Top Banner
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Pada kajian teori menjelaskan tentang teori-teori yang akan dijadikan dasar dalam penelitian ini. Pembahasan teori ini meliputi konsep matematika, fungsi dan tujuan matematika, pengertian model Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI), karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik (PMRI), Ciri-ciri Pembelajaran Matematika realistik Indonesia (PMRI) dan pengertian hasil belajar. Selain dari teori-teori tersebut juga akan dibahas tentang hubungan model PMRI dengan hasil belajar matematika, hasil penelitian yang relevan, keranka berfikir dan hipotesis penelitian. 2.1.1 Konsep Matematika Matematika berasal dari bahasa latin yaitu thematic yang mulanya berasal dari bahasa Yunani Mathematika yang berarti mempelajari. Kata Mathematika berhubungan pula dengan kata lainnya yang sama yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar. Maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berfikir (bernalar). Matematika lebih menekankan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika berbentuk karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Berikut beberapa definisi matematika menurut beberapa ahli : Russefendi (1997 : 73-74) berpendapat bahwa matematika adalah sebagai ilmu deduktif, bahasa seni, ratunya ilmu, ilmu tentang sturktur terorganisasikan dan ilmu tentang pola dan hubungan. Hudoyo 1988: 3 (dalam Aisyah 2007) berpendapat bahwa matematika berkenaan dengan gagasan- gagasan , struktur-sturktur dan hubungan-hubungan yang diatur secara logik sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Senada dengan kedua pendapat di atas menurut Karso (2004: 1.4) bahwa matematika adalah ilmu deduktif aksiomatik, formal, hierarkis, bahasa simbol yang padat.
12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teorirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8394/2/T1_292010621_BAB II.pdfberhubungan pula dengan kata lainnya yang sama yaitu mathein atau mathenein

Apr 07, 2019

Download

Documents

trantuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teorirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8394/2/T1_292010621_BAB II.pdfberhubungan pula dengan kata lainnya yang sama yaitu mathein atau mathenein

��

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Kajian Teori

Pada kajian teori menjelaskan tentang teori-teori yang akan dijadikan

dasar dalam penelitian ini. Pembahasan teori ini meliputi konsep matematika,

fungsi dan tujuan matematika, pengertian model Pembelajaran Matematika

Realistik Indonesia (PMRI), karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik

(PMRI), Ciri-ciri Pembelajaran Matematika realistik Indonesia (PMRI) dan

pengertian hasil belajar. Selain dari teori-teori tersebut juga akan dibahas

tentang hubungan model PMRI dengan hasil belajar matematika, hasil

penelitian yang relevan, keranka berfikir dan hipotesis penelitian.

2.1.1 Konsep Matematika

Matematika berasal dari bahasa latin yaitu thematic yang mulanya berasal

dari bahasa Yunani Mathematika yang berarti mempelajari. Kata Mathematika

berhubungan pula dengan kata lainnya yang sama yaitu mathein atau mathenein

yang artinya belajar. Maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan

yang didapat dengan berfikir (bernalar). Matematika lebih menekankan dalam

dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil

observasi. Matematika berbentuk karena pikiran-pikiran manusia yang

berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Berikut beberapa definisi

matematika menurut beberapa ahli :

Russefendi (1997 : 73-74) berpendapat bahwa matematika adalah

sebagai ilmu deduktif, bahasa seni, ratunya ilmu, ilmu tentang sturktur

terorganisasikan dan ilmu tentang pola dan hubungan. Hudoyo 1988: 3 (dalam

Aisyah 2007) berpendapat bahwa matematika berkenaan dengan gagasan-

gagasan , struktur-sturktur dan hubungan-hubungan yang diatur secara logik

sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Senada dengan

kedua pendapat di atas menurut Karso (2004: 1.4) bahwa matematika adalah

ilmu deduktif aksiomatik, formal, hierarkis, bahasa simbol yang padat.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teorirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8394/2/T1_292010621_BAB II.pdfberhubungan pula dengan kata lainnya yang sama yaitu mathein atau mathenein

��

Berdasarkan kurikulum (KBK : 2004), matematika yaitu suatu bahan

kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran

deduktif. Kebenaran suatu konsep diperoleh seabagai logis dari kebenaran

sebelumnya sudah diterima, sehingga berkaitan antar konsep dalam matematika

bersifat sangat kuat dan ketat.

Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisir, sifat-sifat

dalam teori-teori dibuat secara deduktif. Berdasarkan kepada unsur yang tidak

didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya

adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika adalah suatu seni

keindahan terdapat pada keterurutan dan keharmonisan.

Dari beberapa pendapat tentang matematika dapat dikatakan bahwa

matematika merupakan pola pikir dalam ilmu pengetahuan yang mempelajari

tentang struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Ini

berarti bahwa belajar matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang

konsep, struktur konsep, dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya

serta berfikir logis dan konsisten. Definisi di atas sesuai dengan karakteristik

matematika. Adapun karakteristik matematika menurut Sri Wardani (2010: 3-7)

diantaranya : 1) matematika bersifat abstrak, 2) mengacu pada kesepakatan, 3)

mempunyai pola piker deduktif, 4) konsiten dalam sistemnya, 5) memiliki

symbol yang kosong dari arti, 6) memperhatikan semesta pembicaraan.

Walaupun begitu dari karakteristik matematika harus disesuaikan dengan

karakteristik siswa SD.

2.1.1.1. Fungsi dan Tujuan Matematika

1) Matematika berfungsi sebagai: alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan.

2) Fungsi matematika menurut kurikulum 2004 (KBK) :

Mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan,

eksplorasi dan eksperimen. Sebagai alat pemecah masalah melalui pola piker

dan model matematika serta alat komunikasi melalui simbol, table, grafik, dan

diagram dalam menjelaskan gagasan.

3) Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur,

menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teorirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8394/2/T1_292010621_BAB II.pdfberhubungan pula dengan kata lainnya yang sama yaitu mathein atau mathenein

��

kehidupan sehari-hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan

statistik, kalkulus dan trigonometri.

4) Sebagai media atau sarana siswa dalam mencapai kompetensi.

Tujuan umum pendidikan matematika ditekankan kepada siswa

untuk memiliki:

1) Tujuan yang bersifat formal, menekankan kepada menata penalaran dan

membentuk kepribadian siswa.

2) Menekankan kepada kemampuan memecahkan masalah dan menerapkan

matematika.

3) Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam

memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah yang

berkaitan dengan kehidupan nyata.

4) Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.

5) Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat

dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis,

berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam

memandang dan menyelesaikan suatu masalah.

Secara lebih terperinci tujuan matematika adalah sebagai berikut :

1) Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan

kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.

2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan

penemuan dengan mengmbangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin

tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik,

peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teorirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8394/2/T1_292010621_BAB II.pdfberhubungan pula dengan kata lainnya yang sama yaitu mathein atau mathenein

���

2.1.2. Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

2.1.2.1. Pengertian Pembelajaran Matematika Realistik (PMRI)

PMRI merupakan suatu model pembelajaran yang menerapkan kegiatan

pembelajaran yang mudah untuk dipahami oleh siswa dengan alat peraga yang

real atau nyata dan mudah untuk dibayangkan oleh siswa. Sehingga mampu

membantu siswa untuk lebih aktif menemukan ide-ide baru dan konsep

matematika melalui eksplorasi dari suatu masalah yang nyata ke dalam dunia

mereka, tetapi tetap harus dengan bimbingan guru.

PMRI sendiri diadopsi dari Belanda yaitu Realistic Mathematics Education

(RME). RME diciptakan oleh seorang ahli matematika asal Belanda yaitu Hans

Freudendental (1905-1990), yang beranggapan bahwa matematika merupakan

kegiatan manusia dan berdasarkan anggapan tersebut maka para ahli matematika

dari Freudental Institute Belanda mengembangkan Model RME. Jadi PMRI

merupakan model pembelajaran yang mengacu pada kegiatan yang ada pada

kehidupan dunia nyata saja, padahal PMRI juda berada pada dunia anak atau

khayalan anak. PMRI bukan hanya menunjukkan adanya suatu koneksi dengan

dunia nyata, tetapi lebih menekankan PMRI dalam suatu situasi yang bisa

dibayangkan oleh siswa.

De Lange1987 (dalam Ariyadi Wijaya, 2012: 45), menurut pendapatnya

Matematika Realistik merupakan pembelajaran yang dikembangkan melalui

penjelajahan berbagai masalah dunia nyata. PMRI merupakan pembelajaran yang

menekankan bahwa proses lebih penting dari pada hasil maka digunakan istilah

matematisasi, yaitu proses mematematikakan dunia nyata. De Lange mengatakan

bahwa proses mematematikakan dunia nyata diartikan sebagai lingkaran yang tak

berujung yang ditunjukkan dalam sebuah gambar sebagai berikut :

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teorirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8394/2/T1_292010621_BAB II.pdfberhubungan pula dengan kata lainnya yang sama yaitu mathein atau mathenein

���

Gambar 1 Alur pelaksanakan matematika realistik menurut de lange

Dari gambar tersebut dijelaskan bahwa proses pembelajaran matematika

mencakup kegiatan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi konsep matematika yang relevan dengan masalah dunia

nyata.

2) Mempresentasikan masalah dengan berbagai cara yang berbeda, termasuk

mengorganisasikan masalah sesuai dengan konsep matematika yang relevan

serta merumuskan asumsi yang tepat.

3) Mencari hubungan antara “bahasa” masalah dengan simbol dan “bahasa”

formal matematika supaya masalah nyata bisa dipahami secara matematis.

4) Mencari keteraturan, hubungan dan pola yang berkaitan dengan masalah.

5) Menerjemahkan masalah ke dalam bentuk matematika yaitu model

matematika.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa PMRI

merupakan pembelajaran yang dikembangkan guna membantu atau mengarahkan

siswa untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi

masalah matematika dari berbagai masalah yang ada di dunia nyata ke dalam

dunianya.

2.1.2.2. Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik (PMRI)

Terdapat lima karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik (Lauge,

1987 : 75 -76 dalam Suwarsono, 2001 : 40), sebagai berikut :

1) Digunakan kontek nyata untuk dieksplorasi.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teorirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8394/2/T1_292010621_BAB II.pdfberhubungan pula dengan kata lainnya yang sama yaitu mathein atau mathenein

���

Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal

pembelajaran matematika. Melalui penggunaan kontes, siswa dilibatkan secara

aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan.

2) Digunakan instrument-instrumen vertikal, seperti : model-model dan diagram-

diagram, skema-skema, simbol-simbol. Dimana diagram-iagram itu

dikembangkan oleh siswa sendiri dalam menyelesaikan masalah kontekstual

yang merupakan keterkaitan antara model situasi dunia nyata yang relevan

engan lingkungan siswa ke dalam model matematika. Sehingga dari proses

matematisasi horizontal ke matemarika vertikal.

3) Menggunakan kontribusi. Kontribusi pada proses pembelajaran diharapkan

datang dari konstruksi dan produksi siswa sendiri yang mengarahkan mereka

kearah formal.

4) Terdapat interaksi terus-menerus antara siswa yang satu dengan yang lain,

juga antara siswa dengan pembimbing, sehingga setiap siswa mendapat

manfaat positif dari interaksi tersebut.

5) Terdapat banyak keterkaitan antara berbagai bagian dari materi pembelajaran.

Dengan keterkaitan ini memudahkan siswa dalam proses pemecahan masalah.

2.1.2.3. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia

1) Menggunakan masalah kontekstual, yaitu matematika dipandang sebagai

kegiatan sehari-hari manusia, sehingga memecahkan masalah kehidupan yang

dihadapi atau dialami oleh siswa merupakan bagian yang penting.

2) Menggunakan model, yaitu belajar matematika berarti bekerja dengan

matematika.

3) Menggunakan hasil dan kontruksi siswa sendiri, yaitu siswa diberi kesempatan

untuk menemukan konsep-konsep matematis di bawah bimbingan guru.

4) Pembelajaran terfokus pada siswa.

5) Terjadi interaksi antara siswa dan guru, yaitu aktifitas belajar meliputi

kegiatan memcahkan masalah kontekstual yang realistik, mengorganisasikan

pengalaman matematis, dan mendiskusikan hasil-hasil pemecahan masalah

(Suryanto dan Sugiman, 2003 : 6).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teorirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8394/2/T1_292010621_BAB II.pdfberhubungan pula dengan kata lainnya yang sama yaitu mathein atau mathenein

���

2.1.3. Hasil Belajar

2.1.3.1. Pengertian Hasil Belajar

Syamsudin ( 2002: 156), berpendapat bahwa hasil belajar merupakan

perubahan yang diharapkan terjadi pada perilaku dan pribadi siswa setelah

mengalami dan memalui proses belajar. Senada dengan pendapat tersebut S.

Nasution (1996) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kesempurnaan

seorang peserta didik dalam berpikir, merasa dan berbuat.

Rahmat (dalam Abidin 2004) menyatakan bahwa hasil belajar adalah

penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan

tertentu atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah

menguasai materi pelajan yang telah diberikan.

Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

pencapaian akhir atau hasil akhir yang dicapai sebagai bukti kemampuan atau

keberhasilan seseorang yang dinyatakan dalam simbol, angka, huruf maupun

kalimat yang mencerminkan hasil yang dicapai setiap anak didik melalui proses

belajar dalam periode tertentu. Pencapaian hasil belajar siswa diukur dari hasil

nilai akhir atau nilai rapor siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk simbol,

angka, huruf, ataupun kalimat yang menunjukkan kebarhasilan siswa dalam

belajar, misalnya bagus tingkatkan lagi atau sangat bagus pertahankan.

2.1.4. Hubungan Model PMRI dengan Hasil Belajar Matematika

Dalam dunia pendidikan matematika sering dianggap sebagai pelajaran yang

sulit bagi siswa. Efek negatif dari pandangan ini adalah banyak siswa yang merasa

anti pada matematika sebelum mereka mempelajarinya. Padahal dalam

kenyataannya matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang menjadi bagian

dari kehidupan manusia. Suka atau tidak suka matematika ada di mana-mana dan

sering kali kita tidak sadar bahwa kita sedang melakukan kegiatan yang

berhubungan dengan matematika, misalnya saja dalam kegiatan sehari-hari yang

membutuhkan bilangan pecahan sebagai penjumlahan. Misalnya, ibu membeli �

��potong buah semangka dan �

� potong buah nangka. Berapa nilai pecahan yang

didapat dari hasil penjumlahan tersebut? Sering kali siswa masih belum tepat

dalam menjawab pertanyaan seperti contoh tersebut karena siswa masih

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teorirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8394/2/T1_292010621_BAB II.pdfberhubungan pula dengan kata lainnya yang sama yaitu mathein atau mathenein

��

kebingungan dalam membedakan antara pembilang dan penyebut juga bagaimana

cara menyelesaikan soal pecahan yang menggunakan penyebut yang berbeda.

Oleh karena itu dalam PTK ini peneliti menggunakan model PMRI pada mata

pelajaran matematika bagi siswa kelas 4 semester 2 SD Negeri Gandon 1

Kabupaten Temanggung.

Karena pentingnya model PMRI dalam pembelajaran matematika maka guru

harus memperhatikan bagaimana sintak pelaksanaan model PMRI. Berikut adalah

sintak pelaksanaan model PMRI dalam pembelajaran matematika:

Tabel 1 Sintak PMRI

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Guru memberikan siswa masalah kontekstual

Siswa secara sendiri atau kelompok kecil mengerjakan masalah dengan strategi-strategi informal.

Guru merespon secara positif jawaban siswa.

Siswa diberikan kesempatan untuk memikirkan strategi siswa yang paling efektif.

Guru mengarahkan siswa pada beberapa masalah kontekstual dan selanjutnya meminta siswa mengerjakan masalah dengan menggunakan pengalaman mereka

Siswa secara sendiri-sendiri atau berkelompok menyelesaikan masalaht ersebut.

Guru mengelilingi siswa sambil memberikan bantuan seperlunya.

Beberapa siswa mengerjakan di papan tulis. Melalui diskusi kelas, jawaban siswa dikonfrontasikan.

Guru mengenalkan istilah konsep Siswa merumuskan bentuk matematika formal.

Guru memberikan tugas di rumah,yaitu mengerjakan soal atau membuatmasalah cerita beserta jawabanya yangsesuai dengan matematika formal.

Siswa mengerjakan tugas rumah dan menyerahkannya kepada guru

(I Gusti Putu Suharta, 2001)

Melalui alat peraga yang real dan kegiatan yang nyata dengan menggunakan

model PMRI siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan guru.

Guru sebagai motivator sekaligus fasilitator mengarahkan siswa untuk

menemukan hasil jawaban yang diberikan guru.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teorirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8394/2/T1_292010621_BAB II.pdfberhubungan pula dengan kata lainnya yang sama yaitu mathein atau mathenein

��

Model PMRI memberikan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi

siswa, dengan model PMRI siswa dapat menembangkan daya imajinasi dan daya

pikir siswa sehingga siswa akan lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan

pembelajaran. Keaktifan dan kekreatifan siswa sangat berpengaruh pada tingkat

keberhasilan belajar matematika siswa.

Maka dapat disimpulkan bahwa model PMRI dapat meninkatkan hasil

belajar matematika, karena dalam pembelajaran siswa ikut dilibatkan dalam

kegiatan pembelajaran. Selain itu siswa juga menjadi lebih aktif dan kreatif dalam

kegiatan belajar dan daya pikir siswapun berkembang dengan imajinasi mereka.

2.2. Hasil Penelitian yang relevan

Berasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardianti Dwiardhany

dalam skripsinya yang berjudul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika

Siswa Kelas 5 dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Mateatika

Realistik Di SDN Sumurboto Tahun Pelajaran 2009/2010. Dalam penelitian ini

ada peningkatan prestasi belajar matematika. Data penelitian untuk prestasi

belajar diperoleh melalui evaluasi dari pembelajaran siklus I dan II, sedangkan

data keaktifan siswa diperoleh dari hasil observasi pembelajaran. Kemudian data

yang terkumpul diolah dengan analisis hasil evaluasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran matematika realistik

secara signifikan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa

kelas 5. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan prestasi belajar siswa yaitu pada

siklus I mengalami peningkatan prestasi belajar dari rata-rata 59,87 menjadi 70,00

dan keaktifan siswapun ikut meningkat. Pada siklus II terjadi peningkatan prestasi

belajar dari rata-rata hasil ulangan 58,87 menjadi 76,12.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Aziz Arifin dalam skripsinya yang

berjudul Upaya Peningkatan Prestasi Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

Matematika Kmpetensi Dasar Melakukan Operasi Hitung Campuran Bilangan

Bulat melalui Pendekatan Matematika Realistik Kelas 1 SD Negaeri 1 Kalikudu

Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011. Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

ada peningkatan prestasi belajar dari pra siklus (awal) ke siklus I dan siklus I ke

siklus II. Dilihat dari rata-rata kelas pada pra siklus 72,31 kemudian pada siklus I

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teorirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8394/2/T1_292010621_BAB II.pdfberhubungan pula dengan kata lainnya yang sama yaitu mathein atau mathenein

���

nilai rata-rata kelasnya menungkat menjadi 90,38 dan meningkat lagi pada siklus

II menjadi 98,46. Ketuntasan belajar pra siklus 65,38% kemudian pada siklus I

ketuntasan belajar menjadi 88,46% dan pada siklus II mencapai ketuntasan belajar

100%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode PMRI yang diterapkan

secara signifikan dan terprogram dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiyanti Dwiardhany

dan Aziz Arifin terdapat kesamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu

sama-sama melakukan penelitian tentang peningkatan hasil belajar siswa dan

sama-sama menggunakan model PMR atau PMRI. Dari kedua penelitian tersebut

juga terdapat perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu kelas yang

dijadikan subyek penelitian adalah kelas 5 sedangkan peneliti melakukan

penelitian di kelas 4. Pengolahan data yang dilakukan oleh Mardiyanti

Dwiardhany menggunakan analisis hasil evaluasi sedangkan pengolahan data

yang peneliti lakukan menggunakan analisis data kualitatif dan analisis data

kuantitatif yang kemudian dianalisis kembali menggunakan analisis data

komparatif. Kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan

Aziz Arifin adalah operasi hitung campuran bilangan bulat sedangkan kompetensi

dasar yang peneliti lakukan adalah penjumlahan pecahan pada siklus I dan

pengurangan pecahan pada siklus II.

2.3. Kerangka Berpikir

Pada dasarnya pelajaran matematika sama halnya dengan mata pelajaran

yang lain. Pelajaran matematika sangat memungkinkan siswa untuk senang

mempelajarinya. Karena dalam pembelajarannya, pelajaran matematika dapat

diajarkkan dengan berbagai contoh yang ada dalam kehidupan siswa sehari-hari.

Peran guru sebagai motivator sekaligus fasilitator sangat berpengaruh untuk

menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap pelajaran matematika. Guru harus

senantiasa merancang pembelajaran aktif, kreatif, inovatif dan selalu melibatkan

siswa dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu peneliti melakukan penlitian

PTK untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif dengan

menggunakan model Pembelajaran Matematik Realistik Indonesia dan dengan

memberikan perlakuan pada kelas yang menjadi subjek penelitian diharapkan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teorirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8394/2/T1_292010621_BAB II.pdfberhubungan pula dengan kata lainnya yang sama yaitu mathein atau mathenein

���

akan mengalami peningkatan dalam hasil belajar. Karena tidak menutup

kemungkinan dengan perlakuan yang diberikan dapat menumbuhkan minat

belajar siswa terhadap pelajaran matematika pada jenjang berikutnya bahkan

meningkatkan kreatifitas siswa. Sehingga tujuan dari penelitian ini dapat tercapai

serta memberikan hasil yang baik untuk siswa, guru, peneliti sendiri, maupun

kepala sekolah dimana peneliti melakukan penelitian serta pihak-pihak yang

terlibat di dalamnya.

Sulitnya siswa menerima pelajaran dikarenakan siswa merasa bosan dengan

cara penyampaian guru mengajar. Banyak dari siswa yang asik bermain sendiri,

melamun bahkan ada dari mereka yang asik mengganggu temannya.

Dalam pengamatan kegiatan awal pembelajaran siswa hanya duduk dan

mendengarkan penjelasan dari guru, hanya sesekali guru menanyakan apakah

siswa sudah jelas dengan penjelasan yang disampaikan guru. Setelah menjawab

siswa kembali pada aktifitas siswa semula. Hal tersebut yang menyebabkan siswa

merasa bosan sulit untuk menerima pelajaran yang diberikan sehingga hasil

belajarnyapun rendah. Setelah dilakukan tindakan dengan model PMRI, dengan

memberikan alat peraga yang real dan melibatkan siswa dalam kegiatan

pembelajaran, siswa kreatif dengan imajinasinya, siswa tertarik untuk mengikuti

pembelajaran yang dilakukan. Setelah dilakukan tes evaluasi, hasil tes siswa

meningkat.

Berdasarkan langkah-langkah tersebut setelah diterapkan model PMRI

diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa kelas 4 SDN 1

Gandon Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung semester 2 tahun pelajaran

2012/2013.

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka berfikir

dirumuskan bahwa:

1) Penerapan model PMRI dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi

siswa kelas 4 SDN Gandon 1 Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung

semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. Adapun langkah-langkah

pembelajarannya sebagai berikut:

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teorirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8394/2/T1_292010621_BAB II.pdfberhubungan pula dengan kata lainnya yang sama yaitu mathein atau mathenein

���

a. Membuka pelajaran yang disertai apersepsi dengan memberikan masalah

kontekstual dan tujuan pembelajaran yang jelas.

b. Mengarahkan dan menempatkan siswa dalam kelompok belajar.

c. Melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran seingga mampu

meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa dengan penekanan

berbuat (pengalaman langsung).

d. Menggunakan media dan sumber belajar maupun alat peraga yang menarik.

e. Membimbing dan mengarahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

f. Melakukan refleksi dan evaluasi berupa tes terhadap kinerja siswa.

2) Model PMRI dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa kelas 4

SDN Gandon 1 Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung semester 2 tahun

pelajaran 2012/2013.