Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang
kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, Orang lazim
menyebutnya sebagai penyakit gula atau kencing manis. Sebelum
menjelaskan lebih lanjut soal penyebab dan cara perawatan pasien diabetes
melitus ada baiknya kita simak dulu definisi mengenai diabetes melitus itu
sendiri. Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah
penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal
(hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun
relatif. (Wikipedia, diakses juli 2015)
Menurut data organisasi Persatuan Rumah Sakit di Indonesia (PERSI)
tahun 2008, Indonesia kini menempati urutan ke 4 terbesar dalam jumlah
penderita diabetes mellitus di dunia. Pada 2006, jumlah penderita DM di
Indonesia mencapai 14 juta orang.
Klasifikasi DM menurut WHO dibagi menjadi beberapa tipe. Yang
pertama yaitu DM tipe 1 dimana secara etiologi terjadi destruksi sel beta,
umumnya menjurus kepada defisiensi insulin absolute, terjadi auto imun
serta idiopati. Yang kedua adalah DM tipe 2 secara etiologi bervariasi
mulai dari dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative
sampai yang terjadi defek sekresi insulin disertai resistensi insulin. Yang
ketiga adalah DM Gestasional yaitu diabetes yang terjadi pada saat
kehamilan atau karena berat bayi yang dilahirkan lebih. Dan selanjutnya
adalah DM tipe lainnya dimana terjadi defek fungsi sel beta, defek genetik
kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau
zat kimia, adanya infeksi, sebab imunologi yang jarang, serta sindrom
genetic lain yang berkaitan dengan DM, (Soegondo, 2009).
1
Page 2
Menurut ADA (American Diabetes Association), secara garis besar
komplikasi diabetes melitus dibagi 2 yaitu: komplikasi metabolik dan
komplikasi vascular jangka panjang. Komplikasi metabolik yang yang
paling sering ditemui adalah pada DM tipe 1 yaitu ketoasidosis diabetik
(DKA), yang ditandai dengan adanya hiperglikemi (gula darah > 300
mg/dl), asidosis metabolik akibat penimbunan benda keton dan diuresis
osmotik. Sedang komplikasi vaskuler jangka panjang melibatkan
pembuluh-pembuluh darah kecil (mikroangiopati) di antaranya retinopati
diabetik, nefropati diabetik, neuropati diabetik, dan komplikasi pembuluh
darah sedang maupun besar (makroangiopati) antara lain aterosklerosis,
ganggren pada ekstremitas dan stroke akibat DM.
Penulis memilih makalah Diabetes Melitus Tipe 1 sebagai materi yang
akan dibahas karena selain untuk menambah pengetahuan kepada
pembaca, juga dapat memberikan pengetahuan pada mahasiswa tentang
bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes
Melitus Tipe 1.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep dasar penyakit diabetes mellitus
b. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus
1.3 Tujuan
Adapun Tujuannya Yaitu :
a. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit diabetes mellitus
b. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien diabetes
mellitus
1.4 Manfaat
a. Kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui mulai dari definisi,
penyebab, patofisiologi, tanda dan gejala, Penatalaksanaan dari
diabetes mellitus.
2
Page 3
b. Selain kami juga dapat mengetahui Asuhan Keperawatan dari Kasus
Diabetes Mellitus.
3
Page 4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Penyakit
a. Konsep Dasar Patologis
Diabetes mellitus adalah sindrom oleh ketidak seimbangan antara
tuntutan dan suplai insulin. Sindrom ini ditandai oleh hiperglikemia
dan berkaitan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein. Abnormalitas metabolik ini mengarah pada
perkembangan bentuk spesifik komplikasi ginjal, okular, neurologik
dan kardiovaskular.
b. Pengertian DM Tipe 1
DM tipe-1 adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan
metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik.
Keadaan ini diakibatkan oleh kerusakan sel-β pankreas baik oleh
proses autoimun maupun idioptaik sehingga produksi insulin
berkurang bahkan terhenti. (Tridjaja, Bambang. 2009)
Diabetes mellitus tipe 1 terjadi disebabkan oleh karen kerusakan sel β-
pankreas. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh proses
autoimun maupun idiopatik. Pada DM tipe 1 sekresi insulin berkurang
atau terhenti. (Rustama DS, dkk. 2010).
Jadi kesimpulannya diabetes melitus tipe 1 merupakan suatu penyakit
yang terjadi karena kerusakan sel β-pankreas yang menyebabkan
terjadinya gangguan metabolisme glukosa yang ditandai oleh
hiperglikemia kronik.
4
Page 5
c. Etiologi DM Tipe 1
1) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya DM tipe 1. Kecenderungan ini ditemukan pada individu
yang memiliki tipe antigen HLA.
2) Faktor-faktor imunologi
Adanya respon autoimun yang merupakanrespon abnormal dimana
antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Yaitu autoantibody terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
d. Patofisiologi DM tipe 1
Diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang
menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan
predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang
menyerang antigen sel B pankreas. Faktor ekstrinsik yang diduga
mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang disebabkan oleh
virus, seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4,
oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan
antibodi yang dirilis oleh imunosit yang disensitisasi. Suatu kerusakan
genetis yang mendasari yang berhubungan dengan replikasi atau
fungsi sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya
kegagalan sel B setelah infeksi virus. Lagipula, gen-gen HLA yang
khusus diduga meningkatkan kerentanan terhadap virus diabetogenik
atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang merespon sistem imun
tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi pada pasien
sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets of
Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi.
5
Page 6
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan
dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul
ketika pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu
memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada
sama sekali. Penurunan jumlah insulin menyebabkan gangguan jalur
metabolik antaranya penurunan glikolisis (pemecahan glukosa
menjadi air dan karbondioksida), peningkatan glikogenesis
(pemecahan glikogen menjadi glukosa), terjadinya glukoneogenesis.
Glukoneogenesis merupakan proses pembuatan glukosa dari asam
amino , laktat , dan gliserol yang dilakukan counterregulatory
hormone (glukagon, epinefrin, dan kortisol). Tanpa insulin , sintesis
dan pengambilan protein, trigliserida , asam lemak, dan gliserol dalam
sel akan terganggu. Aseharusnya terjadi lipogenesis namun yang
terjadi adalah lipolisis yang menghasilkan badan keton.Glukosa
menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat
diangkut ke dalam sel. Kadar glukosa lebih dari 180mg/dl ginjal tidak
dapat mereabsorbsi glukosa dari glomelurus sehingga timbul
glikosuria. Glukosa menarik air dan menyebabkan osmotik diuretik
dan menyebabkan poliuria. Poliuria menyebabkan hilangnya elektrolit
lewat urine, terutama natrium, klorida, kalium, dan fosfat merangsang
rasa haus dan peningkatan asupan air (polidipsi). Sel tubuh
kekurangan bahan bakar (cell starvation ) pasien merasa lapar dan
peningkatan asupan makanan (polifagia).
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi
kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non
obesitas dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak
pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan
katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin
dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas
gagal merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu,
diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki
katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia
6
Page 7
dan peningkatan kadar glukosa darah.(Bustanoel,
https://id.scribd.com/doc/219590595/Asuhan-Keperawatan-Diabetes-
Mellitus-Tipe-1 , diakses tanggal 24 juli 2015 pukul 19.00 WIB)
(Rahmawati, Annisa https://id.scribd.com/doc/250733784/Pathways-
DM-Tipe-1#download, diakses tanggal 24 juli 2015 pukul 19.00 WIB).
7
Page 8
e. Tanda dan gejala DM tipe 1
1) Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane
dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma
meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel
berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah
ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan
akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).
2) Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah
dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan
sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan
ingin selalu minum (polidipsia).
3) Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya
kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi
akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah
seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
4) Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel
kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme,
akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan
terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.
8
Page 9
5) Malaise atau kelemahan (Brunner & Suddart, 2002)
f. Pemeriksaan Diagnostik DM tipe 1
Diabetes mellitus ditegakkan berdasarkan ada tidaknya gejala. Bila
dengan gejala (polidipsi, poliuria, polifagia), maka pemeriksaan gula
darah abnormal satu kali sudah dapat menegakkan diagnosis DM.
sedangkan bila tanpa gejala, maka diperlukan paling tidak 2 kali
pemeriksaan gula darah abnormal pada waktu yang berbeda (Rustama
DS, dkk. 2010; SIPAD Clinical Practice Consencus Guidelines 2009).
Kriteria hasil pemeriksaan gula darah abnormal adalah :
1) Kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dL atau
2) Kadar gula darah puasa > 126 mg/dL atau
3) Kadar gula darah postpandrial > 200 mg/dL
Untuk menegakkan diagnosis DM Tipe 1, maka perlu dilakukan
pemeriksaan penujang, yaitu C-peptide 0.85 ng/ml. C-peptide ini
merupakan salah satu penanda banyaknya sel β-pankreas yang masih
berfungsi. Pemeriksaan lain adalah adanya autoantibody, yaitu Islet
cell autoantibodies (ICA), Glutamic acid decarboxylase
autoantibodies (65K GAD), IA2 (dikenal sebagai ICA 512 atau
tyrosine posphatase) autoantibodies dan Insuline autoantibodies
(IAA). Adanya autoantibody mengkonfirmasi DM tipe 1 karena
proses autoimun. Sayangnya autoantibody ini relatif mahal (Rustama
DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Consencus Guidelines 2009).
g. Penatalaksanaan DM tipe 1
Tatalaksana pasien dengan DM tipe 1 tidak hanya meliputi
pengobatan berupa pemberian insulin. Ada hal-hal lain yang perlu
diperhatikan dalam tatalaksana agar penderita mendapatkan kualitas
hidup yang optimal dalam jangka pendek maupun jangka panjang
9
Page 10
(Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Concencus
Guidelines. 2009).
Terdapat 5 pilar manajemen DM tipe 1, yaitu :
1) Insulin
Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada
penderita DM tipe 1. Dalam pemberian insulin harus
diperhatikan jenis insulin, dosis insulin, regimen yang
digunakan, cara menyuntik serta penyesuaian dosis yang
diperlukan.
a) Jenis insulin : Kita mengenal beberapa jenis insulin, yaitu
insulin kerja cepat, kerja pendek, kerja menengah, kerja
panjang, maupun insulin campuran (campuran kerja
cepat/pendek dengan kerja menengah). Penggunaan jenis
insulin ini tergantung regimen yang digunakan.
Tabel 2. Jenis-jenis insulin
Jenis insulin Awitan Puncak
kerja
Lama
kerja
Meal Time Insulin
Insulin Lispro (Rapid
acting)
Regular (Short
acting)
5-15 menit
30-60 menit
1 jam
2-4 jam
4 jam
5-8 jam
Background Insulin
NPH dan Lente
(Intermediate acting)
Ultra Lente (Long
acting)
1-2 jam
2 jam
4-12 jam
6-20 jam
8-24 jam
18-36
jam
Insulin Glargine
(Peakless Long
2-4 jam 4 jam 24-30
10
Page 11
acting) jam
b) Dosis Insulin : Dosis total harian pada anak berkisar antara 0,5-1
Unit/KgBB pada awal diagnosis ditegakkan. Dosis ini selanjutnya
akan diatur disesuaikan dengan faktor-faktor yang ada, baik pada
penyakitnya maupun pada penderitanya.
c) Regimen : Kita mengenal dua macam regimen, yaitu regimen
konvensional, serta regimen intensif. Regimen konvensional/mix
split regimen dapat berupa pemberian dua kali suntik/hari atau tiga
kali suntik/hari. Sedangkan regimen intensif berupa pemberian
regimen basal bolus. Pada regimen basal bolus dibedakan antara
insulin yang diberikan untuk memberikan dosis basal maupun
dosis bolus.
d) Cara menyuntik : Terdapat beberapa tempat penyuntikan yang
baik dalam hal absorpsinya yaitu di daerah abdomen, lengan atas,
lateral paha. Daerah bokong tidak dianjurkan karena paling buruk
absorpsinya.
e) Penyesuain Dosis : Kebutuhan insulin akan berubah tergantung
dari beberapa hal, seperti hasil monitor gula darah, diet, olahraga,
maupun usia pubertas (terkadang kebutuhan meningkat hingga 2
unit/KgBB/hari), kondisi stress maupun saat sakit.
2) Diet
Diet Secara umum diet pada DM tipe 1 tetap mengacu pada upaya
untuk mengoptimalkan proses pertumbuhan. Untuk itu pemberian diet
terdiri dari 50¬55% karbohidrat, 15-20% protein dan 30% lemak. Pada
DM tipe 1 asupan kalori perhari harus dipantau ketat karena terkait
dengan dosis insulin yang diberikan selain monitoring
pertumbuhannya.
11
Page 12
Pemberian diet ini juga memperhatikan regimen yang digunakan. Pada
regimen basal bolus, pasien harus mengetahui rasio insulin:
karbohidrat untuk menentukan dosis pemberian insulin.
Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali makanan utama dan 3
kali makanan kecil sebagai berikut :
a) 20% berupa makan pagi.
b) 10% berupa makanan kecil.
c) 25% berupa makan siang.
d) 10% berupa makanan kecil.
e) 25% berupa makan malam.
f) 10% berupa makanan kecil.
3) Aktivitis / exercise
Berolahraga akan membantu mempertahankan berat badan ideal,
menurunkan berat badan apabila menjadi obesitas serta meningkatkan
percaya diri. Olahraga akan membantu menurunkan kadar gula darah
serta meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Namun perlu
diketahui pula bahwa olahraga dapat meningkatkan risiko
hipoglikemia maupun hiperglikemia (bahkan ketoasidosis). Apabila
gula darah sebelum olahraga di atas 250 mg/dl serta didapatkan adanya
ketonemia maka dilarang berolahraga. Apabila kadar gula darah di
bawah 90 mg/dl, maka sebelum berolahraga perlu menambahkan diet
karbohidrat untuk mencegah hipoglikemia.
4) Edukasi
Langkah yang tidak kalah penting adalah edukasi baik untuk penderita
maupun keluarga. Keluarga perlu diedukasi tentang penyakitnya,
patofisiologi, apa yang boleh dan tidak boleh pada penderita DM,
insulin (regimen, dosis, cara menyuntik, lokasi menyuntik serta efek
samping penyuntikan), monitor gula darah.
5) Monitoring kontrol glikemik
Monitoring ini menjadi evaluasi apakah tatalaksana yang diberikan
sudah baik atau belum. Kontrol glikemik yang baik akan memperbaiki
kualitas hidup pasien, termasuk mencegah komplikasi baik jangka
12
Page 13
pendek maupun jangka panjang. Pasien harus melakukan pemeriksaan
gula darah berkala dalam sehari.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Pengumpulan Data
a) Identitas
(1) Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
Jenis kelamin, umur dan alamat.
(2) Identitas penanggung jawab meliputi : Nama, Umur,
Jenis kelamin, Pekerjaan, Hubungan dengan klien,
Alamat
b) Riwayat Kesehatan
(1) Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri
abdomen, nafas pasien mungkin berbau
aseton pernapasan kussmaul, poliuri,
polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit
kepala
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma
Hipoglikemik, KAD), penyebab terjadinya penyakit
(Coma Hipoglikemik, KAD) serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
(3) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit
lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin
13
Page 14
misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
(4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga
tentang penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik,
riwayat glukosuria selama stress (kehamilan,
pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat
(glukokortikosteroid, diuretik tiasid).
(5) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan
emosi yang dialami penderita sehubungan dengan
penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
(6) Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus :
Poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan,
pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, dan
kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan
elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.
(7) Kaji pemahaman pasien tentang :
kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan tindakan
perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
2) Pengkajian : Pemeriksaan Fisik (Doengoes, 2001)
a) Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus
otot menurun.
b) Sistem kardiovaskuler
14
Page 15
Adakah riwayat hipertensi, AMI, ulkus pada kaki yang
penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan
darah
c) Integritas Ego
Stress, ansietas
d) Sistem perkemihan
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria )
e) Sistem pencernaan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan
berat badan.
f) Sistem persyarafan
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada
otot, parestesia,gangguan penglihatan, gangguan memori
(baru, masa lalu) : kacau mental, koma, aktifitas kejang.
g) Sistem Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya
infeksi / tidak
b. Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis
osmotik.
2) Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan
oral.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka.
5) Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan
dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
6) Kurang pengetahuan tentang masalah dan penanganannya
berhubungan dengan kurang mendapat informasi.
c. Intervensi Keperawatan
15
Page 16
No Perencanaan
1. Diagnosa keperawatan:
Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan:
Mengembalikan volume cairan, mencapai keseimbangan cairan serta
elektrolit
Kriteria Hasil:
Cairan dan elektrolit dapat terpenuhi, asupan dan haluaran yang seimbang
dalam 24 jam
Intervensi Rasional
a. Observasi TTV (Tekanan
darah, nadi, suhu dan
respirasi)
a. Dengan mengobservasi tanda-tanda
vital memantau untuk mendeteksi
adanya tanda-tanda dehidrasi yang
berlanjut: takikardi, hipotensi
omostik
b. Pantau masukan dan
haluaran cairan
b. Asupan cairan per oral dapat
dianjurkan untuk menggantikan
cairan yang hilang akibat dehidrasi.
Rehidrasi merupakan tindakan untuk
mempertahankan perfusi jaringan.
Dan menggalakan eksresi glukosa
yang berlebihan melalui ginjal.Serta
apabila kelebihan muatan cairan
akan beresiko bagi pasien mengalami
gagal jantung kongestif
c. Pantau warna, jumlah, dan
frekuensi kehilangan cairan
c. Pemantauan cairan untuk
mengumpulkan dan menganalisi data
pasien untuk mengatur
keseimbangan cairan
d. Kolaborasi : dengan dokter d. Adanya terapi diabetes ketoasidosis
16
Page 17
dalam pemberian elektrolit
dan cairan intravena
adalah kalium. Meskipun konsentrasi
kalium plasma pada awalnya
rendah , normal atau tinggi namun
simpanan kalium tubuh dapat
berkurang secara signifikan.
Penggantian kalium dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindari
gangguan irama jantung
2. Diagnosa keperawatan:
Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral
Tujuan:
Mengendalikan kadar glukosa darah yang optimal, meningkatkan kembali
berat badan, menoleransi diet yang dianjurkan
Kriteria Hasil:
Glukosa darah dalam kedaan normal, memperlihatkan Status Gizi : Asupan
makanan dan cairan cukup adekuat, dan berat badan dalam batas normal
Intervensi Rasional
a. Identifikasi kebiasaan makan
pasien dan gaya hidup
a. Untuk mengetahui pemberian terapi
diit yang dibutuhkan oleh pasien
b. Observasi berat badan pasien b. Pada penderita diabetes tipe II
memerlukan adanya penurunan berat
badan untuk pengendalian kalori
total untuk mencapai atau
mempertahankan berat badan yang
sesuai dan pengendalian glukosa
darah
c. Diskusikan tentang rencana
diet
c. Adanya perencanaan diit bagi
penderita diabetes untuk menentukan
jenis makanan , jumlah dan waktu
17
Page 18
makan serta ngemil pasien dalam
mengatur asupan kalori. Dan
memantau kalori yang berasal dari
karbohidrat, lemak, serta protein
d. Kolaborasi: dalam penentuan
diit yang sesuai bagi pasien.
Diit DM 1500 kalori, rendah
lemak
d. Adanya diit tinggi serat tinggi
karbohidrat berperan dalam
penurunan kadar total kolesterol dan
LDL ( low density lipoprotein)
kolesterol dalam darah. Adanya
kandungan serat dalam diet untuk
memperbaiki kadar glukosa darah
3. Diagnosa keperawatan:
Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar gula darah
Tujuan:
Pengendalian resiko infeksi
Kriteria Hasil:
Tidak terjadi infeksi, melaporkan tanda atau gejala infeksi
Intervensi Rasional
a. Observasi tanda-tanda
infeksi dan peradangan
a. Pasien mungkin masuk dengan
infeksi yang biasanya telah
mencetuskan keadaan ketoasidosis
atau dapat mengalami infeksi
nosokomial
b. Tingkatkan upaya untuk
pencegahan dengan
melakukan cuci tangan yang
baik pada semua orang yang
berhubungan dengan pasien
termasuk pasiennya sendiri
b. Mencegah timbulnya infeksi silang
18
Page 19
c. Pertahankan teknik aseptik
pada prosedur invasif
c. Kadar glukosa yang tinggi dalam
darah akan menjadi media terbaik
bagi pertumbuhan kuman
d. Berikan perawatan kulit
dengan teratur dan sungguh-
sungguh
d. Sirkulasi perifer bisa terganggu yang
menempatkan pasien pada
peningkatan resiko terjadinya
kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan
infeksi
e. Lakukan perubahan posisi,
anjurkan batuk efektif dan
nafas dalam
e. Membantu dalam memventilasi
semua daerah paru dan memobilisasi
secret
4. Diagnosa keperawatan:
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka
Tujuan:
Menunjukkan integritas jaringan kulit dan membran mukosa
Kriteria Hasil:
Tidak terdapat tanda dan gejala adanya kerusakan integritas
Intervensi Rasional
a. Observasi tanda-tanda
infeksi
a. Kemerahan, edema, luka drainase,
cairan dari luka menunjukkan
adanya infeksi
b. Ajarkan klien untuk mencuci
tangan dengan baik, untuk
mempertahankan kebersihan
tangan pada saat melakukan
prosedur
b. Mencegah infeksi silang
c. Dorong klien mengkonsumsi
diet secara adekuat dan
c. Peningkatanpengeluaran urine akan
mencegah statis dan
19
Page 20
intake cairan 3000 ml/hari mempertahankan PH urine yang
dapat mencegah terjadinya
perkembangan bakteri
d. Antibiotik bila ada indikasi d. Mencegah terjadinya perkembangan
bakteri
5. Diagnosa keperawatan:
Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit
Tujuan:
Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi
Kriteria Hasil:
Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori
Intervensi Rasional
a. Pantau tanda-tanda vital dan
status mental
a. Sebagai dasar untuk membandingkan
temuan abnormal
b. Panggil pasien dengan nama,
orientasikan kembali sesuai
dengan kebutuhannya
b. Menurunkan kebingungan dan
membantu untuk mempertahankan
kontak dengan realitas
c. Pelihara aktivitas rutin pasien
sekonsisten mungkin, dorong
untuk melakukan kegiatan
sehari-hari sesuai
kemampuannya
c. Membantu memelihara pasien tetap
berhubungan dengan realitas dan
mempertahankan orientasi pada
lingkungannya
20
Page 21
d. Selidiki adanya keluhan
parestesia, nyeri atau
kehilangan sensori pada
paha/kaki
d. Neuropati perifer dapat
mengakibatkan rasa tidak nyaman
yang berat, kehilangan sensasi
sentuhan/distorsi yang mempunyai
resiko tinggi terhadap kerusakan
kulit dan gangguan keseimbangan
6. Diagnosa keperawatan:
Kurang pengetahuan tentang masalah dan penanganannya berhubungan
dengan kurang mendapat informasi
Tujuan:
Meningkatkan pengetahuan klien tentang pengertian penyakit, faktor yang
dapat mendukung munculnya masalah kesehatan yang dihadapi dan
penanganannya: Meningkatkan kesadaran klien tentang pengaturan diet dan
kebiasaan makan
Kriteria Hasil:
Adanya keinginan pasien untuk mematuhi rencana perawatan yang
ditentukan.
Intervensi Rasional
a. Kaji pengetahuan klien
tentang masalah kesehatan
yang dialami
a. Membantu menentukan hal spesifik
yang akan menjadi topik/materi
penyuluhan
b. Identifikasi bersama klien
kebiasaan yang
memungkinkan munculnya
masalah
b. Membantu klien mengidentifikasi
hubungan kebiasaan dengan masalah
yang dihadapi saat ini
c. Anjurkan klien untuk teratur
mengkonsumsi obat-obatan
c. Memberikan dorongan kepada klien
agar konsisten terhadap program
21
Page 22
penurun glukosa darah sesuai
resep (kolaborasi)
penyembuhan
d. Berikan klien daftar zat-zat
yang harus dihindari
(misalnya: kafein, nikotin,
permen, coklat, makanan
yang manis, dll)
d. Memberikan informasi kepada klien
dan panduan agar dapat dipatuhi
e. Anjurkan klien untuk
menyesuaikan diet dengan
makanan yang disukai, pola
makan dan jumlah yang
dibutuhkan
e. Memberi kesempatan kepada klien
untuk bekerjasama dengan perawat
dalam pengaturan diet
f. Jelaskan kepada klien
informasi tentang diabetes
mellitus yang meliputi:
pengertian, penyebab, gejala
klinik dan cara
penanggulangannya
f. Informasi yang diberikan kepada
klien bertujuan untuk memberikan
pemahaman tentang hal-hal yang
berhubungan dengan DM dan
penanganannya
g. Berikan dorongan kepada
klien untuk mematuhi semua
saran-saran yang
disampaikan oleh perawat
g. Meningkatkan kesadaran klien
tentang pengaturan diet dan
kebiasaan makan
h. Berikan klien kesempatan
bertanya tentang hal-hal yang
berhubungan dengan masalah
yang sedang dihadapi
h. Memberikan kesempatan kepada
klien untuk mencari informasi
tentang hal-hal yang belum diketahui
dan dipahami
22
Page 23
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
1) Identitas Klien
Nama : Tn. F
Tanggal Lahir/ Umur : 3 Februari 1988/ 27 tahun
23
Page 24
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Status Marital : Menikah
Tanggal Masuk RS : 2 Juni 2015
Tanggal Pengkajian : 24 Juni 2015
No. Medrec : 0001338293
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus Tipe I
Alamat : Kp. Sayang Asem rt 02 rw 04 Cikacung,
Kabupaten Bandung
2) Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. W
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan klien : Ibu
3) Riwayat Kesehatan
24
Page 25
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Keluhan Utama Masuk RS
Klien mengeluh bengkak pada punggung tangan kirinya.
(2) Alasan Masuk Rumah Sakit
7 hari SMRS klien di rawat di RSUD Cicalengka di daerah
Cikopo karena menderita DBD. klien menderita bengkak
pada tangan kirinya bekas pemasangan infus, setelah 5 hari
dirawat di RS daerah Kopo klien dirujuk ke RSHS karena
tangan kiri yang bengkak tidak kunjung sembuh setelah di
kompres dengan kasa lembab yang telah dibasahi dengan
alkohol. Pertama kali klien masuk ke UGD, setelah itu dokter
menyarankan untuk di rawat inap di RSHS. Karena klien
mempunyai riwayat diabetes, klien di pindahkan dari UGD
ke ruang Fresia 2 untuk menjalani rawat inap.
(3) Keluhan Utama Saat Pengkajian
Klien mengeluh nyeri pada punggung tangan kiri dan telapak
kaki kanan, nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 5
(0-10). Nyeri bertambah jika bergerak dan tersentuh,
berkurang jika telah diberikan obat analgetik tramadol, nyeri
dirasakan hilang timbul.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sudah mengetahui menderita DM tipe 1 sejak
kurang lebih sekitar 8 tahun yang lalu, klien juga pernah dirawat
di RSUD Cicalengka dengan kadar gula darah tertinggi 800-an.
25
Page 26
Kadar gula darah klien rata-rata 300 mg/dL, klien mendapat
insulin rutin 6 IU 3x sehari. Klien juga pernah di oprerasi karena
luka ulkus pada betis dan bokong kanan.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang memiliki
riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung
maupun penyakit ginjal.
4) Pola Aktivitas Sehari-hari
No Aktifitas Di rumah Di RS
1 Nutrisi
Makan Makan 3x sehari, makan dengan mie rebus 2 buah, paha ayam 2 buah, telur 2-5 butir dalam satu kali makan.
3x sehari makanan habis 1 porsi tiap kali makan sesuai dengan diet dari tim gizi yang dianjurkan yaitu 1800kkl
Minum 10x sehari minum air mineral dan cocacola 1 liter
6-8 gelas sehari air
mineral.
2 Eliminasi
BAK Frekuensi 5-6x sehari, warna kuning.
Frekuensi 3-4x sehari, warna kuning.
BAB Frekuensi 1x sehari, warna
khas dan lembek.
Frekuensi 2x sehari, warna
khas danlembek
3 Istirahat tidur Klien tidur jam 22.00-05.00
sering terbangun pada malam
hari karena ingin BAK
Klien tidur jam 22.00-
05.00 sering terbangun
pada malam hari karena
26
Page 27
kedinginan.
4 Personal hygiene
Mandi 2x sehari, mandiri 1x sehari di lap dan dibantu
Keramas 2 hari sekali, mandiri Belum keramas selama sakit
Sikat gigi 2x sehari, mandiri 1x sehari, dibantu
5 Aktivitas Klien bisa beraktivitas secara
mandiri
Sebagian besar dibantu
oleh ibu klien/istri klien.
5) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernapasan
Bentuk hidung simetris, septum nasal berada di tengah, lubang
hidung bersih, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, frekuensi
napas 19x/menit dengan irama reguler. Bentuk dan pergerakan
dada simetris, pengembangan paru kiri dan kanan simetris, vocal
fremitus kiri dan kanan simetris, pada saat perkusi paru terdengar
suara resonan, pada auskultasi paru terdengar suara vesikular di
seluruh area paru, tidak terdengar suara ronchi atau wheezing.
Tidak terdapat pernapasan kussmaul.
b) Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva berwarna pucat, bibir tidak sianosis, tidak terdapat
distensi vena jugularis, ictus cordis teraba di ICS V midclavikula
kiri, bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler, tidak terdengar bunyi
jantung tambahan, akral teraba hangat, CRT kembali kurang dari
27
Page 28
3 detik, tidak terdapat clubbing fingers, Tekanan Darah 110/70
mmHg, nadi 98x/menit.
c) Sistem Pencernaan
Warna bibir merah muda, mukosa bibir tampak kering, tidak
terdapat lesi pada bibir dan rongga mulut, tidak ada stomatitis,
gigi berwarna putih kekuningan, tidak ada distensi abdomen,
bising usus 6 x/menit, perkusi abdomen terdengar tympani pada
lambung dan dullness pada hepar, saat dipalpasi tidak terdapat
pembesaran hepar dan tidak ada nyeri tekan atau nyeri lepas, tidak
teraba pembesaran limpa. Klien mengatakan tidak ada keluhan
mual dan muntah.
d) Sistem Persarafan
(1)Tes Fungsi Serebral
(a) Status Mental
- Orientasi
Orientasi klien terhadap orang, tempat dan waktu baik,
ditandai dengan klien mampu mengenal ibunya dan
perawat, klien mampu menyebutkan tempat klien dirawat
yaitu di RSHS Bandung, klien mampu membedakan
waktu siang dan malam.
- Konsentrasi
Konsentrasi klien baik terbukti dengan klien mau
menjawab pertanyaan dari perawat.
(b) Tingkat Kesadaran
28
Page 29
- Kualitas : Compos mentis, klien sadar sepenuhnya
- Kuantitas : Nilai GCS 15 (E 4 M 6 V5)
(2) Tes Fungsi Syaraf Kranial
(a) Nervus I Olfaktorius
Fungsi penciuman baik, klien dapat membedakan bau kopi
dan bau minyak kayu putih dengan mata tertutup.
(b) Nervus II Optikus
Klien dapat membaca koran tanpa menggunakan alat bantu
lihat.
(c) Nervus III, IV, VI Okulomotorius, Troklearis, Abdusen
Pupil bulat isokor, reaksi pupil terhadap cahaya baik, pupil
mengecil saat terkena cahaya, klien dapat membuka dan
menutup matanya secara spontan, koordinasi gerakan mata
baik.
(d) Nervus V Trigeminus
Klien dapat merasakan usapan pilinan kapas pada kelopak
mata, dahi dan dagu, fungsi mengunyah klien baik,
pergerakan otot temporal saat mengunyah simetris.
(e) Nervus VII Fasialis
29
Page 30
Klien dapat mengenali sensasi rasa berbeda yaitu asam
manis dan asin pada ujung lidah, klien mampu memjamkan
mata, tersenyum, mengerutkan dahi dan mengembangkan
pipi.
(f) Nervus VIII Akustikus
Klien mampu menjawab / merespon terhadap pertanyaan
perawat dengan baik.
(g) Nervus IX Glosofaringeus
Klien tidak mengeluh nyeri saat menelan.
(h) Nervus X Vagus
Uvula berada di tengah dan terangkat saat klien
mengatakan “ah”
(i) Nervus XI Assesorius
Tidak ada nyeri tekan pada otot sternokleido mastoideus,
klien dapat menoleh ke arah kiri dan kanan dengan baik dan
kuat.
(j) Nervus XII Hipoglosus
Klien dapat menggerakkan lidahnya ke segala arah.
e) Sistem Endokrin
30
Page 31
Klien mengatakan tidak banyak minum, buang air kecil normal
(tidak terpasang kateter) dan frekuensi makan normal (3x sehari)
sesuai diet.
f) Sistem Genitourinaria
Tidak ada edema palpebra. Saat dipalpasi ginjal tidak teraba,
tidak terdapat distensi kandung kemih, tidak terdapat nyeri tekan
pada kandung kemih, tidak terdapat keluhan nyeri pada saat
BAK, saat diperkusi ginjal tidak terasa nyeri, tidak ada keluhan
pada organ genitalia.
g) Sistem Muskuloskeletal
Terdapat pembengkakan pada tangan kiri dan kaki kanan, ++/++,
kekuatan otot 5 3
2 5
h) Sistem Integumen dan Imunitas
Penyebaran rambut kepala merata, rambut mudah dicabut, rambut
terlihat kusam, kulit berwarna sawo matang, keadaan kulit bersih,
turgor kulit baik, suhu 36,6 0C, kuku tangan dan kaki pendek dan
bersih, tidak terdapat clubbing fingers. Adanya luka pada
punggung tangan kiri dan telapak kaki kanan.
i) Wicara dan THT
Tidak ada gangguan pendengaran, penciuman, dan gangguan
menelan, bicara klien juga tidak rero.
31
Page 32
j) Sistem Penglihatan
Penglihatan klien tidak kabur, reflek pupil positif, klien tidak
mengguanakan alat bantu lihat/kacamata.
6) Data Psikologis
a) Status Emosi
Emosi klien tampak stabil ditandai dengan klien mau diajak
kompromi dan dimintai informasi oleh perawat, meskipun klien
terlihat sedikit menghindar bila merasa sudah mulai kelelahan
dan mengantuk.
b) Kecemasan
Klien mengatakan merasa cemas karena klien direncanakan
akan di oprasi debridement yang akan dilakukan pada tanggal 24
Juni 2015. Namun setelah searching tentang oprasi debridement
dan bertanya kepada dokter cemas berkurang.
c) Pola Koping
Dalam menyelesaikan masalahnya klien selalu berbagi cerita
dengan ibunya
d) Gaya Komunikasi
Klien berkomunikasi dengan nada yang lambat dan suara pelan
namun masih dapat dimengerti oleh perawat. Klien terkesan
jarang berbicara atau pendiam. Klien dapat berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
e) Konsep Diri
32
Page 33
(1) Gambaran diri
Klien mengatakan takut luka di kakinya tidak sembuh
(2) Identitas diri
Klien mengatakan klien adalah seorang laki-laki.
(3) Peran
Klien mengatakan jika sedang di rawat di rumah sakit klien
merasa perannya sebagai suami terganggu karena tidak bisa
bekerja.
(4) Ideal Diri
Klien selalu berharap kaki dan tangannya akan sembuh dan ia
ingin segera pulang untuk berkumpul kembali dengan
anggota keluarga yang lain.
(5) Harga Diri
Klien mengatakan merasa istrinya akan malu jika klien tidak
sembuh karena luka di tangan kiri dan kaki kanannya.
g. Data Sosial
Hubungan dan pola interaksi klien dengan keluarga dan orang sekitar
cukup baik, terbukti selama di RS klien selalu berinteraksi dengan
teman sekamarnya. Klien seorang yang kooperatif namun terkesan
jarang berbicara dan pendiam selama proses perawatan interaksi
klien dan perawat cukup baik. Keluarga klien terlihat sangat
mendukung kesembuhan klien.
33
Page 34
h. Data Spiritual
Klien adalah seorang yang beragama Islam, klien selalu berdo’a
untuk kesembuhannya. Dengan penyakitnya saat ini klien menerima
keadaanya dengan tabah dan tidak merasa putus asa, dan
menganggap semua cobaan dari Allah SWT.
i. Data Penunjang
No Hari/tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan1 20 Juni 2025 Glukosa Darah
PuasaGlukosa Darah 2 jam PP
96 mg/dL
120 mg/dL
70-100 mg/dL
<140 mg/dL
2. 21 Juni 2015 HEMATOLOGIHbLeukositHematrokritTrombositMCVMCHMCHCBasofilEsinofilBatang SegmenLimfositMonositGDP
7,5 gr/dL9400 mm3
23 %454000 mm3
87 fL28,3 Pg32,2 %
0 %1 %0 %75 %18 %6 %
53 mg/dL
L 13,5-17,54400-6500
L 40-52150-450 ribu
80-10026-3432-360-11-63-5
40-7030-452-10
70-100
3. 22 Juni 2015 GDP
GD2PP
101 mg/dL
196 mg/dL101 mg/dL
70-100
<140
4. 24 Juni 2015 GDS 72 mg/dL 70-1005. 25 Juni 2015 GD2PP 145 mg/dL <140
j. Program dan Rencana Pengobatan
Program Pengobatan
34
Page 35
No Program Dosis Cara
pemberian
Waktu
1 Debridemen 24 Juni
2015
Pengobatan
1. Nacl 1000cc/hari IV
2. Paracetamol 3x500mg PO 8 – 13 –
18
(Jika
demam)
3. Novorapid 4-4-4 unit SC 8 – 12 –
4. Lantus 0-0-4 22
5. Ceftadizidine 3x1gr IV 8 – 16 -
24
6. Metronidazole 3x500 IV 8- 16 - 24
Heparin
Profilaksis
3x500 SC 8-16-24
Tramadol 2ml Drip
3.2 ANALISA DATA
No Data Kemungkinan Penyebab dan Dampak Masalah
1. DS :
Klien mengeluh nyeri pada luka yang terdapat di kakinya dan tangannya
DO :
Ekspresi muka klien meringis pada saat nyeri dirasakan
Terdapat luka ulkus
Ulkus diabetikum
Kerusakan jaringan kulit
Merangsang pelepasan histamine, bradikinin, serotonin, prostaglandin dan
substansia P
Merangsang noci reseptor sebagai
Gangguan rasa nyaman : nyeri
35
Page 36
diabetikum pada pears sinistra
Pembengkakan luka (+)
Terdapat nyeri tekan pada daerah luka
Skala nyeri 5 (1 – 10 menurut Smeltzer).
reseptor nyeri
Dihantarkan oleh serabut saraf delta A
dan C
Dialirkan dalam bentuk elektrokimia, impuls ganglia radiks menuju dorsal
horn di medulla spinalis bagian posterior
Di transfer melalui traktus
spinotalamikus kontralateralis
Thalamus sebagai stasiun relay
Cortex cerebri lobus parietalis
Nyeri
2.DS :
Klien mengeluh kesemutan pada kedua tangan dan kaki
DO :
Warna kulit sekitar luka pucat
Edema pada luka Kulit sekitar luka
dingin Hb : 7,5
Peningkatan gula dalam darah
Fleksibilitas darah merah
Pelepasan O2
Hipoksia perifer
Gangguan perfusi jaringan perifer
Gangguan perfusi jaringan perifer
3. DS :
Kien mengatakan klien merasa luka di kaki kanan dan di tangan kirinya semakin parah dan
Defisiensi insulin Gangguan integritas jaringan kulit
36
Page 37
bengkak DO :
Terdapat luka ulkus diabetikum pada kaki kanan dan tangan kiri
Terdapat jaringan nekrotik pada daerah luka
Pus (-) Pembengkakan (+) Luka tampak
berwarna kemerahan Terdapat adanya
nyeri tekan pada daerah sekitar luka
Klien mendapat terapi insulin sebanyak 4 – 4 – 4 unit/ hari
Hiperglikemia
Peningkatan
viskositas darah
Penurunan
vaskularisasi ke
jaringan perifer
jaringan perifer
kekurangan
supply O2 dan
nutrisi
Endapan
glikoprotein
Kerusakan
membran basalis
Kebocoran
protein
pertahanan
jaringan setempat
menurun
mudah infeksi
Terjadi luka pada kulit
Penyembuhan luka terganggu
Ulkus diabetikum
integritas kulit terganggu
4. DS :
Klien mengeluh lemah badan
Klien mengeluh
Defisiensi insulin
Intoleransi aktivitas
37
Page 38
nyeri pada kaki kanannya dan tangan kirinya
DO :
Terdapat ulkus diabetikum pada kaki kiri klien
Klien hanya bisa duduk dan berbaring di tempat tidur
Sebagian besar aktivitas klien dibantu oleh keluarga
Hb 7,5 g/dL Kekuatan otot : 5 3
2 5
Transport glukosa
Glukosa menumpuk dalam darah
Hiperglikemia
Ulkus diabetikum
terputusnya kontinuitas jaringan
kulit
merangsang pelepasan histamine, bradikinin, serotonin,
prostaglandin dan substansia P
merangsang noci reseptor sebagai reseptor nyeri
dihantarkan oleh serabut saraf delta
A dan C
dialirkan dalam bentuk
elektrokimia, impuls ganglia
Sel kekurangan
glukosa
keletihan
Intoleransi aktivitas
38
Page 39
radiks menuju dorsal horn di
medulla spinalis bagian posterior
di transfer melalui traktus
spinotalamikus kontralateralis
thalamus sebagai stasiun relay
cortex cerebri lobus parietalis
Nyeri
5. DS :
Klien mengeluh dingin dan menggigil setiap malam
DO :
Suhu 37,40 C Leukosit 9.400 Terdapat luka ulkus
diabetikum pada punggung tangan kiri dan telapak kaki kanan
DM tipe 1
Ulkus diabetikum
Komplikasi vaskuler
Mikro vaskuler
Suplay nutrisi dan Oksigen ke jaringan
tidak adekuat
Penyembuhan luka terhambat
Risiko infeksi
39
Page 40
Resiko infeksi
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
kulit
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan gula dalam
darah
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ulkus
40
Page 41
3.3 PERENCANAAN
NODIAGNOSA
KEPERAWATANTUJUAN
RENCANA KEPERAWATANINTERVENSI RASIONAL
a. Nyeri
berhubungan
dengan adanya
ulcus
Klien akan menunjukkan
nyeri berkurang / teratasi
dengan kriteria:
- Klien tidak mengeluh
nyeri
- Ekspresi wajah ceria
Kaji tingkat nyeri
Observasi tanda-tanda vital
Ajarkan klien tekhnik relaksasi
Kolaborasi dalam pembeian
analgetik
Nyeri disebabkan oleh
penurunan perfusi jaringan
atau karena peningkatn asam
laktat sebagai akibat defisit
insulin
Pasien dengan nyeri
biasanya akan
memanifestasikan dengan
peningkatan vital sign
terutama perubahan denyut
nadi dan pernafasan
Nafas dalam dapat
meningkatkan oksigenasi
jaringan
Analgetik bekerja langsung
pada reseptor nyeri dan
41
Page 42
memblokir rangsangan nyeri
sehingga respon nyeri dapat
diminimalkan
b. Gangguan perfusi
jaringan
berhubungan
dengan
hiperglikemi
Meningkatkan suplai darah
arteri ke ekstremitas.
Kriteria hasil :
- Ekstremitas hangat pada
perabaan
- Warna ekstremitas
membaik
Menurunkan ekstremitas
dibawah jantung.
Mendorong latihan jalan
seddang atau latihan
ekstremitas bertahap.
Dilarang berdiri diam atau
duduk terlalu lama.
Mendorong pasien untuk
berjalan-jalan
Ekstremitas bawah yang
tergantung memperlancar
suplai darah arteri.
Latihan otot memperbaiiki
aliran darah dan
pertumbuhan sirkulasi
kolateral.
Berdiri diam atau berdiri
lama mengakibatkan statis
vena.
Berjalan-jalan memperbaiki
aliran balek vena dengan
mengaktifasi pompa otot.
c. Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
Klien akan
mempertahankan integritas
kulit tetap utuh dan
Observasi tanda-tanda
infeksi
Kemerahan, edema, luka
drainase, cairan dari luka
menunjukkan adanya infeksi.
42
Page 43
dengan adanya
luka.
terhindar dari inteksi
dengan kriteria :
- Tidak ada tanda –
tanda infeksi.
- Tidak ada luka.
- Tidak
ditemukan
adanya
perubahan
warna
kulit.
Ajarkan klien untuk mencuci
tangan dengan baik, untuk
mempertahankan kebersihan
tangan pada saat
melakukan prosedur
Dorong klien mengkonsumsi
diet secara adekuat dan
intake cairan 3000 ml/hari.
Antibiotik bila ada indikasi
Mencegah infeksi silang
Peningkatan pengeluaran
urine akan mencegah statis
dan mempertahankan PH
urine yang dapat mencegah
terjadinya perkembangan
bakteri.
Mencegah terjadinya
perkembangan bakteri
d. Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan nyeri
Mobilitas fisik maksimal
dengan kriteria hasil :
- Klien mampu melakukan pergerakan secara aktif dan pasif tanpa ada perasaan takut pada extremitas yang
Anjurkan kepada keluarga
untuk membantu memenuhi
kebutuhan ADL klien setiap
hari.
Bantu dan fasilitasi klien
dalam memenuhi ADL nya.
Dengan melibatkan pihak
keluarga untuk membantu
memenuhi kebutuhan ADL
diharapkan ADL terpenuhi.
Dengan memfasilitasi dapat
membantu memenuhi
43
Page 44
sehat.- ADL klien terpenuhi
seperti makan, minum, personal hygiene (mandi, gosok gigi, cuci rambut).
Berikan pendidikan kesehatan
pada klien dan keluarga
tentang pentingnya melakukan
latihan mobillisasi fisik.
Dorong klien untuk
melakukan latihan mobilisasi
fisik pada daerah ekstremitas
yang tidak sakit secara rutin
setiap hari
kebutuhan yang tidak bisa
sendiri
Diharapkan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan
pada klien dan keluarga
sehingga klien dapat
termotivasi untuk
melakukan latihan
mobillisasi fisik
Dengan melakukan latihan
mobilisasi fisik dapat
mencegah kontraktur otot
e. Resiko infeksi
berhubungan
dengan
hyperglikemia.
Agar tidak terjadi infeksi,
dengan kriteria hasil :
Mengidentifikasi
intervensi untuk
mencegah/menurunkan
resiko infeksi.
Observasi tanda-tanda infeksi
dan peradangan.
Pasien mungkin masuk
dengan infeksi yang
biasanya telah mencetuskan
keadaan ketoasidosis atau
dapat mengalami infeksi
nosokomial.
44
Page 45
Mendemonstrasikan
teknik, perubahan gaya
hidup untuk mencegah
terjadinya infeksi.
Tingkatkan upaya untuk
pencegahan dengan melakukan
cuci tangan yang baik pada
semua orang yang
berhubungan dengan pasien
termasuk pasiennya sendiri.
Pertahankan teknik aseptik
pada prosedur invasif.
Berikan perawatan kulit
dengan teratur dan sungguh-
sungguh.
Lakukan perubahan posisi,
Mencegah timbulnya infeksi
silang.
Kadar glukosa yang tinggi
dalam darah akan menjadi
media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.
Sirkulasi perifer bisa
terganggu yang
menempatkan pasien pada
peningkatan resiko
terjadinya kerusakan pada
kulit/iritasi kulit dan infeksi.
Membantu dalam
memventilasi semua daerah
paru dan memobilisasi
45
Page 46
anjurkan batuk efektif dan
nafas dalam.
sekret.
46
Page 47
3.4 IMPLEMENTASI
No Tanggal/ Jam DP Tindakan Keperawatan Paraf
1. 23 Juni 2015
15.30
15.35
15.40
16.00
17.30
6
1
1
1
1
Mencuci tangan
H : tangan bersih, sehingga dapat menurunkan
resiko infeksi
Mengatur posisi klien semi fowler
H : klien mengatakan merasa lebih nyaman
dengan posisi setengah duduk (semi fowler)
Mengkaji skala nyeri klien
H : klien mengatakan nyeri pada kaki kanan dan
tangan kirinya, nyeri seperti di tusuk-tusuk, nyeri dirasakan
hilang timbul, skala nyeri 6 (0-10)
Mengajarkan dan membimbing klien teknik relaksasi napas dalam
H : klien mengatakan merasa lebih rileks, tapi
sakit masih dirasakan
Berkolaborasi dalam memberikan obat tramadol drip 2ml ke Nacl
0,9%
H : klien mengatakan nyeri berkurang setelah di
47
Page 48
19.00
19.15
24 Juni 2015
07.15
07.20
09.00
09.05
3
2
2
6
6
6
beri obat anti nyeri
Memberikan insulin novorapid 4 unit
H : insulin diberikan saat klien mau makan untuk
Menstimulasi karbohidrat
Menganjurkan klien untuk mobilisasi minimal pada ekstremitas
H : klien dapat menggerakan ekstremitasnya
secara perlahan
Menganjurkan klien menghindari penyilangan kaki
H : klien tidak menyilangkan kakinya lagi
Mencuci tangan
H : tangan bersih meminimalkan resiko infeksi
Mengganti alat tenun
H : alat tenun diganti, meminimalkan resiko infeksi
Mengobservasi TTV
H : TD 110/60 mmHg
N 90x/menit
R 19x/menit
S 36,50 C
48
Page 49
09.20
11.30
16.00
16.30
16.45
17.00
17.15
17.30
1
1
3
3
5
5
6
1
Mengkaji skala nyeri
H : klien masih mengeluh nyeri, dengan skala
nyeri 5 (1-10)
Melakukan tehnik relaksasi nafas dalam
H : klien melakukan tehnik relaksasi, nyeri masih
dirasakan
Mengantar klien ke COT
H : klien diantar ke COT lantai 3 untuk oprasi
Debridement
Menjemput klie ke COT
H : klien tampak lemah
Melakukan transfusi 1 labu golongan darah O
H : IV line macet, transfusi tidak masuk
Memasang infus di kaki kiri
H : IV line lancar
Observasi bising usus
H : bising usus 5x/menit
Observasi TTV
H : TD 110/70 mmHg N 80x/menit
R 18x/menit S 36,1o C
49
Page 50
19.00
25 Juni 2015
14.00
14.05
14.05
15.00
16.15
17.00
5
3
6
6
5
5
1
Mengkaji kembali skala nyeri
H : klien mengatakan nyeri masih dirasakan dengan skala 3 (1-10)
Memantau kekuatan otot
H : kekuatan otot tangan kanan 5, tangan kiri 3, kaki kanan 2 dan
kaki kiri 5.
Mencuci tangan
H : tangan bersih
Mengobervasi TTV
H : TD 110/70 mmHg N 90x/menit
R 19x/menit S 36,60 C
Berkolaborasi dalam pemberian terapi metronidazol 500gr melalui
IV
H : metronidazol diberikan melalui IV line
Memfasilitasi minum
H : pasien minum air mineral 300 ml
Memfasilitasi BAK
H : BAK kurang lebih 200cc, bau khas warna
kuning
50
Page 51
17.30
20.05
26 juni 2015
06.00
07.00
1
5
3
5
Mengkaji skala nyeri
H : nyeri masih dirasakan, skala nyeri 2 (1-10)
Menganjurkan latihan teknik relaksasi nafas dalam
H : klien merasa rileks
Memantau keadaan luka klien
H : luka masih bengkak, nekrotik sudah tidak ada
Memberikan insulin lanset 4 unit
H : insulin diberikan
3.5 EVALUASI
No Tanggal/ Jam DP Catatan Perkembangan Paraf
1. 25 Juni 2015 1 S :
Klien mengatakan nyerinya berkurang
Klien mengatakan dapat merubah posisi istirahat tanpa
nyeri berlebihan
O :
Ekspresi muka klien tampak meringis
51
Page 52
Skala nyeri 5 (1 – 10)
A :
Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
P :
Atur posisi
Observasi tingkat nyeri
Anjurkan tehnik relaksasi nafas dalam
Kolaborasi pemberian obat anti nyeri
I :
Mmengatur posisi nyaman semi fowler
Mengobservasi tingkat nyeri klien
Menganjurkan teknik relaksasi : napas dalam saat keluhan
nyeri dirasakan klien
Berkolaborasi dalam memberikan obat tramadol 2ml
E :
Skala nyeri 5 (1 – 10)
Klien melakukan teknik napas dalam
52
Page 53
R :
Pantau skala nyeri
2. 25 Juni 2015 2 S :
Klien mengeluh kesemutan pada kedua tangan dan kaki
O :
Warna kulit sekitar luka pucat
Kulit sekitar luka teraba dingin
A :
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
menurunnya aliran darah ke daerah luka kibat adanya
obstruksi pembuluh darah
P :
Ajarkan mobilisasi minimal pada ekstremitas
Anjurkan untuk menghindari penyilangan kaki
I :
Mengajarkan mobilisasi minimal pada ekstremitas
53
Page 54
Menganjurkan menghindari penyilangan kaki
E :
Kesemutan pada ekstremitasnya masih dirasakan
R :
Pantau keadaan sekitar luka, suhu, warna dan edema
3. 3 S :
Klien mengeluh lukadi kaki kanan dan tangan kiri
semakin parah
O :
Terdapat luka pada kaki kanan dan tangan kiri
A :
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus
P :
Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor
Jaga kulit tetap bersih dan kering
Pantau luas dan keadaan luka
54
Page 55
Kolaborasi dalam pemberian insulin
I :
Menginspeksi kulit terhadap perubahan warna,
turgor
Menjaga kulit tetap bersih dan kering
Memantau luas dan keadaan luka
Berkolaborasi dalam pemberian insulin
E :
Jaringan nekrotik berkurang, kulit bersih, insulin diberikan
sebanyak 4 unit
R :
Pantau luas dan keadaan luka
4 25 Juni 2015 6 S :
Klien mengatakan luka dikakinya masih basah
O :
Terdapat luka ulkus diabetikum
Pus (-)
55
Page 56
Pembengkakan (+)
Terdapat adanya nyeri tekan pada daerah sekitar luka
Klien mendapat terapi insulin sebanyak 4 – 4 – 4 unit/
hari
A :
Resiko infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula
darah
P :
Pantau tanda-tanda infeksi
Pantau suhu tubuh klien
Kolaborasi untuk pemeriksaaan leukosit
Kolaborasi pemberian antibiotik
I :
Memantau tanda-tanda infeksi
Memantau suhu tubuh klien
Berkolaborasi dalam pemberianantibiotik metronidazole
500 mg drip
E :
56
Page 57
Suhu 36,1o C, tidak ada tanda-tanda infeksi
R :
Pantau tanda-tanda infeksi
5 25 Juni 2015 4 S :
Klien mengeluh lemah badan
Klien mengeluh kakinya masih terasa nyeri walaupun
sudah berkurang
O :
Terdapat ulkus diabetikum pada daerah kaki sebelah
kanan dan tangan sebelah kiri
Kekuatan otot :
5 3
2 5
57
Page 58
A :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan terputusnya
inkontinuitas jaringan
P :
Dekatkan alat-alat yang diperlukan oleh klien
Anjurkan klien untuk meminta bantuan kepada
keluarga jika akan melakukan aktivitas
Lakukan latihan pergerakan pada kedua kaki dan
tangan klien secara aktif maupun pasif
I :
Mendekatkan alat-alat yang diperlukan oleh klien
Menganjurkan klien untuk meminta bantuan kepada
keluarga jika akan melakukan aktivitas
Melakukan latihan pergerakan pada kedua kaki dan
tangan klien baik secara aktif maupun pasif.
E :
58
Page 59
Alat-alat yang dibutuhkan klien berada di meja samping
tempat tidur
Klien mengatakan selalu meminta bantuan keluarga jika
akan melakukan sesuatu
Klien berlatih ROM aktif dan pasif
R :
Pantau kelemahan dan kekuatan otot klien
59
Page 60
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Kesimpulan yang kami dapat peroleh dari asuhan keperawatan pada Tn. F
dengan diabetes militus yaitu :
a. Pengkajian keperawatan
Dalam tahap pengkajian klien dengan diabetes militus tipe I pada
manisfestasi klinis di dapat poli uria, poliphagia, polidisi, dan
kesemutan, pada kasus ini memang terdapat keluhan keluhan tersebut
pada klien.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ada pada kasus ini yaitu, gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit, gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke
daerah luka akibat dengan adanya obstruksi pembuluh darah,
gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus,
intoleransi aktivitas berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas
jaringan, serta resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tingginya
kadar gula darah.
c. Perencanaan Keperawatan
Masalah keperawatan pada kasus Tn.F ditangani dengan intervensi
intervensi yang telah direncanakan sesuai prioritas masalah.
d. Pelaksanaan Peperawatan
Tidakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang
telah dibuat antara lain mengobsevasi tanda- tanda vital, mengajarkaan
tehnik relaksasi, menciptakan lingkungan yang nyaman, menganjurkan
untuk melakukan mobilisasi yang bertahap, melakukan perawatan
luka, kolaborasi dalam memberikan insulin, dll.
e. Evaluasi
Berdasarkan hasil dari intervensi yang telah kami laksanakan, hasil
evaluasi yang kami dapatkan yaitu : nyeri klien dapat berkurang,
60
Page 61
nekrotik pada ulkus berkurang, tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada
klien.
4.2 SARAN
a. Untuk Umum
Diharapkan setelah kita mengetahui pengertian, penyebab dan tanda
gejala apa saja yang mennjukan terjadinya diabetes melitus, kita dapat
menghindari faktor penyebab dan mejaga pola hidup kita agar dapat
meminimalisir resiko terjadinya diabetes melitus. Bila kita rasakan tanda-tanda
diabetes melitus yang telah kita bahas di BAB II, segeralah memeriksakan diri
ke pelayanan kesehatan.
b. Untuk Perawat
Saran yang perlu di sampaikan kepada perawat, yaitu harus
mendokumentasikan setiap tindakan yang telah di lakukan. Serta menambah
ilmu pengetahuan.tentang berbagai macam penyakit, dalam khusus nya
Diabetes militus agar perawat dapat melakukan implementasi sesuai dengan
kebutuhan klien.
c. Untuk Penulis
Kami memahami segala kekurangan yang ada pada karya tulis kami
sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan masukan yang membangun
guna dalam penulisan karya tulis selanjutnya kami dapat membuat kaya tulis
dengan lebih baik lagi.
61
Page 62
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan,
(Edisi III), EGC, Jakarta.
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Jakarta: EGC.
Rumahorbo, Hotma.2014.Mencegah Diabetes Melitus dengan Perubahan Gaya
Hidup. Bogor: In Media.
Shadine, Mahannad. 2010. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke &
Serangan Jantung Pencegahan dan Pengobatan Alternatif. Jakarta:
Kneebooks.
Smeltzer, Suzannec.1997.Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner &
Sudarth Vol.2 Edisi 8. Jakarta: EGC.
Suddarth, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Tridjaja, Bambang. 2009. Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Mellitus
Tipe 1. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_melitus, diakses pada tanggal 12 Juli 2015
Bustanoel, https://id.scribd.com/doc/219590595/Asuhan-Keperawatan-Diabetes-
Mellitus-Tipe-1 , diakses tanggal 24 juli 2015 pukul 19.00 WIB
Rahmawati, Annisa https://id.scribd.com/doc/250733784/Pathways-DM-Tipe-
1#download, diakses tanggal 24 juli 2015 pukul 19.00 WIB
62
Page 63
Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N (2010).
Diabetes Melitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP
Aman B. Pulungan, editor. Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta:
Sagung Seto 2010, h 124-161.
63