Top Banner
BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS A. Kerangka Teori 1. Sinusitis a). Defenisi Sinusitis Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal, bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Sesuai dengan anatomi sinus yang terkena dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis ethmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid. Paling sering ditemukan ialah sinusitis maksilaris dan sinusitis ethmoid, sedangkan sinusitis frontal dan sinusitis sfenoid lebih jarang. Pada anak hanya sinus maksila dan sinus ethmoid yang berkembang, sedangkan sinus frontal dan sinus sfenoid belum. Gejala nyeri yang terjadi pada sinusitis itu sendiri tergantung dari letak sinus yang mengalami peradangan. Apabila yang terkena di frontalis maka nyeri yang dirasakan biasanya disekitar dahi, apabila yang terkena di sfenoidalis maka nyeri yang dirasakan berada disekitar tengkuk kepala belakang bagian dalam dan apabila nyeri yang terkena di ethmoidalis nyeri sering dirasakan didaerah belakang antara mata serta dahi, sedangkan jika nyeri yang dirasakan di bagian rahang atas dan gigi maka yang terkena adalah sinusitis maksilaris.
60

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

Jul 10, 2019

Download

Documents

hanga
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

BAB II

KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Teori

1. Sinusitis

a). Defenisi Sinusitis

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal, bila mengenai

beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua

sinus paranasal disebut pansinusitis.

Sesuai dengan anatomi sinus yang terkena dapat dibagi menjadi

sinusitis maksila, sinusitis ethmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis

sfenoid.

Paling sering ditemukan ialah sinusitis maksilaris dan sinusitis

ethmoid, sedangkan sinusitis frontal dan sinusitis sfenoid lebih jarang.

Pada anak hanya sinus maksila dan sinus ethmoid yang berkembang,

sedangkan sinus frontal dan sinus sfenoid belum.

Gejala nyeri yang terjadi pada sinusitis itu sendiri tergantung dari

letak sinus yang mengalami peradangan. Apabila yang terkena di

frontalis maka nyeri yang dirasakan biasanya disekitar dahi, apabila

yang terkena di sfenoidalis maka nyeri yang dirasakan berada disekitar

tengkuk kepala belakang bagian dalam dan apabila nyeri yang terkena

di ethmoidalis nyeri sering dirasakan didaerah belakang antara mata

serta dahi, sedangkan jika nyeri yang dirasakan di bagian rahang atas

dan gigi maka yang terkena adalah sinusitis maksilaris.

Page 2: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

Nyeri pada sinusitis maksilaris berawal dari penebalan mukosa,

selanjutnya diikuti opasifikasi sinus lengkap akibat mukosa yang

membengkak hebat, atau akibat akumulasi cairan yang memenuhi

sinus. Akhirnya terbentuk gambaran air-fluid level yang khas akibat

akumulasi pada sinus dan akan menekan dinding sinus yang bertulang

sehingga menimbulkan rasa nyeri.

b). Anatomi Fisiologi Pernafasan

(1). Hidung

Hidung merupakan rongga pertama yang dilalui udara dari

luar. Di dalam rongga hidung terdapat rambut-rambut dan selaput

lendir yang berguna untuk menyaring udara, menghangatkan suhu

udara yang masuk ke paru-paru. Selaput lendir kaya akan

pembuluh darah dan bersambung dengan faring dan dengan

semua selaput lendir semua sinus yang mempunyai ke dalam

rongga hidung.

Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel

lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel. Sekresi

dari sel itu membuat permukaan nares basah dan berlendir.

Sewaktu udara masuk melalui hidung, udara di saring oleh bulu-

bulu yang terdapat di dalam vestibulum, dan karena ada kontak

dengan permukaan lendir yang dilaluinya maka udara menjadi

hangat, dan oleh penguapan air dari permukaan selaput lendir

menjadi lembab.

Page 3: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

Hidung menghubungkan lubang-lubang dari sinus udara

para-nasalis yang masuk ke dalam rongga-rongga hidung dan juga

lubang-lubang naso-lakrimal yang menyalurkan mata dari mata

ke dalam bagian bawah rongga nasalis kedalam hidung.

Di sekitar hidung terdapat otot-otot yang dapat

menggerakkan hidung diantaranya :

(a) Otot: M. Procerus, Origo: Os nasale, Cartilago nasi lateralis,

Insersio: Kulit Glabella, Persarafan: Nervus facialis (VII),

Fungsi: Menarik turun kulit dahi dan alis mata.

(b) Otot: M. Nasalis, Origo: Pars alaris : Jugum alveolare dentis

incisivi lateralis, Insersio: pinggir cuping hidung, persarafan:

Nervus facialis (VII), Fungsi: Menggerakkan cupping hidung

dan hidungnya sendiri. Pars alaris : membuka lebar lebar

cuping hidung.

(c) Otot: M. Orbicularis Oculi, Origo: Pars orbitalis pars nasalis

ossis frontalis, Proc. frontalis maxillae, Lig. Palpebrae

mediale, Isersio: Pars orbitalis : Lig. Palpebrale laterale,

transisi menjadi suatu otot melingkar membentuk cincin di

lateral. Pars palpebralis : Lig. palpebrale laterale, Persarafan:

Nervus facialis (VII), Fungsi: Menutup kelopak mata,

menekan saccus lacrimalis, menggerakkan alis mata.

(d) Otot: M. Depressor Supercilii, Origo: Pars nasalis ossis

frontalis, punggung hidung, insersio: Sepertiga medial kulit

alis mata, Persarafan: Nervus facialis (VII), Fungsi: Menarik

Page 4: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

turun kulit dahi dan alis, menciptakan kerutan miring tepat di

atas pangkal hidung.

(e) Otot: M. Corrugator Supercilii, Origo: Pars nasalis ossis

frontalis, insersio: Sepertiga medial (lateral) kulit alis mata,

galea aponeurotica, Fungsi: Menggerakan kulit dahi dan alis

mata ke arah pangkal hidung, menciptakan kerut vertical

tepat di atas pangkal hidung.

(f) Otot: M. Depressor septi nasi, Origo: jugum alveolare dentis

incisivi medialis, Insersio: jugum alveolare dentis incisivi

medialis, Persarafan: Nervus facialis (VII), Fungsi:

Menggerakkan cupping hidung dan hidungnya sendiri.

(g) Otot: M. Orbicularis Oris, Origo: sebelah lateral angulus oris.

Insersio: Kulit bibir, Persarafan: Nervus facialis (VII),

Fungsi: Menutup bibir, sehingga juta menggerakkan cuping

hidung, pipi dan juga kulit dagu.

(h) Otot: M. Buccinator, Origo: Bagian posterior Proc. alveolaris

maxillae, Raphe pterygomandibularis, bagian posterior Proc.

alveolaris mandibulae, Insersio: Angulus oris, bibir atas dan

bawah, Persarafan: Nervus facialis (VII), Fungsi:

Menegangkan bibir, meningkatkan tekanan intraoral (ketika

meniup dan mengunyah).

(i) Otot: M. Levatoor labii superioris, Origo: Margo infraorbitalis

dan bagian Zygomaticus maxilla di dekatnya; berasal dari

massa otot M. Orbicularis oculi, Insersio: Bibir atas,

Page 5: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

Persarafan: Nervus facialis (VII), Fungsi: Menarik bibir atas

ke lateral dan atas.

(j) Otot: M. Depressor Labii inferioris, origo: Basis mandibulae

sebelah mendial foramen mentale, Insersio: Bibir bawah,

dagu, serabut dalam ke mukosa, Persarafan: Nervus facialis

(VII), Fungsi: Menarik bibir bawah ke lateral dan bawah.

(k) Otot: M. Mentalis, Origo: Jugum Alveolare dentis incisivi

lateralis bawah, Insersio: kulit dagu, Persarafan: Nervus

facialis (VII), Fungsi: Membentuk lekuk didagu, eversi bibir

bawah (bersama dengan musculus orbicularis oris).

(l) Otot: M. Depressor anguli oris, Origo: Basis mandibulae,

tepat di bawah foramen mentale, Insersio: Bibir bawah, pipi

disebelah lateral sudut mulut, bibir atas, Persarafan: Nervus

facialis (VII), Fungsi: Menarik sudut mulut ke bawah.

(m) Otot: M. Risoriu, Origo: Fascia parotidea, Fascia messeterica,

Insersio: Bibir atas, sudut mulut, Persarafan: Nervus facialis

(VII), Fungsi: Menarik sudut mulut ke lateral dan atas,

membentuk lesung dipipi.

(n) Otot: M. Levator Anguli Oris, Origo: Fossa canina maxillae,

Insersio: sudut mulut, Persarafan: Nervus facialis (VII),

Fungsi: Menarik sudut mulut ke arah medial dan atas.

(o) Otot: M. Zygomaticus Major, Origo: Os Zygomaticum di

dekat sutura zygomaticotemporalis, Insersio: bibir atas, sudut

Page 6: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

mulut, Persarafan: Nervus facialis (VII), Fungsi: Menarik

sudut mulut ke arah lateral dan atas.

(p) Otot: M. Zygomaticus Minor, Origo: Os Zygomaticum di

dekat sutura zygomaticomaxillaris, Insersio: bibir atas, sudut

mulut, Persarafan: Nervus facialis (VII), Fungsi:

Menggerakkan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu,

memperdalam sulcus nasolabialis.

(2) Faring

Faring adalah persimpangan antara rongga mulut ke

kerongkongan dengan rongga mulut ke tenggorokaan, Ada satu

katup penutup rongga hidung disebut dengan anak tekak. Jika

menelan makanan pad saat katup belum menutup, maka makanan

masuk ke dalam tenggorokan dan akan terjadi tersendak.

Faring merupakan Pipa berotot yang berjalan dari dasar

tengkorak sampai tersambungnya dengan usofagus pada

ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang

hidung (naso-farinx), dibelakang mulut (oro-farinx) dan

dibelakang laring (farix laryngeal). Nares posterior adalah muara

rongga-rongga hidung ke naso-farinx.

(3) Laring

Pangkal tenggorokan disebut dengan laring. Laring terdiri atas

kepingan tulang rawan (tiroid dan krikoid) diikat oleh ligament

dan membran yang membentuk jakun. Jakun tersusun atas tulang

lidah, katup tulang rawan, perisai tulang rawan, piala tulang

Page 7: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

rawan dan gelang tulang rawan. Laring dapat ditutup oleh katup

epiglotis. Jika udara menuju ke tenggorokan, anak tekak melipat

kebawah bertemu dengan epiglotis untuk membuka jalan ke

tenggorokan. Pada waktu menelan dan waktu bernafas katup

tersebut menutup laring dan waktu bernafas akan membuka.

Pada laring terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada

udara yang melaluinya, misalnya pada waktu bicara. Letaknya di

sebelah dalam laring, berjalan dari tulang rawan tiroid di sebelah

depan sampai di kedua tulang ariteroid. Getaran pita disebabkan

karena ada udara yang melalui epiglotis maka suara dihasilkan.

Berbagai otot terkait pada laring yang mengendalikan suara

dan juga menutup lubang laring sewaktu menelan.

(4) Trakea

Trakea kira-kira memiliki panjang 9 meter panjangnya.

Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra

kelima dan ditempat ini bercabang menjadi dua bronkus. Trakea

tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang

rawan diikat oleh fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di

sebelah belakang trakea.

Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epithelium

bersilia dan sel cangkir. Silia ini berfungsi sebagai menolak debu

atau benda asing. Jika tiba-tiba batuk atau bersin mungkin di

trakea ada lendir atau debu yang mengganggu jalannya

pernafasan, benda asing tersebut akan dikeluarkan oleh silia

Page 8: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

bergerak ke atas ke arah laring sehingga debu atau benda asing

tersebut dapat dikeluarkan. Tulang rawan yang gunanya

mempertahankan agar treakea tetap terbuka, di sebelah

belakangnya tidak tersambung, yaitu ditempat trakea menempel

pada usofagus yang memisahkan dari tulang belakang.

Gambar 2.1. Anatomi Pernafasan Manusia

http://dinnahandy.blogspot.com

(5) Bronkus

Bronkus terdiri dari dua bronkus yaitu bronkus kanan dan

bronkus kiri. Letaknya kira-kira vertebra torakhalis

kelima.Bronkus ini berjalan kebawah dan kesamping kearah paru-

paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang

kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis. Bronkus kiri lebih

panjang dan lebih langsing dari yang kanan dan berjalan dibawah

arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabangyang

Page 9: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

berjalan ke lobus atas dan bawah. Kedua bronkus tersebut menuju

paru-paru. Jika bronkus mengalami infeksi maka akan timbul

bronkitis. Di dalam paru bronkus membentuk cabang lagi yang

disebut bronkiolus.

(6) Bronkioulus

Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus dimana

percabangan bronkus tersebut membelah bronkiolus menjadi tiga

disebelah kanan dan sebelah kiri bercabang menjadi dua

bronkiolus. Cabang-cabang dari bronkiolus membentuk pembuluh

darah yang halus. Cabang-cabang yang terhalus masuk ke dalam

gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus

mengandung kapiler darah, sedangkan karbon dioksida dan air

dilepaskan.

(7) Alveolus

Di bagian dalam paru-paru terdapat gelembung halus yang

merupakan perluasaan permukaan paru-paru yang disebut

alveolus. Jumlahnya kurang lebih 300 juta buah. Dengan adanya

alveolus, luas permukaan seluruh alveolus diperkirakan mencapai

160m atau 100 kali lebih luas daripad permukaan tubuh.

Dinding alveolus mengandung kapiler darah. Oksigen yang

terdapat di alveolus berdifusi menembus dinding alveolus. Setelah

itu, masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin

yang terdapat didalam sel darah sehingga terbentuk

Page 10: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

oksihemoglobin (HbO2). Akhirnya oksigen diedarkan oleh darah

ke seluruh tubuh.

Gambar 2.2. Bentuk dari alveolus

http://journeyoflight79.wordpress.com

Setelah sampai ke sel-sel tubuh, oksigen dilepaskan sehingga

oksihemoglobin kembali menjadi hemoglobin. Oksigen

digunakan untuk oksidasi. Karbon dioksida yang dihasilkan dari

respirasi sel diangkut oleh plasma darah melalui pembuluh darah

menuju paru-paru. Sesampainya di alveolus, karbon dioksida

akan dikeluarkan oleh saluran nafas saat kita mengeluarkan nafas.

Karbon dioksida akan dikeluarkan melalui hidung. Jadi, proses

pertukaran gas sebenarnya berlangsung di alveolus.

c). Anatomi Fisiologis Sinus Paranasalis

Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing

sisi hidung sinus frontal kanan dan kiri, sinus ethmoid kanan dan kiri

(anterior dan posterior), sinus maksimal kanan dan kiri (atrium

Page 11: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

highmore) dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus ini dilapisi

oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara

dan semua bermuara di rongga hisung melalui ostium masing-masing.

Pada meatus medius yang merupakan ruang diantara konka

superior dan konka inferior rongga hidung terdapat sua tu celah sempit

yaitu hiatus semilunaris yakni muara dari sinus maksila, sinus frontalis

dan ethmoid anterior.

(1) Sinus Paranasalis

Secara luas fungsi dari sinus paranasal masih belum

jelas. Beberapa sinus telah dapat diketahui dan belum ada

penelitian yang dapat memastikan fungsi dari sinus tersebut

(Amedee,1993; Becker, Naumann, pflatz,1994)

Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus

paranasal adalah sebagai berikut :

(a) Membentuk pertumbuhan wajah.

Karena di dalam sinus terdapat rongga udara,

sehingga bisa untuk perluasan. Jika tidak terdapat sinus

maka pertumbuhan tulang akan terdesak.

(b) Sebagai pengatur udara ( air conditioning )

Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk

memanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi.

Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang

lebih 1/1000 volume sinus pada tiak kali bernafas

Page 12: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

sehingga diperlukan beberapa jam untuk pertukaran

udara totaldalam sinus (Soetjipto, Mangunkusumo,2001).

(c) Sebagai penahan suhu (thermal insulator).

Sinus berfungsi sebagai penahan (buffer) panas

melindungi orbita dan fossa serebri dari suhu rongga

hidung yang berubah-ubah.

(d) Membantu keseimbangan kepala.

Sinus membantu keseimbangan kepala karena

mengurangi berat tulang muka. Akan tetapi bila udara

dalam sinus diganti dengan tulang, hanya akan

memberikan pertambahan berat 1% berat kepala,

sehingga teori ini kurang bermakna (Soejipto,

Mangunkusumo,2001).

(e) Membantu resonansi suara.

Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk

resonansi suara dan mempengaruhi kualitas suara. Akan

tetapi ada yang berpendapat, bahwa posisi sinus dan

ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai

resonator yang efektif. (Soejiptodan

Mangunkusumo,2001).

(f) Sebagai peredam perubahan tekanan udara.

Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang

besar dan mendadak, misalnya pada waktui bersin dan

membuang inggus (Soejipto dan Mangunkusumo,2001).

Page 13: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

(g) Membantu produksi mukus.

Mukus dihasilkan oleh sinus paranasal memeng

jumlahnya kecil apabila dibandingkan dengan mukus

yang dihasilkan rongga hidung, namun efektif untuk

membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara

inspirasi karena mukus ini keluar dari meatus media

(Soejipto dan Mangunkusumo,2001)

Fungsi penting pada sinus paranasal yang telah

diketahui dan dapat diterima secara luas adalah sekresi

mukus yang dapat menjaga agar saluran pernafasan tetap

lembab. Jumlah mukus yang dihasilkan sinus adalah

kecil apabila dibandingkan dengan volume keseluruhan

sekret yang dihasilkan tubuh (Amedee,1993).

Gambar 2.3 Sinus Paranasalis

http://www.scribd.com/doc

Page 14: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

a). Sinus Maksilaris

(1) Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk

dari processsus maksilaris I.

(2) Bentuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral

hidung, sedang apexnya pada pars zygomaticus

maxilae.

(3) Merupakan sinus terbesar dengan volume kurang

lebih 15 cc pada orang dewasa.

(4) Berhubungan dengan :

(a) Cavum orbita, dibatasi oleh dinding tipis (berisi n.

Infraorbitalis) sehingga jika dindingnya rusak

maka dapat menjalar ke mata.

(b) Gigi dibatasi dinding tipis atau mukosas pada

daerah P2 molar.

(c) Ductus nasolakrimalis, terdapat dinding

cavumnasi.

b). Sinus Ethmoidalis

(1) Terbentuk pada usia fetus bulan IV.

(2) Saat lahir, berupa 2-3 celulae (ruang-ruang kecil), saat

dewasa terdiri dari 7-15 celulae, dindingnya tipis.

(3) Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon,

terletak antara hidung dan mata.

(4) Berhubungan dengan:

Page 15: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

(a) Fossa cranii anterior yangdibatasi oleh dinding

tipis yaitu lamina cribrosa. Jika terjadi infeksi

pada daerah sinus mudah menjalar ke daerah

cranial (meningitis, ensefalitis dsb).

(b) Orbita, dilapisi dinding tipis yakni lamina

fapiracea. Jika melakukan operasi pada sinus ini

kemudian dindingnya pecah, maka darah masuk

ke daerah orbita sehingga terjadi briil hemotoma.

(c) Nervus Optikus.

(d) Nervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior dan

posterior.

c). Sinus Frontalis

(1) Sinus ini dapat terbentuk atau tidak.

(2) Tidak simetri kanan dan kiri, terletak di os frontalis.

(3) Volume pada orang dewasa ±7 cc.

(4) Bermuara ke infundibulum (meatus nasimedia).

(5) Berhubungan dengan :

(a) Fossa cranii anterior, dibatasi oleh tulang

compacta.

(b) Orbita, dibatasi oleh tulang compacca.

(c) Dibatasi oleh periosteum, kulit, tulang, diploic.

d). Sinus Sfenoidalis

(1) Terbentuk pada fetus usia bulan III.

Page 16: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

(2) Terletak pada corpus, alas dan processus os

sfenoidalis.

(3) Volume pada orang dewasa ± 7 cc.

(4) Berhubungan dengan :

(a) Sinus capernosus pada dasar cavum cranii.

(b) Glandula pituitari, chiasma n. Optikum.

(c) Tranctus olfactorius.

(d) Arteri basillaris brain sterm (batang otak).

(2) Kompleks Ostio-Meatal

Pada sepertiga tengah dinding lateral yaitu di meatus

medius, ada muara-muara saluran dari sinus maksila, sinus

frontal dan sinus etmoid anterior. Daerah ini rumit dan sempit

dan dinamakan kompleks ostio-meatal (KOM), terdiri dari

infundibulum etmoid yang terdapat di belakang processus

uncinatus, resessus frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid

anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maks

Kompleks Osteomeatus (KOM), berperan penting dalam

fungsi sinus yang sehat yaitu berfungsi sebagai jalur drainase

untuk sinus frontalis, ethmoidalis, dan maksilaris. Juga

diperlihatkan turbinatus, yang menempel di dinding samping

hidung. Dekatnya jarak antara KOM dan turbinatus media,

yang dapat menyebabkan obstruksi (pemblokiran) sinus jika

Page 17: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

membengkak. Aliran lendir yang normal dari dalam sinus

melalui ostia dan masuk ke dalam lubang hidung.

(3) Sistem Mukosiliar

Seperti pada mukosa hidung didalam sinus juga terdapat

mukosa bersilia dan palut lendir diatasnya. Didalam sinus,

silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan lendir menuju

ostium mengikuti jalur-jalur yang sudah terbentuk pola.

Pada dinding lateral hidung terdapat dua aliran transport

mukosiliar dari sinus. Lendir yang berasal dari kelompok

sinus anterior yang bergabung di infundibulum etmoid di

alirkan ke nasofaring didepan muara tuba estacius. Lendir

yang berasal dari kelompok sinus posterior bergabung

diresesus sfenoetmoidalis, di alirkan ke nasofaring di postero-

superior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis didapati

sekret pasca-nasal (post nasal drip), tetapi belum tentu ada

sekret di rongga hidung.

(4) Suplai Darah

Cabang sfenoplatina dari arteri maksilaris interna

menyuplai konka, meatus dan septum. Cabang ethmoidalis

anterior dan posterior dari arteri oftalamika menyuplai sinus

frontalis dan etmoidalis serta atap hidung. Sedangkan sinus

maksilaris di perdarahi oleh suatu cabang arteri labialis

superior dan cabang infraorbitalis serta alveolaris dari arteri

Page 18: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

maksilaris interna dan cabang faringealis dari arterimaksilaris

interna disebarkan kedalam sinus sfenoidalis.

Vena-vena membentuk suatu fleksus kavarnesus yang

rapat di bawah membrane mukosa. Pleksus ini terlihat hanya

diatas konka media dan inferior serta bagian septum dimana

membentuk jaringan erektil. Drainase vena terutama melalui

vena oftalamika, fasialis anterior dan sfenopalatina.

(5) Suplai Saraf

Saraf cranial pertama pada hidung yaitu, divisi

oftalamikus dan maksilaris dari saraf trigeminus untuk

impuls afferent sensorik lainnya, saraf facialis untuk gerakan

otot-otot pernafasan pada hidung luar dan system saraf

otonom. Yang terakhir melalui ganglion sfenopalatina,

berfungsi mengontrol diameter vena dan arteri hidung, dan

juga produksi mukus, dengan demikian dapat mengubah

pengaturan hantaran suhu dan kelembaban udara.

Gambar 2.4. Saraf paranasal

http://.darplastik.com/umum/bagian3-7

Page 19: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

(6) Fungsi Sinus Pranasalis

Sinus tidak mempunyai fungsi fisiologis nyata.

“sinus hanyalah suatu ruang kosong di tengkorak yang

tercipta akibat persilangan tulang-tulang disekitar mata”

(Ralph, 2006).

Akan tetapi ada tujuh teori tentang sinus, yaitu:

(a) Sinus meringankan beban

Adanya kantong-kantong udara di dalam tengkorak

membuat kepala menjadi ringan dibandingkan dengan

jika sinus berupa tulang dan jaringan padat

(b) Sinus mengurangi tekanan

Sinus berfungsi sebagai jenis katup pengaman saat

seseorang mengalami perubahan tekanan udara secara

drastis didalam rongga hidung, seperti ketika bersin atau

menghembuskan udara melalui hidung.

(c) Sinus meningkatkan daya pengecapan dan pennciuman

Adanya penambahan luas permukaan dimana

molekul-molekul bau diudara dapat berputar-putar

mungkin membantu reseptor penghidung dihidung

bekerja lebih baik.

(d) Sinus melindungi mata dan otak

Sinus berfungsi sebagai mekanisme tingkat didalam

tengkorak, meringankan dampak pukulan ke kepala

Page 20: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

sehingga memperkecil kemungkinan kerusakan pada

mata dan otak.

(e) Sinus membantu suara

Adanya sinus menyebabkan suara kita memperoleh

resonasi yang luar biasa serta terdengar khas dan berbeda

dari suara yang lainnya. Sehingga dapat membantu

manusia untuk berkomunikasi lebih baik dengan yang

lainnya.

(f) Sinus membantu mengendalikan kondisi udara

Karena memiliki membrane mukosa lembab hangat

yang luas, sinus berperan untuk meningkatkan proses

suhu udara. Dimana lendir yang dihasilkan akan

menyaring partikel-partikel yang tidak diinginkan dan

permukaannya yang luas membantu menghangatkan

dan melembabkan udara yang dingin dan kering.

(g) Sinus memungkinkan pertumbuhan wajah yang efisien

Sinus berperan penting dalam perkembangan tulang-

tulang wajah dari lahir hingga remaja. Tulang-tulang

wajah harus tumbuh dalam proporsi yang sesuai dengan

tengkorak seiring dengan membesarnya otak dan rongga

tengkorak.

d). Klasifikasi Sinusitis

Sinusitis maksilaris akut biasanya menyusul suatu infeksi saluran

nafas atas yang ringan. Gambaran radiologic sinusitis maksilaris akar

Page 21: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

mula-mula berupa penebalan mukosa, selanjutnya diikuti opasifikasi

sinus lengkap akibat mukosa yang membengkak hebat atau akibat

akumulasi cairan yang memenuhi sinus. Akhirnya terbentuk gambaran

air-fluid level yang khas akibat akumulasi pus yang dapat di lihat pada

foto tegak sinus maksilaris.

Sinus maksilaris dengan asal geligi. Bentuk penyakit geligi

maksilaris yang khusus bertanggung jawab pada 10% kasus sinusitis

yang terjadi setelah gangguan pada gigi. Gambaran bakteriologik

sinusitis berasal geligi ini didominasi oleh infeksi gram negative. Oleh

karena itulah infeksi ini menyebabkan pus yang berbau busuk dan

akibatnya timbul bau busuk dari hidung.

Sinusitis maksilaris ini paling sering ditemukan, karena dasar sinus

lebih rendah dari dasar hidung, ostium sinus maksilaris relative lebih

tinggi dari dasarnya serta ada hubungan yang erat antara sinus

maksilaris dengan akar gigi P1, P2, M1 dan M2.

Selanjutnya pada sinusitis etmoidalis kronik lebih sering terjadi

pada anak-anak. Sedangkan pada orang dewasa, seringkali bersamaan

dengan sinusitis maksilaris, serta dianggap sebagai penyerta sinusitis

frontalis (Lindbaek 2007)

e). Penyebab dan Factor Predisposisi Sinusitis

Ada banyak penyebab timbulnya sinusitis, namun berbagai

penyebab itu termasuk dalam salah satu dari kategori besar, yaitu :

anatomis, genetik, dan lingkungan.

(1) Adanya sumbatan dalam hidung oleh karena :

Page 22: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

Tulang hidung yang bengkok, polip hidung, pembesaran selaput

lendir hidung, adanya benda asing, tumor hidung.

(2) Adanya infeksi menahun di hidung.

(3) Alergi.

(4) Infeksi organ-organ di sekitar hidung seperti infeksi, amandel

(tonsilitis), infeksi adenoid, infeksi tenggorokan (paringitis) dan

infeksi gigi di rahang atas.

(5) Faktor lain seperti berenang / menyelam, trauma, polusi udara

dapat mengakibatkan perubahan-perubahan pada selaput

lendirdan kerusakan rambut halus / siliasinus

Menurut Ritter dan Ludman (2003) beberapa keadaan yang

dianggap sebagai faktor predisposisi timbulnya sinusitis adalah

letak anatomis sinus paranasalis:

(a) Ostium sinus maksilaris letaknya lebih tinggi dari dasar

sinus, sehingga aliran mukus akan melawan gaya berat.

(b) Duktus nasofrontalis yang menghubungkan sinus frontalis

dengan rongga hidung panjang dan sempit sehingga mudah

rusak dan sempit.

(c) Ostium sinus etmoidalis membuka ke rongga hidung

ditempat mengalirnya sekret dari sinus maksilaris, sehingga

peradangan di sinus maksilaris mudah menyebar ke sinus

etmoidalis.

Page 23: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

(d) Dasar sinus maksilaris berdekatan dengan gigi molar rahang

atas sehingga infeksi yang berasal dari gigi molar atas

mudah menyebar ke sinus maksilaris.

f). Patofisiologi Sinusitis

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan

kelancaran klirens dari mukosiliar di dalam komplek osteo meatal

(kom). Disamping itu mukus juga mengandung substansi antimikrobial

dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang

masuk bersama udara pernapasan. Bila terinfeksi organ yang

membentuk kom mengalami oedem, sehingga mukosa yang berhadapan

akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak

dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan

tekanan negatif di dalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya

transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek awal yang

ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai

sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila tidak

sembuh, maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi

media yang poten untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret

akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis

yang membutuhkan antibiotik. Jika terapi inadekuat maka keadaan ini

bisa berlanjut, akan terjadi hipoxia dan bakteri anaerob akan semakin

berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa

yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.

Page 24: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

Drainase cairan mukus keluar dari rongga sinus juga bisa terhambat

oleh pengentalan cairan mukus itu sendiri (Lindbaek dan Hjortdahl

2002, Meltzer et all 2004)

Pengentalan ini terjadi akibat pemberian obat antihistamin,

penyakit fibro kistik dan lain-lain. Sel penghasil mukus memiliki

rambut halus (silia) yang selalu bergerak untuk mendorong cairan

mukus keluar dari rongga sinus. Asap rokok merupakan salah satu

penyebab terbesar dari rusaknya silia ini sehingga pengeluaran cairan

mukus menjadi terganggu. Cairan mukus yang terakumulasi di rongga

sinus dalam jangka waktu yang lama merupakan tempat yang nyaman

bagi hidupnya bakteri, virus dan jamur.

Ketika bernafas, setiap orang menghirup udara masuk ke dalam

hidung, berjuta spora fungus setiap hari juga ikut masuk ke dalam

bersamaan dengan masuknya udara tersebut (diperkirakan kurang lebih

sekitar 57 juta spora sehari). Bagaimanapun, spora ini tidak dapat

membiak dalam hidung atau paru-paru yang sehat (Gwaltney et all,

2004)

Mukosa hidung dilengkapi system pertahanan tertentu untuk

melawan fungus atau bacteria. Apabila ada celah dalam system imunity,

maka spora fungus dapat berkembang biak sehingga menyebabkan

resdung kulat. Bear kemungkinan spora fungus tersedot ke dalam

rongga sinus ketika bersin atau menghirup ingus dengan kuat.

Sinusitis kronik berlangsung selama lebih dari 3 bulan atau biasa

terus berlangsung sampai tahunan. Pada sinusitis akut, perubahan

Page 25: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

patologik membrane mukosa berupa infiltrate poliomorfonuklear,

kongesti vaskuler dan deskuamasi epitel permukaan yang semuanya

reversible. Gambaran sinusitis kronik adalah kompleks dan

irreversible. Mukosa umumnya menebal membentuk lipatan-lipatan

pseudopolip. Epitel permukaan tampak mengalami deskuamasi,

regenerasi, metaplasi, atau epitel biasa dalam jumlah yang bervariasi

pada suatu irisan histology yang sama. Pembentukan mikroabses dan

jaringan granulasi bersama-sama dengan pembentukkan jaringan parut.

Secara menyeluruh terdapat infiltrate sel bundar dan poliomornuklear

dalam lapisan submukosa.

Sinusitis pada dasarnya bersifat riogenik. Pada sinusitis kronik

sumber infeksi berulang cenderung berupa suatu daerah stenotik,

biasanya infudibulum etmoidalis dan resesus frontalis. Karena inflamasi

menyebabkan saling menempelnya mukosa yang berhadapan dalam

ruang sempit ini, akibatnya terjadi gangguan transport mukosiliar,

menyebabkan retensi mukus dan mempertinggi pertumbuhan bakteri

dan virus, infeksi kemudian menyebar ke sinus yang berdekatan.

Gambar 2.5. Infeksi Sinusitis http://fkunsri.wordpress.com

Page 26: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

Zat yang semakin merangsang proses peradangan. Berbagai zat

activator ini antara lain adalah interleukin, protein dasar utama, dan

leukotrien. Maksudnya sel darah putih dan bakteri ke dalam lendir

menyebabkan lendir menjadi lebih kental daripada biasanya dan sering

menjadi kekuningan atau kehijauan, maka terjadilah infeksi. Zat yang

kental ini disebut sebagai pus (nanah) atau mukus purulen.

Sebagian dari pus di sinus berhasil keluar melalui ostium, melintasi

KOM, dan menuju bagian belakang rongga hidung. Pus ini cenderung

berkumpul di tenggorokkan, menimbulkan iritasi, atau mengalir ke

bawah sebagai postnasal drip yang menggangu. Kasus sinusitis yang

sudah menyebar besar kemungkinan bertambah buruk sebelum

membaik. Untuk melawan infeksi, sinus menjadi lebih sering

meradang, yang menyebabkan bertambahnya pembengkakkan, yang

memperparah penyumbatan sehingga bakteri semakin mudah

berkembang biak dan akan terjadi siklus ninusitis yang sering disebut

dengan “Lingkaran Setan”

Gambar 2.6. Siklus Sinusitis

Metson, DR. Ralph B. dengan Mardon, Steven, Menyembuhkan

Sinusitis, Cetakan ke-2, PR. Bhuana Ilmu Populer Kelompok

Gramedia, Jakarta. Agustus 2006, hal. 2

INFEKSI

PENYUMBATAN PEMBENGKAKAN

Page 27: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

“Bakteri menyebabkan pembengkakan, yang menghambat drainase

melalui ostium dan hal ini kemudian menyebabkan meningkatnya

pertumbuhan bakteri, yang menyebabkan lebih lanjut dan sinus ini terus

berulang seperti lingkaran setan sinusitis”.

Lingkaran setan ini akhirnya terputus ketika bakteri dieleminasi

oleh sisitem kekebalan tubuh, obat, atau kadang-kadang pembedahan.

Kemudian peradangan dan penyumbatan akirnya mereda, kemungkinan

drainase sinus kembali normal.

Gambar 2.7. Perubahan Silia pada Sinusitis

http://www.airfantastis.com/chronsinusitis.htm

g). Tanda dan Gejala Sinusitis

Ada beberapa tanda gejala yang terjadi saat infeksi sinus. Gejala

ini sering dialami oleh banyak orang, yaitu :

(1) Nyeri dan merasa tertekan pada wajah.

Nyeri tumpul berdenyut atau tekanan yang merupakan tanda

utama sinusitis terjadi akibat tekanan yang ditimbulkan oleh

jaringan yang meradang pada ujung-ujung syaraf di dinding

Page 28: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

dalam sinus. Sinusitis frontalis menyebabkan nyeri dahi atau sakit

kepala. Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi yang dapat

menjalar ke gigi di rahang atas. Sinusitis Edmoidalis

menyebabkan nyeri diantara mata. Sinusitis sfenidalis

menyebabkan nyeri di belkang mata, di puncak kepala, atau di

sepanjang tengkuk.

(2) Hidung tersumbat dan susah bernafas..

Pembengkakan selaput hidung dan peningkatan pembentukan

lendir menyebabkan penderita sulit bernafas melalui hidung.

Penyumbatan ini dapat mengenai satu atau dua sisi hidung.

Bagi sebagian penderita sinusitis, istilah penyumbatan

merujuk bukan pada tersumbatnya pernafasan hidung, melainkan

pada perasaan penuh atau tersumbat di wajah, terutama di pipi.

Sensasi ini disebabkan oleh tersumbatnya sinus itu sendiri. Jika

ostium yang membengkak tertutup, membrane mukosa pada sinus

akan menyerap oksigen, menghasikan tekanan negative (atau

vakum), yang dapat menimbulkan sensasi penyumbatan wajah

atau bahkan nyeri.

(3) Postnasal Drip

Lendir dari sinus secara normal mengalir dalam jumlah kecil

ke dalam hidung dan turun ke belakang tenggorokkan sebelum

tertelan. Selama infeksi produksi lendir meningkat, lebih kental

dan berwarna kuning atau hijau. Perubahan warna lendir

disebabkan oleh campuran bakteri dan sel darah putih, sebagai

Page 29: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

tanda bahwa tubuh telah melawan infeksi yang berlangsung.

Lendir yang kental dan berwarna hijau ini seringkali turun ke

tenggorokan dan disebut postnasal drip.

Adapun gejala sinusitis lainnya, adalah :

(a) Berkurangnya daya penciuman

Atap rongga hidung dilapisi oleh jaringan khusus yang

dikenal sebagai epitel olfaktorius. Jaringan ini mengandung

reseptor penghidu yang dirangsang oleh molekul-molekul

bau. Membengkaknya membrane di hidung dapat

menghambat molekul-molekul ini mencapai reseftor

penciuman sehingga indra penciuman menjadi kurang peka.

(b) Berkurangnya daya pengecapan

Indra pengecapan yang normal bergantung pada

keutuhan sensasi penciuman, sehingga terganggunya indra

penciuman akan menyebabkan berkurangnya fungsi dari

indera pengecap.

(c) Nafas berbau

Lendir kehijauan yang mengalir dari sinus yang

terinfeksi mengandung bakteri dan bahan buangan yang

mengalami bau busuk akibatnya, lendir kental yang mengalir

ke tenggorokkan dapat menyebabkan bau mulut. Bau mulut

ini biasanya ditimbulkan oleh adanya bakteri di mulut.

Page 30: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

(d) Batuk

Ketika mengalir ke bawah melalui belakang

tenggorokkan, lendir mungkin menyentuh pita suara dan

memicu respon batuk yang tidak di sengaja. Batuk sering

lebih parah saat bangun pagi karena sepanjang malam terjadi

penumpukkan lendir dari hidung dan sinus tenggorokkan.

Jika lendir ini meresap di antara pite suara dan ke dalam

trakea mungkin di perlukan batuk-batuk hebat untuk

membersihkan sekresi dan melindungi paru-paru.

(e) Nyeri tenggorokkan

Lendir kental yang mengalir sewaktu infeksi sinus

bersifat lebih asam daripada lendir cair normal, sehingga

lendir ini dapat mengiritasi membrane yang melapisi

tenggorokkan anda.

(f) Lesu

Tubuh manusia menggunakan energy untuk

menghasilkan respon imun. Pergeseran cadangan kalori ini

dari aktifitas harian normal ke perlawanan terhadap infeksi

dapat menyebabkan seseorang menjadi lelah. Selain itu,

pernafasan hidung yang terganggu dan sering batuk pada

malam hari dapat menyebabkan kualitas hidup menurun.

(g) Rasa penuh di telinga

Drainase lendir dan peradangan sinusitis dapat

menyumbat tuba eustakius, yaitu saluran yang

Page 31: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

menghubungkan telinga dengan bagian belakang hidung. Jika

saluran ini terbuka dan berfungsi normal, tekanan antara

bagian dalam telinga dan atmosfer luar akan seimbang.

Jika saluran ini tersumbat, biasanya akan mengalami

perasaan penuh atau tekanan yang tidak nyaman di telinga.

(h) Demam

Demam akan timbul pada gejala dan tanda sinusitits,

hal ini karena sistem imun dalam tubuh sedang bekerja, tetapi

tidak terlalu tinggi. Demam yang tidak terlalu tinggi ini juga

menandakan bahwa infeksi sinus telah berlangsung lama.

Jika tanda gejala ini lenyap dalam sebulan atau bahkan

dua atau tiga bulan, berarti gejala tersebut terjadi pada

sinusitis akut. Akan tetapi jika nyeri, penyumbatan, drainase

atau gejala lain berlangsung lebih lama dari pada tiga bulan,

berarti terjadi pada sinusitis kronik. Selain durasi, satu-

satunya perbedaan yang penting adalah bahwa orang dengan

sinusitis akut lebih besar kemungkinannya mengalami

demam.

Namun dalam aspek praktis terdapat perbedaan yang

nyata. Orang yang cenderung yang mengidap sinusitis akut

cenderung tidak menganggap masalah tersebut itu serius.

Karena dalam beberapa hari atau minggu serangan tersebut

akan lenyap dan mereka akan dapat kembali menjalani

aktifitas sehari-hari. Dimana orang dengan sinusitis kronis

Page 32: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

akan mengalami pengulangan secara terus-menerus. Gejala-

gejala sinusitis kronis akan menetap atau sering kambuh,

yang dapat berdampak besar pada kesehatan keseluruhan dan

kualitas hidup seseorang.

Semua gejala sinusitis yang di gambarkan sebelumnya,

juga dapat terjadi pada anak, namun anak tampaknya tidak

terlalu terganggu oleh nyeri dan nyeri tekan di bandingkan

orang dewasa. Laryngitis berulang atau menetap atau sering

kambuh yang dapat berdampak besar pada kesehatan

keseluruhan dan kualitas hidup seseorang.

Semua gejala sinusitis yang digambarkan sebelumnya,

juga dapat terjadi pada anak, namun anak tampaknya tidak

terlalu terganggu oleh nyeri dan nyeri tekanan dibandingkan

orang dewasa. Laryngitis berulang atau menetap dan batuk

kronik terutama di malam hari, demam, dan anak rewel

merupakan keluhan utama pada sinusitis anak.

h). Patologi Fungsional

Seseorang yang mengalami peradangan berulang, dimana ketika

saat imunitas tubuh mengalami penurunan. Struktur abnormal atau

gangguan fungsi seperti gangguan pernafasan, akumulasi cairan pada

dinding sinus yang menyebabkan nyeri tekan pada wajah.

Gangguan pernafasan melalui hidung, diakibatkan oleh adanya

pembengkakan membran atau selaput hidung, yaitu suatu lapisan tipis

kaya kelenjar yang mengeluarkan lendir. Sehingga muncul terjadinya

Page 33: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

pembentukan lendir yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan

pernafasan.

Membran mukosa berdiameter sangat kecil yaitu, seperti lubang

jarum. Lubang-lubang itu disebut ostia (ostium). Pada orang sehat

ostium biasanya terus terbuka, sehingga udara dapat keluar-masuk

dengan bebas dan lendir mengalir dari sinus. Tetapi jika terjadi

sinusitis, pembengkakkan akibat infeksi atau alergi maka ostium pun

tertutup. Sedangkan membran mukosa pada sinus tidak menyerap O2

maka terjadi tekanan negative pada dinding sinus, disinilah terjadinya

penyumbatan yang menyebabkan nyeri tekan pada wajah dan

menimbulkan nyeri.

Flu dapat menimbulkan pembengkakan rongga hidung, yang

menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan. Secara tidak langsung

gangguan pernafasan menyebabkan beberapa gangguan yang

mempengaruhi ketidaknyamanan dalam aktivitas sehari-hari.

i). Mekanisme Nyeri pada Kondisi Maksilaris Kronik

Nyeri adalah suatu gejala dalam merasakan subyek dan

pengalaman emosional serta termasuk suatu komponen sensori,

komponen diskriminatori, respon-respon yang mengantarkan ataupun

reaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh stimulus dalam suatu kasus nyeri.

Biasanya dirasakan hanya dalam bentuk suatu sensasi, dengan

gambaran yang dapat dibandingakan dengan sensasi lain (seperti

sentuhan atau penglihatan) yang mengikuti untuk membedakan

kualitas, lokasi, durasi dan intensitas dari suatu stimulus.

Page 34: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

Gambar 2.8. Mekanisme terjadinya Sinusitis Kronik

http://www.scribd.com/doc

Nyeri sangat penting sebagai mekanisme proteksi tubuh yang

timbul bilamana jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu

bereaksi untuk menghilangkan rangsang nyeri ini. Pada pertemuan

Ilmiah Nasional I (PB PABDI), menyatakan nyeri sebagai perasaan

atau pengalaman emosional yang disebabakna dan berhubungan

dengan terjadinya kerusakan jaringan tubuh. Berdasarkan mekanisme

nyeri, nyeri dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu :

(1). Nyeri fisiologis, terjadinya nyeri oleh karena stimulasi

singkat yang tidak merusak jaringan, misalnya pukulan

ringan akan menimbulkan nyeri yang ringan. Ciri khas nyeri

sederhana adalah terdapatnya korelasi positif antara kuatnya

stimuli dan persepsi nyeri yang dialami.

Page 35: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

(2). Nyeri inflamasi, terjadinya nyeri oleh karena stimuli yang

sangat kuat sehingga merusak jaringan. Jaringan yang

dirusak mengalami inflamasi dan menyebabkan fungsi

berbagai mediator inflamasi, seperti: bradikinin, leukotrin,

prostaglandin, purin dan sitokin yang dapat mengaktivasi

atau mensensitisasi nosiseptor secara langsung maupun

tidak langsung. Aktivasi nosiseptor menyebabkan nyeri,

sedangkan sensitisasi nosiseptor menyebabkan hiperalgesia.

Meskipun nyeri merupakan salah satu gejala utama dari

proses inflamasi, tetapi sebagian besar pasien tidak

mengeluhkan nyeri terus menerus. Kebanyakan pasien

mengeluhkan nyeri bila jaringan atau organ yang

berlesimendapat stimuli, misalnya: sakit gigi semakin berat

bila terkena air es atau saat makan, sendi yang sakit

semakin hebat bila digerakkan.

(3). Nyeri neuropatik, adalah nyeri yang diodahului dan

disebabkan adanya disfungsi primer ataupun lesi pada

sistem syaraf yang diakibatkan: trauma, kompresi,

keracunan, toksin atau gangguan metabolik. Akibat lesi,

maka terjadi perubahan khususnya pada Serabut Syaraf

Aferen (SSA) atau fungsi neuron sensorik yang dalam

keadaan normal dipertahankan secara aktif oleh

keseimbangan antara neuron dengan lingkungannya,

sehingga meninbulkan gangguan keseimbangan. Gangguan

Page 36: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

keseimbangan tersebut dapat melalui perubahan molekuler

sehingga aktivasi Ssa (mekanisme perifer) menjadi

abnormal yang selanjutnya menyebabkan gangguan fungsi

sentral (mekanisme sentral).

Nyeri merupakan suatu alasan yang umum untuk mencari

pelayanan kesehatan. Nyeri juga sangat mengganggu dan

menyulitkan manusia yang tidak bisa merasakan nyeri yang dialami

manusia, karena nyeri bervariasi dan bersifat subyektif (antara satu

individu dengan individu lainnya berbeda dalam merasakan nyeri).

Pada level sensorik, jika nyeri terjadi dengan adanya kerusakan

jaringan, maka sel-sel yang rusak melepaskan zat kimiawi seperti

prostaglandine, histamine, dan bradikinin. Zat-zat tersebut yang

dikenal dengan algogene menyebarkan zat iritan yang meningkatkan

sensitifitas nosiseptor sehingga timbul nyeri hebat atau hiperalgesia.

Selama proses peradangan juga terjadi ketidakseimbangan ion pada

membrane sel saraf dimna ion Na+ cenderung terakumulasi didalam

sel sehingga terbentuk aksi potensial yang terus menerus pada

serabut afferent A delta dan C. semakin besar aktifitas serabut

afferent A-delta dan C maka semakin cepat konduksinya. Modulasi

nyeri melalui sensoris dapat dicapai dengan peningkatan sirkulasi

darah dan metabolism sehingga terjadi penyerapan zat-zat algogene

melalui proses metabolisme. Dengan demikian dapat mengurangi

iritasi pada jaringan sehingga terjadi penurunan aksi potensial

serabut afferent A delta dan C.

Page 37: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

Nyeri yang terjadi pada sinusitis kronik akibat adanya

penyumbatan pada sinus. Dimana ketika sinus yang sehat tersumbat

oleh adanya faktor penyebab anatomis, genetic ataupun lingkungan.

Maka lendir akan mengalir balik dan sinus pun akan tersumbat.

Kelenjar-kelenjar didalam sinus terus mengalir menghasilkan lendir,

yang tidak dapat dikeluarkan. Tidak berapa lama, sinus yang

tersumbat akan dipenuhi oleh lendir. Pada lendir ini terdapat bakteri

dalam jumlah yang sangat besar sehingga menyebabkan infeksi dan

akan terjadi pembengkakan pada konka / peradangan jaringan pada

ujung-ujung saraf di dinding dalam sinus.

“Apabila aliran hidung terhambat maka sekresinya menumpuk dan

terperangkap bersama udara didalam sinus dan menekan di dinding

sinus yang berulang sehingga menimbulkan rasa nyeri”. (Ralph,

2006)

Dimana ostium yang membengkak akan tertutup, membrane

mukosa pada sinus tidak menyerap oksigen dan menghasilkan

tekanan negative (atau vakum), yang dapat menimbulkan sensasi

penyumbatan wajah atau bahkan nyeri.

2. Visual Analogue Scale (VAS)

Obyek penelitian adalah nyeri dimana kualitas/intensitas nteri dapat

diukur dengan Visual Analogue Scale .Visual Analogue Scale (VAS)

adalah alat ukur yang digunakan untuk memeriksa intensitas dan tipe

nyeri dengan menggunakan garis lurus yang diberi 100 cm yang

Page 38: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

menggambarkan intensitas nyeri yang berbeda mulai dari tidak nyeri, nyeri

sedang, hingga nyeri sekali atau tidak tertahankan. Pada saat pengukuran

pasien ditanya untuk menentukan nyerinya pada garis tersebut, sebaiknya

pada saat pasien ditanya tentang nyeri, garis tersebut tidak perlu diberikan

angka karena dapat mempengaruhi intensitas nyeri pasien secara

subyektif.

Cara penggukuran VAS dengan membuat garis lurus sepanjang 10 cm

dan ditanyakan kepada pasien. Pengukuran ini dilakukan sebelum

intervensi dan setelah pemberian intervensi atau terapi.

0 100

Tidak Nyeri Nyeri Sekali

Gambar 2.9. Visual Analogue Scale (VAS)

3. Ultrasound

a). Definisi

Suara merupakan getaran mekanik didalam sebuah medium yang

mudah berubah bentuk (elastis) dengan frekuensi antara 20 dan 20.000

Hertz. Gelombang suara adalah gelombang longitudinal yang dalam

frekuensi tersebut dapat diregistrasi oleh telinga manusia. Pembagian

frekuensi gelombang suara berdasarkan kemampuan telinga manusia

dalam mendengar gelombang suara/bunyi dibagi menjadi :

(1) Subsonik/infrasonik (<20 hertz)

(2) Audiosonik (20-20.000 Hertz)

(3) Ultrasonik (>20-20.000 Hertz)

Page 39: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

Ultrasound adalah salah satu modalitas fisioterapi yang

mneggunakan gelombang suara dengan getaran mekanis membentuk

gelombang longitudinal dan barjalan melalui medium tertentu dengan

frekuensi yang bervariasi (Bartley J, Young D, 2009)

b). Produksi suara ultrasound

Produksi suara dalam ultrasonic dihasilkan oleh piezoelectrik

yakni adalah semua proses tekanan yang menghasilkan perubahan

dibidang elekriks. Tranducer piezoelectrik digunakan untuk

mendapatkan energi gelombang suara yang kuat yang mana

gelombang suara yang kuat ini diperlukan kita untuk sebuah terapi.

Tranduser piezoelektrik ini adalah semacam potongan kristal yang

akan membantu merubah energi ketika kristal ini terkena oleh aliran

listrik, yang lebuh dikenal dengan efek piezoelektrik.

(1) Fisika dasar Ultrasound (US)

(a) Effecting Radiating Area (ERA)

Permukaan tranduser tidak semuanya memancarkan

gelombang US melainkan hanya permukaan tertentu yang

disebut effektif radiating area. Oleh sebab itu ERA

merupakan tolak ukur yang tentu dalam penentuan dosis

dan waktu.

(b) Sifat berkas gelombang US

Sifat berkas gelombang US dibedakan atas dua bagian

yaitu:

1. Area Konvergensi, ciri-cirinya adalah :

Page 40: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

(a) Terjadi gejala interferensi pada daerah yang tidak

homogen pada berkas tersebut sehingga timbul

variasi intensitas yang besar yang disebut dengan

intensity peaks, sedangkan gejala interferensi yang

tidak homogen disebut Beams non uniformity ratio

(BNR). BNR tidak bisa dihilangkan sama nilai yang

dibenarkan adalah 4 sampai 6 kali intensitas output.

(b) Bentuk berkasnya konvergensi dimana panjang area

konvergensi ditentukan oleh diameter tranduser dan

frekuensi US

(c) Penyebaran berkasnya lebih tepusat, hal ini juga

tergantung pada frekuensi dan diameter transduser,

diamana bila frekuensi tingii maka berkas

gelombang akan panjang demikian pula jika

tranduser besar maka area konvergensi akan

semakin panjang.

2. Area divergensi, ciri-cirinya adalah

(a) Tidak terjadi gejala interfensi yang menyebabkan

berkas gelombangnya sama.

(b) Berkas gelombang yang menyebar.

(2) Efek Biologis Ultrasound (US)

(a) Efek mekanik

Bila gelombang US masuk kedalam tubuh maka akan

menimbulkan pemampatan dan peregangan dalam jaringan

Page 41: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

sama dengan frekuensi dari transduser US sehingga terjadi

varisasi tekanan dalam jaringan. Dengan adanya varisasi

tersebut menyebabkan efek mekanik yang sering disebut

dengan istilah micro massage yang merupakan efek

terapeutik yang sangat penting karena hampir semua efek

yang timbul oleh US disebabkan oleh micro massage.

Pemampatan dan peregangan oleh selubung longitudinal

dari US mampu menimbulkan micro tissue damage dan

menimbulakan reaksi inflamasi primer (Hosoien Eli, 2010).

Pengaruh mekanik tersebut juga dengan

terstimulusinya saraf polimedial dan akan dihantarkan ke

ganglion dorsalis sehingga memicu produksi “ P subtance ”

untuk selanjutnya terjadi inflamasi sekunder atau dikenal

“neurogeic inflammation”

(b) Efek Thermal

Micro massage pada jaringan akan menimbulkan efek

friction yang hangat. Panas yang ditimbulkan oleh jaringan

tidak sama tergantung dari nilai akustik impedance,

pemilihan bentuk gelombang, intensitas yang digunakan

dan durasi pengobatan. Area yang paling banyak

mendapatkan panas adalah jaringan interface yaitu antara

kulit dan otot serta periosteum. Hal ini disebabkan oleh

adanya gelombang yang diserap dan dipantulkan. Agar efek

panas tidak terlalu dominan digunakan intermitten

Page 42: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

ultrasound yang efek terapautiknya lebih dominan

dibandingkan efek panas. Perubahan konsentrasi ion

sehingga mempengaruhi nilai ambang rangsang dari sel-sel.

Efek thermal ultrasound pengaruhnya lebih kecil

mengingat durasi panas yang diperoleh jaringan hanya

selama 1 (satu) menit. Tetapi bila terkonsentrasi pada satu

jaringan dapat menimbulkan “heat burn”, yaitu bila pada

tempat menonjol atau tranduser static.

(c) Efek piezoelektrik

Adalah suatu efek yang dihasilkan apabila bahan-

bahan piezoelektrik seperti kristal kwarts, bahan keramik

polycrystalline seperti lead-zirconate-titanate dan brium

titanate mendapatkan pukulan atau tekanan sehingga

menyebabkan terjadinya aliran muatan listrik pada sisi luar

bahan piezoelektrik tadi. Pada manusia seperti pada jaringan

tulang, kolagen dan pretein tubuh juga merupakan bahan-

bahan piezoeelektrik.

Secara umum US akan mempengaruhi proses

electrode dan kejenuhan dari elektolit tubuh sehingga

menggangu ion-ion yang berada pada lapisan yang tipis

didaerah perbatasan antara zat padat sengan larutan

elektrolit. Fukuda melaporkan bahwa molekul biologis yang

besar seperti protein san selulosa tersebut mendapat tekanan

mereka akan memperlihatkan perubahan listrik di

Page 43: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

permukaannya. Menyebabkan protein menarik zat

metabolic elektrophilik yang menyatu selamu terjadi

iskemia dan nyeri.

(3) Pengaruh Terapeutik

Pengaruh terapeutik merupakan jawaban secara fisiologis

dari pengaruh mekanik, pengaruh thermal dan piezoelektrik,

yaitu:

(a) Meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan

Dengan pemberian US menyebabkan terjadinya

vasodiatasi pembuluh darah sehingga meningkatkan

pasokan bahan makanan pada jaringan unak dan juga

terjadi peningkatkan zat atibodi yang memperudah terjadi

perbaikan perbaikan jaringan yang rusak. Disamping itu

akibat dari efek panas dan efek mekanik yang ditimbulkan

US menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan secara

fisiologis yang mengakibatkan terjadinya reaksi radang

yang diikuti oleh terlepasnya “P” substance,prostaglandin,

bradinkin dan histamin yang mengakibatkan terangsangnya

serabut saraf yang bermielin tipis maupun serabut tak

bermyelin sehingga timbul rsa nyeri. Namun dengan

terangsangnya “P” substance tersebuut mengakibatkan

proses induksi proliferasi akan lebih terpacu sehingga

mempercepat terjadinya penyembuhan jaringan yang

mengalami peradangan.

Page 44: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

(b) Mengurangi Nyeri

Pengaruh nyeri terjadi secara tidak langsung yaitu nyeri

menurun apabila penetrasi meningkat dengan adanya

pengaruh gosokan membantu “ venous dan lymphatic”,

peningkatan kelenturan jaringan lemak sehingga

menurunnya nyeri regang dan proses percepatan regenerasi

jaringan.

(c) Meningkatkan sirkulasi darah

Penyerapan dari energi US antara lain menghasilkan

efek panas. Tubuh akan memberikan reaksi terhadap efek

panas ini yaitu vasodilatasi. Penting untuk diketahui bahwa

efek panas terjadi pada pemberian US secara continue

maupun intermitten. Tetapi efek yang ditimbulkan dangat

kecil. Pelebaran pembuluh darah ini disebabkan :

(i) Adanya pembebanan zat-zat pengiritasi jaringan

(tissue stimulant). Hal ini sebagai konsekuensi dari

sel-sel tubuh yang rusak sebagai akibat dari

mekanisme vibrasi.

(ii) Adanya iritasi yang langsung pada serabut saraf

afferent bermyalin tabel mengakibatkan post

excitatory depression dari aktifitas orthosympatis.

(iii) Akibat selanjutnya dari proses yang terjadi pada

peristiwa kedua adalah relaksasi otot. Tonus otot yang

Page 45: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

meningkat akan menghambat sirkulasi darah,

sementara itu dalam waktu yang bersamaan

dibutuhkan energi yanng banyak dari jaringan

hipotonus tadi dengan cara demikian kenaikan

konsentrasi dari zat-zat pengiritasi jaringan sangat

tepat yang menyababkan meningginya aktifitas

nosiseptik. Hal ini menimbulkan tambahnya rasa

nyeri, bertambahnya ketegangan otot (tonus),

terhambatnya sirkulasi darah. Untuk dapat

mematahkan lingkaran ini sangatlah jelas bahwa

peningkatan sirkulasi darah merupakan tahap yang

penting.

(d) Rileksasi otot

Perbaikan sirkulasi darah akan menyebabkan

terjdainya releksasi otot-otot karena zat-zat pengiritasi

jaringan diangkut. Vibrasi US dapat mempengaruhi serabut

saraf afferent secara langsung dan akibatnya adalah

relaksasi otot.

(e) Peningkatan permeabilitas membrane

Terjadi pada pelaksanaan continue dan intermitten.

Melalui getaran ini, cairan tubuh didorong kedalam

membrane sel, yang dapat mengakibatkan adanya

perubahan konsentrasi ion yang akan berpengaruh juga

terhadap nilai ambang rangsang dari sel-sel. Perlengkapan

Page 46: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

pada jaringan yang mengalami pemendekan terurai oleh

karena pemisahan serabut-serabut kolagen.

(f) Pengaruh terhadap saraf perifer

Getaran US dengan intensitas 0.5-3 watt/cm2 dengan

gelombang continue dapar mempengaruhi eksitasi dari saraf

perifer. Efek inin berhubungan dengan efek panas

sedangkan aspek mekanis tidak berpengaruh.

(4) Target jaringan dan kontraindikasi US

(a) Target jaringan spesifikasi pada aplikasi US antara lain

(i) Mengurangi inflamasi kronik

(ii) Merangsang perbaikan jaringan yang rusak

(iii) Mengurangi abnormal crosslink

(b) Kontra indikasi US antara lain :

(i) Pada daerah denagn luka terbuka

(ii) Hiposesibilitas

(iii) Adanya tumor

(5) Mekanisme Pengaruh Nyeri pada Sinusitis Maksilaris Kronik

Pada sinusitis maksilaris kronis mengalami gangguan pada

saluran nafas. Dimana terjadinya berupa penebalan mukosa,

yang diikuti opasifikasi sinus lengkap akibat mukosa yang

membengkak hebat atau akibat akumulasi cairan yang

memenuhi sinus.

Page 47: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

Akhirnya terbentuk gambaran air-fluid level yang khas akibat

akumulasi pus yang dapat di lihat pada foto tegak sinus

maksilaris.

Sinusitis pada dasarnya bersifat riogenik. Pada sinusitis

kronik sumber infeksi berulang cenderung berupa suatu daerah

stenotik, biasanya infudibulum etmoidalis dan resesus frontalis.

Karena inflamasi menyebabkan saling menempelnya mukosa

yang berhadapan dalam ruang sempit ini, akibatnya terjadi

gangguan transport mukosiliar, menyebabkan retensi mukus dan

mempertinggi pertumbuhan bakteri dan virus, infeksi kemudian

menyebar ke sinus yang berdekatan, sehingga pemberian US

ditujukan yang mengalami inflamasi tadi yang menyebabkan

membrane sel kembali elastic. Dengan pemberian modalitas

ultrasond dapat terjadi iritan jaringan yang menyebabkan reaksi

fisiologis seperti kerusakan jaringan, hal ini disebabkan oleh

efek mekanik dan thermal ultrasound. Pengaruh mekanik

tersebut juga dengan terstimulasinya saraf polimodal dan akan

dihantarkan ke ganglion dosalis sehingga memicu produksi “ P

substance” untuk selanjutnya terjadi inflamasi sekunder atau

dikenal “neurogeic inflamation” namun dengan terangsangnya

“P substance” tersebut mengakibatkan proses indukasi

proliferasi akan lebih terpacu sehingga mempercepat terjadinya

penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan. Sedangkan

Page 48: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

efek thermal pengaruhnya lebih kecil mengingat surasi panas

yang diperleh jaringan hanya satu menit.

Dari efek-efek diatas akan menimbulkan efek biologis yaitu

meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan, meningkatkan

sirkulasi darah, relaksi otot, peningkatan permeabilitas

membrane, pengaruh terhadap saraf perifer dan mengurangi

nyeri pada sinusitis maksilaris kronik.

(6) Prosedur pelaksanaan

(a) Persiapan alat

(i) Siapkan alat US dan jelly sebagai media penghantar,

pastikan tidak ada kerusakan pada kabel-kabel yang

terpasang.

(ii) Atur jarak alat dengan tempat terapi pasien, usahakan

agar alat tidak terjangkau oleh pasien.

(b) Persiapan pasien

(i) Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur dan tujuan

dari pemberian US

(ii) Daerah wajah yang akan diterapi bebas dari bahan

mental. Perhatikan sensasi dan temperatur kulit

(iii) Atur posisi pasien sesuai dengan daerah tubuh yang

akan diterapi. Yaitu dengan posisi tidur terlentang di

atas bed. Pastikan pasien merasa nyaman dengan posisi

tersebut.

(iv) Kemudian gerakkan trnaduser pada area yang diterapi.

Page 49: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

(c) Teknik Aplikasi

(i) Nyalakan alat,siapkan tranduser ultrasound lalu diberi

jelly sesuai daerah yang diterapi.

(ii) Intensitas 1 W/cm2, selama 7 menit, Type continues,

1x/hari (5 kali berturut-turut).

Menurut Journal of Physiotherapy 2010 Vol. 56 – ©

Australian Physiotherapy Association 2010

(iii) Gerakan tranduser kearah sirkuler pada area yang

terapi, jangan biarkan tranduser dalam keadaan statis

karena dapat menimbulkan luka bakar.

(iv) Bila pada aplikasi terdengar bunyi, berarti tidak ada

atau kurangnya medium penghantar gelombang

ultrasound.

(v) Dosis

1. Frekuensi : 3 MH

2. Intensitas : 1 W/cm2

3. Time : 7 menit

Gambar 2.10. US pada Sinusitis Maksillaris Kronik

( Journal of Physiotherapy 2010 Vol. 56 –

© Australian Physiotherapy Association 2010 )

Page 50: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

4. Micro Wave Diathermy

a. Definisi

Micro Wave Diatermy (MWD) merupakan suatu pengobatan

menggunakan stressor fisis berupa gelombang energi elektromagnetik

yang dihasilkan oleh arus bolak-balik frekuensi 2450 MHz dengan

panjang gelombang 12,25 cm. MWD diproduksi oleh suatu

magnetron, yang merupakan jenis katoda-pijar (thermionic valve).

b. Spesifikasi gelombang radian MWD

Gelombang MWD akan berpengaruh pada masa, baik yang bersifat

isolator, konduktor maupun elektrolit. Pada benda isolator molekulnya

memiliki stabilitas elektronik, dimana molekul dikelilingi oleh

elektron. Oleh pengaruh gelombang MWD akan terjadi displacement

current yang menimbulkan pengaruh panas pada molekul tersebut.

Benda yang bersifat konduktor, dimana molekulnya mempunyai

kutub positif dan negatif, oleh pengaruh gelombang MWD, akan

terjadi dipoles rotation yang menimbulkan panas pada molekul

tersebut. Demikian pula pada benda elektrolit, dimana memiliki ion

positif dan ion negatif, oleh gelombang MWD akan terjadi vibrasi ion

dan akan berakibat panas pula. Oleh karena itu pada MWD tidak

terlalu terpengaruh oleh sifat dielektrik jaringan tubuh akan

berpengaruh panas, baik pada jaringan yang bersifat isolator (misalnya

lemak) atau konduktor (misalnya otot,saraf) ataupun elektrolit

(misalnya darah, limphe). Dengan demikian maka MWD dapat

diaplikasikan dengan metal. Panas lebih dipengaruhi oleh daya

Page 51: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

penetrasi MWD kedalam jaringan dan lamanya jaringan menyimpan

panas.

c. Penerapan pada jaringan

Emitter yang sering disebut elektroda atau magnetoda terdiri dari

serial, reflector dan pembungkus. Emitter ini bermacam-macam bentuk

dan ukurannya serta sifatnya energi elektromagnetik yang dipancarkan

antara emitter dan kulit didalam tehnik aplikasi terdapat jarak berupa

udara.

Pada emitter yang berbentuk bulat maka medan elektromagnetik

yang dipancarkan berbentuk sirkuler dan paling padat didaerah tepi.

Pada bentuk segi empat medan elektromagnetik yang dipancarkan

berbentuk oval dan paling padat didaerah tengah.

Energi elektromagnetik yang dipancarkan oleh emitter akan

menyebar, sehingga kepadatan gelombang semakin berkurang pada

jarak yang semakin jauh. Berkurangnya intensitas energi elektro

magnetik juga disebabkan oleh penyerapan jaringan. Berkurangnya

intensitas energi elektro magnetik juga disebabkan oleh penyerapan

jaringan.

Jarak antara kulit dan emitter tergantung pada beberapa faktor

antara lain jenis emitter, output mesin dan spesifikasi struktur jaingan

yang diobati. Pada pengobatan daerah yang lebih luas diperlukan jarak

yang lebih jauh dan memerlukan mesin yang outputnya besar.

Page 52: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

d. Efek-efek Fisiologis MWD

1) Perubahan temperatur

a) Reaksi lokal jaringan

(1) Meningkatkan metabolisme sel-sel lokal 13 % tiap

kenaikan temperatur 1C.

(2) Meningkatkan vasomotor sphingter sehingga menimbulkan

homeostatik lokal dan akhirnya terjadi vasodilatasi lokal.

b) Reaksi general

Mungkin dapat terjadi kenaikan temperatur, tetapi perlu

dipertimbangkan karena penetrasi dangkal 3 cm dan

aplikasinya lokal.

c) Consensual efek

Timbulnya respon panas pada sisi kontralateral dari segmen

yang sama. Dengan penerapan MWD, penetrasi dan perubahan

temperatur lebih terkonsentrasi pada jaringan otot, sebab

jaringan otot lebih banyak mengandung cairan dan darah.

- Pada jaringan otot

Meningkatkan elastisitas jaringan otot dan menurunkan

tonus melalui normalisasi nosisensorik.

- Pada jaringan ikat

Meningkatkan elastisitas jaringan ikat seperti jaringan

kolagen kulit, otot, tendon, ligamen, dan kapsul sendi

akibat menurunnya viskositas matriks jaringan tanpa

menambah panjang matriks, tetapi terbatas pada jaringan

Page 53: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

ikat yang letak kedalamannya 3 cm. Hal ini tergantung

lokasi pengobatan.

- Pada jaringan saraf

Meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan

saraf,meningkatkan konduktifitas serta ambang rangsang

saraf. Efek sedatif terhadap sistem saraf sensorik.

e. Efek Terapeutik

1) Penyembuhan luka pada jaringan lunak

MWD berpengaruh langsung pada jaringan interface, hal ini

disebabkan karena gelombang pulsa dengan intensitas yang rendah

dapat menimbulkan pengaruh sedatif dan analgesik pada ujung-

ujung saraf afferen II dan IIIa sehingga diperoleh efek penurunan

nyeri akibat blokade, aktifitas nosiseptor pada PHC (Posterior

Horn Cell) melalui serabut saraf tersebut.

2) Nyeri, hipertonus dan gangguan vascularisasi

Menurunkan nyeri, normalisasi tonus otot melalui efek sedatif,

serta perbaikan metabolisme.

3) Kontraktur jaringan lunak

Dengan peningkatan elastisitas jaringan lunak, maka dapat

mengurangi proses kontraktur jaringan. Ini dimaksudkan sebagai

persiapan sebelum pemberian latihan.

1) Gangguan konduktifitas dan threshold jaringan saraf

Apabila elastisitas dan threshold jaringan saraf semakin

membaik, maka konduktifitas jaringan saraf akan membaik pula.

Page 54: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

f. Indikasi dan Kontra indikasi MWD

1. Indikasi

a) Terhadap jaringan < 3 cm

b) Banyak mengandung cairan

c) Pada daerah arteri, otot.

2. Kontra Indikasi MWD

a) Pemakaian implant pacemaker

a) Gangguan sensasi panas

b) Perdarahan

c) Malignant tumor

d) Trombosis vena

e) Pasien dengan gangguan control gerakan atau tidak bisa bekerja

sama

g. Mekanisme Pengurangan Nyeri oleh MWD

Nyeri yang timbul pada kondisi sinusitis kronik dapat berkurang

dengan pemberian MWD yang mempunyai daya penetrasi dengan

panjang gelombang 10mm sampai 1 meter dan frekuensi 2450 MHz,

dapat menimbulkan panas induktan untuk kebutuhan jaringan yang

lebih dalam tanpa ada pemansan di permukaan. Sehingga arus

mengumpul pada jaringan yang meradang dalam sinus.

Pembengkakan atau peradangan ini disebabkan oleh lendir yang

tersumbat dalam sinus. Pada lendir ini terdapat bakteri dalam jumlah

yang sangat besar sehingga menyebabkan infeksi.

Page 55: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

Apabila aliran hidung terhambat maka sekresinya menumpuk dan

terperangkap bersama udara did lam sinus dan menekan dinding sinus

yang bertulang sehingga menimbulkan rasa nyeri.

Oleh sebab itu, dengan penerapan MWD yang menghasilkan panas

induktan untuk membantu mengencerkan lendir yang tersumbat di

dalam sinus, maka akan mempercepat reabsorbsi pembengkakan atau

peradangan. Selain itu, panas secara langsung dapat membantu resolusi

dari inflamasi akut, vasodilatasi pembuluh darah dan rileksasi.

Sehingga hal tersebut dapat mengurangi penekanan pada dinding sinus

serta dapat menurunkan nyeri.

h. Prosedur Pelaksanaan

1) Persiapan alat

a) Semua tombol dalam keadaan nol.

b) Merapikan kabel penghubung jangan sampai ada kabel yang

bersilangan.

c) Kabel utama di sambungkan ke sumber listrik.

d) Siapkan penutup mata (kacamata)

2) Persiapan pasien

a) Bebaskan faktor penghambat sehingga dapat menerima efek

terapi optimal.

b) Posisikan pasien dalam posisi yang nyaman (comportable)

c) Jelaskan kepada pasien tentang sensasi yang akan dirasakan

pada saat terapi.

Page 56: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

d) Jelaskan kepada pasien bahwa selama pengobatan pasien tidak

boleh bergerak.

e) Lakukan tes sensasi panas/dingin untuk mendeteksi adanya

gangguan sensasi.

3) Pelaksanaan terapi

a) Pasien tidur rileks

b) Berikan penutup mata (kacamata google)

c) Pasang elektroda pada daerah sinus yang dirasakan nyeri,

kemudian hidupkan mesin serta atur timer dan intensitas.

d) Dosis yang diberikan:

1. Waktu : 15 menit

2. Intensitas: Subthermal

3. Frekuensi: 1x/hari (6 hari berturut-turut)

B. Kerangka Berfikir

Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit

dideskripsikan karena bentuknya sangat bervariasi pada setiap individu. Sinus

paranasal ini merukan hasil pneumatisasi tengkorak yang kemudian akan

berkembang menjadi rongga didalam tulang (Soejipto, Mangunkusumo,2001)

Ada beberapa jenis sinus yang terdapat dalam tengkorak kepala kita, yaitu:

sinusitis maksillaris, sinusitis frontalis, sinusitis sfenoidalis, dan sinusitis

ethmoidalis.

Page 57: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

Peradangan pada sinus seringkali disebabkan oleh infeksi atau alergi yang

menyebabkan cairan pada sinus tidak dapat dialirkan secara baik sehingga

bakteri/virus dapat berkembang dalam sinus. Maka terjadilah sinusitis.

Ada banyak penyebab timbulnya sinusitis, namun berbagai penyebab itu

termasuk salah satu dari tiga kategori besar, yaitu; dilihat dari segi anatomis,

penyimpangan sekang hidung, patah tulang hidung, polip hidung, jaringan

parut dan tumor. Dilihat dari segi genetis; fibrosis sistis, penyakit

imunodefisiensi, diskinesia, silia primer dan asma triad. Dan terakhir dilihat

dari segi lingkungan; polutan udara atau bahan kimia, alergi, asap rokok,

mikroorganiisme (bakteri, jamur) dan stick building syndrome.

Sinusitis ini dibagi dua. Pertama, sinusitis akut yakni sinusitis yang

berlangsung selama sebulan, atau bahkan dua atau tiga bulan. Kedua, sinusitis

kronik, yakni sinusitis yang berlangsung lebih lama bisa tiga bulan atau bisa

terus berlangsung sampai tahunan. Selain durasi, satu-satunya perbedaan yang

penting adalah bahwa orang dengan sinusitis akut lebih besar

kemungkinannya mengalami demam.

Adapun gejala yang terjadi saat infeksi sinus yang sering dialami banyak

orang, yang pertama adalah nyeri dan tekanan. Nyeri dan tekanan yang

ditimbulkan oleh jaringan yang meradang pada ujung-ujung saraf di dinding

dalam sinus. Lokasi ini kerapkali khas untuk sinus yang terinfeksi, yaitu:

sinusitis frotalis menyababkan nyeri dahi atau sakit kepala; sinusitis maksilaris

menyababkan nyeri pipi yang mungkin menyebar ke gigi rahang atas; sinusitis

etmoidalis menyebabkan nyeri diantara mata atau di jembatan hidung;

Page 58: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri di belakang mata, di puncak kepala

atau disepanjang tengkuk kepala.

Kedua, kesulitan bernafas atau penyumbatan. Kombinasi pembengkakkan

membran atau selaput hidung dan peningkatan pembentukan lendir

menyebabkan terjadinya kesulitan bernafas melalui hidung. Bagi sebagian

penderita sinusitis, istilah penyumbatan adalah perasaan penuh di wajah

terutama di pipi. Sensasi ini disebabkan oleh tersumbatnya oleh cairan sinus

itu sendiri, dan jika osium yang membengkak tertutup maka membran mukosa

tidak akan menyerap oksigen, sehingga menghasilkan tekanan negative (atau

vakum) yang dapat menimbulkan sensasi penyumbatan lendir pada wajah

hingga terdapat nyeri.

Ketiga, postnatal drip. Lendir dalam sinus secara normal mengalir dalam

jumlah kecil ke dalam hidung dan turun ke belakang tenggorokkan sebelum

tertelan. Selama infeksi terjadi peningkatan sekresi dalam hidung yang

menyebabkan bertambahnya lendir yang sering, kental dan berwarna kuning

atau hijau. Lendir ini yang mengandung banyak bakteri dan sel darah putih,

yang mengalir ke bawah belakang hidung dan tenggorokkan.

Adanya nyeri yang timbul pada kondisi sinusitis kronik, disebabkan oleh

lendir yang tersumbat didalam sinus. Pada lendir ini terdapat bakteri dalam

jumlah yang sangat besar sehingga menyebabkan infeksi. Disinilah timbul

tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi

atau penghambatan drainase sinus. Dimana kelenjar-kelenjar di dalam sinus

terus mengalir menghasilkan lendir yang tidak dapat dikeluarkan sehingga

Page 59: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

terjadi pembengkakan atau peradangan jaringan pada ujung-ujung saraf di

dinding dalam sinus.

Skema Gambar 2.1

Infeksi dan alergi

mengakibatkan

bakteri/virus

berkembang biak

Nyeri tekan wajah di

sekitar area sinus maksilaris

Spasme otot wajah

dan rasa penuh

akibat penyumbatan

pada sinus

Timbul reaksi radang

Nyeri lebih

berkurang

US

Meningkatkan

regenerasi jaringan

Meningkatkan sirkulasi

darah (vasodilatasi )

karena adanya efek

thermal

Rileksasi otot

Peningkatan

permebilietas

membrane

Pengaruh terhadap saraf

perifer

Nyeri berkurang

MWD

Meningkatkan

metabolisme sel-sel

lokal± 13 % tiap kenaikan

temperatur 1⁰

Meningkatkan vasomotor

sphingter sehingga

terjadi vasodilatasi lokal

Meningkatkan elastisitas

jaringan otot serta

jaringan ikat

Meningkatkan

konduktifitas serta

ambang rangsang saraf

Menurunkan nyeri,

normalisasi tonus otot

melalui efek sedatif serta

perbaikan metabolisme

Terapi Antibiotik

Masuk bakteri dan virus

Page 60: BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS - … II.pdf · rongga hidung. Di dalam rambut-rambut mengandung sel cangkir atau sel lendir yang dilapisi oleh epithelium silinder dan sel epitel.

C. Kerangka Konsep

X1

X2

Skema Gambar 2.2

Keterangan :

P = Populasi, S = Sample, RA = Random alokasi,

= Nyeri sebelum intervensi kelompok 1

= N = Nyeri sesudah intervensi kelompok 1

= Nyeri sebelum intervensi kelompok 2

= Nyeri sesudah intervensi kelompok 2

P1 = Perlakuan 1

P2 = Perlakuan 2

D. Hipotesa

Adapun hipotesa yang akan buktikan dalam penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh Pemberian US dapat menurunkan nyeri pada sinusitis

maksillaris kronik.

2. Ada pengaruh Pemberian MWD dapat menurunkan nyeri pada sinusitis

maksillaris kronik .

2

3

4

P2

P4

P1

P3

RA S P

1

4

3

2