Top Banner
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Pada dasarnya penelitian tentang bahasa khususnya tindak tutur pengakuan (acknowledgment) belum pernah dilakukan, akan tetapi banyak penelitian yang hampir sama. Hanya saja bentuk tidak tuturnya yang berbeda misalnya tindak tutur direktif (kajian pragmatik) yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Widyaningrum (2007) mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purwokerto dengan judul “Tindak Tutur Direktif Guru Taman Kanak-kanak dalam Proses Belajar Mengajar di TK Aisyiyah Desa Kesegeran Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas”. Penelitian tersebut dilakukan untuk mendeskripsikan wujud tuturan direktif guru dalam dalam proses belajar mengajar di TK Aisyiyah Desa Kesegeran Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Penelitian tersebut menghasilkan wujud tuturan guru TK dalam proses belajar mengajar terbagi menjadi enam bentuk yaitu (1) tuturan requestives (meminta), (2) questions (bertanya), (3) requirement (memerintah), (4) prohibitives (melarang), (5) permissives (menyetujui) dan (6) advisories (menasehati). Penelitian yang akan peneliti lakukan dengan judul “Tindak Tutur Pengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Purwokerto Bulan September Tahun Pelajaran 2013-2014”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur dan fungsi dari masing- masing jenis tindak tutur pengakuan (acknowledgment) guru dalam kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 2 Purwokerto yang meliputi (1) Apologize (Meminta maaf), 9 Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
35

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

Jun 11, 2019

Download

Documents

buinguyet
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Pada dasarnya penelitian tentang bahasa khususnya tindak tutur pengakuan

(acknowledgment) belum pernah dilakukan, akan tetapi banyak penelitian yang

hampir sama. Hanya saja bentuk tidak tuturnya yang berbeda misalnya tindak tutur

direktif (kajian pragmatik) yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Widyaningrum

(2007) mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Muhammadiyah Purwokerto dengan judul “Tindak Tutur Direktif Guru Taman

Kanak-kanak dalam Proses Belajar Mengajar di TK Aisyiyah Desa Kesegeran

Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas”. Penelitian tersebut dilakukan untuk

mendeskripsikan wujud tuturan direktif guru dalam dalam proses belajar mengajar di

TK Aisyiyah Desa Kesegeran Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Penelitian

tersebut menghasilkan wujud tuturan guru TK dalam proses belajar mengajar terbagi

menjadi enam bentuk yaitu (1) tuturan requestives (meminta), (2) questions

(bertanya), (3) requirement (memerintah), (4) prohibitives (melarang), (5)

permissives (menyetujui) dan (6) advisories (menasehati).

Penelitian yang akan peneliti lakukan dengan judul “Tindak Tutur Pengakuan

(Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar di SMP Negeri 2

Purwokerto Bulan September Tahun Pelajaran 2013-2014”. Penelitian tersebut

bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur dan fungsi dari masing-

masing jenis tindak tutur pengakuan (acknowledgment) guru dalam kegiatan belajar

mengajar di SMP Negeri 2 Purwokerto yang meliputi (1) Apologize (Meminta maaf),

9

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

10

(2) Condole (Mengucapkan belasungkawa), (3) Congratulate (Mengucapkan selamat),

(4) Greet (Mengucapkan salam), (5) Thank (Mengucapkan terimakasih) dan No

Thanks (Berterima kasih tetapi menolak), (6) Reject (Menolak), (7) Recept

(Menerima) dan (8) Bid (Harapan).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian yang peneliti lakukan

jelas berbeda dengan penelitian Widyaningrum. Untuk itu peneliti beranggapan bahwa

penelitian “Tindak Tutur Pengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar

Mengajar di SMP Negeri 2 Purwokerto Bulan September Tahun Pelajaran 2013-2014”

perlu dilakukan karena berbeda dengan penelitian sebelumnya. Untuk hasil penelitian

yang menjelaskan permasalahan di atas, peneliti menjelaskannya dalam bab hasil

penelitian dan pembahasan.

B. Pengertian Bahasa dan Fungsi Bahasa

Menurut Kridalaksana (dalam Chaer, 2007: 32) menjelaskan bahwa bahasa

adalah sistem lambing bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok

sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Meskipun

lambang-lambang bahasa itu bersifat arbitrer, tetapi juga bersifat konvensional.

Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antar lambang dengan

yang dilambangkannya. Sementara menurut Aslinda dan Leni Syafyahya (2010: 1-2)

mengemukakan bahwa bahasa dipergunakan oleh manusia dalam segala aktivitas

kehidupan.

Menurut Sutan Takdir Alisjahbana (dalam Wachid dan Kurniawan, 2013: 5)

bahasa adalah manifestasi atau alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan

seseorang. Lebih jauh lagi, bahasa adalah kedirian manusia. Hal itu karena dengan

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

11

menggunakan bahasa, manusia dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya, maka

bahasa selalu mempresentasikan pribadi orang. Hal ini senada diungkapkan oleh

Saphir (dalam Wachid dan Kurniawan, 2013: 5) bahwa bahasa selalu

mempresentasikan pikiran dan perasaan orang, artinya, pada tataran permukaan, tentu

bahasa yang diucapkan oleh orang marah dengan seorang yang bahagia tentu berbeda.

Setiap orang memiliki karakteristik sendiri dalam berbahasa. Karakteristik itu

mencerminkan kepribdaian pemakainya. Pada wilayah ini, bahasa yang menjadi pusat

kajian keilmuan (linguistik) adalah bahasa verbal yaitu, bahasa yang dihasilkan oleh

alat ucap manusia (lisan).

Dengan mengetahui pengertian bahasa dari beberapa ahli, penulis

menyimpulkan bahwa pengertian bahasa secara umum adalah sistem lambang bunyi

arbitrer yang digunakan oleh sekelompok masyarakat untuk saling berinteraksi,

bekerja sama dan mengidentifikasi diri antara manusia satu dengan manusia yang

lain. Penggunaan bahasa pastinya akan menimbulkan interaksi antar manusia satu

dengan manusia lain dengan tujuan baik untuk mendapatkan maupun menuangkan

perasaan, ide dan gagasan.

Fungsi bahasa dapat diartikan cara orang menggunakan bahasa mereka, atau

bahasa-bahasa mereka bila mereka berbahasa lebih dari satu. (Halliday, 1992 :20).

Jika dinyatakan dengan pengertian yang paling rampat yaitu orang melakukan sesuatu

dengan bahasa mereka; yaitu dengan cara bertutur dan menulis, mendengarkan dan

membaca, mereka berharap dapat mencapai banyak sasaran dan tujuan. Berkaitan

dengan fungsi bahasa, Keraf (2004: 3-7) mengungkapkan bahwa bahasa memiliki

empat fungsi yaitu:

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

12

1. Alat untuk menyatakan ekspresi diri

Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara

terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-

kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita;

2. Alat komunikasi

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan sarana perumusan maksud

kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan

kerjasama dengan sesama warga;

3. Alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial

Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan

pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka,

mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu

serta belajar berkenalan dengan orang lain. Melalui bahasa seorang

anggota masyarakat perlahan-lahan belajar mengenal segala adat-istiadat,

tingkah laku dan tata krama masyarakatnya;

4. Alat mengadakan kontrol sosial

Kontrol sosial adalah usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan

tindak-tanduk orang lain. Semua kegiatan sosial akan berjalan dengan

baik karena dapat diatur dengan mempergunakan bahasa.

Selain itu, Fishman (dalam Chaer dan Leonie Agustina, 2004: 15-17)

mengemukakan bahwa fungsi bahasa terbagi menjadi lima yang masing-masing

fungsi tersebut dilihat dari segi yang berbeda yaitu dilihat dari sudut penutur,

pendengar atau lawan bicara, topik ujaran, kode yang digunakan dan amanat yang

akan disampaikan. Penjelasan dari masing-masing fungsi bahasa tersebut sebagai

berikut:

1. Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal atau pribadi. Maksudnya, penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa tetapi juga memperlihatkan emosi itu waktu menyampaikan tuturannya.

2. Dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Maksudnya, bahasa tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang diinginkan si pembicara.

3. Dilihat dari segi topik ujaran, bahasa berfungsi referensial. Maksudnya, bahasa berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya.

4. Dilihat dari kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalingual atau metalinguistik, yakni bahasa digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembeajaran bahasa di mana kaidah-kaidah atau aturan-aturan bahasa dijelaskan dengan bahasa.

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

13

5. Dilihat dari segi amanat yang akan disampaikan, bahasa berfungsi

imaginatif. Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran,

gagasan, dan perasaan; baik yang sebenarnya, maupun yang cuma

imaginasi (khayalan, rekaan) saja.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi

bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh sekelompok masyarakat untuk

saling berinteraksi. Bahasa memiliki fungsi yang beragam, diantarannya untuk

mengekspresikan diri atau menyampaikan pikiran dan perasaan. Fungsi lainnya

sebagai integritas dan adaptasi sosial serta digunakan untuk mengadakan kontrol

sosial bagi interaksi manusia.

C. Pragmatik

Menurut Rohmadi (2004: 2) Pragmatik adalah studi kebahasaan yang terikat

konteks. Konteks memiliki peranan kuat dalam menentukan maksud penutur dalam

berinteraksi dengan lawan tutur. Sementara Leech (2011: 5) mengemukakan bahwa

pragmatik sebagai pokok bahasan utama yang menyelidiki makna dalam konteks

penggunaan bahasa dan bukan makna suatu yang abstrak.

Tarigan (2009: 31) menjelaskan bahwa pragmatik adalah telaah mengenai

segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik, atau dengan perkatan

lain, membahas segala aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara tuntas

oleh referensi langsung pada kondisi-kondisi kebenaran kalimat yang diucapkan.

Sementara itu Yule (2006: 3) menyebutkan bahwa pragmatik adalah studi tentang

makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar. Sebagai

akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang

dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari

kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri.

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

14

Sehubungan dengan bermacam-macam maksud yang mungkin

dikomunikasikan oleh penutur, Leech (2011: 19-21) mengemukakan sejumlah aspek

yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam pragmatik yaitu (1) penutur dan lawan

tutur, (2) konteks tuturan, (3) tujuan tuturan, (4) tuturan sebagai bentuk tindakan atau

aktivitas, (5) tuturan sebagai produk tindak verbal. Kelima aspek tersebut saling

melengkapi untuk menganalisis suatu tuturan dalam pragmatik.

1. Penutur dan Mitra Tutur

Leech (2011: 19) mengemukakan penutur dan mitra tutur (petutur) atau yang

menyapa (penyapa) dan yang disapa (pesapa). Istilah yang lazim digunakan

adalah penutur dan mitra tutur. Sementara Wijana (1996: 10-11) menjelaskan konsep

ini juga menyangkut penulis dan pembaca jika tuturan yang bersangkutan

dikomunikasikan dengan media tulisan. Dalam hubungan antara penutur dengan mitra

tutur, si mitra tutur bisa saja seseorang yang kebetulan lewat dan secara kebetulan

mendengarkan pesan dan bukan termasuk orang yang disapa. Dalam hal ini, si mitra

tutur tersebut berusaha mengartikan isi wacana hanya berdasarkan bukti kontekstual

yang ada tanpa menjadi sasaran pesan si penutur. Aspek-aspek yang berkaitan dengan

penutur dan mitra tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin,

dan tingkat keakraban.

2. Konteks Tuturan

Menurut Leech (2011: 20) konteks telah diberi berbagai arti : antara lain

diartikan sebagai aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah

tuturan. Konteks sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

15

oleh penutur dan mitra tutur dan yang membantu mitra tutur menafsirkan makna

tuturan. Sementara Wijana (1996: 11) menjelaskan konteks tuturan adalah konteks

dalam semua aspek fisik atau seting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan.

Konteks yang bersifat fisik lazim disebut koteks (cotext), sedangkan konteks seting

sosial disebut konteks. Dalam pragmatik, konteks pada hakikatnya adalah semua latar

belakang pengetahuan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur

dan mitra tutur. Background knowledge dapat berpengaruh pada baik atau tidaknya

suatu tuturan berlangsung. Latar pengetahuan yang dimiliki penutur dan mitra tutur

berpengaruh pada pemahaman masing-masing pihak dalam memahami maksud dari

masing-masing tuturannya.

3. Tujuan Tuturan

Leech (2011: 20) menjelaskan istilah tujuan dan fungsi daripada makna yang

dimaksud penutur mengucapkan sesuatu. Istilah tujuan lebih netral dari pada maksud,

karena tidak membenahi dengan suatu kemauan atau motivasi yang sadar, sehingga

dapat digunakan secara umum untuk kegiatan-kegiatan yang berorientasi tujuan.

Tujuan tuturan sesungguhnya mengacu pada latar belakang penutur dalam

mengutarakan bentuk-bentuk tuturan. Dalam hubungan ini, bentuk-bentuk tuturan

yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau

sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan berbagai tuturan yang

sama. Dalam pragmatik, berbicara merupakan aktivitas yang berorientasi pada tujuan.

Contoh tuturan yang memiliki aspek pragmatik tujuan tuturan adalah tuturan hai,

halo, hello, dan hi. Keempat tuturan tersebut berbeda secara bentuk, tetapi

sesungguhnya memiliki maksud yang sama, yaitu menyapa seseorang atau lawan

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

16

bicaranya. Suatu tuturan juga bisa digunkan untuk menyatakan berbagai macam

maksud, misalnya tuturan hai. Jika tuturan tersebut digunakan untuk tujuan

mengejutkan atau mengegetkan mitra tutur, maka maksud yang penutur bukan lagi

menyapa mitra tuturnya, tetapi mengagetkan mitra tuturnya (Wijana, 1996: 11).

4. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan Aktivitas

Leech (2011: 20) menjelaskan tata bahasa berurusan dengan maksud-maksud

statis yang abstrak, seperti kalimat (dalam sintaksis) dan proposisi (dalam semantik),

sedangkan pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performasi-performasi

verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. Dengan demikian pragmatik

menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa. Hal ini

senada yang diungkapkan oleh Wijana (1996: 12) tuturan sebagai bentuk tindakan

atau aktivitas bila gramatika menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai entitas yang

abstrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik.

Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi dalam situasi

tertentu. Dalam hubungan ini pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang

lebih kongkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang kongkret

jelas penutur dan mitra tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya.

5. Tuturan sebagai Produk Tindak Verba

Leech (2011: 20) Dalam pragmatik kata (tuturan) dapat digunakan dalam arti

yang lain, yaitu sebagai produk atau tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri).

Misalnya, kata would you please be quit (bisakah kamu diam) yang diucapkan dengan

intonasi naik yang sopan. Rangkaian kata tersebut dapat disebut dengan istilah kalimat

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

17

pertanyaan atau permintaan ataupun tuturan. Namun sebaliknya istilah-istilah seperti

kalimat, pertanyaan, permohonan dipakai untuk mengacu pada maksud-maksud

gramatikal sistem bahasa, sedangkan tuturan mengacu pada contoh-contoh maksud

gramatikal tersebut sebagaimana digunakan dalam situasi-situasi tertentu. Jadi, sebuah

tuturan dapat merupakan contoh kalimat atau tanda kalimat, tetapi bukanlah sebuah

kalimat.

D. Tindak Tutur

1. Pengertian Tindak Tutur

Rohmadi (2004: 29) menjelaskan bahwa teori tindak tutur pertama kali

dikemukakan oleh Austin (1956), seorang guru besar di Universitas Harvard. Teori

yang berwujud hasil kuliah itu kemudian dibukukan oleh J.O.Urmson (1965) dengan

judul How to do things with words?. Akan tetapi teori itu baru berkembang secara

mantap setelah Searle (1969) menerbitkan buku yang berjudul Speech Acts: An Essay

in the Philosophy of Language. Menurut Searle dalam semua komunikasi linguistik

terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan sekedar lambang, kata

atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang,

kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur.

Menurut Chaer dan Leonie Agustina (2004: 50) tindak tutur adalah gejala

individu yang besifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh

kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara Searle

(dalam Rohmadi, 2004: 29) menjelaskan bahwa tindak tutur adalah produk atau hasil

dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu yang dapat berwujud pernyataan,

pertanyaan, perintah atau yang lainnya.

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

18

2. Bentuk Tindak Tutur

Menurut Searle dalam bukunya Speech Acts: An Essay in The Philosophy of

Language (dalam Rohmadi, 2004: 30-32 ) mengemukakan bahwa secara pragmatis

setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur,

yaaitu:

a. Tindak Lokusi

Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini

sering disebut sebagai The Act Of Saying Something. Sebagai contoh tindak lokusi

adalah kalimat (3) “Ina belajar membaca”, dan (4) “Adi bermain bola”. Kedua

kalimat di atas diutarakan oleh penuturnya semata-mata untuk menginformasikan

sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu apalagi untuk mempengaruhi lawan

tuturnya. Tindak lokusi merupakan tindakan yang paling mudah diidentifikasi, karena

dalam pengidentifikasian tindak lokusi tidak memperhitungkan konteks tuturan.

b. Tindak Ilokusi

Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau

menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak

ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something.Sebagai contoh kalimat (5) “Dodi

sudah seminar proposal skripsi kemarin”. (6) “Ida sedang sakit”. Kalimat (5) jika

diucakan kepada seorang mahasiswa semester XII, bukan sekedar hanya memberikan

informasi saja akan tetapi juga melakukan sesuatu, yaitu memberikan dorongan agar

mahasiswa tadi segera mengerjakan skripsinya. Sedangkan kalimat (6) jika diucapkan

kepada temannya yang menghidupkan radio dengan volume tinggi, berarti bukan saja

sebagai informasi tetapi juga untuk menyuruh agar mengecilkan volume atau

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

19

mematikan radionya. Tindak ilokusi sangat sulit diidentifikasi karena terlebih dahulu

harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tuturnya.

Ibrahim (1993: 16-43) mengklasifikasikan tindak ilokusi sebagai berikut.

1) Konstatif (constatives)

Secara umum, constative merupakan ekspresi kepercayaan yang dibarengi

dengan ekspresi maksud sehingga mitra tutur membentak atau memegang

kepercayaan yang serupa. Misalnya menyatakan, memprediksi,

melaporkan, menasehati, menilai dan membenarkan.

2) Direktif (directives)

Direktif mengekspresikan maksud penutur (keinginan, harapan) sehingga

ujaran atau sikap yang diekspresikan dijadikan sebagai alasan untuk

bertindak oleh mitra tutur. Misalnya meminta, bertanya, memerintah,

melarang, menyetujui, dan menasehati.

3) Komisif (comissives)

Comissives merupakan suatu kategori tindak ilokusi yang mewajibkan

seseorang atau menolak mewajibkan seseorang untuk melakukan sesuatu

yang dispesifikasi dalam proposisinya, yang bisa juga menspesifikasi

kondisi-kondisi tempat isi itu dilakukan atau tidak harus dilakukan.

Misalnya menjanjikan dan menawarkan.

4) Acknowledgments (Pengakuan)

Acknowledgment mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitra tutur,

baik yang berupa rutinitas ataupun yang murni. Misalnya penyampaian

salam, mengekspresikan rasa senang, berterima kasih dan mengucapkan

salam.

c. Tindak Perlokusi

Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraanya dimaksudkan untuk

mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak perlokusi disebut sebagai The Act of Affecting

Someone. Sebuah tuturan yang diutarakan seseorang seringkali memiliki daya

pengaruh atau efek bagi yang mendengarnya. Efek yang timbul ini bisa sengaja

maupun tidak sengaja. Sebagai contoh kalimat (7) “Kemarin Ibuku sakit”. (8) “Inu

bebas SPP”. Kalimat (7) jika diucapkan oleh seseorang yang tidak dapat menghadiri

undangan temannya, maka ilokusinya adalah untuk meminta maaf, dan perlokusinya

adalah agar orang yang mengundangnya harap maklum. Sedangkan kalimat (8) jika

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

20

diucapkan seorang guru kepada murid-muridnya, maka ilokusinya adalah meminta

agar teman-temannya tidak iri, dan perlokusinya adalah agar teman-temannya

memaklumi keadaan ekonomi orang tua Inu.

Tindak perlokusi juga sulit dideteksi, karena harus melibatkan konteks

tuturannya. Dapat ditegaskan bahwa setiap tuturan dari seorang penutur

memungkinkan sekali mengandung lokusi saja, ilokusi saja, dan perlokusi saja.

Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa satu tuturan mengandung kedua atau

ketiga-tiganya. Selain tindak tutur tersebut, Wijana (dalam Rohmadi, 2004: 33-35)

menjelaskan bahwa tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung dan

tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tidak literal.

1) Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung

Secara formal berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat

berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif).

Secara konvensional kalimat berita (deklaratif) digunakan untuk memberitahukan

sesuatu (informasi); kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu; dan kalimat perintah

untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan atau permohonan. Apabila kalimat

berita difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat Tanya

untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon dan

sebagainya, maka akan terbentuk tindak tutur langsung. Sebagai contoh: (9) “Yuli

merawat ayahnya”. “Siapa orang itu?”. “Ambilkan buku saya!”. Ketiga kalimat

tersebut merupakan tindak tutur langsung berupa kalimat berita, tanya dan perintah.

Tindak tutur tak langsung adalah tindak tutur untuk memerintah seseorang

melakukan sesuatu secara tidak langsung. Tindakan ini dilakukan dengan

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

21

memanfaatkan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintahh tidak

merasa dirinya diperintah. Misalnya, seorang ibu yang menyuruh anaknya

mengambilkan sapu, diungkapkan dengan (10)“Upik, sapunya di mana?”. Kalimat

tersebut selain untuk bertanya sekaligus memerintah anaknya untuk mengambilkan

sapu.

2) Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal

Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya

sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Sedangkan tindak tutur tidak

literal (nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan

atau berlawanan dengan kata-kata yang menyusunnya. Sebagai contoh dapat dilihat

kalimat berikut.

(11) “Penyanyi itu suaranya bagus”.

(12) “Suaramu bagus (tapi kamu tidak usah menyanyi)”.

Kalimat (11) jika diutarakan dengan maksud untuk memujiatau mengagumi

suara penyanyi yang dibicarakan, maka kalimat itu merupakan tindak tutur literal,

sedangkan kalimat (12) penutur bermaksud mengatakan bahwa suara lawan tuturnya

jelek, yaitu dengan mengatakan “tak usah menyanyi” tindak tutur pada kalimat (12)

merupakan tindak tutur tak literal .

Apabila tindak tutur langsung dan tak langsung diinteraksikan dengan tindak

tutur literal dan tak literal, maka akan tercipta tindak tutur sebagai berikut.

1) Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act), ialah tindak tutur yang

diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud

pengutaraannya. Maksud memerintah disampaikan dengan kalimat perintah,

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

22

memberitakan dengan kalimat berita, dan menanyakan sesuatu dengan kalimat

Tanya. Misalnya: (13)“Ambilkan buku itu!”, “Kusuma gadis yang cantik”,

“Berapa saudaramu, Mad?”.

2) Tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act) adalah tindak tutur

yang diungkapkan degan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud

pengutaraannya, tetapi makna kata-kata ynag menyusunnya sesuai dengan

apayang dimaksudkan oleh penutur. Misalnya: (14) “Lantainya kotor.” Kalimat

itu jika diucapkan seorang ayah kepada anaknya bukan saja menginformasikan,

tetapi sekaligus menyuruh untuk membersihkannya.

3) Tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech) adalah tindak tutur

yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan,

tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan

maksud penuturnya. Misalnya: (15) “Spedamu bagus, kok” Penutur sebenarnya

ingin mengatakan bahwa sepeda lawan tuturnya jelek.

4) Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act) adalah

tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan

maksud yang ingin diutarakan. Untuk menyuruh seorang pembantu menyapu

lantai yang kotor, seorang majikan dapat saja mengutarakannya dengan kalimat

(16)“Lantainya bersih sekali, mbok”.

E. Tindak Tutur Pengakuan (Acknowledgment)

Ibrahim (1993: 37) menjelaskan bahwa acknowledgment merupakan kasus

sentral dari kelas behabitivies Austin. Pengakuan (acknowledgment) mengekspresikan

perasaan tertentu kepada mitra tutur baik yang berupa rutinitas ataupun yang murni.

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

23

Perasaan dan pengekspresiannya cocok untuk jenis situasi tertentu. Ibrahim (1993:

37-41) mengktegorikan tindak tutur acknowledgment ke dalam delapan bentuk

tuturan yaitu: 1) apologize (meminta maaf), 2) condole (mengucapkan

belasungkawa), 3) congratulate (mengucapkan selamat), 4) greet (mengucapkan

salam), 5) thank (mengucapkan terimakasih) and No Thank (Berterima kasih tetapi

menolak), 6) bid (harapan), 7) accept (menerima), 8) reject (menolak).

1. Apologize : Meminta Maaf

Ketika seseorang meminta maaf kepada orang lain, baik orang tersebut

mengekspresikan penyesalan (akan apa yang telah dia lakukan) atau dia

mengekspresikan maksud sehingga ujarannya memenuhi harapan sosial untuk

mengekspresikan penyesalan. Penutur mengucapkan maaf kepada mitra tutur karena

telah melakukan sesuatu hal.

Contoh :

(17) Guru : Maaf ya anak-anak, Ibu telat karena tadi ada rapat mendadak.

Konteks tuturan:

Tuturan (17) dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya saat kegiatan

pembelajaran akan dimulai, guru meminta maaf karena datang terlambat,

keterlambatan dikarenakan guru tersebut mengikuti rapat mendadak. Bentuk tuturan

(17) merupakan bentuk tuturan meminta maaf dan digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar, yaitu guru meminta maaf kepada murid-muridnya karena datang terlambat

saat mengajar sehingga waktu pembelajaran menjadi terkurangi. Tuturan (17)

termasuk jenis tindak tutur langsung yaitu guru menggunakan kalimat berita yang

memberitahukan kenapa dirinya terlambat saat mengajar. Tuturan (17) digunakan

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

24

guru untuk menjelaskan kenapa ia (guru) melakukan hal tersebut, sehingga tidak

terjadi ke salah pahaman antara murid dengan guru.

(18) Guru : Oh ya maaf, itu seharusnya mengungkapkan bukan

mengungkan ya.

Konteks tuturan:

Tuturan (18) dituturkan oleh seorang guru pada saat mengajar. Guru tersebut

melihat ada kesalahan penulisan pada power pointnya, guru meminta maaf atas

kesalahan penulisan tersebut dan membetulkannya. Bentuk tuturan (18) merupakan

bentuk tuturan meminta maaf dan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu

guru meminta maaf karena ada kesalahan dalam penulisan di power poinnya. Tuturan

(18) termasuk jenis tindak tutur tak langsung yaitu secara tidak langsung, guru

meminta murid-muridnya untuk membetulkan apabila materi tersebut sudah ditulis di

masing-masing buku tulisnya. Tuturan (18) digunakan guru untuk menjelaskan

kesalahan penulisan materi yang sedang diajarkan di power pointnya.

2. Condole : Mengucapkan Belasungkawa

Tuturan yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur atau lawan tuturnya

atas sesuatu hal yang telah terjadi, suatu hal tersebut dapat berupa musibah yang

terjadi pada mitra tutur sehingga mengharuskan penutur mengekspresikan simpati

atas penderitaan mitra tutur dan maksud bahwa ujarannya memenuhi harapan sosial.

Tuturan condole ini pada umumnya memerlukan spesifikasi, sebab tuturan ini bisa

dikondisi oleh peristiwa yang sudah lewat yang tidak lagi ada dihadapan pertemuan

penutur dan mitra tutur.

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

25

Contoh:

(19) Guru : Ibu ikut prihatin ya, sudah tiga hari ini Veda tidak berangkat

karena sakit.

Konteks tuturan:

Tuturan (19) dituturkan oleh seorang guru pada saat pelajaran akan dimulai,

guru mengabsen murid dan ada salah satu murid yang sudah tiga hari tidak berangkat

karena sakit. Guru mengucapkan keprihatinannya atas musibah yang meninmpa

murid tersebut meskipun pada saat itu murid yang bersangkutan tidak hadir. Bentuk

tuturan (19) merupakan tuturan condole, yaitu guru ikut merasakan prihatin karena

salah satu muridnya sudah tiga hari tidak berangkat karena sakit. Tuturan (19)

termasuk jenis tindak tutur tak langsung yaitu guru menggunakan kalimat berita

dengan maksud meminta kepada murid-murid yang lain untuk menjenguk veda yang

sudah tiga hari tidak berangkat sekolah karena sakit. Tuturan (19) digunakan guru

untuk menjelaskan sekaligus memberikan penguatan dengan cara memotivasi murid-

murid yang lain untuk dapat menjaga kesehatannya dengan baik.

(20) Guru: Astaghfirullah, Ibu turut prihatin ya. Itu kapan kecelakaannya?.

Konteks tuturan:

Tuturan (20) dituturkan oleh seorang guru pada saat mengajar. Guru

mengetahui ada salah satu murid yang fisiknya terluka karena kecelakaan. Guru

mengucapkan keprihatinannya atas musibah yang menimpa murid tersebut. Bentuk

tuturan (20) merupakan tuturan condole, yaitu guru ikut merasakan prihatin saat

mengetahui muridnya terluka karena kecelakaan. Tuturan (20) termasuk jenis tindak

tutur langsung yaitu guru menggunakan kalimat tanya untuk mengetahui secara rinci

terjadinya kecelakaan tersebut. Tuturan (20) digunakan guru untuk memberikan

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

26

penguatan dengan cara memotivasi murid yang bersangkutan untuk tetap sabar dan

semangat.

3. Congratulate : Mengucapkan Selamat

Tuturan yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur atau lawan tuturnya

atas sesuatu hal baik telah terjadi, suatu hal tersebut dapat berupa penghargaan yang

diterima mitra tutur, sehingga mengharuskan penutur mengekspresikan kebahagiaan

atas apa yang telah diterima oleh mitra tutur dan maksud bahwa ujarannya memenuhi

harapan sosial. Mengekspresikan kebahagiaan itu dapat ditandai dengan

mengucapkan selamat kepada mitra tutur atas apa yang telah didapatkan oleh mitra

tutur.

Contoh :

(21) Guru : Sebelum pelajaran dimulai, Ibu ucapkan selamat kepada syafira

yang kemarin memenangkan juara 2 lomba pidato ya.

Konteks tuturan:

Tuturan (21) dituturkan oleh seorang guru kepada muridnya sebelum

pelajaran dimulai. Guru mengucapkan selamat kepada salah satu siswa yang telah

memenangkan juara lomba pidato. Bentuk tuturan (21) merupakan tuturan

congratulate, yaitu guru mengucapkan selamat kepada salah satu murid yang telah

memenangkan juara lomba pidato. Tuturan (21) termasuk jenis tuturan langsung,

yaitu secara langsung, guru mengucapkan selamat kepada murid tersebut atas

keberhasilannya meraih juara dalam perlombaan pidato. Tuturan (21) digunakan guru

untuk memberikan penguatan dengan cara memotivasi murid tersebut dan murid-

murid yang lain untuk dapat tetap berprestasi.

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

27

4. Greet : Mengucapkan Salam

Tuturan yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur atau lawan tuturnya

atas dasar kebahagiaannya karena dapat bertemu kembali dengan mitra tutur.

Kebahagiaan penutur tersebut dapat diekspresikan dengan mengucapkan salam, selain

tuturan tersebut digunakan untuk mengutarakan bahwa penutur senang bertemu

kembali dengan mitra tutur juga digunakan untuk menyapa dan maksud bahwa

ujarannya memenuhi harapan sosial.

Contoh :

(22) Guru : Selamat Pagi anak-anak, hari ini bagaimana kabarnya?

Konteks tuturan:

Tuturan (22) dituturkan oleh seorang guru saat akan memulai kegiatan

pembelajaran di pagi hari, guru mengucapkan salam (selamat pagi) yang dilanjutkan

dengan menanyakan tentang kabar murid-muridnya. Hal ini menandakan bahwa guru

merasa senang bertemu dengan murid-muridnya. Bentuk tuturan (22) merupakan

tuturan salam, yaitu guru mengucapkan salam kepada murid-muridnya. Tuturan (22)

termasuk jenis tuturan langsung yaitu secara langsung, guru menggunakan kalimat

tanya untuk mengetahui kabar murid-muridnya dan meminta jawaban apakah murid-

muridnya dalam keadaan baik atau tidak. Tuturan ini digunakan guru untuk bertanya

sekaligus memberikan motivasi agar murid-muridnya semangat untuk belajar.

5. Thank : Mengucapkan Terimakasih

Penutur mengucapkan terimakasih kepada mitra tutur karena sesuatu, sesuatu

Itu dapat berupa bantuan atau pemberian suatu benda. Ucapan terimakasih sebagai

ungkapan rasa syukur karena penutur telah diberi sesuatu oleh mitra tutur. Rasa

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

28

terimakasih itu dapat diekspresikan dengan ditandai ucapan terimakasih dan maksud

bahwa ujarannya memenuhi harapan sosial.

Contoh :

(23) Guru : Terimakasih ya Aldi, sudah membawakan speakernya.

Konteks tuturan:

Tuturan (23) dituturkan oleh guru sebelum pelajaran dimulai, guru meminta

tolong kepada Aldi untuk membawakan speakernya dan guru mengucapkan

terimakasih karena Aldi sudah membawakan speakernya. Bentuk tuturan tuturan (23)

merupakan tuturan terimakasih, yaitu guru mengucapkan terimakasih kepada Aldi

karena telah membantu membawakan speakernya. Tuturan ini termasuk jenis tuturan

langsung yaitu guru secara langsung mengucapkan terimakasih kepada Aldi yang

sudah membantu membawakan speakernya. Tuturan (23) digunakan guru untuk

memberi penguatan yaitu dengan guru berterima kasih, murid tersebut akan merasa

dihargai dan lebih semangat lagi dalam belajar.

“No Thanks” : Penutur berterima kasih kepada mitra tutur karena mitra

tuturmenawari sesuatu tetapi penutur menolak tawaran

tersebut.

(24) Guru : Iya terimakasih, ini pulpen ibu sudah ketemu.

Konteks tuturan:

Tuturan (24) dituturkan oleh seorang guru saat mengajar, guru kehilangan

pulpennya dan ada salah satu murid yang ingin meminjaminya tetapi tiba-tiba guru

tersebut menemukan pulpen miliknya dan guru mengucapkan terimakasih karena

murid tersebut sudah berniat membantunya meskipun bantuan tersebut ditolak. Bentuk

tuturan (24) merupakan tuturanno thanks, yaitu guru mengucapkan terimakasih

kepada salah satu murid yang ingin membantunya meskipun bantuan tersebut ditolak.

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

29

Tuturan (24) termasuk jenis tindak tutur tak langsung yaitu secara tidak langsung,

guru menggunakan kalimat berita dengan maksud untuk memberitahukan bahwa

pulpen miliknya sudah ada sekaligus menolak untuk dipinjami. Tuturan (24)

digunakan guru untuk memberikan penguatan yaitu dengan guru berterima kasih,

siswa tersebut akan merasa dihargai meskipun bantuannya ditolak.

6. Bid : Harapan

Penutur berharap bahwa apa yang dilakukan mitra tutur akan baik. Tuturan ini

dijadikan sebagai alasan untuk bertindak oleh mitra tutur, oleh karena itu tuturan

harapan ini sama halnya dengan tuturan direktif yang mengekspresikan maksud

penutur (keinginan atau harapan) sehingga ujaran atau sikap yang diekspresikan

dijadikan sebagai alasan untuk bertindak oleh mitra tutur. Misalnya tuturan

memerintah, Rahardi (2005: 79) mengklasifikasikan kalimat perintah menjadi lima

yaitu memerintah biasa, meminta, memberi izin, mengajak dan menyuruh. Sedangkan

Alwi (2003: 353) menambahkan tuturan melarang, menyarankan dan memerintah

halus atau meminta.

Contoh:

(25) Guru : Ibu berharap tugas hari ini dapat terselesaikan dengan baik ya.

Konteks tuturan:

Tuturan (25) dituturkan oleh seorang guru saat mengajar, guru memberikan

tugas dan berharap tugas tersebut dapat dikerjakan dengan baik oleh semua murid.

Bentuk tuturan (25) termasuk tuturan harapan, yaitu guru berharap semua murid dapat

menyelesaikan tugasnya dengan baik. Tuturan tersebut termasuk jenis tindak tutur

langsung yaitu guru menggunakan kalimat berita untuk meminta agar murid-muridnya

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

30

dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Tuturan (25) digunakan untuk

memberikan penguatan atau motivasi yaitu dengan guru mengharapkan tugas tersebut

dapat terselesaikan dengan baik, menjadikan semua murid menjadi lebih bersemangat

dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas tersebut.

7. Recept : Penerimaan Suatu Acknowledgment

Penutur menerima acknowledgment dari mitra tutur, baik berupa apologize,

greet, thank dan sebagainya. Penutur menerima acknowledgment mitra tutur dengan

mengucapkan welcome (penutur menerima ucapan terimakasih) sehingga mitra tutur

percaya bahwa penutur menghargai acknowledgment mitra tutur. Tuturan ini

digunakan untuk memenuhi harapan sosial.

Contoh:

(26) Guru : Iya sama-sama, iya besok kita tetap belajar tentang drama ya

karena masih ada materi yang belum ibu jelaskan.

Konteks tuturan:

Tuturan (26) dituturkan oleh seorang guru pada saat akan mengakhiri kegiatan

pembelajaran, guru membalas ucapan terimakasih murid yang menginginkan dirinya

besok mengajar tentang drama lagi. Bentuk tuturan tersebut merupakan tuturan acept,

yaitu guru menerima pengakuan dari murid yang menginginkan dirinya besok

mengajar tentang drama lagi dan ini dimaksudkan ada nilai positif dalam metode

mengajar guru tersebut yang menjadikan siwanya menjadi tertarik. Tuturan (26)

termasuk jenis tindak tutur langsung yaitu secara langsung, guru menggunakan

kalimat berita untuk memberitahukan bahwa besok akan belajar tentang drama lagi.

Tuturan (26) digunakan guru untuk memberikan motivasi kepada murid-muridnya

untuk tetap dan lebih bersemangat lagi.

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

31

8. Reject : Menolak

Mitra tutur menyampaikan acknowledgment kepada penutur tetapi penutur

menolak acknowledgment tersebut. Acknowledgment itu dapat berupa apologize,

greet, thank dan sebagainya. Penutur menolak acknowledgment mitra tutur tersebut

sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur gagal menghargai acknowledgment mitra

tutur. Tuturan ini memberikan maksud bahwa ujarannya melanggar harapan sosial.

Contoh:

(27) Guru : Kamu maaf terus tapi datangnya selalu terlambat.

Konteks tuturan:

Tuturan (27) dituturkan oleh seorang guru pada saat mengajar, tiba-tiba ada

murid yang datang terlambat. Murid tersebut mengucapkan maaf tetapi guru yang

bersangkutan menolak acknowledgment (maaf) dari murid tersebut karena sudah

sering datang terlambat. Bentuk tuturan (27) termasuk tuturan menolak yaitu guru

menolak acknowledgment murid tersebut yang sudah sering datang terlambat. Tuturan

(27) termasuk tindak tutur tak langsung yaitu secara tidak langsung, guru meminta

agar murid tersebut tidak datang terlambat lagi. Tuturan ini digunakan guru untuk

memberikan penguatan agar murid tersebut dan lainnya dapat menanamkan

kedisiplinan.

F. Keterampilan Dasar Mengajar

Menurut Usman (dalam Kuntoro, 2005: 16) Keterampilan dasar mengajar

merupakan keterampilan yang kompleks, yang merupakan pengintegrasian beberapa

keterampilan. Keterampilan tersebut bersifat generik artinya digunakan secara

bersama-sama dalam proses belajar mengajar. Keterampilan tersebut mencakup:

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

32

1. Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya adalah keterampilan untuk mengajukan pertanyaan

kepada siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pertanyaan yang mudah

dipahami siswa sehingga siswa dapat memberikan jawaban dengan tepat dapat

meningkatkan pembelajaran. Misalnya guru bertanya “Ayo siapa yang dapat

menjawab soal nomor 3?”. Bagi siswa, pertanyaan tersebut dapat memiliki pengaruh

yang positif yakni: (1) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap suatu

masalah, (2) meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, (3)

mengembangkan pola dan cara belajar siswa aktif, (4) menuntun proses berpikir siswa,

(5) memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang dibicarakan, (6) meningkatkan

keberanian dan rasa percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya. Adapun jenis

pertanyaan yang dapat digunakan oleh guru antara lain:

a. Pertanyaan Permintaan, yakni pertanyaan yang bermaksud agar siswa melakukan

apa yang disampaikan oleh guru. Missal: Bisakah pelajaran ini dimulai?.

b. Pertanyaan Retoris, yakni pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban. Pertanyaan

ini dipakai untuk mengajak siswa aktif mengikuti pelajaran atau menegaskan

materi yang dibicarakan.

c. Pertanyaan Mengarahkan, yakni pertanyaan yang bermaksud untuk menuntun dan

memberi arah siswa dalam berpikir.

d. Pertanyaan Menggali, yakni pertanyaan lanjutan yang lebih mendorong siswa

untuk mengembangkan materi yang dbicarakan, sehingga siswa berusaha

meningkatkan kualitas dan kuantitas jawaban yang diberikan.

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

33

2. Keterampilan Memberi Penguatan

Dalam proses belajar mengajar guru harus dapat membangkitkan semangat

belajar siswa, semangat untuk berani mengemukakan pendapat, pikiran dan perasaan,

serta percaya diri untuk melakukan segala sesuatu yang positif. Tindakan guru ini

biasanya dilakukan dengan memberikan respon terhadap perilaku positif siswa baik

secara verbal maupun nonverbal. Respon yang ditujukan untuk memberikan informasi

sebagai umpan balik kepada siswa atas tindakannya, sekaligus memberikan dorongan.

Respon itu dalam pendidikan sering disebut dengan penguatan (reinforcement).

Penguatan dapat juga disebut respon terhadap suatu tingkah laku yang memungkinkan

berulangnya tingkah laku positif tersebut serta dapat meningkatkan aktivitas dalam

kegiatan belajar mengajar. Respon secara verbal dapat dinyatakan dengan kata-kata:

penghargaan atau persetujuan seperti kata: setuju, bagus, ya, betul, hebat. Sedangkan

respon secara nonverbal adalah penguatan yang dinyatakan gerak, seperti senyuman,

acungan jempol, berjalan mendekati siswa, berdiri disamping siswa, menepuk bahu,

dan berjabat tangan.

Pemberian penguatan bertujuan untuk:

a. Meningkatkan perhatian siswa. Sebagaimana diketahui, siswa ada yang memiliki

perhatian yang terpusat dan terbagi. Tipe perhatian yang terpusat adalah perhatian

yang ditujukan kepada satu fokus masalah, sedangkan perhatian yang terbagi

kepada berbagai hal.

b. Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar. Motivasi belajar siswa dapat

ditentukan oleh faktor intrinsik maupun ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

34

motivasi yang datang dari dalam diri siswa, atas kemauan siswa; sedangkan faktor

ekstrinsik adalah motivasi yang datang atas dorongan dari luar. Salah satu adalah

melalui penguatan.

c. Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa. Siswa yang

mendapat dorongan atau penguatan akan meningkat aktivitas pembelajaran dan

cenderung untuk mempertahankan perilakunya yang positif. Pada akhirnya siswa

meningkat sikap dan tingkah laku positif terhadap proses belajar mengajar.

3. Keterampilan Mengadakan Variasi

Keterampilan mengadakan variasi mengajar adalah kegiatan guru dalam

konteks interaksi belajar mengajar untuk mengatasi kebosanan dan meningkatkan

partisipasi siswa sehingga siswa menunjukkan ketekunan dan antusias. Variasi

mengajar dilakukan dalam rangka: (1) meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-

aspek relevan, (2) mengembangkan bakat untuk mengetahui dan menyelidiki hal baru,

(3) menumbuhkan perilaku positif terhadap guru dalam proses belajar mengajar, (4)

memberi peluang kepada siswa untuk memperoleh pelajaran melalui metode dan gaya

yang mereka senangi. Mengadakan variasi dapat dilakukan dengan cara:

a. Variasi dalam cara mengajar seperti penggunaan suara, kesenyapan guru,

pemusatan perhatan, kontak pandang, geak mimik, dan gerak badan.

b. Variasi dalam penggunaan media atau alat. Media dapat dilihat, diraba, dan

didengar. Media yang dapat dilihat: gambar, grafik, bagan, poste, film dan slide.

Media yang dapat didengar: rekaman suara, radio, dan musik. Media yang dapat

diraba, digerakan: boneka, patung, dan model. Media yang dapat didengar, dilihat,

diraba yaitu televisi.

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

35

4. Keterampilan Menjelaskan

Parera (1993: 35) bahwa Menjelaskan merupakan satu kegiatan verbal yang

memberikan hubungan antara satu fakta dengan fakta yang lain, satu peristiwa dengan

peristiwa yang lain, memberikan hubungan secara induktif dan deduktif agar anak

didik atau murid dapat mengerti. Menjelaskan merupakan satu aktivitas yang paling

sering digunakan oleh seorang guru dalam kelas. Itu sebabnya setiap calon guru harus

dibekali dengan keterampilan ini. Keberhasilan keterampilan guru menjelaskan

sesuatu dapat dibuktikan dengan tingkat kepahaman dan pemahaman yang ditunjukan

oleh siswa. Sementara Hasibuan dan Moedjiono (2009:59) Menjelaskan keterampilan

menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis

dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah

proses penalaran siswa, dan bukan indoktrinasi. Dalam menjelaskan guru harus

memperhatikan komponen keterampilan menjelaskan yang meliputi:

a. Ambiguitas, guru harus menghindarkan bentuk ragu-ragu seperti: apa itu,

bagaimana ya, ehem-ehem, hum, ah…, o ya…, apa namanya…

b. Pementingan secara negatif, seperti: tidak begitu banyak, tidak juga, tidak sering,

dan tidak seberapa.

c. Mendekati, seperti: kurang lebih, sebanyak seperti, hampir semua, dan hampir.

d. Membual, seperti: orang katakana, mereka katakana, dikatakan, dan lain-lain, dan

sebagainya.

e. Jumlah yang tidak pasti, seperti: sekelompok, beberapa, kadang-kadang, sedang-

sedang, hal-hal.

Selain itu, guru juga harus memperhatikan penggunaan partikel-partikel

penghubung untuk menghubungkan ide pokok dengan ide tambahan. Kelompok

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

36

partikel tersebut seperti: sesudah, seperti, sebelum, sejak, sampai, ketika, sambil,

sebab, karena jika…, maka, lalu, walaupun demikian, yang…, begitu…, sehingga.

Kelompok partikel yang meununjukkan kesetaraan, seperti: dan, tetapi, di samping itu,

karena itu, jadi…, berhubungan dengan, sesuai pula.

5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru

dalam proses belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar siap

mental dan perhatian yang terpusat pada materi pelajaran yang akan disajikan oleh

guru. Kegiatan ini dilakukan pada awal proses belajar mengajar, sebelum memasuki

inti pelajaran. Kegiatan dapat dilakukan dengan cara: menyampaikan tujuan yang akan

dicapai dari proses belajar mengajar, menarik perhatian, memberi acuan, membuat

kaitan. Sedangkan, menutup pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk

mengakhiri pelajaran yang dimaksudkan untuk: memberi gambaran menyeluruh

tentang pokok bahasan, mengetahui tingkat penguasaan siswa, dan mengetahui

keberhasilan guru.

Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi:

a. Menarik perhatian siswa; gaya mengajar guru, penggunaan alat bantu, pola

interaksi yang bervariasi,

b. Menimbulkan motivasi dengan cara: kehangatan, antusias, menimbulkan rasa ingin

tahu, mengembangkan ide yang bertentangan, memperhatikan minat siswa. Untuk

menumbuhkan motivasi sebelum pelajaran dimulai, guru dapat menggunakan

tuturan salam,

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

37

c. Memberi acuan: mengemangkan tujuan dan batas tugas, menyarankan langkah

yang dilaksanakan, mengingat masalah yang akan dibahas, mengajukan pertanyaa,

d. Memuat kaitan diantara materi yang akan dibicarakan dengan pengalaman yang

dikuasai.

6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan

sekelompok individu dalam interaksi tatap muka kooperatif yang informal dengan

tujuan untuk berbagi informasi, pikiran, gagasan atau pengalaman dalam mengambil

keputusan, dan memecahkan masalah. Berdiskusi atau bermusyawarah merupakan

cara untuk memperoleh satu keputusan atau kesepakatan. Proses pengambilan

keputusan dengan cara ini terdapat dalam kehidupan sehari-hari di kantor, di sekolah,

lembaga atau organisasi sosial.

Dalam kegiatan belajar mengajar, keterampilan membimbing diskusi pada

siswa dikaitkan dengan usaha meningkatkan kadar belajar siswa aktif. Hal ini untuk

mengubah cara mengajar yang berpusat atau didominasi oleh guru, siswa hanya

menjadi objek yang pasif. Peranan guru dalam diskusi adalah sebagai;

organisator,perencana tugas bersama, penggugah dan sebagai narasumber aktivitas

belajar. Disamping itu guru juga sebagai penilai kemajuan belajar siswa: proses dan

hasil diskusi. Dengan mengadakan latihan diskusi dalam kelompok di kelas, maka

tujuan pengajaran yang bersifat komprehensif tercapai yakni: pembentukan

pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap. Dalam membimbing diskusi, guru

dapat melakukan sebagai berikut:

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

38

a. Memusatkan perhatian: 1) menguraikan tujuan diskusi secara jelas, 2)

merumuskan kembali masalahh jika terjadi penyimpangan, 3) merangkum hasil

pembicaraan pada saat tertentu,

b. Memperjelas masalah dan urunan pendapat : 1) menguraikan kembali atau

merangkum urunan pendapat peserta, 2) mengajukan pertanyaan kepada anggota

kelompok dengan tambahan informasi 3) menguraikan gagasan anggota kelompok

dengan tambahan informasi,

c. Menganalisis pandangan siswa dengan cara: 1) meneliti apakah yang dikemukakan

punya dasar alasan yang kuat, 2) memperjelas hal-hal yang disepakati dan tidak

disepakati,

d. Meningkatkan urunan pikiran siswa: 1) mengajukan pertanyaan kecil yang

menantang mereka unruk berpikir, 2) memberi contoh baik verba maupun

nonverbal pada saat yang tepat, 3) menghangatkan atau memancing suasana

dengan mengajukan pertanyaan yang memancing pendapat, 4) memberi waktu

untuk berpikir, 5) mendengarkan dengan penuh perhatian,

e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dengan cara: 1) memancing pendapat

peserta yang enggan berpartisipasi, 2) memberikan kesempatan pertama kepaa

peserta yang enggan berpartisipasi, 3) mencegah secara bijaksana peserta yang

memonopoli pembicaraan, 4) mendorong mahasiswa untuk mengometari pendapat

temannya, 5) meminta pendapat siswa jika terjadi jalan buntu.

7. Keterampilan Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan suasana

pembelajaran yang kondusif. Dalam proses belajar mengajar guru berupaya

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

39

menciptakan kondisi belajar yang optimal agar tidak terjadi kondisi yang merugikan,

dan mengembalikannya bila terjadi gangguan yang disebabkan oleh tingkah laku siswa

di dalam kelas dalam proses belajar mengajar. Biasanya pada kegiatan pembelajaran,

masalah timbul baik secara individual maupun kelompok. Masalah individual dapat

digolongkan menjadi: a) tingkah laku untuk memperoleh perhatian dari orang lain, b)

tingkah laku untuk menunjukan kekuatan, c) tingkah laku yang bertujuan menyakiti

orang lain, d) peragaan penolakan atas ketidakmampuan untuk mengerjakan sesuatu.

Sedangkan masalah kelompok dapat digolongkan menjadi:

a. Kelas kurang kohesif karena persoalan jenis kelamin, suku, kemampuan ekonomi,

b. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misal mengejek salah

seorang anggota,

c. Penyimpangan dari norma tingkah laku yang telah disepakati,

d. Kelompok cenderung mengalihkan perhatian dari tugas yang sedang dikerjakan,

e. Semangat kerja rendah atau menurun sebagai aksi protes terhadap guru,

f. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan hal baru,

g. Menggotong siswa yang melanggar norma kelompok.

Untuk mengatasi masalah di atas, guru dapat melakukan upaya:

a. Kehangatan dan keantusiasan, guru dapat menciptakan suasana belajar kelas yang

menyenangan, yang menerapkan salah satu syarat kegiatan belajar yang optimal.

Guru yang bersikap ramah dan antusias menunjukkan kesungguhannya terhadap

tugas-tugas, terhadap kegiatan, dan terhadap siswanya

b. Tantangan, penggunaan kata-kata, tindakan atau bahan yang menantang akan

meningkatkan gairah siswa untuk belajar, sehingga memperkecil kemungkinan

munculnya tingkah laku yang menyimpang.

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

40

c. Bervariasi, penggunaan variasi dalam gaya, media dan interaksi belajar mengajar

merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan serta

pengulangan-pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan

belajar dan tingkah laku positif siswa.

d. Keluwesan, guru harus waspada mengamati jalannya proses belajar mengajar

tersebut, termasuk kemungkinan munculnya gangguan siswa. Untuk mengatasi hal

tersebut diperlukan keluwesan guru dalam menciptakan suasana belajar yang

efektif.

e. Penekanan pada hal-hal yang positif, guru selalu berupaya menekankan pada hal-

hal yang positif, sebaliknya menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal

yang negative.

Menurut Periksa Bolla (dalam Kuntoro, 2005:27) Penggunaan komponen

keterampilan mengelola kelas bertujuan untuk siswa maupun untuk guru. Tujuan

untuk siswa tersebut mencakup:

a. Mendorong siswa mengembangkan tanggungjawab individu terhadap tingkah

lakunya untuk mengendalikan diri,

b. Membantu siswa mengerti arah tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas

atau merasakan teguran guru sebagai suatu peringatan, bukan kemarahan,

c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku

yang wajar sesuai dengan aktivitas kelas,

Bagi guru, mengelola kelas bertujuan untuk;

a. Mengembangkan perhatian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran

penyajian dan langkah pelajaran secara tepat dan baik,

b. Memiliki kesadaran yang tepat terhadap kebutuhan siswa,

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

41

c. Mengembangkan kompetensi dalam memberikan pengarahan kepada siswa,

d. Memberi respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang menimbulkan

gangguan kecil atau ringan serta memahami dan menguasai seperangkat strategi

untuk mengatasi tingkah laku siswa yang berlebihan dan melawan kelas.

8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Pengajaran kelompok kecil biasanya terbatas antara tiga sampai delapan orang,

sedangkan perorangan adalah seorang. Hal ini tidak berarti guru terus menerus

menghadapi jumlah perorangan dan kelompok; tetapi guru dapat menghadapi banyak

siswa yang terdiri dari kelompok atau perorangan. Hakikat pengajaran ini: terjadi

hubungan interpersonal atau guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa belajar

sesuai dengan kesempatan dan kemampuan masing-masing, siswa mendapat bantuan

dari guru sesuai dengan kebutuhan masing-masing, siswa dilibatkan dalam kegiatan

belajar mengajar. Keterampilan yang harus dikuasai guru dalam mengajar kelompok

kecil dan perorangan yaitu a) keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, b)

keterampilan mengorganisasikan, c) keterampilan membimbing dan memudahkan dala

belajar dan d) keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan mengajar.

Prinsi penggunaan dapat meliputi:

a. Variasi pengorganisasian kelas besar, kelompok, perorangan disesuaikan dengan

tujuan,

b. Pengajaran kelompok kecil selalu diakhiri dengan laporan, kesepakatan,

rangkuman dan pemantapan.

c. Tidak semua topik dapat dipelajari dalam kelompok kecil atau perorangan,

d. Guru perlu mengenal siswa perorangan,

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

42

e. Dalam kegiatan belajar perorangan siswa dapat bekerja secara dengan bahan yang

disiapkan.

G. Peta Konsep

Tindak tutur acknowledgment ini terdiri dari beberapa teori yang dipaparkan,

meliputi pengertian bahasa dan fungsi bahasa, pragmatik, tindak tutur, tindak tutur

acknowledgment dan kemampuan dasar mengajar. Teori-teori tersebut berasal dari

pendapat beberapa pakar bahasa. Berdasarkan landasan teori tersebut, dapat disajikan

peta konsep guna memudahkan pembaca dalam memahami isi dari penelitian ini

sebagai berikut.

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/BAB II.pdfPengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar ... sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

43

TINDAK TUTUR PENGAKUAN(ACKNOWLEDGMENT) GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

DI SMP NEGERI 2 PURWOKERTO BULAN SEPTEMBER TAHUN PELAJARAN 2013-2014

Tindak Tutur Pragmatik

Pengertian Aspek Pengertian Bentuk Jenis

Perlokusi Ilokusi Lokusi

Meyakinkan - Pernyataan

- Pertanyaan

- Perintah

Pengakuan (acknowledgments) Komisif Direktif Konstatif

1. Penutur dan lawan tutur

2. Konteks tuturan

3. Tujuan

4. Tuturan sebagai tiindakan

5. Tuturan sebagai produk

tindak verbal

1. Tindak tutur langsung

2. Tindak tutur tidak langsung

3. Tindak tutur literal

4. Tindak tutur tidak literal

5. Tindak tutur langsung literal

6. Tindak tutur tidak langsung literal

7. Tindak tutur langsung tidak literal

8. Tindak tutur tidak langsung tidak

literal

Apologize Thank &No Thank Greet Condole Congratulate Reject Recept Bid

“Maaf ya anak-

anak, Ibu telat

karena tadi ada

rapat

mendadak”

“Ibu ikut

prihatin ya, itu

kapan

kecelakaannya?

“sebelum pelajaran

dimulai, Ibu ucapkan

selamat ya kepada Syafira

yang kemarin

memenangkan juara 2

lomba pidato”

“Selamat pagi

anak-anak, hari

ini bagaimana

kabarnya?”

“Terima kasih ya Aldi, sudah

membawakan speakernya”

“Iya terima kasih, ini pulpen

ibu sudah ketemu”

“Ibu berharap

tugas hari ini dapat

terselesaikan

dengan baik ya”

“Iya sama-sama, iya

besok kita masih

belajar drama ya

karena masih ada

materi yang belum

dijelaskan”

“kamu maaf

terus tapi

datangnya selalu

terlambat”

Kemampuan Dasar Mengajar

1. Ketr. Bertanya

2. Ketr. Memberi

penguatan

3. Ketr. Mengadakan

Variasi

4. Ketr. Menjelaskan

5. Ketr. Membuka dan

penutup pelajaran

6. Ketr. Membimbing

diskusi kel kecil

7. Ketr. Mengelola kelas

8. Mengajar kel kecil

dan perorangan

43

Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014