II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Six Sigma Pada tahun 1988 Bob Galvin menerima penghargaan Malcolm Baldridge National Quality Award untuk motorola, yang secara singkat diberi nama Six Sigma (enam sigma). Six Sigma, sebagaimana diterapkan dan dikembangkan oleh Motorola, adalah suatu perpanjangan drastis dari gagasan lama mengenai pengendalian statistik dari proses produksi sebagaimana halnya untuk mengkualifikasi sebagai suatu subjek yang sepenuhnya berbeda. 2.1.1 Definisi Six Sigma Pada dasarnya Six Sigma bisa berbeda-beda dalam masing-masing perusahaan dan masing-masing buku refrensi metode Six Sigma yang telah diterbitkan. Namun ada elemen dasar yang sama diantara semua perusahaan dan buku Six Sigma. Program ini berpusat pada metodologi pemecahan masalah yaitu DMAIC. Beberapa definisi dari Six Sigma adalah sebagai berikut : Six Sigma diartikan sebagai metode berteknologi canggih yang digunakan oleh para insinyur dan statistikiawan dalam memperbaiki / mengembangkan proses atau produk. (Miranda dkk, hal 10, 2006) Six Sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan dalam persejuta kesempatan (DPMO) untuk setiap transaksi produk (barang dan jasa), upaya giat menuju kesempurnaan (zero-deffect-kegagalan nol). (Gasperz, hal 5, 2002)
28
Embed
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Six Sigma 2.1.1 Definisi … · Beberapa definisi dari Six Sigma adalah sebagai berikut : ... itu proses pengembangan produk, desain atau redesain
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
II-1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Six Sigma
Pada tahun 1988 Bob Galvin menerima penghargaan Malcolm
Baldridge National Quality Award untuk motorola, yang secara singkat diberi
nama Six Sigma (enam sigma). Six Sigma, sebagaimana diterapkan dan
dikembangkan oleh Motorola, adalah suatu perpanjangan drastis dari gagasan
lama mengenai pengendalian statistik dari proses produksi sebagaimana halnya
untuk mengkualifikasi sebagai suatu subjek yang sepenuhnya berbeda.
2.1.1 Definisi Six Sigma
Pada dasarnya Six Sigma bisa berbeda-beda dalam masing-masing
perusahaan dan masing-masing buku refrensi metode Six Sigma yang telah
diterbitkan. Namun ada elemen dasar yang sama diantara semua perusahaan
dan buku Six Sigma. Program ini berpusat pada metodologi pemecahan
masalah yaitu DMAIC.
Beberapa definisi dari Six Sigma adalah sebagai berikut :
Six Sigma diartikan sebagai metode berteknologi canggih yang
digunakan oleh para insinyur dan statistikiawan dalam memperbaiki
/ mengembangkan proses atau produk.
(Miranda dkk, hal 10, 2006)
Six Sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4
kegagalan dalam persejuta kesempatan (DPMO) untuk setiap
transaksi produk (barang dan jasa), upaya giat menuju kesempurnaan
(zero-deffect-kegagalan nol).
(Gasperz, hal 5, 2002)
II-2
Six Sigma adalah suatu cara untuk mengelola perusahaan.
(pyzdek, hal 105, 2002)
2.1.2 Tujuan Six Sigma
Tujuan Six Sigma adalah membantu orang dan proses guna memiliki
aspirasi yang tinggi untuk mengirimkan produk dan layanan bebas cacat. Istilah
zero defect tidak berlaku disini. Six Sigma menyadari bahwa selalu ada potensi
terjadinya cacat, bahkan dalam proses yang berjalan dengan baik ataupun
dalam produk yang dibuat dengan baik.
Fokus Six Sigma adalah mengedepankan pelanggan yang
menggunakan data untuk mendapatkan fakta dan data untuk mendapatkan
solusi-solusi yang lebih baik. Tiga bidang utama yang menjadi target Six Sigma
yaitu :
1. Meningkatkan kepuasan pelanggan
2. Mengurangi waktu siklus
3. Mengurangi cacat (defect)
2.1.3 Keuntungan Six Sigma
Keuntungan dalam Six Sigma ini berbeda untuk setiap perusahaan
yang bersangkutan, tergantung pada usaha yang dijalankannya, biasanya ada
perbaikan dalam hal-hal berikut ini :
1. Pengurangan biaya
2. Perbaikan produktivitas
3. Pertumbuhan pangsa pasar
4. Pengurangan waktu siklus
5. Pengurangan produk cacat (defect)
II-3
2.2 Konsep Dasar Six Sigma
Pada dasarnya pelanggan akan puas apabila mereka menerima nilai
yang mereka harapkan. Apabila produk (barang dan / atau jasa) diproses
pada tingkat kinerja kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan
3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) atau bahwa 99,99966
persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk
(barang dan / atau jasa) itu. Dengan demikian, Six Sigma dapat dijadikan
ukuran target kinerja proses industri tentang bagaimana baiknya suatu
proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan pelanggan (pasar).
Semakin tinggi target Sigma yang dicapai, semakin baik kinerja proses
industri. Sehingga 6 sigma secara otomatis lebih baik daripada 4 Sigma,
dan 3 Sigma. Six Sigma juga dapat dianggap sebagai strategi terobosan
yang memungkinkan perusahaan melakukan peningkatan luar biasa (dramatic)
di tingkat bawah dan sebagai pengendalian proses industri yang berfokus
pada pelanggan dengan memperlihatkan kemampuan proses.
(Gaspersz, 2007, p37)
Six Sigma Motorola merupakan suatu metode atau teknik
pengendalian dan peningkatan kualitas dramatic yang diterapkan oleh
perusahaan Motorola sejak tahun 1986, yang merupakan terobosan baru
dalam bidang manajemen kualitas. Banyak ahli manajemen kualitas
menyatakan bahwa metode Six Sigma Motorola dikembangkan dan
diterima secara luas oleh dunia industri, karena manajemen industri
frustasi terhadap sistem-sistem manajemen kualitas yang ada, yang tidak
mampu melakukan peningkatan kualitas secara dramatik menuju tingkat
kegagalan nol (zero defect). Banyak sistem manajemen kualitas, seperti
Malcolm Baldrige Quality Award (MBNQA), ISO 9000, dan lain-lain, hanya
menekankan pada upaya peningkatan terus-menerus berdasarkan kesadaran
mandiri manajemen, tanpa memberikan solusi yang ampuh bagaimana
II-4
terobosan-terobosan harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas secara
dramatik menuju tingkat kegagalan nol.
Prinsip-prinsip pengendalian dan peningkatan kualitas Six Sigma
Motorola mampu menjawab tantangan ini, dan terbukti perusahaan
Motorola selama kurang lebih 10 tahun setelah implementasi konsep Six
Sigma telah mampu mencapai tingkat kualitas 3,4 DPMO (defects per million
opportunities) kegagalan per sejuta kesempatan.
(Gaspersz, 2007, p37-38)
Beberapa keberhasilan Motorola yang patut dicatat dari aplikasi
program Six Sigma, adalah sebagai berikut:
• Peningkatan produktivitas rata-rata : 12,3% per tahun.
• Penurunan COPQ (cost of poor quality) lebih daripada 84%.
• Eliminasi kegagalan dalam proses sekitar 99,7%.
• Penghematan biaya manufakturing lebih daripada $11 milyar.
• Peningkatan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata: 17% dalam
penerimaan, keuntungan, dan harga saham Motorola.
(Gaspersz, 2007, p38)
2.2.1 Peningkatan Kapabilitas Proses Menuju Target Six Sigma
Setelah kita mengetahui posisi kinerja bisnis dan industri pada
saat sekarang (baseline measurement), misalnya pada kapabilitas 3 Sigma
yang menghasilkan kesalahan atau kegagalan sebesar 66.807 DPMO (defects
per million opportunities), kita harus melakukan berbagai upaya peningkatan
(improvement) menuju target 6 sigma (Six Sigma) yang hanya akan
menghasilkan 3,4 DPM atau 3,4 DPMO.
II-5
Peningkatan dari kapabilitas proses 3 sigma menjadi 4 sigma
membutuhkan sekitar 10 kali improvement, peningkatan dari kapabilitas
proses 4 sigma menjadi 5 sigma membutuhkan sekitar 30 kali
improvement, sedangkan peningkatan dari kapabilitas 5 sigma menjadi 6
sigma membutuhkan sekitar 70 kali improvement. Dengan demikian apabila
kita menganggap bahwa kinerja bisnis dan industri di Indonesia sekarang
masih berada pada tingkat kapabilitas 3 sigma, maka dibutuhkan sekitar
21.000 (= 10 x 30 x 70) kali peningkatan untuk mencapai target Six Sigma.
Hal ini berarti semakin tinggi kapabilitas sigma, semakin tinggi pula
upaya peningkatannya agar mencapai keunggulan dan kesempurnaan.
Upaya peningkatan dari 5 sigma menjadi 6 sigma akan lebih tinggi
daripada upaya peningkatan 4 sigma menjadi 5 sigma, juga lebih tinggi
daripada upaya peningkatan dari 3 sigma menjadi 4 sigma.
(Gaspersz, 2007, p49)
2.2.2 Apresiasi Level pada Six Sigma
Model statistika dalam fungsi-fungsi pengembangan dan
peningkatan Six Sigma disebut dengan “Six Sigma Improvement Initiative”.
Tujuan model statistik adalah untuk menggambarkan unit-unit „sigma’
sehubungan dengan pengukuran suatu kinerja proses. Misalnya, jika kinerja
proses bisnis berada di level 5 (lima) sigma, berarti tingkat kinerja proses
bisnis tersebut sebesar 99.9767%. Hal itu berarti, dalam setiap satu juta
aktivitas proses hanya akan terjadi 233 kali kegagalan proses, dan kinerja
prosesnya berada di bawah satu tingkat dibandingkan dengan kinerja
terbaik (sigma level enam).
II-6
Tabel 2.1. Hubungan antara Nilai Sigma dan Tingkat Kegagalan
Per Juta Peluang dan Ekuivalen Yield
Six Sigma
Harga / nilai sigma
Kegagalan per juta
peluang / kesempatan
Yield (%)
1 691.462 30,85
2 308.538 69,146
3 66.807 93,379
4 6.210 99,379
5 233 99,9767
6 3,4 99,99966
Sumber: Hidayat, 2007, p63
2.2.3 Six Sigma Process Improvement
Dalam program / proyek pengembangan dan peningkatan Six
Sigma, tim kerja yang ditunjuk akan menyeleksi berbagai strategi peningkatan
proses Six Sigma yang bersifat regular. Kemudian lima tahapan proses
diterapkan dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan proses yang
sudah ada. Kelima tahap proses tersebut adalah :
Pendefinisian berbagai permasalahan proses dan kebutuhan
konsumen.
Pengukuran cacat-cacat (defect) dari aktivitas operasional proses
(kuantitatif maupun kualitatif).
Analisis data sebagai dasar pemecahan masalah yang ada.
Meningkatkan proses dan memangkas penyebab-penyebab
terjadinya cacat (defect).
Pengendalian proses dan memastikan cacat-cacat (defect) tidak
terjadi lagi.
(Hidayat, 2007, p52)
II-7
2.3 Model dalam Metode Peningkatan Proses Six Sigma
Berbagai upaya peningkatan menuju target Six Sigma dapat
dilakukan menggunakan dua metodologi, yaitu (1) Six Sigma DMAIC
(Define, Measure, Analyze, Improve, Control), dan (2) Design For Six