BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan belajar berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara. Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja, kesenangannya, dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan suatu kebutuhan seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih, dan lain-lain. Anak memerlukan berbagai variasi mainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya. Melalui bermain anak tidak hanya menstiluasi anak tidak hanya menstimulasi perkembangan otot-ototnya, tetapi lebih
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh
hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain
merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan kemampuan fisik,
intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan media yang baik
untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan belajar berkomunikasi,
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara.
Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja,
kesenangannya, dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia.
Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan suatu kebutuhan seperti
halnya makanan, perawatan, cinta kasih, dan lain-lain. Anak memerlukan berbagai
variasi mainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya.
Melalui bermain anak tidak hanya menstiluasi anak tidak hanya menstimulasi
perkembangan otot-ototnya, tetapi lebih dari itu. Anak tidak sekedar melompat,
melempar atau berlari. Tetapi mereka bermain dengan menggunakan seluruh
emosinya, perasaannya dan pikirannya. Kesenangan merupakan salah satu elemen
pokok dalam bermain. Anak akan bermain selama aktivitas tersebut mengiburnya.
Pada saat mereka bosan, mereka akan berhenti bermain.
Bermain bukan berarti membuang-buang waktu, juga bukan berarti
membuat si anak menjadi sibuk sementara orang tuanya mengerjakan
pekerjaannya sendiri. Tetapi anak akan menemukan kekuatan dan kelemahannya
sendiri, minatnya, cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain, dan lain-lain.
Anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang
dewasa yang mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan
mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. Pada masa
1
2
kanak-kanak bermain merupakan salah satu kebutuhan da sa r yang ha rus
d ipenuh i guna menun j ang pe r t umbuhan f i s i k dan perkembangan
mental anak. bermain dapat dimulai sejak anak berusia 0 tahun. Efektifitas bermain
anak sangat ditentukan oleh jenis permainan yang disesuaikan dengan usia anak. selain
itu peran orang tua dalam menunjang kebutuhan bermain anak sangat diperlukan
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik
dalam dirinya yang disadari. Apabila anak terserang sakit proses bermain anak
akan terganggu apa lagi jika anak tersebut dirawat di RumahSakit mereka tidak
bisa bermain hanya karena penyakitnya tetapi juga karena lingkungan
yang belum mereka kenal, orang orang yang belumdikenal, serta prosedur
atau tindakan yang membuat anak merasa takut dan stress dan membuat
mereka tidak bisa bermain. Padahal bermain sangat penting bagi anak
untuk melanjutkan tumbuh kembang dan mengembangkan kreativitas.Secara nyata
anak yang dirawat di rumah sakit akan mendapatkan pengamanan yang optimal
namun program permainannya belum tentu efektif, sehingga perlu dibuat program
bermain yang lebih efektif. Ka rena i t u pe r l u p rog ram be rma in yang
dapa t memban tu pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi anak,
salah satunyaadalah mewarnai gambar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat dirumuskan pertanyaan
sebagai berikut “apakah ada pengaruh terapi bermain pada anak usia 3-5 tahun
terhadap penurunan dampak hospitalisasi di Rumah Sakit?’’
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Setelah mengikuti program bermain, anak dapat menunjukan rasa percaya
diri serta mengurangi kecemasan, stress dan kebebasan anak selama di rumah sakit.
3
Tujuan Khusus
1. Dapat mengeluarkan energy fisik dalam kemampuannya berfikir dan mewarnai
gambar.
2. Meningkatkan kemampuan berfikir dan konsentrasi anak dalam upaya
memilih warna dan mewarnakan pada gambar.
3. Meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus dalam mewarnai
4. Membina sosialisasi anak dengan teman sebaya, perawat dan orang tua
5. Untuk melatih keterampilan kognitif dan afektif, anak bebas
mengekpresikan perasaannya, orang tua dapat mengetahui stuasi hati anak,
memahami kemampuan diri, kelemahan dan tingkah laku terhadap orang
lain.
1.4 Manfaat
1. Untuk anak-anak sebagai salah satu terapi pengobatan dan menghilangkan
kejenuhan terhadap suasana rumah sakit.
2. Sebagai sarana orang tua untuk mengetahui suasana hati anak saat
bermain.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan
media yang baik untuk belajar karene dengan bermain anak-anak akan belajar
berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa
yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara.
Bermain adalah hak asasi bagi anak usia dini yang memiliki nilai utama
dan hakiki pada masa pra sekolah. Kegiatan bermain bagi anak usia dini adalah
sesuatu yang sangat penting dalam perkembangan kepibadiannya. Bermain bagi
seorang anak tidak sekedar mengisi waktu, tetapi media bagi anak untuk belajar.
Setiap bentuk kegiatan bermain pada anak pra sekolah mempunyai nilai positif
terhadap perkembangan kepibadiannya
Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian
besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Filsuf Yunani, Plato,
merupakan orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis
dari bermain. Anak-anak akan lebih mudah mempelajari aritmatika melalui situasi
bermain. Bermain dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan
keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Istilah bermain diartikan
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan mempergunakan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian, memberikan informasi,
memberikan kesenangan, dan dapat mengembangkan imajinasi anak Menurut
Singer (dalam Kusantanti, 2004) mengemukakan bahwa bermain dapat digunakan
anak-anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha
mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak. Dengan bermain anak
memiliki kemampuan untuk memahami konsep secara ilmiah, tanpa paksaan.
4
5
Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan dengan
kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian
bermain :
1. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak.
2. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsic.
3. Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas
dipilih oleh anak.
4. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak..
5. Memilikii hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan
bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa,
perkembangan sosial dan sebagainya.
Banyak konsep dasar yang dapat dipelajari anak memalui aktivitas bemain.
Pada usia prasekolah, anak perlu menguasai berbagai konsep dasar tentang warna,
ukuran, bentuk, arah, besaran, dan sebagainya. Konsep dasar ini akan lebih mudah
diperoleh anak melalui kegiatan bermain.
Bermain, jika ditinjau dari sumber kegembiraannya di bagi menjadi dua, yaitu
bermain aktif dan bermain pasif. Sedangkan jika ditinau dari aktivitasnya,
bermain dapat dibagi menjadi empat, yaitu bermain fisik, bermain kreatif, bermain
imajinatif, dan bermain manipulatif. Jenis bermain tersebut juga merupakan ciri
bermain pada anak usia pra sekolah dengan menekankan permainan dengan alat
(balok, bola, dan sebagainya) dan drama.
2.2 Klasififikasi Bermain
Ada beberapa jenis permainan, baik ditinjau dari isi permainan, karakter
social dan kelompok usia anak. Dibawah ini akan dibahas secara rinci satu per
satu :
6
1. Berdasarkan Isi Permainan
Berdasarkan isi permainan, ada enam jenis permainan, yaitu :
a. Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orang tuanya dan/atau orang lain. Permainan yang
biasa dilakukan adalah “Cilukba”, berbicara sambil tersenyum/tertawa,
atau sekadar memberikan tangan pada bayi untuk menggenggamnya ,
tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa. Bayi akan
mencoba berespons terhadap tingkah laku orang tuanya dan/atau orang
dewasa tersebut/misalnya dengan tersenyum, tertawa, dan/atau mengoceh
b. Sense of pleasure play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa
senang pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan
menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunungan atau benda-
benda apa saja yang dapat dibentuknya dengan pasir . Bisa juga dengan
menggunakan air anak akan melakukan macam-macam permainan,
misalnya memindah-mindahkan air ke botol, bak, atau tempat lain. Ciri
khas permainan ini adalah anak akan semakin asyik bersentuhan dengan
alat permainan ini dan dengan permainan yang dilakukannya sehingga
susah dihentikan
c. Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan
ketrampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan
terampil memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu
tempat ke tempat yang lain, dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi,
keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan
7
yang di lakukan. Semakin sering melakukan latihan, anak akan semakin
terampil.
d. Games atau permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan
alat tertentu yang menggunakan perhitungan dan/atau skor. Permainan ini
bisa dilakukan oleh anak sendiri dan/ atau dengan temannya. Banyak
sekali jenis permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional maupun
yang modern.misalnya, ular tangga, congklak, puzzle, dan lain-lain.
e. Unoccupied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa
saja yang ada di sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan
alat permainan tertentu, dan situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya
yang di gunakannya sebagai alat permainan. Anak tampak senang,
gembira, dan asyik dengan situasi serta lingkungannya tersebut .
f. Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan
peran sebagai orang lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil
berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya,
kakaknya, dan sebagainya yang ingin ia tiru. Apabila anak bermain dengan
temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang peran orang
yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak
terhadap peran tertentu .
8
2. Berdasarkan Karakter Social
Berdasarkan karakter sosialnya, ada lima jenis permainan, yaitu :
a. Onlooker play
Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang
sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam
permainan. Jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan
terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya.
b. Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan,
tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan
alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan
temannya, tidak ada kerja sama, ataupun komunikasi dengan teman
sepermainannya.
c. Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang
sama, tetapi antara satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi kontak satu
sama lain sehingga antara anak satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi
satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.
d. Associative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan
anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang
memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh
permainan jenis ini adalah bermain boneka, bermain hujan-hujanan dan
bermain masak-masakan.
9
e. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan
jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin
permainan mengatur dan mengarahkananggotanya untuk bertindak dalam
permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam permainan
tersebut. Misalnya, pada permainan sepak bola, ada anak yang memimpin
permainan, aturan main harus dijalankan oleh anak dan mereka harus
dapat mencapai tujuan bersama, yaitu memenangkan permainan dengan
memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.
3. Berdasarkan Kelompok Usia Anak
Berdasarkan kelompok usia, ada lima jenis permainan, yaitu :
a. Anak usia bayi
Permainan untuk anak usia bayi dibagi menjadi bayi usia 0 – 3 bulan, usia
4 – 6 bulan, dan usia 7 – 9 bulan. Karakteristik permainan anak usia bayi
adalah “sense of pleasure play”.
Bayi usia 0 – 3 bulan
Seperti yang telah disinggung diatas bahwa karakteristik khas
permainan bagi usia bayi adalah adanya interaksi social yang
menyenangkan antara bayi dan orang tua dan/atau orang dewasa
sekitarnya. Selain itu, perasaan senang juga menjadi cirri khas dari
permainan untuk bayi di usia ini. Alat permainan yang biasa digunakan,
misalnya mainan gantungan yang berwarna terang dengan bunyi musik
yang menarik. Dari permainan tersebut, secara visual bayi diberi objek
yang berwarna terang dengan tujuan menstimuli penglihatannya. Oleh
karena itu bayi harus ditidurkan atau diletakkan pada posisi yang
memungkinkan agar dapat memandang bebas ke sekelilingnya. Secara
auditori ajak bayi berbicara, beri kesempatan untuk mendengar
pembicaraan, musik dan nyanyian yang menyenangkan.
10
Bayi usia 4 – 6 bulan
Untuk menstimuli penglihatan, dapat dilakukan permainan
seperti mengajak bayi menonton TV, memberi mainan yang mudah
dipegangnya dan berwarna terang, serta dapat pula dengan cara memberi
cermin dan meletakkan bayi didepannya sehingga memungkinkan bayi
dapat melihat bayangan di cermin. Untuk stimulasi pendengaran, dapat
dilakukan dengan cara selalu membiasakan memanggil namanya,
mengulangi suara yang dikeluarkannya, dan sering berbicara dengan bayi,
serta meletakkan mainan yang berbunyi di dekat telinganya. Untuk
stimulasi taktil, berikan mainan yang dapat digenggamnya, lembut dan
lentur atau pada saat memandikan, biarkan bayi bermain air di dalam bak
mandi.
Bayi usia 7 – 9 bulan
Untuk stimulasi penglihatan, dapat dilakukan dengan
memberikan mainan yang berwarna terang, atau berikan kepadanya kertas
dan alat tulis, biarkan ia mencoret-coret sesuai keinginannya.
Stimulasi pendengaran, dapat dilakukan dengan memberi bayi
boneka yang berbunyi, mainan yang bias dipegang dan berbunyi jika
digerakkan. Untuk itu alat permainan yang dapat diberikan pada bayi,
misalnya buku dengan warna yang terang an mencolok, gelas dan sendok
yang tidak pecah, bola yang besar, berbagai boneka, dan/atau mainan yang
dapat didorong.
b. Anak usia toddler (>1 tahun sampai 3 tahun)
Anak usia toddler menunjukkan karakteristikyang khas, yaitu
banyak bergerak, tidak bias diam dan mulai mengembangkan otonomi dan
kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam melakukan
permainan, anak lebih bebas, spontan, dan menunjukkan otonomi baik
dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas bermainnya. Anak
11
mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali
mainannya dibongkar-pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus
diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak
memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan. Jenis
permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah “solitary play
dan parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat
anak melakukan permainan sendiri dengan mainannya sendir, sedangkan
pada usia lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak mulai dapat melakukan
permainan secara parallel karena sudah dapat berkomunikasi dalam
kelompoknya walaupun belum begitu jelas karena kemampuan berbahasa
blum begitu lancar. Jenis alat permainan yang tepat diberikan adalah
boneka, pasir, tanah liat dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk benda
macam-macam
c. Anak usia prasekolah (>3 tahun sampai 6 tahun)
Sejalan dengan pertumbuhan dan oerkembangannya, anak usia
prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih
matang dari pada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan
imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan social
dengan temannya semakin meningkat. Oleh kerena itu jenis permainan
yang sesuai adalah “associative play, dramatic play dan skill play”. Anak
melakukan permainan bersama-sama dengan temannya dengan
komunikasi yang sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah
mampu memainkan peran orang tua tertentu yang diidentifikasinya, seperti
ayah, ibu dan bapak atau ibu gurunya. Permainan yang menggunakan
kemampuan motorik (skill paly) banyak dipilih anak usia prasekolah.
Untuk itu, jenis alat permainan yang tepat diberikan pada anak misalnya,
sepeda, mobil-mobilan, alat olah raga, berenang dan permainan balok-
balok besar
12
d. Anak usia sekolah (> 6 tahun sampai 12 tahun)
Kemampuan social anak usia sekolah semakin meningkat. Mereka
lebih mampu bekerja sama dengan teman sepermainannya. Seringkali
pergaulan dengan teman menjadi tempat belajar mengenal norma baik atau
buruk. Dengan demikian, permainan pada anak usia sekolah tidak hanya
bermanfaat untuk meningkatkan ketrampilan fisik atau intelektualnya,
tetapi juga dapat mengembangkan sensitivitasnya untuk terlibat dalam
kelompok dan bekerja sama dengan sesamanya. Mereka belajar norma
kelompok sehingga dapat diterima dalam kelompoknya. Sisi lain manfaat
bermain bagi anak usia sekolah adalah mengembangkan kemampuannya
untuk bersaing secara sehat. Bagaimana anak dapat menerima kelebihan
orang lain melalui permainan yang ditunjukkannya. Karakteristik
permainan untuk anak usia sekolah dibedakan menurut jenis kelaminnya.
Anak laki-laki lebih tepat jika diberikan mainan jenis mekanik yang akan
menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang
laki-laki, misalnya mobil-mobilan. Anak perempuan lebih tepat diberikan
permainan yang dapat menstimulasinya untuk mengembangkan perasaan,
pemikiran dan sikapnya dalam menjalankan peran sebagai seorang
perempuan, misalnya alat untuk memasak dan boneka.
e. Anak usia remaja (13 tahun sampai 18 tahun)
Merujuk pada proses tumbuh-kembang anak remaja, dimana anak
remaja berada dalam suatu fase peralihan, yaitu disatu sisi akan
meninggalkan masa kanak-kanak dan disisi lain masuk pada usia dewasa
dan bertindak sebagai individu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa anak
remaja akan mengalami krisis identitas dan apabila tidak sukses
melewatinya, anak akan mencari kompensasinya pada hal yang berbahaya,
seperti obat-obatan terlarang dsb. Melihat karakteristik anak remaja perlu
mengisi kegiatan yang konstruktif, misalnya dengan melakukan permainan
berbagai macam olah raga, mendengarkan dan/atau bermain musik serta
13
melakukan kegiatan organisasi remaja yang positif, seperti kelompok
basket, sepak bola, karang taruna dll. Prinsip kegiatan bermainbagi anak
remaja tidak hanya sekedar mencari kesenangan dan meningkatkan
perkembangan fisio-emosional, tetapi juga lebih juga ke arah menyalurkan
minat, bakat dan aspirasi serta membantu remaja untuk menemukan
identitas pribadinya. Untuk itu alat permainan yang tepat bias berupa
berbagai macam alat olah raga, alat musik dan alat gambar atau lukis.
2.3 Pengaruh Terapi Bermain Pada Anak Usia 3-5 Tahun Terhadap
Penurunan Dampak Hospitalisasi Di Rumah Sakit
Kecemasan adalah salah satu respon anak saat di hospitalisasi yang
menimbulkan perasaan tidak nyaman dan dapat menunjukkan keadaan khawatir
bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Terapi bermain merupakan salah
satu metode yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan terutama
untuk anak usia prasekolah. Ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi
bermain terhadap penurunan kecemasan akibat hospitalisasi pada anak. Hasil
analisa didapatkan tingkat kecemasan sebelum diberi terapi bermain dengan
bercerita 80,0% mengalami cemas sedang dan 20,0% mengalami cemas ringan.
Sesudah diberi terapi bermain dengan , kecemasan menjadi 76,6% mengalami
cemas ringan dan tidak cemas sebanyak 23,3%. Hasil perhitungan dengan uji
Spearman Rank menunjukkan adanya penurunan tingkat kecemasan pada anak
usia 3- 5 tahun sesudah diberi terapi bermain dengan ρ value 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai ρ < 0,05 yang berarti ada pengaruh terapi bermain
terhadap penurunan kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia 3-5 tahun di.
Bagi Rumah Sakit terapi bermain dimasukkan menjadi salah satu program
tindakan keperawatan untuk mengatasi kecemasan pada anak terutama usia
prasekolah.
14
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
Ada 5 (lima) factor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada anak, yaitu :
1. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan
tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak. Tentunya permainan anak
usia bayi tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak
usia sekolah. Demikian juga sebaliknya karena pada dasarnya permainan
adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan
demikian, orang tua dan perawat harus mengetahui dan memberikan jenis
permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Status kesehatan anak
Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi, walaupun
demikian, bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit.
Kebutuhan bermain pada anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja
pada orang dewasa. Yang penting pada saat kondisi anak sedang menurun
atau anak terkena sakit, bahkan dirawat di rumah sakit, orang tua dan
perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak
sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di rumah
sakit.
3. Jenis kelamin anak
Ada bebarapa pndangan tentang konsep gender dalam kaitannya
dengan permainan anak. Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak
membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Semua alat
permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau perempuan untuk
mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan kemampuan social
anak. Akan tetapi, ada pendapat lain yang meyakini bahwa permainan
adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri
15
sehingga sebagian alat permainan anak perempuan tidak dianjurkan untuk
digunakan oleh anak laki-laki. Hal ini di latarbelakangi oleh alasan adanya
tuntutan perilaku yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dan hal ini
dipelajari melalui media permainan.
4. Lingkungan yang mendukung
Terselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk
perkembangan anak salah satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya
dan lingkungan fisik rumah. Fasilitas bermain tidak selalu harus yang
dibeli di took atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat
menstimulus imajinasi dan kreativitas anak, bahkan sering kali mainan
tradisional yang dibuat sendiri dari/atau berasal dari benda-benda di sekitar
kehidupan anak akan lebih merangsang anak untuk kreatif, keyakinan
keluarga tentang moral dan budaya juga mempengaruhi bagaimana anak di
didik melalui permainan. Sementara lingkungan fisik sekitar lebih banyak
mempengaruhi ruang gerak anak untuk melakukan aktivitas fisik dan
motorik. Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain
memungkinkan anak mempunyai cukup ruang gerak untuk bermain,
berjalan, mondar-mandir, berlari, melompat dan bermain dengan teman
sekelompoknya.
5. Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai bagi anak
Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk
anak. Pilih yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Label yang
tertera pada mainan harus dibaca terlebih dahulu sebelum membelinya,
apakah mainan tersebut sesuai dengan usia anak. Alat permainan tidak
selalu harus yang dibeli di took atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan
yang dapat menstimulus imajinasi dan kreativitas anak, bahkan seringkali
mainan tradisional yang dibuat sendiri dari atau berasal dari benda-benda
di sekitar kehidupan anak, akan lebih merangsang anak untuk kreatif. Alat
permainan yang harus didorong, ditarik, dan dimanipulasi, akan
16
manegajarkan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan koordinasi
alat gerak. Permainan membantu anak untuk meningkatkan kemampuan
dalam mengenal norma dan aturan serta interaksi social dengan orang lain.
Orang tua dan anak dapat memilih mainan bersama-sama, tetapi yang
harus diingat bahwa alat permainan harus aman bagi anak. Oleh karena itu,
orang tua harus membantu anak memilihkan mainan yang aman.
2.5 Fungsi Bermain
Fungsi bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-motorik,
perkembangan intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral dan bermain
sebagai terapi.
1. Perkembangan sensorik-motorik merupakan komponen terbesar yang
digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan
pengobatan.
2. Perkembangan intelektual anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan sekitar.
3. Perkembangan sosial anak akan memberi dan menerima serta
mengembangkan hubungan sesuai dengan belajar memecahkan masalah
dan hubungan sulit.
4. Perkembangan kreatifitas anak belajar merealisasikan diri.
5. Perkembangan kesadaran diri, anak belajar mengenal kemampuan dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya
terhadap orang lain.
6. Perkembangan moral, anak akan belajar mengenai nilai dan moral dan
etika belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah serta
belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukan.
Bermain sebagai terapi, anak akan mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
dan relaksasi melalui kesenangannya bermain.
17
2.6 Syarat Bermain
Ada beberapa hal yang dipersyaratkan untuk dapat melakukan kegiatan bermain
yang baik untuk anak, yaitu :
1. Perhatikan factor usia anak
Sesuaikan mainan/aktivitas dengan kematangan motorik anak, yaitu
sejauh mana gerakan-gerakan otot tubuh siap melakukan gerakan-gerakan
tertentu. Juga sesuaikan dengan kognisinya, yaitu sejauh mana anak
mampu memahami permainan itu. Jika terlalu sulit, anak jadi malas
bermain dan jika kelewat gampang ia cepat bosan. Untuk itu pilihlah
mainan yang dapat merangsang kreativitas anak.
2. Tidak harus sehat
Tentu akan lebih baik jika anak dalam kondisi sehat. Namun anak yang
sakitpun diperbolehkan untuk bermain, malah bias mempercepat proses
kesembuhannya.tentunya jenis permainannya disesuaikan kondisi fisik.
Misalnya pilih permainan yang bisa dilakukan ditempat tidur seperti
melipat, mewarnai, menggambar atau mendengarkan dongeng, memainkan
jari-jemari sambil bercerita, main tebak-tebakan, dan lain-lain.
3. Lama bermain
Tergantung karakteristik anak, ada yang aktif dan pasif. Namun
sebaiknya bermain tak terlalu lama agar anak tak mengabaikan tugas-tugas
lainnya seperti makan, mandi dan tidur. Untuk bayi, cukup 10-30 menit
karena rentang perhatiannya pun masih terbatas. Untuk anak yang lebih
besar, buatlah komitmen lebih dulu. Missal, boleh main selama 1 jam,
setelah itu makan atau mandi. Namun kita hurus konsisten dengan aturan
itu agar anak tidak bingung. Bagi anak yang sakit, jika ia butuh banyak
istirahat, jangan dipaksa.
18
4. Pastikan mainannya aman
Terlebih untuk bayi, keamanan mainan harus diperhatikan betul. Pilih
yang tidak mudah rusak/pecah ataupun terurai seperti manik-manik karena
di khawatirkan akan masuk mulut atau lubang telingan/hidung. Jangan
pula memberikan mainan yang bertali panjang, berukurang kecil dan
menggunakan listrik. Selain itu secara umum mainan anak haruslah tidak
boleh ada bagian yang mudah tertelan, tidak tajam atau berujung runcing,
catnya tidak beracun (nontoxic), tidak mudah mengelupas, tidak menjepit
dan tidak menimbulkan api.
5. Dampingi anak
Penting diingat, mainan bukan pengganti orang tua, melainkan
sarana untuk mendekatkan hubungan orang tua dengan anak jadi, selalu
dampingi anak kala bermain. Tanpa arahan kita anak akan bermain sendiri
tanpa mengenal tujuan dari permainan tersebut. Oleh karena itu kita perlu
selalu mendampingi mereka dalam bermain. Hal ini juga untuk mengatasi
segala persoalan yang dihadapi tiap anak, seperti sulitnya berkonsentrasi
terhadap suatu kegiatan. Situasi ini juga dapat memacu pertumbuhan harga
diri anak dengan memberikan penghargaan pada setiap hasil kegiatan atau
penemuan-penemuan anak dalam proses bermain.
19
BAB III
SATUAN ACARA PENGAJARAN
TERAPI BERMAIN
Topik : Belajar Melipat Kertas (origami)
Sasaran : Klien berusia pra sekolah (3-5 tahun)
Waktu : 30 menit
Tempat : Ruang perawat anak Mini Hospital
3.1 Tujuan
TIU (Tujuan Instruksional Umum)
Setelah diajak bermain, di harapkan anak dapat mengembangkan
kreatifitas dan menjadi lebih aktif melaui pengalaman bermain, dan anak
dapat beradaptasi dengan lingkungan dan bergaul dengan teman
sebayanya.
TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
Setelah diakaj bermain, anak diharapkan sebagai berikut :
a. Mengembangkan kreatifitas.
b. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul
c. Mengembangkan daya imajinasi
d. Menumbuhkan sportivitas
e. Mengembangkan kepercayaan diri
3.2 Perencanaan
19
20
Jenis Program Bermain
Belajar melipat kertas dengan kertas lipat (origami) yang telah tersedia.
Karakteristik Bermain.
a. Melatih motorik halus
b. Melatih kesabaran, keterampilan dan ketelitian
Karakteristik Peserta
a. Usia 3-5 tahun
b. Jumlah peserta : 1-3 orang anak
c. Keadaan umum mulai membaik
d. Klien dapat duduk
e. Peserta kooperatif
Metode : demonstrasi
Media
a. Kertas lipat (origami)
b. Benang
c. Gunting
d. Jarum
Denah Lokasi
Perawat
Perawat
Anak 1 Anak 3 Anak 2
3.3 Strategi Pelaksanaan
21
No Kegiatan Waktu Media
1 Persiapan
Menyiapkan ruangan
Menyiapkan alat
Menyiapkan peserta
5 menit Peralatan
bermain
2 Pembukaan
Beri salam pembuka
Memperkenalkan diri
Sesama anak saling berkenalan
Menjelaskan maksud dan
tujuan
5 menit
3 Kegiatan Bermain
Anak diminta mengambil
kertas lipat
Kemudian bantu anak untuk
melipat bentuk yang mudah
Bantu anak untuk melubangi
hasil lipatannya dengan
jarum
Potong benang ±10 cm
Gantung hasil lipatan anak di
tempat yang dapat dijangkau
olehnya
15 menit Peralatan
bermain
4 Penutup
Memberi reward pada anak
atas hasil karyanya.
Memberi reward yang lebih
untuk anak yang hasil
karyanya paling bagus
Memberi salam penutup
5 menit
22
3.4 Evaluasi
1. Anak dapat menyelesaikan satu bentuk lipatan dan kemudian digantung
2. Anak dapat aktif dan mengikuti kegiatan
3. Anak merasa senang dan gembira
4. Mengurangi rasa takut anak pada perawat
BAB IV
PENUTUP
23
4.1 Kesimpulan
Bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Tujuan bermain untuk melatih keterampilan
kognitif dan afektif, anak bebas mengekpresikan perasaannya, orang tua dapat
mengetahui stuasi hati anak, memahami kemampuan diri, kelemahan dan tingkah
laku terhadap orang lain, merupakan alat komunikasi terutama bagi anak yang
belum dapat mengatakan secara verbal.
Ada banyak manfaat yang didaptkan dari kegiatan bermain, salah satunya
adalah pengemangan kreativitas. Bermain dalam bentuk apapun, baik aktif
maupun pasif, baik dengan alat maupun tanpa alat dapat menunjang ktreativitas
anak dalam berbagai taraf. Disini peran orang tua dan guru pembimbing untuk
dapat menjadi fasilitator pengembangan kreativitas anak, dengan memfasilitasi
anak agar dapat bermain dengan cara dan alat yang tepat sesuai dengan bakat,
minat, perkembangan, dan kebutuhan anak.
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara suka rela untuk
memperoleh kesenangan dan bermain merupakan cermin kemampuan fisik,
intelektual, emosional dan social.Oleh karena itu bermain merupakan media
belajar bagi anak.
4.2 saran
Saran kepada orang tua dan pelayanan kesehatan diharapkan orang tua
lebih selektif dan memahami fungsi dari alat permainan yang akan diberikan
kepada anak . dapat menyesuaikan kepada umur anak sehingga dapat merangsang