BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang Sebagai negara agraris, Indonesia sangat menaruh perhatian besar terhadap perkembangan sektor pertanian. Salah satu cara yang dilakukan untuk mendukung peningkatan produksi hasil pertanian adalah dengan penyediaan pupuk untuk pertanian. Seiring dengan perkembangan sektor pertanian, kebutuhan pupuk di Indonesia juga semakin meningkat. Sebagai solusi dari peningkatan kebutuhan pupuk nasional, pemerintah membangun pabrik pupuk khususnya pabrik urea untuk memenuhi kebutuhan pupuk dalam negeri. Rencana pembangun pabrik urea ini tercantum dalam REPELITA- 1(1956-1960), dengan Biro Perancang Negara sebagai pelaksana. Namun dalam perkembangan selanjutnya proyek pembangunan pabrik pupuk urea ini dilimpahkan kepada Departemen Perindustrian dan Pertambangan dengan nama Proyek Pupuk Urea-I. PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang diresmikan pada tanggal 24 Desember 1959 di Palembang dengan akta notaris Elisa Pondang dan diumumkan pada lembaran Negara Republik Indonesia No. 46 pada tanggal 17 Juni 1960. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
Sebagai negara agraris, Indonesia sangat menaruh perhatian besar terhadap
perkembangan sektor pertanian. Salah satu cara yang dilakukan untuk mendukung
peningkatan produksi hasil pertanian adalah dengan penyediaan pupuk untuk
pertanian. Seiring dengan perkembangan sektor pertanian, kebutuhan pupuk di
Indonesia juga semakin meningkat. Sebagai solusi dari peningkatan kebutuhan
pupuk nasional, pemerintah membangun pabrik pupuk khususnya pabrik urea
untuk memenuhi kebutuhan pupuk dalam negeri. Rencana pembangun pabrik urea
ini tercantum dalam REPELITA-1(1956-1960), dengan Biro Perancang Negara
sebagai pelaksana. Namun dalam perkembangan selanjutnya proyek
pembangunan pabrik pupuk urea ini dilimpahkan kepada Departemen
Perindustrian dan Pertambangan dengan nama Proyek Pupuk Urea-I. PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang diresmikan pada tanggal 24 Desember 1959 di Palembang
dengan akta notaris Elisa Pondang dan diumumkan pada lembaran Negara
Republik Indonesia No. 46 pada tanggal 17 Juni 1960.
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) pupuk pertama yang didirikan di Indonesia yang berbentuk persero,
dengan PT. Pupuk Indonesia sebagai pemegang saham tunggal. Fokus kegiatan
usaha yang dilakukan oleh PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang adalah produksi
pupuk urea. Kegiatan produksi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang dimulai pada
tahun 1963 dengan mulai beroperasinya pabrik pupuk PUSRI-I. Kapasitas
produksi pabrik pupuk urea PUSRI-I sebanyak 100.000 ton/tahun dan 59.400 ton
amoniak per tahun. Walaupun pada akhir tahun 1963 PUSRI-I hanya dapat
memproduksi urea sebanyak 0,7 ton/hari dan amoniak sebanyak 180 ton/hari.
Namun pada tahun 1964 PUSRI-I dapat mencapai produksi sampai dengan
100,4% dari target produksi yang ditetapkan. Untuk mengimbangi kebutuhan
akan pupuk urea yang terus meningkat, PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
1
2
melakukan perluasan pabrik. Perluasan pabrik dilakukan dengan membangun
PUSRI-II pada tahun 1974 dengan kapasitas 380.000 ton/tahun, PUSRI-III pada
tahun 1976 dan PUSRI-IV pada tahun 1977 dengan kapasitas masing-masing
570.000 ton/tahun. Kemudian PUSRI-II dioptimalisasi dan ditingkatkan
kapasitasnya menjadi 552,000 ton per tahun pada tahun 1992. Keseluruhan
konstruksi untuk PUSRI-II, PUSRI-III dan PUSRI-IV dilakukan oleh M.W.
Kellog Overseas (Amonia) dan Toyo Engineering Corporation (Urea).
Sejak tahun 1979, Pusri diberi tugas oleh pemerintah melaksanakan distribusi
dan pemasaran pupuk bersubsidi kepada petani sebagai bentuk Pelaksanaan
Public Service obligation (PSO) untuk mendukung program pangan nasional
dengan memprioritaskan produksi dan pendistribusian pupuk bagi petani di
seluruh wilayah Indonesia.
Pada tahun 1985, operasi pabrik PUSRI-I dihentikan karena usia dan dinilai
tidak efisien lagi. Pada tahun 1990 pabrik PUSRI-I dirombak menjadi pabrik
PUSRI-IB oleh PT. Rekayasa Industri dengan menggunakan teknologi Advanced
Cost and Energy Savings (ACES). PUSRI-IB diresmikan pada tanggal 22
Desember 1994 oleh Presiden Soeharto. PUSRI-IB menggunakan sistem kendali
komputer Disributed Control System. Pabrik PUSRI-IB ini dibangun dengan
kapasitas terpasang 570,000 ton urea per tahun. Dalam rangka meningkatkan
efisiensi pabrik pada tahun 1992 dilakukan program Ammonia Optimization
Project (AOP) dan Urea Optimization Program (UOP) dalam upaya optimasi
produksi pada PUSRI-II, PUSRI-III dan PUSRI-IV. Dengan optimasi tersebut,
produksi amonia PUSRI-II, III, dan IV mengalami peningkatan sebesar 10%
sedangkan produksi urea meningkat sebesar 50% dengan penghematan gas alam
sebanyak 30%. Total kapasitas keempat pabrik yang dimiliki PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang adalah sebesar 1.449 juta ton amoniak/tahun atau 4542
MTPD amoniak, dan 2.262 juta ton urea/tahun atau 1725 MTPD urea.
Pemerintah Indonesia pernah mengalihkan seluruh sahamnya yang
ditempatkan di Industri Pupuk Dalam Negeri dan di PT. Mega Eltra kepada PT.
Pupuk Sriwidjaja Palembang, melalui Peraturan Pemerintah (PP) nomor 28 tahun
3
1997 dan PP nomor 34 tahun 1998, maka PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang, yang
berkedudukan di Sumatera Selatan, pernah menjadi Induk Perusahaan (Operating
Holding) dengan membawahi 6 (enam) anak perusahaan termasuk 2 (dua) anak
perusahaan penyertaan langsung yaitu PT. Rekayasa Industri dan PT. Mega Eltra,
masing-masing perusahaan bergerak dalam bidang usaha, sebagai berikut:
1. PT. Petrokimia Gresik (berdiri 31 Mei 1975), yang berkedudukan di Gresik,
Jawa Timur. Memproduksi dan memasarkan pupuk urea, ZA, SP-36/SP-18,
Phonska, DAP, NPK, ZK, dan industri kimia lainnya serta Pupuk Organik.
2. PT. Pupuk Kujang (berdiri 9 Juni 1975), yang berkedudukan di Cikampek,
Jawa Barat. Memproduksi dan memasarkan pupuk urea dan industri kimia
lainnya.
3. PT. Pupuk Kalimantan Timur (berdiri 7 Desember 1977), yang berkedudukan
di Bontang, Kalimantan Timur. Memproduksi dan memasarkan pupuk urea
dan industri kimia lainnya.
4. PT. Pupuk Iskandar Muda (berdiri 24 Februari 1982), yang berkedudukan di
Lhokseumawe, Nangroe Aceh Darussalam. Memproduksi dan memasarkan
pupuk Urea dan industri kimia lainnya.
5. PT. Rekayasa Industri (berdiri 11 Maret 1985), yang berkedudukan di Jakarta,
Bergerak dalam penyediaan Jasa Engineering, Procurement & Construction
(EPC) guna membangun industri gas & minyak bumi, pupuk, kimia dan
petrokimia, pertambangan, pembangkit listrik (panas bumi, batu bara, micro-
hydro, diesel).
6. PT. Mega Eltra (berdiri 1970), yang berkedudukan di Jakarta dengan bidang
usaha utamanya adalah Perdagangan Umum dan bergerak dalam bidang
layanan ekspor-impor, pemasok bahan kimia, distributor pupuk, serta
konstruksi.
Namun, pada tahun 2010, dilakukan Pemisahan (Spin Off) dari Perusahaan
Perseroan (Persero) PT. Pupuk Sriwidjaja disingkat PT. PUSRI (Persero) kepada
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang serta telah terjadinya pengalihan hak dan
kewajiban PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero) kepada PT. Pupuk Sriwidjaja
4
Palembang sebagaimana tertuang di dalam RUPS-LB tanggal 24 Desember 2010
yang berlaku efektif 1 Januari 2011 sebagaimana telah dituangkan dalam
Perubahan Anggaran Dasar pada PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang melalui Akte
Notaris Fathiah Helmi, SH nomor 14 tanggal 12 November 2010 yang telah
disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM tanggal 13 Desember 2010 nomor
AHU-57993.AH.01.01 tahun 2010.
Sejak tanggal 18 April 2012, Menteri BUMN Dahlan Iskan meresmikan PT.
Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) sebagai nama induk perusahaan
pupuk yang baru, menggantikan nama PT. PUSRI (persero). Hingga kini PT.
Pupuk Sriwidjaja Palembang tetap menggunakan brand dan merk dagang Pusri.
Sumber: PT. PUSRI, 2014
Gambar 1. Kedudukan PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
5
1.2 Lokasi dan Tata letak PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
Pabrik PUSRI didirikan kira-kira 7 km dari pusat kota Palembang, tepatnya di
tepi Sungai Musi di daerah Sungai Selayur. Kelayakan itu ditunjang oleh keadaan
geografis Sumatra Selatan yang memiliki kekayaan alam yaitu gas bumi (natural
gas), yang merupakan bahan baku utama yang yang tersedia dalam jumlah yang
cukup banyak. Gas Bell dan Associates dari Amerika memberikan rekomendasi
berdasarkan studi kelayakan untuk membangun Pabrik Pupuk Urea PUSRI I,
dengan kapasitas 1.000.000 ton/tahun.
Kompleks perindustrian PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang terletak tepat di
tepi sungai Musi Jl. Mayor Zen. PT PUSRI memiliki luas area total 500 ha. Pada
bagian depan kompleks industri terdapat gedung kantor pusat. Kantor pusat
merupakan kantor staf direksi dan administrasi umum PT. Pupuk Sriwidjaja
Palembang. Di dalam kompleks PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang juga terdapat
fasilitas pendukung berupa kompleks perumahan karyawan yang dilengkapi
dengan rumah sakit, fasilitas olahraga, gedung pertemuan, perpustakaan umum,
rumah makan, dan masjid. Terdapat juga penginapan yang diperuntukkan bagi
tamu PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang. Lokasi PT. PUSRI dapat dilihat pada
Gambar 2.
6
Sumber: PT. PUSRI, 2014
Gambar 2. Peta Lokasi PT. PUSRI Palembang
7
Penentuan Lokasi ini didasarkan atas beberapa faktor yang mendukung
berhasilnya pendirian pabrik tersebut, yaitu:
1. Tersedianya Bahan Baku
Bahan baku gas alam untuk pembuatan pupuk bisa langsung dari Pertamina
Plaju yang letaknya berdekatan dengan pabrik PT PUSRI beserta sumber gas
alam yang berasal dari Prabumulih.
2. Dekat Sumber Air
Air untuk proses, untuk minum, dan sebagainya setiap hari diambil dari
Sungai Musi yang tidak pernah kering sepanjang tahun.
3. Tenaga Kerja
Lokasi Pabrik berdekatan dengan kota Palembang menjamin terdapatnya
jumlah tenaga kerja yang besar dan berkualitas, baik untuk tenaga kerja
tingkat menengah serta tenaga kerja tingkat ahli.
4. Sarana Transportasi
Fasilitas untuk pengiriman produk Pabrik PUSRI setelah melalui jalur darat
didukung juga dengan adanya suatu dermaga yang terdapat dipinggiran
Sungai Musi. Distribusi pupuk urea dilakukan lewat kapal baik itu pupuk
bentuk curah (bulk) maupun pupuk kantong (in bag).
Luas tanah yang dipergunakan untuk lokasi pabrik adalah 20,4732 hektar
sedangkan luas tanah untuk perumahan karyawan 26,5265 hektar. Di samping
itu sebagai lokasi cadangan disiapkan 41,7965 hektar yang dimaksudkan
untuk persediaan perluasan kompleks pabrik dan perumahan karyawan bila
diperlukan di kemudian hari.
Kompleks perumahan dan kompleks pabrik dibatasi oleh pagar dengan dua
buah gerbang masuk kompleks pabrik yang dijaga oleh aparat keamanan. Empat
buah pabrik terletak berkelompok-kelompok mengelilingi daerah tangki
penyimpanan amonia. Daerah pengantongan dan gudang terletak di pinggiran
sungai Musi. Peletakan gudang dan daerah pengantongan ke arah dermaga
8
bertujuan agar pengangkutan untuk bongkar muat di pelabuhan menjadi lebih
mudah dan memerlukan biaya yang lebih murah. Untuk keperluan bongkar muat,
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang memiliki pelabuhan di tepi sungai Musi. Tata
Letak PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang dapat dilihat pada Gambar 3.
Sumber: PT. PUSRI, 2014
9
Gambar 3. Tata Letak PT. PUSRI Palembang
Keterangan:
A. Pos satpam 1. Primary reformerB. Kantor utama 2. Secondary reformerC. Lapangan 3. StripperD. Perumahan 4. AbsorberE. Gedung serba guna 5. MetanatorF. Diklat 6. HTSC dan LTSCG. Sekolah 7. ARUH. Kolam 8. HRU, PGRUI. Masjid 9. Molecular sieveJ. Rumah makan 10. Kompresor K. Parkir 11. RefrijerasiL. Tenik proses 12. Reaktor ammoniaM. Dinas K3 13. Seksi penjumputan (recovery)N. Main Lab 14. Seksi purifikasiO. Ammonia storage 15. Seksi kristalisasi dan pembutiran
(prilling) 16. Seksi sintesis ureaP. Kantor 17. Sistem pembangkit listrikQ. Wisma 18. Package boilerR. Lapangan olahraga 19. Waste heat boilerS. Perluasan pabrik 20. Kantor dan pusat kontrolT. Gudang 21. Cooling tower U. Dermaga 22. GMSV. PPU 23. Unit penukar anion, kation dan W. Rumah sakit penukar anion-kation
Adapun sifat fisik dari ammonia dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Sifat Fisik Ammonia Cair
No Sifat Nilai12345678
9
10
Titik DidihTitik BekuTemperatur KritisTekanan KritisTekanan Uap CairanSpesifik Volume pada 70oCSpesifik Gravity pada 0oCPanas Pembekuan pada 1oCPanas Pembekuan pada 25oCKelarutan dalam air pada 1 atm (% berat)0 oC20 oC60 oCPanas spesifik pada 1 atm0 oC20 oC60 oC
di atas 1500 kW : 3,8 kV, 3 fasa dan frekuensi 50 Hz
di atas 110 kW-1500 kW : 2,3 kV, 3 fasa dan frekuensi 50 Hz
antara 0.5 kW-110 kW : 440 kV, 3 fasa dan frekuensi 50 Hz
di bawah 0.5 kW : 115 atau 250 , 1 fasa dan frekuensi 50 Hz.
Atau 440 kv, 3 fasa dan frekuensi 50 Hz
b. Penerangan
spesifikasinya 220 V, 1 fasa dan frekuensi 50 Hz
c. Sistem Pengontrol
spesifikasinya 110 V, tegangan AC.
d. Instrumentasi
spesifikasinya 110 V, 1 fasa dan frekuensi 50 Hz.
2.2 Proses Produksi
2.2.1 Proses Produksi Amonia
Proses produksi amonia menggunakan proses Kellogg dari Kellogg
Overseas Corporation, USA. Proses pembuatan amonia secara umum terdiri dari
enam tahap utama dan satu tahap utilitas, yaitu:
1. Tahap persiapan gas umpan (feed treating)
2. Tahap produksi gas sintesis (syn gas production)
3. Tahap pemurnian gas sintesis (syn gas purification)
30
4. Tahap sintesis amonia (ammonia synthesis)
5. Tahap pendinginan dan pemurnian produk (refrigerant system)
6. Tahap pengambilan kembali gas gurahan (purge gas recovery)
7. Sistem utilitas pabrik
Sumber: Ammonia P-IV, 2006
Gambar 5. Blok Diagram Pabrik Amonia Pusri IV
1. Tahap Penyiapan Gas Umpan (Feed Treating)
Berdasarkan battery limit, gas alam yang dipasok dari Pertamina UP III
Plaju di-set oleh PUSRI memiliki spesifikasi temperatur pada 28 oC dan tekanan
14,1 kg/ cm2G. Bahan baku gas alam yang diterima dari Pertamina tersebut masih
mengandung beberapa zat yang tidak diinginkan, seperti:
1) Sulfur (anorganik dan organik)
2) Gas CO2
Gas alam tersebut akan melewati Knock Out Drum (Mechanical Filter)
untuk pemisahan partikel padat dengan menggunakan prinsip perbedaan berat
jenis. KO Drum tersebut juga dilengkapi dengan demister yang berfungsi untuk
menangkap cairan berupa buih atau mist yang terkandung dalam umpan gas alam.
Setelah melalui KO Drum, umpan gas alam ini akan terbagi menjadi dua aliran
utama. Pertama, untuk bahan baku produksi gas sintesis yang akan diumpankan
31
ke ammonia converter. Kedua, sebagai bahan bakar (fuel) untuk arch burner,
auxilary boiler dan untuk keperluan produksi steam bertekanan tinggi. Blok
Diagram pada Feed Treating dapat dilihat pada Gambar 6.
Sumber: PT. PUSRI, 2014
Gambar 6. Blok Diagram Proses Feed Treating
a. Tahap Penghilangan Sulfur Anorganik
Gas alam dari Pertamina UP III Plaju yang dikirim ke PUSRI masih banyak
mengandung pengotor-pengotor yang tidak diinginkan. Salah satu pengotornya
adalah sulfur anorganik berupa senyawa H2S. Sulfur anorganik tersebut dapat
dihilangkan melalui proses desulfurisasi dengan bantuan katalis dalam sebuah
bejana desulfurizer. Proses desulfurisasi ini sebelumnya menggunakan katalis
sponge iron yang terbuat dari serpihan kayu yang telah dicampur dengan besi
oksida dan larutan soda abu. Namun, katalis ini ternyata memiliki banyak
kekurangan, yaitu:
1. Umur katalis pendek (3 bulan)
2. Pressure drop tinggi
3. Perlu injeksi kaustik (NaOH)
Akibat kekurangan yang dimiliki oleh katalis sponge iron, maka dilakukan
penggantian terhadap katalis tersebut. Katalis desulfurisasi yang menggantikan
katalis sponge iron adalah katalis Unicat. Katalis Unicat ini memiliki beberapa
kelebihan seperti umur katalis yang jauh lebih panjang (2 tahun), pressure drop
32
yang rendah, dan tidak membutuhkan injeksi larutan kaustik (NaOH). Zinc oxide
pada katalis akan bereaksi dengan campuran sulfur dari gas alam membentuk zinc
sulfide. Kondisi ini dijaga pada rentang 27– 40 oC. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut:
ZnO + H2S ZnS + H2O ... (1)
...(1)
b. Tahap H2O Removal
Merupakan tahap penghilangan air di unit Glycol Absorber dengan
menggunakan larutan TEG (Tri-Etylene Glicol). Penghilangan air sengaja
dilakukan agar air tidak mengganggu proses berikutnya yang dapat menyebabkan
penyumbatan karena air yang membeku.
c. Pemisahan HHC (Heavy Hidrokarbon)
Gas alam dari glycol absorber dibagi menjadi dua arus. Arus pertama
masuk kedalam bagian shell heat exchanger dan didinginkan dengan gas alam
bebas HHC. Sementara arus kedua masuk kedalam bagian Tube Heat Exchanger
dan didinginkan dengan HHC cair yang sudah terpisah dengan gas alam. Kedua
arus ini kemudian bergabung kembali dan masuk ke dalam bagian Tube Chiller
untuk didinginkan dengan amonia cair samapi temperaturnya mencapai -180C.
Gas keluar Tube Chiller kemudian masuk ke separator dimana terjadi pemisahan
HHC dan gas alam. Gas alam bebas HHC dimanfaatkan sebagai pendingin di
shell heat exchanger dan HHC cair sebagai pendingin di tube heat exchanger.
Gas alam bebas HHC kemudian dikirim ke CO2 removal, sementara HHC
dipanaskan agar menjadi gas kembali dan dikirim ke Fuel Gas System.
33
d. Tahap Penghilangan Karbon Dioksida (CO2)
Feed gas dihilangkan kandungan CO2-nya melalui proses absorbsi dengan
menggunakan larutan benfield. Gas CO2 ini perlu dihilangkan dari gas alam
karena dapat menjadi racun bagi katalis pada unit reformer, metanator, unit
sintesis dan unit-unit lainnya. Jika gas alam masih mengandung CO2, maka katalis
pada unit-unit tersebut akan cepat terdeaktivasi (rusak) sehingga kinerja katalis
akan menurun.
Proses absorbsi dilakukan di dalam unit absorber. Gas mengalir dari bawah
menara absorber melalui packing bed dan kontak dengan larutan benfield yang
mengalir turun dan akan menyerap gas CO2 yang terkandung di dalam umpan gas.
Reaksi yang terjadi di dalam unit absorber adalah sebagai berikut.
CO2 + H2O H2CO3 ... (2)
H2CO3 + K2CO3 2KHCO3 ... (3)
Pada kondisi desain, larutan benfield yang diinjeksikan melalui distributor
di bagian atas absorber sebanyak 118,8 m3/ jam. Gas yang telah diserap CO2-nya
akan mengalir ke atas melewati deminster dan selanjutnya mengalir ke absorber
overhead separator. Temperatur gas keluar di top absorber sekitar 93,3 oC,
sedangkan temperatur larutan yang mengandung CO2 di bottom tower sekitar 95,6 oC. Larutan benfield yang kaya CO2 akan dibebaskan CO2-nya di stripper
sehingga larutan benfield yang telah di-recovery dapat digunakan kembali.
Rich benfield solution mengalir dari bottom absorber ke stripper, dimana
larutan akan diturunkan tekanannya dari 14,4 kg/ cm2 G menjadi sekitar 2,07 kg/
cm2 G. Sehingga dengan penurunan tekanan ini, CO2 akan terlepas dari larutannya
dan keluar dari puncak stripper. Larutan benfield yang telah dilepas CO2-nya akan
mengalir dari bawah stripper ke feed treating flash tank. Di bagian ini, larutan
akan di-flash secara bertahap (tekanannya menurun) hingga terbentuk sebagian
uap yang selanjutnya akan dikembalikan ke stripper. Sedangkan, sisa larutan lean
benfield yang keluar akan dipompa kembali ke absorber dengan terlebih dahulu
diturunkan temperaturnya di penukar panas.
Kondisi operasi di absorber dijaga pada tekanan tinggi dan temperatur
rendah. Sedangkan kondisi operasi di stripper dijaga pada tekanan rendah dan
34
temperatur tinggi. Hal ini disebabkan proses absorpsi gas berlangsung efektif pada
tekanan tinggi dan temperatur rendah, sedangkan proses pelucutan berlangsung
efektif pada tekanan rendah dan temperatur tinggi.
e. Tahap Penghilangan Sulfur Organik
Untuk memisahkan sulfur organik dalam bentuk merkaptan (RSH, RSR),
senyawa sulfur tersebut harus diubah dahulu menjadi sulfur anorganik dengan
bantuan injeksi syn gas (H2) menggunakan katalis Co-Mo dan ZnO. Sulfur
organik harus dipisahkan pada tahap feed treating karena dapat menjadi racun
katalis pada proses-proses berikutnya. Gas proses ini diumpankan ke Co-Mo/ ZnO
desulfurizer untuk dihilangkan komponen sulfur organiknya. Sebelum
dihilangkan, senyawa sulfur organik harus diubah dahulu menjadi hidrogen
sulfida (H2S) melalui reaksi dengan hidrogen berlebih. Selanjutnya, H2S
direaksikan dengan zinc oxide. Kebutuhan gas hidrogen untuk keperluan
desulfurisasi di-supply dari sebagian aliran gas sintesis yang diperoleh dari
kompresor gas sintesis. Reaksi penghilangan sulfur organik dapat dituliskan
sebagai berikut:
RSH + H2 ⇌ RH + H2S (katalis CoMo) ... (4)
H2S + ZnO ⇌ ZnS + H2O (katalis ZnO) ... (5)
Kedua reaksi tersebut berlangsung di satu unit vessel, yaitu vessel
Co-Mo/ZnO guard chamber yang berisi katalis 7,5 m3 Co-Mo dan 15 m3 ZnO. Di
sini sulfur organik berubah menjadi hidrogen sulfida dan diserap dengan ZnO
membentuk seng sulfida.
2. Tahap Produksi Gas Sintesa (Syn-Gas Production)
Gas proses yang telah diolah di area feed treating diharapkan telah bersih
dari segala pengotor dan hanya mengandung gas metana (CH4) saja. Gas proses
tersebut selanjutnya diproses di area reforming atau area pembuatan gas sintesis
untuk mendapatkan gas sintesis yang dibutuhkan dalam pembuatan amonia, yaitu
gas H2 dan gas N2. Proses pembuatan gas sintesis ini berlangsung dalam dua unit,
35
yaitu unit primary reformer dan unit secondary reformer yang dapat dilihat pada
Gambar 7.
Sumber: PT. PUSRI, 2014
Gambar 7. Blok Diagram Tahap Produksi Gas Sintesa
a. Primary Reformer
Sebelum masuk ke primary reformer, campuran gas dijenuhkan terlebih
dahulu dengan menyemprotkan hot condensat. Gas proses yang telah jenuh
bercampur dengan steam selanjutnya akan diumpankan ke unit primary reforming
radiant section dengan steam to carbon ratio sekitar 3,2 untuk dihasilkan gas
sintesis. Primary reformer ini terdiri atas 4 buah baris dengan masing-masing
baris berisi 56 tabung berkatalis nickel oksida. Reaksi steam reforming ini terjadi
pada temperatur 780-820 oC dan secara keseluruhan bersifat endotermis, sehingga
diperlukan pasokan panas dari luar. Panas untuk reaksi tersebut diperoleh dari
hasil pembakaran gas alam dengan Arch Burner yang terletak di daerah radiant
section. Udara yang diperlukan untuk pembakaran dipasok dari Forced Draft
(FD) Fan. Sedangkan, flue gas hasil pembakaran dihisap dengan Induced Draft
Feed Treating
Saturator Primary Reformer
Secondary Reformer
Waste Heat Boiler
Purification
Udara
Steam
36
(ID) Fan dan mengalir di terowongan yang menghubungkan antara radiant
section dengan convection section. Panas yang terbawa gas buang akan ditransfer
ke coil atau heater untuk:
1) pemanasan awal umpan udara yang akan masuk ke secondary reformer,
2) pemanasan awal bahan bakar (fuel) untuk arch burner bari primary
reformer,
3) pemanasan umpan masuk untuk primary reformer,
4) pemanasan gas keluaran kompresor yang akan masuk ke bagian mix tee, dan
5) pembuatan superheated steam yang bertekanan tinggi.
Flue gas yang telah dingin meninggalkan convection section pada
temperatur 115 oC dan keluar melalui cerobong ke atmosfer dengan menggunakan
ID Fan.
Adapun reaksi steam reforming yang terjadi pada primary reformer unit
tersebut adalah:
CH4 + H2O CO + 3H2 – Q ... (6)
CO + H2O CO2 + H2 + Q ... (7)
Variabel operasi reformer yang perlu diperhatikan adalah temperatur,
tekanan, dan steam to carbon ratio.
1) Temperatur
Semakin tinggi temperatur reaksi, maka konversi metan akan semakin
tinggi. Hal ini disebabkan reaksi steam reforming bersifat endotermis.
Berdasarkan azas Le Chatelier tentang kesetimbangan untuk reaksi endotermis.
2) Tekanan
Kenaikan tekanan reaksi akan menyebabkan konversi metan menurun. Hal
ini disebabkan selisih koefisien stoikiometri reaktan dengan produk adalah -2.
Berdasarkan azas Le Chatelier tentang kesetimbangan.
3) Steam to carbon ratio
37
Steam yang diumpankan ke reforming harus cukup agar pembentukan
karbon di katalis tidak terjadi. Kenaikan akan menggeser kesetimbangan ke arah
produk reaksi sehingga konversi metan meningkat, tetapi konsumsi steam dan
kebutuhan fuel gas akan meningkat pula. Dalam operasi, pada umumnya steam to
carbon ratio di dalam gas proses inlet primary reformer berkisar antara 3,2 – 3,4
tergantung pada kondisi di primary reformer, karena pada rasio ini operasi akan
memberikan kinerja yang optimal dan paling ekonomis.
b. Secondary Reformer
Untuk menyempurnakan reaksi steam reforming (pemecahan gas metana
menjadi CO, CO2 dan H2) diperlukan proses lanjutan di secondary reformer. Gas
yang telah mengalami reforming sebagian di primary reformer akan masuk ke
secondary reformer dengan melewati jacket transfer line. Temperatur masuk ke
secondary reformer sekitar 824 oC. Aliran gas ini akan bertemu dengan campuran
steam dan udara di ruang bakar. Sebelum masuk ke secondary reformer, tekanan
dan temperatur udara dinaikkan. Udara ditekan dalam 3 tingkat dan antar tingkat
terdapat pendinginan sehingga air yang terbawa udara akan mengembun dan dapat
dipisahkan. Setelah itu, udara akan dipanaskan di combustion air preheater dan
diumpankan ke secondary reformer.
Reaksi di secondary reformer berlangsung pada temperatur yang lebih
tinggi dari pada di primary reformer, yaitu sekitar 900-1200 oC. Secara
keseluruhan reaksi bersifat endotermis, sehingga memerlukan panas dan
kebutuhan panas untuk berlangsungnya reaksi reforming tersebut dipasok sendiri
dari panas hasil reaksi hidrogen (dari aliran gas) dengan oksigen (dari aliran
udara). Oksigen untuk keperluan reaksi tersebut berasal dari udara yang
diinjeksikan dari discharge compressor. Jumlah udara yang diinjeksikan ke dalam
secondary reformer diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh perbandingan
komposisi H2/N2 yang tertentu dalam gas yang akan dimasukkan ke dalam
ammonia converter (biasanya perbandingan komposisi H2/N2 sekitar 3,0).
Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
... (8)2H2 + O2 ⇌2H2O + Q
CH4 + H2O ⇌ 3H2 + CO - Q
CO + H2O ⇌ H2 + CO2 + Q
38
... (9)
... (10)
Reaksi ini menggunakan katalis nickel untuk mempercepat laju reaksi dan
meningkatkan perolehan produk.
Parameter proses dalam secondary reformer adalah hasil reaksi dari
secondary reformer diharapkan memilki kadar methane leak maksimal 0,34 %
mol. Gas proses keluaran secondary reformer memiliki temperatur yang tinggi
(sekitar 1000 oC) sehingga panas yang terbawa gas proses ini dimanfaatkan di dua
unit steam generator untuk menghasilkan superheated steam. Gas proses yang
temperaturnya telah menurun selanjutnya diumpankan ke High Temperature Shift
Converter.
3. Tahap Pemurnian Gas Sintesa (Syn-Gas Purification)
Komponen gas proses yang keluar dari secondary reformer terdiri atas gas
H2, N2, CO, CO2, Ar, dan CH4. Untuk keperluan sintesa amonia, gas yang
diperlukan hanya H2 dan N2. Oleh karena itu, gas CO dan CO2 perlu dihilangkan
karena dapat menjadi racun bagi katalis dalam unit sintesa amonia berikutnya.
Blok diagram pemurnian gas sintesa dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Sumber: PT. PUSRI, 2014
Gambar 8. Blok Diagram Tahap Pemurnian Gas Sintesa
39
Penghilangan gas CO dan CO2 dilangsungkan dalam shift converter dan
methanator. Kedua gas tersebut dapat diubah menjadi gas metana (CH4) yang
merupakan gas inert yang tidak ikut bereaksi dan tidak merusak katalis. Gas inert
lain selain CH4 adalah gas argon (Ar). Namun, kehadiran gas inert juga harus
dibatasi karena jika gas inert hadir dalam jumlah yang berlebih maka gas tersebut
juga akan dapat menghambat jalannya proses dan mengurangi produk amonia
yang dihasilkan.
a. High Temperatur Shift Converter (HTSC)
Unit HTSC berfungsi sebagai reaktor koncersi CO menjadi CO2 dengan
bantuan katalis Promoted Iron Oxide (Fe3O4/Cr2O3) pada temperatur tinggi
(sekitar 350-420 oC) dengan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
… (11)
HTSC merupakan reaktor unggun tetap berisi katalis besi oksida dengan
volume katalis 66 m3. Tipikal reaksi yang terjadi pada unit HTSC adalah laju
reaksinya cepat tetapi konversinya rendah. Reaksi yang terjadi bersifat
eksotermik dan disebut sebagai reaksi pergeseran gas-air (water-gas shift
reaction) atau reaksi pergeseran CO pada temperatur tinggi (high temperature
shift conversion).
Gas masuk ke bagian atas HTSC melalui sebuah distributor kemudian
dilewatkan melalui katalis dan keluar dari bagian bawah converter. Gas masuk
pada temperatur 365 °C dan tekanan 30 kg/cm2A dan keluar pada temperatur 432
°C. Kehilangan tekanan dalam bejana dijaga tetap 0,4 kg/cm2A dan kandungan
gas CO yang lolos dijaga tidak lebih dari 3,53 % volume.
Gas keluaran HTSC masuk ke shell side HTS effluent WHB untuk
memberikan panas ke air umpan boiler. Setelah meninggalkan WHB gas mengalir
ke LTSC. Aliran antara dilengkapi dengan pembuangan (vent) untuk membuang
kelebihan gas proses.
b. Low Temperatur Shift Converter (LTSC)
CO + H2O ⇌ H2 + CO2 + Q
40
Unit ini berfungsi mengubah CO menjadi CO2 yang belum terkonversi di
unit HTSC dengan bantuan katalis Tembaga Zinc Alumina (Cu/ZnO/Al2O3). Gas
dari HTSC masuk ke LTSC melalui unggun katalis LTS dengan temperatur
masuk 206 °C dan keluar melalui bagian bawah LTS. Aliran ini di bypass pada
saat start up atau pada kondisi darurat melalui line PG-1022-12 untuk
menghindari lolosnya CO yang akan menambah beban di metanator. Temperatur
operasi dijaga pada 206 oC agar tidak terlalu dekat dengan titik embun (dew point)
dari campuran kukus dan gas.
Reaksi ini berlangsung pada temperatur rendah (180-260 oC), bersifat
eksotermis dan konversinya yang cukup tinggi. Reaksi yang terjadi sama dengan
reaksi di HTSC, tetapi disebut reaksi pergeseran CO pada temperatur rendah (low
temperature shift conversion). Parameter operasi di unit LTSC adalah CO leakage
di outlet sebesar 0,29 % volum.
Gas panas yang keluar dari bagian bawah LTSC didinginkan di shell side
LTS effluent/BFW exchanger sebagai sumber panas untuk BFW dari BFW pump.
Dari HE, gas proses mengalir melalui tube side CO2 stripper ejector/steam
generator untuk membangkitkan steam dalam semilean flash tank ejector CO2
stripper.
c. Unit Pemisahan Karbon Dioksida (CO2 Absorber dan Stripper)
Pada prinsipnya, pemisahan CO2 pada unit ini sama dengan pemisahan CO2
di bagian feed treating. Untuk memisahkan CO2 digunakan larutan benfield.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CO2 + H2O H2CO3 ... (12)
H2CO3 + K2CO3 2KHCO3 ... (13)
Gas sintesa keluaran dari LTSC dialirkan ke absorber CO2 melalui
distributor internal di bagian bawah menara. Gas mengalir dari bawah ke atas
melalui tiga unggun packing dari slotted ring dan berkontak secara baik dengan
aliran larutan lean dan semilean Benfield yang mengalir dari atas ke bawah.
41
Tabel 18. Susunan Packing didalam Absorber
Bed Jenis Packing Tinggi Unggun (mm)1 Slotted ring (CS,SS) 38 mm 8550; 6002 Slotted ring (600 mm CS, 50 mm SS) 6100; 9003 Slotted ring (600 mm CS, 50 mm SS) 6100; 900
Sumber: Ammonia P-1V, 2009
Larutan lean Benfield masuk pada bagian atas unggun 1. Setiap unggun
pada absorber disangga oleh packing support gas injection plate, liquid
distributor dan hold down grate. Aliran lean dan semilean Benfield dialirkan
melalui sparger dan distributor internal.
Menara absorber dilengkapi dengan demisting pad pada bagian puncak. Gas
keluaran absorber kemudian dialirkan ke produk atas absorber CO2 lalu menuju
KO Drum untuk menghilangkan larutan Benfield yang terbawa oleh gas. Gas
proses akan meninggalkan bagian atas KO Drum dan dilewatkan melalui shell
side metanator feed /effluent exchanger sebelum dimasukkan ke metanator.
Aliran lean dan semilean benfield bertemu di bagian bawah absorber,
dimana ketinggian cairan di dalam absorber dikendalikan dengan LIC. Tekanan
tinggi yang ada pada absorber dimanfaatkan sebagai penggerak turbin hidrolik
untuk memanfaatkan tenaga yang berasal dari aliran benfield kaya CO2. Turbin
hidrolik tersebut berfungsi sebagai penggerak pompa larutan semilean.
Larutan benfield yang sudah digunakan untuk penyerapan dan jenuh dengan
CO2 akan diregenerasi di stripper sehingga larutan benfiled tersebut dapat
digunakan kembali. Jika dibandingkan dengan proses absorbsi, stripping
berlangsung pada tekanan yang lebih rendah yaitu + 1,1 kg/cm2 dan temperatur
yang lebih tinggi + 127 oC. Reaksi proses yang terjadi di stripping adalah sebagai
berikut:
2KHCO3 H2CO3 + CO2 + H2O ... (14)
Larutan benfield yang kaya CO2 kemudian masuk ke CO2 stripper dari
bagian atas. Kolom stripper tersebut berupa kolom packing yang dilengkapi
dengan 3 buah tray, distributor, trap out pan dan akumulator.
42
Tabel 19. Susunan Packing di dalam Stripper
Bed Jenis Packing Tinggi Unggun (mm)1 Slotted ring (CS,SS) 50 mm 91502 Slotted ring (CS,SS) 50 mm 6003 Slotted ring (CS,SS) 50 mm 600
Sumber: Ammonia P-1V, 2009
Larutan Benfield yang kaya CO2 dilewatkan melalui unggun 2 dan akan
melepaskan CO2. Uap CO2 kemudian mengalir ke atas sedangkan kondensat yang
terbentuk dikumpulkan dalam trap-out pan yang mengalir ke reboiler kondensat
di CO2 stripper. Ketinggian cairan (level) di bagian bawah stripper dikontrol
dengan LIC.
Sebagian larutan benfield (semilean) ditarik dari trap-out pan yang terletak
di bawah unggun 2 menuju flash tank empat tingkat sambil melepaskan
kandungan CO2-nya. Flash tank ini dilengkapi dengan ejektor untuk mengangkat
gas dengan menggunakan media kukus. Keluaran (discharge) dari semua ejektor
dimasukkan kembali ke stripper di bawah unggun 2. Ketinggian cairan pada flash
tank dikontrol oleh LI.
Larutan semilean benfield ditarik dari keempat tingkat dengan pompa
kemudian masuk ke bagian tengah absorber. Larutan benfield keluar dari unggun
terakhir dan terkumpul di trap-out pan. Larutan benfield yang telah diregenerasi
dikembalikan ke stripper setelah mengalami pertukaran panas di dalam heat
exchanger. Larutan lean benfield yang terkumpul di dasar stripper kemudian
mengalir dan mengalami penurunan temperatur dalam heat exchanger. Larutan
lean benfield yang telah dingin kemudian akan dialirkan kembali ke absorber.
Stripper pada proses CO2 removal system beroperasi pada tekanan 1,1
kg/cm2 di bagian bawah dan 0,9 kg/cm2 di bagian atas. Hilang tekan normal
sebesar 0,18 kg/cm2 yang diukur dan dilengkapi alarm beda tekanan tinggi.
Gas CO2 keluaran dari stripper diharapkan di atas 99%. Kandungan CO dan
CO2 keluaran absorber berturut-turut adalah 0,37 %-mol dan 0,006 %-mol.
a. Metanasi
43
Proses purifikasi yang terjadi pada tahap shift conversion dan CO2 removal
tidak berlangsung sempurna sehingga masih terdapat gas CO maupun CO2 sisa
dalam jumlah kecil. Walaupun demikian, kandungan CO dan CO2 dalam jumlah
kecil ini dapat merusak katalis di Ammonia Converter. Untuk itu, CO dan CO2
perlu diubah menjadi CH4 di Methanator sehingga total CO dan CO2 inlet
Ammonia Converter ≤ 10 ppm. Reaksi metanasi terjadi pada temperatur 280-360 oC dengan menggunakan katalis Nickel Alumina.
Reaksi metanasi berlangsung menurut persamaan reaksi berikut:
... (15)
…(16)
Parameter operasi pada unit metanator dalah konsentrasi CO dan CO2 di
outlet ≤ 10 ppm.
Gas proses dari CO2 absorber, setelah dipanaskan di shell side dari heat
exchanger, masuk ke metanator melalui bagian atas. Gas proses tersebut
kemudian melewati katalis Nickel Alumina lalu keluar dari bagian bawah vessel.
Temperatur di dalam metanator dikendalikan dengan TI. Jika temperatur di
dalam metanator naik terlalu tinggi, maka alarm TAH akan menyala. Bila TAH
menyala, solenoid XY akan menutup control valve untuk menghentikan aliran gas
masuk ke metanator. Secara bersamaan, interlock system akan menutup MOV
untuk menghindari gas lolos melewati XV yang memasuki metanator.
HS yang terdapat di control panel berfungsi untuk mentripkan XY dan
MOV secara manual. HS digunakan untuk membuka dan menutup MOV secara
perlahan. Jika aliran gas masuk metanator terhenti, kenaikan tekanan akan
menggerakkan PIC untuk membuang gas ke atmosfer.
Dari metanator, aliran gas didinginkan di sisi buluh lalu masuk ke sisi
cangkang, kemudian mengalir ke kompresor dari tangki larutan.
4. Tahap Sintesis Amonia
Tahap sintesis amonia merupakan tahap akhir pada pabrik amonia. Pada
tahap ini akan dilakukan proses pembentukan amonia dari N2 dan H2. Amonia di
CO + 3H2 ⇌ CH4 + H2O + Q
CO2 + 4H2 ⇌ CH4 + 2H2O + Q
44
ambil sebagai produk, sedangkan H2 dikembalikan lagi ke syn-loop dan CH4
sebagai tail gas dimanfaatkan untuk fuel. Tahap sintesis amonia terdiri dari tahap
kompresi, chiller, refrigerant loop, KO drum hingga ke ammonia converter.
Tahap sintesis amonia dapat dilihat pada Gambar 9.
Sumber: PT. PUSRI, 2014
Gambar 9. Blok Diagram Tahap Sintesis Amonia
a. Tahap Kompresi Gas (Syn-Gas Compression)
Gas proses yang akan disintesis di ammonia converter terlebih dahulu akan
dimampatkan di dalam kompresor gas sintesis. Syn-Gas Compressor mempunyai
dua buah casing dengan pendingin yang terletak di antara dua casing.
Pemampatan gas ini dilangsungkan dalam empat tingkat sehingga tekanan gas
sintesis yang diperoleh sama dengan tekanan operasi di unit sintesis amonia.
Penggerak utama dari syn-gas compressor adalah steam turbine extraction
(gabungan antara back pressure turbine dan condensing turbine). Kompresor
tersebut beroperasi pada kondisi normal speed 10.535 rpm, rate speed 10.622
45
rpm, continuous speed 11.153 rpm dan operation speed pada range 85 – 105 %
dari normal speed (9.029 – 11.153 rpm).
Syn-Gas Compressor terbagi menjadi 2 segmen yaitu Low Pressure Case
Compressor dan High Pressure Case Compressor. Masing-masing segmen
tersebut memiliki dua tingkatan kompresi. Jadi, syn-gas compressor memiliki
empat tingkat kompresi. LP case compressor menerima gas dari suction drum
pada tekanan masuk 32,59 kg/cm2A dan menaikkan tekanan gas di tingkat
pertama menjadi 57,32 kg/cm2A dan 99,85 kg/cm2A di tingkat kedua. HP case
compressor menaikkan tekanan gas menjadi 173,39 kg/cm2A di tingkat ketiga dan
179,31 kg/cm2A di tingkat keempat.
Gas proses keluar dari kompresor tingkat pertama pada temperatur 110,3 oC.
Gas tersebut kemudian didinginkan di water cooler dan masuk ke KO Drum. Gas
proses kemudian diumpankan ke dalam kompresor tingkat kedua untuk
menaikkan tekanannya menjadi 99,85 kg/cm2A. Temperatur gas yang keluar dari
kompresor tingkat kedua mencapai 114,8 oC. Gas proses tersebut kemudian
didinginkan dengan cooling water di dalam dan didinginkan lebih lanjut dengan
ammonia refrigerant hingga mencapai 4,4 oC. Kandungan air yang terkandung di
dalam gas proses dipisahkan di dalam KO Drum. Selanjutnya gas proses
dikeringkan lebih lanjut di dalam molecular sieve dryer.
Gas dingin yang telah kering dimasukkan ke HP case compressor pada
tekanan 98,88 kg/cm2A. Gas tersebut kemudian dikompresi hingga tekanannya
mencapai 173,39 kg/cm2A pada kompresor tingkat ketiga. Gas tersebut kemudian
bercampur dengan gas daur ulang dan dikompresi hingga tekanannya mencapai
179,31 kg/cm2A pada kompresor tingkat keempat.
Syn-gas compressor digerakkan oleh turbin uap dengan menggunakan HP
steam bertekanan 123 kg/cm2G dengan laju 107 ton/jam. Exhaust steam keluaran
turbin uap merupakan MP steam bertekanan 42,2 kg/cm2G dengan laju 35,45
ton/jam ke condensing turbine dan 72,3 ton/jam berupa extraction steam. Laju alir
extraction steam dikendalikan oleh FIC.
Kompresor dan turbin dilengkapi dengan lube/seal oil console, termasuk
lube & oil pump motor, auxiliary lube & seal oil pump turbine, overhead seal oil
46
tank, lube oil filters & coolers, seal oil traps dan degassing tank. Selain itu,
kompresor dan turbin juga dilengkapi dengan sinyal penanda (alarm), yaitu low
oil pressure alarm, auxiliary pump start alarm, high and low seal oil level alarm
dan high filter differential pressure alarm pada lube & seal oil system.
b. Tahap Sintesis Loop
Gas sintesis bertekanan tinggi keluaran dari kompresor akan diumpankan
menuju separator minyak, kemudian melewati penukar kalor yang dilengkapi
dengan bypass untuk mengatur temperatur gas sintesis sebelum masuk ke
ammonia converter. Reaksi sintesis amonia berlangsung menurut persamaan
reaksi berikut:
N2 + 3 H2 2 NH3 + Q ... (17)
Reaktor amonia ini mempunyai dua unggun utama dan catalyst basket yang
dapat dikeluarkan untuk keperluan mengganti atau memuat katalis amonia.
Karakteristik unggun katalis pada ammonia converter ditampilkan pada Tabel 20.
Tabel 20. Karakterisitik Unggun Katalis pada Ammonia Converter