+ All Categories
Home > Documents > BAB I-V fix

BAB I-V fix

Date post: 09-Jul-2016
Category:
Author: yovan
View: 224 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Description:
hfiyfihgkhfkutdukdg
Embed Size (px)
of 70 /70
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Gejala yang ditimbulkan mencakup banyak fungsi seperti pada gangguan persepsi (halusinasi), keyakinan yang salah (waham), penurunan dari proses berpikir dan berbicara (alogia), gangguan aktivitas motorik (katatonia), gangguan dari pengungkapan emosi ( afek tumpul), tidak mampu merasakan kesenangan( anhedonia). (Kaplan, 2007) Skizofrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamine, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respon emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal, sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang 1
Transcript

BAB IPENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang

Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Gejala yang ditimbulkan mencakup banyak fungsi seperti pada gangguan persepsi (halusinasi), keyakinan yang salah (waham), penurunan dari proses berpikir dan berbicara (alogia), gangguan aktivitas motorik (katatonia), gangguan dari pengungkapan emosi ( afek tumpul), tidak mampu merasakan kesenangan( anhedonia). (Kaplan, 2007) Skizofrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamine, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respon emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal, sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsangan panca indera). Perkiraan resiko skizofrenia pada suatu waktu tertentu 0,5%-1%. Sekitar 15% penderita yang masuk rumah sakit jiwa merupakan pasien skizofrenia, hal ini lebih sering menyerang pria daripada wanita dan kebanyakan dimulai sebelum usia 30 tahun. (Tony, 2010)Bukti secara klinis neuroimaging dan neuropatlogical menunjukkan adanya gangguan pada awal perkembangan otak dapat mengarah pada timbulnya skizofrenia. Abnormalitas pada substansi putih otak penderita skizofrenia dapat terdeteksi oleh rangkaian pemeriksaan MRI. (Rasad, 2002)Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah metode diagnostik dengan pemindaian yang menggunakan pemaparan medan magnet dan frekuensi radio gelombang elektromagnetik pada atom-atom hidrogen di dalam tubuh. MRI dapat digunakan pada semua bagian tubuh dan sangat berguna untuk mengevaluasi kondisi neurologis, gangguan otot dan sendi, tumor, dan kelainan pada jantung dan pembuluh darah. Kelainan pada sistem saraf pusat pada umumnya dapat diidentifikasi lebih baik dengan MRI dibandingkan dengan computed tomography. (Rasad, 2002)Pemeriksaan MRI terbaru dapat menganalisa myelin. MRI dapat mendeteksi sinyal yang berhubungan dengan distribusi air dijaringan otak. Sinyal MRI ini bisa di analisa menggunakan relaksasi T2 untuk memisahkan masing-masing component. Tiap komponen menunjukkan kumpulan air yang berbeda sehubungan dengan distribusi air dijaringan setempat. Flynn et al menggunakan teknik relaksasi T2 ini untuk membuktikan hipotesis bahwa fraksi air myelin pada otak penderita skizofrenia lebih rendah dibandingkan pada orang normal. (Flynn et al, 2003)Setiap dokter di Indonesia mempunyai kewajiban untuk melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan program kesehatan yang dicanangkan pemerintah. Salah satu diantara tugas itu adalah pemeriksaan terhadap jenazah yang meninggal dalam daerah yang bersangkutan dalam hal penyebab, mekanisme, dan cara kematian jenazah tersebut. Dengan demikian, setiap dokter sudah selayaknya memiliki pengetahuan mengenai tata cara pemeriksaan jenazah serta pengukuran jenazah lainnya sehubungan dengan tugasnya tersebut. Pemeriksaan MRI post mortem pada pada pasien Skizofrenia dapat membantu tugas dokter untuk menentukan kondisi jenazah sebelum kematian dan memastikan diagnosa Skizofrenia tersebut Jika ditinjau dari kedokteran maka wajiblah kami untuk menelitinya lebih lanjut apakah memang matinya manusia tersebut adalah karena suatu sebab yang wajar atau tidak karena hal tersebut akan sangat menentukan hubungan dengan proses selanjutnya yaitu proses hukum. Tetapi jika ditinjau dari Islam ada sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa haram baginya untuk mengusik jasad yang sudah mati karena dianggap tidak menghormatinya. Anggapan tersebut beralasan karena ada pokok-pokok dalam hukum Islam yang mengharuskan untuk menghormati manusia baik selagi hidup maupun setelah mati dan juga adanya larangan bagi seorang muslim untuk merusak tubuh orang yang sudah mati Islam sebagai agama yang telah disempurnakan oleh Allah SWT telah menciptakan beberapa kaedah untuk menjawab permasalahan yang belum terjadi pada zaman Rasulullah. Manfaat dari pemeriksaan MRI post mortem pada pasien Skizofrenia adalah untuk membantu menghadirkan barang bukti yang valid dan dijamin kebenarannya di pengadilan. Penelitian MRI post mortem pada jenazah pasien Skizofrenia ini juga sangat penting untuk kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang medis ke depannya.I.2. Permasalahan1.2.1.Bagaimana pemeriksaan MRI post mortem untuk menentukan fraksi air myelin pada jenazah pasien Skizofrenia ?1.2.2.Apakah hubungan fraksi air jaringan myelin dengan kondisi Skizofrenia ?1.2.3.Bagaimana pemeriksaan MRI post mortem pasien Skizofrenia menurut Islam ?I.3 TujuanI.3.1 Umum

Untuk mengetahui dan mampu menjelaskan pemeriksaan Skizofrenia post mortem dengan menggunakan MRI ditinjau dari kedokteran dan Islam.I.3.2 Khusus

I.3.2.1.Mampu menjelaskan pemeriksaan MRI post mortem untuk menentukan fraksi air myelin pada jenazah pasien Skizofrenia I.3.2.2.Mampu menjelaskan hubungan fraksi air jaringan myelin dengan kondisi SkizofreniaI.3.2.3.Mampu menjelaskan pemeriksaan MRI post mortem pasien Skizofrenia menurut IslamI.4 ManfaatI.4.1.Bagi Penulis

Penulisan skripsi ini diharapkan menambah pengetahuan mengenai pemeriksaan Skizofrenia post mortem dengan menggunakan MRI .I.4.2.Bagi Universitas YARSI

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan dan perbendaharaan karya tulis khususnya sebagai dasar pengetahuan tentang pemeriksaan Skizofrenia post mortem dengan menggunakan MRI.I.4.3.Bagi Masyarakat

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang pemeriksaan Skizofrenia post mortem dengan menggunakan MRIBAB II

PEMERIKSAAN SKIZOFRENIA POST MORTEM DENGAN MENGGUNAKAN MRI DITINJAU DARI KEDOKTERAN

II. 1Anatomi dan Fisiologi OtakII.1.1 Anatomi dan Fungsi Otak

Secara umum Otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

1. Cerebrum (Otak Besar)

2. Cerebellum (Otak Kecil)

3. Brainstem (Batang Otak)

4. Limbic System (Sistem Limbik)Gambar 1. Anatomi otak ( Guyton, 2009)1. Cerebrum (Otak Besar)Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. (Guyton, 2009)Cerebrum terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.

-Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum. (Sherwood,2010)-Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.

-Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.

-Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata. (Sherwood,2010)2. Cerebellum (Otak Kecil)Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. (Sherwood,2010)3. Brainstem (Batang Otak)

Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya. (Sherwood,2010)Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:

-Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.

-Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.

-Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.4. Limbic System (Sistem Limbik)

Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang. (Sherwood,2010)

Gambar 2. Regio otak (Martini, 2006)

II.1.2.PERKEMBANGAN OTAK

Beberapa tahapan Proses tumbuh kembang otak yaitu penambahan sel-sel saraf (poliferasi), perpindahan sel saraf (migrasi), perubahan sel saraf (diferensiasi), pembentukan jalinan saraf satu dengan yang lainnya (si- naps), dan pembentukan selubung saraf (mielinasi). (Guyton, 2009)1. Proliferasi

Pada awalnya, bentuk sel saraf (neuron) masih sederhana. Kemudian, mengalami pembelahan sehingga menjadi banyak. Inilah yang disebut proses penambahan (poliferasi) sel saraf. Proses proliferasi ini berlangsung pada usia kehamilan sekitar 4-24 minggu. Proses poliferasi sel saraf selesai/berhenti pada waktu bayi lahir. (Guyton, 2009)

2. Migrasi

Setelah proses poliferasi, sel saraf akan mengalami migrasi atau berpindah ke tempatnya masing-masing. Ada yang menempati wilayah depan, belakang, samping, dan bagian atas otak. Waktu terjadi perpindahannya berbeda-beda sesuai program yang sudah dibentuk secara genetik dan alamiah.Setelah sampai di rumahnya masing-masing, sel-sel saraf lalu berkembang. Setiap rumah memiliki kurva pertumbuhan sendiri-sendiri. Percepatan pertumbuhannya juga berbeda-beda. Tak heran kalau kemampuan otak setiap anak juga berbeda. Proses migrasi sebenarnya berlangsung sejak kehamilan 16 minggu sampai akhir bulan ke-6. Proses migrasi ini terjadi secara bergelombang. Artinya, sel saraf yang bermigrasi lebih awal akan menempati lapisan dalam dan yang bermigrasi berikutnya menempati lapisan luar (korteks serebri). (Guyton, 2009)3. Diferensiasi

Pada akhir bulan ke-6 kehamilan, lempeng korteks sudah memiliki komponen sel saraf yang lengkap. Seiring dengan itu juga sudah tampak adanya diferensiasi. Yaitu perubahan bentuk, komposisi dan fungsi sel saraf menjadi enam lapis seperti pada orang dewasa. Sel saraf kemudian berubah menjadi sel neuron yang bercabang-cabang dan juga berubah menjadi sel penunjang (sel glia). Sel penunjang ini tumbuh banyak setelah sel saraf menjadi matang dan besar. Fungsi sel glia juga mengatur kehidupan individu sehari-hari. (Guyton, 2009)4.Sinaps

Selanjutnya terjadi pembentukan jalinan saraf satu dengan yang lainnya (sinaps). Setelah menjalani mielinisasi (proses pematangan selubung saraf), sinaps makin bertambah banyak. 5.Mielinisasi

Proses pematangan selubung saraf (myelin) yang disebut mielinisasi masih terus berkembang. Proses ini terjadi terutama beberapa saat sebelum terjadi kehamilan. Pematangan selubung saraf mencapai puncaknya ketika bayi berumur satu tahun. Setelah bayi lahir terjadi pertumbuhan serabut saraf. Lalu, terjadi peningkatan jumlah sel glia yang luar biasa serta proses mielinisasi.Semua proses tersebut, selain berlangsung alamiah, juga dipengaruhi oleh stimulasi dan nutrisi. Nah, di sinilah pentingnya peranan orang tua pada masa prenatal (kehamilan) dan pascanatal (setelah kelahiran) dalam perkembangan otak anak. Karena itu, jika ibu atau ayah menghendaki si kecil mempunyai otak yang berkualitas, maka perlu memahami tahapan perkembangan otak anak meskipun secara garis besar saja. Persiapan agar anak memiliki otak yang berkualitas harus dimulai sebelum kehamilan,selama masa hamil, dan setelah bayi lahir sampai proses perkembangan otak itu selesai (Martini, 2006).

Gambar 3. Proses Mielinisasi (Martini, 2006)

II.2.Memahami tentang Skizofrenia

II.2.1. Definisi dan Etiologi

Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu Skizo yang artinya retak atau pecah (split), dan frenia: yang artinya jiwa. dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian. (Kaplan, 2007)Berdasarkan data di AS:

1. Setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut;

2. Prevalensi skizofrenia lebih tinggi dari penyakit Alzheimer, multipel sklerosis, pasien diabetes yang memakai insulin, dan penyakit otot (muscular dystrophy);

3. 20%-50% pasien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% di antaranya berhasil (mati bunuh diri);

4. Angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya.

Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Gejala yang ditimbulkan mencakup banyak fungsi seperti pada gangguan persepsi( halusinasi), keyakinan yang salah( waham), penurunan dari proses berpikir dan berbicara (alogia), gangguan aktivitas motorik ( katatonia), gangguan dari pengungkapan emosi (afek tumpul), tidak mampu merasakan kesenangan ( anhedonia). Akan tetapi kesadaran serta kemampuan intelektual biasanya tetap dapat dipertahankan, meskipun terjadi defisit kognitif (Tony, 2010).II.2.2.Klasifikasi dan Gejala Klinis

Dari sekian banyak konsep yang disertakan pada skizofrenia, diantaranya terhadap konsep skizofrenia menurut Kurt Scheneider (1939). Menurut Scheneider, konsep skizofrenia, tersusun atas dua kelompok yaitu first rank symptoms (gejala-gejala rangking pertama) dan second rank symptoms (gejala-gejala rangking kedua). (PPDGJ-III, 2004)First rank (rangking) Symptoms terdiri dari :

A. Halusinasi pendengaran atau auditorik

B. Gangguan batas ego, meliputi :

1.) Tubuh dan gerakan- gerakan penderita dipengaruhi oleh suatu kekuatan dariluar.

2.) Pikirannya diambil atau disedot keluar.

3.) Pikirannya dipengaruhi oleh orang lain atau pikiran itu dimasukkan ke dalamnya oleh orang lain.

4.) Pikirannya diketahui orang lain atau pikirannya disiarkan keluar secara umum.

5.) Perasaannya dibuat oleh orang lain.

6.) Kemauannya atau tindakannya dipengaruhi oleh orang lain.

7.) Dorongannya dikuasai orang lain.

8.) Persepsi yang dipengaruhi oleh waham

First rank symptoms dari Scheneider, terutama halusinasi auditorik yang third order merupakan ciri khas atau patognomonik untuk skizofrenia. Halusinasi auditorik third order adalah dua orang atau lebih yang membicarakan diri pasien selaku orang ketiga, padahal sebenarnya oran-orang itu tidak ada.Gejala-gejala urutan pertama menurut Kurt Scheneider :

1. Halusinasi pendengaran

Pada skizofrenia halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan suatu gejala yang hamper tidak dijumpai pada keadaan lain. Suara tersebut dalam bentuk suara manusia, bunyi barang-barang atau siulan.

Misalnya : Halusinasi dengar (Third order pada skizofrenia). Ada suara berdebat antara dua orang yang memperdebatkan penderita atau mengomentari perilaku penderita (selaku orang ketiga) padahal tidak ada orang lain.2. Gangguan batas ego ( Ego boundary disturbances) a. Somatic passivity

Tubuh dan gerakan-gerakan penderita dipengaruhi oleh kekuatan dari luar.

Contoh : seseorang merasa yakin bahwa gerakan tubuhnya dipengaruhi oleh hal- hal yang gaib.

b. Thought withdrawal

Pikiran penderita diambil atau disedot keluar

Contoh : pikirannya telah diambil keluar kepalanya.

c. Thought insersion

Pikirannya dipengaruhi oleh orang lain atau pikirannya itu dimasukkan ke

dalam otaknya oleh orang lain.

Contoh : seseorang merasa yakin bahwa buah pikirannya yang bukan berasal

dari dirinya sendiri dimasukkan dari luar ke dalam pikirannya. d. Thought broadcasting

Pikirannya diketahui oleh orang lain atau pikirannya itu disiarkan keluar secara umum.

Contohnya : seseorang merasa yakin bahwa pikirannya dapat disiarkan dari kepalanya ke dunia luar sehingga orang lain tahu atau mendengarnya. Misalnya melalui televisi, radio, koran dan lain-lain.

e. Made-feeling

Perasaannya dibuat oleh orang lain. f. Made-impuls

Kemauannya atau tindakannya atau seolah-olah dipengaruhi oleh orang lain. Gejala-gejala rangking kedua skizofrenia (Second rank symptoms of schizophrenia) menurut Kurt Scheneider adalah gejala-gejala sekunder skizofrenia yang merupakan gejala-gejala tambahan dan tidak khas untuk skizofrenia.

Gejala-gejala rangking kedua skizofrenia terdiri dari :

1. Kelainan persepsi Persepsi adalah daya mengenal kualitas hubungan serta perbedaan suatu benda melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan, yaitu setelah panca inderanya mendapat rangsangan. Keadaan ini terjadi pada keadaan sadar atau dalam keadaan bangun.

Gangguan persepsi terdiri dari :

a. Halusinasi

b. Ilusi

c. Derealisasi

d. Depersonalisasi2. Ide delusional mendadak Delusi atau waham adalah keyakinan yang patologis, tidak dapat dikoreksi, walaupun telah ditunjukkan bukti-bukti yang nyata dan di luar jangkauan sosia budayanya. Dasar terbentuknya wahan bersebab pada kelainan atau penyimpangan dari proses pikir.

Waham primer ada tiga jenis :

a. Waham perasaan (delusion mood)

Merupakan suatu penghayatan baru yang muncul dan dialami oleh pasien, tentang ada sesuatu yang terjadi si dekelilingnya oleh pasien, tentang ada sesuatu yang terjadi di sekelilingnya serta berkaitan dengan dirinya, namun dia sendiri tidak dapat mengetahui mengenai hal tersebut.

b. Waham pikiran (delusion ideas)c. Waham persepsi (delusional perception)

Munculnya arti baru yang berasal dari suatu obyek, yang tidak dimengerti dipandang dari sudut perasaan atau sikap pasien. Waham waham yang muncul secara mendadak, biasanya tidak bisa dikoreksi atau tidak logis dan tanpa tilikan (insight).

3. Kebingungan (preplexity) Keadaan ini merupakan suatu kondisi mental yang ditandai dengan adanya Kesadaran yang berkabut, diorientasi (meski tidak sehebat pada kebingungan organik), dan penurunan kemampuan untuk berinteraksi. Sering disertai dengan

aktivitas yang berlebihan dan tampaknya dicetuskan oleh stress emosional. Kebingungan semacam itu muncul dan dapat diketemukan pada skizofrenia.4. Perubahan alam perasaan depresif dan euforik. Dalam alam perasaan atau keadaan afektif, merupakan suatu nada perasaan, yang menyenangkan ataupun tidak (rasa bangga, kekecewaan, kasih sayang yang menyertai suatu pikiran). Biasanya berlangsung lama, bersifat menetap dan umumnya tidak disertai dengan komponen fisiologis. II.3.Memahami tentang Magnetic Resonance Imaging (MRI)

II.3.1.Definisi

Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah metode diagnostik dengan pemindaian yang menggunakan pemaparan medan magnet dan frekuensi radio gelombang elektromagnetik pada atom-atom hidrogen di dalam tubuh. (Rasad, 2001)

MRI adalah teknologi yang relatif baru dan masih terus dikembangkan. Teknologi ini pertama kali ditunjukkan pada tes sampel tabung kecil di tahun 1975 oleh ahli radiologi AS Paul Lauterbur. Dia menggunakan teknik proyeksi yang mirip dengan yang digunakan dalam computed tomography. Pada tahun 1977, fisikawan Inggris Peter Mansfield mengembangkan teknik pencitraan echo-planar yang beberapa tahun kemudian dapat menghasilkan gambar berkualitas video. Terobosan-terobosan tersebut memungkinkan dibuatnya mesin MRI yang handal, yang mulai memasuki pasar pada tahun 1980-an. Atas kepeloporan mereka, Paul Lauterbur dan Peter Mansfield dianugerahi hadiah Nobel di bidang kedokteran pada tahun 2003. (Bontrager, 2001)

Gambar 4. Struktur mesin MRI (Bontrager, 2001)

II.3.2.Cara Kerja MRI

Seperti halnya dengan CT scan, MRI scan umumnya memerlukan pasien untuk berbaring di dalam sebuah tabung besar yang berbentuk seperti donat (meskipun ada juga mesin MRI terbuka yang tanpa tabung). MRI scanner kemudian memancarkan medan magnet berkekuatan puluhan ribu kali magnet bumi ke bagian tubuh yang dipelajari. (Rasad, 2001)

Tubuh manusia hampir seluruhnya terdiri dari atom-atom hidrogen. Setiap atom hidrogen memiliki proton di intinya yang berputar seperti gasing pada sumbunya. Putaran ini menghasilkan magnet yang sangat lemah. Dalam kondisi normal, setiap proton hidrogen memiliki kutub magnet dengan arah berbeda-beda (random). Ketika dihadapkan pada medan magnet MRI yang sangat kuat, kutub-kutub magnet proton hidrogen menjadi selaras, seperti pasir besi yang berbaris rapi ketika didekati batang magnet. Setelah medan magnet MRI dimatikan, kutub-kutub atom secara bertahap akan kehilangan keselarasan dan kembali ke posisi semula. Ketika berpindah ke posisi semula inilah mereka akan mengirimkan sinyal frekuensi radio yang dapat ditangkap oleh mesin MRI dan diubah dengan komputer khusus menjadi gambar. Variasi lokasi dan kekuatan sinyal akan memberikan detil gambar yang berbeda. Misalnya, karakteristik gelombang radio yang dihasilkan oleh tulang berbeda dengan darah, dll. Semakin banyak jumlah air dalam jaringan tubuh, semakin tinggi kandungan atom hidrogennya, semakin cerah pula hasilnya pada gambar MRI (Bontrager, 2001).

MRI dapat digunakan pada semua bagian tubuh dan sangat berguna untuk mengevaluasi kondisi neurologis, gangguan otot dan sendi, tumor, dan kelainan pada jantung dan pembuluh darah. Kelainan pada sistem saraf pusat pada umumnya dapat diidentifikasi lebih baik dengan MRI dibandingkan dengan computed tomography. Karena tidak memiliki bahaya radiasi, MRI merupakan pilihan untuk pemeriksaan pada bayi baru lahir yang masih rentan. Kemampuan untuk mengambil gambar tidak hanya secara horizontal tetapi juga dari berbagai sudut dan arah memungkinkan MRI untuk melihat tumor panggul dan kelainan panggul lainnya dengan lebih jelas. (Rasad, 2001)II.3.3.Efek samping

MRI tidak menggunakan sinar X yang berpotensi bahaya sehingga dapat diulang sesering yang diperlukan tanpa menimbulkan risiko. Tidak ada efek samping MRI yang berbahaya. Penggunaan bahan kontras pada sebagian kecil orang dapat menyebabkan reaksi alergi, namun sangat jarang yang menyebabkan komplikasi berbahaya. (Bontrager, 2001)

II.4.Pemeriksaan Skizofrenia Post Mortem dengan Menggunakan MRI.

Skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa yang mana diakibatkan oleh abnormalitas neurotansmisi dopaminergik. Bukti secara klinis neuroimaging dan neuropatlogical menunjukkan adanya gangguan pada awal perkembangan otak dapat mengarah pada timbulnya skizofrenia. Abnormalitas pada substansi putih otak penderita skizofrenia dapat terdeteksi oleh rangkaian pemeriksaan MRI. (Flynn et al, 2003)

Pemeriksaan MRI terbaru dapat menganalisa myelin. MRI dapat mendeteksi sinyal yang berhubungan dengan distribusi air dijaringan. Sinyal MRI ini bisa di analisa menggunakan relaksasi T2 untuk memisahkan masing-masing component. Tiap komponen menunjukkan kumpulan air yang berbeda sehubungan dengan distribusi air dijaringan setempat. Flynn et al menggunakan teknik relaksasi T2 ini untuk membuktikan hipotesis bahwa fraksi air myelin pada otak penderita skizofrenia lebih rendah dibandingkan pada orang normal. (Flynn et al, 2003)

Penelitian yang dilakukan oleh Flynn et al membandingkan dua kelompok, yang pertama kelompok control (orang normal) dan kedua kelompok pasien Skizofrenia, baik golongan kronis dan FEP (first-episode patients). Penelitian ini menggunakan metode relaksasi T2 untuk meneliti fraksi air di myelin. Awal nya dilakukan potongan sagital untuk menetapkan posisi anatomis dasar. Berikutnya potongan axial diposisikan melewai dasar genu dan splenium corpus callosum untuk pengukuran relaksasi T2. Daerah otak yang menjadi pusat penelitian adalah region frontal, genu corpus callosum, region posterior kapsula interna, region splenium corpus callosum dan posterior substansi putih otak (Flynn et al, 2003).

Gambar 5. Perbedaan gambaran otak kelompok normal dengan kelompok Skizofrenia (Flynn et al, 2003)

II.4.1.Perbandingan fraksi air myelin kelompok skizofrenia total dibandingkan kelompok control Metode relaksasi T2 memungkinkan pencitraan yang difokuskan untuk menangkap gambaran fraksi air myelin di otak. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa nilai rata-rata fraksi air myelin pada otak penderita skizofrenia total (kronik + FEP) lebih rendah sebanyak 12 % dibandingkan pada kelompok control ( F = 4,89, df = 1,54, P = 0031) (Flynn et al, 2003)Gambar 6. Diagram perbandingan fraksi air myelin pada kelompok control (normal) dan kelompok Skizofrenia (Flynn et al, 2003).II.4.2.Perbandingan fraksi air myelin pada kelompok skizofrenia kronik dan kelompok FEP

Jumlah fraksi air myelin pada kelompok skizofrenia kronik lebih rendah sebesar 13 % dibandingkan pada kelompok control (kelompok pria sehat) dengan perbadingan umur yang setara ( F = 4.16, df = 1, P = 0.048). Pada kelompok pasien FEP, keseluruhan fraksi air myelin tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan pada kelompok control (orang sehat). Fraksi air myelin tidak berhubungan dengan lamanya pengobatan pada kelompok FEP, ataupun dengan lamanya onset penyakit pada golongan skizofrenia kronik. (Flynn et al, 2003)

Gambar 7. Diagram perbandingan fraksi air myelin pada kelompok control, kelompk Skizofrenia kronis dan kelompok FEP (Flynn et al, 2003)Setelah mempertimbangkan hasil diatas dapat kita simpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah fraksi air myelin pada penyakit Skizofrenia dan pemeriksaan MRI post mortem pada pasien Skizofrernia dapat membuktikan hal tersebut.BAB III

PEMERIKSAAN SKIZOFRENIA POST MORTEM MENGGUNAKAN MRI DITINJAU DARI ISLAM

III.1.Pandangan Islam tentang Penyakit Skizofrenia

Allah SWT telah menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna dengan dilengkapi oleh akal, perasaan, kemauan dan kehendak. Sebagaimana Allah SWT berfirman:

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. At-Tin (95): 4).

Akal merupakan satu-satunya perbedaan yang sangat mendasar pada diri manusia terhadap mahluk ciptaan Allah SWT yang lainnya. Tetapi dengan kehendak-Nya pula akal seseorang dapat menjadi rusak atau hilang. Orang yang menggunakan akalnya pada dasarnya adalah orang yang cerdas. (.Djazuli, 2010)Secara etimologi akal memiliki arti al-imsak (menahan), al-ribath (ikatan), al-hajr (menahan), al-nahyu (melarang), dan Manu (mencegah). Berdasarkan makna bahasa ini maka yang disebut orang yang berakal (al-aqil) adalah orang yang mampu menahan dan mengikat hawa nafsu. Jika hawa nafsu terikat maka jiwa rasionalitasnya mampu bereksistensi. Nama lain dari akal adalah hulm, nuha, hijir dan hujjah ( Djazuli, 2010).Akal merupakan bagian dari daya nafsani manusia yang memiliki dua makna, yaitu:

1. Akal jasmani, yaitu salah satu organ tubuh yang terletak di kepala. Akal ini lazim disebut dengan otak (al-dimagh) yang bertempat di dalam kepala.

2. Akal ruhani, yaitu cahaya (al-nur) ruhani dan daya nafsani yang dipersiapkan untuk memperoleh pengetahuan (al-marifah) dan kognisi (al-mudrikat) (Djazuli, 2010).Akal diartikan sebagai energi yang mampu memperoleh, menyimpan dan mengeluarkan pengetahuan. Akal merupakan daya kekuatan untuk memperoleh segala ilmu. Ilmu akal meliputi ilmu yang duniawi dan ukhrowi. Beberapa nash yang mendukung eksistensi akal sebagai bagian dari diri manusia, disebutkan dalam hadits Nabi SAW:

Artinya: Tidak dijadikan Allah suatu makhluk yang terlebih mulia pada-Nya daripada akal (H.R. Bukhari & Muslim).Perubahan-perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekwensi modernisasi dan industrilisasi ataupun kemajuan ilmu mempunyai dampak dalam kehidupan masyarakat. Stres psikososial dapat merupakan salah satu faktor pencetus, yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau menanggulangi stresor yang timbul (Djazuli, 2010)Sehingga hal-hal seperti ini dapat menyebabkan kesehatan fisik dan jiwa dari seseorang dapat menurun dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari, Allah SWT berfirman:Artinya: Allah menganugrahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunah) kepada siapa yang dikehendak-Nya. Dan Barangsiapa yang dianugrahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakal-lah yang dapat mengambil pelajaran (QS. Al-Baqarah (2): 269).

Suatu penyakit yang menutupi atau mengganggu akal, akan menyebabkan akal tidak mampu menangkap suatu objek dengan benar dan disertai kebingungan dan kekacauan pikiran. Orang yang akalnya tertutup atau terganggu, tidak dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, atau antara yang baik atau yang buruk (Dyah Hastuti, 2009)Secara psikologi akal memiliki fungsi kognisi (daya cipta). Kognisi adalah suatu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan dalam berimajinasi, memprediksi, berfikir, mempertimbangkan, menduga dan menilai. Dalam Al-Quran komponen nafsani yang mampu berakal adalah kalbu, Allah SWT berfirman:

Artinya: Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada di dalam dada (QS. A1-Hajj (22): 46).

Orang yang hilang akal secara permanen, maka hal inilah yang biasa disebut sebagai gila (Skizofrenia). Sedangkan orang yang rusak akal adalah orang yang tidak mampu mempergunakan akalnya sehingga hawa nafsu dapat menguasai dirinya (buruk akhlak), ia tidak mampu mengendalikan diri dan akan sulit memahami kebenaran, karena seseorang yang dikuasai hawa nafsu akan mengakibatkan terhalang untuk memahami kebenaran (Dyah Hastuti, 2009).

Seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian. Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Gejala yang ditimbulkan mencakup banyak fungsi seperti pada gangguan persepsi (halusinasi), keyakinan yang salah (waham), penurunan dari proses berpikir dan berbicara (alogia), gangguan aktivitas motorik (katatonia), gangguan dari pengungkapan emosi (afek tumpul), tidak mampu merasakan kesenangan (anhedonia) (Dyah Hastuti, 2009).Untuk membahas pandangan hukum Islam mengenai Skizofrenia, maka mesti membahas dulu tentang Mukallaf. Mukallafsecara bahasa adalah orang yang mendapat perintah yang mengandung kesulitan (masyaqqah). Dengan kata lain Mukallafadalahmuslimyang dikenai kewajiban atau perintah dan menjauhi laranganagama(pribadi muslim yang sudah dapat dikenai hukum). Dari sisi implementasihukum seorang Mukallaf, dikenakan hukuman bila orang tersebut tidak menjalankan kewajibannya (Rohayana, 2008).

Sanksi akan digugurkan darimukallafdisebabkan alasan-alasan berikut:1.Kehendaknya hilang karena dipaksa dengan paksaan yang mematikan atau yang setara hukumnya.2.Jika lupa dan benar-benar tidak ingat akan kewajibannya.3.Jika perbuatan itu dilakukan dalam cakupan wilayah kekeliruan (khatha)tidak disengajabukan karena kehendak (Rohayana, 2008).Hal itu didasarkan pada sabda Rasul saw.: Artinya : Diangkat (sanksi) dari umatku karena kekeliruan, lupa dan dipaksa(HR. Thabarani, Daruquthni dan Hakim).Hukum atasmukallafdari sisi pelaksanaan perbuatan itu secara langsung digugurkan dari anakyang belum balig, orang yang gila dan orang yang tidur lelap hingga ia bangun.Ini di dasarkan pada sabda Rasul saw :

: Artinya : Pena (taklifhukum) diangkat dari tiga golongan: darianakkecil hingga ia balig; dari orang tidur hingga ia bangun; dan dari orang gila hingga ia waras(HR Abu Dawud).

Dari uraian diatas, maka pasien Skizofrenia tidak termasuk Mukallaf. Karena perbuatan yang dilakukan oleh para pasien Skizofrenia tersebut dilakukan dalam keadaan hilang akal dikarenakan kondisi penyakitnya.

Bilamana terdapat seseorang yang mengidap Skizofrenia melakukan suatu tindak pidana atau kejahatan, orang tersebut juga tidak dapat dihukum. MenurutR. Soesilo sebab tidak dapat dihukumnya terdakwa berhubung perbuatannya tidak dapat dipertanggung-jawabkan kepadanya adalah karena:

a.Kurang sempurna akalnya. Yang dimaksud dengan perkataan akal di sini ialah kekuatan pikiran, daya pikiran, dan kecerdasan pikiran. Orang dapat dianggap kurang sempurna akalnya, misalnya: idiot, buta-tuli, dan bisu mulai lahir. tetapi orang-orang semacam ini sebenarnya tidak sakit, tetapi karena cacat-cacatnya sejak lahir, maka pikirannya tetap sebagai kanak-kanak.

b.Sakit berubah akalnya. yang dapat dimasukkan dalam pengertian ini misalnya: sakit gila, histeri (sejenis penyakit saraf terutama pada wanita), epilepsi, dan bermacam-macam penyakit jiwa lainnya (Soesilo,1991)Hal ini sesuai dengan ketentuan undang-undang Pasal 44 ayat (1)KUHP yang berbunyi Tiada dapat dipidana barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya, sebab kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akal. Pasal 44 ayat (2)KUHPjuga menyebutkan bahwa Jika nyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya sebab kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akal, maka dapatlah hakim memerintahkan memasukkan dia ke rumah sakit jiwa selama-lamanya satu tahun untuk diperiksa. (Soesilo,1991)Dalam hukum acara pidana, hakim berkewajiban untuk memperoleh bukti yang cukup untk mampu membuktikan dengan apa yang dituduhkan kepada pelaku jarimah. Oleh karena itu, sebelum menjatuhkan putusan bagi sanksi pelaku diharuskan adanya pembuktian terlebih dahulu bahwa pelaku benar-benar bersalah atau tidak. Pembuktian adalah suatu proses mempergunakan atau mengajukan alat-alat bukti guna memberikan kecukupan putusan hakim yang benar dan adil. Alat bukti terdiri beberapa macam. Di antaranya ada yang disepakati oleh mazhab-mazhab dan sebagiannya lagi masih diperselisihkan. Di dalam kitab-kitab hukum Islam (fiqh) kebanyakan para ahli hukum Islam menyebut alat bukti denganAl-Bayyinahyang berarti keterangan, yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menjelaskan yang hak (benar) (Rasyid, 2001)Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengemukakan bahwa ada 26 alat bukti yang dapat digunakan di hadapan hakim. Namun tidak semuanya diterima oleh ahli fiqih. Adapun alat bukti yang disepakati oleh ulama fiqih adalah sebagai berikut (Rasyid, 2001) :

a).Iqrar (Pengakuan)Pengakuan menurut arti bahasa adalah penetapan. Sedangkan menurut syara adalah suatu pernyataan yang menceritakan tentang suatu kebenaran atau mengakui kebenaran tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT :

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karna Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bpak dan kaum kerabatmu ... (QS. an-Nisa : 135)Ayat diatas menjelaskan penyaksian seorang atas dirinya sendiri ditafsirkan sebagai suatu pengakuan atas perbuatan yang dilakukannya. Para ulama sepakat tentang keabsahan pengakuan, karena pengakuan merupakan suatu pernyataan yang dapat menghilangkan keraguan dari orang yang menyatakan pengakuan tersebut. Alasan lain adalah bahwa seorang yang berakal sehat tidak akan melakukan kebohongan yang akibatnya dapat merugikan dirinya (Rasyid, 2001).b).Syahadah (Kesaksian)Wahbah Zuhaili mengemukakan pengertian persaksian adalah suatu pemberitahuan (pernyataan) yang benar untuk membuktikan suatu kebenaran dengan lafadz-lafadz syahadat didepan pengadilan. Pengakuan saksi sebagai alat pembuktian untuk suatu jarimah merupakan cara yang lazim dan umum. Karena persaksian merupakan cara pembuktian yang sangat penting dalam mengungkap suatu jarimah (Dahlan, 1996)

Dasar hukum untuk persaksian sebagai alat bukti tersebut disebutkan dalam firman Allah SWT :Artinya :... dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah...( QS. Ath-Thallaq : 2)3)Qasamah (Sumpah)Qasamah dalam arti bahasa adalahal-yaminyang artinya sumpah. Menurut istilah, qasamah didefinisikan sumpah yang diulang-ulang dalam dakwaan (tuntutan) pembunuhan. Abu Qadir Audah dan Wahbah Zuhaili juga membuat definisi dengan menyatakan bahwa qasamah menurut istilah fuqaha adalah sumpah yang diulang-ulang dalam dakwaan (tuntutan) pembunuhan, yang dilakukan oleh wali (keluarga si pembunuh) untuk membuktikan pembunuhan atas tersangka, atau dilakukan oleh tersangka untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan pembunuhan. Disyariatkan dalam rangka memelihara jiwa, sehingga dalam keadaan bagaimanapun pembunuhan itu harus tetap diselesaikan, dibuktikan dan ditetapkan hukumannya. Dengan demikian, qasamah merupakan suatu jalan keluar untuk menyelesaikan suatu kasus pembunuhan, dimana tidak terdapat bukti berupa saksi atau pengakuan (Dahlan, 1996)4)QarinahQarinah merupakan alat bukti yang diperselisihkan oleh para ulama untuk tindak pidana pembunuhan dan penganiayaan. Pengertian qarinah menurut Wahbah Zuhaili adalah sebagai berikut: qarinah adalah setiap tanda (petunjuk) yang jelas menyerai sesuatu yang samar, sehingga tanda tersebut menunjuk kepadanya (Dahlan, 1996).Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa untuk terwujudnya suatu qarinah harus dipenuhi dua hal, yaitu:a.Terdapat suatu keadaan yang jelas dan diketahui yang layak untuk dijadikan dasar dan peganganb.Terdapat hubungan yang menunjukkan adanya keterkaitan antara keadaan yang jelas (zhahir) dan yamng samar (khafi) (Dahlan, 1996).Dalam jarimah qishash, qarinah hanya digunakan dalam qasamah, dalam rangka ihtiath (hati-hati) guna menyelesaikan kasus pembunuhan, dengan berpegang kepada adanya korban ditempat tersangka menurut Hanafiyah, atau berpegang dengan adanya lauts (petunjuk) menurut jumhur ulama. Salah satu contoh kasus yang kemudian menjadi petunjuk (qarina) adalah terdapatnya tersangka didekat kepala korban, badan dan tangannya memegang pisau yang terhunus, serta badannya berlumuran darah. Adanya tersangka didekat jasad korban dengan pisau terhunus dan badan serta pakaian yang berlumuran darah merupakan petunjuk (qarinah) bahwa dialah orang yang membunuh korban. Demikian pula ditemukanya korban di tempat (wilayah) tersangka merupakan qarinah bahwa pembunuhan dilakukan oleh penduduk diwilayah tersebut (Rasyid, 2001).5. Alat Bukti SuratAlat bukti surat atau tertulis adalah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau menyampaikan buah pikiran seseorang dan dipergunakan sebagai pembuktian. Al-Quran telah memerintahkan orang beriman untuk menuliskan transaksi yang terjadi di antara manusia, sebagaimana termuat dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 282, firman Allah SWT :

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorangpenulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis engganmenuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, danhendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu),dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya.... (Q.S. Al-Baqarah : 282)Islam menetapkan perlunya mendokumentasikan misalnya dalam bentuk tulisan berbagai peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di antara manusia. Karena itu sangat beralasan kalau tulisan atau surat-surat dijadikan sebagai salah satu alat bukti (Rasyid, 2001). 6. Alat Bukti Keterangan AhliBantuan dari orang ketiga, yaitu dari orang yang ahli pada bidangnya untuk memperoleh kejelasan objektif bagi hakim atas suatu peristiwa yang dipersengketakan dalam suatu perkara, disebut keterangan ahli atau ada juga yang menyebutnya dengan saksi ahli.Jika hakim menggunakan saksi ahli dalam pengusutan masalah persidangan dan kemudian hakim setuju dengan pendapat ahli tersebut, maka pendapat ahli itu diambil oper oleh hakim dan dianggap sebagai pendapatnya sendiri untuk dapat dijadikan dasar pemutus (Dahlan, 1996).

Selain itu, kesaksian harus didasarkan pada keyakinan pihak saksi, yakni berdasarkan pemahamannya secara langsung pada peristiwa tersebut. Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu syarat kesaksian adalah telah mengetahui. (Ishak, 2014)

Diriwayatkan dari Rasulullah saw.:Artinya : Jika engkau mengetahuinya seperti (melihat) matahari maka bersaksilah. Namun, jika tidak maka tinggalkanlah (H.R. Baihaqi dan Hakim).

Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa dalam pemeriksaan post mortem untuk kepentingan peradilan dan sebagainya dibutuhkan alat-alat bukti yang dianggap sah dalam syariat Islam. Dalam perihal alat bukti surat, bisa didapatkan keterangan tertulis keterangan tertulis dari pihak berwajib mengenai jenazah. Mengenai alat bukti saksi ahli, bisa dengan mendapatkan keterangan dari ahli kedokteran Forensik. Serta mengenai alat bukti Qarinah, dapat melihat tanda-tanda saat penemuan jenazah dan kondisi saat kematian dari pemeriksaan pihak berwajib. Semua ini dilakukan untuk mendapatkan kejelasan yang akurat demi kepentingan semua pihak dari pemeriksaan post mortem tersebut.III.2.Pandangan Islam tentang pemeriksaan jenazah post mortem

Sejak lahir, umat manusia tidak dapat luput dari adanya musibah penyakit. Penyakit ini berbagai macam, baik dari dalam tubuh atau pun dari luar tubuh manusia. Penyakit ini dapat berakibat fatal sehingga menyebabkan hilangnya nyawa manusia. Tapi tidak jarang juga kita jumpai penyebab dari penyakit yang mendasari kematian tersebut tidak jelas, dikarenakan berbagai macam kondisi.

Berkembangnya ilmu kedokteran dan teknologi jaman sekarang memungkinkan umat manusia untuk melakukan banyak hal yang sebelumnya tidak bisa dilakukan. Salah satu nya adalah teknik pemeriksaan jenazah. Metode yang bisa dilakukan untuk pemeriksaan jenazah tersebut pun bermacam-macam, tergantung jenis pemeriksaan yang dibutuhkan.

Berpijak dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan jenazah atau post mortem adalah suatu pembedahan atau pemeriksaan pada mayat yang dilakukan oleh para tim dokter ahli dengan dilandasi oleh maksud atau kepentingan tertentu untuk mengetahui sebab-sebab kematian mayat.

Untuk mengetahui status hukum terhadap tindakan pemeriksaan mayat yang digunakan sebagai pembuktian hukum di pengadilan atau mencari penyebab kematiannya dapat dengan menggunakan teori Qawaid al-Fiqhiyah berikut :a.Kaidah Pertama

Artinya : kemudaratan yang khusus boleh dilaksanakan demi menolak kemudaratan yang bersifat umum (Hasan, 1997).Berdasarkan kaidah di atas, kemadharatan yang bersifat khusus boleh dilaksanakan demi menolak kemadharatan yang bersifat umum. Sebuah tindakan pembunuhan misalnya, adalah tergolong tindak pidana yang mengancam kepentingan publik atau mendatangkan mudaharat. Untuk menyelamatkan masyarakat dari rangkaian tindak pembunuhan maka terhadap pelakunya harus diadili dan dihukum sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Bukti-bukti atas tindakan pembunuhan yang dilakukanya harus diperkuat agar ia dapat dihukum dan jangan sampai bebas dalam proses pengadilan, sungguhpun untuk pembuktian itu harus dengan melakukan pemeriksaan atau membedah mayat korban.

Didalam hukum Islam suatu tindakan yang dilandasi oleh alasan untuk menjamin keamanan dan keselamatan diri orang yang hidup harus lebih diutamakan daripada orang yang sudah mati.

b.Kaidah Kedua

Artinya : Kemudaratan itu membolehkan hal-hal yang dilarang (Hasan, 1997).Dari kaidah kedua dapat dipahami bahwa persolanan darurat itu membolehkan sesuatu yang semula diharamkan. Berangkat dari fenomena di atas, maka pemeriksaan jenaah sangat penting kedudukannya sebagai metode bantu pengungkapan kematian yang diduga karena tindak pidana. Dengan melaksanakan pemeriksaan jenazah maka dapat dipecahkan misteri kematian yang berupa sebab kematian, cara kematian, dan saat kematian korban.

c.Kaidah Ketiga

Artinya: Tiada keharaman dalam kondisi darurat, dan tidak ada makruh dalam kondisi hajat (Hasan, 1997).Kaidah ketiga ini menyatakan bahwa tiadanya keharaman dalam kondisi darurat, seperti halnya tidak adanya kemakaruhan dalam kondisi hajat. Maka jika pemeriksaan jenazah (post mortem) di atas dipahami sebagai hal yang bersifat darurat, artinya satu-satunya cara membuktikan, maka pemeriksaan jenazah itu sudah menempati level darurat, dan karena itu status hukumnya dibolehkan.d.Kaidah Keempat

Artinya: Keperluan dapat menduduki posisi keadaan darurat (Hasan, 1997).Kaidah keempat di atas dapat memperkuat argumentasi kaidah sebelumnya. Maka kaidah ini adalah hajat menempati kedudukan darurat, baik hajat umum maupun hajat yang bersifat perorangan.Pemeriksaan jenazanh yang dilaksanakan guna menyelamatkan manusia, pendidikan dan penegakan hukum diperbolehkan dalam Islam, sepanjang hal itu tidak melewati batas dan guna kemaslahatan manusia sebagai makhluk hidup

III.3.Pandangan Islam tentang Pemeriksaan MRI post mortem pasien Skizofrenia

Perkembangan ilmu pengetahuan telah mengantarkan umat manusia untuk menelaah lebih jauh tentang kepentingan dan kemaslahatannya, lebih-lebih dari tinjauan kemaslahatan serta keabsahannya menurut hukum Islam. Semua penemuan baru hendaknya disejalankan dengan kaidah-kaidah hukum Islam, seperti hukum bedah mayat menurut pandangan hukum Islam. Di dalam nash tidak ditemukan keterangan yang jelas tentang hukum melakukan pemeriksaan mayat, sebab pemeriksaan jenazah seperti di zaman sekarang ini belum dikenal di masa lalu.

Ilmu kedokteran pada saat ini banyak melakukan percobaan dalam berbagai hal tentang pengobatan dan ilmu kesehatan serta ilmu kedokteran guna penyidikan sebab-sebab kematian manusia yang dirasakan tidak wajar dengan metode membedah atau meneliti bagian dalam tubuh manusia tersebut. Dalam praktek yang dilakukan oleh para ahli kedokteran dan mahasiswa kedokteran tidak cukup dengan teori-teori yang terdapat di dalam buku-buku saja, akan tetapi mereka langsung diperlihatkan berbagai macam anatomi yang terdapat dalam tubuh manusia, salah satu cara yang telah ditempuh dalam ilmu kedokteran adalah otopsi atau pemeriksaan jenazah sebagai salah satu ilmu yang dalam ilmu kedokteran sangat penting dalam mengetahui struktur anatomi tubuh manusia dan cara mengatasi berbagai macam penyakit yang terdapat dalam tubuh manusia dan sebagai alat bukti sebab musabab kematian manusia tersebut yang nantinya berguna dalam persidangan di pengadilan sebagai alat bukti dan demi majunya ilmu kedokteran.

Oleh karena itu pemeriksaan MRI post mortem pasien Skizofrenia merupakan hal yang sangat penting karena sebagai alat peraga yang cocok sehingga mendapatkan gambaran langsung dan nyata.

Dalam tinjauan Qawaid Fiqhiyah, status hukum pemeriksaan MRI post mortem untuk keperluan penelitian ilmu kedokteran pada pasien Skizofrenia dapat ditentukan dengan menggunakan kaidah-kaidah berikut :a.Kaidah Pertama Artinya: Apabila kewajiban tidak bisa dilaksanakan karena dengan adanya suatu hal, maka hal tersebut juga wajib (Hasan, 1997).Melalui kaidah pertama ini, dapat dipahami bahwa sebuah kewajiban yang tidak sempurna pelaksanaanya tanpa adanya dukungan sesuatu, maka sesuatu tersebut hukumnya wajib pula.Dalam kasus di atas, apabila seorang dokter tidak akan bisa menjalankan tugas-tugasnya dengan baik kecuali bila ia memahami seluk beluk anatomi tubuh manusia, maka untuk kepentingan yang sesuai dengan profesinya ia harus memahami seluk-beluk anatomi tubuh manusia, meskipun dengan jalan melakukan pemeriksaan MRI terhadap mayat.

b.Kaidah Kedua

Artinya: Sebuah sarana sama hukumnya dengan tujuan(Hasan, 1997).Melalui kaidah ini dapat dijelaskan, bahwa sebuah sarana hukumnya sama dengan tujuan. Misalnya agama Islam mewajibkan kepada umatnya untuk memelihara kesehatan, maka mempelajari ilmu tentang kesehatan hukumnya wajib pula. Konsekuensi lanjutanya adalah wajib pula menyiapkan prasarana dalam menuntut ilmu kesehatan, termasuk sarana pratikum seperti mempelajari anatomi tubuh manusia melalui pemeriksaan seperti MRI.Dari uraian diatas, dapat penulis simpulkan bahwa hukum pemeriksaan MRI post mortem untuk keperluan penelitian ilmu kedokteran pada pasien Skizofrenia dapat dipahami melalui tinjauan Qawaid Fiqhiyah, dimana seorang dokter tidak akan bisa menjalankan tugas-tugasnya dengan baik kecuali bila ia memahami seluk beluk anatomi tubuh manusia, maka untuk kepentingan yang sesuai dengan profesinya ia harus memahami seluk-beluk anatomi tubuh manusia, meskipun dengan jalan melakukan pemeriksaan MRI terhadap mayat.

BAB IV

KAITAN PANDANGAN KEDOKTERAN DAN ISLAM TERHADAP PEMERIKSAAN SKIZOFRENIA POST MORTEM DENGAN MENGGUNAKAN MRIDari sudut pandang kedokteran, pemeriksaan MRI post mortem pada pasien Skizofrenia dapat memberikan pengetahuan yang lebih mendalam tentang kondisi patofisiologis penyakit Skizofrenia. Pemeriksaan MRI terbaru dapat menganalisa myelin. MRI dapat mendeteksi sinyal yang berhubungan dengan distribusi air dijaringan. Sinyal MRI ini bisa di analisa menggunakan relaksasi T2 untuk memisahkan masing-masing component. Tiap komponen menunjukkan kumpulan air yang berbeda sehubungan dengan distribusi air dijaringan setempat. Metode relaksasi T2 memungkinkan pencitraan yang difokuskan untuk menangkap gambaran fraksi air myelin di otak Sejumlah peneliti telah menggunakan teknik relaksasi T2 ini untuk membuktikan hipotesis bahwa fraksi air myelin pada otak penderita skizofrenia lebih rendah dibandingkan pada orang normal. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa nilai rata-rata fraksi air myelin pada otak penderita skizofrenia lebih rendah dibandingkan pada otak orang normal Setelah mempertimbangkan hasil diatas dapat kita simpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah fraksi air myelin pada penyakit Skizofrenia dan pemeriksaan MRI post mortem pada pasien Skizofrernia dapat membuktikan hal tersebut.

Dari sudut pandang agama Islam, perkembangan ilmu pengetahuan telah mengantarkan umat manusia untuk menelaah lebih jauh tentang kepentingan dan kemaslahatannya, lebih-lebih dari tinjauan kemaslahatan serta keabsahannya menurut hukum Islam. Semua penemuan baru hendaknya disejalankan dengan kaidah-kaidah hukum Islam, seperti hukum bedah mayat menurut pandangan hukum Islam.. Ilmu kedokteran pada saat ini banyak melakukan percobaan dalam berbagai hal tentang pengobatan dan ilmu kesehatan serta ilmu kedokteran guna penyidikan sebab-sebab kematian manusia yang dirasakan tidak wajar dengan metode membedah atau meneliti bagian dalam tubuh manusia tersebut., Salah satu cara yang telah ditempuh dalam ilmu kedokteran adalah otopsi atau pemeriksaan jenazah sebagai salah satu ilmu yang dalam ilmu kedokteran sangat penting dalam mengetahui struktur anatomi tubuh manusia dan cara mengatasi berbagai macam penyakit yang terdapat dalam tubuh manusia dan sebagai alat bukti sebab musabab kematian manusia tersebut yang nantinya berguna dalam persidangan di pengadilan sebagai alat bukti dan demi majunya ilmu kedokteran.Oleh karena itu pemeriksaan MRI post mortem pasien Skizofrenia merupakan hal yang sangat penting karena sebagai alat peraga yang cocok sehingga mendapatkan gambaran langsung dan nyata.Kedokteran dan Islam sepakat bahwa pemeriksaan Skizofrenia post mortem dengan menggunakan MRI dapat memberikan manfaat yang sangat besar untuk kemajuan ilmu kedokteran terutama yang berkaitan dalam teknik pemeriksaan jenazah. Teknik MRI ini pun juga tidak melanggar kaidah hukum Islam sehingga semua praktisi kedokteran dapat menerapkannya demi perkembangan ilmu kedokteran.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARANV.1.Kesimpulan

1. Pemeriksaan MRI terbaru dapat menganalisa myelin. MRI dapat mendeteksi sinyal yang berhubungan dengan distribusi air dijaringan. Sinyal MRI ini bisa di analisa menggunakan relaksasi T2 untuk memisahkan masing-masing component.

2. Sejumlah penelitian telah menggunakan teknik relaksasi T2 dan didapatkan bahwa nilai rata-rata fraksi air myelin pada otak penderita skizofrenia lebih rendah dibandingkan pada otak orang normal. Terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah fraksi air myelin pada penyakit Skizofrenia dan pemeriksaan MRI post mortem pada pasien Skizofrernia dapat membuktikan hal tersebut.

3. Status hukum pemeriksaan MRI post mortem untuk keperluan penelitian ilmu kedokteran pada pasien Skizofrenia dapat dipahami melalui tinjauan Qawaid Fiqhiyah, dimana seorang dokter tidak akan bisa menjalankan tugas-tugasnya dengan baik kecuali bila ia memahami seluk beluk anatomi tubuh manusia, maka untuk kepentingan yang sesuai dengan profesinya ia harus memahami seluk-beluk anatomi tubuh manusia, meskipun dengan jalan melakukan pemeriksaan MRI terhadap mayat.V.2.Saran1. Kepada tenaga medis dan profesi terkait, khususnya bagi yang muslim, disarankan untuk menerapkan pemeriksaan MRI post mortem pasien Skizofrenia agar dapat memahami lebih dalam tentang kondisi patofisiologi pasien Skizofrenia2. Kepada para peneliti disarankan untuk dapat meneliti lebih jauh lagi pemeriksan Skizofrenia post mortem dengan MRI agar hasil yang didapatkan lebih akurat yang akan berguna baik untuk keperluan penelitian dan keperluan hukum.

3. Kepada para ulama disarankan untuk lebih memperhatikan dan menegaskan hukum Islam mengenai permasalahan tentang pemeriksaan jenazah, agar tidak terjadi anggapan dan paradigma yang salah tentang hukum pemeriksaan jenazah. 1


Recommended