berarti
makin tinggi efisiensi penggunaan kasnya. Di samping itu faktor -
faktor yang
menentukan jumlah minimal persediaan kas yang harus dipertahankan
adalah
keseimbangan antara penenmaan dan pengeluaran kas, ketidaktepatan
ramalan
penggunaan kas dan tingkat kesulitan untuk memperoleh sumber kas
sewaktu -
waktu.
Kas juga mencakup simpanan - simpanan di bank atau di mana saja
yang
dapat dipergunakan sebagai alat pertukaran dan simpanan di dalam
perusahaan.
Simpanan dalam perusahaan yang digunakan sebagai alat pertukaran
atau alat
setoran ke bank disebut "kas di tangan" (cash on hand). Sedangkan
simpanan di
bank yang dapat dipakai sebagai alat pertukaran disebut "kas di
bank" (cash in
bank). Dalam praktek di Indonesia, yang dimaksud dengan kas adalah
cash in
hand, sedangkan simpanan - simpanan di bank berupa rekening giro
disebut
"bank".
32
33
Girobank
Rekening giro adalah jenis simpanan di bank yang setiap saat dapat
diambil dan
mudah dipergunakan sebagai alat pembayaran dengan menggunakan
cek.
Pemegang rekening giro ini setiap saat dapat menambah atau
mengurangi jumlah
rekeningnya.
Di samping itu ada jenis simpanan di bank yang tidak dapat
dikelompokkan
sebagai kas di bank, yaitu :
• Rekening Tabungan
dilakukan setiapsaat dengan batas - batas tertentu. Yang dimaksud
dengan
batas - batas tertentu adalah setiap bulannya dibatasi
pengambilannya,
misalnya paling banyak dalam satu bulan satu atau kali.
• Rekening Deposito Berjangka
Rekening berbentuk deposito berjangka adalah suatu jenis simpanan
di bank
yang pengambilannya dapat dilakukan setelah jangka waktu
tertentu.
2.2.5.2. Surat - Surat Berharga
Surat berharga merupakan bentuk penanaman sementara atas
kelebihan
dana kas agar tidak menganggur. Surat berharga ini berupa
sertifikat yang dapat
diperjual belikan. Bila perusahaan membutuhkan uang kas, sewaktu -
waktu
sertifikat ini bisa dijual. Penanaman sementara dalam surat
berharga ini dirasakan
manfaatnya terutama bagi perusahaan yang kegiatan operasionalnya
bersifat
musiman (misalnya perusahaan gula). Penanaman sementara ini
akan
34
keuntungan dari kenaikan harga jual surat - surat berharga
tersebut. Meskipun
dalam kenyataannya penanaman itu bisa berjalan bertahun - tahun,
penanaman
semacam ini tetap digolongkan sebagai investasi jangka pendek.
Untuk itu
penanaman yang dilakukan harus memenuhi kriteria penanaman
sementara.
Kriteria penanaman sementara dalam surat berharga, antara lain
:
• Surat berharga harus mudah diperjual behkan dan punya pasaran
yang luas.
• Pembehan surat - surat berharga tidak mempunyai tujuan untuk
menguasai
perusahaan yang mengeluarkan surat berharga.
• Surat berharag yang dibeli dimaksudkan untuk dijual kembali dalam
jangka
waktu yang relatif pendek.
• Surat berharga yang dibeli mempunyai harga pasar yang stabil
(kurs tidak
berubah secara drastis).
Penanaman sementara dalam saham artinya bahwa perusahaan yang
mempunyai uang kas yang menganggur memanfaatkan uang tersebut
dalam
bentuk pembehan saham. Saham adalah lembaran saham yang merupakan
bagian
dari modal saham yang dimiliki oleh sebuah perusahan yang berbentuk
Perseroan
Terbatas (PT) dan mempunyai nilai nominal sebesar tertentu. Bagian
laba dari
penanaman saham ini disebut deviden.
35
Bagi perusahaan yang mengeluarkan, obligasi merupakan surat tanda
bukti
hutang. Sedang bagi pemegang atau pemilik obligasi merupakan tanda
bukti
meminjamkan uang sebesar nominal yang tercantum dalam
obligasi.
Pemilik obligasi bukan merupakan pemilik perusahaan, tetapi
merupakan
kreditur. Pemegang obligasi memperoleh pendapatan berupa bunga,
tanpa
memperhatikan perusahaan yang mengeluarkan obligasi itu memperoleh
laba atau
tidak.
Piutang adalah semua tagihan kepada seseorang atau badan usaha
atau
kepada pihak lainnya dalam satuan uang, yang timbul dari transaksi
masa lalu.
Piutang mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi daripada
persediaan
karena perputarannya dari piutang ke kas membutuhkan satu langkah
saja.
Piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (FX Sudarsono,
1987:62)
1. Piutang Dagang atau Piutang Usaha (Account Receivable)
Adalah jenis piutang yang timbul akibat adanya penjualan barang
atau jasa
secara kredit. Dalam Neraca, piutang dagang disajikan sebesar nilai
bersihnya,
yaitu dengan memperhatikan faktor retur dan potongan
penjualan.
2. Piutang Wesel (Notes Receivable)
Adalah piutang yang didasari atas kesanggupan tertulis dari si
penerima kredit
unfuk membayar sejumlah uang tertentu atas permintaan pada suatu
tanggal
yang telah ditetapkan.
Ada kalanya kesanggupan untuk membayar datang dari yang berhutang.
Surat
kesanggupan membayar hutang secara tertulis ini disebut promes.
Menurut
Prinsip Akuntansi Indonesia, piutang yang diperkuat dengan promes
disebut
wesel tagih.
Adalah piutang yang timbulnya bukan karena penjualan barang atau
jasa
secara kredit. Yang termasuk jenis piutang ini antara lain : klaim
kepada pihak
lain akibat peristiwa tertentu (klaim asuransi), piutang pendapatan
(deviden,
bunga, sewa), piutang kepada pegawai, dan Iain-lain.
Beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi
dalam
piutang, yaitu : (Bambang Riyanto, 1994:76)
1. Volume penjualan kredit
plafond bagi kredit yang diberikan pada para langganannya. Makin
tinggi
plafond yang ditetapkan bagi masing-masing langganan berarti makin
besar
jumlah investasi dalam piutang.
Demikian juga ketentuan mengenai siapa yang dapat diberi kredit,
makin
selektif para langganan yang dapat diberi kredit akan memperkecil
jumlah
investasi dalam piutang.
Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan
piutang
secara aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan
secara
aktif dalam pengumpulan piutang akan mempunyai investasi dalam
piutang
1
secara pasif.
Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar
dengan
menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount dan ada sebagian
tain
tidak menggunakan kesempatan tersebut.
sepenuhnya dengan kredit penjual (kredit leveransir). Kedua.
mereka
membayar pada hari kesepuluh dengan mendapatkan cash discount
sebesar
2%.
sesudahnya akan mempunyai pengaruh terhadap besarnya investasi
dalam
piutang. Apabila sebagian besar para langganan membayar dalam
waktu
selama discount period, maka dana yang tertanam dalam piutang akan
lebih
cepat bebas, ini berarti jumlah investasi dalam piutang makin
kecil.
Periode terikatnya modal dalam piutang tergantung pada tingkat
perputaran
piutang. Makin cepat tingkat peiputaran piutang maka berarti makin
kecil modal
37
38
yang dibutuhkan untuk investasi dalam piutang. Sebaliknya makin
lama tingkat
perputaran piutang. maka makin besar modal yang ditanamkan dalam
piutang.
2.2.5.4. Persediaan
yang selalu dalam keadaan berputar dan terus menerus mengalami
perubahan.
Masalah penentuan besamya investasi dalam persediaan merupakan
masalah yang
penting bagi perusahaan, karena persediaan mempunyai pengaruh
langsung
terhadap keuntungan perusahaan.
dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, biaya penyimpanan
dan
pemeliharaan di gudang serta kemungkinan kerugian karena kemsakan,
turunnya
kualitas dan keusangan sehingga semuanya ini akan memperkecil
keuntungan
perusahaan. Sebaliknya investasi dalam persediaan yang terlalu
kecil akan
menekan keuntungan perusahaan karena kekurangan material
sehingga
perusahaan tidak dapat bekerja seoptimal mungkin.
Dalam perusahaan perdagangan pada dasamya hanya ada satu
golongan
persediaan yang mempunyai sifat perputaran yang sama, yaitu
persediaan barang
dagangan (merchandise inventory). Persediaan ini merupakan
persediaan barang
yang selalu dalam perputaran, dibeii, dan dijual yang tidak
mengalami proses
lebih lanjut dalam perusahaan yang menyebabkan perubahan bentuk
dari barang
yang bersangkutan.
Dalam perusahaan produksi pada umumnya ada tiga golongan persediaan
utama,
yaitu :
2. Persediaan barang dalam proses (work in process inventon')
3. Persediaan barang jadi (finished goods inventory)
Tinggi rendahnya inventory turnover mempunyai pengaruh
langsung
terhadap besar kecilnya modal yang diinvesatsikan dalam persediaan
. Makin
tinggi turnovemya berarti makin cepat petputarannya yang berarti
makin pendek
waktu terikatnya modal dalam persediaan.
2.3. PROFITABILITAS
dikaitkan dengan pembicaraan ini adalah diukur dengan revenue
(pendapatan dari
penjualan) dikurangi biaya - biaya.
a. Meningkatkan pendapatan dari penjualan
b. Menurunkan biaya - biaya
pengeluaran pada pos - pos tertentu. Sedangkan profit dapat
dinaikkan dengan
39
40
tingkat pendapatan yang tinggi.
profitabilitas, antara lain :
1. Profit Margin, yaitu margin keimtungan yang ditentukan atas
harga penjualan.
Laba bersih Profit Margin =
Laba Bersih ROI = .
Laba Bersih Return on Net Worth =
Modal Sendiri
Likuiditas berhubungan dengan kemampuan manajemen perusahaan
untuk
membavar kewajiban keuangan kepada pihak luar dan kreditur pada
saat jatuh
tempo (Anton M. Samosir, 1985:26).
Likuiditas yang rendah menunjukkan adanya kekurangan modal
kerja,
selanjutnya dapat mengganggu kelancaran perusahaan. Sebaliknya,
modal kerja
yang sangat besar menunjukkan tidak efektifnya pemakaian modal
kerja, karena
40
i!
itu diperlukan suatu perencanaan keburuhan modal kerja yang seksama
(Faisal
AriffdanUtjupSupandi, 1985:14).
Modal kerja (aktiva lancar) yang terlalu besar dibanding hutang
lancar akan
terjadi over likuiditas, sehingga akan menyebabkan :
a. Adanya modal kerja yang kurang produktif dalam pemakaiannya
akan
merugikan pemsahaan.
b. Adanya kesan yang kurang baik bahwa manajer kurang efektif dan
efisien
dalam menggunakan modal kerja yang dimilikinya.
c. Beban bunga yang semakin besar karena modal kerja yang
digunakan
mungkin berasal dari bank atau kredit.
2.5. HUBUNGAN MODAL KERJA DENG AN PROFIT ABILIT AS
Modal kerja yang cukup akan membantu aktivitas perusahaan, karena
itu perlu
dipertimbangkan oleh seorang manajer dalam menjaga profitabilitas
perusahaan
agar tetap optimal.
diperoleh maka peningkatan keuntungan akan diikuti oleh resiko yang
semakin
besar. Sebaliknva kalau perusahaan ingin menurunkan resiko. maka
menurunnva
resiko ini akan diikuti oleh menurunnva tingkat profitabilitas
(Lukman
Syamsudin, 1987:58).
Hkuiditas dan masalah profitabilitas yaitu mengatur keuangan
sedemikian rupa
sehingga setiap saat dapat memenuhi kewajiban yang jatuh tempo
tanpa harus
mengurangi kemampuan untuk memaksimalisasi laba.
Dua masalah yang saling bertentangan ini oleh Wasis (1991:9)
digambarkan
dengan segi empat yang dibagi secara diagonal, dimana sisi yang
satu
menunjukkan Hkuiditas, sedangkan sisi yang lain menunjukkan
tingkat
profitabilitasnya.
Sumber:Wasis, Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi kedua, Penerbit
Satya Wacana, Semarang, 199hhalaman 9.
Bagan di atas menunjukkan bahwa semakin besar uang kas yang ditahan
semakin
besarlah tingkat likuiditasnya dan semakin kecillah tingkat
profitabilitasnya.
Sementara itu pada kenyataannnya bahwa untuk memperoleh laba, uang
kas itu
Gambar 1 Bagan Likuiditas - Profitabilitas
ditahan
Likuiditas
Profitabilitas
42
43
harus beredar. Semakin cepat dan semakin besar perputarannya
semakin besar
pula kemungkinan perusahaan memperoleh laba.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Wasis (1991:9) bahwa likuiditas dan
profitabilitas
kecuali sebagai tujuan yang saling bertentangan (conflicting
objectives) sekaligus
juga merupakan tujuan kembar (twin objectives). Sebagai tujuan
kembar (twin
objective), antara likuiditas dan profitabilitas kedua-duanya harus
dapat
diusahakan tercapai tanpa harus mengorbankan satu demi yang
lain.
Perusahaan yang illikuid tidak dapat membayar hutangnya yang
jafuh
tempo. Jika tidak dapat membayar hutang yang jatuh tempo maka
perusahaan
lama kelamaan akan kehilangan kepercayaan dari para kreditumya.
Kehilangan
kepercayaan para kreditur berarti secara otomatis kehilangan sumber
modal.
Dengan demikian maka usaha untuk memaksimalisasi laba akan sangat
sulit untuk
dicapai.
Di samping menamakan tujuan yang saling bertentangan dan tujuan
kembar
untuk likuiditas dan profitabilitas, Wasis (1991:9) juga menyatakan
bahwa
likuiditas adalah tujuan antara (intermediate objectives), sedang
profitabilitas
adalah tujuan akhir (ultimate objectives). Selanjutnya dikemukakan
pula bahwa
bisa saja cara menamakan tersebut tidak benar, tetapi yang penting
adalah
bagaimana kedua tujuan itu harus dikelola secara benar dan
tepat.
43