Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritiual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sementara itu, Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan jaman. Adapun fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Searah dengan itu, pinsip penyelenggaraan pendidikan di negara kita salah satunya adalah pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
34

BAB I ptk linda

Jan 02, 2016

Download

Documents

Reza Yudika
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I ptk linda

BAB I

PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan  proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritiual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sementara itu, Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional

Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan jaman.

Adapun fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Searah dengan itu, pinsip penyelenggaraan pendidikan di negara kita salah satunya adalah pendidikan

diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung

tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

Terkait dengan paparan ideal-normatif tersebut kiranya dapat dikatakan di sini bahwa mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) benar-benar memiliki peranan yang sentral dan strategis dalam

kerangka keseluruhan sistem dan struktur kurikulum pendidikan nasional guna mewujudkan tujuan

pendidikan yang telah digariskan. Betapa tidak? Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata

pelajaran yang memiliki karakteristik spesifik dalam hal orientasinya untuk membentuk pribadi

peserta didik agar menjadi warga negara yang baik yang memiliki pemahaman,  penghayatan dan

kesadaran yang tinggi akan hak-hak dan kewajibannya serta mampu dan cakap melaksanakannya

dalam kehidupan sehari-hari di segala bidang kehidupan dengan dilandasi oleh prinsip

Page 2: BAB I ptk linda

proporsionalitas, nilai-nilai spiritualitas keagamaan, nilai-nilai pluralitas sosio-budaya, nilai-nilai

nasionalisme kultural, serta nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa. 

Hal itu semua kiranya tidak diartikan sebagai isapan jempol ataupun melebih-lebihkan, tetapi  lebih

dimaksudkan untuk menggugah dan membangun kesadaran para sejawat dan se-profesi guru,

khususnya guru bidang studi PKn, bahwa tantangan yang dihadapi guru PKn tidaklah ringan, apalagi

di era globalisasi sekarang ini.

Di era globalisasi dan pasar bebas sekarang ini manusia dihadapkan pada perubahan-perubahan besar

yang tidak menentu dan sulit diprediksi. Manusia ibarat buih di lautan lepas yang mudah terseret oleh

ombak dan tergulung oleh gelombang, serta mudah kehilangan arah dalam melangkah, kecuali bagi

yang memiliki daya tahan dan daya-suai yang tinggi serta pedoman dan pegangan hidup yang kuat.

Bangsa Indonesia dengan laju pembangunannya selama ini ditengarahi oleh banyak pihak masih

menghadapi masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi dan

efisiensi pendidikan. Dalam kaitan ini Tilaar mensinyalir  adanya beberapa masalah pokok sistem

pendidikan nasional, yaitu: (1) menurunnya akhlak dan moral peserta didik; (2) pemerataan

kesempatan belajar; (3) masih rendahnya efisiensi internal sistem pendidikan; (4) status

kelembagaan; (5) manajemen pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional, dan (6)

sumber daya yang belum profesional.

Khusus dalam kaitannya dengan pelaksanaan hak asasi manusia, di kalangan masyarakat bangsa kita

masih banyak dan sering terjadi pelanggaran-pelanggaran  disebabkan oleh sistem pemerintahan

yang sentralistis-birokratik. Sederetan pelanggaran HAM terjadi dalam kehidupan masyarakat mulai

dari peristiwa Tanjung Periok, Haur Koneng, Lampung, DOM Aceh, Irian Jaya, Peristiwa Timor Timur,

Kasus Udin, Marsinah, Peristiwa Banjarmasin, Peristiwa Trisakti, Pembantaian Banyuwangi, Tragedi

Semanggi, Peristiwa Ketapang, Kupang, sampai dengan peristiwa pemboman Masjid Istiqlal dan

belakangan yang sempat menggegerkan dunia, yaitu peristiwa bom Bali.

Menghadapi masalah besar seperti itu semua, para guru, utamanya guru PKn dengan spesifikasi dan

karakteristik yang ada pada bidang ajarnya harus lebih tergugah, lebih terinspirasi dan lebih

termotivasi untuk mencari, menemukan dan menerapkan metode-metode pembelajaran yang aktif,

kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM), sehingga setahap demi setahap kualitas

pendidikan nasional bisa ditingkatkan, dan setahap demi setahap kualitas manusia Indonesia seperti

diamanatkan dalam UUD 1945 dan UUSPN 2003 bisa diwujudkan.

Sebagai seorang guru, tepatnya guru PKn, sudah barang tentu penulis tidak terlepas dari masalah-

masalah besar yang dihadapi oleh pendidikan nasional dewasa ini, yang pemecahannya perlu

melibatkan seluruh komponen masyarakat bangsa kita, dan dari segi waktu perlu adanya

Page 3: BAB I ptk linda

perencanaan yang matang, panjang menjangkau ke depan, menyeluruh, bertahap dan

berkesinambungan.   Namun, di samping masalah-masalah besar pendidikan nasional yang menjadi

tanggung jawab bersama seluruh komponen bangsa, ada  pula masalah-masalah pendidikan yang

secara spesifik dan kasuistis harus diatasi dan sepertinya menjadi tanggung jawab individual penulis 

sehubungan dengan  menjalankan tugas profesi sebagai seorang guru dalam proses pembelajaran di

kelas.

Belakangan ini penulis mengamati gejala rendahnya partisipasi aktif dan motivasi belajar siswa di kelas

dalam mata pelajaran PKn, Mereka siswa sepertinya tidak bergairah mengikuti proses pembelajaran

dan bahkan banyak yang bersikap seolah mata pelajaran PKn tidak penting dan tidak banyak

gunanya bagi mereka. Sebagai indikatornya,  masih banyak siswa yang bicara sendiri dengan

temannya ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, ada yang mengantuk, ada yang asyik

bernyanyi sendiri secara lirih, ada pula yang terang-terangan mengerjakan soal-soal atau tugas mata

pelajaran selain PKn, bahkan ada yang berani bergurau dengan temannya.

Suasana  belajar yang tidak kondusif  seperti itu jelas merupakan masalah yang harus segera diatasi, 

karena berakibat pada rendahnya daya serap siswa terhadap materi pembelajaran dan penguasaan

kompetensi dasar yang telah ditetapkan,  dan ujung-ujungnya prestasi hasil belajar mereka  rendah,

rata-rata hanya sampai batas ketuntasan minimal, malahan ada yang cenderung di bawah batas

minimal. Hal ini terjadi terutama pada siswa SMP Negeri 2 Sugio kelas VII Semester Genap, dengan

Materi Pokok Pembelajaran:  “Perlindungan dan Penegakan HAM”.

Disadari  banyak faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi dan motivasi belajar serta prestasi hasil

belajar siswa; bisa dari faktor internal siswa seperti tingkat IQ atau intelegensi, bakat dan minat,

kebiasaan belajar, motif berprestasi, dan sebagainya; bisa juga dari faktor eksternal seperti faktor

sarana dan prasaranan belajar di sekolah, faktor kurikulum, metode dan strategi pembelajaran,

sumber bahan belajar, suasana proses pembelajaran, dan lain sebagainya. Untuk itu berbagai upaya

diagnosa dan perbaikan metode pembelajaran yang standar telah pula dilakukan, antara lain dengan

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan melaksanakannya secara konsekuen di

depan kelas, melakukan perubahan metode pembelajaran dari metode ceramah ke metode tanya

jawab atau metode diskusi dan penugasan, melakukan penilaian proses, pre-tes dan post-tes,

analisis butir soal berikut revisi soal-soal yang dinilai kurang layak, bahkah disusul pula dengan

pemberian remedi kelas maupun remedi individual, namun tetap saja partisipasi dan motivasi belajar

siswa beserta prestasi hasil belajarnya kurang memuaskan.

Bertolak dari kenyataan seperti itu maka perlu dicari alternatif solusinya  terutama yang berhubungan

dengan faktor kegiatan pembelajaran. Salah satu solusi alternatif yang dipilih untuk diterapkan di sini

Page 4: BAB I ptk linda

dan yang diharapkan bisa mengatasi masalah khusus kegiatan pembelajaran dalam bidang studi

PKn tersebut adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction).

Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu model (termasuk di dalamnya orientasi filosofis, strategi,

metode dan teknik) dalam  proses belajar mengajar di kelas yang mana siswa terlebih dahulu diminta

untuk mengobservasi suatu fenomena sosial yang ada di sekelilingnya atau di lingkungan sekitarnya.

Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, dan selanjutnya

tugas guru adalah merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada.

Tugas guru selebihnya adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan

mendengarkan perspektif yang berbeda di antara mereka.

Pendekatan yang sama pernah dilakukan oleh sejawat seprofesi, Aston L. Toruan dalam PTK-PKn-nya

untuk mengatasi masalah yang hampir sama di lingkungan siswa kelas X Ak SMK Negeri 3 Jakarta

dengan hasil yang boleh dikata cukup memuaskan, di mana skor rerata keberanian siswa dalam

bertanya dan mengemukakan pendapat mengalami peninggkatan yang cukup berarti dari 70,33%

pada siklus pertama meningkat menjadi 85,55% pada siklus kedua (mengalami kenaikan sebesar

15,22%). Sementara skor rerata aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran

mengalami penurunan yang juga cukup berarti dari 21,26% pada siklus pertama menurun menjadi

9,25% (mengalami penurunan sebesar 12,01%). Sedangkan skor rerata pemahaman dan ketuntasan

belajar siswa tentang materi pembelajaran HAM juga mengalami peningkatan yang  menurut kriteria

Aston tergolong baik, masing-masing dari 7,01% dan 74,82% pada siklus pertama meningkat

menjadi 7,80% pada siklus kedua untuk aspek pemahaman dan 89,96% pada siklus kedua untuk

aspek ketuntasan. Lihat link terkait di sini!

Berdasarkan semua latar pemikiran yang telah terurai itulah maka dalam PTK-PKn kali ini juga diterapkan

strategi pembelajaran berbasis masalah, dengan harapan bisa mengatasi masalah pembelajaran

yang muncul pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sugio, Kabupaten Lamongan, Propinsi Jawa Timur,

sebagaimana telah berhasil dicapai oleh sejawat Aston L. Toruan tersebut, meskipun dalam hal ini

terdapat banyak perbedaan kondisional, antara lain perbedaan dari segi latar setting penelitian,

jenjang pendidikan, subyek penelitian, dan perbedaan faktor-faktor lainnya. Satu-satunya kesamaan

yang ada antara PTK yang telah dilakukan oleh Aston dengan yang dilakukan oleh penulis di sini

hanyalah menyangkut kesamaan ruang lingkup spesialisasi bidang ajar, yaitu sama-sama guru PKn

dan sama-sama menghadapi masalah terkait materi pokok pembelajaran HAM.

Adapun formulasi judul PTK kali ini selengkapnya adalah sebagai berikut: Upaya Meningkatkan

Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Terhadap Materi Perlindungan dan Penegakah HAM Pada

Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis

Page 5: BAB I ptk linda

Masalah (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP  Negeri 2

Sugio Kabupaten Lamongan - Jawa Timur Tahun Pelajaran 2007/2008).

B.    Perumusan Masalah

Untuk memberikan arahan bagi langkah-langkah penelitian selanjutnya maka perlu dirumuskan masalah-

masalah khusus penelitian, sebagai berikut:

1.     Apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) bisa

meningkatkan motivasi dan partisipasi belajar siswa terhadap materi Perlindungan dan Penegakan

HAM pada bidang studi PKn di kelas VII SMP Negeri 2 Sugio Kabupaten Lamongan?

2.     Apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah bisa meningkatkan prestasi belajar dan

ketuntasan belajar siswa terhadap materi Perlindungan dan Penegakan HAM pada bidang studi

Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VII SMP Negeri 2 Sugio Kabupaten Lamongan?

C.    Cara Pemecahan Masalah

Seperti telah disinggung pada bagian terdahulu dalam tulisan ini, bahwa untuk mengatasi masalah khusus yang muncul dalam proses pembelajaran dengan materi pokok Perlindungan dan Penegakan  HAM dalam bidang studi PKn pada siswa kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Sugio Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2007/2008 dilakukan dengan cara menerapkan model  pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning).

Dipilihnya model pembelajaran tersebut sebagai solusi alternatif dalam masalah ini setidaknya karena terinspirasi oleh hasil dari pengalaman serupa yang telah dicapai oleh sejawat seprofesi, Anton L. Toruan tersebut, meskipun di sana-sini terdapat perbedaan kondisional antara masalah yang dihadapi oleh Anton dalam PTK-nya dengan masalah yang dihadapi oleh penulis di sini. Namun satu hal yang boleh dibilang pasti, yaitu adanya kesamaan inti dan sifat masalah.

Alasan lain dipilihnya model pembelajaran berbasis masalah dalam PTK ini adalah karena mengingat kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaran berbasis masalah itu sendiri (Lebih lanjut akan diuraikan dalam bagian kajian teori atau kerangka berpikir).

D.    Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah:

1.   Untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi belajar siswa dalam proses pembelajaran HAM bidang

studi PKn di kelas VII SMP Negeri 2 Sugio Kabupaten Lamongan melalui penerapan model

pembelajaran berbasis masalah.

Page 6: BAB I ptk linda

1.      Untuk meningkatkan prestasi belajar dan ketuntasan belajar siswa tentang materi pokok

pembelajaran HAM bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VII SMP Negeri 2 Sugio

Kabupaten Lamongan melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah.

E.     Manfaat Hasil Penelitian

1.      Hasil penelitian ini bisa bermanfaat bagi perbaikan proses pembelajaran, khususnya proses

pembelajaran dalam mata pelajaran PKn di SMP Negeri 2 Sugio Kabupaten Lamongan - Jawa Timur.

2.      Penelitian ini memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi diri pribadi si guru (peneliti)

sebagai upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas diri dan profesionalisme guru.

3.      Hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi guru pada umumnya, khususnya guru bidang studi PKn,

setidaknya bisa menambah dan memperkaya referensi tentang alternatif penerapan model-model

pembelajaran yang sesuai  untuk mengatasi masalah-masalah khusus pembelajaran di kelasnya

masing-masing.

4.      Hasil penelitian ini diharapkan lebih jauh agar bisa memacu aktivitas dan kreativitas belajar siswa

serta aktivitas dan kreativitas mengajar dari guru, sehingga proses belajar-mengajar tidak dirasakan

sebagai sesuatu yang menjemukan, melainkan sebaliknya sebagai sesuatu yang menyenangkan

(Learning is fun). Singkatnya, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bagian dan ikon dari proses

pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) yang sangat didambakan

oleh siswa maupun guru. Selanjutnya Bab II >>

Page 7: BAB I ptk linda

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KOMPETENSI DASAR HAKEKAT NEGARA MELALUI PENERAPAN METODE KONTEKSTUAL PADA SISWA

KELAS X-1 SMA ISLAM AL HIKMAH MAYONG SEMESTER I

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah

Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mempersiapkan warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan adalah menyelenggarakan program pendidikan yang memberikan berbagai kemampuan sebagai seorang warga negara melalui berbagai mata pelajaran termasuk salah satunya Pendidikan Kewarganegaraan.

Kemampuan dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar yang dicantumkan dalam Standar Nasional merupakan bahan minimal yang harus dikuasai siswa. Oleh karena itu, daerah, sekolah atau guru dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan bahan yang disajikan dengan situasi dan kondisi setempat Realitanya hasil belajar siswa dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan belum menunjukkan hasil yang diinginkan.

Kondisi rendahnya hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara tercermin juga dalam hasil belajar siswa pada siswa kelas X-1 SMA Islam Al Hikmah Mayong. Hal itu dapat diketahui dari rata-rata nilai harian siswa. Pada tiga kali ulangan harian yang diadakan guru dengan kompetensi dasar hakekat negara menunjukkan rata-rata kurang dari nilai 70. Dari ulangan harian yang pernah dilakukan, + 60 % siswa mendapatkan nilai dibawah 70,00. Angka-angka tersebut dapat diartikan, bahwa pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut relatif masih rendah. Dengan kata lain, pemahaman siswa SMA Islam Al Hikmah Mayong terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan mencapai baru tercapai sekitar 40 persen.

Secara tidak disadari, karena rutinitas tugasnya mengakibatkan guru tidak begitu menghiraukan/peduli apakah siswanya telah atau belum memperoleh pengalaman belajar yang bermakna. Sejauh mana siswa telah mengerti (understanding) dan tidak hanya sekedar tahu (knowing), tentang konsep Pendidikan Kewarganegaraan yang sudah disampaikan dalam proses pembelajaran? Rutinitas yang dilakukan para guru tersebut meliputi penggunaan metode pembelajaran yang cenderung monoton yaitu kapur dan tutur (chalk-and-talk), kurangnya pelaksanaan evaluasi selama proses kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung, serta

Page 8: BAB I ptk linda

kecenderungan penggunaan soal-soal bentuk pilihan ganda murni pada waktu ulangan harian maupun ulangan sumatif tiap akhir semester.

Sebelum penelitian dilakukan guru memang belum mengoptimalkan metode kontekstual. Guru baru sebatas memanfaatkan metode ceramah serta penugasan (PR) kepada siswa. Kalaupun ada penugasan, siswa hanya di beri pekerjaan rumah yang dinilai secara individual oleh guru tanpa didiskusikan di kelas. Secara operasional, guru menjelaskan materi kepada siswa kemudian memberikan contoh-contoh di papan tulis. Setelah selesai menerangkan materi, guru menyuruh siswa untuk mengerjakan soal.

Kenyataan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara yang rendah tersebut perlu diperbaiki sebab Pendidikan Kewarganegaraan termasuk mata pelajaran inti dengan nilai minimum ketuntasan belajar 70. Disamping itu, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas juga dinyatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar siswa menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

Melalui tindakan yang akan dilakukan guru, hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan meningkat. Nilai rata-rata ulangan harian yang diharapkan setelah penelitian adalah 70 atau mencapai nilai batas ketuntasan belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara siswa, guru perlu melakukan tindakan kelas yakni dengan memperbaiki proses pembelajaran dengan memodifikasi pola pembelajaran yang selama ini hanya monoton pembelajaran kelas dengan ceramah menjadi pembelajaran mandiri atas dasar inisiatif siswa..

Berdasarkan uraian di atas nampak adanya kesenjangan antara kondisi nyata dengan harapan. Kesenjangan pokok dari subyek yakni pada kondisi awal hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara yang rendah sedangkan kondisi akhir yang diharapkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara meningkat. Kesenjangan pokok dari peneliti yakni pada kondisi awal peneliti masih menyampaikan materi menggunakan model pembelajaran konvensional sedangkan kondisi akhir peneliti menggunakan metode kontekstual. Jadi, upaya untuk memecahkan masalah dari kesenjangan yang terjadi adalah guru perlu menerapkan metode kontekstual. Kegiatan kontekstual dilakukan secara mandiri, artinya siswa sesuai prosedur kerja diberi kebebasan untuk berkreasi sendiri dan tidak berada di bawah dikte guru.

Dari uraian di atas muncul kerangka pemikiran bahwa rendahnya nilai mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dikarenakan siswa kurang memahami konsep hakekat negara yang selama ini hanya diajarkan guru melalui metode ceramah. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah pelaksanaan kegiatan tindak lanjut berupa pengajaran dengan menerapkan metode kontekstual. Hal itu dimaksudkan agar siswa dapat mudah memahami dan menerima materi yang disampaikan guru yang secara tidak langsung memberi penekanan agar siswa memperhatikan penjelasan guru dan pada akhirnya siswa akan lebih memahami konsep hakekat negarayang dipelajarinya. Dengan demikian adanya pemahaman konsep tersebut maka akan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa dan akhirnya akan dapat mengatasi rendahnya hasil belajar siswa.

Page 9: BAB I ptk linda

B.   Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode yang dipergunakan guru dalam pembelajaran cenderung monoton yakni ceramah dan diskusi.

2. Belum tercapainya hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran.3. Proses pembelajaran cenderung bersifat teacher centered atau terpusat pada guru dan

guru mendominasi seluruh kegiatan pembelajaran.

C.       Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah berkenaan dengan tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel dalam penelitian ini hanya ada dua yaitu hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara (Y) dan penerapan metode kontekstual (X).

2. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas X-1 semester I SMA Islam Al Hikmah Mayong tahun pelajaran 2009/2010 dalam kompetensi dasar hakekat negara.

3. Metode kontekstual yang dilaksanakan dalam penelitian ini dilakukan secara kelompok berdasarkan prosedur kerja yang telah ditentukan. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Siswa melakukan diskusi antar kelompok kemudian menarik kesimpulan sendiri. Tindakan ini akan dilakukan pada tahun pelajaran 2009/2010.

D.      Rumusan Masalah

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman di lapangan terungkap bahwa guru belum memberdayakan seluruh metode pembelajaran yang ada. Hal ini disebabkan karena dalam mengajar mereka yang terpenting adalah materi pelajaran dapat disampaikan secara keseluruhan sesuai dengan alokasi waktunya. Dengan demikian penulis merumuskan masalah sebagai berikut : apakah melalui penerapan metode kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara ?

E. Tujuan Penelitian

1.    Tujuan Umum

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara bagi siswa Sekolah Menengah Atas Negeri Jenawi.

2.    Tujuan Khusus

Page 10: BAB I ptk linda

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara melalui penerapan metode kontekstual bagi siswa kelas X-1 semester I Sekolah Menengah Atas Negeri Jenawi tahun pelajaran 2009/2010.

F.    Manfaat Penelitan

Dalam mengadakan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam menjawab masalah yang dihadapi di sekolah dalam mengajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh sebab itu penulis secara rinci mengemukakan manfaat penelitian ini adalah mendorong guru untuk menggunakan metode kontekstual dengan manfaat:

1.    Manfaat Teoritis

a. Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara melalui penerapan metode kontekstual bagi siswa Sekolah Menengah Atas Negeri Jenawi.

b.    Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.

2.    Manfaat Praktis

a.    Manfaat bagi Siswa

Meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara bagi siswa kelas X-1 Sekolah Menengah Atas AlHikmah Mayong

b.    Manfaat bagi Guru

Melatih guru dalam memodifikasi sekaligus menerapkan berbagai metode pembelajaran sekaligus dalam pembelajaran PKn.

c.   Manfaat bagi Sekolah

Memberikan pengetahuan umum tentang penerapan metode kontekstual dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas sehingga dapat dijadikan pedoman guru lain.

d.    Manfaat bagi Perpustakaan Sekolah

Menambah khasanah perpustakaan sekolah tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara melalui penerapan metode kontekstual.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Page 11: BAB I ptk linda

A.   Kajian Teori

1.    Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

a.    Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan

Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Mata pelajaran Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Tujuan mata pelajaran Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:

(1)   berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan,

(2)   berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,

(3)   berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

(4)   berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

b.    Hakekat Belajar

Pengertian belajar menurut para ahli memiliki definisi yang berbda-beda. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan (Slameto, 1998:6)

Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan/aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang sifaknya sedikit banyak permanen (The Liang Gie, 2000 : 6).

Pengertian belajar seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (1978 : 36) adalah :

Belajar adalah perubahan murid dari usahanya sendiri dalam bidang material, formil, serta fungsionil pada umumnya dan pada bidang-bidang intelek khususnya. Singkatnya belajar adalah berusaha mengadakan perubahan situasi dalam proses perkembangan dirinya mencapai tujuan.

Page 12: BAB I ptk linda

Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap (Winkel, 2001: 36). Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Pendapat Winkel di atas dikuatkan Winarno Surachmad (1996: 57) sebagai berikut :

Belajar dapat dipandang sebagai proses dimana guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman-pengalaman edukatif untuk mencapai suatu tujuan. Yang diperhatikan adalah pola-pola perubahan tingkah laku selama pengalaman belajar itu berlangsung. Karena itulah ditekankan pula daya-daya yang mendinamisir proses itu.

Pendefinisian tentang pengertian belajar yang bermacam-macam menunjukkan bahwa dijumpai konsep-konsep tentang belajar yang menimbulkan corak khas uraian dan pembicaraan mengenai belajar, namun semua itu tergantung sudut pandang dan penekanannya. Sumadi Suryabrata (1993:249) tidak memberikan batasan secara langsung tentang belajar, melainkan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang disebut belajar.

Pertama    :    belajar itu membawa perubahan (dalam arti Behavioral Changes, aktual maupun potensial).

Kedua      :    perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.

Ketiga       :    bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja)

Mengacu pada batasan-batasan yang telah disampaikan di atas maka dapat disimpulkan mengenai pengertian belajar yaitu :

1)      Aktivitas yang dilakukan secara sadar dan aktif, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang mengalami belajar.

2)      Perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari sesuatu yang dikuasai baik berupa pengetahuan, kemampuan, atau kecakapan yang sifatnya relatif lama.

Dalam uraian di atas telah disebutkan batasan-batasan tentang belajar. Apabila siswa benar-benar merasa tahu gunanya belajar, merasa butuh belajar, merasa dapat belajar, dan merasa senang belajar maka dari siswa tersebut akan timbul motivasi diri yang kuat untuk melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Keputusan untuk melakukan kegiatan belajar pada tiap-tiap individu tidak sama, tergantung pada kekuatan motivasi diri, sebab jika motivasi kekuatan motivasi diri kuat maka keputusan utuk melakukan kegiatan belajar juga tinggi. Hanya kekuatan motivasi yang berasal dari dalam diri sendirilah yang merupakan faktor pendorong untuk melakukan belajar mandiri karena belajar mandiri menekankan pada autoaktifitas siswa dalam belajar yang penuh dengan tanggung jawab atas keberhasilan belajarnya.

c.    Hasil Belajar

Page 13: BAB I ptk linda

Menurut Chaplin, pengertian hasil belajar atau hasil belajar adalah : “Hasil belajar merupakan suatu tingkatan khusus yang diperoleh sebagai hasil dari kecakapan kepandaian, keahlian dan kemampuan di dalam karya akademik yang dinilai oleh guru atau melalui tes prestasi” (1992: 159).

Pendapat Chaplin di atas mengandung pengertian bahwa prestasi itu hakikatnya berupa perubahan perilaku pada individu di sekolah, perubahan itu terjadi setelah individu yang bersangkutan mengalami proses belajar mengajar tertentu.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia ingin menerima pengalaman belajar atau yang optimal yang dapat dicapai dari kegiatan belajar di sekolah untuk pelajaran. Hasil belajar seperti yang dijelaskan oleh Poerwadarminta (1993 : 768) adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan). Pengertian hasil belajar menurut pendapat Mochtar Buchari (1986 : 94) adalah hasil yang dicapai atau ditonjolkan oleh anak sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu.

Nasution (1972:45) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan anak didik berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti program belajar secara periodik. Dengan selesainya proses belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan adanya suatu evaluasi. Dimana evaluasi ini mengandung maksud untuk mengetahui kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi yang diberikan oleh guru.

Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Dengan demikian hasil belajar merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar dari aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif sebagai perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap menurut kemampuan anak dalam perubahan baru. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah utama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang diprogramkan didalam kurikulum.

Berdasarkan pengertian tentang hasil belajar maupun faktor-faktor yang mempengaruhinya maka harus diperhatikan faktor-faktor tersebut supaya berpengaruh menguntungkan bagi belajarnya sehingga hasil belajar sebagai suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan baik berupa angka atau huruf dapat meningkat.

d.    Hasil Belajar PKn

Hasil belajar PKn adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi PKn berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti pembelajaran secara periodik dalam kelas. Dengan selesainya proses belajar mengajar diakhiri dengan evaluasi untuk mengetahui kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi PKn terutama kompetensi dasar hakekat negara yang diberikan oleh guru. Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.

2.    Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Page 14: BAB I ptk linda

a.    Pengertian Metode Pembelajaran

Menurut Seels and Richey (1994 : 32) metode pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi dan mengurutkan peristiwa atau langkah-langkah dalam sebuah pembelajaran. Snelbecker (1982 : 115) mengemukakan metode pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran dengan memahami perbedaan karakteristik dan kemampuan siswa, sehingga diharapkan guru dapat membantu kesulitan belajar siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa harus diusahakan dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran, artinya guru harus mampu memahami bahwa di antara siswa terdapat perbedaan-perbedaan karakteristik. Hal itu karena siswa berasal dari kondisi ekonomi dan kemampuan orang tua yang berbeda, sehingga dalam mengikuti proses pembelajaran terdapat perbedaan pula.

Dengan memahami perbedaan karakteristik siswa, dalam proses pembelajaran, oleh guru dapat menentukan dan memilih metode pembelajaran yang sesuai, guru dapat memberikan suatu perlakuan, dan penilaian, serta keputusan yang tepat kepada siswa, sehingga siswa merasa dirinya dihargai dan diperhatikan dalam proses pembelajaran tersebut. Proses pembelajaran merupakan sistem yang terdiri atas beberapa komponen seperti siswa, guru, dan metode, serta materi pembelajaran yang saling berinteraksi datam mencapai tujuan. Dalam menyajikan materi pembelajaran guru perlu menentukan dan memilih metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode pembelajaran yang tepat adalah metode yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa.

Menurut Muhibbin Syah (1995 : 190) metode pembelajaran adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Semakin baik metode pembelajaran maka semakin efektif pula pencapaian tujuan. Untuk menetapkan lebih dahulu apakah suatu metode pembelajaran disebut baik, diperlukan ketentuan yang bersumber dari beberapa faktor. Adapun faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai. Metode pembelajaran di dalam kelas selain faktor tujuan, juga faktor murid, faktor situasi, dan faktor guru ikut menentukan efektif tidaknya suatu metode pembelajaran.

Menurut Wasty Soemanto (1998 : 102) metode pembelajaran merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan komunikasi dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran. Oleh karena itu, peranan metode pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses pembelajaran. Dengan metode pembelajaran diharapkan terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru harus dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa, serta menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.

b.    Metode Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning

Contextual Teaching and Learning (CTL) atau metode kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat monerapkannya daiam kehidupan mereka (Wina Sanjaya, 2006: 109).

Page 15: BAB I ptk linda

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama, menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks metode kontekstual tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

Kedua, metode kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

Ketiga, metode kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya metode kontekstual bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks metode kontekstual bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan metode kontekstual guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini:

a.    Pendahuluan

1)    Guru menjelaskan kompetensi yang hams dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.

2)    Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual:

a)    Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa;

b)    Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok 1 dan 2 mengobservasi kegiatan A, dan kelompok 3 dan 4 mengobservasi kegiatan B;

c)    Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan pada masing-masing kegiatan tersebut.

3)    Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa

b.    Inti di Lapangan

1)    Siswa melakukan observasi sesuai dengan pembagian tugas kelompok.

2)    Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.

Page 16: BAB I ptk linda

Di dalam Kelas

1)    Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

2)    Siswa melaporkan hasil diskusi.

3)    Setiap kelompok mynjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.

c.    Penutup

1)    Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah demokrasi sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.

2)    Guru menugaskan siswa untuk membuat rangkuman tentang pengalaman belajar mereka dengan materi demokrasi.

Hal yang dapat ditangkap dari pembelajaran dengan menggunakan metode kontekstual adalah pada metode kontekstual untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep anak mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan.

1. B.      Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut :

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.   Setting Penelitian

1.     Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2009/2010 yaitu minggu 1 dan 2 bulan Agustus 2009.

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Islam Al Hikmah Mayong dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas X-1 semester I tahun pelajaran 2009/2010. Alasan penelitian dilaksanakan di sekolah tersebut karena peneliti merupakan guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas X-1 di sekolah tersebut. Di samping itu, hasil belajar siswa pada materi hakekat negara di sekolah tersebut rata-rata rendah.

B.   Subjek Penelitian

Page 17: BAB I ptk linda

Mengingat dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti adalah guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka subjeknya adalah siswa yakni siswa kelas X-1 SMA Islam Al Hikmah Mayong semester I tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri atas 40 siswa.

C.   Sumber Data

Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini berasal dari subyek penelitian atau dari siswa yang merupakan sumber data primer yaitu nilai ulangan harian siswa baik nilai ulangan harian sebelum tindakan kelas maupun setelah dilakukanya tindakan kelas oleh guru.

D.   Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1.    Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat berbentuk tes maupun non tes. Namun dalam penelitian tindakan kelas ini yang dipergunakan adalah teknik pengumpulan data berbentuk tes. Pengertian tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi, 1996: 138). Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi atau achievement test yaitu test yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Suharsimi Arikunto, 1996: 139).

Tes diberikan sesudah siswa yang dimaksud mempelajari hal-hal sesuai dengan yang akan diteskan yaitu tes ulangan harian. Mengingat penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas maka juga dipergunakan metode pengamatan (observe). Maksudnya bahwa data dikumpulkan dari hasil kegiatan yang dilaksanakan dari satu siklus ke siklus berikutnya.

2.     Alat Pengumpulan Data

Mengingat teknik yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk tes dan observasi, maka alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah butir soal tes dan lembar observasi.

E.    Analisis Data

Teknik analisis data dalam PTK ini bersifat deskriptif analitis. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data penelitian adalah :

1. Klasifikasi Data

Klasifikasi data merupakan pengelompokan data berdasarkan kriteria tertentu untuk mencari homogenitas yang diinginkan. Dalam penelitian ini klasifikasi digunakan untuk mengelompokkan hasil belajar siswa dari kegiatan penerapan metode kontekstual.

1. 2.       Penafsiran Data

Page 18: BAB I ptk linda

Penafsiran data bertujuan untuk mengambil kesimpulan sementara data yang telah diperoleh. Penafsiran merupakan langkah awal untuk pembahasan masalah secara mendalam.

1. 3.       Evaluasi Data

Data yang telah diklasifikasi kemudian dievaluasi untuk mendapatkan kebenaran antara hasil penafsiran dengan realitas sesungguhnya. Apakah data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dalam penelitian atau tidak, apakah penafsiran yang disampaikan sesuai dengan rumusan yang telah ditetapkan dan sebagainya. Hasil evaluasi dapat dipergunakan sebagai feed back (umpan balik) untuk mengukur sejauh mana data yang diperoleh dalam penelitian tersebut merupakan sesuatu yang bermanfaat ataukah tidak. Apabila dirasa kurang dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka prosedur penelitian dapat dilakukan secara berulang.

1. 4.       Penarikan Kesimpulan

Tujuan akhir dari setiap penelitian adalah mendapatkan kesimpulan mengenai apa yang telah disampaikan dengan hasil penelitian. Kesimpulan merupakan hasil tertinggi dalam suatu penelitian. Dengan diperolehnya kesimpulan, maka masalah yang disajikan, dibahas dan carikan jalan keluarnya akan nampak dengan jelas. Dengan demikian maka kesimpulan merupakan penjabaran sistematis dari seluruh kegiatan penelitian.

F.    Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan

Rancangan-rancangan yang dilakukan pada tahapan ini adalah:

1. Membuat lembar observasi untuk melihat suasana pembelajaran, aktivitas guru dan aktivitas siwa selama proses belajar mengajar dengan menerapkan metode kontekstual.

2. Membuat analisa hasil ulangan harian setiap siklus, untuk melihat apakah siswa kelas X-1 dalam proses belajar mengajar ada peningkatan penguasaan materi hakekat negara melalui penerapan metode kontekstual dengan menganalisis hasil belajar siswa.

3. Tahap Pelaksanaan / Tindakan

Guru melaksanakan tindakan kelas dengan strategi pembelajaran cara belajar siswa aktif melalui optimalisasi metode kontekstual yang diterapkan dengan tugas kelompok menggunakan bantuan berbagai media. Tugas yang telah dilakukan kemudian dipresentasikan di depan kelas, disini guru sebagai fasilitator yang memberi penguat dan simpulan untuk kejelasan materi hakekat negara.

1. Pemantauan / observing

Pada tahap pemantauan dikumpulkan data dan informasi dari beberapa sumber untuk mengetahui seberapa jauh efektifitas dari tindakan yang dilakukan. Data tentang penguasaan materi hakekat negara diperoleh dari nilai ulangan harian.

Page 19: BAB I ptk linda

1. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan yang mengulas secara kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru. Guru merefleksi capaian hasil belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan kemudian merumuskan keberhasilan maupun kekurangannya untuk ditindaklanjuti dengan langkah-langkah program berikutnya berupa penyempurnaan dan pengembangan.

Rencana tindakan penelitian dilaksanakan atau disusun terperinci setiap siklusnya, sesuai jadwal dan alokasi waktu berdasarkan rancangan penelitian. Bentuk tindakan yang akan dilaksanakan dalam tindakan kelas pada tiap-tiap siklusnya dijelaskan sebagai berikut :

1. Siklus I 1. Perencanaan

1)        Mempersiapkan materi pembelajaran

2)        Mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan

3)        Mempersiapkan lembar kerja siswa

4)        Mempersiapkan kelas dalam setting pembelajaran klasikal

5)        Membuat lembar observasi tentang aktivitas siwa selama proses belajar mengajar

1. Tindakan

1)    Pertemuan 1

a)    Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

b)        Kegiatan Inti

(1)     Guru menjelaskan materi dan memberikan contoh-contoh soal.

(2)     Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat.

(3)     Siswa berlatih menyelesaikan soal-soal seperti dicontohkan oleh guru.

(4)     Siswa mendiskusikan materi.

c)    Kegiatan Penutup

(1)     Siswa membuat rangkuman

Page 20: BAB I ptk linda

(2)     Guru memberikan tugas pekerjaan rumah

2)        Pertemuan 2

1. Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

1. Kegiatan Inti 1. Guru menjelaskan materi pelajaran2. Guru memberikan contoh soal3. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat4. Siswa berlatih menyelesaikan soal-soal seperti dicontohkan oleh guru5. Kegiatan Penutup

1. Siswa bersama guru menyimpulkan materi2. Siswa mengerjakan soal evaluasi3. Pemantauan

1)    Mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar agar berjalan seoptimal mungkin

2)    Mengamati dan mencatat tindakan aktifitas siswa

1. Refleksi

1)    Mengevaluasi hasil pemantauan dan mengolah data hasil evaluasi serta menentukan keberhasilan pencapaian tujuan tindakan.

2)    Mencatat perkembangan kemampuan siswa.

3)    Mengadakan refleksi I dengan meneliti kembali tindakan yang telah dilakukan.

4)    Memberi penguatan dan motivasi kepada siswa agar belajar lebih giat.

Indikator untuk melanjutkan ke siklus berikutnya adalah peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa dengan capaian minimal sekurang-kurangnya 50% siswa telah mencapai nilai tuntas (di atas minimal).

2.    Siklus II

a.    Perencanaan

1)        Mempersiapkan materi pembelajaran

2)        Mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan

3)        Mempersiapkan lembar kerja siswa

Page 21: BAB I ptk linda

4)        Mempersiapkan kelas dalam setting pembelajaran kontekstual dengan bantuan media audio berupa rekaman berita melalui tape recorder

5)        Membuat lembar observasi tentang aktivitas siwa selama proses belajar mengajar

b.    Tindakan

1)    Pertemuan 1

a)    Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

b)    Kegiatan Inti

(1) Siswa dibagi menjadi empat kelompok

(2)     Guru memberikan penjelasan teknis pelaksanaan diskusi

(3)     Siswa mendiskusikan materi

c)    Kegiatan Penutup

(1)   Siswa membuat kesimpulan

(2)   Siswa mencatat tugas rumah

2)    Pertemuan 2

a)    Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

b)    Kegiatan Inti

(1)     Siswa dibagi menjadi empat kelompok

(2)     Dalam kelompoknya siswa melakukan diskusi

(3)     Siswa menganalisis hasil diskusi

(4)     Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapinya

c)    Kegiatan Penutup

Page 22: BAB I ptk linda

(1)     Siswa bersama guru menyimpulkan materi

(2)     Siswa mengerjakan soal evaluasi

c.    Pemantauan

1)    Mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar agar berjalan seoptimal mungkin

2)    Mengamati dan mencatat tindakan aktifitas siswa

d.    Refleksi

1)    Mengevaluasi hasil pemantauan dan mengolah data hasil evaluasi serta menentukan keberhasilan pencapaian tujuan tindakan.

2)    Mencatat perkembangan kemampuan siswa.

3)    Mengadakan refleksi I dengan meneliti kembali tindakan yang telah dilakukan.

4)    Memberi penguatan dan motivasi kepada siswa agar belajar lebih giat.

Indikator untuk melanjutkan ke siklus berikutnya adalah peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa dengan capaian minimal sekurang-kurangnya 65% siswa telah mencapai nilai tuntas (di atas minimal)

3.    Siklus III

a.    Perencanaan

1)        Mempersiapkan materi pembelajaran

2)        Mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan

3)        Mempersiapkan lembar kerja siswa

4)        Mempersiapkan kelas dalam setting pembelajaran kontekstual dengan bantuan media audio visual berupa pemutaran menggunakan VCD

5)        Membuat lembar observasi tentang aktivitas siwa selama proses belajar mengajar

6)        Membuat angket untuk mengumpulkan data tentang respons siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan penerapan metode kontekstual.

b.    Tindakan

1)    Pertemuan 1

Page 23: BAB I ptk linda

a)    Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

b)    Kegiatan Inti

(1)   Siswa dibagi menjadi sembilan kelompok

(2)   Guru memberikan penjelasan tentang cara menggunakan alat dan cara merangkai

(3)   Siswa mendiskusikan materi

c)    Kegiatan Penutup

(1)     Siswa membuat kesimpulan

(2)     Siswa mencatat tugas rumah

2)    Pertemuan 2

a)    Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

c)         Kegiatan Inti

(1)     Siswa dibagi menjadi sembilan kelompok

(2)     Dalam kelompoknya siswa melakukan diskusi

(3)     Siswa menganalisis hasil diskusi

(4)     Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapinya

d)        Kegiatan Penutup

(1)     Siswa bersama guru menyimpulkan materi

(2)     Siswa mengerjakan soal evaluasi

c.    Pemantauan

1)    Mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar agar berjalan seoptimal mungkin

2)    Mengamati dan mencatat tindakan aktifitas siswa

Page 24: BAB I ptk linda

d.    Refleksi

1)    Mengevaluasi hasil pemantauan dan mengolah data hasil evaluasi serta menentukan keberhasilan pencapaian tujuan tindakan.

2)    Mencatat perkembangan kemampuan siswa.

3)    Mengadakan refleksi I dengan meneliti kembali tindakan yang telah dilakukan.

4)    Memberi penguatan dan motivasi kepada siswa agar belajar lebih giat.

Indikator berakhirnya siklus adalah peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa dengan capaian minimal sekurang-kurangnya 90% siswa telah mencapai nilai tuntas (di atas minimal)

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin Makmum, 2000, Psikologi Kependidikan, Bandung : Remaja Rosda Karya

Bloom, Benyamin S, 1986, Taxonomy of Education Objective, New York : Longman.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Model pengembangan Silabus Mata pelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PKn. Jakarta : Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Rumpun Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Umum. Jakarta : Balitbang Depdiknas.

Djamah Sopah, 2001, Pengembangan dan Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS, http://www.depdiknas.go.id./Jurnal/31/djamah sopah.htm.

JP. Chaplin. 1992. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Pustaka Jaya.

Mochtar Buchari. 1986. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung : Tarsito.

Mudhoffir. 1990. Proses Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah Formal. Surabaya : Usaha Nasional.

Muhibbin Syah, 1995, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosda Karya.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 1999, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Nana Sudjana, 1996, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru.

Nasution. 1972. Psikologi Pengajaran Nasional. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Page 25: BAB I ptk linda

Ratna Wilis Dahar. 1986. Pengelolaan Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali