Top Banner
1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan salah satu unsur kebudayaan yang erat dengan kehidupan bermasyarakat. Aktivitas seni dalam lingkungan masyarakat bersifat kelompok. Arnold Hauser dalam bukunya “The Sociology of Art” menyatakan bahwa seni adalah produk masyarakat. 1 Dengan kata lain, tidak ada seni tanpa adanya suatu masyarakat. Musik Panting adalah musik tradisi Suku Banjar, Kalimantan Selatan. Musik panting dikenal di Kalimantan Selatan sebelum zaman penjajahan Belanda, diperkirakan telah ada sekitar abad XVIII atau sekitar tahun I802 bersamaan dengan berkembangnya sendratari Japin. Alat musik ini pada awalnya berkembang di pedesaan di daerah Kabupaten Tapin yaitu di Desa Rantau Bujur Kecamatan Sungai Pinang kemudian berkembang di Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah bentuk seni ditentukan oleh hadirnya golongan masyarakat tertentu. Adolph S. Tomars dalam tulisannya yang berjudul Class Systems and the Artsmenegaskan, bahwa kehadiran sebuah bentuk seni ditentukan 1 Periksa Arnold Hauser. 1982. The Sociology of Art. Terj. Kenneth J. Northcott. Chicago dan London: The University of Chicago Press. p. 94-307.
26

BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

Jun 12, 2018

Download

Documents

duongbao
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

1

BAB IPENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Seni merupakan salah satu unsur kebudayaan yang erat

dengan kehidupan bermasyarakat. Aktivitas seni dalam

lingkungan masyarakat bersifat kelompok. Arnold Hauser dalam

bukunya “The Sociology of Art” menyatakan bahwa seni adalah

produk masyarakat.1 Dengan kata lain, tidak ada seni tanpa

adanya suatu masyarakat.

Musik Panting adalah musik tradisi Suku Banjar,

Kalimantan Selatan. Musik panting dikenal di Kalimantan Selatan

sebelum zaman penjajahan Belanda, diperkirakan telah ada

sekitar abad XVIII atau sekitar tahun I802 bersamaan dengan

berkembangnya sendratari Japin. Alat musik ini pada awalnya

berkembang di pedesaan di daerah Kabupaten Tapin yaitu di Desa

Rantau Bujur Kecamatan Sungai Pinang kemudian berkembang di

Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka.

Kehadiran sebuah bentuk seni ditentukan oleh hadirnya

golongan masyarakat tertentu. Adolph S. Tomars dalam

tulisannya yang berjudul “Class Systems and the Arts”

menegaskan, bahwa kehadiran sebuah bentuk seni ditentukan

1 Periksa Arnold Hauser. 1982. The Sociology of Art. Terj. Kenneth J.Northcott. Chicago dan London: The University of Chicago Press. p. 94-307.

Page 2: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

2

oleh hadirnya golongan masyarakat tertentu.2 Seni memiliki empat

macam kategori yaitu seni untuk kalangan elite (The Art of Cultural

Elite), kesenian rakyat (Folk Art), seni populer atau untuk golongan

urban (Popular Art), dan seni yang dipertunjukkan melalui media

massa (Mass Art).3 Kesenian musik panting, termasuk dalam

kategori kesenian rakyat atau Folk Art. Seni ini ditentukan oleh

norma-norma yang telah dibuat dan disepakati masyarakat. Seni

adalah cerminan masyarakat yang terdiri dari jiwa masyarakat,

keinginan masyarakat, realitas masyarakat dan nilai masyarakat.

Seni dalam lingkup masyarakat lebih menekankan fungsi, penuh

simbol dan makna.4 Meski tak lepas dari pemahaman sederhana

bahwa seni merupakan usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk

yang menyenangkan.5

Nama musik panting berasal dari nama alat musik itu

sendiri, bahwa panting dimainkan dengan cara dipanting (dipetik).

Panting merupakan alat musik yang dipetik yang berbentuk

seperti gambus Arab tetapi ukurannya lebih kecil. Dalam

penyajiannya, musik ini disajikan dalam format ansambel. Dalam

2 Periksa Prof. Dr. R.M. Soedarsono. 2010. Seni Pertunjukan Indonesia dEra Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. p. 2.

3 Periksa Arnold Hauser, 1982, p. 556-610.4 Made Bambang Oka Sudira. 2010. Ilmu Seni, Teori dan Praktik.

Jakarta: Inti Prima. p. 38-39.5 Herbert Read terj. Soedarso. SP. 2000. Seni: Arti dan Problematikanya.

Yogyakarta: Duta Wacana University Press. p. 1-2.

Page 3: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

3

ansambel musik panting, alat musik panting memiliki peran yang

dominan dibandingkan dengan peran alat musik lainnya.

Musik panting sebagai hiburan rakyat, sering digelar

bersama-sama dengan tarian Japin yaitu salah satu tari rakyat

Kalimantan Selatan berupa tari pergaulan yang ditarikan secara

berpasangan oleh muda-mudi.6 Musik panting mulai menghilang

atau kurang digemari dari sekitar tahun 1968 sampai dengan

tahun 1984 yang diakibatkan masuknya unsur-unsur budaya dari

luar berupa kesenian yang rnereka anggap lebih modern seperti

orkes dangdut, sandiwara, radio, film dan televisi. Tahun 1984 ke

atas, musik panting mulai dihidupkan kembali dan dikembangkan

di luar desa asalnya dan sering dipertunjukkan untuk hiburan

pesta - pesta perkawinan, pesta menyambut tamu kehormatan

dan yang lain. Namun perkembangannya lebih menjurus kepada

perkembangan musik pantingnya saja dalam arti penampilannya

tanpa disertai unsur tarian Japin.7

Keberadaan kesenian rakyat di zaman modern seperti ini

menjadi hal yang perlu diteliti. Maraknya seni-seni hiburan yang

cenderung lebih diminati masyarakat menjadi tantangan besar

6 Tim Penyusun. 1978/1979. Ensiklopedi Musik dan Tari DaerahKalimantan Selatan. Kalimantan Selatan: Proyek Penelitian dan PencatatanKebudayaan Daerah. p.122.

7 Mardiana., Ishak Mujali., Zainah Noor Laily. 2002. Alat Musik DaerahKalimantan Selatan Proyek Pembinaan Permuseuman Kalimantan Selatan .Kalimantan Selatan: Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan, DinasKebudayaan dan Pariwisata. p. 9-10.

Page 4: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

4

bagi para pelaku dan pemerhati kesenian rakyat dalam menjaga

keberlangsungan dan eksistensi kesenian rakyat. Perubahan yang

terjadi dalam kesenian ini berjalan beriringan dengan

perkembangan zaman, seperti halnya dalam kesenian panting yang

dikemas dalam bentuk seni pertunjukan. Seni pertunjukan

bersifat sangat dinamis dalam arti, seni pertunjukan rentan

terhadap berbagai macam bentuk perubahan. Namun masyarakat

pendukung seni pertunjukan tidak lantas mudah menerima

perubahan yang terjadi. Baik dari bentuk pertunjukan, pergeseran

fungsi pertunjukan maupun menerima pengaruh jenis-jenis seni

pertunjukan populer yang berkembang.

Musik panting pada awalnya hanya dimainkan secara

perorangan atau secara solo. Perkembangan zaman yang semakin

pesat memberi stimulus bagi para seniman panting untuk

memberikan warna yang lebih beragam dalam ansambel musik

panting. Menurut A.W Syarbaini (2011), ansambel musik panting

dirasa lebih menarik jika dimainkan dengan beberapa alat musik

lainnya. Oleh karena itu, berdasar perkembangan pemikiran dan

asumsi tersebut panting dimainkan dengan penambahan alat-alat

musik seperti babun,8 agung ,9 dan pemainnya juga terdiri dari

beberapa orang.10

8 Babun adalah istilah dalam bahasa Banjar yang digunakan untukmenyebut alat musik gendang atau kendang (Jawa).

Page 5: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

5

Musik panting mengalami perubahan mengikuti

perkembangan zaman. Perubahan dan perkembangan suatu

bentuk kesenian dalam masyarakat merupakan suatu yang wajar.

Seperti yang dikemukakan oleh Edi Sedyawati dalam bukunya

Keindonesiaan dalam Budaya,

“…manusia pun memiliki dorongan untukbereksplorasi, mencari kemungkinan-kemungkinanlain daripada yang sehari-hari sudah ada dihadapannya..”11

Perubahan musik itu bisa muncul dari dalam, akan tetapi

perubahan lebih dinamis terjadi karena pertemuannya dengan

kebudayaan musik lain.12Dengan kata lain, perubahan yang

terjadi disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam

(internal) dan faktor dari luar (eksternal).

Berbagai macam upaya dilakukan supaya musik panting

tetap diminati oleh masyarakat terutama para usia remaja sebagai

proses regenerasi tanpa menghilangkan unsur tradisi dan esensi

pertunjukannya. Musik panting saat ini (2014) sudah mengalami

perubahan baik dari aspek fungsi, instrumentasi maupun bentuk

pertunjukannya. Melihat fenomena tersebut, tentunya terdapat

9 Agung adalah istilah dalam bahasa Banjar untuk menyebut alat musikgong.

10 Wawancara dengan A.W Syarbaini pada tanggal 06 April 2011 diBarikin, pukul 10.30 WITA, diijinkan untuk dikutip.

11 Edi Sedyawati. 2007. Keindonesiaan dalam Budaya. Jakarta:Wedatama Widya Sastra. p. 35.

12 Shin Nakagawa. 2000. Musik dan Kosmos, Sebuah PengantarEtnomusikologi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia),p. 17.

Page 6: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

6

banyak hal yang melatarbelakangi perubahan dari aspek bentuk

pertunjukan, fungsi dan keberadaannya sampai sekarang.

Kota Banjarmasin dipilih sebagai lokasi utama dalam

penelitian ini karena Banjarmasin merupakan wilayah

berkembang pesatnya kesenian panting sekaligus sebagi pusat

pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan. Hal tersebut tak

ubahnya menjadi salah faktor pendukung dalam perkembangan

dan keberlangsungan kesenian musik panting.

Sejauh ini belum banyak terdapat karya tulis yang

mengulas secara spesifik mengenai kesenian musik panting. Oleh

karena itu, untuk mengetahui dan memahami fungsi, perubahan

dan eksistensi kesenian musik panting perlu diadakan penelitian

ini. Terbatasnya penulisan ilmiah khusus mengenai musik panting

juga menjadi salah satu faktor utama yang melatar belakangi

dilakukannya penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Perubahan-perubahan yang ada dalam musik panting

menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Berdasarkan paparan

yang diutarakan bisa ditarik rumusan masalah antara lain:

Page 7: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

7

1. Bagaimana bentuk pertunjukan musik panting tradisi?

2. Mengapa terjadi perubahan pada musik panting dan bagaimana

proses perubahan yang terjadi?

3. Bagaimana kontinuitas musik panting saat ini dan upaya apa

saja yang dilakukan untuk mempertahankan kontinuitas

tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,

terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan proses perubahan kesenian

musik panting dan kontinuitasnya beserta faktor pendukungnya.

Menambah wawasan khususnya mengenai musik panting, supaya

musik panting lebih dikenal oleh masyarakat luas non pribumi

dalam upaya pelestarian kesenian tradisi yang terdapat di

Indonesia.

Penelitian ini dapat menjadi media dokumentasi ilmiah

peristiwa budaya dan menjadi stimulus bagi para pemerhati musik

nusantara untuk melakukan penelitian tentang musik etnis

nusantara, khususnya musik panting dalam aspek yang berbeda

secara lebih lanjut. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi

referensi karya tulis ilmiah yang dapat digunakan sebagai bahan

Page 8: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

8

acuan bagi para peneliti yang melakukan penelitian dengan objek

materi penelitian yang serupa.

D. Tinjauan Pustaka

Sejauh ini, belum demukan tesis atau desertasi yang

membahas mengenai kesenian panting. Terdapat beberapa buku

yang membahas mengenai kebudayaan Banjar dan Kalimantan

Selatan termasuk keseniannya antara lain buku yang berjudul

Urang Banjar dan Kebudayaannya (2005). Buku ini membahas

mengenai keragaman budaya Banjar yang membahas sejarah

masyarakat Banjar termasuk kesenian beserta pengaruh-

pengaruh dari kebudayaan Melayu, Dayak, dan Jawa yang

bernuansa Islam terhadap kebudayaan Banjar. Kesenian musik

panting tidak dibahas di dalam buku ini. Oleh karena itu, buku ini

dijadikan referensi dalam mengkaji pengaruh-pengaruh budaya

lain yang turut andil mempengaruhi bentuk dan sejarah kesenian

musik panting.

Buku Ensiklopedi Musik dan Tari Daerah Kalimantan

Selatan (1978/1979) memaparkan berbagai jenis seni musik dan

tari yang terdapat di Kalimantan Selatan sekitar tahun 1970an

hingga zaman sesudah kemerdekaan. Berbagai jenis tari dan

musik rakyat maupun kerajaan dibahas di dalam buku ini. Musik

yang dibahas dalam buku ini dibagi menjadi dua yaitu jenis musik

Page 9: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

9

instrumental dan musik vokal. Musik instrumental yang dibahas

meliputi agung, babun, kacapi, dan tarbang. Kesenian musik

panting tidak dibahas dalam buku ini. Buku ini dapat digunakan

sebagai tinjauan dan rujukan dalam memaparkan alat musik lain

yang digunakan dalam musik panting seperti agung dan babun.

Sumber-sumber kepustakaan lain yang mendukung

penelitian ini antara lain buku karangan Alfain Daud yang

berjudul Islam dan Masyarakat Banjar: Diskripsi dan Analisa

Kebudayaan Banjar (1997). Buku ini membahas berbagai hal

mengenai bangsa Banjar, diantaranya adalah asal-usul suku

bangsa Banjar dan kebudayaannya. Buku ini menguraikan asal

usul dan perkembangan suku bangsa Banjar, organisasi

masyarakatnya, lingkungan, keadaan alam, dan mata

pencaharian. Hal lain yang dibahas dalam buku ini adalah ajaran

Islam dalam Kehidupan Sehari-hari, kegiatan upacara dan sistem

kepercayaannya, dan kebudayaan Banjar. Kesenian tidak dibahas

dalam buku ini, termasuk musik panting. Buku ini digunakan

sebagai referensi dalam meneliti tinjauan umum masyarakat

Banjarmasin.

Mardiana., Ishak Mujali., Zainah Noor Laily, Alat Musik

Daerah Kalimantan Selatan Proyek Pembinaan Permuseuman

Kalimantan Selatan (2002), buku ini secara khusus membahas

dan memperkenalkan alat musik tradisional Kalimantan Selatan

Page 10: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

10

dari berbagai macam suku yang terdapat di Kalimantan Selatan

antara lain alat musik panting, Gamelan Banjar hingga giring-

giring (alat musik tradisional suku Dayak Maanyan). Meskipun

musik panting dibahas dalam buku ini, namun pembahasan yang

dilakukan belum mendalam baik dari aspek sejarah maupun

instrumentasi.

Setelah mengamati beberapa buku yang telah peneliti

gunakan sebagai sumber kepustakaan dan bahan acuan dalam

melakukan penelitian ini, sejauh ini belum ada penelitian dengan

masalah dan objek yang sama persis dengan penelitian ini.

Dengan demikian, penelitian ini belum pernah dilakukan oleh

pihak lain dan berbeda permasalahan dengan penelitian-penelitian

yang pernah ada.

E. Landasan Teori

Untuk mengkaji permasalahan yang terdapat dalam

penelitian ini, digunakan empat teori sebagai landasan yaitu teori

perubahan dari Alfin Boskoff (1964), teori perubahan sosial oleh

Carol R. Ember dan Melvin Ember (2011), teori fungsi musik oleh

Alan P. Merriam (1964), dipadu dengan teori fungsi seni

pertunjukan yang diungkapkan oleh R.M. Soedarsono (2001)

sebagai teori pendukung dan terakhir konsep Leavis (2004) untuk

Page 11: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

11

mengupas mengenai kontinuitas. Penelitian ini merupakan

penelitian musik dalam suatu masyarakat, sehingga

pembahasannya diperlukan tuntunan yang sesuai dengan disiplin

ilmu Etnomusikologi.

Penelitian ini difokuskan pada permasalahan perubahan

dan kontinuitas. Namun sebelum mengkaji mengenai perubahan,

tentunya dilakukan analisis kesenian musik panting dalam

masyarakat Banjarmasin. Perubahan yang dimaksudkan adalah

perubahan fungsi, dan bentuk penyajian. Penelitian ini

menggunakan teori perubahan menurut pandangan Alvin Boskoff.

Ada dua teori perubahan menurut Boskoff yaitu teori perubahan

eksternal dan internal. Teori eksternal memandang bahwa inti

terjadinya perubahan budaya disebabkan oleh adanya kontak

antar budaya yang berbeda, sedangkan perubahan internal

disebabkan oleh adanya dorongan perubahan dari masyarakat itu

sendiri.13

Perubahan internal berasal dari sikap masyarakat

terhadap kesenian itu sendiri, dalam hal ini adalah kesenian

tradisi musik panting. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat

ini dinamakan inovasi, karena sifat keseniannya baik dari

organologi maupun bentuknya tidak berubah secara total.

13Alvin Boskoff. 1964. “Recent Theories of Social Change” dalamSociology and History Werner J. Cahnman dan Alvin Boskoff (eds). London: TheFree Press of Glencoe. p. 143-147.

Page 12: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

12

Selain teori dari Alvin Boskoff, teori Carol R.Ember dan

Melvin Ember juga digunakan dalam penelitian ini untuk

membahas mengenai perubahan sosial yang terjadi dalam

masyarakat Banjar. Konsep yang dimiliki olah Carol R. Ember dan

Melvin Ember adalah:

“In general, the impetus for change may comefrom within the society or from without. From within,the unconscious or conscious pressure for consistencywill produce culture change if enough people adjustold behavior and thinking to new. And change canalso occur if people try to invent better ways of doingthings…14

Paparan di atas menyatakan bahwa secara umum, dorongan

untuk perubahan dapat berasal dari dalam masyarakat atau dari

luar . Dari dalam , tekanan sadar atau sadar untuk konsistensi

akan menghasilkan perubahan budaya jika cukup banyak orang

menyesuaikan perilaku lama dan pemikiran dengan yang baru .

Perubahan juga dapat terjadi jika orang mencoba untuk

menemukan cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu.

Suatu kebudayaan tidaklah pernah bersifat statis,

melainkan selalu berubah. Hal ini berhubungan dengan waktu,

bergantinya generasi, serta perubahan dan kemajuan tingkat

pengetahuan masyarakat. Konsep Ember ini digunakan untuk

mengkaji perubahan kesenian panting ditinjau dari masa,

regenerasi dan berkembangnya tingkat pengetahuan masyarakat

14 Carol R.Ember, Melvin Ember. 2011. Cultural Anthropology. NewJersey: Pearson. p. 25.

Page 13: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

13

Banjarmasin. Konsep Arnold Toynbee digunakan sebagai

pendukung konsep Ember, bahwa menurut Toynbee pola dasar

dalam terjadinya pembaharuan itu sebagai suatu pola interaksi

yang disebut “Challenge and Respons” (tantangan dan

tanggapan).15 Kebutuhan masyarakat terhadap musik panting

merupakan sebuah tantangan bagi para seniman panting dalam

hal ini meluasnya fungsi musik panting dalam kehidupan

kemasyarakatan di Banjarmasin. Seniman panting menanggapi hal

tersebut dengan adanya musik panting modern sebagai jawaban

atas tantangan yang timbul dalam masyarakat Banjarmasin.

Keberadaan panting di tengah-tengah masyarakat

Banjarmasin tentu memiliki fungsi yang berbeda terkait

kehadirannya dalam konteks budaya. Untuk mengkaji hal

tersebut, diperlukan teori Alan P. Merriam yang menjelaskan 10

fungsi musik yaitu: (1) the function of emotional expression, (2) the

function of aesthetic enyoyment, (3) the function of entertainment, (4)

the function of communication, (5) the function of symbolic

representation, (6) the function of physical response, (7) the function

of enforcing conformity to social norms, (8) the function of validation

of social institutions and religious rituals, (9) the function of

contribution to the continuity and stability of culture, (10) the

function of contribution to the integration of society. Tidak semua

15 Boskoff, 1964, p. 147.

Page 14: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

14

fungsi dibahas dalam penelitian ini, hanya beberapa saja yang

akan dibahas dan dirasa relevan dengan permasalahan pada

penelitian ini.16 John Blacking memiliki konsep bahwa fungsi

utama musik adalah untuk melibatkan orang lain pada

pengalaman bersama dalam kerangka budaya mereka.17

Selain teori Alan P. Merriam digunakan juga teori fungsi

seni pertunjukan yang diungkapkan oleh R.M. Soedarsono untuk

mengkaji fungsi panting tradisi. R.M. Soedarsono

mengklasifikasikan fungsi seni pertunjukan ke dalam tiga fungsi

primer yaitu: (1) Sebagai sarana ritual yang penikmatnya adalah

kekuatan yang tak kasat mata; (2) Sebagai sarana hiburan pribadi;

(3) Sebagai presentasi estetis, sedangkan fungsi sekunder terdiri

dari: (1) Sebagai pengikat solidaritas masyarakat; (2) Sebagai

pembangkit rasa solidaritas bangsa; (3) Sebagai media komunikasi

; (4) sebagai media propaganda keagamaan; (5) sebagai media

propaganda politik; (6) Sebagai media propaganda program

pemerintah; (7) Sebagai media meditasi; (8) Sebagai sarana terapi;

(9) Sebagai perangsang produktifitas.18 Tidak semua fungsi

dijabarkan dalam penelitian ini, hanya beberapa fungsi yang akan

dibahas dan dirasa relevan dengan fakta di lapangan.

16 Alan P. Merriam. 1964. The Anthropology of Music. Chicago: NorthWestern University Press. p. 219-227.

17 John Blacking. 1973. How Musical is Man. Seattle and London:University of Washington Press. p. 48.

18 R.M. Soedarsono.2001. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan danSeni Rupa. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. p. 170-172.

Page 15: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

15

Kontinuitas kesenian musik panting dapat menjadi sebuah

refleksi, bagaimana sebuah kesenian dapat tetap hadir diminati

dan dikenal oleh masyarakat. Untuk mengkaji mengenai

kontinuitas tersebut, digunakan konsep Leavis yang berdasar

pada asumsi bahwa “budaya itu selalu terpelihara dalam

minoritas”. Leavisisme19 memiliki manifesto dan konsep

“memperkenalkan latihan untuk pertahanan (budaya massa) ke

sekolah , dan di luar sekolah untuk merangsang usaha sadar dan

terarah.20

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan

deskriptif analisis dengan pendekatan multi-disiplin di bawah

payung disiplin Etnomusikologi. Digunakannya disiplin

Etnomusikologi karena penelitian ini fokus pada musik sebagai

bagian dari kebudayaan dan struktur musik.21 Pada dasarnya

etnomusikologi berurusan dengan musik-musik yang masih hidup

(termasuk di dalamnya instrument-instrumen musikal dan tari)

yang terdapat di dalam tradisi lisan,di luar batasan pengertian

musik urban dalam musik-musik seni Eropa. Subyek-subyek dan

19 Merupakan paham awal dalam cultural studies yang digagas olehQueenie Dorothy Leavis.

20 John Storey. 2004. An Introductory Guide to Cultural Theory andPopular Culture, Terj. Elli El Fajri. Yogyakarta: Qalam. p. 42.

21 Bruno Nettl. 1964. Theory and Method in Ethnomusicology. London:Collier Macmillan Publisher. p. 262.

Page 16: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

16

sasaran penelitian utamanya adalah: musik-musik pada

masyarakat oral literature (atau musik tribal): musik yang

diajarkan secara lisan melalui tradisinya pada kebudayaan-

kebudayaan tinggi di Asia. Yaitu musik yang diajarkan atau

diwariskan secara lisan, tidak melalui tulisan dan selalu

mengalami perubahan.22 Sesuai dengan proses pewarisan musik

panting, yakni oral tanpa partitur.

Metode penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini

karena data yang didapatkan tidak melalui prosedur statistik,

melainkan didapatkan dari pengamatan pada manusia dalam

kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang

tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.23

Penelitian ini menerapkan metode Alan P. Merriam

mengenai tiga tahapan dalam penelitian Etnomusikologi, yaitu: (1)

mengumpulkan data; (2) memilahnya kepada dua jenis analisis

yakni (a) menelaah bahan-bahan Etnografi dan Etnologi yang

dikumpulkan dengan cara mengkaji secara ilmiah dan rasional

mengenai praktik musik, perilaku, dan konsep-konsep dalam

masyarakat untuk melihat apakah sesuai dengan hipotesis dan

rancangan awal, (b) analisis laboratorium terhadap bahan-bahan

22 Serditus Langiran. 2004. Ansambel Sampeq Dayak Kenyah KalimantanTimur. Yogyakarta: Tesis Program Pascasarjana Institut Seni IndonesiaYogyakarta. p. 44.

23 Lexy J. Moleong. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PTRemaja Rosdakarya. p. 3.

Page 17: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

17

musik yang telah dikumpulkan, hal ini menuntut teknik dan

terkadang alat bantu khusus dalam membuat transkrip dan

analisis struktur musiknya; dan (3) data yang sudah dianalisis

dan hasil yang sudah didapat diterapkan kembali pada masalah

terkait, khususnya dalam Etnomusikologi dan lebih luas lagi

dalam ilmu pengetahuan sosial dan humaniora.24

Deskriptif analisis digunakan untuk memaparkan dan

menggambarkan dengan data yang jelas terperinci, sedangkan

analisis yaitu penguraian pokok dari satu masalah antar bagian

sehingga memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti

secara keseluruhan.25 Dengan kata lain, penelitian kualitatif bisa

dikatakan sebagai penelitian yang menggunakan pendekatan

diakronis dan sinkronis atau bisa pula dikatakan menggunakan

pendekatan multi-disiplin.26 Pendekatan emik dan etik juga

digunakan dalam penelitian ini, namun pendekatan etik lebih

diutamakan.

Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah kesenian

panting yang ada di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang

meliputi sejarah, fungsi, perubahan, dan kontinuitas musik

panting. Subjek penelitian ini adalah pendiri kesenian tradisional

24 Merriam, 1964, p.7-8.25 Anton M Moelyono. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.26 R.M. Soedarsono. 2001. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan

Seni Rupa. Bandung: MSPI dan kuBuku. p. 57.

Page 18: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

18

musik panting, beberapa tokoh musik panting dari berbagai

generasi serta masyarakat umum. Untuk mengetahui sejarah

musik panting hingga penyebab perbedaan versi dan perubahan-

perubahan yang terjadi dalam kesenian musik panting, jelas

digunakan pendekatan historis dengan menerapkan teori

perubahan internal dan eksternal. Sumber data dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya diperoleh dari

tambahan dokumen dari beberapa sumber terkait.

Kelengkapan data yang didapatkan akan berpengaruh

terhadap kelancaran proses penulisan. Sebelum melakukan

pengumpulan data, materi penelitian telah ditentukan yaitu Musik

Panting di Banjarmasin Kalimantan Selatan: Perubahan dan

Kontinuitasnya. Apabila pokok persoalan yang diminati telah

terpilih, dapat ditentukan ruang lingkupnya agar tidak terjerumus

dalam kompleksitas data yang diteliti.

Penelitian ini menggunakan beberapa tahapan antara lain:

1. Penentuan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Banjarmasin, Kalimantan

Selatan. Banjarmasin digunakan sebagai setting penelitian

dikarenakan Banjarmasin merupakan Ibukota Provinsi

Kalimantan Selatan sekaligus sebagai pusat pemerintahan. Selain

hal tersebut, orang tua peneliti berdomisili di Kota Banjarmasin

Page 19: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

19

sehingga dapat mempermudah serta memperlancar proses

penelitian.

2. Penentuan informan

Penentuan informan disesuaikan dengan kapasitas dan

kepentingan data yang diperlukan. Informan terdiri dari

masyarakat berbagai bidang profesi dan kalangan yang

diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu informan kunci dan

informan biasa untuk memudahkan peneliti dalam proses

pengumpulan data nantinya. Informan kunci merupakan informan

yang dianggap ahli dan berperan paling penting mengenai

kesenian musik panting meliputi budayawan Banjar, pemerintah

setempat, dan pemerhati kesenian musik panting sedangkan

informan biasa yaitu informan yang dianggap netral, seperti

praktisi dan masyarakat luas penikmat kesenian musik panting.

3. Teknik pengumpulan data

a. Studi pustaka

Studi pustaka diperlukan untuk mendapatkan data

tertulis mengenai topik penelitian, landasan teori, dan data-data

pendukung lainnya melalui buku-buku terbitan, jurnal, artikel,

dan situs internet sehingga diperoleh data yang valid. Jenis-jenis

data yang diperlukan antara lain: data materi berupa dokumen,

Page 20: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

20

video, kepustakaan dan literatur-literatur terkait topik penelitian

terutama mengenai sejarah kesenian tradisi musik panting yang

dapat diperoleh di kabupaten Tapin, desa Barikin dan kota

Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Ketiga daerah ini merupakan

wilayah penting kemunculan dan kelangsungan musik panting.

Literatur pendukung lainnya dapat diperoleh di

Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang merupakan pusat

pemerintahan Kalimantan Selatan, data pendukung dapat

diperoleh di Taman Budaya Propinsi Kalimantan Selatan,

Universitas Lambung Mangkurat yang terletak di kota

Banjarmasin, Perpustakaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,

Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan situs internet.

b. Observasi: pengamatan lapangan.

Observasi adalah pengamatan langsung ke lapangan untuk

meneliti objek secara teliti, sistematis, dan berulang-ulang.27

Proses ini berlangsung dengan pengamatan yang meliputi melihat,

merekam, menghitung, mengukur, dan mencatat kejadian.

Observasi bisa dikatakan merupakan kegiatan yang meliputi

pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-

27 Pratik Hari Yuwono. 2010. Perkembangan Kesenian Gendang Bele’qdan Fungsinya dalam Prosesi Nyongkolan pada Masyarakat Sasak LombokPropinsi Nusa Tenggara Barat (Tesis Untuk Memenuhi Persyaratan mencapaiderajat S-2), Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta. p.32.

Page 21: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

21

obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam

mendukung penelitian yang sedang dilakukan.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

melihat secara langsung bagaimana musik panting dimainkan,

berkembang dan eksis di Banjarmasin dengan kata lain teknik

participant observation (pengamatan terlibat). Bukan hanya metode

penelitian saja, tetapi kebijaksanaan pribadi agar dapat

memahami aspek kemasyarakatannya maka diadakan kontak

langsung atau bergaul dengan baik dan aktif dalam kegiatan

bermasyarakat serta dengan penduduk yang bersangkutan.28

Peneliti terlibat langsung dalam setiap adanya pertunjukan

musik panting, mengikuti proses latihan beberapa grup musik

panting dan bergaul dengan aktif baik dalam proses latihan

maupun di luar proses latihan, peneliti belum terlibat langsung

sebagai pelaku musik panting. Adanya data arkeologi yang berupa

instrumen dan hikayat sangat membantu dan diperlukan dalam

pengumpulan data.

c. Wawancara

Wawancara menurut Moleong adalah percakapan dengan

maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, jadi terdiri dari

yang mengajukan dan yang memberikan jawaban atas pertanyaan

28 Nakagawa, 2000, p. 12.

Page 22: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

22

tersebut.29 Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara

bebas. Walaupun demikian, peneliti merumuskan inti pertanyaan-

pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber terlebih

dahulu dalam bentuk tertulis sebagai acuan. Hal ini dilakukan

supaya pertanyaan yang diajukan tetap pada koridor teks dan

konteks objek penelitian.

Narasumber yang merupakan penduduk asli Kalimantan

Selatan, menggunakan bahasa Banjar sebagai bahasa keseharian

namun kadang-kadang menggunakan bahasa Indonesia dengan

dialeg Banjar. Bahasa merupakan alat untuk menyusun realitas.

Bahasa yang berbeda akan menciptakan dan mengekspresikan

realitas yang berbeda.30 Oleh karena itu, peneliti perlu

pemahaman lebih lanjut mengenai bahasa Banjar supaya tidak

terjadi kesalah pahaman dalam pemaknaan. Proses wawancara

dilakukan dengan narasumber yang dianggap mempunyai

kompetensi yang relevan dengan objek penelitian

d. Diskografi

Diskografi adalah mengumpulkan dokumentasi dengan

media elektronik, seperti kamera, handycam, atau rekaman suara.

Hasil data yang diperoleh berupa video, foto, hasil rekaman suara

atau gambar pendukung lainnya.

29 Moleong, 2001, p. 125-126.30 James P. Spradley. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

p. 25.

Page 23: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

23

4. Analisis Data

Terdapat tiga tahapan dalam proses analisis data yaitu:

a. Reduksi data

Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan

pemilahan data. Hal ini dilakukan untuk menyederhanakan

sekaligus melihat validitas data yang telah terkumpul. Data yang

telah terkumpul diposisikan sesuai dengan dimensi ruang dan

waktu untuk disajikan sebagai data yang telah valid.

b. Penyajian data

Data yang telah direduksi kemudian disajikan secara

analitis dengan pendekatan yang sesuai. Analisis yang dilakukan

yaitu, (1) analisis mengenai sejarah keberadaan Panting di

Banjarmasin, Kalimantan Selatan; (2) fungsi Panting dalam

masyarakat Banjarmasin, Kalimantan Selatan; (3) proses

perubahan yang terjadi pada Panting berikut faktor-faktor

pendukungnya;(4) analisis salah satu contoh lagu musik Panting

(aspek musikal) ditinjau dari perspektif Etnomusikologi.

c. Penarikan kesimpulan

Data yang telah dianalisis kemudian dievaluasi dan

dilakukan sinkronisasi antara permasalahan dengan teori dan

pendekatan yang digunakan. Setelah melakukan sinkronisasi,

tahap selanjutnya adalah menarik kesimpulan atas data-data yang

Page 24: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

24

telah diintegrasikan sehingga memperoleh hasil akhir dari

masalah penelitian yang dipilih.

Garis besar metode yang digunakan adalah mengamati

musik panting tradisi dari berbagai sumber baik internet, literatur

tertulis, audiovisual maupun wawancara yang kemudian

dikorelasikan dengan bentuk musik panting modern. Perbedaan

yang terdapat pada kedua bentuk musik tersebut dianalisis secara

etnomusikologis, tidak hanya tekstual tetapi juga kontekstual.

Langkah selanjutnya adalah pengumpulan data terkait dengan

permasalahan yaitu musik panting di Banjarmasin, Kalimantan

Selatan: perubahan dan kontinuitas. Data yang dikumpulkan

berasal dari literarur, wawancara, pengamatan langsung atau

observasi, audio, dan audiovisual. Penelitian dilakukan kurang

lebih 6 bulan secara efektif di Banjarmasin, Kalimanan Selatan.

Data yang telah dianalisis kemudian dievaluasi dan dilakukan

sinkronisasi antara permasalahan dengan teori dan pendekatan

yang digunakan. Setelah melakukan sinkronisasi, tahap

selanjutnya adalah menarik kesimpulan atas data-data yang telah

diintegrasikan sehingga memperoleh hasil akhir dari masalah

penelitian yang dipilih.

Page 25: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

25

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi dalam

lima bab yaitu:

Bab I. Pengantar, Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori,

Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II. Tinjauan Umum Daerah Penelitian.

Pembahasannya meliputi letak geografis dan wilayah administratif

Kota Banjarmasin. Aspek Sosial Masyarakat yang meliputi

masyarakat Banjarmasin serta lapisan sosial masyarakat. Aspek

Budaya yang meliputi agama dan kepercayaan masyarakat, adat

istiadat, dan kesenian pada masyarakat Banjarmasin.

Bab III. Musik panting Tradisi di Banjarmasin, Kalimantan

Selatan. Aspek-aspek yang akan dibahas didalamnya yaitu

mengenai sekilas tentang kesenian musik panting tradisi.

Penjelasan mengenai aspek musikal dan non musikal dalam

penyajian kesenian musik panting tradisi. Fungsi kesenian musik

panting tradisi.

BAB IV. Proses Perubahan dan Kontinuitas Musik Panting

Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat di Banjarmasin Kalimantan

Selatan. Perubahan Fungsi dan Bentuk Penyajian Musik Panting di

Banjarmasin,Kalimantan Selatan. Musik Panting Modern di

Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Penjelasan mengenai Bentuk

Page 26: BAB I PENGANTAR menyatakan bahwa seni adalah …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74522/potongan/S2-2014...Desa Tatakan, Desa Tambarangan dan Desa Pematang Sungka. Kehadiran sebuah

26

Penyajian Musik Panting Modern. Menjelaskan Fungsi Musik

Panting Modern dalam kehidupan masyarakat Banjarmasin,

Kalimantan Selatan. Selanjutnya penjelasan mengenai Kontinuitas

musik Panting dalam kehidupan sosial masyarakat di

Banjarmasin, Kalimantan Selatan tahun 2014.

Bab V. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis dan

memuat jawaban dari permasalahan yang dimunculkan.