Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, Orang lazim menyebutnya sebagai penyakit gula atau kencing manis. Sebelum menjelaskan lebih lanjut soal penyebab dan cara perawatan pasien diabetes melitus ada baiknya kita simak dulu definisi mengenai diabetes melitus itu sendiri. Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. (Wikipedia, diakses juli 2015) Menurut data organisasi Persatuan Rumah Sakit di Indonesia (PERSI) tahun 2008, Indonesia kini menempati urutan ke 4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus di dunia. Pada 2006, jumlah penderita DM di Indonesia mencapai 14 juta orang. Klasifikasi DM menurut WHO dibagi menjadi beberapa tipe. Yang pertama yaitu DM tipe 1 dimana 1
91

BAB I,2,3,4 Fix Bgt

Feb 05, 2016

Download

Documents

Fiera Riandini

kasus DM tipe 1
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang

kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, Orang lazim

menyebutnya sebagai penyakit gula atau kencing manis. Sebelum

menjelaskan lebih lanjut soal penyebab dan cara perawatan pasien diabetes

melitus ada baiknya kita simak dulu definisi mengenai diabetes melitus itu

sendiri. Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah

penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal

(hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun

relatif. (Wikipedia, diakses juli 2015)

Menurut data organisasi Persatuan Rumah Sakit di Indonesia (PERSI)

tahun 2008, Indonesia kini menempati urutan ke 4 terbesar dalam jumlah

penderita diabetes mellitus di dunia. Pada 2006, jumlah penderita DM di

Indonesia mencapai 14 juta orang.

Klasifikasi DM menurut WHO dibagi menjadi beberapa tipe. Yang

pertama yaitu DM tipe 1 dimana secara etiologi terjadi destruksi sel beta,

umumnya menjurus kepada defisiensi insulin absolute, terjadi auto imun

serta idiopati. Yang kedua adalah DM tipe 2 secara etiologi bervariasi

mulai dari dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative

sampai yang terjadi defek sekresi insulin disertai resistensi insulin. Yang

ketiga adalah DM Gestasional yaitu diabetes yang terjadi pada saat

kehamilan atau karena berat bayi yang dilahirkan lebih. Dan selanjutnya

adalah DM tipe lainnya dimana terjadi defek fungsi sel beta, defek genetik

kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau

zat kimia, adanya infeksi, sebab imunologi yang jarang, serta sindrom

genetic lain yang berkaitan dengan DM, (Soegondo, 2009).

1

Page 2: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

Menurut ADA (American Diabetes Association), secara garis besar

komplikasi diabetes melitus dibagi 2 yaitu: komplikasi metabolik dan

komplikasi vascular jangka panjang. Komplikasi metabolik yang yang

paling sering ditemui adalah pada DM tipe 1 yaitu ketoasidosis diabetik

(DKA), yang ditandai dengan adanya hiperglikemi (gula darah > 300

mg/dl), asidosis metabolik akibat penimbunan benda keton dan diuresis

osmotik. Sedang komplikasi vaskuler jangka panjang melibatkan

pembuluh-pembuluh darah kecil (mikroangiopati) di antaranya retinopati

diabetik, nefropati diabetik, neuropati diabetik, dan komplikasi pembuluh

darah sedang maupun besar (makroangiopati) antara lain aterosklerosis,

ganggren pada ekstremitas dan stroke akibat DM.

Penulis memilih makalah Diabetes Melitus Tipe 1 sebagai materi yang

akan dibahas karena selain untuk menambah pengetahuan kepada

pembaca, juga dapat memberikan pengetahuan pada mahasiswa tentang

bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes

Melitus Tipe 1.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep dasar penyakit diabetes mellitus

b. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus

1.3 Tujuan

Adapun Tujuannya Yaitu :

a. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit diabetes mellitus

b. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien diabetes

mellitus

1.4 Manfaat

a. Kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui mulai dari definisi,

penyebab, patofisiologi, tanda dan gejala, Penatalaksanaan dari

diabetes mellitus.

2

Page 3: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

b. Selain  kami juga dapat mengetahui Asuhan Keperawatan dari Kasus

Diabetes Mellitus.

3

Page 4: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Penyakit

a. Konsep Dasar Patologis

Diabetes mellitus adalah sindrom oleh ketidak seimbangan antara

tuntutan dan suplai insulin. Sindrom ini ditandai oleh hiperglikemia

dan berkaitan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak,

dan protein. Abnormalitas metabolik ini mengarah pada

perkembangan bentuk spesifik komplikasi ginjal, okular, neurologik

dan kardiovaskular.

b. Pengertian DM Tipe 1

DM tipe-1 adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan

metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik.

Keadaan ini diakibatkan oleh kerusakan sel-β pankreas baik oleh

proses autoimun maupun idioptaik sehingga produksi insulin

berkurang bahkan terhenti. (Tridjaja, Bambang. 2009)

Diabetes mellitus tipe 1 terjadi disebabkan oleh karen kerusakan sel β-

pankreas. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh proses

autoimun maupun idiopatik. Pada DM tipe 1 sekresi insulin berkurang

atau terhenti. (Rustama DS, dkk. 2010).

Jadi kesimpulannya diabetes melitus tipe 1 merupakan suatu penyakit

yang terjadi karena kerusakan sel β-pankreas yang menyebabkan

terjadinya gangguan metabolisme glukosa yang ditandai oleh

hiperglikemia kronik.

4

Page 5: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

c. Etiologi DM Tipe 1

1) Faktor Genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tetapi

mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah

terjadinya DM tipe 1. Kecenderungan ini ditemukan pada individu

yang memiliki tipe antigen HLA.

2) Faktor-faktor imunologi

Adanya respon autoimun yang merupakanrespon abnormal dimana

antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi

terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai

jaringan asing. Yaitu autoantibody terhadap sel-sel pulau

Langerhans dan insulin endogen.

3) Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang

menimbulkan destruksi sel beta.

d. Patofisiologi DM tipe 1

Diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang

menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan

predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang

menyerang antigen sel B pankreas. Faktor ekstrinsik yang diduga

mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang disebabkan oleh

virus, seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4,

oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan

antibodi yang dirilis oleh imunosit yang disensitisasi. Suatu kerusakan

genetis yang mendasari yang berhubungan dengan  replikasi atau

fungsi sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya

kegagalan sel B setelah infeksi virus. Lagipula, gen-gen HLA yang

khusus diduga meningkatkan kerentanan terhadap virus diabetogenik

atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang merespon sistem imun

tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi pada pasien

sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets of

Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi.

5

Page 6: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan

dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul

ketika pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu

memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada

sama sekali. Penurunan jumlah insulin menyebabkan gangguan jalur

metabolik antaranya penurunan glikolisis (pemecahan glukosa

menjadi air dan karbondioksida), peningkatan glikogenesis

(pemecahan glikogen menjadi glukosa), terjadinya glukoneogenesis.

Glukoneogenesis merupakan proses pembuatan glukosa dari asam

amino , laktat , dan gliserol yang dilakukan counterregulatory

hormone (glukagon, epinefrin, dan kortisol). Tanpa insulin , sintesis

dan pengambilan protein, trigliserida , asam lemak, dan gliserol dalam

sel akan terganggu. Aseharusnya terjadi lipogenesis namun yang

terjadi adalah lipolisis yang menghasilkan badan keton.Glukosa

menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat

diangkut ke dalam sel. Kadar glukosa lebih dari 180mg/dl  ginjal tidak

dapat mereabsorbsi glukosa dari glomelurus sehingga timbul

glikosuria. Glukosa menarik air dan menyebabkan osmotik diuretik

dan menyebabkan poliuria. Poliuria menyebabkan hilangnya elektrolit

lewat urine, terutama natrium, klorida, kalium, dan fosfat merangsang

rasa haus dan peningkatan asupan air (polidipsi). Sel tubuh

kekurangan bahan bakar (cell starvation ) pasien merasa lapar dan

peningkatan asupan makanan (polifagia).

Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi

kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang  non

obesitas dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak

pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan

katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin

dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas

gagal merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu,

diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki

katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia

6

Page 7: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

dan peningkatan kadar glukosa darah.(Bustanoel,

https://id.scribd.com/doc/219590595/Asuhan-Keperawatan-Diabetes-

Mellitus-Tipe-1 , diakses tanggal 24 juli 2015 pukul 19.00 WIB)

 (Rahmawati, Annisa https://id.scribd.com/doc/250733784/Pathways-

DM-Tipe-1#download, diakses tanggal 24 juli 2015 pukul 19.00 WIB).

7

Page 8: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

e. Tanda dan gejala DM tipe 1

1) Poliuria

Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane

dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma

meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel

berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah

ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan

akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).

2) Polidipsia

Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler

menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah

dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan

sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan

ingin selalu minum (polidipsia).

3) Poliphagia

Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya

kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi

akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah

seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).

4) Penurunan berat badan

Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel

kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme,

akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan

terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.

8

Page 9: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

5) Malaise atau kelemahan (Brunner & Suddart, 2002)

f. Pemeriksaan Diagnostik DM tipe 1

Diabetes mellitus ditegakkan berdasarkan ada tidaknya gejala. Bila

dengan gejala (polidipsi, poliuria, polifagia), maka pemeriksaan gula

darah abnormal satu kali sudah dapat menegakkan diagnosis DM.

sedangkan bila tanpa gejala, maka diperlukan paling tidak 2 kali

pemeriksaan gula darah abnormal pada waktu yang berbeda (Rustama

DS, dkk. 2010; SIPAD Clinical Practice Consencus Guidelines 2009).

Kriteria hasil pemeriksaan gula darah abnormal adalah :

1) Kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dL atau

2) Kadar gula darah puasa > 126 mg/dL atau

3) Kadar gula darah postpandrial > 200 mg/dL

Untuk menegakkan diagnosis DM Tipe 1, maka perlu dilakukan

pemeriksaan penujang, yaitu C-peptide 0.85 ng/ml. C-peptide ini

merupakan salah satu penanda banyaknya sel β-pankreas yang masih

berfungsi. Pemeriksaan lain adalah adanya autoantibody, yaitu Islet

cell autoantibodies (ICA), Glutamic acid decarboxylase

autoantibodies (65K GAD), IA2 (dikenal sebagai ICA 512 atau

tyrosine posphatase) autoantibodies dan Insuline autoantibodies

(IAA). Adanya autoantibody mengkonfirmasi DM tipe 1 karena

proses autoimun. Sayangnya autoantibody ini relatif mahal (Rustama

DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Consencus Guidelines 2009).

g. Penatalaksanaan DM tipe 1

Tatalaksana pasien dengan DM tipe 1 tidak hanya meliputi

pengobatan berupa pemberian insulin. Ada hal-hal lain yang perlu

diperhatikan dalam tatalaksana agar penderita mendapatkan kualitas

hidup yang optimal dalam jangka pendek maupun jangka panjang

9

Page 10: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

(Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Concencus

Guidelines. 2009).

Terdapat 5 pilar manajemen DM tipe 1, yaitu :

1) Insulin

Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada

penderita DM tipe 1. Dalam pemberian insulin harus

diperhatikan jenis insulin, dosis insulin, regimen yang

digunakan, cara menyuntik serta penyesuaian dosis yang

diperlukan.

a) Jenis insulin : Kita mengenal beberapa jenis insulin, yaitu

insulin kerja cepat, kerja pendek, kerja menengah, kerja

panjang, maupun insulin campuran (campuran kerja

cepat/pendek dengan kerja menengah). Penggunaan jenis

insulin ini tergantung regimen yang digunakan.

Tabel 2. Jenis-jenis insulin

Jenis insulin Awitan Puncak

kerja

Lama

kerja

Meal Time Insulin

Insulin Lispro (Rapid

acting)

Regular (Short

acting)

5-15 menit

30-60 menit

1 jam

2-4 jam

4 jam

5-8 jam

Background Insulin

NPH dan Lente

(Intermediate acting)

Ultra Lente (Long

acting)

1-2 jam

2 jam

4-12 jam

6-20 jam

8-24 jam

18-36

jam

Insulin Glargine

(Peakless Long

2-4 jam 4 jam 24-30

10

Page 11: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

acting) jam

b) Dosis Insulin : Dosis total harian pada anak berkisar antara 0,5-1

Unit/KgBB pada awal diagnosis ditegakkan. Dosis ini selanjutnya

akan diatur disesuaikan dengan faktor-faktor yang ada, baik pada

penyakitnya maupun pada penderitanya.

c) Regimen : Kita mengenal dua macam regimen, yaitu regimen

konvensional, serta regimen intensif. Regimen konvensional/mix

split regimen dapat berupa pemberian dua kali suntik/hari atau tiga

kali suntik/hari. Sedangkan regimen intensif berupa pemberian

regimen basal bolus. Pada regimen basal bolus dibedakan antara

insulin yang diberikan untuk memberikan dosis basal maupun

dosis bolus.

d) Cara menyuntik : Terdapat beberapa tempat penyuntikan yang

baik dalam hal absorpsinya yaitu di daerah abdomen, lengan atas,

lateral paha. Daerah bokong tidak dianjurkan karena paling buruk

absorpsinya.

e) Penyesuain Dosis : Kebutuhan insulin akan berubah tergantung

dari beberapa hal, seperti hasil monitor gula darah, diet, olahraga,

maupun usia pubertas (terkadang kebutuhan meningkat hingga 2

unit/KgBB/hari), kondisi stress maupun saat sakit.

2) Diet

Diet Secara umum diet pada DM tipe 1 tetap mengacu pada upaya

untuk mengoptimalkan proses pertumbuhan. Untuk itu pemberian diet

terdiri dari 50¬55% karbohidrat, 15-20% protein dan 30% lemak. Pada

DM tipe 1 asupan kalori perhari harus dipantau ketat karena terkait

dengan dosis insulin yang diberikan selain monitoring

pertumbuhannya.

11

Page 12: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

Pemberian diet ini juga memperhatikan regimen yang digunakan. Pada

regimen basal bolus, pasien harus mengetahui rasio insulin:

karbohidrat untuk menentukan dosis pemberian insulin.

Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali makanan utama dan 3

kali makanan kecil sebagai berikut :

a) 20% berupa makan pagi.

b) 10% berupa makanan kecil.

c) 25% berupa makan siang.

d) 10% berupa makanan kecil.

e) 25% berupa makan malam.

f) 10% berupa makanan kecil.

3) Aktivitis / exercise

Berolahraga akan membantu mempertahankan berat badan ideal,

menurunkan berat badan apabila menjadi obesitas serta meningkatkan

percaya diri. Olahraga akan membantu menurunkan kadar gula darah

serta meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Namun perlu

diketahui pula bahwa olahraga dapat meningkatkan risiko

hipoglikemia maupun hiperglikemia (bahkan ketoasidosis). Apabila

gula darah sebelum olahraga di atas 250 mg/dl serta didapatkan adanya

ketonemia maka dilarang berolahraga. Apabila kadar gula darah di

bawah 90 mg/dl, maka sebelum berolahraga perlu menambahkan diet

karbohidrat untuk mencegah hipoglikemia.

4) Edukasi

Langkah yang tidak kalah penting adalah edukasi baik untuk penderita

maupun keluarga. Keluarga perlu diedukasi tentang penyakitnya,

patofisiologi, apa yang boleh dan tidak boleh pada penderita DM,

insulin (regimen, dosis, cara menyuntik, lokasi menyuntik serta efek

samping penyuntikan), monitor gula darah.

5) Monitoring kontrol glikemik

Monitoring ini menjadi evaluasi apakah tatalaksana yang diberikan

sudah baik atau belum. Kontrol glikemik yang baik akan memperbaiki

kualitas hidup pasien, termasuk mencegah komplikasi baik jangka

12

Page 13: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

pendek maupun jangka panjang. Pasien harus melakukan pemeriksaan

gula darah berkala dalam sehari.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Pengumpulan Data

a) Identitas

(1) Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin,

agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit,

nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.

Jenis kelamin, umur dan alamat.

(2) Identitas penanggung jawab meliputi : Nama, Umur,

Jenis kelamin, Pekerjaan, Hubungan dengan klien,

Alamat

b) Riwayat Kesehatan

(1) Keluhan Utama

Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri

abdomen, nafas pasien mungkin berbau

aseton pernapasan kussmaul, poliuri,

polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit

kepala

(2) Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma

Hipoglikemik, KAD), penyebab terjadinya penyakit

(Coma Hipoglikemik, KAD) serta upaya yang telah

dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

(3) Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit 

lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin

13

Page 14: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

misalnya penyakit pankreas.  Adanya riwayat penyakit

jantung, obesitas, tindakan medis yang pernah di dapat

maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh

penderita.

(4) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga

tentang penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik,

riwayat glukosuria selama stress (kehamilan,

pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat

(glukokortikosteroid, diuretik tiasid).

(5) Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan

emosi yang dialami penderita sehubungan dengan

penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap

penyakit penderita.

(6) Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus :

Poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan,

pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, dan

kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan

elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.

(7) Kaji pemahaman pasien tentang :

kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan tindakan

perawatan diri untuk mencegah komplikasi.

2) Pengkajian : Pemeriksaan Fisik (Doengoes, 2001)

a) Aktivitas/ Istirahat

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus

otot menurun.

b) Sistem kardiovaskuler

14

Page 15: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

Adakah riwayat hipertensi, AMI, ulkus pada kaki yang

penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan

darah

c) Integritas Ego

Stress, ansietas

d) Sistem perkemihan

Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria )

e) Sistem pencernaan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan

berat badan.

f) Sistem persyarafan

Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada

otot, parestesia,gangguan penglihatan, gangguan memori

(baru, masa lalu) : kacau mental, koma, aktifitas kejang.

g) Sistem Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya

infeksi / tidak

b. Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis

osmotik.

2) Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan

oral.

3) Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka.

5) Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan

dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.

6) Kurang pengetahuan tentang masalah dan penanganannya

berhubungan dengan kurang mendapat informasi.

c. Intervensi Keperawatan

15

Page 16: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

No Perencanaan

1. Diagnosa keperawatan:

Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

Tujuan:

Mengembalikan volume cairan, mencapai keseimbangan cairan serta

elektrolit

Kriteria Hasil:

Cairan dan elektrolit dapat terpenuhi, asupan dan haluaran yang seimbang

dalam 24 jam

Intervensi Rasional

a. Observasi TTV (Tekanan

darah, nadi, suhu dan

respirasi)

a. Dengan mengobservasi tanda-tanda

vital memantau untuk mendeteksi

adanya tanda-tanda dehidrasi yang

berlanjut: takikardi, hipotensi

omostik

b. Pantau masukan dan

haluaran cairan

b. Asupan cairan per oral dapat

dianjurkan untuk menggantikan

cairan yang hilang akibat dehidrasi.

Rehidrasi merupakan tindakan untuk

mempertahankan perfusi jaringan.

Dan menggalakan eksresi glukosa

yang berlebihan melalui ginjal.Serta

apabila kelebihan muatan cairan

akan beresiko bagi pasien mengalami

gagal jantung kongestif

c. Pantau warna, jumlah, dan

frekuensi kehilangan cairan

c. Pemantauan cairan untuk

mengumpulkan dan menganalisi data

pasien untuk mengatur

keseimbangan cairan

d. Kolaborasi : dengan dokter d. Adanya terapi diabetes ketoasidosis

16

Page 17: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

dalam pemberian elektrolit

dan cairan intravena

adalah kalium. Meskipun konsentrasi

kalium plasma pada awalnya

rendah , normal atau tinggi namun

simpanan kalium tubuh dapat

berkurang secara signifikan.

Penggantian kalium dilakukan

dengan hati-hati untuk menghindari

gangguan irama jantung

2. Diagnosa keperawatan:

Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral

Tujuan:

Mengendalikan kadar glukosa darah yang optimal, meningkatkan kembali

berat badan, menoleransi diet yang dianjurkan

Kriteria Hasil:

Glukosa darah dalam kedaan normal, memperlihatkan Status Gizi : Asupan

makanan dan cairan cukup adekuat, dan berat badan dalam batas normal

Intervensi Rasional

a. Identifikasi kebiasaan makan

pasien dan gaya hidup

a. Untuk mengetahui pemberian terapi

diit yang dibutuhkan oleh pasien

b. Observasi berat badan pasien b. Pada penderita diabetes tipe II

memerlukan adanya penurunan berat

badan untuk pengendalian kalori

total untuk mencapai atau

mempertahankan berat badan yang

sesuai dan pengendalian glukosa

darah

c. Diskusikan tentang rencana

diet

c. Adanya perencanaan diit bagi

penderita diabetes untuk menentukan

jenis makanan , jumlah dan waktu

17

Page 18: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

makan serta ngemil pasien dalam

mengatur asupan kalori. Dan

memantau kalori yang berasal dari

karbohidrat, lemak, serta protein

d. Kolaborasi: dalam penentuan

diit yang sesuai bagi pasien.

Diit DM 1500 kalori, rendah

lemak

d. Adanya diit tinggi serat tinggi

karbohidrat berperan dalam

penurunan kadar total kolesterol dan

LDL ( low density lipoprotein)

kolesterol dalam darah. Adanya

kandungan serat dalam diet untuk

memperbaiki kadar glukosa darah

3. Diagnosa keperawatan:

Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar gula darah

Tujuan:

Pengendalian resiko infeksi

Kriteria Hasil:

Tidak terjadi infeksi, melaporkan tanda atau gejala infeksi

Intervensi Rasional

a. Observasi tanda-tanda

infeksi dan peradangan

a. Pasien mungkin masuk dengan

infeksi yang biasanya telah

mencetuskan keadaan ketoasidosis

atau dapat mengalami infeksi

nosokomial

b. Tingkatkan upaya untuk

pencegahan dengan

melakukan cuci tangan yang

baik pada semua orang yang

berhubungan dengan pasien

termasuk pasiennya sendiri

b. Mencegah timbulnya infeksi silang

18

Page 19: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

c. Pertahankan teknik aseptik

pada prosedur invasif

c. Kadar glukosa yang tinggi dalam

darah akan menjadi media terbaik

bagi pertumbuhan kuman

d. Berikan perawatan kulit

dengan teratur dan sungguh-

sungguh

d. Sirkulasi perifer bisa terganggu yang

menempatkan pasien pada

peningkatan resiko terjadinya

kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan

infeksi

e. Lakukan perubahan posisi,

anjurkan batuk efektif dan

nafas dalam

e. Membantu dalam memventilasi

semua daerah paru dan memobilisasi

secret

4. Diagnosa keperawatan:

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka

Tujuan:

Menunjukkan integritas jaringan kulit dan membran mukosa

Kriteria Hasil:

Tidak terdapat tanda dan gejala adanya kerusakan integritas

Intervensi Rasional

a. Observasi tanda-tanda

infeksi

a. Kemerahan, edema, luka drainase,

cairan dari luka menunjukkan

adanya infeksi

b. Ajarkan klien untuk mencuci

tangan dengan baik, untuk

mempertahankan kebersihan

tangan pada saat melakukan

prosedur

b. Mencegah infeksi silang

c. Dorong klien mengkonsumsi

diet secara adekuat dan

c. Peningkatanpengeluaran urine akan

mencegah statis dan

19

Page 20: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

intake cairan 3000 ml/hari mempertahankan PH urine yang

dapat mencegah terjadinya

perkembangan bakteri

d. Antibiotik bila ada indikasi d. Mencegah terjadinya perkembangan

bakteri

5. Diagnosa keperawatan:

Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan

ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit

Tujuan:

Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi

Kriteria Hasil:

Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori

Intervensi Rasional

a. Pantau tanda-tanda vital dan

status mental

a. Sebagai dasar untuk membandingkan

temuan abnormal

b. Panggil pasien dengan nama,

orientasikan kembali sesuai

dengan kebutuhannya

b. Menurunkan kebingungan dan

membantu untuk mempertahankan

kontak dengan realitas

c. Pelihara aktivitas rutin pasien

sekonsisten mungkin, dorong

untuk melakukan kegiatan

sehari-hari sesuai

kemampuannya

c. Membantu memelihara pasien tetap

berhubungan dengan realitas dan

mempertahankan orientasi pada

lingkungannya

20

Page 21: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

d. Selidiki adanya keluhan

parestesia, nyeri atau

kehilangan sensori pada

paha/kaki

d. Neuropati perifer dapat

mengakibatkan rasa tidak nyaman

yang berat, kehilangan sensasi

sentuhan/distorsi yang mempunyai

resiko tinggi terhadap kerusakan

kulit dan gangguan keseimbangan

6. Diagnosa keperawatan:

Kurang pengetahuan tentang masalah dan penanganannya berhubungan

dengan kurang mendapat informasi

Tujuan:

Meningkatkan pengetahuan klien tentang pengertian penyakit, faktor yang

dapat mendukung munculnya masalah kesehatan yang dihadapi dan

penanganannya: Meningkatkan kesadaran klien tentang pengaturan diet dan

kebiasaan makan

Kriteria Hasil:

Adanya keinginan pasien untuk mematuhi rencana perawatan yang

ditentukan.

Intervensi Rasional

a. Kaji pengetahuan klien

tentang masalah kesehatan

yang dialami

a. Membantu menentukan hal spesifik

yang akan menjadi topik/materi

penyuluhan

b. Identifikasi bersama klien

kebiasaan yang

memungkinkan munculnya

masalah

b. Membantu klien mengidentifikasi

hubungan kebiasaan dengan masalah

yang dihadapi saat ini

c. Anjurkan klien untuk teratur

mengkonsumsi obat-obatan

c. Memberikan dorongan kepada klien

agar konsisten terhadap program

21

Page 22: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

penurun glukosa darah sesuai

resep (kolaborasi)

penyembuhan

d. Berikan klien daftar zat-zat

yang harus dihindari

(misalnya: kafein, nikotin,

permen, coklat, makanan

yang manis, dll)

d. Memberikan informasi kepada klien

dan panduan agar dapat dipatuhi

e. Anjurkan klien untuk

menyesuaikan diet dengan

makanan yang disukai, pola

makan dan jumlah yang

dibutuhkan

e. Memberi kesempatan kepada klien

untuk bekerjasama dengan perawat

dalam pengaturan diet

f. Jelaskan kepada klien

informasi tentang diabetes

mellitus yang meliputi:

pengertian, penyebab, gejala

klinik dan cara

penanggulangannya

f. Informasi yang diberikan kepada

klien bertujuan untuk memberikan

pemahaman tentang hal-hal yang

berhubungan dengan DM dan

penanganannya

g. Berikan dorongan kepada

klien untuk mematuhi semua

saran-saran yang

disampaikan oleh perawat

g. Meningkatkan kesadaran klien

tentang pengaturan diet dan

kebiasaan makan

h. Berikan klien kesempatan

bertanya tentang hal-hal yang

berhubungan dengan masalah

yang sedang dihadapi

h. Memberikan kesempatan kepada

klien untuk mencari informasi

tentang hal-hal yang belum diketahui

dan dipahami

22

Page 23: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN

a. Pengumpulan Data

1) Identitas Klien

Nama : Tn. F

Tanggal Lahir/ Umur : 3 Februari 1988/ 27 tahun

23

Page 24: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Suku Bangsa : Sunda

Status Marital : Menikah

Tanggal Masuk RS : 2 Juni 2015

Tanggal Pengkajian : 24 Juni 2015

No. Medrec : 0001338293

Diagnosa Medis : Diabetes Melitus Tipe I

Alamat : Kp. Sayang Asem rt 02 rw 04 Cikacung,

Kabupaten Bandung

2) Identitas Penanggungjawab

Nama : Ny. W

Umur : 54 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Hubungan dengan klien : Ibu

3) Riwayat Kesehatan

24

Page 25: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

a) Riwayat Kesehatan Sekarang

(1) Keluhan Utama Masuk RS

Klien mengeluh bengkak pada punggung tangan kirinya.

(2) Alasan Masuk Rumah Sakit

7 hari SMRS klien di rawat di RSUD Cicalengka di daerah

Cikopo karena menderita DBD. klien menderita bengkak

pada tangan kirinya bekas pemasangan infus, setelah 5 hari

dirawat di RS daerah Kopo klien dirujuk ke RSHS karena

tangan kiri yang bengkak tidak kunjung sembuh setelah di

kompres dengan kasa lembab yang telah dibasahi dengan

alkohol. Pertama kali klien masuk ke UGD, setelah itu dokter

menyarankan untuk di rawat inap di RSHS. Karena klien

mempunyai riwayat diabetes, klien di pindahkan dari UGD

ke ruang Fresia 2 untuk menjalani rawat inap.

(3) Keluhan Utama Saat Pengkajian

Klien mengeluh nyeri pada punggung tangan kiri dan telapak

kaki kanan, nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 5

(0-10). Nyeri bertambah jika bergerak dan tersentuh,

berkurang jika telah diberikan obat analgetik tramadol, nyeri

dirasakan hilang timbul.

b) Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan sudah mengetahui menderita DM tipe 1 sejak

kurang lebih sekitar 8 tahun yang lalu, klien juga pernah dirawat

di RSUD Cicalengka dengan kadar gula darah tertinggi 800-an.

25

Page 26: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

Kadar gula darah klien rata-rata 300 mg/dL, klien mendapat

insulin rutin 6 IU 3x sehari. Klien juga pernah di oprerasi karena

luka ulkus pada betis dan bokong kanan.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang memiliki

riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung

maupun penyakit ginjal.

4) Pola Aktivitas Sehari-hari

No Aktifitas Di rumah Di RS

1 Nutrisi

Makan Makan 3x sehari, makan dengan mie rebus 2 buah, paha ayam 2 buah, telur 2-5 butir dalam satu kali makan.

3x sehari makanan habis 1 porsi tiap kali makan sesuai dengan diet dari tim gizi yang dianjurkan yaitu 1800kkl

Minum 10x sehari minum air mineral dan cocacola 1 liter

6-8 gelas sehari air

mineral.

2 Eliminasi

BAK Frekuensi 5-6x sehari, warna kuning.

Frekuensi 3-4x sehari, warna kuning.

BAB Frekuensi 1x sehari, warna

khas dan lembek.

Frekuensi 2x sehari, warna

khas danlembek

3 Istirahat tidur Klien tidur jam 22.00-05.00

sering terbangun pada malam

hari karena ingin BAK

Klien tidur jam 22.00-

05.00 sering terbangun

pada malam hari karena

26

Page 27: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

kedinginan.

4 Personal hygiene

Mandi 2x sehari, mandiri 1x sehari di lap dan dibantu

Keramas 2 hari sekali, mandiri Belum keramas selama sakit

Sikat gigi 2x sehari, mandiri 1x sehari, dibantu

5 Aktivitas Klien bisa beraktivitas secara

mandiri

Sebagian besar dibantu

oleh ibu klien/istri klien.

5) Pemeriksaan Fisik

a) Sistem Pernapasan

Bentuk hidung simetris, septum nasal berada di tengah, lubang

hidung bersih, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, frekuensi

napas 19x/menit dengan irama reguler. Bentuk dan pergerakan

dada simetris, pengembangan paru kiri dan kanan simetris, vocal

fremitus kiri dan kanan simetris, pada saat perkusi paru terdengar

suara resonan, pada auskultasi paru terdengar suara vesikular di

seluruh area paru, tidak terdengar suara ronchi atau wheezing.

Tidak terdapat pernapasan kussmaul.

b) Sistem Kardiovaskuler

Konjungtiva berwarna pucat, bibir tidak sianosis, tidak terdapat

distensi vena jugularis, ictus cordis teraba di ICS V midclavikula

kiri, bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler, tidak terdengar bunyi

jantung tambahan, akral teraba hangat, CRT kembali kurang dari

27

Page 28: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

3 detik, tidak terdapat clubbing fingers, Tekanan Darah 110/70

mmHg, nadi 98x/menit.

c) Sistem Pencernaan

Warna bibir merah muda, mukosa bibir tampak kering, tidak

terdapat lesi pada bibir dan rongga mulut, tidak ada stomatitis,

gigi berwarna putih kekuningan, tidak ada distensi abdomen,

bising usus 6 x/menit, perkusi abdomen terdengar tympani pada

lambung dan dullness pada hepar, saat dipalpasi tidak terdapat

pembesaran hepar dan tidak ada nyeri tekan atau nyeri lepas, tidak

teraba pembesaran limpa. Klien mengatakan tidak ada keluhan

mual dan muntah.

d) Sistem Persarafan

(1)Tes Fungsi Serebral

(a) Status Mental

- Orientasi

Orientasi klien terhadap orang, tempat dan waktu baik,

ditandai dengan klien mampu mengenal ibunya dan

perawat, klien mampu menyebutkan tempat klien dirawat

yaitu di RSHS Bandung, klien mampu membedakan

waktu siang dan malam.

- Konsentrasi

Konsentrasi klien baik terbukti dengan klien mau

menjawab pertanyaan dari perawat.

(b) Tingkat Kesadaran

28

Page 29: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

- Kualitas : Compos mentis, klien sadar sepenuhnya

- Kuantitas : Nilai GCS 15 (E 4 M 6 V5)

(2) Tes Fungsi Syaraf Kranial

(a) Nervus I Olfaktorius

Fungsi penciuman baik, klien dapat membedakan bau kopi

dan bau minyak kayu putih dengan mata tertutup.

(b) Nervus II Optikus

Klien dapat membaca koran tanpa menggunakan alat bantu

lihat.

(c) Nervus III, IV, VI Okulomotorius, Troklearis, Abdusen

Pupil bulat isokor, reaksi pupil terhadap cahaya baik, pupil

mengecil saat terkena cahaya, klien dapat membuka dan

menutup matanya secara spontan, koordinasi gerakan mata

baik.

(d) Nervus V Trigeminus

Klien dapat merasakan usapan pilinan kapas pada kelopak

mata, dahi dan dagu, fungsi mengunyah klien baik,

pergerakan otot temporal saat mengunyah simetris.

(e) Nervus VII Fasialis

29

Page 30: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

Klien dapat mengenali sensasi rasa berbeda yaitu asam

manis dan asin pada ujung lidah, klien mampu memjamkan

mata, tersenyum, mengerutkan dahi dan mengembangkan

pipi.

(f) Nervus VIII Akustikus

Klien mampu menjawab / merespon terhadap pertanyaan

perawat dengan baik.

(g) Nervus IX Glosofaringeus

Klien tidak mengeluh nyeri saat menelan.

(h) Nervus X Vagus

Uvula berada di tengah dan terangkat saat klien

mengatakan “ah”

(i) Nervus XI Assesorius

Tidak ada nyeri tekan pada otot sternokleido mastoideus,

klien dapat menoleh ke arah kiri dan kanan dengan baik dan

kuat.

(j) Nervus XII Hipoglosus

Klien dapat menggerakkan lidahnya ke segala arah.

e) Sistem Endokrin

30

Page 31: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

Klien mengatakan tidak banyak minum, buang air kecil normal

(tidak terpasang kateter) dan frekuensi makan normal (3x sehari)

sesuai diet.

f) Sistem Genitourinaria

Tidak ada edema palpebra. Saat dipalpasi ginjal tidak teraba,

tidak terdapat distensi kandung kemih, tidak terdapat nyeri tekan

pada kandung kemih, tidak terdapat keluhan nyeri pada saat

BAK, saat diperkusi ginjal tidak terasa nyeri, tidak ada keluhan

pada organ genitalia.

g) Sistem Muskuloskeletal

Terdapat pembengkakan pada tangan kiri dan kaki kanan, ++/++,

kekuatan otot 5 3

2 5

h) Sistem Integumen dan Imunitas

Penyebaran rambut kepala merata, rambut mudah dicabut, rambut

terlihat kusam, kulit berwarna sawo matang, keadaan kulit bersih,

turgor kulit baik, suhu 36,6 0C, kuku tangan dan kaki pendek dan

bersih, tidak terdapat clubbing fingers. Adanya luka pada

punggung tangan kiri dan telapak kaki kanan.

i) Wicara dan THT

Tidak ada gangguan pendengaran, penciuman, dan gangguan

menelan, bicara klien juga tidak rero.

31

Page 32: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

j) Sistem Penglihatan

Penglihatan klien tidak kabur, reflek pupil positif, klien tidak

mengguanakan alat bantu lihat/kacamata.

6) Data Psikologis

a) Status Emosi

Emosi klien tampak stabil ditandai dengan klien mau diajak

kompromi dan dimintai informasi oleh perawat, meskipun klien

terlihat sedikit menghindar bila merasa sudah mulai kelelahan

dan mengantuk.

b) Kecemasan

Klien mengatakan merasa cemas karena klien direncanakan

akan di oprasi debridement yang akan dilakukan pada tanggal 24

Juni 2015. Namun setelah searching tentang oprasi debridement

dan bertanya kepada dokter cemas berkurang.

c) Pola Koping

Dalam menyelesaikan masalahnya klien selalu berbagi cerita

dengan ibunya

d) Gaya Komunikasi

Klien berkomunikasi dengan nada yang lambat dan suara pelan

namun masih dapat dimengerti oleh perawat. Klien terkesan

jarang berbicara atau pendiam. Klien dapat berkomunikasi

dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.

e) Konsep Diri

32

Page 33: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

(1) Gambaran diri

Klien mengatakan takut luka di kakinya tidak sembuh

(2) Identitas diri

Klien mengatakan klien adalah seorang laki-laki.

(3) Peran

Klien mengatakan jika sedang di rawat di rumah sakit klien

merasa perannya sebagai suami terganggu karena tidak bisa

bekerja.

(4) Ideal Diri

Klien selalu berharap kaki dan tangannya akan sembuh dan ia

ingin segera pulang untuk berkumpul kembali dengan

anggota keluarga yang lain.

(5) Harga Diri

Klien mengatakan merasa istrinya akan malu jika klien tidak

sembuh karena luka di tangan kiri dan kaki kanannya.

g. Data Sosial

Hubungan dan pola interaksi klien dengan keluarga dan orang sekitar

cukup baik, terbukti selama di RS klien selalu berinteraksi dengan

teman sekamarnya. Klien seorang yang kooperatif namun terkesan

jarang berbicara dan pendiam selama proses perawatan interaksi

klien dan perawat cukup baik. Keluarga klien terlihat sangat

mendukung kesembuhan klien.

33

Page 34: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

h. Data Spiritual

Klien adalah seorang yang beragama Islam, klien selalu berdo’a

untuk kesembuhannya. Dengan penyakitnya saat ini klien menerima

keadaanya dengan tabah dan tidak merasa putus asa, dan

menganggap semua cobaan dari Allah SWT.

i. Data Penunjang

No Hari/tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan1 20 Juni 2025 Glukosa Darah

PuasaGlukosa Darah 2 jam PP

96 mg/dL

120 mg/dL

70-100 mg/dL

<140 mg/dL

2. 21 Juni 2015 HEMATOLOGIHbLeukositHematrokritTrombositMCVMCHMCHCBasofilEsinofilBatang SegmenLimfositMonositGDP

7,5 gr/dL9400 mm3

23 %454000 mm3

87 fL28,3 Pg32,2 %

0 %1 %0 %75 %18 %6 %

53 mg/dL

L 13,5-17,54400-6500

L 40-52150-450 ribu

80-10026-3432-360-11-63-5

40-7030-452-10

70-100

3. 22 Juni 2015 GDP

GD2PP

101 mg/dL

196 mg/dL101 mg/dL

70-100

<140

4. 24 Juni 2015 GDS 72 mg/dL 70-1005. 25 Juni 2015 GD2PP 145 mg/dL <140

j. Program dan Rencana Pengobatan

Program Pengobatan

34

Page 35: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

No Program Dosis Cara

pemberian

Waktu

1 Debridemen 24 Juni

2015

Pengobatan

1. Nacl 1000cc/hari IV

2. Paracetamol 3x500mg PO 8 – 13 –

18

(Jika

demam)

3. Novorapid 4-4-4 unit SC 8 – 12 –

4. Lantus 0-0-4 22

5. Ceftadizidine 3x1gr IV 8 – 16 -

24

6. Metronidazole 3x500 IV 8- 16 - 24

Heparin

Profilaksis

3x500 SC 8-16-24

Tramadol 2ml Drip

3.2 ANALISA DATA

No Data Kemungkinan Penyebab dan Dampak Masalah

1. DS :

Klien mengeluh nyeri pada luka yang terdapat di kakinya dan tangannya

DO :

Ekspresi muka klien meringis pada saat nyeri dirasakan

Terdapat luka ulkus

Ulkus diabetikum

Kerusakan jaringan kulit

Merangsang pelepasan histamine, bradikinin, serotonin, prostaglandin dan

substansia P

Merangsang noci reseptor sebagai

Gangguan rasa nyaman : nyeri

35

Page 36: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

diabetikum pada pears sinistra

Pembengkakan luka (+)

Terdapat nyeri tekan pada daerah luka

Skala nyeri 5 (1 – 10 menurut Smeltzer).

reseptor nyeri

Dihantarkan oleh serabut saraf delta A

dan C

Dialirkan dalam bentuk elektrokimia, impuls ganglia radiks menuju dorsal

horn di medulla spinalis bagian posterior

Di transfer melalui traktus

spinotalamikus kontralateralis

Thalamus sebagai stasiun relay

Cortex cerebri lobus parietalis

Nyeri

2.DS :

Klien mengeluh kesemutan pada kedua tangan dan kaki

DO :

Warna kulit sekitar luka pucat

Edema pada luka Kulit sekitar luka

dingin Hb : 7,5

Peningkatan gula dalam darah

Fleksibilitas darah merah

Pelepasan O2

Hipoksia perifer

Gangguan perfusi jaringan perifer

Gangguan perfusi jaringan perifer

3. DS :

Kien mengatakan klien merasa luka di kaki kanan dan di tangan kirinya semakin parah dan

Defisiensi insulin Gangguan integritas jaringan kulit

36

Page 37: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

bengkak DO :

Terdapat luka ulkus diabetikum pada kaki kanan dan tangan kiri

Terdapat jaringan nekrotik pada daerah luka

Pus (-) Pembengkakan (+) Luka tampak

berwarna kemerahan Terdapat adanya

nyeri tekan pada daerah sekitar luka

Klien mendapat terapi insulin sebanyak 4 – 4 – 4 unit/ hari

Hiperglikemia

Peningkatan

viskositas darah

Penurunan

vaskularisasi ke

jaringan perifer

jaringan perifer

kekurangan

supply O2 dan

nutrisi

Endapan

glikoprotein

Kerusakan

membran basalis

Kebocoran

protein

pertahanan

jaringan setempat

menurun

mudah infeksi

Terjadi luka pada kulit

Penyembuhan luka terganggu

Ulkus diabetikum

integritas kulit terganggu

4. DS :

Klien mengeluh lemah badan

Klien mengeluh

Defisiensi insulin

Intoleransi aktivitas

37

Page 38: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

nyeri pada kaki kanannya dan tangan kirinya

DO :

Terdapat ulkus diabetikum pada kaki kiri klien

Klien hanya bisa duduk dan berbaring di tempat tidur

Sebagian besar aktivitas klien dibantu oleh keluarga

Hb 7,5 g/dL Kekuatan otot : 5 3

2 5

Transport glukosa

Glukosa menumpuk dalam darah

Hiperglikemia

Ulkus diabetikum

terputusnya kontinuitas jaringan

kulit

merangsang pelepasan histamine, bradikinin, serotonin,

prostaglandin dan substansia P

merangsang noci reseptor sebagai reseptor nyeri

dihantarkan oleh serabut saraf delta

A dan C

dialirkan dalam bentuk

elektrokimia, impuls ganglia

Sel kekurangan

glukosa

keletihan

Intoleransi aktivitas

38

Page 39: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

radiks menuju dorsal horn di

medulla spinalis bagian posterior

di transfer melalui traktus

spinotalamikus kontralateralis

thalamus sebagai stasiun relay

cortex cerebri lobus parietalis

Nyeri

5. DS :

Klien mengeluh dingin dan menggigil setiap malam

DO :

Suhu 37,40 C Leukosit 9.400 Terdapat luka ulkus

diabetikum pada punggung tangan kiri dan telapak kaki kanan

DM tipe 1

Ulkus diabetikum

Komplikasi vaskuler

Mikro vaskuler

Suplay nutrisi dan Oksigen ke jaringan

tidak adekuat

Penyembuhan luka terhambat

Risiko infeksi

39

Page 40: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

Resiko infeksi

Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan

kulit

b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan gula dalam

darah

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ulkus

40

Page 41: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

3.3 PERENCANAAN

NODIAGNOSA

KEPERAWATANTUJUAN

RENCANA KEPERAWATANINTERVENSI RASIONAL

a. Nyeri

berhubungan

dengan adanya

ulcus

Klien akan menunjukkan

nyeri berkurang / teratasi

dengan kriteria:

- Klien tidak mengeluh

nyeri

- Ekspresi wajah ceria

Kaji tingkat nyeri

Observasi tanda-tanda vital

Ajarkan klien tekhnik relaksasi

Kolaborasi dalam pembeian

analgetik

Nyeri disebabkan oleh

penurunan perfusi jaringan

atau karena peningkatn asam

laktat sebagai akibat defisit

insulin

Pasien dengan nyeri

biasanya akan

memanifestasikan dengan

peningkatan vital sign

terutama perubahan denyut

nadi dan pernafasan

Nafas dalam dapat

meningkatkan oksigenasi

jaringan

Analgetik bekerja langsung

pada reseptor nyeri dan

41

Page 42: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

memblokir rangsangan nyeri

sehingga respon nyeri dapat

diminimalkan

b. Gangguan perfusi

jaringan

berhubungan

dengan

hiperglikemi

Meningkatkan suplai darah

arteri ke ekstremitas.

Kriteria hasil :

- Ekstremitas hangat pada

perabaan

- Warna ekstremitas

membaik

Menurunkan ekstremitas

dibawah jantung.

Mendorong latihan jalan

seddang atau latihan

ekstremitas bertahap.

Dilarang berdiri diam atau

duduk terlalu lama.

Mendorong pasien untuk

berjalan-jalan

Ekstremitas bawah yang

tergantung memperlancar

suplai darah arteri.

Latihan otot memperbaiiki

aliran darah dan

pertumbuhan sirkulasi

kolateral.

Berdiri diam atau berdiri

lama mengakibatkan statis

vena.

Berjalan-jalan memperbaiki

aliran balek vena dengan

mengaktifasi pompa otot.

c. Kerusakan

integritas kulit

berhubungan

Klien akan

mempertahankan integritas

kulit tetap utuh dan

Observasi tanda-tanda

infeksi

Kemerahan, edema, luka

drainase, cairan dari luka

menunjukkan adanya infeksi.

42

Page 43: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

dengan adanya

luka.

terhindar dari inteksi

dengan kriteria :

- Tidak ada tanda –

tanda infeksi.

- Tidak ada luka.

- Tidak

ditemukan

adanya

perubahan

warna

kulit.

Ajarkan klien untuk mencuci

tangan dengan baik, untuk

mempertahankan kebersihan

tangan pada saat

melakukan prosedur

Dorong klien mengkonsumsi

diet secara adekuat dan

intake cairan 3000 ml/hari.

Antibiotik bila ada indikasi

Mencegah infeksi silang

Peningkatan pengeluaran

urine akan mencegah statis

dan mempertahankan PH

urine yang dapat mencegah

terjadinya perkembangan

bakteri.

Mencegah terjadinya

perkembangan bakteri

d. Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan nyeri

Mobilitas fisik maksimal

dengan kriteria hasil :

- Klien mampu melakukan pergerakan secara aktif dan pasif tanpa ada perasaan takut pada extremitas yang

Anjurkan kepada keluarga

untuk membantu memenuhi

kebutuhan ADL klien setiap

hari.

Bantu dan fasilitasi klien

dalam memenuhi ADL nya.

Dengan melibatkan pihak

keluarga untuk membantu

memenuhi kebutuhan ADL

diharapkan ADL terpenuhi.

Dengan memfasilitasi dapat

membantu memenuhi

43

Page 44: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

sehat.- ADL klien terpenuhi

seperti makan, minum, personal hygiene (mandi, gosok gigi, cuci rambut).

Berikan pendidikan kesehatan

pada klien dan keluarga

tentang pentingnya melakukan

latihan mobillisasi fisik.

Dorong klien untuk

melakukan latihan mobilisasi

fisik pada daerah ekstremitas

yang tidak sakit secara rutin

setiap hari

kebutuhan yang tidak bisa

sendiri

Diharapkan dapat menambah

wawasan dan pengetahuan

pada klien dan keluarga

sehingga klien dapat

termotivasi untuk

melakukan latihan

mobillisasi fisik

Dengan melakukan latihan

mobilisasi fisik dapat

mencegah kontraktur otot

e. Resiko infeksi

berhubungan

dengan

hyperglikemia.

Agar tidak terjadi infeksi,

dengan kriteria hasil :

Mengidentifikasi

intervensi untuk

mencegah/menurunkan

resiko infeksi.

Observasi tanda-tanda infeksi

dan peradangan.

Pasien mungkin masuk

dengan infeksi yang

biasanya telah mencetuskan

keadaan ketoasidosis atau

dapat mengalami infeksi

nosokomial.

44

Page 45: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

Mendemonstrasikan

teknik, perubahan gaya

hidup untuk mencegah

terjadinya infeksi.

Tingkatkan upaya untuk

pencegahan dengan melakukan

cuci tangan yang baik pada

semua orang yang

berhubungan dengan pasien

termasuk pasiennya sendiri.

Pertahankan teknik aseptik

pada prosedur invasif.

Berikan perawatan kulit

dengan teratur dan sungguh-

sungguh.

Lakukan perubahan posisi,

Mencegah timbulnya infeksi

silang.

Kadar glukosa yang tinggi

dalam darah akan menjadi

media terbaik bagi

pertumbuhan kuman.

Sirkulasi perifer bisa

terganggu yang

menempatkan pasien pada

peningkatan resiko

terjadinya kerusakan pada

kulit/iritasi kulit dan infeksi.

Membantu dalam

memventilasi semua daerah

paru dan memobilisasi

45

Page 46: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

anjurkan batuk efektif dan

nafas dalam.

sekret.

46

Page 47: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

3.4 IMPLEMENTASI

No Tanggal/ Jam DP Tindakan Keperawatan Paraf

1. 23 Juni 2015

15.30

15.35

15.40

16.00

17.30

6

1

1

1

1

Mencuci tangan

H : tangan bersih, sehingga dapat menurunkan

resiko infeksi

Mengatur posisi klien semi fowler

H : klien mengatakan merasa lebih nyaman

dengan posisi setengah duduk (semi fowler)

Mengkaji skala nyeri klien

H : klien mengatakan nyeri pada kaki kanan dan

tangan kirinya, nyeri seperti di tusuk-tusuk, nyeri dirasakan

hilang timbul, skala nyeri 6 (0-10)

Mengajarkan dan membimbing klien teknik relaksasi napas dalam

H : klien mengatakan merasa lebih rileks, tapi

sakit masih dirasakan

Berkolaborasi dalam memberikan obat tramadol drip 2ml ke Nacl

0,9%

H : klien mengatakan nyeri berkurang setelah di

47

Page 48: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

19.00

19.15

24 Juni 2015

07.15

07.20

09.00

09.05

3

2

2

6

6

6

beri obat anti nyeri

Memberikan insulin novorapid 4 unit

H : insulin diberikan saat klien mau makan untuk

Menstimulasi karbohidrat

Menganjurkan klien untuk mobilisasi minimal pada ekstremitas

H : klien dapat menggerakan ekstremitasnya

secara perlahan

Menganjurkan klien menghindari penyilangan kaki

H : klien tidak menyilangkan kakinya lagi

Mencuci tangan

H : tangan bersih meminimalkan resiko infeksi

Mengganti alat tenun

H : alat tenun diganti, meminimalkan resiko infeksi

Mengobservasi TTV

H : TD 110/60 mmHg

N 90x/menit

R 19x/menit

S 36,50 C

48

Page 49: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

09.20

11.30

16.00

16.30

16.45

17.00

17.15

17.30

1

1

3

3

5

5

6

1

Mengkaji skala nyeri

H : klien masih mengeluh nyeri, dengan skala

nyeri 5 (1-10)

Melakukan tehnik relaksasi nafas dalam

H : klien melakukan tehnik relaksasi, nyeri masih

dirasakan

Mengantar klien ke COT

H : klien diantar ke COT lantai 3 untuk oprasi

Debridement

Menjemput klie ke COT

H : klien tampak lemah

Melakukan transfusi 1 labu golongan darah O

H : IV line macet, transfusi tidak masuk

Memasang infus di kaki kiri

H : IV line lancar

Observasi bising usus

H : bising usus 5x/menit

Observasi TTV

H : TD 110/70 mmHg N 80x/menit

R 18x/menit S 36,1o C

49

Page 50: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

19.00

25 Juni 2015

14.00

14.05

14.05

15.00

16.15

17.00

5

3

6

6

5

5

1

Mengkaji kembali skala nyeri

H : klien mengatakan nyeri masih dirasakan dengan skala 3 (1-10)

Memantau kekuatan otot

H : kekuatan otot tangan kanan 5, tangan kiri 3, kaki kanan 2 dan

kaki kiri 5.

Mencuci tangan

H : tangan bersih

Mengobervasi TTV

H : TD 110/70 mmHg N 90x/menit

R 19x/menit S 36,60 C

Berkolaborasi dalam pemberian terapi metronidazol 500gr melalui

IV

H : metronidazol diberikan melalui IV line

Memfasilitasi minum

H : pasien minum air mineral 300 ml

Memfasilitasi BAK

H : BAK kurang lebih 200cc, bau khas warna

kuning

50

Page 51: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

17.30

20.05

26 juni 2015

06.00

07.00

1

5

3

5

Mengkaji skala nyeri

H : nyeri masih dirasakan, skala nyeri 2 (1-10)

Menganjurkan latihan teknik relaksasi nafas dalam

H : klien merasa rileks

Memantau keadaan luka klien

H : luka masih bengkak, nekrotik sudah tidak ada

Memberikan insulin lanset 4 unit

H : insulin diberikan

3.5 EVALUASI

No Tanggal/ Jam DP Catatan Perkembangan Paraf

1. 25 Juni 2015 1 S :

Klien mengatakan nyerinya berkurang

Klien mengatakan dapat merubah posisi istirahat tanpa

nyeri berlebihan

O :

Ekspresi muka klien tampak meringis

51

Page 52: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

Skala nyeri 5 (1 – 10)

A :

Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit

P :

Atur posisi

Observasi tingkat nyeri

Anjurkan tehnik relaksasi nafas dalam

Kolaborasi pemberian obat anti nyeri

I :

Mmengatur posisi nyaman semi fowler

Mengobservasi tingkat nyeri klien

Menganjurkan teknik relaksasi : napas dalam saat keluhan

nyeri dirasakan klien

Berkolaborasi dalam memberikan obat tramadol 2ml

E :

Skala nyeri 5 (1 – 10)

Klien melakukan teknik napas dalam

52

Page 53: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

R :

Pantau skala nyeri

2. 25 Juni 2015 2 S :

Klien mengeluh kesemutan pada kedua tangan dan kaki

O :

Warna kulit sekitar luka pucat

Kulit sekitar luka teraba dingin

A :

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan

menurunnya aliran darah ke daerah luka kibat adanya

obstruksi pembuluh darah

P :

Ajarkan mobilisasi minimal pada ekstremitas

Anjurkan untuk menghindari penyilangan kaki

I :

Mengajarkan mobilisasi minimal pada ekstremitas

53

Page 54: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

Menganjurkan menghindari penyilangan kaki

E :

Kesemutan pada ekstremitasnya masih dirasakan

R :

Pantau keadaan sekitar luka, suhu, warna dan edema

3. 3 S :

Klien mengeluh lukadi kaki kanan dan tangan kiri

semakin parah

O :

Terdapat luka pada kaki kanan dan tangan kiri

A :

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus

P :

Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor

Jaga kulit tetap bersih dan kering

Pantau luas dan keadaan luka

54

Page 55: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

Kolaborasi dalam pemberian insulin

I :

Menginspeksi kulit terhadap perubahan warna,

turgor

Menjaga kulit tetap bersih dan kering

Memantau luas dan keadaan luka

Berkolaborasi dalam pemberian insulin

E :

Jaringan nekrotik berkurang, kulit bersih, insulin diberikan

sebanyak 4 unit

R :

Pantau luas dan keadaan luka

4 25 Juni 2015 6 S :

Klien mengatakan luka dikakinya masih basah

O :

Terdapat luka ulkus diabetikum

Pus (-)

55

Page 56: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

Pembengkakan (+)

Terdapat adanya nyeri tekan pada daerah sekitar luka

Klien mendapat terapi insulin sebanyak 4 – 4 – 4 unit/

hari

A :

Resiko infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula

darah

P :

Pantau tanda-tanda infeksi

Pantau suhu tubuh klien

Kolaborasi untuk pemeriksaaan leukosit

Kolaborasi pemberian antibiotik

I :

Memantau tanda-tanda infeksi

Memantau suhu tubuh klien

Berkolaborasi dalam pemberianantibiotik metronidazole

500 mg drip

E :

56

Page 57: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

Suhu 36,1o C, tidak ada tanda-tanda infeksi

R :

Pantau tanda-tanda infeksi

5 25 Juni 2015 4 S :

Klien mengeluh lemah badan

Klien mengeluh kakinya masih terasa nyeri walaupun

sudah berkurang

O :

Terdapat ulkus diabetikum pada daerah kaki sebelah

kanan dan tangan sebelah kiri

Kekuatan otot :

5 3

2 5

57

Page 58: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

A :

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan terputusnya

inkontinuitas jaringan

P :

Dekatkan alat-alat yang diperlukan oleh klien

Anjurkan klien untuk meminta bantuan kepada

keluarga jika akan melakukan aktivitas

Lakukan latihan pergerakan pada kedua kaki dan

tangan klien secara aktif maupun pasif

I :

Mendekatkan alat-alat yang diperlukan oleh klien

Menganjurkan klien untuk meminta bantuan kepada

keluarga jika akan melakukan aktivitas

Melakukan latihan pergerakan pada kedua kaki dan

tangan klien baik secara aktif maupun pasif.

E :

58

Page 59: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

Alat-alat yang dibutuhkan klien berada di meja samping

tempat tidur

Klien mengatakan selalu meminta bantuan keluarga jika

akan melakukan sesuatu

Klien berlatih ROM aktif dan pasif

R :

Pantau kelemahan dan kekuatan otot klien

59

Page 60: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

BAB IV

PENUTUP

4.1.    KESIMPULAN

Kesimpulan yang kami dapat peroleh dari asuhan keperawatan pada Tn. F

dengan diabetes militus yaitu :

a.  Pengkajian keperawatan

Dalam tahap pengkajian klien dengan diabetes militus tipe I pada

manisfestasi klinis di dapat poli uria, poliphagia, polidisi, dan

kesemutan, pada kasus ini memang terdapat keluhan keluhan tersebut

pada klien.

b.  Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ada pada kasus ini   yaitu, gangguan rasa

nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit, gangguan

perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke

daerah luka akibat dengan adanya obstruksi pembuluh darah,

gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus,

intoleransi aktivitas berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas

jaringan, serta resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tingginya

kadar gula darah.

c.  Perencanaan Keperawatan

Masalah keperawatan pada kasus Tn.F ditangani dengan intervensi

intervensi yang telah direncanakan sesuai prioritas masalah.

d.  Pelaksanaan  Peperawatan

Tidakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang

telah dibuat antara lain mengobsevasi tanda- tanda vital, mengajarkaan

tehnik relaksasi, menciptakan lingkungan yang nyaman, menganjurkan

untuk melakukan mobilisasi yang bertahap, melakukan perawatan

luka, kolaborasi dalam memberikan insulin, dll.

e.  Evaluasi

Berdasarkan hasil dari intervensi yang telah kami laksanakan, hasil

evaluasi yang kami dapatkan yaitu : nyeri klien dapat berkurang,

60

Page 61: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

nekrotik pada ulkus berkurang, tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada

klien.

4.2    SARAN

a. Untuk Umum

Diharapkan setelah kita mengetahui pengertian, penyebab dan tanda

gejala apa saja yang mennjukan terjadinya diabetes melitus, kita dapat

menghindari faktor penyebab dan mejaga pola hidup kita agar dapat

meminimalisir resiko terjadinya diabetes melitus. Bila kita rasakan tanda-tanda

diabetes melitus yang telah kita bahas di BAB II, segeralah memeriksakan diri

ke pelayanan kesehatan.

b.      Untuk Perawat

Saran yang perlu di sampaikan kepada perawat, yaitu harus

mendokumentasikan setiap tindakan yang telah di lakukan. Serta menambah

ilmu pengetahuan.tentang berbagai macam penyakit, dalam khusus nya

Diabetes militus agar perawat dapat melakukan implementasi sesuai dengan

kebutuhan klien.

c.      Untuk Penulis

Kami memahami segala kekurangan  yang ada pada karya tulis kami

sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan masukan yang membangun

guna dalam penulisan karya tulis selanjutnya kami dapat membuat kaya tulis

dengan lebih baik lagi.

61

Page 62: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan,

(Edisi III), EGC, Jakarta.

Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Endokrin. Jakarta: EGC.

Rumahorbo, Hotma.2014.Mencegah Diabetes Melitus dengan Perubahan Gaya

Hidup. Bogor: In Media.

Shadine, Mahannad. 2010. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke &

Serangan Jantung Pencegahan dan Pengobatan Alternatif. Jakarta:

Kneebooks.

Smeltzer, Suzannec.1997.Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner &

Sudarth Vol.2 Edisi 8. Jakarta: EGC.

Suddarth, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Tridjaja, Bambang. 2009. Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Mellitus

Tipe 1. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia

https://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_melitus, diakses pada tanggal 12 Juli 2015

Bustanoel, https://id.scribd.com/doc/219590595/Asuhan-Keperawatan-Diabetes-

Mellitus-Tipe-1 , diakses tanggal 24 juli 2015 pukul 19.00 WIB

Rahmawati, Annisa https://id.scribd.com/doc/250733784/Pathways-DM-Tipe-

1#download, diakses tanggal 24 juli 2015 pukul 19.00 WIB

62

Page 63: BAB I,2,3,4 Fix Bgt

Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N (2010).

Diabetes Melitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP

Aman B. Pulungan, editor. Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta:

Sagung Seto 2010, h 124-161.

63