Top Banner
6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain Based Learning (Pembelajaran Berbasis Otak) Menurut Masykur dan Fathani (2017), penggunaan otak sebelah kiri lebih banyak pada pembelajaran matematika. Menurut Jensen (2008), Brain Based Learning sebagai pembelajaran yang diselaraskan dengan cara kerja otak, didesain secara alamiah, tidak terfokus pada keterurutan, akan tetapi lebih mengutamakan pada kesenangan dan kecintaan terhadap belajar sehingga siswa mudah menyerap materi yang dipelajari. Brain Based Learning mempertimbangkan sifat alami bagi otak dan bagaimana otak dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman, juga tidak mengharuskan siswa untuk belajar, tetapi merangsang dan memotivasi siswa untuk belajar dengan keinginannya sendiri. Masykur dan Fathani (2017) menyatakan bahwa berpikir dengan cara hanya menggunakan otak kanan sifatnya acak dan tidak teratur seperti perasaan dan emosi, penggunaan bentuk dan pola, musik, kreativitas dan visualisasi. Jika belajar hanya dengan menggunakan otak kiri, sementara otak kanan tidak diaktifkan maka mudah menimbulkan perasaan jenuh, bosan dan mengantuk. Begitu juga sebaliknya, hanya menggunakan otak kanan tanpa diimbangi dengan pemanfaatan otak kiri, bisa jadi mereka akan banyak menyanyi, mengobrol atau menggambar, dan hanya sedikit ilmu yang masuk ke otaknya. Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018
20

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

Mar 19, 2019

Download

Documents

truongtram
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

6

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Brain Based Learning (Pembelajaran Berbasis Otak)

Menurut Masykur dan Fathani (2017), penggunaan otak sebelah kiri

lebih banyak pada pembelajaran matematika. Menurut Jensen (2008), Brain

Based Learning sebagai pembelajaran yang diselaraskan dengan cara kerja

otak, didesain secara alamiah, tidak terfokus pada keterurutan, akan tetapi lebih

mengutamakan pada kesenangan dan kecintaan terhadap belajar sehingga siswa

mudah menyerap materi yang dipelajari. Brain Based Learning

mempertimbangkan sifat alami bagi otak dan bagaimana otak dipengaruhi oleh

lingkungan dan pengalaman, juga tidak mengharuskan siswa untuk belajar,

tetapi merangsang dan memotivasi siswa untuk belajar dengan keinginannya

sendiri.

Masykur dan Fathani (2017) menyatakan bahwa berpikir dengan cara

hanya menggunakan otak kanan sifatnya acak dan tidak teratur seperti perasaan

dan emosi, penggunaan bentuk dan pola, musik, kreativitas dan visualisasi. Jika

belajar hanya dengan menggunakan otak kiri, sementara otak kanan tidak

diaktifkan maka mudah menimbulkan perasaan jenuh, bosan dan mengantuk.

Begitu juga sebaliknya, hanya menggunakan otak kanan tanpa diimbangi

dengan pemanfaatan otak kiri, bisa jadi mereka akan banyak menyanyi,

mengobrol atau menggambar, dan hanya sedikit ilmu yang masuk ke otaknya.

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

7

Maka mengembangkan pemanfaatan otak kiri dan otak kanan menjadi penting

dalam penciptaan suasana belajar.

Gardner et al. (Belkhir, J et al, 1996) menyarankan untuk menggunakan

kedua belahan otak pada matematika. Menurut Jensen (2008), Brain Based

Learning menciptakan pembelajaran yang berorientasi pada upaya

pemberdayaan otak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Brain Based Learning

yaitu pembelajaran yang diselaraskan dengan cara kerja otak sebagai upaya

pemberdayaan otak sehingga otak dapat belajar secara optimal.

Implementasi Brain Based Learning pada pembelajaran, dapat

dilakukan dengan mengembangkan tiga strategi utama, yaitu: 1). Menciptakan

lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa, 2).

Menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan, 3). Menciptakan

situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa. Adapun tahap-tahap

Brain Based Learning menurut Jensen (2011), yaitu :

Tabel 2.1 Tahapan Brain Based Learning

Fase Deskripsi

Pra-pemaparan Tahap ini memberikan sebuah ulasan atau tinjauan kepada

otak tentang pembelajaran baru sebelum benar-benar

menggali lebih jauh: pra-pemaparan membantu otak

membangun peta konseptual yang lebih baik.

Persiapan Tahap ini merupakan fase dalam menciptakan

keingintahuan atau kesenangan siswa terhadap materi yang

akan diajarkan.

Inisiasi dan

Akuisisi

Tahap ini merupakan tahap penciptaan koneksi atau pada

saat neuron- neuron itu saling “berkomunikasi” satu sama

lain. Tahap ini membantu siswa untuk membangun

pengetahuan dan pemahaman awal.

Elaborasi Tahap pengolahan informasi. Pada tahap ini memberikaan

kesempatan kepada otak untuk menyortir, menyelidiki,

menganalisis, menguji dan memperdalam pelajaran.

Inkubasi dan Tahap ini menekankan pentingnya waktu istirahat dan

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

8

Memasukkan

Memori

waktu untuk mengulang kembali/ tinjauan. Otak belajar

paling efektif dari waktu ke waktu, bukan berlangsung

pada suatu saat.

Verifikasi dan

Pengecekan

Keyakinan

Dalam tahap ini, guru mengecek apakah siswa sudah

paham dengan materi yang telah dipelajari atau belum. Hal

tersebut dilakukan bukan hanya untuk kepentingan guru,

melainkan untuk kepentingan siswa. Siswa juga perlu

mengetahui apakah dirinya sudah memahami atau belum.

Perayaan dan

Integrasi

Tahap ini menanamkan semua arti penting dari kecintaan

terhadap belajar. Tahap ini sebaiknya dibuat mengasyikan,

ceria, dan menyenangkan

Langkah- langkah Brain Based Learning dalam pelaksanaannya di

dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Langkah- langkah Brain Based Learning

Langkah Kegiatan

1. Pra-

pemaparan

Mengamati

a) Siswa memusatkan perhatian untuk masuk dalam

pembelajaran terkait materi bangun ruang sisi datar

dengan mengamati peta konsep yang telah disajikan

oleh guru.

2. Persiapan Menanya

b) Siswa dirangsang kesenangannya untuk belajar dengan

memberitahukan kelompok yang memperoleh skor

LKK tertinggi akan mendapat hadiah.

c) Siswa dirangsang keingintahuan untuk belajar dengan

memberikan contoh-contoh kontekstual terkait materi

yang sedang dibahas.

3. Inisiasi dan

Akuisisi

Menanya dan Mencoba

d) Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan

guru mengenai materi bangun ruang sisi datar,

diantaranya menentukan luas permukaan dan volume

kubus, balok, prisma, dan limas.

e) Siswa membangun koneksi antara informasi yang telah

diperoleh sebelumnya (materi pra-syarat) dengan

materi yang akan dipelajari.

f) Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok heterogen

4-5 anak.

g) Siswa dibagikan LKK untuk dikerjakan secara

berkelompok.

4. Elaborasi

Menalar dan Mengomunikasikan

h) Siswa diminta maju sebagai perwakilan kelompok

untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di

depan kelas dan siswa yang lain memperhatikan,

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

9

mengungkapkan pendapat atau memberikan

pertanyaan.

5. Inkubasi dan

Memasukkan

memori

Mengomunikasikan

i) Siswa diberikan waktu istirahat dan waktu mengulang

atau meninjau ulang pembelajaran dengan membuat

catatan sederhana (rangkuman) tentang materi yang

baru dipelajari.

6. Verifikasi

dan

pengecekan

keyakinan

Mengomunikasikan

j) Siswa diberikan soal kuis untuk mengecek

pemahamannya terhadap materi.

k) Siswa mengerjakan kuis secara individu.

7. Perayaan

dan Integrasi

l) Siswa dibimbing untuk menyimpulkan materi yang

dipelajari hari ini dan guru memberitahu tentang

materi apa yang akan dipelajari pada pertemuan

berikutnya.

m) Guru memberikan motivasi tentang pentingnya

mempelajari materi bangun ruang sisi datar.

n) Siswa diminta untuk tos dengan teman kelompoknya.

o) Guru mengumumkan perolehan skor LKK dan

memberi hadiah kepada kelompok dengan skor

tertinggi.

Adapun kelebihan dan kekurangan Brain Based Learning adalah

sebagai berikut (Afidah, 2014):

1. Kelebihan Brain Based Learning

a) Memberikan suatu pemikiran baru tentang bagaimana otak bekerja.

b) Memerhatikan kerja alamiah otak dalam proses pembelajaran.

c) Menciptakan iklim pembelajaran di mana pembelajar dihormati dan

didukung.

d) Menghindari pemforsiran terhadap kerja otak.

e) Dapat menggunakan berbagai model dalam proses pembelajaran.

2. Kelemahan Brain Based Learning

a) Tenaga kependidikan di Indonesia belum sepenuhnya mengetahui

tentang teori pembelajaran berbasis otak

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

10

b) Memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk memahami/ mempelajari

bagaimana otak bekerja.

c) Memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk menciptakan pembelajaran

yang baik bagi otak.

d) Memerlukan fasilitas yang memadai

2. Kemampuan Koneksi Matematis

Koneksi dengan kata lain dapat diartikan sebagai keterkaitan, koneksi

dalam kaitannya dengan matematika disebut dengan koneksi matematis.

Menurut NCTM (2000), kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan

yang sangat penting bagi siswa. Ketika siswa dapat menghubungkan ide- ide

dalam matematika, berarti mereka telah memahami lebih dalam dan akan

bertahan lebih lama. Reed (2010), menyampaikan gagasan tentang koneksi

matematis yaitu koneksi matematis dapat menghubungkan topik- topik dalam

matematika ke dalam kehidupan sehari- hari dan dengan topik matematika

yang lain, atau menghubungkan matematika dengan bidang lain. Koneksi

matematis dapat membantu siswa dalam memahami matematika dengan lebih

baik dan memandang matematika berguna dalam kehidupan sehari- hari.

Kemampuan koneksi matematis ini bukan hanya penting dimiliki oleh

seorang guru, namun penting juga untuk dimiliki oleh seorang siswa.

Kemampuan koneksi matematis dapat diartikan sebagai keterkaitan antara

konsep-konsep matematika secara internal dan eksternal. Keterkaitan secara

internal yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri dan keterkaitan

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

11

secara eksternal yaitu antara matematika dengan bidang lain baik bidang studi

lain maupun dengan kehidupan sehari- hari.

Menurut Anghileri (Anthony dan Walshaw, 2009), guru yang efektif

mendukung siswa untuk membuat koneksi dan memberi kesempatan untuk

terlibat dalam tugas yang kompleks dan percaya bahwa mereka dapat

menjelaskan strategi pemikiran dan solusi mereka serta dapat mendengarkan

pemikiran orang lain. Haji et al (2017) menyampaikan bahwa keterkaitan

antara konsep dalam matematik dan antara matematika dengan kehidupan

sehari-hari dapat membantu siswa untuk memahami konsep matematika.

Tujuan siswa perlu mempunyai kemampuan koneksi matematis adalah

agar siswa mampu mengaitkan atau menghubungkan konsep- konsep

matematika baik antar matematika itu sendiri maupun antara matematika

dengan kehidupan sehari- hari. Selain itu, menurut Noto et al (2016), siswa

yang memiliki kemampuan koneksi yang baik akan lebih mudah mempelajari

banyak materi pembelajaran dengan cara menghubungkan materi satu dengan

materi yang lainnya.

Dalam kaitannya dengan kehidupan sehari- hari, siswa akan semakin

menyadari dan memahami bahwa konsep- konsep di dalam matematika saling

berkaitan, sehingga siswa akan mengetahui bahwa matematika penting untuk

memecahkan permasalahan sehari- hari, baik di sekolah maupun di luar

sekolah.

Sedangkan tujuan siswa perlu mempunyai kemampuan koneksi

matematis menurut NCTM (2000) yaitu :

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

12

a. Memperluas wawasan pengetahuan siswa

Dengan koneksi matematis, siswa diberi suatu materi yang bisa

menjangkau ke berbagai aspek permasalahan baik di dalam maupun di luar

sekolah, sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa tidak bertumpu pada

materi yang sedang dipelajari saja tetapi secara tidak langsung siswa

memperoleh banyak pengetahuan yang pada akhirnya dapat menunjang

peningkatan kualitas hasil belajar secara menyeluruh.

b. Memandang matematika sebagai suatu keseluruhan yang padu bukan materi

yang berdiri sendiri.

c. Menyatakan relevansi dan manfaat baik disekolah maupun di luar sekolah.

Menurut NCTM (2000) indikator kemampuan koneksi matematis

diantaranya :

a. Mengenali dan memanfaatkan hubungan- hubungan antara gagasan dalam

matematika.

Dalam hal ini, koneksi dapat membantu siswa untuk memanfaatkan

konsep- konsep yang telah mereka pelajari dengan konteks baru yang akan

dipelajari oleh siswa dengan cara menghubungkan satu konsep dengan

konsep lainnya sehingga siswa dapat mengingat kembali tentang konsep

sebelumnya yang telah siswa pelajari dan siswa dapat memandang gagasan-

gagasan baru tersebut sebagai perluasan dari konsep matematika yang sudah

dipelajari sebelumnya.

b. Memahami keterkaitan ide- ide matematika dan membentuk ide satu dengan

yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh.

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

13

Pada tahap ini, siswa mampu melihat struktur matematika yang sama

dalam seting yang berbeda. Melalui tahap ini, diharapkan terjadi

peningkatan pemahaman tentang hubungan antar satu konsep dengan

konsep lainnya.

c. Mengenali dan mengaplikasikan matematika baik dalam matematika dan

lingkungan di luar matematika.

Konteks eksternal matematika berkaitan dengan hubungan

matematika dengan kehidupan sehari- hari, sehingga siswa mampu

mengkoneksikan antara kejadian yang ada pada kehidupan sehari- hari ke

dalam model matematika.

Mousley (2004) mengembangkan indikator kemampuan koneksi

matematis menjadi tiga yaitu: (1) koneksi antara pengetahuan matematika

baru dengan pengetahuan matematika yang sudah ada sebelumnya, (2)

koneksi antar konsep- konsep matematika, dan (3) koneksi antara

matematika dengan kehidupan sehari- hari.

Adapun indikator kemampuan koneksi matematis menurut Sumarmo

(Lestari dan Yudhanegara, 2015) adalah: (1) Mencari hubungan berbagai

representatif konsep dan prosedur, (2) Memahami hubungan diantara topik

matematika, (3) Menerapkan matematika dalam bidang studi lain atau

kehidupan sehari-hari, (4) Memahami representatif ekuivalen suatu konsep,

(5) Mencari hubungan satu prosedur lain dengan prosedur lain dalam

representasi yang ekuivalen, (6) Menerapkan hubungan antartopik

matematika dan antara topik matematika dengan topik di luar matematika.

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

14

Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan

siswa untuk mengaitkan atau menghubungkan matematika baik antar topik

matematika maupun di luar matematika. Indikator dalam penelitian ini

yaitu: (1) Memahami dan menghubungkan antar topik dalam matematika,

artinya siswa mampu memahami dan mengkoneksikan konsep- konsep

matematika dalam topik yang berbeda. (2) Memahami dan menghubungkan

antar konsep dalam matematika, artinya siswa mampu memahami dan

mengkoneksikan konsep- konsep matematika dalam topik yang sama. (3)

Memahami dan menghubungkan matematika dalam kehidupan sehari- hari,

artinya siswa mampu memahami dan mengkoneksikan konsep- konsep

matematika dengan kehidupan sehari- hari.

3. Self-Efficacy

Menurut Ormrod (2008), efikasi diri (self-efficacy) merupakan

keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu mengerjakan tugas tertentu atau

meraih sasaran tertentu. Menurut Bandura (Lestari dan Yudhanegara, 2015)

mendefinisikan self-efficacy sebagai sikap menilai kemampuan diri sendiri

dalam menyelesaikan tugas yang spesifik. Dengan kata lain, self-efficacy

adalah keyakinan dalam menilai diri berkenaan dengan kompetensi seseorang

untuk sukses dalam tugas- tugasnya.

Bandura (1993) menyatakan bahwa individu yang memiliki self-

efficacy tinggi akan mencapai suatu kinerja yang lebih baik karena individu ini

memiliki motivasi yang kuat, tujuan yang jelas, emosi yang stabil dan

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

15

kemampuannya untuk memberikan kinerja atas aktivitas atau perilaku dengan

sukses. Berbeda dengan individu yang memiliki self-efficacy rendah akan

cenderung tidak mau berusaha atau lebih menyukai kerjasama dalam situasi

yang sulit dan tingkat kompleksitas tugas yang tinggi.

Menurut Rahyubi (2014), efikasi diri atau ekspektasi adalah persepsi

diri tentang seberapa bagus dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri

berkaitan dengan keyakinan bahwa seorang individu memiliki kemampuan

melakukan tindakan yang diharapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa self-

efficacy adalah keyakinan dalam menilai diri berkenaan dengan kompetensi

individu untuk sukses dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

Menurut Zimmerman (2000), self-efficacy dibedakan atas tiga dimensi

yaitu: Level/magnitude, Generallity dan Strength.

1. Level/magnitude, yaitu penilaian kemampuan individu pada tugas yang

sedang dihadapinya. Dimensi ini mengacu pada tingkat kesulitan suatu

masalah yang dipersepsikan berbeda dari masing-masing individu. Apabila

individu merasa sedikit rintangan yang dihadapi maka masalah tersebut

mudah ditangani. Dengan kata lain magnitude adalah masalah yang

berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu. Komponen ini

berimplikasi pada pemilihan perilaku yang akan dicoba individu berdasar

ekspektasi efikasi pada tingkat kesulitan tugas. Individu akan berupaya

melakukan tugas tertentu yang ia persepsikan dapat diselesaikan dan akan

menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan di luar batas

kemampuannya. Zimmerman (2000) mengatakan level terbagi atas 3 bagian

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

16

yaitu: 1) analisis pilihan perilaku yang akan dicoba, yaitu seberapa besar

individu merasa mampu atau yakin untuk berhasil menyelesaikan tugas

dengan pilihan perilaku yang akan diambil; 2) menghindari situasi dan

perilaku yang dirasa melampaui batas kemampuannya dan 3) menyesuaikan

dan menghadapi langsung tugas-tugas yang sulit.

2. Strength, yaitu mengacu pada ketahanan dan keuletan individu dalam

menyelesaikan masalah. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat

terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah akan terus bertahan

dalam usahanya meskipun banyak kesulitan dan tantangan. Dengan efikasi

diri, kekuatan untuk usaha yang lebih besar mampu didapat. Semakin kuat

perasaan efikasi diri dan semakin besar ketekunan, maka semakin tinggi

kemungkinan kegiatan yang dipilih dan dilakukan dengan berhasil.

Pengharapan yang kuat dan mantap pada individu akan mendorong untuk

gigih dalam berupaya mencapai tujuan, walaupun mungkin belum memiliki

pengalaman-pengalaman yang menunjang. Sebaliknya, pengharapan yang

lemah dan ragu-ragu terhadap kemampuan diri, akan mudah digoyahkan

oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang. Jadi yang dimaksud

strength adalah taraf keyakinan siswa terhadap kemampuan yang

dimilikinya, dalam mengatasi masalah yang muncul dari penyelesaian

tugas-tugasnya.

3. Generality yaitu mengacu pada penilaian efficacy individu berdasarkan

aktivitas keseluruhan tugas yang pernah dijalaninya. Generality berkaitan

dengan tingkah laku dimana individu merasa yakin terhadap

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

17

kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya,

tergantung pemahaman kemampuan dirinya yang terbatas pada suatu

aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang

lebih luas dan bervariasi. Jadi generality dapat dikatakan sebagai keyakinan

siswa terhadap kemampuan yang dimiliki dalam menggeneralisasikan tugas-

tugasnya, berdasarkan tugas yang pernah dijalaninya. Menurut Bandura

(Ormrod, 2008), orang lebih mungkin terlibat dalam perilaku tertentu ketika

mereka yakin bahwa mereka akan mampu menjalankan perilaku tersebut

dengan sukses yaitu ketika mereka memiliki self-efficacy yang tinggi.

Adapun indikator dari self-efficacy pada penelitian ini yaitu :

1) Keyakinan siswa terhadap kemampuannya menghadapi tugas dengan

tingkat kesulitan yang berbeda.

2) Minat siswa dalam mengerjakan tugas matematika.

3) Keyakinan siswa pada kemampuannya untuk bertahan dalam menyelesaikan

masalah.

4) Keyakinan siswa terhadap usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan.

5) Keyakinan siswa terhadap kemampuannya menggunakan pengalaman

sebelumnya untuk menyelesaikan masalah.

6) Mampu menyikapi situasi dan kondisi yang beragam dengan sikap positif.

4. Pembelajaran Langsung

Menurut Suprijono (2013) disebut pembelajaran langsung karena

mengacu pada gaya belajar di mana guru terlibat aktif dalam menjelaskan isi

pelajaran dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas. Menurut

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

18

Kardi (Al-Tabany, 2014), pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah,

demonstrasi, praktik dan diskusi. Pengajaran langsung berpusat pada guru, dan

menjamin adanya keterlibatan siswa. Guru menyampaikan materi secara

terstruktur, mengarahkan kegiatan siswa, dan menguji ketrampilan siswa

melalui latihan- latihan dengan dibimbing oleh guru.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

langsung yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana guru

menyampaikan materi secara langsung kepada siswa dengan metode ceramah,

tanya jawab maupun diskusi dan membimbing aktifitas siswa agar mampu

memperoleh pemahaman yang benar dengan memberikan soal latihan.

Sintaks pembelajaran langsung menurut Majid (2013) diantaranya

sebagai berikut:

a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian

siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pembelajaran.

b. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan

Guru mendemonstrasikan ketrampilan dengan benar atau

menyampaikan informasi tahap demi tahap dan sejelas mungkin dan

mengikuti langkah- langkah demonstrasi yang efektif.

c. Membimbing pelatihan

Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berlatih konsep atau ketrampilan serta memberikan bimbingan kepada

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

19

siswa. Latihan terbimbing ini baik untuk menilai kemampuan siswa dalam

melakukan tugasnya.

d. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Guru memeriksa atau mengecek kemampuan siswa seperti

memberikan kuis dan umpan balik serta membuka diskusi untuk siswa.

Guru memberikan review terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa,

memberikan umpan balik terhadap respons siswa yang benar dan

mengulang ketrampilan jika diperlukan.

e. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Guru memberikan tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan

pemahamannya terhadap materi yang telah dipelajari. Guru mempersiapkan

kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian terhadap

penerapan pada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran langsung menurut Majid

(2013) yaitu sebagai berikut:

Kelebihan

a. Guru dapat mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima

oleh siswa, sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus

dicapai oleh siswa.

b. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.

c. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan

ketrampilan-ketrampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi

rendah.

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

20

d. Menekankan kegiatan mendengarkan (ceramah) sehingga membantu siswa

yang cocok belajar dengan cara-cara ini.

e. Model pembelajaran langsung dapat memberikan tantangan untuk

mempertimbangkan kesenjangan antara teori (hal yang seharusnya) dan

observasi (kenyataan yang terjadi).

f. Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi

apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.

Sedangkan kekurangannya yaitu:

a. Sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan pengetahuan awal,

tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar atau ketertarikan siswa.

b. Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat aktif, sulit

bagi siswa untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk

mengembangkan ketrampilan social dan interpersonal mereka.

c. Karena guru memainkan peran pusat, kesuksesan strategi pembelajaran

bergantung pada image guru.

5. Materi

Materi dalam penelitian ini adalah Materi Bangun Ruang Sisi Datar kelas VIII.

KD : 3.9 Membedakan dan menentukan luas permukaan dan volume bangun

ruang sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas).

4.9 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan dan

volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma dan limas),

serta gabungannya.

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

21

Indikator

3. 9. 1 Menemukan turunan rumus luas permukaan kubus, balok, prisma, dan

limas

3. 9. 2 Mengetahui rumus luas permukaan kubus, balok, prisma, dan limas

3. 9. 3 Mengetahui rumus volume kubus dan balok

3. 9. 4 Memahami proses dalam menemukan rumus volume prisma dan limas

4. 9. 1 Menghitung luas permukaan kubus, balok, prisma, dan limas

4. 9. 2 Menghitung volume kubus, balok, prisma, dan limas

4. 9. 3 Menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan

luas permukaan kubus, balok, prisma, dan limas

4. 9. 4 Menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan

volume kubus, balok, prisma, dan limas

B. Penelitian Relevan

Terdapat penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan,

diantaranya penelitian Lestari (2014) dengan nilai rata-rata N-gain kelas

eksperimen sebesar 0,74 kelas kontrol sebesar 0,61 untuk kemampuan koneksi

matematis yang berarti terdapat peningkatan koneksi matematis siswa yang

mengikuti Brain Based Learning. Penelitian Agustina dan Hanifah (2017) dengan

skor N-gain kemampuan koneksi sebesar 0,51 (kelas eksperimen) dan 0,30 (kelas

kontrol) yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan koneksi

matematis siswa yang mendapatkan model Brain Based Learning. Penelitian

Hidayah (2015) dengan nilai t hitung 1,673 dan t tabel 4,395, jika dipersentasekan

maka kelas eksperimen 11,93% lebih tinggi dari rata-rata kelas kontrol yang

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

22

berarti model Brain Based Learning dengan pendekatan saintifik berbantuan alat

peraga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah penerapan Brain Based Learning. Berdasarkan hasil penelitian

sebelumnya, Brain Based Learning diduga mampu berdampak positif terhadap

kemampuan koneksi matematis dan self-efficacy siswa. Oleh karena itu peneliti

ingin melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh Brain Based Learning

terhadap kemampuan koneksi matematis dan self-efficacy siswa.

C. Kerangka Pikir

Brain Based Learning yaitu pembelajaran yang diselaraskan dengan cara

kerja otak sebagai upaya pemberdayaan otak sehingga otak dapat belajar secara

optimal. Brain Based Learning memiliki 7 (tujuh) tahap, yaitu meliputi tahapan

berikut ini. Tahap pertama yaitu pra-pemaparan dimana tahap ini memberikan

sebuah ulasan atau tinjauan kepada otak tentang pembelajaran baru sebelum

benar-benar dipelajari lebih jauh, bisa dilakukan dengan menyajikan peta konsep

tentang materi yang akan dipelajari. Guru hanya baru menyampaikan topiknya

saja. Tahap ini memberikan pemahaman kepada siswa tentang topik- topik apa

saja yang akan dipelajari.

Tahap kedua yaitu persiapan, dalam tahap ini menciptakan keingintahuan

atau kesenangan siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Untuk menciptakan

kesenangan siswa terhadap belajar, siswa diberi tahu adanya hadiah untuk

kelompok dengan skor LKK tertinggi. Siswa mulai dilatih mengkoneksikan

materi dengan kehidupan sehari- hari. Pada tahap ini diduga dapat

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

23

mengembangkan indikator koneksi matematis yang ketiga yaitu mengkoneksikan

matematika dengan kehidupan sehari- hari.

Tahap ketiga yaitu inisiasi dan akuisisi merupakan tahap penciptaan

koneksi sehingga membantu siswa untuk membangun pengetahuan dan

pemahaman awal. Guru membangun koneksi antara materi sebelumnya (pra-

syarat) dengan materi yang sedang dipelajari. Siswa memperhatikan penjelasan

guru tentang materi yang sedang disampaikan. Guru mulai menyampaikan

konsep- konsep dari masing- masing topik. Siswa dibagi ke dalam kelompok

diskusi. Siswa diberikan LKK untuk dikerjakan bersama kelompoknya. Soal- soal

LKK minimal harus ada yang berkaitan dengan kehidupan sehari- hari. Tahap ini

diduga dapat mengembangkan ketiga indikator koneksi matematis karena siswa

telah mengetahui konsep-konsep dari masing-masing topik sehingga dapat

mengkoneksikan antar topik, antar konsep, maupun dengan kehidupan sehari-

hari.

Tahap keempat yaitu elaborasi adalah tahap pemrosesan informasi,

memberikan kesempatan kepada otak untuk menyortir, menyelidiki, menganalisis,

menguji dan memperdalam materi pelajaran. Siswa dari salah satu kelompok

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan siswa lainnya menanggapi.

Tahap ini juga diduga dapat mengembangkan ketiga indikator koneksi matematis

karena siswa menjadi tahu apakah kemampuannya dalam mengkoneksikan antar

topik, antar konsep, maupun dengan kehidupan sehari-hari sudah benar atau

belum.

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

24

Tahap kelima yaitu inkubasi dan memasukkan memori adalah tahap

menekankan pentingnya waktu istirahat dan waktu mengulang kembali. Siswa

membuat catatan sederhana (rangkuman) tentang materi yang baru dipelajari.

Tahap keenam adalah verifikasi dan pengecekan keyakinan yaitu guru mengecek

pemahaman siswa tentang materi yang baru dipelajari dengan memberikan soal

kuis yang dikerjakan secara individu. Pada tahap ini dapat mengembangkan salah

satu indikator koneksi tergantung soal kuis yang diberikan pada tiap pertemuan.

Tahap ketujuh yaitu perayaan dan integrasi merupakan tahap menanamkan arti

penting dari kecintaan terhadap belajar. Siswa dibimbing guru untuk

menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Siswa diberikan motivasi tentang

pentingnya mempelajari materi bangun ruang. Guru mengakhiri pembelajaran

dengan meminta siswa tos dengan teman kelompoknya dan memberikan hadiah

kepada kelompok yang memperoleh skor LKK tertinggi.

Pada tahap- tahap penerapan Brain Based Learning diduga dapat

mengembangkan semua indikator kemampuan koneksi matematis dan pada tahap

inisiasi dan akuisisi, kemudian tahap verifikasi dan pengecekan keyakinan, siswa

menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya sebagai materi pra-

syarat untuk mempelajari materi yang sedang dibahas dan menggunakan

pengetahuannya untuk menyelesaikan persoalan secara individu sehingga Brain

Based Learning diduga mampu mempengaruhi kemampuan koneksi matematis

dan self-efficacy siswa.

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Brain ...repository.ump.ac.id/8080/3/Lina Fatimatuz Zahroh BAB II.pdf · A. Deskripsi Konseptual . 1. Brain Based Learning (Pembelajaran

25

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

penelitian ini mengambil hipotesis sebagai berikut:

1. Kemampuan koneksi matematis siswa yang mengikuti Brain Based Learning

lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran langsung.

2. Self-efficacy siswa yang mengikuti Brain Based Learning lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran langsung.

Pengaruh Brain Based..., Lina Fatimatuz Zahroh, FKIP UMP, 2018