Top Banner
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM 9811650054 (2001) mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Hasil penelitiannya berupa bentuk, fungsi, dan makna afiks meN- yang ada dalam pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti tidak memuat bentuk, fungsi, makna afiks meN- tetapi bentuk dan makna verba berprefiks ber- yang digunakan dalam kalimat-kalimat yang ada pada wacana cerpen karya siswa. Metode penyediaan data yang digunakan oleh Rois (2001) adalah metode simak yang disejajarkan dengan metode observasi dan dilanjutkan dengan menggunakan metode studi dokumentasi, sedangkan metode yang digunaka oleh peneliti dalam penelitian ini menggunakan metode simak dengan teknik dasar sadap dan kemudian dilanjutkan dengan mengklasifikasi data dengan menggunakan teknik catat. 2. Penelitian yang berjudul Tinjauan Bentuk dan Makna Kata Berafiks yang Berkategori Verba dalam Majalah Tempo dan Forum yang disusun oleh Diah Budiana (2011) mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. Hasil Penelitiannya berupa bentuk dan makna kata berafiks yang berkategori verba, objek yang digunakan diambil dari majalah, dan teknik yang digunakan yaitu teknik dokumentasi dan teknik catat, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti lebih dipersempit dan lebih di khususkan lagi yaitu mengenai bentuk dan makna verba berprefiks ber- yang digunakan dalam kalimat-kalimat yang ada pada wacana cerpen karya siswa dengan menggunakan teknik sadap dan teknik catat. 7 Kajian Bentuk Dan Makna..., Eva Susandra, FKIP UMP, 2016
17

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Bahasa ...repository.ump.ac.id/5404/3/EVA SUSANDRA BAB II.pdf · Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi

Dec 09, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Bahasa ...repository.ump.ac.id/5404/3/EVA SUSANDRA BAB II.pdf · Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Relevan

1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran

Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM

9811650054 (2001) mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Hasil penelitiannya berupa bentuk, fungsi, dan makna afiks meN- yang ada

dalam pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, sedangkan penelitian yang akan

dilakukan peneliti tidak memuat bentuk, fungsi, makna afiks meN- tetapi bentuk dan

makna verba berprefiks ber- yang digunakan dalam kalimat-kalimat yang ada pada

wacana cerpen karya siswa. Metode penyediaan data yang digunakan oleh Rois (2001)

adalah metode simak yang disejajarkan dengan metode observasi dan dilanjutkan

dengan menggunakan metode studi dokumentasi, sedangkan metode yang digunaka

oleh peneliti dalam penelitian ini menggunakan metode simak dengan teknik dasar

sadap dan kemudian dilanjutkan dengan mengklasifikasi data dengan menggunakan

teknik catat.

2. Penelitian yang berjudul Tinjauan Bentuk dan Makna Kata Berafiks yang

Berkategori Verba dalam Majalah Tempo dan Forum yang disusun oleh Diah

Budiana (2011) mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.

Hasil Penelitiannya berupa bentuk dan makna kata berafiks yang berkategori

verba, objek yang digunakan diambil dari majalah, dan teknik yang digunakan yaitu

teknik dokumentasi dan teknik catat, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti lebih dipersempit dan lebih di khususkan lagi yaitu mengenai bentuk dan

makna verba berprefiks ber- yang digunakan dalam kalimat-kalimat yang ada pada

wacana cerpen karya siswa dengan menggunakan teknik sadap dan teknik catat.

7

Kajian Bentuk Dan Makna..., Eva Susandra, FKIP UMP, 2016

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Bahasa ...repository.ump.ac.id/5404/3/EVA SUSANDRA BAB II.pdf · Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi

8

B. Bahasa

1. Pengertian Bahasa

Bahasa merupakan lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para

anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi

diri (Achmad,dkk., 2012:3). Bahasa itu meliputi dua bidang yaitu bunyi yang

dihasilkan oleh alat-alat ucap dan arti (makna) yang tersirat dalam arus bunyi (Keraf,

1984: 15). Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa

merupakan lambang bunyi yang arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap dan memiliki

arti (makna) tersirat yang dipergunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja

sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.

2. Bentuk dan Makna

Menurut Keraf (1984:16) bahasa sebagai alat komunikasi antar anggota

masyarakat terdiri dari dua bagian yang besar yaitu bentuk (arus ujaran) dan makna

(isi). Bentuk kebahasaan ialah bentuk fonetis yang bermakna (Soegijo, 1989:5).

Sedangkan menurut Keraf (1984: 16) bentuk bahasa adalah bagian dari bahasa yang

dapat dicerap panca indera baik dengan mendengar atau dengan membaca. Dari

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk bahasa ialah bentuk fonetis yang

bermakna yang dapat dicerap panca indera baik dengan mendengar atau dengan

membaca. Selanjutnya Keraf (1984:16) membagi bentuk bahasa menjadi dua bagian

yaitu unsur-unsur segmental dan unsur-unsur supresegmental. Unsur-unsur segmental

adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi atas bagian-nagian yang

lebih kecil (wacana, kalimat, klausa, frasa, kata, morfem, suku kata, dan fonem).

Unsur-unsur suprasegmental bahasa terdiri dari intonasi dan unsur-unsur bawahnya,

yang kehadirannya tergantung dari unsur-unsur segmental bahasa.

Kajian Bentuk Dan Makna..., Eva Susandra, FKIP UMP, 2016

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Bahasa ...repository.ump.ac.id/5404/3/EVA SUSANDRA BAB II.pdf · Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi

9

Makna adalah isi yang terkandung dalam sebuah bentuk yang dapat

menimbulkan reaksi tertentu (Keraf, 1984:16). Istilah makna dapat dibedakan menjadi

dua yaitu makna leksikal dan makna gramatikal (Soegijo, 1989:5). Chaer (2007:289)

menyatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang

sesuai dengan hasil observasi indra kita, atau makna yang apa adanya. Soegijo

(1989:5) menyatakan bahwa makna leksikal ialah makna perkamusan. Artinya kamus-

kamus dasar biasanya hanya memuat makna leksikal yang dimiliki oleh kata yang

dijelaskannya. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa makna

leksikal merupakan makna yang sebenarnya atau makna yang apa adanya. Oleh

karena itu, makna leksikal biasa juga disebut dengan makna perkamusan karena

biasanya dalam kamus dasar hanya memuat makna leksikal yang dimiliki oleh kata

yang dijelaskan.

Makna gramatikal makna yang timbul akibat proses gramatikal, seperti

afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi (Chaer, 2007:290). Umpamanya,

dalam proses afiksasi prefiks ber- pada bentuk dasar sepatu menjadi bersepatu

melahirkan makna gramatikal mengenakan atau memakai sepatu. Makna gramatikal

dapat dibedakan menjadi makna morfologis dan sintaktis (Soegijo, 1989:5-6). Makna

morfologis atau arti ialah makna yang timbul akibat proses morfologis atau akibat

hubungan antar bagian-bagian itu (Soegijo, 1989:6). Contoh dari makna morfologis

ada pada kata berbaju yang memiliki makna „memakai baju‟ makna tersebut timbul

karena adanya kombinasi antara prefiks ber- dengan baju. Berbeda dengan makna

morfologis Soegijo (1989:6) berpendapat mengenai makna sintaktis yaitu makna yang

terjadi akibat proses sintaksis, contohnya baju ibu; kata-kata baju dan ibu masing-

Kajian Bentuk Dan Makna..., Eva Susandra, FKIP UMP, 2016

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Bahasa ...repository.ump.ac.id/5404/3/EVA SUSANDRA BAB II.pdf · Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi

10

masing telah memiliki makna leksikal. Jika baju dan ibu digabungkan menjadi baju

ibu, timbullah makna yang menimbulkan hubungan antar kata yaitu „milik‟. Makna

itulah yang disebut makna sintaktis.

C. Morfologi

1. Pengertian Morfologi

Morfologi ialah ilmu cabang tata bahasa yang membicarakan hubungan

gramatikal bagian-bagaian intern kata (Soegijo, 1989:4). Menurut Ramlan morfologi

adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk

bentuk kata serta pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata

(2012:20). Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Keraf (1984:51) berpendapat bahwa

morfologi adalah bagian dari tatabahasa yang membicarakan bentuk kata. Dari

beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah cabang ilmu

tatabahasa yang membicarakan hubungan gramatikal bagian-bagian intern kata serta

pengaruh perubahan bentuk kataterhadap golongan dan arti kata.

2. Morfem dan Alomorf

Morfem adalah bentuk-bentuk berulang yang paling kecil beserta artinya

(Muslich, 2009:3). Morfem merupakan satuan terkecil, atau satuan gramatikal terkecil

(Achmad, dkk., 2013:55). Selanjutnya Soegijo (1989:6) berpendapat mengenai

morfem, menurutnya morfem adalah bentuk kebahasaan terkecil yang bermakna. Dari

beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa morfem adalah bentuk-bentuk

satuan berulang terkecil beserta arti yang bermakna. Maksud dari bagian terkecil

Kajian Bentuk Dan Makna..., Eva Susandra, FKIP UMP, 2016

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Bahasa ...repository.ump.ac.id/5404/3/EVA SUSANDRA BAB II.pdf · Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi

11

adalah bahwa bentuk kebahasaan tersebut tidak dapat dianalisis menjadi bagian atau

unsur yang lebih kecil lagi tanpa harus merusak maknanya. Dengan kata lain,

pembagian bentuk menjadi bentuk yang lebih kecil lagi akan merusak makna bentuk

itu. Misalkan berbaju dapat dipisahkan menjadi ber- dan baju. Kedua bentuk tersebut

masing-masing memiliki makna. Prefiks ber- bermakna menggunakan, baju memiliki

makna pakaian, dengan demikian berbaju terdiri atas dua morfem.

Dalam bahasa Indonesia morfem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu

morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas ialah morfem yang berpotensi

mandiri dan dapat diisolasikan dari morfem-morfem yang lain (Soegijo, 1989:6-7).

Sedangkan menurut Chaer (2008:151), morfem bebas adalah morfem yang tanpa

kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Sejalan dengan pendapat

sebelumnya, Achmad, dkk. (2012:57) berpendapat bahwa morfem bebas adalah

morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam ujaran. Dari beberapa

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa morfem bebas adalah morfem yang

berpotensi mandiri dan dapat diisolasikan dari morfem-morfem yang lain sehingga

tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam ujaran atau petuturan.

Menurut Soegijo (1989:8) morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat

mandiri dan tidak dapat diisolasikan dari morfem-morfem yang lain. Morfen terikat

adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem yang lain tidak dapat

muncul dalam ujaran (Achmad, dkk., 2012:57). Chaer (2008:152) berpendapat bahwa

semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. Berdasarkan pendapat

diatas dapat disimpulkan bahwa morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat

mandiri dan tidak dapat diisolasikan dari morfem-morfem yang lain sehingga tanpa

Kajian Bentuk Dan Makna..., Eva Susandra, FKIP UMP, 2016

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Bahasa ...repository.ump.ac.id/5404/3/EVA SUSANDRA BAB II.pdf · Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi

12

digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam ujaran. Dalam bahasa

Indonesia semua bentuk afiks merupakan morfem terikat. Contohnya terdapat pada

kata kata berambut. Kata rambut merupakan morfem bebas karena kata rambut dapat

berdiri sendiri, sedangkan yang melekat pada bentuk lain, seperti prefiks ber- disebut

dengan morfem terikat. Kata berambut terbentuk dari prefiks ber- + rambut. Prefiks

ber- yang bertemu dengan fonem /r/ pada kata rambut mengakibatkan fonem /r/ lesap

sehingga pengucapannya tidak panjang. Perubahan bentuk ber- menjadi ber, be- atau

bel- disebut dengan alomorf ber-. Alomorf adalah anggota suatu morfem yang

wujudnya berbeda, tetapi mempunyai fungsi dan makna yang sama (Alwi, dkk., 2003:

29).

3. Kata

Menurut Keraf (1984:53) kata adalah kesatuan-kesatuan yang terkecil yang

diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas bagian-bagiannya, dan yang

mengandung suatu ide. Menurut Ramlan (2012:34) kata adalah satuan bebas yang

paling kecil, atau dengan kata lain, setiap satuan-satuan bebas merupakan kata.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kata adalah

kesatuan-kesatuan yang terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas

bagian-bagian yang satuannya bebas dan mengandung suatu ide. Menurut Ramlan

(2012:33) kata merupakan dua macam satuan, yaitu satuan fonologik dan satuan

gramatik. Sebagai satuan fonologik kata terdiri dari satu atau beberapa suku, dan suku

itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Misalnya, kata belajarterdiri dari tiga suku

ialah be-, la-, jar. Suku be terdiri dari fonem /b/ dan /ə/, suku la terdiri dari fonem /l/

dan /a/, dan suku jar terdiri dari fonem /j/, /a/, /r/. Jadi kata belajar terdiri tiga suku

Kajian Bentuk Dan Makna..., Eva Susandra, FKIP UMP, 2016

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Bahasa ...repository.ump.ac.id/5404/3/EVA SUSANDRA BAB II.pdf · Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi

13

kata dan tujuh fonem / b, ə, l, a, j, a, r /. Sebagai satuan gramatik kata mempunyai satu

atau beberapa morfem. Misalnya, belajar terdiri dari dua morfem ber- + ajar = belajar.

D. Proses Morfologis

1. Pengertian Proses Morfologis

Muslich (2009:32) berpendapat bahwa proses morfologis adalah proses

perubahan morfem menjadi sebuah kata yang baru. Sedangkan menurut Soegijo

(1989:18) proses morfologis adalah proses perubahan bentuk dasar dalam rangka

pembentukan kata-kata baru. Dari pendapat yang telah dipaparkan oleh para ahli

peneliti dapat menarik sebuah kesimpulan mengenai proses morfologis. Proses

morfologis adalah proses perubahan pada bentuk dasar dari morfem dalam rangka

pembentukan kata-kata baru. Dalam bahasa Indonesia proses morfologis meliputi:

afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.

2. Afiksasi

Afiksasi adalah proses penambahan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar

(Chaer, 2008:177). Sejalan dengan pendapat sebelumnya Achmad, dkk.(2012:63)

berpendapat bahwa afiksasi adalah proses penambahan afiks pada sebuah bentuk

dasar. Menurut Putrayasa (2010:5) afiksasi atau pengimbuhan adalah proses

pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik

bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Menurut Soegijo (1989:19) afiksasi adalah

proses morfologis dalam rangka pembentukan kata-kata kompleks. Dari beberapa

pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa afiksasi adalah proses morfologis dalam

rangka pembentukan kata dengan mebubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar,

baik bentuk dasar tunggal maupun bentuk dasar kompleks.

Kajian Bentuk Dan Makna..., Eva Susandra, FKIP UMP, 2016

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Bahasa ...repository.ump.ac.id/5404/3/EVA SUSANDRA BAB II.pdf · Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi

14

a. Pengertian Afiks

Menurut Ramlan (1997: 55) afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di

dalam satu kata merupakan unsur yang bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan

melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Muslich (2009: 41) yang berpendapat bahwa afiks

merupakan bentuk kebahasaan terikat yang hanya mempunyai arti gramatikal, yang

merupakan unsur langsung suatu kata, tetapi bukan merupakan bentuk dasar, yang

memiliki kesanggupan untuk membentuk kata baru. Pendapat tersebut diperkuat oleh

Chaer (2007:177), yaitu afiks merupakan sebuah bentuk, biasanya berupa morfem

terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata.Dari

beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa afiks adalah suatuan gramatik

terikat dalam satu kata merupakan unsur yang bukan pokok kata, yang memiliki

kesanggupan melekat pada satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru

dalam proses pembentukan kata.

b. Jenis Afiks

Mempelajari mengenai afiks tentu harus mempelajari berbagai macan jenisnya.

Berdasarkan posisi melekatnya pada bentuk dasar, ada empat macam afiks, yaitu

menjadi prefiks atau awalan (ber-, meng-, peng-, dan per-), infiks atau sisipan (-er-

dan –el-), dan sufik atau akhiran (-an, -kan, -i). Disebutkan juga bahwa, Gabungan

antara Prefiks dan Sufiks yang membentuk suatu kesatuan disebut konfiks (Alwi,dkk.,

2003: 31-32). Kata berdatangan merupakan konfiks karena tidak ada bentuk

berdatang- atau –datangan, dalam kata ini secara serentak diletakan konfiks ber-an.

Kajian Bentuk Dan Makna..., Eva Susandra, FKIP UMP, 2016

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Bahasa ...repository.ump.ac.id/5404/3/EVA SUSANDRA BAB II.pdf · Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi

15

Tabel 1.1 Jenis Afiks

Berdasarkan Tempat Melekatnya

Prefiks Infiks Sufiks Konfiks

meN- -el- -an ber – an ke- -er- -kan ber – kan di- -em- -i ke-an

peN- -nya pe – an Per- per – an ter- se – nya se-

ber- meng- peng-

(Putrayasa, 2010: 10 dan Alwi,dkk., 2003: 31-32)

Dalam penelitian ini penulis membatasi teori jenis afiks yang akan digunakan

yaitu prefiks ber- dalam cerpen karya siswa di SMP Negeri 2 Purwokerto.

E. Prefiks ber-

Prefiks ber- merupakan sebuah imbuhan yang diletakkan di awal bentuk dasar.

Dilihat dari bentuknya, prefiks ber- dapat mengalami perubahan bentuk. Terdapat tiga

bentuk prefiks ber- jika diletakkan pada bentuk dasar. Ketiga bentuk tersebut adalah

ber-, be-, bel-. Prefiks ber- mempunyai fungsi dan memiliki arti setelah bersentuhan

dengan bentuk dasar.

1. Kaidah Morfofonemik Prefiks ber-

Mempelajari prefiks ber- ini tidak terlepas dari proses morfofonemik. Proses

morfofonemik dapat menyebabkan terjadinya perubahan fonem. Perubahan itu terjadi

pada fonem prefiks. Akibat proses morfofonemik ini prefiks ber- dapat mengalami

perubahan bentuk. Terdapat tiga bentuk yang dapat terjadi jika prefiks ber- dilekatkan

pada bentuk dasar. Ketiga bentuk tersebut adalah ber-, bel-, dan be- (Putrayasa,

2010:17).

Kajian Bentuk Dan Makna..., Eva Susandra, FKIP UMP, 2016

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Bahasa ...repository.ump.ac.id/5404/3/EVA SUSANDRA BAB II.pdf · Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi

16

Menurut Ramlan (1997:101) terdapat tiga kaidah morfofonemik untuk perfiks

ber- yang dapat dipelajari, yaitu:

ber - → be-

Apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/, dan

beberapa bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /ər/.

Contoh :

ber- + rantai → berantai

ber- + kerja → bekerja

ber- → bel-

Apabila diikuti bentuk dasar ajar.

Contoh : ber- + ajar → belajar

ber- → ber-

Apabila diikuti bentuk dasar selain yang tertera diatas, ialah bentuk

dasar yang tidak berawal dengan fonem /r/, bentuk dasar yang suku

pertamanya tidak berakhir dengan /ər/, dan bentuk dasar yang bukan

morfem ajar.

Misalkan :

ber- + kata → berkata

ber- + tugas → bertugas

ber- + sejarah → bersejarah

Pendapat mengenai proses morfofonemik pada prefiks ber- di atas hampir

sama dengan yang dipaparkan oleh Keraf (1984: 93-94). Menurutnya proses

morfofonemik dibagi menjadi tiga, yaitu :

a) Morfem ber- dirangkaikan saja di depan sebuah kata dengan tidak mengalami

perubahan apapun.

Contohnya : ber- + kuda → berkuda

ber- + sepedah → bersepedah

b) Bila fonem awal dimulai dengan fonem /r/ maka ber- mengambil bentuk lain

yaitu /be-/

Contoh :

ber- + rambut → berambut (*bukan berrambut*)

ber- + ternak → beternak (*bukan berternak*)

Kajian Bentuk Dan Makna..., Eva Susandra, FKIP UMP, 2016

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Bahasa ...repository.ump.ac.id/5404/3/EVA SUSANDRA BAB II.pdf · Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi

17

c) Fonem /r/ dapat berubah menjadi /l/ karena proses disimilasi yaitu pada kata

belajar yang terbentuk dari ber- + ajar = belajar.

2. Fungsi Prefiks ber-

Menurut Keraf (1984:95-96) fungsi prefiks ber- adalah membentuk kata kerja.

misalnya bersiul, bergerak, berjalan, dan sebagainya. Tetapi hal ini perlu diperhatikan

karena berdasarkan fraseologi suatu kata dapat disebut kata kerja bila dapat diperluas

dengan „dengan + kata sifat‟.

Contoh: bersiul dengan riang

bergerak dengan cepat, dan sebagainya.

Ternyata kata-kata semacam itu dapat diperluas dengan cara tersebut. Tetapi

disamping itu ada sejumlah kata yang tidak dapat menggunakan prosedur itu. Kita

tidak bisa mengatakan:

Contoh: beribu dengan baik

berlayar dengan putih

bila ber- itu diartikan mempunyai atau memiliki. Dengan pengertian mempunyai,

kata-kata itu akan diperluas dengan „yang + kata sifat‟:

Contoh: beribu yang baik

berlayar yang putih

Jadi kelompok kata itu memiliki ciri seperti kata benda.

Kesimpulannya adalah ber- mempunyai dua fungsi yaitu:

a. Membentuk kata kerja

Ciri-ciri kata kerja

Kata kerja memiliki ciri-ciri yaitu: (1) verbal memiliki fungsi utama sebagai

predikat, (2) verbal mengandung makna perbuatan, proses, keadaan yang bukan sifat

Kajian Bentuk Dan Makna..., Eva Susandra, FKIP UMP, 2016

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Bahasa ...repository.ump.ac.id/5404/3/EVA SUSANDRA BAB II.pdf · Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi

18

atau kualitas, (3) verbal, khususnya yang bermakna keadaan tidak dapat diberi prefiks

ter- yang berarti „paling’, (4) pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan

kata-kata yang menyatakan kesangatan, oleh karena itu tidak ada bentuk agak belajar,

sangat pergi(Alwi, dkk., 2003: 87).

Sebuah kata dapat dikatakan berkategori verba hanya dari perilakunya dalam

frase, yakni dalam hal kemungkinan satuan itu didampingi partikel tidak dalam

konstruksi dan dalam hal tidak dapat didampinginya satuan itu dengan partikel di, ke,

dari, atau dengan partikel seperti sangat, lebih, atau agak. Selain itu, verba juga dapat

dicirikan oleh perluasan kata tersebut dengan rumus V + dengan kata sifat. Keraf

(dalam Muslich, 2009:113) menjelaskan kata kerja adalah segala macam kata yang

dapat diperluas dengan kelompok kata “dengan + kata sifat”.

b. Merupakan transformasi dari kata mempunyai atau memiliki. Dengan demikian

kita dapat memperoleh kata-kata yang memiliki macam arti, dengan akibat cara

perluasannya juga bebeda.

Contoh: *berniat dengan tulus

*berniat yang tulus: mempunyai niat (yang tulus)

Alwi (2003:138) menambahkan sebuah pendapat mengenai penggunaan verba pada

adjektiva. Karena verba dan adjektiva kodrat sintaksisnya sangat dekat, ber- pada

verba yang diturunkan dari adjektiva ini sebenarnya bersifat manasuka pula tetapi

kadang-kadang muncul sedikit perbedaan makna dan pemakaiannya.

Contoh:

gembira → (ber-) gembira

bahagia → (ber-) berbahagia

sedih → (ber-) sedih

Kajian Bentuk Dan Makna..., Eva Susandra, FKIP UMP, 2016

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Bahasa ...repository.ump.ac.id/5404/3/EVA SUSANDRA BAB II.pdf · Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi

19

3. Makna Prefiks ber-

Makna secara gramatikal akan muncul dari sebuah afiks. Prefiks ber- yang

diikuti sebuah kata akan memunculkan makna tambahan, yaitu makna-makna yang

muncul akibat bergabungnya perfiks ber- dengan bentuk dasar yang dilekatinya.

Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam perfiks ber-, berikut ini

beberapa pendapat dari para ahli . Menurut Muslich (2009:69) bentuk dasar yang

dapat bergabung dengan imbuhan ber- dapat dikelompokkan atas empat kelas, yaitu

bentuk dasar yang berkelas verba (kata kerja), nomina (benda), ajektiva (kata sifat) ,

dan numeralia (bilangan). Berikut ini disajikan secara berkelompok arti imbuhan ber-

pada setiap kata tersebut.

Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, maka imbuhan ber- mempunyai

makna seperti berikut :

a. „dalam keadaan seperti bentuk dasar‟

berada „dalam keadaan ada‟

berkembang „dalam keadaan (meng) kembang‟

b. „menjadi seperti bentuk dasar‟

berubah „menjadi berubah‟

c. „melakukan seperti bentuk dasar‟

bekerja „melakukan kegiatan kerja‟

berlari „melakukan kegiatan lari‟

Apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, imbuhan ber- memiliki beberapa

kemungkinan makna sebagai berikut :

a. „memakai‟ atau „mengenakan‟, misalnya :

bersepatu „memakai atau mengenakan sepatu‟

berdasi „memakai atau mengenakan dasi‟

b. „mempunyai apa yang tersebut pada bentuk dasarnya‟, misalnya:

bersuami „mempunyai suami‟

berkumis „mempunyai kumis‟

c. „mengeluarkan‟. Misalnya:

berdarah „mengeluarkan darah‟

d. „mengerjakan‟, misalnya :

berladang „mengerjakan atau menggarap ladang‟

Kajian Bentuk Dan Makna..., Eva Susandra, FKIP UMP, 2016

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Bahasa ...repository.ump.ac.id/5404/3/EVA SUSANDRA BAB II.pdf · Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi

20

e. „Mengendarai‟ atau mengpergunakan‟, misalnya :

berkuda „mengendarai kuda/mempergunakan kuda‟

f. „bermain seperti bentuk dasar‟

bertinju „bermain tinju‟

bercatur „bermain catur‟

Apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, imbuhan ber- mempunyai makna

„dalam keadaan‟, misalnya berduka, bersedih, bergembira, dan masih banyak

lagi.Apabila bentuk dasarnya berkelas kata bilangan, imbuhan ber- mempunyai makna

„menjadi‟ atau kumpulan yang terdiri atas jumlah yang tersebut pada bentuk dasar‟,

misalnya bersatu „kumpulan yang terdiri atas satu, berdua, berlima, dan sebagainya‟.

Bila ada proses pengulangan pada kelas numeralia ini, maka morfem ber- menuju

makna „dalam jumlah kelipatan seperti tersebut bentuk dasar‟. Misalnya berpuluh-

puluh „dalam jumlah kelipatan sepuluh‟, berjuta-juta, dan sebagainya.

Menurut Putrayasa (2010: 18), makna yang dapat didukung oleh prefiks ber-

setelah bersentuhan dengandengan bentuk dasar dapat dikelompokkan seperti berikut:

a. Prefiks ber- mengandung makna memiliki atau mempunyai. Contohnya: beribu,

berkaki, berlayar;

b. Mempergunakan atau memakai sesuatu yang disebut dalam kata dasar.

Contohnya: berkereta, berkacamata, berkalung;

c. Mengerjakan sesuatu atau mengadakan sesuatu. Contohnya: berkedai, berkuli,

bertukang, bernafas;

d. Memperoleh atau menghasilkan sesuatu. Contohnya: berhujan, berpanas, bersiul,

beranak;

e. Berada pada keadaan sebagai yang disebut dalam kata dasar. Contohnya:

beramai-ramai, bergegas, bermalas;

f. Jika kata dasarnya adalah bilangan atau kata benda yang menyatakan ukuran, ber-

mengandung arti himpunan. Contohnya: berempat, bertahun-tahun, berkilogram;

g. Menyatakan perbuatan yang tidak transitif. Contohnya: berkata, berjalan, berdiri,

berubah;

h. Menyatakan perbuatan mengenai diri sendiri atau refleksif. Contohnya:

berlindung, berhias, bercukur;

i. Menyatakan perbuatan berbalas atau resiprok. Contohnya: berkelahi, bertinju,

bergulat;

j. Jika dirangkaikan di depan sebuah kata yang berobjek, ber- mengandung arti

mempunyai pekerjaan tersebut. Contoh: berkedai nasi, bermain bola, bertolak

pinggang, bermata-mata.

Kajian Bentuk Dan Makna..., Eva Susandra, FKIP UMP, 2016

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Bahasa ...repository.ump.ac.id/5404/3/EVA SUSANDRA BAB II.pdf · Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi

21

Dari penelitian kedua pakar dapat disimpulkan bahwa makna pada prefiks ber-

adalah sebagai berikut:

a. mempunyai makna memiliki atau mempunyai.

b. mempergunakan atau memakai sesuatu.

c. mengerjakan sesuatu atau mengadakan sesuatu.

d. memperoleh atau menghasilkan sesuatu.

e. berada pada keadaan yang disebut dalam kata dasar.

f. jika kata dasarnya adalah bilangan atau kata benda yang menyatakan ukuran

maka prefiks ber- mengandung arti himpunan.

g. menyatakan perbuatan mengenai diri sendiri atau refleksif.

h. menyatakan perbuatan berbalas atau respirok.

i. menjadi seperti bentuk dasar.

j. melakukan seperti bentuk dasar.

k. mengeluarkan seperti pada bentuk dasar.

l. mengendarai seperti pada bentuk dasar

m. bermain seperti pada bentuk dasar

4. Wacana

a. Pengertian dan Jenis Wacana

Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki

gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar (Chaer, 2007:267).

Satuan pendukung kebahasaanya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat,

paragraf, hingga karangan utuh (Mulyana, 2005:1). Sebagai satuan bahasa yang

lengkap, maka wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang

Kajian Bentuk Dan Makna..., Eva Susandra, FKIP UMP, 2016

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Bahasa ...repository.ump.ac.id/5404/3/EVA SUSANDRA BAB II.pdf · Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi

22

utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam

wacana lisan).

Jenis wacana dapat dibagikan sesuai dengan sudut pandang darimana wacana

itu dilihat. Berdasarkan media penyampaian wacana dibagi atas wacana lisan dan

wacana tulis. Wacana tulis adalah jenis wacana yang disampaikan dalam bentuk

tulisan. Sedangkan wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan

dan langsung dengan menggunakan bahasa verbal (Mulyana, 2005:51). Jenis wacana

berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua yaitu fiksi dan non fiksi. Wacana fiksi adalah

wacana yang bentuk dan isinya berorientasi pada imajinasi. Wacana fiksi dapat dibagi

menjadi tiga yaitu: wacana prosa, wacana puisi, dan wacana drama. Wacana non fiksi

disebut juga sebagai wacana ilmiah. Jenis wacana ini disampaikan dengan pola dan

cara-cara ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya (Mulyana, 54-55).

Contoh dari wacana non fiksi yaitu opini, essay, artikel, dan laporan penelitian. Jenis

wacana non fiksi berdasarkan isinya yaitu wacana politik, wacana sosial, wacana

ekonomi, wacana budaya, wacana hukum dan kriminalitas, dan olahraga dan

kesehatan.

b. Pengertian Cerpen

Cerpen merupakan bentuk kependekan dari cerita pendek (Sudjiman,

1990:16). Cerita merupakan kisahan nyata ataupun rekaan dalam bentuk prosa atau

puisi yang tujuannya menghibur atau memberikan informasi kepada pendengar atau

pembacanya (Sudjiman, 1990:14). Sejalan dengan pendapat sebelumnya Sastrapardja

(1978:82) berpendapat bahwa cerpen merupakan cerita pendek; sejenis cerita rekaan

yang banyak tertulis pada majalah-majalah dan lain-lain. Menurut Nurgiyantoro

Kajian Bentuk Dan Makna..., Eva Susandra, FKIP UMP, 2016

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Bahasa ...repository.ump.ac.id/5404/3/EVA SUSANDRA BAB II.pdf · Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi

23

(2007:11) karena bentuk cerpen yang pendek, cerpen menuntut penceritaan yang serba

ringkas.

Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan oleh para ahli dapat

disimpulkan bahwa cerpen merupakan kependekan dari cerita pendek. Cerpen

merupakan cerita nyata ataupun rekaan dalam bentuk prosa yang dapat digunakan

untuk menghibur pembacanya. Cerita jenis ini dapat ditemukan dimajalah-majalah

dan lain-lain. Alasan penulis memilih cerpen sebagai alat penelitian karena setelah

penulis mengamati ternyata penulis menemukan banyak fenomena yang

memunculkan beberapa pertanyaan, sehingga mendorong penulis untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Kajian Bentuk Dan Makna..., Eva Susandra, FKIP UMP, 2016