BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Pelayanan Keperawatan Praktik keperawatan menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI, dikutip dari Ali (2002, p.37) adalah tindakan pemberian asuhan perawatan profesional baik secara mandiri maupun kolaborasi, yang disesuaikan dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya berdasarkan ilmu keperawatan dengan ciri- ciri terdapatnya otonomi dalam pekerjaan, tanggung jawab dan tanggung gugat, pengambilan keputusan yang mandiri, kolaborasi dengan disiplin ilmu lain, pemberian pembelaan (advokasi), serta memfasilitasi kepentingan pasien. Pelayanan keperawatan menurut World Health Organization (WHO) Expert Commitee on Nursing (1982) didefinisikan sebagai gabungan ilmu kesehatan dan seni melayani/merawat, suatu hubungan humanistik dan ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi serta ilmu sosial pelayanan keperawatan 8
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Pelayanan Keperawatan
Praktik keperawatan menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI,
dikutip dari Ali (2002, p.37) adalah tindakan pemberian asuhan perawatan
profesional baik secara mandiri maupun kolaborasi, yang disesuaikan dengan
lingkup wewenang dan tanggung jawabnya berdasarkan ilmu keperawatan
dengan ciri-ciri terdapatnya otonomi dalam pekerjaan, tanggung jawab dan
tanggung gugat, pengambilan keputusan yang mandiri, kolaborasi dengan
disiplin ilmu lain, pemberian pembelaan (advokasi), serta memfasilitasi
kepentingan pasien.
Pelayanan keperawatan menurut World Health Organization (WHO)
Expert Commitee on Nursing (1982) didefinisikan sebagai gabungan ilmu
kesehatan dan seni melayani/merawat, suatu hubungan humanistik dan ilmu
pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi serta ilmu sosial
pelayanan keperawatan yang bertugas membantu individu, keluarga dan
kelompok untuk mencapai profesi optimalnya di bidang fisik, mental, dan sosial
dalam ruang lingkup kehidupan dan pekerjaannya (Aditama, 2003, p.81).
Ruang lingkup pelayanan keperawatan (nursing service) menurut Anderson
dalam Ali (2002, p.37) mencakup bidang yang sangat luas namun secara
sederhana dapat digambarkan sebagai upaya membantu individu baik sakit
maupun sehat, dari lahir sampai dengan meninggal dunia dalam bentuk
8
9
peningkatan pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki sehingga individu
tersebut dapat optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
B. Konsep Mutu
1. Pengertian
Mutu atau kualitas menurut Hasibuan (1998, p.221) adalah sesuatu yang
harus disesuaikan dengan permintaan dengan sistemnya adalah pencegahan
sejak awal dikerjakan secara benar dan standarnya adalah tidak terdapat
cacat pada produk yang dihasilkan serta ukurannya adalah biaya untuk
mencapai kualitas.
Mutu merupakan faktor keputusan mendasar dari pelanggan yang
ditentukan sendiri oleh pelanggan setelah memanfaatkan produk atau jasa
pelayanan tersebut. Produk atau jasa pelayanan yang mampu memenuhi
standar mutu yang menggambarkan target yang bergerak dalam pasar yang
kompetitif akan menimbulkan rasa puas terhadap penggunanya (Wijono,
1999, p.3).
Menurut American Society for Quality Control yang dikutip Wijono
(1999, p.4) mutu adalah gambaran total dari suatu produk atau jasa
pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan
kebutuhan kepuasan. Lebih lanjut dikemukakan oleh Feigenbaun dalam
Aditama (2004, p.173) mutu produk atau jasa adalah keseluruhan gabungan
karakteristik produk atau jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan dan
pemeliharaan yang membuat produk dan jasa digunakan memenuhi harapan
pelanggan.
10
2. Faktor-faktor Fundamental yang mempengaruhi Mutu
Menurut Wijono (1999, p.10), mutu secara mendasar dipengaruhi oleh
sembilan aspek yang terdiri atas :
a. Men yang berarti pekerja-pekerja handal atau yang memiliki spesialisasi
yang dapat mengikuti kemajuan teknologi, mengoperasikan berbagai
peralatan canggih dan sebagainya.
b. Money yang diperlukan untuk pembiayaan luar biasa dengan tujuan
meningkatkan mutu sehingga dapat meningkatkan kemampaun kompetisi
produk di segala bidang.
c. Materials adalah merupakan bahan-bahan yang diperlukan untuk
meningkatkan mutu dan tingkat ketersediaan bahan tersebut.
d. Machines dan mechanization yang harus selalu disesuaikan untuk
memenuhi kepuasan pelanggan terhadap mutu produk yang dihasilkan.
e. Modern information method yaitu kecepatan sarana informasi yang harus
selalu diiukuti.
f. Markets yaitu tuntutan pasar yang semakin tinggi dan luas.
g. Management yang merupakan tanggung jawab manajemen mutu oleh
perusahaan.
h. Motivation peningkatan tuntutan akan mutu perlu disadari oleh karyawan
sehingga memiliki motivasi menghasilkan produk bermutu
i. Mounting product requirement yang merupakan persyaratan produk yang
diinginkan pelanggan yang terus meningkat setiap waktu.
11
C. Pelayanan Keperawatan Bermutu
Pelayanan yang bermutu menurut Zeithaml, Parasuraman dan Berry (1990)
dalam Shelton (2000, p.18) adalah sesuatu yang dirasakan pelanggan atau
konsumen dapat didefinisikan sebagai tingkat ketidaksesuaian atau
ketidakcocokan antara persepsi konsumen terhadap layanan yang diberikan
dengan harapan atau keinginan konsumen yang menggunakan jasa tersebut.
Pelayanan keperawatan yang bermutu menurut Aditama (2004, p.175)
adalah pelayanan profesional yang diberikan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan yaitu menggunakan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi secara
terus-menerus. Standar dalam artian luas menurut Wijono (1999, p.43) adalah
suatu pernyataan tentang mutu yang diharapkan dimana dalam praktek
pelayanan keperawatan di rumah sakit diuraikan dalam wujud petunjuk praktis
yang lazim disebut prosedur operasional standar (standard operating
procedure) untuk aplikasi pelayanan pada pasien.
Hal yang senada dikemukakan Papps (2004, p.59) bahwa pelayanan
keperawatan yang bermutu adalah pelayanan keperawatan yang diberikan
perawat menggunakan proses keperawatan dimana asuhan keperawatan dapat
digambarkan sebagai cara perawat mengkaji kebutuhan pasien, merencanakan
perawatan atau intervensi, memberikan perawatan, dan selanjutnya
mengevaluasi dampak dari tindakan yang diberikan.
Pelayanan keperawatan bermutu atau berkualitas dapat dicapai dengan
mematuhi serangkaian penampilan kerja dan perilaku yang diharapkan dapat
ditampilkan perawat selama berinteraksi dengan pasien yang terangkum dalam
kode etik perawat. Etik dalam penampilan kerja dinyatakan dengan bahasa
12
teknis sedangkan etik dalam berperilaku diwujudkan dengan penyesuaian
terhadap tuntutan dari lingkungan di luar diri perawat yang meliputi kebutuhan
dan nilai kehidupan manusia yang konkret (Suhaemi, 2004, p.131).
Kesesuaian antara penampilan kerja yang telah dilakukan perawat dengan
harapan atau tekanan yang mengharuskan perawat menampilkan tingkah laku
seperti harapan penerima pelayanan keperawatan diukur dengan menggunakan
indikator mutu. Pengukuran ini akan memberikan umpan balik yang dapat
digunakan untuk memperbaiki kinerja perawat selama memberikan pelayanan
keperawatan.
D. Kepuasan Pelanggan terhadap Pelayanan Keperawatan
Kepuasan pelanggan adalah salah satu faktor penting yang menjadi
indikator bagi sebuah produk atau jasa yang menunjukkan tingkat kesesuaian
antara penampilan dan harapan pelanggan. Philip Kotler dalam Wijono (1999,
p.13) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat keadaan yang
dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan
atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan
seseorang.
Kepuasan pelanggan yang merupakan orang atau individu yang terkena
dampak atau proses terhadap pelayanan keperawatan dapat diketahui dengan
melakukan pengukuran mengguna metoda yang disusun Zeithaml, Parasuraman
dan Berry (1985) dalam Shelton (2000, p.18) yang disebut SERVQUAL.
Metoda ini pada awalnya mengkombinasikan 10 dimensi berdasarkan hasil
penelitian terhadap konsep pelayanan yang bermutu. Dimensi yang diukur
meliputi :
13
1. Tangibles
Aspek ini mengukur penampilan fasilitas fisik, peralatan/perlengkapan,
karyawan dan alat-alat komunikasi.
2. Reliability
Aspek ini mengukur kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan
secara akurat, dan dapat dipertanggung jawabkan.
3. Responsiveness
Aspek ini mengukur kesediaan untuk membantu pelanggan dengan
memberikan pelayanan yang baik dan cepat.
4. Competence
Aspek ini mengukur kemampuan memberikan layanan berdasarkan
keahlian yang sesuai dengan keadaan pelanggan.
5. Courtesy
Aspek ini mengukur kemampuan memberikan layanan yang sopan, ramah,
memberikan perhatian, hormat dan bersahabat.
6. Credibility
Aspek ini mengukur kemampuan penyedia jasa layanan untuk
menampilkan kesan terpercaya, dapat menimbulkan rasa percaya, dan jujur
selama memberikan layanan kepada pelanggan.
7. Security
Aspek ini mengukur kemampuan menimbulkan perasaan aman terhadap
bahaya, resiko atau keraguan terhadap jasa yang diberikan.
14
8. Acces
Aspek ini mengukur kemudahan dalam mengakses layanan atau penyedia
layanan oleh pelanggan pada saat dibutuhkan.
9. Communication
Aspek ini mengukur kesediaan penyedia layanan kesehatan untuk selalu
menginformasikan segala sesuatu terhadap pelanggan dengan bahasa yang
mudah dimengerti dan bersedia mendengarkan pelanggan.
10. Understanding the costumer
Aspek ini mengukur kesediaan untuk mengerti setiap pelanggan secara
individual dan mengetahui kebutuhan-kebutuhannya.
Metoda pengukuran ini kemudian direvisi ulang sehingga menghasilkan 5
dimensi pengukuran kepuasan pelanggan yang berbeda dimana didalamnya
telah memenuhi seluruh aspek yang semula terdiri atas 10 dimensi. Aspek-
aspek yang kemudian digunakan dalam pengukuran tersebut menurut Zeithaml,
Parasuraman dan Berry (1985) dalam Shelton (2000, p.19) meliputi :
1. Tangibles
Penampilan fasilitas fisik, peralatan/perlengkapan, karyawan dan alat-
alat komunikasi. Menurut Wijono (1999, p.37) dimensi tangibles lebih
tepat bila disimpulkan sebagai sarana fisik dimana yang menjadi penilaian
pelanggan meliputi kualitas pelayanan, seperti menilai gedung, peralatan,
seragam, yaitu hal-hal yang menimbulkan hal yang menyenangkan bila
dilihat. Masalah sarana dan prasarana penting untuk menjadi perhatian.
Pelayanan yang tersedia di rumah sakit sebaiknya lengkap sesuai dengan
15
kebutuhan masyarakat; baik secara medis maupun non medis, sehingga
mempermudah pasien serta menghemat biaya.
2. Reliability
Kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan secara akurat, tepat
waktu, memuaskan dan dapat dipercaya. Dimensi kepercayaan ini
merupakan ukuran terhadap kehandalan pemberi pelayanan/rumah sakit
dalam memberikan pelayanan kepada pelanggannya. Pertama, kemampuan
rumah sakit untuk memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan. Kedua,
seberapa jauh suatu rumah sakit mampu memberikan pelayanan yang
akurat atau tidak melakukan kesalahan. Kesalahan dalam pelayanan
kesehatan akan berdampak negatif pada pasien, sehingga pelayanan yang
diberikan hendaknya sesuai indikasi medis, tidak berlebihan, berdampak
efisiensi serta melindungi pasien. Hal lain yang perlu mendapat perhatian
meliputi penggunaan obat tradisional dimana sebaiknya menjadi komitmen
bersama (Wijono, 1999, p.35).
3. Responsiveness
Kesediaan untuk membantu pelanggan dengan memberikan pelayanan
yang baik dan cepat. Lebih lanjut Wijono (1999, p.35) menyatakan bahwa
dimensi ketanggapan merupakan dimensi yang paling dinamis. Harapan
pelanggan akan kecepatan pelayanan selalu berubah dari waktu ke waktu
dan cenderung meningkat. Perawat dalam dimensi ini diharapkan
menampilkan sikap penuh perhatian, mendahulukan pasien yang berusia
tua, ramah atau dengan kata lain dapat disimpulkan memberikan pelayanan
16
yang menghargai harkat dan martabat manusia, sehingga membantu
seluruh proses perawatan.
4. Assurance
Pengetahuan dan kesopan santunan karyawan serta kemampuan
memberikan rasa percaya dan dapat dipercaya. Wijono (1999, p.37)
menambahkan dimensi jaminan/keyakinan merupakan dimensi yang
berhubungan dengan kemampuan perusahaan dan perilaku front line staff
dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada para pelanggannya.
Keramahan adalah salah satu aspek kualitas yang paling mudah diukur.
Keramahan atau kenikmatan (amenities) berkaitan dengan pelayanan
kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan efektivitas klinik,
tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan kesediaan untuk kembali
ke fasilitas kesehatan dalam memperoleh pelayanan berikutnya. Keamanan
pelayanan merupakan tuntutan utama dalam setiap pelayanan kesehatan
karena resiko yang menyertai setiap tindakan yang diberikan pada pasien.
Hal ini menuntut profesionalisme seluruh petugas kesehatan untuk
menjamin keamanan setiap pengguna jasa rumah sakit.
5. Emphaty
Kepedulian, memberikan atensi secara individual terhadap pelanggan.
Cakupan dimensi empati meliputi perilaku perawat saat dibutuhkan pasien
dan kemampuan perawat untuk selalu berusaha perduli dan memuaskan
pasien. Lebih jauh dikemukakan bahwa dimensi kepedulian meliputi
perlakuan yang bersifat pribadi pada tiap pelanggan seperti kemudahan
dalam menghubungi rumah sakit, kemampuan karyawan untuk
17
berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha Rumah Sakit untuk
memahami keinginan, menerima saran dan kebutuhan pelanggannya
(Wijono, 1999, p.36).
Lebih jauh ditambahkan oleh Martin (1989) dalam Shelton (2000, p.20)
bahwa pelayanan yang bermutu mengindikasikan dua dimensi utama yaitu
prosedural dan personal. Dimensi prosedural pelayanan yang bermutu merujuk
pada seluruh sistem, proses, dan mekanisme yang digunakan organisasi untuk
menyelesaikan pekerjaannya dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Hal ini
termasuk proses jadwal pertemuan, layanan rujukan khusus, peraturan, standar