BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Deskripsi Teori 1. Efektivitas a. Definisi dan Konsep Dasar Efektivitas Menurut Kamus Bahasa Indonesiapengertian efektivitas adalah :“Efektivitas adalah keberhasilan suatu tindakan yang diukur berdasarkan pencapaian tujuan tindakan tersebut.” Pengertian efektivitas menurut Bayangkara (2008:14) adalah sebagai tingkat keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Menurut Handayaningrat dalam Rizal (2009), efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, maka sasaran dan tujuan tersebut efektif. Menurut Mulyadi dalam Rizal (2009), “Pengukuran efektivitas dan efisiensi perusahaan didasarkan pada apakah sumber daya organisasi telah diperoleh dan digunakan secara ekonomis dalam artian tidak terjadi pemborosan, kebocoran, salah alokasi, salah sasaran dalam mencapai tujuan”. 10
40
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN …eprints.uny.ac.id/8038/3/BAB 2-08412144052.pdfharus dinyatakan secara formal dalam Charter Audit Internal, konsisten dengan SPAI, dan mendapat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Teori
1. Efektivitas
a. Definisi dan Konsep Dasar Efektivitas
Menurut Kamus Bahasa Indonesiapengertian efektivitas adalah
:“Efektivitas adalah keberhasilan suatu tindakan yang diukur
berdasarkan pencapaian tujuan tindakan tersebut.”
Pengertian efektivitas menurut Bayangkara (2008:14) adalah
sebagai tingkat keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Menurut Handayaningrat dalam Rizal (2009), efektivitas
adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Apabila sasaran atau tujuan telah
tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, maka sasaran
dan tujuan tersebut efektif.
Menurut Mulyadi dalam Rizal (2009), “Pengukuran efektivitas
dan efisiensi perusahaan didasarkan pada apakah sumber daya
organisasi telah diperoleh dan digunakan secara ekonomis dalam
artian tidak terjadi pemborosan, kebocoran, salah alokasi, salah
sasaran dalam mencapai tujuan”.
10
11
Untuk menilai efektivitas menurut Bayangkara dalam Lilin
(2010) dijelaskan bahwa auditor menekankan perhatiannya pada :
1) Pencapaian tujuan program dan kegiatan yang sudah
ditetapkan.
2) Pemanfaatan hasil program atau kegiatan terhadap pencapaian
tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Penilaian efektivitas didasarkan atas suatu lingkup atau luas
tujuan suatu organisasi dalam menggunakan sumber daya yang
ada untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Auditor internal
harus memperhatikan aspek ketaatan dalam melakukan
penilaian efektifitas yang diinginkan.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
efektivitas menyangkut derajat keberhasilan suatu organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Singkatnya efektivitas
adalah melakukan sesuatu yang “benar”. Efektivitas menunjukan
keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin
tinggi efektivitasnya.
12
2. Pengendalian Internal
a. Pengertian Pengendalian Internal
Pengertian pengendalian internal yang dikemukakan oleh
Mulyadi ( 2002;180) yaitu :
“Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris, manajemen, dan personel lain, yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan
tujuan berikut :
1) Keandalan pelaporan keuangan
2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3) Efektivitas dan efisiensi operasi
Sedangkan pengertian pengendalian intern menurut AICPA
(American Institute of Certified Public Accountant) dalam Jogiyanto
(2000: 373) yaitu :
Pengendalian intern meliputi struktur suatu organisasi dan
semua metode-metode yang terkoordinir serta ukuran-ukuran yang
ditetapkan di dalam suatu perusahan untuk tujuan menjaga keamanan
harta milik perusahaan, mmeriksa ketepatan dan kebenaran data
akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi kegiatan dan mendorong
ditaatinya kebijaksanaan-kebijaksanaan manajemen yang telah
ditetapkan.
Menurut IAI (2009:319.2) dalam Siti Aisah, mendefinisikan
Pengendalian Intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen dan personal lain entitas yang di desain untuk
memberikan gambaran keyakinan memadai tentang pencapaian
keandalan laporan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
13
b. Tujuan Pengendalian Internal
Tujuan pengendalian internal menurut Mulyadi (2002;180)adalah
sebagai berikut:
1) Keandalan informasi keuangan
Pengendalian intern ini membuat manajemen bertanggungjawab
menyiapkan laporan keuangan untuk kepentingan pihak intern dan
ekstern perusahaan.Laporan yang disajikan harus dapat
diandalkan.
2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Pengendalian intern ini dimaksudkan agar organisasi melakukan
kegiatannya sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku.
3) Efektivitas dan efisiensi operasi
Pengendalian intern dalam perusahaan merupakan alat untuk
mengurangi kegiatan pemborosan dan mengurangi penggunaaan
sumber daya yang tidak efektif dan efisien dalam operasi
perusahaan.
Ketiga tujuan pengendalian internal tersebut dapat dicapai
melalui pengendalian internal yang efektif dan unsur-unsur
pengendalian internal juga merupakan proses untuk menghasilkan
pengendalian internal yang memadai. Oleh karena itu agar tujuan
14
pengendalian dapat tercapai perusahaan harus mempertimbangkan
komponen-komponen pengendalian internal.
c. Unsur-unsur Pengendalian Internal
Agar tujuan pengendalian terpenuhi maka didalamnya harus
terdapat beberapa unsur yang merupakan bagian dari struktur
pengendalian intern yang baik. Hall Singleton (2007:28)
mengemukakan unsur-unsur dari pengendalian internal sebagai
berikut:
1) Lingkungan Pengendalian (control environment)
Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian
dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel
organisasi tentang pengendalian. Lingkungan pengendalian
merupakan landasan untuk semua unsur pengendalian intern, yang
membentuk disiplin dan struktur. Berbagai faktor yang membentuk
lingkungan pengendalian dalam suatu entitas antara lain :
a) Nilai integritas dan etika
b) Komitmen terhadap kompetensi
c) Dewan komisaris dan komite audit
d) Filosofi dan gaya operasi manajemen
e) Struktur organisasi
f) Pembagian wewenang dan pembebanan tanggungjawab
15
g) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
Lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan
para pemilik dan manajer entitas mengenai pentingnya
pengendalian intern entitas.
2) Penilaian Risiko
Perusahaan harus melakukan penaksiran risiko untuk
mengidentifikasi menganalisis, dan mengelola risiko yang
berkaitan dengan pelaporan keuangan. Penaksiran risiko
manajemen harus mencakup pertimbangan khusus terhadap risiko
yang dapat timbul dari perubahan keadaan seperti :
a) Perubahan dalam lingkungan operasional yang
membebankan berbagai tekanan persaingan baru atas
perusahaan
b) Personel baru yang memiliki pemahaman berbeda atau
tidak memadai atas pengendalian internal
c) Sistem informasi baru atau yang direkayasa ulang sehingga
memengaruhi pemrosesan transaksi
d) Pertumbuhan yang signifikan dan cepat hingga
mengalahkan pengendalian internal yang ada
16
e) Implementasi teknologi baru ke dalam proses produksi atau
sistem informasi yang berdampak pada pemrosesan
transaksi.
3) Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi akuntansi terdiri atas berbagai record dan
metode yang digunakan untuk memulai, mengidentifikasi,
menganalisis, mengklasifikasi, serta mencatat berbagai transaksi
perusahaan dan untuk menghitung aktiva serta kewajiban yang
terkait. Kualitas dari informasi yang dihasilkan oleh SIA
berdampak pada kemampuan pihak manajemen untuk melakukan
tindakan dan mengambil keputusan sehubungan dengan operasi
perusahaan serta untuk membuat laporan keuangan yang andal.
4) Pengawasan
Pengawasan adalah proses dimana kualitas dari desain dan
operasi pengendalian internal dapat dinilai. Penilaian ini dapat
dicapai dengan prosedur yang terpisah atau melalui aktivitas yang
berjalan. Para auditor internal perusahaan dapat memonotor
aktivitas entitas terkait dalam berbagai prosedur terpisah.Auditor
internal dapat mengumpulkan bukti kecukupan pengendalian
internal dengan menguji berbagai pengendalian, kemudian
17
mengomunikasikan kekuatan serta kelemahan pengendalian ke
pihak manajemen.
5) Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah berbagai kebijakan dan prosedur
yang digunakan untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat
telah dilakukan untuk menangani berbagai risiko yang telah
diidentifikasi perusahaan.
d. Keterbatasan Struktur Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2006:87) dalam Siti Aisah, Keterbatasan
struktur pengendalian intern mencakup tiga hal, yaitu :
1) Kekeliruan-kekeliruan (errors)
Setiap karyawan terkadang kurang perhatian terhadap tugasnya,
akibat kelalaian dan terlalu banyak pekerjaan. Perhatian yang
kurang akan mengakibatkan karyawan tersebut melakukan
kesalahan, bahkan karyawan yang kompeten masih membuat
kesalahan dalam melaksanakan pekerjaannya.
2) Persekongkolan (collution)
Persekongkolan terjadi apabila dua orang atau lebih karyawan
bekerja sama untuk membuat perjanjian antara mereka, misalnya
seorang pelaksana penjualan bekerja sama dengan penyedia
18
penjualan sepakat untuk menggelapkan uang dari kas register dan
menutupnya dengan rekonsiliasi kas register yang palsu.
3) Penolakan Manajemen (Management override)
Penolakan manajemen hamper sama dengan persekongkolan, akan
tetapi pada berbagai situasi, biaya untuk mendesain struktur
pengendalian intern yang dapat mencegah penolakan manajeman
akan lebih bermanfaat.
Terlepas dari bagaimana desain dan operasinya, pengendalian
intern hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen
dan dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan
pengendalian intern entitas. Kemungkinan pencapaian tersebut
dipengaruhi oleh keterbatasan bawahan yang melekat dalam
pengendalian intern. Hal ini mencakup kenyataan bahwa pertimbangan
dalam pengambilan keputusan dapat salah dan bahwa pengendalian
intern dapat rusak karena kegagalan yang bersifat manusiawi tersebut,
seperti kekeliruan atau kesalahan yang sifatnya sederhana. Disamping
itu, pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi diantara dua
orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan pengendalian
intern. Faktor lain yang membatasi pengendalian intern adalah biaya
pengendalian intern entitas tidak boleh melebihi manfaat yang
diharapkan dari pengendalian tersebut.
19
3. Audit Internal
a. Pengertian Audit Internal
“Menurut Sawyer dkk (2005), internal audit adalah aktivitas
independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk
memberi nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi”.
Menurut Mulyadi (2002) Audit intern adalah auditor yang
bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan
swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan
dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak dipatuhi,
menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan
organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan
organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan
oleh berbagai bagian organisasi.
Audit internal adalah penilaian yang sistematis dan objektif
yang dilakukan oleh auditor internal dalam organisasi untuk
menentukahn apakah :
1) Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan andal.
2) Risiko dapat diidentifikasi dan diminimalkan.
3) Peraturan eksternal, kebijakan, dan prosedur internal yang bisa
diterima bisa diikuti.
4) Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi.
5) Sumber daya telah digunakan secara ekonomis dan efisien.
6) Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif. Sawyer (2005:10).
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa audit
internal adalah audit yang ada dalam perusahaan yang bertugas
20
membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan
pendekatan yang sistematis yang berdisiplin untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan
kontrol, dan pengelolaan organisasi. Konsorsium Organisasi Profesi
Audit Internal, (2004:28) dalam Citra menjelaskan bahwa tugas dari
audit internal adalah memberikan jasa assurance dan jasa konsultasi
secara objektif dan independen, yang dirancang untuk memberikan
nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit internal
memberikan nilai tambah bagi organisasi dengan cara meningkatkan
peluang untuk mencapai tujuan organisasi, mengidentifikasi perbaikan
operasi melalui jasa assurance dan konsultasi.
b. Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal
“Menurut Abdul Halim (2003). Tujuan umum audit adalah
untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk tujuan ini auditor perlu
menghimpun bukti kompeten yang cukup”.
Audit internal membantu memberikan analisa-analisa,
penilaian-penilaian, saran-saran, dan keterangan-keterangan mengenai
kegiatan yang diperiksannya. Selain itu audit internal dapat membantu
manajemen dalam meningkatkan dan memperbaiki pengendalian
21
internal pada seluruh organisasi pada harga yang wajar. Namun audit
internal dalam praktiknya lebih banyak melakukan pekerjaan yang
menekankan pada ketelitian dan perhitungan, pencatatan,
pengikhtisaran, dan penyajian dalam bentuk laporan serta memeriksa
apakah pelaksanaannya telah dilakukan berdasarkan bukti-bukti yang
ada.
Ruang lingkup audit internal meliputi pemeriksaan dan
evaluasi kecukupan dan keefektivan sistem pengendalian internal yang
dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggungjawab yang
diberikan. Tujuan peninjauan terhadap kecukupan suatu sistem
pengendalian internal tersebut adalah untuk menentukan apakah sistem
yang ditetapkan telah memberikan kepastian yang layak dan masuk
akal bahwa tujuan dan sasaran organisasi akan dapat dicapai secara
ekonomis dan efisien.
c. Fungsi dan Tanggung Jawab Audit Internal
Fungsi audit internal terbentuk karena adanya pendelegasian
wewenang kepada sejumlah unit organisasi kepada sejumlah unit
organisasi oleh pemimpin perusahaan. Fungsi audit internal ada
berdasarkan kebijakan yang dibuat oleh manajemen atau dewan
direksi.
22
Fungsi audit internal merupakan kegiatan penilaian yang bebas
yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan, dan
kegiatan lainnya untuk memberikan informasi kepada manajemen
dengan menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi, dan komentar-
komentar yang penting.
Dapat dikatakan bahwa audit internal berfungsi untuk
memantau kinerja pengendalian suatu organisasi, menelaah,
mempelajari, dan menilai kegiatan perusahaan serta membantu
perusahaan dalam pengambilan keputusan.
“Menurut Sawyer dkk.(2005), fungsi internal audit adalah
melakukan penilaian yang sistematis dan objektif terhadap operasi dan
pengendalian yang berbeda-beda dalam organisasi”.
Tanggungjawab audit internal adalah memberikan pelayanan
kepada manajemen dalam suatu organisasi dan mempertanggung
jawabkan pekerjaannya sesuai dengan kode etik yang berlaku.
Tanggungjawab ini juga mencakup pengkoordinasian aktivitas-
aktivitas audit internal dengan bagian-bagian lain sehingga
pemeriksaan yang objektif dan tujuan organisasi dapat dipakai secara
optimal.
23
d. Standar Profesi Audit Internal
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internaldalam Citra,
menjelaskan audit independen mempunyai standar kerja yang disebut
Standar Profesional Akuntan Publik, audit internal juga memiliki
standar yang disebut Standar Profesi Audit Internal (SPAI). Standar
tersebut digunakan sebagai kerangka dasar untuk mengevaluasi
kegiatan dan kinerja satuan audit internal maupun individu auditor
internal. Standar Profesi Audit Internal terdiri dari:
1) Standar Atribut
a) Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung Jawab
Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab Fungsi audit internal
harus dinyatakan secara formal dalam Charter Audit Internal,
konsisten dengan SPAI, dan mendapat persetujuan dari
Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi (Konsorsium
Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:15).
b) Independensi dan Objektivitas
Fungsi audit internal harus independen, dan auditor internal
harus objektif dalam melaksanakan pekerjaannya (Konsorsium
Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:15).
24
c) Keahlian dan Kecermatan Profesional
Penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian
dan kecermatan profesional (Konsorsium Organisasi Profesi
Audit Internal, 2004:16).
d) Program Quality Assurance Fungsi Audit Internal
Penanggungjawab fungsi audit internal harus mengembangkan
dan memelihara program quality assurance, yang mencakup
seluruh aspek dari fungsi audit internal dan secara terus
menerus memonitor efektivitasnya. Program ini mencakup
penilaian kualitas internal dan eksternal secara periodik serta
pemantauan internal yang berkelanjutan. Program ini harus
dirancang untuk membantu fungsi audit internal dalam
menambah nilai dan meningkatkan operasi perusahaan serta
memberikan jaminan bahwa fungsi audit internal telah sesuai
dengan standar dan kode etik audit internal (Konsorsium
Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:17).
2) Standar Kinerja
a) Pengelolaan Fungsi Audit Internal
Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengelola
fungsi audit internal secara efektif dan efisien untuk
memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai
25
tambah bagi organisasi (Konsorsium Organisasi Profesi Audit
Internal, 2004:19).
b) Lingkup Penugasan
Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan
kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko,
pengendalian, dan governance, dengan menggunakan
pendekatan yang sistematis, teratur, dan menyeluruh
(Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:20).
c) Perencanaan Penugasan
Audit internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan
rencana untuk setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup,
sasaran, waktu, dan alokasi sumber daya (Konsorsium
Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:22).
d) Pelaksanaan Penugasan
Dalam melaksanakan audit, audit internal harus
mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan
mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai
tujuan penugasan (Konsorsium Organisasi Profesi Audit
Internal, 2004:24).
26
e) Komunikasi Hasil Penugasan
Audit internal harus mengkomunikasikan hasil penugasannya
secara tepat waktu (Konsorsium Organisasi Profesi Audit
Internal, 2004:24).
f) Pemantauan Tindak Lanjut
Penanggung jawab Fungsi Audit Internal harus menyusun dan
menjaga sistem untuk memantau tindak lanjut hasil penugasan
yang telah dikomunikasikan kepada manajemen (Konsorsium
Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:25).
g) Resolusi Penerimaan Risiko oleh Manajemen
Apabila manajemen senior telah memutuskan untuk
menanggung risiko residual yang sebenarnya tidak dapat
diterima oleh organisasi, penanggung jawab fungsi audit
internal harus mendiskusikan masalah ini dengan manajemen
senior. Jika diskusi tersebut tidak menghasilkan keputusan
yang memuaskan, maka penanggungjawab fungsi audit
internal dan manajemen senior harus melaporkan hal tersebut
kepada pimpinan dan dewan pengawas organisasi untuk
mendapatkan resolusi (Konsorsium Organisasi Profesi Audit
Internal, 2004:26).
27
3) Standar Implementasi
Standar implementasi hanya berlaku untuk satu
penugasan tertentu. Standar implementasi yang akan diterbitkan di
masa mendatang adalah standar implementasi untuk kegiatan
assurance (A), standar implementasi kegiatan consulting (C), dan
standar implementasi Control Self Assessment (CSA).
a) Independensi
Setiap auditor internal harus independen dalam
menjalankan pekerjaannya. Independen berarti bebas dari
pengaruh baik terhadap manajemen yang bertanggung jawab
atas penyusunan laporan maupun terhadap para pengguna
laporan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar auditor tersebut
bebas dari pengaruh subjektifitas para pihak yang terkait,
sehingga pelaksanaan dan hasil auditnya dapat diselenggarakan
secara objektif. Independensi yang dimaksud meliputi
independensi dalam kenyataan dan dalam penampilan.
Independensi dalam kenyataan lebih cenderung ditunjukkan
oleh sikap mental yang tidak terpengaruh oleh pihak manapun.
Independensi dalam penampilan ditunjukkan oleh keadaan
tampak luar yang dapat mempengaruhi pendapat orang lain
terhadap independensi auditor. Independensi akan meningkat
28
jika fungsi audit internal memiliki akses komunikasi yang
memadai terhadap pimpinan dan dewan pegawas organisasi.
b) Kompetensi
Selain independen, auditor internal juga harus
kompeten dalam menjalankan tugasnya. Kompeten artinya
auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing dan
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang
diauditnya. Kompetensi seorang auditor di bidang auditing
ditunjukkan oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman
yang dimilikinya. Dari sisi pendidikan, idealnya seorang
auditor memiliki latar belakang pendidikan (pendidikan formal
atau pendidikan dan latihan sertifikasi) di bidang auditing. Dari
sisi pengalaman, lazimnya ditunjukkan oleh berapa lama
auditor berkarir di bidang audit atau intensitas/sering dan
bervariasinya melakukan audit.Jika auditor menugaskan orang
yang kurang/belum berpengalaman, maka orang tersebut harus
disupervisi (dibimbing) oleh seniornya yang berpengalaman.
Auditor yang mengaudit laporan keuangan harus memiliki latar
belakang pendidikan dan memahami dengan baik proses
penyusunan laporan keuangan dan standar akuntansi yang
berlaku. Demikian pula dengan auditor yang melakukan audit
29
operasional dan ketaatan, dia harus memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai kegiatan operasional yang diauditnya, baik
cara melaksanakannya, maupun kriteria yang digunakan untuk
melakukan penilaian. Jika auditor kurang mampu atau tidak
memiliki kemampuan tersebut, maka dia (auditor) wajib
menggunakan tenaga ahli yang sesuai.Selain itu, auditor
internal harus memiliki ketelitian dalam menjalankan tugasnya.
Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal,
“auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai
untuk dapat mengenali, meneliti, dan menguji adanya indikasi
kecurangan” (Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal,
2004:16).
c) Program audit internal
Pekerjaan auditor internal yang harus dilakukan
sebelum melaksanakan audit internal adalah membuat program
audit. Program audit internal adalah pedoman bagi auditor
internal dan merupakan satu kesatuan dengan supervisi audit
dalam pengambilan langkah-langkah audit tertentu. Program
audit merupakan alat yang menghubungkan survey
pendahuluan dengan pekerjaan lapangan.“Audit internal harus
mengembangkan dan mendokumentasikan rencana untuk
30
setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup, sasaran,
waktu, dan alokasi sumber daya” (Konsorsium Organisasi
Audit Internal, 2004: 22).
Dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus
mempertimbangkan:
1) Sasaran dari kegiatan yang direviu dan mekanisme yang
digunakan kegiatan tersebut dalam mengendalikan
kinerjanya.
2) Risiko signifikan atas kegiatan, sasaran, sumber daya, dan
operasi yang direviu serta pengendalian yang diperlukan
untuk menekan dampak risiko ke tingkat yang dapat
diterima oleh organisasi.
3) Kecukupan dan efektivitas pengelolaan risiko dan Sistem
Pengendalian Internal.
4) Peluang yang signifikan untuk meningkatkan pengelolaan
risiko dan Sistem Pengendalian Internal. Tujuan yang ingin
dicapai dengan adanya program audit, antara lain:
a) Memberikan bimbingan yang prosedural untuk
melaksanakan pemeriksaan.
b) Memberikan checklist pada setiap tahap pemeriksaan.
31
c) Merevisi program audit sebelumnya, jika ada
perubahan standar dan prosedur yang digunakan
perusahaan.
d) Pelaksanaan audit internal
Pekerjaan yang dilakukan auditor internal setelah
menyusun program audit adalah melaksanakan audit.
Pelaksanaan audit internal dilakukan berdasarkan program
audit yang telah disusun oleh auditor internal sebelumnya.
Terdapat empat langkah kerja pelaksanaan audit internal,