Top Banner

of 16

BAB II (Extreme Weather)

Oct 30, 2015

Download

Documents

Ika Nourma Sari

cuaca ekstrim di Jakarta
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IIPEMBAHASAN

A. Cuaca Ekstrim di JakartaBadan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika dalam Peraturan KBMKG Nomor: Kep. 009 Tahun 2010 tentang Prosedur Standar Operasional Pelaksanaan Peringatan Dini, Pelaporan ,dan Diseminasi Informasi Cuaca Ekstrim, menentukan unsur-unsur cuaca yang dianggap ekstrim kejadian cuaca yang tidak normal, tidak lazim yang dapat mengakibatkan kerugian terutama keselamatan jiwa dan harta antara lain: Angin Kencang adalah angin dengan kecepatan diatas 25 (dua puluh lima) knots atau 45 (empat puluh lima) km/jam. Angin Puting Beliung adalah angin kencang yang berputar yang keluar dari awan Cumulonimbus dengan kecepatan lebih dari 34,8 (tiga puluh empat koma delapan) knots atau 64,4 (enam puluh empat koma empat) kilometer (km)/jam dan terjadi dalam waktu singkat. Hujan Lebat adalah hujan dengan intensitas paling rendah 50 (lima puluh) milimeter (mm)/24 (dua puluh empat) jam dan/atau 20 (dua puluh) milimeter (mm)/jam. Hujan es adalah hujan yang berbentuk but iran es yang mempunyai garis tengah paling rendah 5 (lima) milimeter (mm) dan berasal dari awan Cumulonimbus . Jarak Pandang Mendatar Ekstrim adalah jarak pandang mendatar kurang dari 1000 (seribu) meter. Suhu Udara Ekstrim adalah kondisi suhu udara yang mencapai 3 C (tiga drajat celcius) atau lebih di atas nilai normal setempat. Siklon tropis adalah sistem tekanan rendah dengan angin berputar siklonik yang terbentuk di lautan wilayah tropis dengan kecepatan angin minimal 34,8 (tiga puluh empat koma delapan) knots atau 64,4 (enam puluh empat koma empat) kilometer (km)/jam disekitar pusat pusaran. Angin Puting Beliung di Lautan yang selanjutnya disebut Waterspout adalah angin kencang yang berputar yang keluar dari awan Cumulonimbus dengan kecepatan lebih dari 34,8 (tiga puluh empat koma delapan) knots atau 64,4 (enam puluh empat koma empat) kilometer (km)/jam dan terjadi di laut dalam waktu singkat . Gelombang Laut Ekstrem adalah gelombang laut signifikan dengan ketinggian lebih besar dari atau sama dengan (=) 2 (dua) meter. Gelombang Pasang (storm surge) adalah kenaikan permukaan air laut diatas normal akibat pengaruh angin kencang dan/atau penurunan tekanan atmosfer.

Berdasarkan hasil pengamatan, cuaca ekstrim yang terjadi di Jakarta antara lain adalah angin kencang (putting beliung), petir serta hujan es. Fenomena cuaca tersebut adalah akibat dari dampak pemanasan yang tidak merata mengakibatkan massa udara dingin dan panas akan bersinggungan pada wilayah yang sempit dan menyebabkan turbulensi udara, sehingga akan menimbulkan terjadinya awan-awan konvektif yang cukup banyak dengan periode tumbuhnya yang cukup cepat. Adapun awan-awan konvektif tersebut antara lain Cumulus Cognetus serta Cumulunimbus (Cb). Awan cumulus cognetus adalah seperti awan cumulonimbus, perbedaannnya pada awan cumulus cognetus belum cukup tinggi sehingga belum terbentuk puncak yang berwarna putih. Awan cumulus adalah jenis awan kecil yang menjulang ke atas dengan dasar awan antara 600-1000 meter, tinggi puncaknya antara 1500-5000 meter. Cumulus kecil yang berbentuk seperti kapas tidak menimbulkan hujan, sedangkan cumulus besar yang kehitam-hitaman dapat menghasilkan hujan local ringan. (Gambar 1.a) Awan Cumulunimbus (Cb) adalah awan cumulus yang besar, ganas, menjulang tinggi sebagai awan hujan yang disertai angin kencang dan petir. Dasar awan cumulonimbus antara 100-600 meter, sedangkan pundcaknya dapat mencapai ketinggian 15 Km atau ketinggian tropopause. Dalam awan cumulonimbus dapat terjadi batu es (hail), guruh, kilat, hujan deras dan kadang-kadang terjadi angin ribut (putting beliung). Awan Cumulunimbus bisa muncul dimana saja karena pemanasan matahari atau gerak vertikal, di tanah lapang atau tempat terbuka panas matahari akan berlebih sehingga dalam kondisi ini tekanan rendah terjadi, dan akan terjadi perpindahan sejumlah massa udara (angin) ke tempat yang bertekanan rendah itu. Biasanya terlihat berupa angin berputar kecil dengan kecepatan tidak begitu tinggi dan hanya mampu menerbangkan benda-benda ringan ke udara, seperti kertas, daun kering, sampah plastik, debu dan pasir. (Gambar 1.b)

Pertumbuhan awan Cumulus Nimbus terbagi dalam tiga tahap, yaitu fase tumbuh, fase dewasa (matang) dan fase punah (Gambar 2).

Adapun Fase pertumbuhan awan Cumulunimbus (Cb) adalah sebagai berikut : a) Pada fase tumbuh, awan calon Cumulus Nimbus akan terlihat tumbuh pesat terutama komponen vertikalnya karena seluruh gerakan atau arus dalam pertumbuhan awan bergerak ke atas sehingga tubuhnya semakin besar dan dapat menjulang tinggi di angkasa sampai ketinggian 13 km (40 ribu kaki). Substansi awan ini, semuanya berupa butiran air sampai ketinggian 5 km dan butiran air campur salju (sampai puncaknya) sekitar 8 km. Di daerah tropis, bentangan awan ini biasanya kurang dari 10 km (daerah tropis). b) Fase dewasa atau matang tercapai jika puncak awan sudah membentuk landasan (bentuknya seperti tempaan sepatu) dengan bagian atas berbentuk datar karena awan padat ini mendapat tekanan dari selaput jeda (tropopause) yang sangat stabil dan panas. Pada fase ini, substansinya, butiran salju di bagian bawah, bagian tengah butiran air campur salju dan bagian puncak semuanya butiran es (kristal). Pada tahap ini pula, arus udara dalam tubuh awan naik ( up draft ) dan turun (down draft ) sehingga kristal-kristal es bisa menembus bagian bawah dan tengah. Dari sinilah lahirnya mekanisme hujan es (hail). Dan diantara arus udara naik dan turun ini terjadi arus geseran memuntir yang dalam kondisi tertentu tabung puntiran angin dapat menerobos sampai ke bumi mirip belalai gajah sehingga menimbulkan angin puting beliung. Angin puting beliung periodenya singkat kurang dari 5 menit dan mempunyai kecepatan kurang lebih 30 40 km/jam, sifatnya local dan kerusakan yang diakibatkannya kisaran radius 5 km c) Fase dissipasi (pelenyapan), ditandai dengan adanya arus udara ke bawah yang lemah diseluruh sel. Fase ini disertai dengan intensitas hujan yang makin menurun dari hujan sedang menuju hujan ringan.

Adapun fenomena cuaca yang sering ditimbulkan oleh awan Cumulunimbus (Cb) tersebut antara lain :a) Petir Petir adalah lompatan bunga api raksasa antara dua massa yang mempunyai perbedaan medan listrik. Petir adalah hasil pelepasan muatan listrik di awan. Energi dari pelepasan itu begitu besarnya sehingga menimbulkan rentetan cahaya, panas dan bunyi yang sangat kuat yaitu geluduk, Guntur atau halilintar. Karena sedemikian besarnya ketika petir itu melesat, tubuh awan akan terang dibuatnya, sebagai akibat udara yang terbelah. b) Angin Kencang/Putting Beliung+Hujan Es Hujan Es+ Angin putting beliung berasal dari jenis awan bersel tunggal berlapis-lapis (CB) dekat dengan permukaan bumi, dapat juga berasal dari multi sel awan , dan pertumbuhannya secara vertical dengan luasan area horizontalnya sekitar 3 5 km dan kejadiannya singkat berkisar antara 3 - 5 menit atau bisa juga 10 menit tapi jarang, jadi wajar kalau peristiwa ini hanya bersifat local dan tidak merata, jenis awan berlapis lapis ini menjulang kearah vertical sampai dengan ketinggian 30.000 feet lebih, Jenis awan berlapis-lapis ini biasa berbentuk bunga kol dan disebut Awan Cumulunimbus (CB).

Kejadian Cuaca Ekstrim di Jakarta1. Pada Tanggal 28 Pebruari 2010 telah terjadi hujan disertai petir dan angin kencang di wilayah Ciputat, Tangerang, kemudian diikuti hari berikutnya Tanggal 01 Maret 2010 terjadi kondisi cuaca ekstrim yang sama di wilayah Jakarta Pusat. Hujan yang disertai petir dan angin kencang tersebut menyebabkan berbagai kerusakan. Di wilayah ciputat menyebabkan robohnya papan reklame yang menimpa angkutan umum serta beberapa kendaraan pribadi, disamping itu ruas-ruas Jalan diwilayah Ciputat terjadi kemacetan arus lalu lintas. Kemudian, menurut laporan sejumlah media kejadian tersebut menyebabkan jatuhnya korban serta terdapat 1 (satu) orang meninggal akibat tertimpa papan reklame tersebut. Kemudian hari berikutnya di wilayah Manggarai dan Pasar Senen menyebabkan robohnya pohon disekitarnya.2. Pada hari Senin tanggal 08 April 2009 antara pukul 12.00 15.00 WIB Wilayah DKI Jakarta telah diguyur hujan lebat, dilaporkan dibeberapa titik di sekitar Jakarta Pusat telah terjadi angin kencang yang menyebabkan tumbangnya beberapa pohon, kemudian di wilayah Jakarta Selatan telah terjadi genangan air (banjir) setinggi 20 cm.3. Pada Tanggal 28 Desember 2010 telah terjadi hujan disertai petir dan angin kencang di wilayah DKI Jakarta, hujan yang disertai petir dan angin kencang tersebut menyebabkan berbagai kerusakan akibat dari banyaknya pohon yang tumbang. Sebanyak 65 lokasi pohon tumbang itu tersebar di berbagai wilayah, yakni 34 titik di Jakarta Selatan, 13 titik di Jakarta Barat, 8 titik di Jakarta Pusat, 6 titik di Jakarta Utara, dan 4 titik di Jakarta Timur. Selain pohon tumbang, ada juga papan reklame atau billboard yang tumbang dijalan. Papan reklame yang tumbang menurut catatan Sunarto berada di perempatan Joglo dan pintu keluar tol Meruya (mediaindonesia.com). Kejadian tersebut diprakirakan terjadi sekitar pukul 17.30 WIB.4. Pada Tanggal 16 Maret 2011 telah terjadi hujan lebat disertai es dan angin kencang mulai pukul 15.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB, hujan es disertai angin kencang tersebut menurut berita di berbagai media cetak dan media televisi terjadi diberbagai wilayah disekitar Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Kejadian tersebut ini dilaporkan menyebabkan berbagai genangan air berupa banjir di beberapa kawasan di wilayah Sudirman dan banyaknya pohon tumbang serta baliho yang tumbang, sedangkan di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Utara saja yang memiliki kondisi yang kondusif. Pada ruas-ruas jalan protokol di wilayah Jakarta Pusat kejadian tersebut menimbulkan menimbulkan kemacetan lalu lintas yang cukup parah. Pantauan TMC (Traffic Managemen Center) Jakarta melaporkan , kesemrawutan terjadi di Jalan Protokol Senayan hingga Sudirman serta Pancoran, terjadinya pohon tumbang dibeberapa ruas jalan juga memperparah kemacetan lalu lintas. Pohon tumbang didepan kantor PU Jl. Patimura, menimpa satu kendaraan. Pohon tumbang juga menimpa empat kendaraan di Jl. Gunawarman, Jakarta Selatan. Demikian pula pohon tumbang terjadi di Pintu 1 dalam Senayan dan sebelum Fly Over Permata Hijau arah Pondok Indah. Pohon tumbang berpotensi menimbulkan kepadatan lalu lintas. Sementara, Pohon tumbang di depan Gandaria City, arus lalin tersendat, berimbas kepadatan lalu lintas.5. Hujan deras disertai petir dan angin sering melanda Jakarta. Hujan deras seperti ini biasanya terjadi pada masa transisi. Namun karena musim hujan terjadi hampir di sepanjang tahun sehingga hujan deras yang disertai angin dan petir dapat terjadi kapan saja. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pembentukan cuaca lokal. Seperti diberitakan oleh sebuah media nasional tanggal 27 November 2010 bahwa hujan petir terjadi pada musim penghujan yang diakibatkan oleh perubahan pola angin yang seharusnya berhembus dari arah barat, tetapi ini justru dari arah timur. Hal ini disebabkan oleh karena adanya tekanan rendah di bagian barat selat Sunda. Tekanan rendah itu yang menyebabkan angin berhembus dari arah timur. Tekanan rendah itu disebabkan oleh suhu di barat selat Sunda lebih hangat. Secara normal, tekanan rendah itu seharusnya sudah berada di sekitar Darwin, di tenggara pulau Jawa. Tekanan rendah itu mengakibatkan suhu di permukaan laut menghangat. Air laut menghangat karena adanya penguapan wilayah atau penguapan lokal. Letak geografis Jakarta yang berada di dekat Khatulistiwa di mana terdapat kombinasi massa udara hangat dan lembab menjadikan daerah ini sangat kondusif terhadap pembentukan badai konvektif. Di wilayah Jakarta hujan petir yang disertai angin kencang dapat terjadi pada satu dari setiap tiga hari.6. Badai Konvektif di JakartaBadai konvektif yang terbentuk di Jakarta sering disebut dengan badai tersebar (scattered thunderstorms) yang biasanya terbentuk pada hari hangat lembab dan juga sering disebut sebagai badai sel biasa (ordinary cell thunderstorms) atau badai massa udara karena cenderung terbentuk dalam massa udara hangat dan lembab yang jauh dari signifikansi front cuaca. Badai sel biasa dapat dianggap sebagai badai sederhana karena jarang menjadi ekstrim, badai ini biasanya memiliki lebar kurang dari 2.4 kilometer dan memiliki siklus hidup yang terprediksi dari lahir hingga dewasa serta kemudian hilang yang biasanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam.Kemunculan badai di Jakarta sering dicirikan melalui beberapa tahap pembentukan. Tahap pertama disebut dengan tahap kumulus, atau tahap pertumbuhan. Udara lembab yang hangat naik kemudian mendingin dan berkondensasi membentuk awan kumulus tunggal atau sekelompok awan. Awan kumulus tumbuh ke atas dengan jarak yang tidak terlalu tinggi dan kemudian menghilang. Bagian atas awan menghilang disebabkan tetesan awan mengalami penguapan karena bercampur dengan udara yang lebih kering di sekitarnya. Setelah menguap, udara menjadi lebih lembab dari sebelumnya. Jadi, udara yang naik mampu berkondensasi pada tingkat yang lebih tinggi dan awan kumulus tumbuh lebih tinggi mengakibatkan munculnya kubah atau menara awan. Pada saat awan mulai tumbuh, uap air bertransformasi menjadi air atau partikel awan padat dan melepaskan sejumlah besar panas laten. Proses ini menjadikan udara terus naik di dalam awan yang lebih hangat (kurang padat).

Gambar 3. (a) Badai konvektif di Jakarta. (b) Gulungan awan yang terbentuk di balik hembusan front

Awan tetap mengalami pertumbuhan dalam keadaan atmosfir yang tidak stabil asalkan terus didukung oleh udara yang naik dari bawah. Sehingga awan kumulus mengalami perkembangan vertikal dan membentuk awan kumulus yang menjulang (kumulus kongestus) hanya dalam beberapa menit. Selama tahap kumulus kongetus ini, presipitasi tidak terbentuk dan gerak udara ke atas menjaga tetesan air dan kristal es untuk tetap berada di dalam awan serta tidak terjadi petir atau guruh dalam tahap ini. Pada saat awan tumbuh jauh di atas titik beku, partikel bertabrakan dan bergabung satu sama lain sehingga menjadikan awan tumbuh menjadi lebih besar dan lebih berat. Akhirnya, udara yang naik tidak lagi mampu mempertahankannya dan partikel ini mulai jatuh. Pada saat fenomena ini terjadi, udara yang lebih kering dari awan di sekitar tertarik ke dalam sebuah proses yang disebut entrainment. Entrainment ini menyebabkan hujan mengalami penguapan sehingga udara menjadi dingin. Udara yang menjadi lebih dingin dan lebih berat dari udara di sekitarnya mulai turun sebagai suatu downdraft (gerak udara ke bawah). Downdraft menjadi lebih kuat pada saat presipitasi yang jatuh menarik udara bersama dengannya.Kemunculan downdraft menandai awal tahap dewasa dari sebuah badai. Downdraft dan gerak udara ke atas dalam badai dewasa sekarang menjadi sel. Pada beberapa badai, terdapat beberapa sel yang masing-masing dapat berlangsung kurang dari 30 menit. Pada saat udara lembab hangat naik di sepanjang tepi depan dari gust front maka terbentuk awan rak (shelf cloud) atau disebut juga awan arcus. Awan ini lazim terbentuk ketika atmosfir menjadi sangat stabil di dekat dasar badai. Terkadang, awan yang menjulur panjang terbentuk di belakang gust front. Awan dengan perputaran lambat ini dikenal dengan awan gulung (gambar 3 (b)).Selama tahap dewasa, petir menjadi sering terjadi. Puncak awan yang telah mencapai wilayah atmosfir yang stabil (mungkin saja Stratosfer) mulai berbentuk landasan. Pada saat angin di tingkat yang lebih tinggi menyebarkan kristal es secara horizontal. Awan itu sendiri dapat memperpanjang naik ke ketinggian lebih dari 12 km dengan diameter lebih dari 1.61 km di dekat dasarnya. Gerak udara ke atas dan downdraft mencapai kekuatan terbesar di tengah awan sehingga menciptakan turbulensi yang kuat. Petir dan guruh juga hadir dalam tahap ini. Hujan lebat (terkadang hujan es kecil) jatuh dari awan. Sementara itu di permukaan, sering terjadi downrush udara dingin dengan presipitasi yang tinggi.

Gambar 4. (a) Petir di Jakarta pada badai yang memasuki tahap dewasa. (b) Forked lighting di Jakarta

Pada saat downdraft dingin mencapai permukaan, udara menyebar dalam arah horizontal. Batas permukaan yang memisahkan udara dingin dengan udara hangat di sekitarnya disebut front hembusan (gust front). Di sepanjang gust front, angin mengalami perubahan arah dan kecepatan dengan cepat. Setelah badai memasuki tahap dewasa, badai kemudian menghilang dalam waktu 15 hingga 30 menit. Tahap disipasi terjadi ketika gerak udara ke atas menjadi lemah pada saat gust front bergerak menjauhi badai.

Gambar 5. Ilustrasi gerak udara ke bawah dari badai yang mencapai permukaan, udara menyebar, membentuk sebuah front hembusan (gust front)

Pada tahap ini, downdraft cenderung mendominasi keseluruhan awan. Alasan badai tidak berlangsung dalam waktu yang sangat lama adalah bahwa downdraft di dalam awan cenderung memotong persediaan bahan bakar badai dengan menghilangkan gerak udara ke atas yang lembab. Karena kurangnya persediaan udara lembab hangat sehingga tetesan air awan tidak lagi terbentuk. Presipitasi ringan jatuh diikuti oleh downdraft yang lemah. Pada saat badai mereda, partikel awan di tingkat yang lebih rendah menguap dengan cepat sehingga terkadang membentuk awan cirus. Untuk mencapai ketiga tahapan ini, badai sel biasa dapat berlangsung selama satu jam atau kurang.

Gambar 6. (a) Pemandangan hujan yang turun mendadak biasanya juga disertai dengan angin kencang yang datang dari ketinggian menuju permukaan. Angin kencang ini bertiup di sepanjang permukaan dengan kecepatan melebihi 44.7 m dt-1 sehingga mengakibatkan kerusakan yang sejajar dengan garis lurus pergerakan angin. (b) Ilustrasi gambar 6 (a)

Gambar 7. Hujan es yang terjadi di Jakarta

Beberapa bentuk petir yang teramati di Jakarta ketika badai memasuki tahap dewasa seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 8. Petir bercabang dan petir manikB. Penyebab Terjadinya Cuaca EkstrimMemahami suatu fenomena alam secara benar akan sangat membantu dalam melakukan antisipasi potensi bencana dan menghilangkan kesimpangsiuran informasi yang tak jelas. Cuaca ekstrem yang menjadi perhatian masyarakat tersebut sebenarnya merupakan fenomena musiman yang setiap tahun terjadi dengan intensitas bervariasi tergantung efek gabungan yang mempengaruhinya. Musim hujan (dan kemarau serta peralihan di antara keduanya) terjadi karena perubahan pemanasan di permukaan bumi terkait dengan kemiringan sumbu rotasi bumi. Sekitar bulan Desember Maret posisi matahari berada di belahan Selatan bumi yang mulai bergeser menuju ke utara sehingga wilayah Selatan itulah yang mendapatkan panas yang lebih banyak daripada bagian Utara. Oleh karenanya tekanan udara di belahan Selatan relatif lebih rendah daripada di belahan Utara. Akibatnya, pergerakan angin di sekitar ekuator bergerak ke arah selatan. Akibat perputaran bumi, angin sebelah utara ekuator bergerak dari arah Timur (disebut angin Timur) dan di selatan angin bergerak dari arah Barat (disebut angin Barat).

Gambar 3. Posisi Bumi terhadap Matahari

Pemanasan matahari secara umum menyebabkan pemanasan lautan serta pergerakan angin. Pemanasan lautan menyebabkan penguapan yang kemudian terangkat ke atas oleh angin membentuk awan di daerah pertemuan angin dari Selatan dan Utara yang disebut daerah konvergensi. Nah, daerah konvergensi ini bergeser tergantung musimnya yang terkait dengan pergeseran arah angin. Pada sekitar Januari, daerah konvergensi yang disebut ITCZ (Intertropical Convergence Zone: Zona Konvergensi Sekitar Daerah Tropis) berada di belahan Selatan di sekitar wilayah Indonesia. ITCZ itulah yang tampak sebagai gugusan besar awan yang menyebabkan curahan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia pada musim hujan. Pada musim kemarau ITCZ beralih ke utara, sehingga wilayah Indonesia mengalami musim kemarau yang kering. Dengan mengikuti pergeseran ITCZ, secara umum para peneliti bisa memprakirakan awal musim hujan di Indonesia yang dimulai dari wilayah Sumatera bergeser ke arah Timur dan memprakirakan akhir musim hujan yang dimulai dari Nusa Tenggara Timur bergeser ke Barat.

Gambar 4. Sudut Datang Sinar Matahari terhadap Bumi

Selain itu, dikutip dari http://green.kompasiana.com/iklim/2011/01/27 /cuaca-ekstrim-dan-epidemiologi-bencana/ bahwa penyebab utama cuaca ekstrim adalah adanya ekspansi vertikal awan, curah hujan yang meningkat dan berpeluang menyebabkan puting beliung. Cuaca ekstrim terjadi karena siklus basah dan kering yang terlalu cepat akibat La Nina dan pemanasan global. Sedangkan menurut pemerhati sekaligus pakar lingkungan dari Universitas Riau, Tengku Ariful Amri, mengatakan, cuaca ekstrem yang melanda sebagian besar wilayah Tanah Air adalah dampak dari terhambatnya siklus hidrologi. sirkulasi air yang seharusnya tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi kini terasa kian tersendat sehingga terjadi penumpukan penguapan yang akhirnya menyebabkan kondisi ekstrem di berbagai wilayah Tanah Air

BAB IIIKESIMPULAN

Cuaca ekstrim adalah fenomena meteorologi yang ekstrim dalam sejarah (distribusi), khususnya fenomena cuaca yang mempunyai potensi menimbulkan bencana, menghancurkan tatanan kehidupan sosial, atau yang menimbulkan korban jiwa manusia. Pada umumnya cuaca ekstrim didasarkan pada distribusi klimatologi, dimana kejadian ekstrim lebih kecil sama dengan 5% distribusi. Tipenya sangat bergantung pada lintang tempat, ketinggian, topografi dan kondisi atmosfer.Jakarta adalah satu dari sekian banyak daerah di Indonesia yang mengalami cuaca ekstrim. Cuaca ekstrim yang terjadi di Jakarta antara lain :1. Angin kencang (putting beliung)2. Petir3. Hujan esSelain itu, juga terjadi badai konveksi di Jakarta yang menyebabkan terjadinya angin kencang disertai hujan deras, petir, dan juga hujan es.Akibat cuaca ekstrim yang terjadi di Jakarta adalah munculnya kerugian materiil yang tidak sedikit seperti rusaknya rumah-rumah dan bangunan-bangunan, tumbangnya pohon, rusaknya peralatan elektronik, rusaknya mobil, serta timbulnya korban jiwa. Cuaca ekstrim di Jakarta juga mengakibatkan banjir yang menggenangi Jakarta.

18