Top Banner

of 36

Bab II Ansietas Eny Baru Kon 2

Jul 09, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Individu ang mengalami gangguan ansietas dapat memperlihatkan perilaku yang tidak lazim seperti panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap atau objek atau kondisi kehidupan, melakukan tindakan berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan, mengalami kembali peristtiwa traumatik, atau rasa khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan. (Vedebeck, 2008) Banyak individu yang mengalami gangguan ansietas merasa takut mereka akan menjadi gila karena perilaku mereka yang tidak lazim atau mereka mengalami serangan jantung karena mengalami respon fisiologis seperti palpitasi, berkeringat dan kesulitan bernafas mera sa bahwa mereka tidak memiliki kendali atas respon yang tidak lazim tersebut dan sangat menginginkan respon itu berhenti. (Vedebeck, 2008) Gangguan ansietas merupakan gangguan emosional yang paling sering di Amerika Serikat. Setidaknya 17% indivudu dewasa di Amerika Serikat menunjukkan satu gangguan ansietas atau lebih dalam satu tahun. Gangguan ansietas lebih sering dialami oleh wanita, individu berusia kurang dari 45 tahun, individu yang bercerai atau berpisah atau individu yang berasal dari stasus sosioekonomi rendah, tidak ada perbedaan gender ppada gangguan ini. 8%

penduduk mengalami gangguan ansietas yang mengalami gangguan signifikan dalam fungsi interpersonal, okupasional dan sosial. (Vedebeck, 2008)

1

Diagnosis gangguan panik ditegakkan ketika ansietas tidak lagi berfungsi sebagai tanda bahaya, melainkan menjadi kronis dan mempengaruhi sebagian besar kehidupan individu sehingga menyebabkan perilaku maladaptif dan disabilitas emosional. Peran perawat dapat dengan lebih baik membantu klien untuk sehat dengan memerhatikan dua area yaitu aspek interpersonal dan fisiologis dan memberikan asuhan keperawatan yang baik. Oleh karena itu, kelompok tertarik megangkat makalah ini tentang Asuhan Keperawatan Kecemasan agar dapat mengurangi anka kejadian bermanfaat bagi pembaca.

B. Tujuan Penulisan Tujuan umum : Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien ansietas secara teoritis. Tujuan khusus : 1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar ansietas 2. Mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan secara komperhensif pada klien ansietas

C. Ruang Lingkup Penulisan Penulis membatasi pembahasan tentang konsep dan asuhan keperawatan pada ansietas.

D. Metode Penulisan Makalah ini ditulis dengan metode deskriptif dan melalui pengumpulan literatur dari berbagai sumber. Dalam penyampaian makalah ini kami

2

menggunakan metode presentasi supaya audient dapat dengan mudah memahami materi ini.

E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada makalah ini membagi atas 3 bab, yaitu : BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Teori yang terdiri dari konsep dasar kecemasan ; definisi kecemasan, tingkat kecemasan, manifestasi kecemasan, teori kecemasan, dampak kecemasan, penatalaksanaan kecemasan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan kecemasan secara teoritis. BAB III : Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA

3

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Pembahasan pada bab ini membahas tentang tinjauan teori meliputi pengertian kecemasan tingkat kecemasan, manifestasi kecemasan, teori kecemasan dan asuhan keperawatan klien dengan kecemasan.. A. Konsep Dasar Ansietas 1. Pengertian Gangguan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan, disertai respon perilaku, emosional, dan fisiologis. Individu yang mengalami gangguan ansietas dapat memperlihatkan perilaku yang tidak lazim seperti panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek dan kondisi kehidupan, melakukan tindakan yang berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan, mengalami kembali peristiwa yang traumatik, atau rasa khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan. (Vedebeck, 2008) Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. (Stuart, 2006) Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh setiap makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. (Susilawati, 2005) Kecemasan juga dapat diartikan sebagai kebingungan, kekhawatiran terhadap sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. (Susilawati, 2005) Menurut suliatiawati (2005) kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan individu dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman cemas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Hal yang dapat menimbulkan kecemasan biasanya bersumber dari: 4

a. Ancaman integritas biologi meliputi gangguan terhadap kebutuhan dasar makan, minum kehangatan, seks. b. Ancaman terhadap keselamatan diri : 1) Tidak menemukan integritas diri 2) Tidak menemukan status dan prestise 3) Tidak memperoleh pengakuan dari orang lain 4) Ketidaksesuaian pandangan diri dengan lingkungan nyata. 2. Tingkat Kecemasan Menurut tingkat kecemasan yang dialami oleh individu ada 4 yaitu ringan, sedang, berat dan panik. (Suliswati, 2005) a. Kecemasan Ringan Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan

kreativitas.Contohnya: 1) Seseorang yang menghadapi ujian akhir 2) Pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan 3) Individu yang melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi 4) Individi yang tiba-tiba dikejar anjing menggongong b. Kecemasan Sedang Individu berfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. Contohnya: 1) Pasangan suami istri yang menghadapi kelahiran bayi pertama dengan resiko tinggi 2) Keluarga yang menghadapi perpecahan (berantakan) 3) Individu yang mengalami konflik dalam pekerjaan c. Kecemasan Berat 5

Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah/arahan untuk berfokus pada area lain, contohnya: 1) Individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena bencana alam 2) Individu dalam penyanderaan d. Panik Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif.Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian. Contohnya: individu dengan kepribadian pecah depersonalisasi

6

3. Rentang respon ansietas Rentang respon ansietas dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut: Gambar 2.1 :Rentang Respon Ansietas

RENTANG RESPON ANSIETASRespon adaftif Respon maladaptif maladaftifsedang(Suliswati, 2005)

antisipasi Ringan i

berat

panik

4. Manifestasi Kecemasan ansietas dapat menyebabkan respon fisik/fisiologis, respon kognitif, respon emosional yang tidak nyaman menurut tingkatan ansietas dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tingkat Respon Ansietas Tingkat ansietas Respon fisik -Ketegangan otot ringan Ringan -Sadar akan lingkungan -Rilaks atau sedikit gelisah -Penuh perhatian Respon kognitif -Lapang persepsi luas -Terlihat tenang, percaya diri -Perasaan gagal sedikit -Waspada dan memerhatikan Respon emosional -Perilaku otomatis -Sedikit tidak sabar

7

-Rajin

banyak hal -Mempertimbangkan informasi -Tingkat pembelajaran optimal

-Aktivitas menyendiri -Terstimulasi -Tenang

-Ketegangan otot sedang -Tanda-tanda vital meningkat -Pupil dilatasi, mulai berkeringat -Sering mondar-mandir, Sedang memukul tangan -Suara berubah: bergetar, nada suara tinggi -Kewaspadaan dan ketegangan mmeningkat -Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung -Ketegangan otot berat -Hiper ventilasi -Kontak mata buruk Berat -Pengeluaran keringat meningkat -Bicara cepat, nada suara tinggi -Tindakan tanpa tujuan

-Lapang persepsi menurun -Tidak perhatian secara efektif -Fokus terhadap stimulus meningkat -Rentang perhatian menurun -Penyelesaian masalah menurun -Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan

-Tidak nyaman -Mudah tersinggung -Kepercayaan diri goyah -Tidak sabar -Gembira

-Lapang persepsi terbatas -Proses berfikir terpecahpecah -Sulit berfikir -Penyelesaian masalah buruk Tidak mampu mempertimbangkan informasi

-Sangat cemas -Agitag -Takut -Bingung -Mersa tidak adekuat -Menaarik diri -Ingin bebas

8

dan serampangan -Rahang menegang, mengerakan gigi -Kebutuhan ruang gerak meningkat -Mondar-mandir, teriak -Meremas tangan, gemetar -Flight, fight atau freeze -Ketegangan otot sangat berat -Agaitas motorik kasar -Pupuil dilatasi -Tanda-tanda vital panik meningkat kemudian menurun -Tidak dapat tidur -Hormon stres dan nourotransmiter berkurang -Wajah menyeringai, mulut ternganga

-Hanya memerhatikan ancaman -Preokupasi dengan pikiran sendiri -Egois

-Persepsi sangat sempit -Pikiran tidak logis, terganggu -Kepribadian kacau -Tidak dapat menyelesaikan masalah -Fokus pada pikiran sendiri -Tidak rasional -Sulit memahami stimulus eksternal -Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi

-Merasa terbebani -Merasa tidak mampu, tidak berdaya -Lepas kendala -mengamuk, putus asa -marah, sangat takut -mengharap hasil yang buruk -Kaget, takut -Lelah

Sumber : (Vedebeck, 2008) 5. Teori Kecemasan Teori kecemasan dapat dikelompokan sebagai berikut: a. Teori Psikoanalitik Menurut frued dalam Vedebeck, (2008), ansietas alamiah seseorang sebagai stimulus untuk perilaku. Ia menjelaskan mekanisme pertahanan sebagai upaya manusia untuk mengendalikan kesadaran 9

terhadap ansietas. Misalnya, jika seseorang memiliki pikiran dan perasaan yang tidak tepat sehingga meningkatkan ansietas, ia merepresikan pikiran dan perasaan tersebut. Represi adalah proses penyimpanan impuls yang tidak tepat kedalam bawah sadar sehingga impuls tersebut tidak dapat diingat kembali. Bayangkan seseorang menempatkan suatu masalah kedalam kotak, mengikat tutupnya dengan tali menyimpan kotak tersebut dibelakang kloset, simpul tali pada kotak represi ini dapat terlepas pada suatu waktu kemudian masalah muncul kembali sehingga mengganggu perilaku, pikiran, mimpi, perasaan, dan kebutuhan orang tersebut. Karena perilaku memiliki makne, gejala-gejala ansietas menandakan represi yang tidak lengkap. Individu yang mengalami gangguan ansietas diyakini menggunakan secara berlebihan salah satu atau pola ttertentu dari beberapa mekanisme pertahanan, yang menempatkan individu tersebut pada salah satu tahap perkembangan psikoseksual freud. Menurut freud dalam Sulistiawati, (2005), kecemasan timbul akibat reaksi psikologis individu terahadap ketidakmampuan mencapai orgasme dalam hubungan seksual. Energi seksual yang tidak

terekspresikan akan mmengakibatkan rasa cemas, kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus interna dan eksterna yang berlebihan. Akibat dari stimulus interna dan eksterna yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu untuk menanganinya. Ada 2 tipe kecemasan yaitu kecemasan primer dan kecemasan sekunder: 1) Kecemasan Primer Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimulasi tiba-tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian berlanjut dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau kehausan. Penyebab kecemasan primer adalah keadaan ketegangan atau dorongan yang diakibatkan oleh faktor eksternal. \ 10

2) Kecemasan Sekunder Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, frued melihat ada 2 jenis kecemasan lain akibat konflik emosi diantara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Frued menjelaskan bila terjadi kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang id dan superego berada pada kondisi bahaya.

Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang.Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. (Stuart & Sundeen, 1998) b. Teori Interpersonal Menurut Vedebeck, (2008) berpendapat bahwa ansietas timbul dari masalah-masalah dalam hubungan interpersonal. Pemberi keperawatan dapat mengkomunikasikan ansietas kepada bayi atau anak melalui caranya mengasuh yang tidak adekuat, gugup ketika menggendong atau memegang anak, dan pesan yang berubah. Cara mengkomunikasikan ansietas dari individu yang satu kepada individu yang lain disebut empati. Ansietas yang ditunjukkan oleh bayi atau anak dapat mengakibatkan disfungsi, misalnya kegagalan untuk mencapai tugas perkembangan yang sesuai dengan usia. Pada individu dewasa, ansietas muncul dari kebutuhan individu tersebut untuk menyesuaikan diri dengan norma dan nilai kelompok budayanya. Semakin tinggi ansietas, semakin rendah kemampuan untuk mengkomunikasikan dan menyelesaikan masalah dan semakin besar pula kesempatan untuk terjadi gangguan ansietas. 11

Menurut Sulivan dalam Sulistiawati, (2005), mengemukakan bahwa kecemasan timbul akibat ketidak mampuan untuk berhubungan interpersonal dan sebagai akibat penolakan.Kecemasan bisa dirasakan bila individu mempunyai kepekaan lingkungan. Kecemasan pertama kali ditentukan oleh hubungan ibu dan anak pada awal kehidupannya, bayi berespon seolah-olah ia dan ibunya adalah satu unit. Dengan bertambahnya usia, anak melihat ketidaknyamanan yang timbul akibat tindakan sendiri dan diyakini bahwa ibunya setuju atau tidak setuju dengan perilaku itu. Adanya trauma seperti perpisahan dengan orang berarti atau kehilangan dapat menyebabkan kecemasan pada individu. Kecemasan yang timbul pada masa berikutnya muncul pada saat individu mempersepsikan bahwa ia akan kehilangan orang yang dicintainya. Harga diri seseoarang merupakan faktor penting yang berhubungan dengan kecemasan .Orang yang mempunyai predisposisi mengalami kecemasan adalah orang yang mudah terancam, mempunyai opini negatif terhadap dirinya atau meragukan kemampuannya.(Susilawati, 2005) Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan

interpersonal.Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik.Orang dengan harga diri rendah terutamamudah mengalami perkembanganansietas yang berat. (Stuart & Sundeen, 1998) c. Teori Perilaku Ahli teori perilaku memandang ansietas sebagai suatu yang dipelajari melalui pengalaman iindividu. Sebaliknya, perilaku dapat diubah atau dibuang melalui pengalaman baru. Ahli teori perilaku percaya bahwa individu dapat memodifikasi perilaku maladaptif tanpa memahami penyebab perilaku tersebut. Mereka menyatakan bahwa perilaku yang 12

mengganggu, yang berkembang dan mengganggukehidupan individu dapat ditiadakan atau dibuang melalui pengalaman berulang yang dipandu oleh seoarang ahli terapi terlatih. (Vedebeck, 2008) Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi akibat berbagai hal yang mempengaruhi individu dalam mencapaitujuan yang diinginkan misalnya memperoleh pekerjaan, berkeluarga, kesuksesak dalam sekolah.Perilaku merupakan hasil belajar dari pengalaman yangpernah dialami. Kecemasan dapat juga muncul melalui konflik antara dua pilihan yang saling berlawanan dan individu harus memilih salah satu. Konflik menimbulkan kecemasan dan kecemasan akan meningkatkan persepsi terhadap konflikdengan timbulnya perasaan ketidakberdayaan. Konflik muncul dai dua kecenderungan yaitu approach dan avoidance. Approach merupakan kecenderungan untuk melakukan atau

menggerakkan sesuatu. Avoidance adalah kebalikannya yaitu tidak melakukan atau menggerakkan sesuatu melalui sesuatu.(Susilawati, 2005) Menurut pandangan perilaku ansietas merupakanproduk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan llebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya. (Stuart & Sundeen, 1998) d. Teori Keluarga Studi pada keluarga dan epidemiologi memperlihatkan bahwa kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan sifatnya heterogen.(Susilawati, 2005).

13

Kajian

keluarga

menunjukkan

bahwa

gangguan

ansietas

merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.(Stuart & Sundeen, 1998:). e. Teori Biologik Otak memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepin, reseptor tersebut berfungsi membantu regulasi kecemasan. Regulasi tersebut berhubungan dengan aktivitas neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang memmngontrol aktivitas neuron dibagian otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan. Bila GABA bersentuhan dengan sinaps dan berikatan dengan reseptor GABA pada membran postsinaps akan membuka saluran/pintu reseptor sehingga terjadi perpindahan ion. Perubahan ini akan mengakibatkan eksitasi sel dan memperlambat aktivitas sel. Teori ini mmenjelaskan bahwa individu yang sering mengalami kecemasan mempunyai masalah dengan proses

neurotransmiter ini. Mekanisme koping juga dapat terganggu karena pengaruh toksik, defisiensi nutrisi, menurunnya suplai darah, perubahan hormon dan sebab fisik lainnya.Kelelahan dapat meningkatkaniritabilitas dan perasaan cemas.(Susilawati, 2005)

14

6. Dampak Kecemasan Tabel 2.2 menyajikan respon perilaku, kognitif, dan afektif terhadap dampak atau ansietas lanjutan.

Tabel 2.2: respon prilaku, kognitif, dan efektif terhadap ansietas-lanjutan Sistem Kognitif-lanjutan Respons Takut pada gambaran visual Takut cedera atau kematian Kilas balik Mimpi buruk Mudah terganggu Tidak sabar Gelisah Tegang Gugup Ketakutan Waspada Kengerian Kekhawatiran Kecemasan Mati rasa Rasa bersalah Malu Sumber : (Stuart, 2006)

Afektif

7. Penatalaksanaan Ansietas Menurut Hawari, (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut : a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara : 1) Makan makan yang bergizi dan seimbang 2) Tidur yang cukup. 3) Cukup olahraga.

15

4) Tidak merokok. 5) Tidak meminum minuman keras. b. Terapi psikofarmaka. Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam. c. Terapi somatic Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obatobatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan. d. Psikoterapi 1) Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain : Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri. 2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan. 3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor. 4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat. 5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa 16

seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan. 6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung. e. Terapi psikoreligius Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

B. Asuhan Keperawatan Dengan Ansietas 1. Pengkajian Keperawatan Menurut Stuart (2006) pengkajian pada kecemasan terdiri atas : a. Perilaku Ansietas dapat diekpresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan ansietas. Intensitas perilaku meningkatkan sejalan dengan pengkatan ansietas. b. Faktor Predisposisi Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas. 1) Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional dorongan insting dan inpuls primitif, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemenyang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. 2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan 17

kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami ansietas yang berat. 3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkam ansietas pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang ansietas pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang ansietas sebagai pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan mereka meyakini adanya hubungan timbal balik timbal balik antara konflik dan ansietas ; konflik ansietas tidak menimbulkan, yang dan ansietas gilirannya

menimbulkan

perasaan

berdaya,

pada

meningkatkan konflik yang dirasakan. 4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam keluarga. Ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan depresi. 5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan

neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas. Selain itu, kesehatan umum individu yang diriwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi ansietas. Ansietas muungkin disertai dengan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stresor.

18

c. Stresor Pencetus Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan eksternal. Stressor dapat dikelompokkan dalam dua kategori : 1) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas akan sehari-hari. 2) Ancaman terhadap system diri dapat membahayakan identitas, harga diri, fungsi social yang terintegrasi pada individu. d. Penilaian stressor Pemahaman tentang ansietas perlu integrasi banyak faktor, termasuk pengetahuan dari perspektif psikoanalisa, interpersonal, perilaku, genetik, dan biologis. Penilaian mendorong pengkajian perilaku dan persepsi pasien dalam mengembangkan intervensi keperawatan yang tepat.Penilaian juga menunjukkan berbagai faktor penyebab dan menekankan hubungan timbal balik antar faktor-faktor tersebut dalam menjelaskan perilaku yang terjadi. Dengan demikian, pemahaman yang benar tentang ansietas bersifat holistik. f. Sumber koping Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan. Sumber koping tersebutr yang berupa modal ekonomi, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya dapat membantu individu mengintegrasikan

pengalaman menimbulkan stres dan mengadopsi strategi koping yang berhasil. g. Mekanisme koping Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya; ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang biasa digunakan individu untuk 19

mengatasi ansietas ringan cenderung tetap dominan ketika ansietas menjadi lebih intens. Ansietas ringan sering ditanggualangi tanpa pemikiran yang sadar. Ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping: 1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stres secara realistis. a) Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau

mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. b) Perilaku menarik diri digunakan untuk menjauhkan diri dari sumber ancaman, baik secara fisik maupun psikologis c) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasa dilakukan individu, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal. 2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringandan sedang. Tetap karena mekanisme tersbut berlangsung secara relative pada tingkat tiak sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, mekanisme ini dapat menjadi respon maladaptif terhadap stress.

2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan jiwa pada pasien yang mengalami ansietas menurut NANDA dalam Stuart, (2006) ialah sebagai berikut : a. Penyesuaian, gangguan b. Ansietas* c. Pola ketidakefektifan d. Komunikasi, verbal 20 hambatan pernafasan, e. Konfusi, akut f. Koping, ketidakefektifan* g. Koping ketidakefektifan h. Diare i. Ketakutan* komunitas,

j. Pemeliharaan ketidakefektifan k. Cedera, resiko

kesehatan,

q. Sindrom

stres

akibat

perpindahan, resiko r. Harga diri, resiko rendah situasional s. Persepsi sensori, gangguan t. Pola tidur, gangguan u. Interaksi sosial, hambatan v. Proses pikir, gangguan w. Eliminasi urine, gangguan

l. Memori, kerusakan m. Nutrisi, ketidakseimbangan n. Sindrom pascatrauma o. Ketidakberdayaan p. Ketidakberdayaan, resiko

3. Rencana Keperawatan Intervensi keperawatan menurut NIC dan NOC, (2006): a. Ansietas 1) Batasan karakteristik: a) Gelisah b) Insomnia c) Kontak mata buruk d) Gerakan berlebihan e) Perasaan tidak adekuat f) Marah g) Khawatir h) Suara brgemetar 2) Tujuan dan kriteria evaluasi a) Kecemasan berkurang, dibuktikan dengan menunjukkan kontrol agresi, kontrol kecemasan, koping, kontrol impuls, penahanan mutilasi diri secara konsisten, dan secara substansial menunjukkan keterampilan interaksi sosial yang efektif.

21

b) Menunjukkan control kecemasan, dibuktikan dengan indikator pendemonstrasia sebagai berikut (dengan ketentuan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau secara konsisten) : Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress a) Mempertahankan penampilan peran b) Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori c) Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik d) Manifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada. 3) Intervensi: 1) Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien 2) Pengurangan kecemasan dengan carameminimalkan

kekhawatiran, ketakutan berprasangkan atau rasa gelisah yang dikaitkan dengan sumber bahaya yang tidak dapat diidentifikasi dari bahaya yang diantisipasi 3) Instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi 4) Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan 5) Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengurangi ansietas.

b. Gangguan Identitas Pribadi 1) Batasan karakteristik: a) perubahan pada keterlibatan sosial b) meluasnya batasan tubuh untuk melibatkan objek lingkungan c) perilaku merasa dirinya besar 2) Faktor yang berhubungan dengan: a) Penyakit kronis b) Nyeri kronis c) Defek kongenital 22

d) Gangguan psikologis e) Krisis situasi 3) Tujuan : tidak terjadi lagi gangguan identitas pribadi 4) Kriteria Hasil : klien mengurangi atau mengendalikan pikiran dan perilaku yang berulang 5) Intervensi: a) Ajarkan pada klien tentang teknik mengikat kecemasan bila ia kembali teringat akan hal-hal yang mengancam klien terlalu berlebihan R/: Dengan menceritakan dan meminta pendapat pada orang dapat mengurangi kecemasan. b) Dukung pengambilan keputusan R/: Pemberian informasi dan dukungan untuk pasien yang membuat keputusan tentang perawtan ksehatan. c) Dukung pencapaian harga diri R/: Membantu pasien untuk meningkatkan penilaian pribadi tentang harga diri.

c. Gangguan Harga Diri 1) Batasan karakteristik: a) Mengungkapkan rasa malu b) Mengungkapkan rasa negatif diri c) Menyangkal permasalahan yang nyata d) Ragu-ragu untuk mencoba hal/situasi baru e) Merasionalkan kegagalan diri f) Kesulitan dalam membuat keputusan

g) Tidak mau bekerja sama dalam terapi h) Kurangnya kontak mata 2) Tujuan : tidak terjadi gangguan harga diri 23

3) Kriteria hasil : klien menggunakan berbagai strategi koping untuk mengurangi kecemasan 4) Intervensi: a) Dorong klien melakukan aktivitas yang disukainya R/: hal ini akan membatasi kemungkinan klien menggunakan mekanisme koping yang tidak adekuat dan meningkatkan partisipasi dan perasaan puas. b) Bantu pengendalian marah dengan cara adaptif R/: memberikan rasa puas pada klien c) Manipulasi lingkungan fisik untuk meningkatkan keamanan. R/: memberikan keamanan dan kenyamanan pada klien.

Intervensi keperawatan menurut Doenges, Townsend dan Mooerhouse, (2007) ialah sebagai berikut : a. Ansietas (berat) /ketidakberdayaan Intervensi Mandiri Bentuk dan pertahankan hubungan percaya melaluipenggunaan kehangatan, empati, dan menghargai.Beri waktu yang adekuat untuk berespons.Komunikasikan dukungan ekspresi diri klien. Waspada terhadap setiap perasaan negatif dancemas yang dapat dialami perawat karenaresistensi klien secara sadar atau tidak sadarterhadap usaha perawat untuk menolong. Rasional Klien dapat menerima perawat sebagai suatuancaman yang dapat meningkatkan ansietas klien.Perilaku mendampingi dapat meningkatkankenyamanan klien selama terlibat dengan perawat. Reaksi negatif pada klien akan menghalangikemajuan ke depan. Ansietas "mudah menular",dan perawat perlu mengenali dan mengendalikanansietasnya sendiri.

Identifikasi perilaku klien yang dapat perkembangan dan menimbulkanansietas pada perawat. Gali Meningkatkan sertamembantu klien perilaku ini denganklien setelah perubahan menyadari bagaimana perilakunya membentuk hubungan. memengaruhi orang lain.

24

Gunakan indikasi.

konfrontasi

suportif

sesuai

Buat klien mengidentifikasi dan menggambarkan sensasi rasakan emosi dan fisik. Bantu klien menghubungkan perilaku dan perasaan. Validasi semua kesimpulan dan asumsi dengan klien.

Konfrontasi dapat digunakan jika kemajuan klienterhenti tetapi ansietas dapat meninggi padatingkat yang dapat mengganggu proses terapi.Oleh karena itu, harus digunakan dengan hati-hati. Untuk mengadopsi respons koping baru, penurunanansietas "5 R" dapat digunakan. Kebutuhan pertamaklien untuk MENGENALI (recognize) ansietas dan' waspada terhadap perasaan, bagaimana mereka menghubungkan pada respons koping maladaptif tertentu, dan tanggung jawabnya dalam mempelajari perilaku kontrol.

Klien cemas tidak berpikir dengan jernih, dan memulai dengan topik sederhana Bantu untuk menggali masalah konflik atau meningkatkan tingkat kenyamanan, dengan memulai topik yang tidak meningkatkan rasa keberhasilan dan mengancam dan kembangkan pada topik kemajuan. yang lebih bermuatan konflik. Ansietas sedang mungkin produktif/muncul pada klien, tetapi Pantau tingkat ansietas dalam interaksi tingkat ansietas yang terlalu tinggi perawat/ klien yang sedang dijalani. dapat mengganggu interaksi dan kemampuan untuk memberi informasi. Setelah klien mengenali perasaan ansietas, pemeriksaan tentang terbentuknya ansietas (mis. apa yang mencetuskan ansietas, kekuatan stresor) dan sumber-sumber apa yang tersedia dapat membantu klien mengembangkan keterampilan koping baru. Menulis terapeutik berguna untuk menurunkan ansietas sekaligus klien mempelajari ansietas yang ada, membuat ansietas lebih nyata/ dapat dikendalikan. Memberi klien pengendalian terhadap

Bantu klien mengidentifikasi situasi dan interaksi segera sebelum terjadi ansietas. Anjurkan klien mempunyai "catatan ansietas" yang berfokus pada perasaan dan apa yang terjadi pada lingkungan saat timbul perasaan cemas.

Bantu klien menghubungkan penyebab dan

25

efek antara stresor dan ansietas.

situasi. Meningkatkan perasaan kekuatan jika klien dapat mengidentifikasi penyebab ansietas. Perasaan ansietas dapat menjadi "melambung- bebas", dapat mencetuskan satu masalah setelah masalah lain, dan klien perlu mengenali hal ini sehingga dapat menghadapi ansietas tersebut. Memberi kesempatan bagi klien untuk membuat hubungan antara kejadiankejadian ini dan menimbulkan ansietas pada saat ini, meningkatkan pengalaman wawasan dan belajar. Meningkatkan rasa percaya pada kemampuan sendiri dalam menghadapi stres. Klien mampu mempelajari respons koping adaptif yang baru dengan menganalisis mekanisme koping yang digunakan sebelumnya, mengidentifikasi sumber- sumber yang ada, dan menerima tanggung jawab personal untuk berubah, MENYINGKIRKAN (removing) ancaman stresor yang melatarbelakangi ansietas secara efektif. (Rujuk pada DK: Koping, Individu, ketidakefektifan.)

Perhatikan jika keluhan ansietas pindah dari satu masalah ke masalah lain (mis. uang, kesehatan, hubungan), dan bantu klien mengenali apa yang sedang terjadi. Kaitkan pengalaman saat ini dengan pengalaman yang relevan dari masa lalu. Tanyakan pertanyaan seperti, "Apakah kamu mengenali hal tersebut? Apa hal tersebut mengingatkanmu pada masa lalu?" Gali bagaimana klien menghadapi ansietas di masa lalu dan metode apa yang dapat memulihkannya. Anjurkan penggunaan respons koping adaptif yang berhasil di ,masa lalu.

Libatkan orang terdekat sebagai sumber Jika seseorang merasa tidak sendiri, dan dukungan sosial dalam membantu klien perasaan ini dapat mempertinggi kemampuan koping. Selain itu, karena belajar respons koping baru. ansietas dapat memiliki basis interpersonal, keterlibatan orang terdekat dapat mempertinggi keterampilan klien dalam membuat suatu hubungan. HUBUNGAN (relationship) dapat meningkatkan dukungan, bantuan, dan jaminan,yang memungkinkan penggunaan orang lain sebagai sumber bukan menggunakan perilaku menarik diri sebagai koping.

26

Minta klien untuk mengingat saat ia membayangkan hal yang terburuk dan hal tersebut tidak terjadi. Fokuskan perhatian pada situasi tersebut.

Mungkin berguna untuk membantu klien memahami dinamika pikiran negatif dan hubungannya dengan perasaan ansietas. Mengganti pemikiran negatif dengan pemikiran positif atau menenangkan, dapat bermanfaat dalam menghentikan siklus pemikiran negatif.

Anjurkan dan dukung pemikiran yang lebih realistik, mis. "Saya tidak tahu pasti bahwa .... akan terjadi." "Apa pun yang terjadi, saya dapat menanganinya." "Saya tidak khawatir pada saat ini dan saya akan memikirkan sesuatu yang menenangkan." Tetap berfokus pada tanggung jawab terhadap perubahan pada klien.

Meningkatkan perasaan pengendalian diri dan harga diri. MELAKUKAN-KEMBALI (reengagement) memberi waktu bagi klien untuk mengidentifikasi/ menerapkan dan melatih respons koping adaptif yang baru dan menjadi nyaman dalam menggunakan koping tersebut. Tujuan yang ada mungkin terlalu kaku dan mungkin telah membuat klien mengalami ansietas yang dapat dihindari dengan mengubah perilaku/respons. Energi yang berlebih diisi dengan cara yang sehat melalui latihan fisik. Efek biokimia terapi olahraga menurunkan perasaan ansietas.

Hadapkan klien perlahan pada situasi pencetusansietas; gunakan bermain peran yang sesuai.

Bantu untuk mengevaluasi ulang tujuan, modifikasi perilaku, gunakan sumber-sumber, uji respons koping baru. Bentuk program aktivitas regular.

Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi (mis. meditasi, masase, teknik napas dalam, olahraga, imajinasi terbimbing, dan biofeedback).

RELAKSASI (relaxation) adalah teknik manajeman stres pokok karena relaksasi dapat menurunkan denyut jantung, menurunkan metabolisme, dan menurunkan laju pernapasan. Respons relaksasi merupakan lawan fisiologis respons ansietas.

27

Kolaborasi Beri obat sesuai indikasi, mis. buspiron (BuSpar), benzodiazepin, mis. alprazolam (Xanax), klonazepam (Klonopin), klorazepat (Tranxene), kloridiazepoksid (Librium), diazepam (Valium), oksazepam (Serax).

Ansiolitik memberi pemulihan dari efek imobilisasi ansietas. BZD memiliki Sedikit efek samping, umumnya ditoleransi dengan baik, memiliki laju awitan yang agak cepat, dan tidak merusak tidur. Catatan: Jika ansietas dikaitkan Dengan depresi,.agens ansietas saja dapat memulih- kan gejala. Tidak seperti BZD, BuSpar tidak menimbulkan adiksi, memiliki awitan kerja yang lambat (10 hari-2 minggu), dan harus digunakan secara regular (bukan PRN).

b. Koping individu, ketidakefektifan Intervensi Mandiri Kaji kapasitas fungsi saat ini, kembangkan tingkat fungsi, dan tingkat koping. Tentukan mekanisme pertahanan yang digunakan (mis. penolakan, represi, konversi, disosiasi, pembentukan reaksi, tidak melakukan apa-apa, displacement atau proyeksi). Dengan mengetahui bagaimana kemampuan koping klien yang dipengaruhi oleh kejadiankejadian sekarang menentukan kebutuhan/tipe intervensi. Individu cenderung regresi selama sakit/ krisis dan membutuhkan penerimaan dan dukungan untuk mencapai/meningkatkan kemampuan koping. Bagaimana klien dapat menangani masalah masa lalu merupakan alat prediksi yang reliabel tentang bagaimana masalah masa kini akan ditangani. Zat sering digunakan sebagai mekanisme koping untuk mengendalikan ansietas dan dapat mengganggu kemampuan klien untuk menghadapi situasi saat ini. Memberi gambaran situasi klien yang akurat dan menghindari evaluasi yang 28 Rasional

Identifikasi metode koping sebelumnya terhadap masalah kehidupan. Tetapkan adanya penggunaan zat (mis. alkohol, obat-obat lain; kebiasaan merokok; pola makan).

Observasi dan jelaskan perilaku secara objektif. Validasi hasil observasi dengan

klien jika mungkin. Perhatikan adanya keluhan fisik.

menghakimi.

Orang yang cemas dapat mengalami peningkatan masalah somatik. (Rujuk pada MK: Gangguan Somatoform.) Kaji sindrom ketegangan pramenstruasi, jika diindikasikan. Peningkatan progesteron dapat menyebabkan peningkatan ansietas pada wanita selama fase luteal siklus menstruasi. Meningkatkan harga diri dan nilai-nilai keyakinan dan mengklarifikasi pandangan klien terhadap situasi yang ada.

Mendengar-aktif masalah klien dan identifikasi persepsi tentang apa yang sedang terjadi.

Hadapi perilaku klien dalam konteks hubungan saling percaya, tunjukkan perbedaan antara katakata dan tindakan, Membantu klien mewaspadai realitas akibat status ansietas. jika sesuai. Bantu klien mengidentifikasi efek maladaptif mekanisme koping yang sekarang.

distorsi

Meningkatkan pemahaman hubungan Beri informasi tentang cara lain tentang apa yang individu lakukan untukmenghadapi situasi yang terhadap akibat-akibat yang tidak meningkatkan perasaan cemas (mis. diinginkan. pengenalan dan ekspresi perasaan yang Memberi kesempatan bagi klien untuk sesuai dan keterampilan penyelesaian belajar keterampilan koping baru dan memasukkan koping ini dalam gaya masalah). Gunakan teknik bermain peran dan berlatih hidupnya. sesuai indikasi. Meningkatkan latihan keterampilan baru dalam lingkungan yang tidak mengancam.

Anjurkan dan dukung klien dalam mengevaluasi gaya hidup, perhatikan aktivitas dan stres dalam situasi keluarga, Membantu klien melihat area sulit yang kerja, dan sosial. dapat berkontribusi terhadap timbulnya ansietas dan membuat perubahan secara

29

Buat klien mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan panjang yang dapat dicapai, prioritaskan berdasarkan kebutuhan individu klien dan kebutuhan waktu yang realistik.

bertahap tanpa menimbulkan ansietas yang tidak semestinya/ memperburuk ansietas. Membantu memberi arahan, Memungkinkan evaluasi kemajuan, meningkatkan perasaan berhasil saat tujuan tercapai. Tujuan yang tidak realistik membuat klien merasa gagal dan menguatkan perasaan tidak berdaya.

Rekomendasikan pembagian tugas dalam unit-unit yang dapat ditangani. Biarkan klien mengetahui bahwa tidak apa-apa Fokus pada pencapaian tujuan dengan untuk berkata "Tidak" untuk kerja langkah- langkah kecil. Memperbolehkan klien menolak melakukan tindakan lebih tambahan/komitmen lain. dari yang dapat ditangani klien membebaskan individu dari tambahan stresor, meningkatkan kemungkinan keberhasilan. Sarankan untuk menyederhanakan lingkungan kerja; menyela periode stres dengan istirahat untuk relaksasi. Mempertinggi keterampilan koping dengan menurunkan distraksi, meningkatkan rasa kendali, dan memungkinkan individu kembali pada Tekankan pentingnya strukturisasi kehidupan tugasnya dengan bersemangat. untuk memberi latihan/tidur yang adekuat, aktivitas pengalih, dan nutrisi. Strukturisasi kehidupan memberi perasaan aman bagi klien cemas. Meningkatkan gaya hidup dengan sedikit tekanan hidup, meningkatkan perasaan sehat secara umum Kolaborasi dan kemampuan koping. Rujuk pada sumber-sumber di luar (mis. kelompok pendukung, psikoterapi/ konselor, penasihat spiritual, konseling Mungkin perlu bantuan penunjang atau seksual) sesuai indikasi. pendukung untuk mempertahankan penyembuhan/pengendalian.

c. Gangguan pola tidur Intervensi Rasional

30

Mandiri Tentukan tipe gangguan pola tidur yang terjadi,meliputi waktu tidur biasanya, ritual/rutinitas,jumlah waktu tidur, waktu bangun, keadaanlingkungan, dan seberapa besar masalah tersebutbagi klien. Sediakan lingkungan yang sunyi, tindakan yangmembuat nyaman (mis. masase punggung,membasuh tangan/wajah, mandi), dan bantuantidur, seperti susu hangat. Batasi penggunaan kafeindan alkohol sebelum waktu tidur. Diskusikan penggunaan teknik/pemikiran relaksasi,visualisasi. Identifikasi situasi individu dan derajat gangguanfungsi menentukan kebutuhan intervensi/intervensiyang sesuai.

Meningkatkan relaksasi dan pengantar untuk tidu-. Efek stimulasi kafein/alkohol mengganggukemampuan untuk tidur.

Meningkatkan penurunan perasaan cemas,menyebabkan peningkatan tidur/istirahat. Mempunyai rencana dapat menurunkan ansietaskarena tidak dapat tidur.

Anjurkan cara menangani keterjagaan/tidak tidur(mis. jangan berbaring di tempat tidur dan berpikir,tetapi bangun dan tetap tidak aktif, atau melakukansesuatu yang membosankan). Libatkan klien dalam program olahraga, hindariolahraga 2 jam sebelum waktu tidur. Hindari penggunaan mungkin. sedatif,

Aktivitas fisik tepat menjclang waktu tidurmempersulit klien terlelap.

jika Obat sedatif mengganggu tidur REM dan memengaruhi kualitas istirahat. Efek yang menumpuk dapat menyebabkan sering bermimpi, bermimpi buruk, dan lebih mengganggu tidur.

Kolaborasi Eeri obat sesuai indikasi, mis. zolpidem Meskipun obat direkomendasikan hanya (Ambien). untuk penggunaan jangka pendek, obat mungkin bermanfaat sampai intervensi

31

terapeutik lain berhasil.

d. Koping keluarga ; ketidakefektifan, resiko Intrvensi Mandiri pemahaman tentang Kaji informasi yang diterima dan dipahami Kurangnya perilaku klien dapat menyebabkan keluarga/orang terdekat. disfungsi pola interaksi, yang berkontribusi terhadap munculnya ansietas pada anggota keluarga. Identifikasi peran klien dalam keluarga dan bagaimana penyakit telah mengubah organisasi keluarga (mis. ibu yang tidak dapat mempertahankan pekerjaan rumah tangga, ayah yang tidak pergi bekerja). Perhatikan faktor lain di samping penyakit (mis. ansietas, gangguan kepribadian) yang dapat memengaruhi kemampuan anggota keluarga untuk memberi dukungan yang diperlukan. Derajat ketidakmampuan yang dialami klien yang mengganggu penampilan peran keluarga biasanya dapat berkontribusi terhadap stres/disorganisasi keluarga. Teori sistem mengemukakan bahwa anggota keluarga lain juga memperlihatkan perilaku disfungsi, di samping klien merupakan "pasien yang teridentifikasi". Rasional

Membantu keluarga memahami dan Diskusikan alasan yang melatarbelakangi menerima perilaku yang mungkin sulit perilaku k l i e n . untuk ditangani. Bantu keluarga dan klien memahami siapa yang "memiliki" masalah dan siapa yang bertanggung jawab untuk penyelesaiannya. Dorong pengembangan keterampilan penyelesaian masalah. Kolaborasi Meningkatkan tanggung jawab dalam mengetahui siapa yang memiliki masalah dan siapa yang harus menyelesaikannya. Individu dapat meminta bantuan, tetapi yang lain jangan menyelamatkan atau berusaha untuk menyelesaikannya untuk individu tersebut.

Membantu keluarga mempelajari caraRujuk pada sumber yang tepat sesuai indikasi cara baru untuk menghadapi konflik dan (mis. konseling, psikoterapi; penasehat menurunkan situasi pencetus ansietas. finansial, rohaniwan). Mungkin memerlukan bantuan penunjang untuk mempertahankan integritas

32

keluarga.

4. Evaluasi Evaluasi perencanaan perawatan harus dibuat per individu. Pengkajian yang berkesinambungan memberi data untuk menentukan apakan hasil akhir klien dicapai. Persepsi klien tentang keberhasilan tetapi juga berperan dalam evaluasi. Walaupun semua hasil dicapai, perawat harus menanyakan apakah klien merasa nyaman atau puas dengan kualitas hidupnya. Menurut Stuart (2007) evaluasi keperawatan ialah sebagai berikut : 1) Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri pasien telah berkurang sifat, jumlah, asal. Atau waktunya? 2) Apakah perilaku pasien mencerminkan ansietas ingkat ringan atau kurang adekuat? 3) Apakah sumber koping pasien telah dikaji dan dimobilisasi dengan adekuat? 4) Apakah pasien mengenali ansietasnya sendiri dan memahami perasaan tersebut? 5) Apakah pasien menggunakan respon koping adaftif? 6) Apakah pasien mempelajari strategi adaftif yang baru untuk mngurangi ansietas? 7) Apakah pasien meggunakan ansietas ringan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perubahan personal?

33

BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan Kecemasan merupakan respons individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan seharihari. Kecemasan biasa terjadi dimana saja, dimana seseorang merasakan perasaan berdaya atau tidak berdaya. Kecemasan dapat dibagi dalam empat tingkatan, yaitu: ringan, sedang, berat dan panik. Setiap tingkat menyebabkan respon kognitif, psikomotor dan fisiologis yang tidak nyaman, misalnya kesulitan berfikir logis, peningkatan aktivitas motorik agitas, dan peningkatan tanda-tanda vital. Untuk mengurangi perasaan yang tidak nyaman individu mencoba untuk mengurangi tingkat ketidaknyamanan tersebut dengan melakukan perilaku adaptif yang baru atau mekanisme pertahanan. Dan bila individu tidak mampu untuk menyelesaikan ansietas yang ia alami maka akan mengalami pergeseran status sehat, hal inilah yang dapat menimbulkan suatu masalah. Peran perawat sangat penting untuk membantu klien yang mengalami ansietas, dengan mengkaji secara komperhensif dan memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan.

B. Saran 1. Mahasiswa keperawatan sebaiknya memahami dan mengetahui konsep dan askep ansietas guna unttuk mengaplikasikan dalam memberikan pelayanan kepada pasien. 2. Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara teoritis maupun praktek tentang asuhan kecemasan agar dapat menerapkan dan memberikan pelayanan yang efektif kepada pasien dan keluarga yang mungkin mengalami kecemasan dan dapat memberikan pendidikan dan penyuluhan tentang ansietas untuk dapat menghilangkan atau mengurangi tingkat ansietas pasien. 34

3.

Keluarga dapat memberikan suasana dan lingkungan yang kondusif terhadap anggota keluarganya yang mengalami ansietas, dan memberikan dukungan yang konstruktif.

35

DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, Marilynn, dkk. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan psikiatri, ed 3. Jakarta. EGC.

Judith M. Wilkinson. 2006. Buku Saku Diaognosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.jakarta: EGC . Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. ( 2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Struart, G.W dan sandra J. Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperewatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Vedebeck, Sheila. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

36