BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Aspal Aspal adalah bahan alam atau buatan dengan komponen molekul kimia utama hidrokarbon, hasil explorasi minyak mentah dengan warna hitam bersifat plastis hingga cair, tidak larut dalam larutan asam encer dan alkali atau air, tapi larut sebagian besar dalam aether, bensin ,dan chloroform (Saodang, 2005). Komponen aspal dari senyawa hidrokarbon biasanya disebut bitumen bersifat adhesif, kedap air, dan tahan lama. Aspal bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran perkerasan jalan aspal terdiri dari senyawa kompleks asphaltenes dan maltenes. Bahan yang kedua ini memiliki sifat mudah menguap atau teroksidasi pada suhu udara yang tinggi (Sukirman, 1999). Untuk lebih jelasnya skema unsur penyusun aspal adalah pada gambar 2.1 berikut : 4 Asphal
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Aspal
Aspal adalah bahan alam atau buatan dengan komponen molekul kimia
utama hidrokarbon, hasil explorasi minyak mentah dengan warna hitam bersifat
plastis hingga cair, tidak larut dalam larutan asam encer dan alkali atau air, tapi larut
sebagian besar dalam aether, bensin ,dan chloroform (Saodang, 2005).
Komponen aspal dari senyawa hidrokarbon biasanya disebut bitumen bersifat
adhesif, kedap air, dan tahan lama. Aspal bitumen merupakan bahan pengikat pada
campuran perkerasan jalan aspal terdiri dari senyawa kompleks asphaltenes dan
maltenes. Bahan yang kedua ini memiliki sifat mudah menguap atau teroksidasi pada
suhu udara yang tinggi (Sukirman, 1999). Untuk lebih jelasnya skema unsur
penyusun aspal adalah pada gambar 2.1 berikut :
Gambar 2.1 Komponen unsur penyusun bahan aspal
4
Asphalt
Oils
Maltenes Asphaltenes
Resins
Asphaltenes merupakan salah satu komponen penyusun aspal yang berwarna
coklat tua, bersifat padat, keras, berbutir dan mudah terurai apabila berdiri sendiri.
Selain itu asphalthenes merupakan komponen yang paling rumit diantara komponen
penyusun aspal yang lainnya karena ikatan/hubungan antar atomnya sangat kuat.
Komponen penyusun aspal yang ke-2 adalah maltenes yang terbentuk dari
unsur resin dan minyak. Resin biasanya berwarna gelap dan berwujud cair sampai
setengah padat yang mengandung heptana dan pentana dan bersama dengan
oil/minyak berfungsi mengikat atau melarutkan komponen asphaltenes sehingga
terbentuk bahan aspal yang bersifat elastis dan memiliki daktilitas yang tinggi.
Sedangkan oil/minyak sendiri merupakan cairan putih yang memiliki struktur
naphthenic dan mengandung paraffin yang bersifat mudah teroksidasi pada
temperatur yang tinggi sama halnya dengan resin (Roberts dkk., 1991).
2.1.1.1 Jenis Aspal
Secara garis besar, aspal dapat dibedakan atas :
a. Aspal alam
Jika dibandingkan dengan deposit aspal alam negara lain, Indonesia memiliki
deposit aspal alam terbesar di dunia. Di Indonesia, aspal alam baru dieksplorasi dan
sebagian kecil sudah di eksploitasi, terdeposit di Pulau Buton Sulawesi Tenggara
yang dikenal dengan asbuton (aspal batu buton).
b. Aspal Buatan
Aspal buatan merupakan residu penyulingan minyak bumi, dengan
karakteristiknya sangat bergantung dari jenis minyak bumi yang disuling (dikilang),
apakah minyak bumi berbasis aspal (asphaltic base), parafin (parafine base) atau
berbasis campuran (mixes base), sehingga agar diketahui mutu aspal yang dapat
digunakan sesuai fungsinya, perlu dilakukan suatu pengujian, untuk :
5
1. Aspal minyak
Pengujian nilai penetrasi
Pengujian titik lembek
Pengujian titik nyala
Pengujian kehilangan berat
Pengujian kelarutan dalam CCL4
Pengujian daktilitas
Pengujian berat jenis
Pengujian viskositas
2. Aspal cair cutback dan aspal emulsi
Kekentalan
Pengendapan (khusus aspal emulsi)
Pemeriksaan muatan listrik (khusus aspal emulsi)
Analisa saringan (khusus aspal emulsi)
Pemeriksaan hasil penyulingan
(Puslitbang Jalan dan Jembatan, 2007)
2.1.1.2 Sifat Aspal
Aspal yang digunakan dalam konstruksi perkerasan jalan pada umumnya
berfungsi sebagai pengikat dan pengisi rongga udara antar agregat, oleh karena itu,
aspal yang digunakan harus bersifat (Sukirman, 1993) sebagai berikut :
Mempunyai Daya Tahan (durability)
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya
akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan sifat
dari campuran aspal, jadi tergantung dari sifat agregat, campuran dengan
aspal, faktor pelaksanaan dan sebagainya.
6
Kohesi dan Adhesi
Kohesi merupakan kemampuan aspal untuk mengikat unsur-unsur penyusun
dari dirinya sendiri sehingga terbentuknya aspal dengan daktilitas yang
tinggi. Sedangkan adhesi menyatakan kemampuan aspal untuk berikatan
dengan agregat dan tetap mempertahankan agregat pada tempatnya setelah
berikatan.
Kepekaan terhadap temperatur
Kepekaan terhadap temperatur untuk masing-masing produksi bahan aspal
akan berbeda-beda tergantung dari asal eksplorasi aspal meskipun jenisnya
sama. Sehingga apabila kepekaan terhadap temperatur dari aspal yang akan
digunakan diketahui maka dapat pula ditentukan suhu pemadatan yang
menghasilkan nilai stabilitas yang baik.
Kekerasan aspal
Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan agregat
sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan ke permukaan
agregat yang telah disiapkan pada proses peleburan. Pada waktu proses
pelaksanaan, terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi getas
(viskositas bertambah tinggi).
2.1.2 Agregat
Agregat yaitu sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral
lainnya, baik merupakan hasil alam ataupun buatan. Agregat dapat dibagi dengan
istilah yang umum yaitu agregat kasar, agregat halus dan filler. Dimana pada setiap
jenis agregat ini mempunyai spesifikasi gradasi yang sudah ditetapkan untuk
campuran aspal panas Indonesia.
Untuk memperoleh kinerja campuran aspal yang stabil, kuat dan awet,
proporsi agregat kasar dalam campuran harus mencukupi terbentuknya suatu
kerangka susunan batuan yang dapat saling mengunci antara butiran agregatnya,
7
sehingga campuran aspal ini mampu menahan pergeraksan butiran agregat disaat
campuran itu mendapat beban luar (akibat lalu lintas jalan bertonase berat). Untuk
itu, pemilihan jenis gradasi dan penetapan proporsi agregat kasar dalam campuran
total agregat sangat berpengaruh terhadap kekuatan, stabilitas, maupun daya tahan
campuran aspal terhadap deformasi permanent (Sukirman, 2007).
A. Klasifikasi Agregat
a. Ditinjau dari proses terbentuknya suatu mineral batuan, agregat batuan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Batuan beku,
2. Batuan sedimen,
3. Batuan metamorf,
b. Ditinjau dari proses pengolahannya, agregat dapat diklasfikasikan sebagai
berikut:
1. Agregat alam
2. Agregat yang melalui proses pengolahan
3. Agregat buatan
c. Ditinjau dari ukuran partikel, agregat kasar dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Agregat kasar
Ukuran partikelnya lebih besar dari 2.36 mm atau tertahan di atas
saringan no. 8
2. Agregat halus
Ukuran partikelnya lebih kecil dari 2.36 mm yaitu lolos saringan no. 8
dan lebih besar dari 0.075 mm atau tertahan di atas saringan no. 200
3. Abu batu/ mineral filler, agregat halus yang lolos saringan no. 200 dengan
ukuran partikelnya lebih kecil dari 0.075 mm.
8
B. Sifat agregat
Agregat yaitu sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral
lainnya, baik merupakan hasil alam ataupun buatan. Agregat dapat dibagi dengan
istilah yang umum yaitu agregat kasar, agregat halus dan filler. Sifat agregat
merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan memikul beban
lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Adapun Sifat agregat yang menentukan
kualitasnya sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan dapat dikelompokkan menjadi
5 yaitu :
1. Kekuatan dan keawetan (strength and surability) lapisan perkerasan dipengaruhi
oleh :
a. Gradasi adalah susunan butir agregat sesuai ukurannya. Gradasi agregat
menentukan besarnya rongga atau pori yang mungkin terjadi dalam agregat
campuran. Gradasi dibagi atas 3 jenis, yaitu:
Gradasi rapat/ gradasi menerus (dense graded)
Untuk tipikal campuran ini, semua ukuran material mulai dari ukuran
terkecil, partikel debu (mineral pengisi/filler) sampai agregat terbesar
(diameter maksimum agregat) memperoleh proporsi masing-masing fraksi
dalam campuran total agregat.
Syarat agregat disebut bergradasi baik atau menerus harus memenuhi:
P = 100 (d/D)^0.4
Dengan :
P = persen lolos saringan dalam bukaan d mm
d = ukuran aggregat yang sedang diperhitungkan
D = ukuran maksimum partikel dalam gradasi tersebut
Agregat dengan gradasi ini akan menghasilkan lapisan perkerasan
dengan kepadatan maksimum, stabilitas tinggi, kedap air, dan berat volume
besar.
9
Tabel 2.1.2 Gradasi Agregat
No.Camp. I II III IV V VI VII VIII IX X XIGradasi Kasar Kasar Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat Rapat