Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks perkembangan kebudayaan Jawa, Banyumas sering kali dipandang sebagai wilayah marginal yang berkonotasi kasar., tertinggal dan tidak lebih beradab dibandingkan dengan kebudayaan yang berkembang diwilayah negarigung (pusat kekuasaan kraton) yang dijiwai oleh konsep adiluhung. Kebudayaan Banyumas atau sering pula disebut budaya Banyumasan hadir sebagai kebudayaan rakyat yang berkembang di kalangan rakyat jelata yang jauh dari hegemoni kehidupan kraton. Akhiran “an” pada kata Banyumas menunjukan lokalitas atau kekhususan, seperti pada kata Semarangan, Jawa Timuran, Surabayaan, Magelangan, dan lain-lain. (Koentjaraningrat :1984). Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu yang berasal dari komplek Sindoro- Sumbing-Dieng (Koentjaraningrat, 1984: 23). Bahasa Jawa dialek Banyumasan tergolong dalam bahasa yang lebih tua dibandingkan dengan bahasa Jawa baku. Penelitian Esser (1927-1929) menunjukan gejala tersebut. Banyak kosa kata dialek Banyumas yang berasal dari bahasa Jawa Kuna dan Sunda. Selain itu, bahasa dialek Banyumas eksis bukan hanya dalam bahasa lisan saja, tetapi juga dalam bentuk tulisan. Di Banyumas, ditemukan naskah Babad Banyumas yang tertua dari abad ke- 16, atau 17 berdasakan huruf jawa yang dipakai (Holle, 1887:6) dan memakai bahasa dialek Banyumas. Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019
23

BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

Oct 27, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam konteks perkembangan kebudayaan Jawa, Banyumas sering kali

dipandang sebagai wilayah marginal yang berkonotasi kasar., tertinggal dan

tidak lebih beradab dibandingkan dengan kebudayaan yang berkembang

diwilayah negarigung (pusat kekuasaan kraton) yang dijiwai oleh konsep

adiluhung. Kebudayaan Banyumas atau sering pula disebut budaya

Banyumasan hadir sebagai kebudayaan rakyat yang berkembang di kalangan

rakyat jelata yang jauh dari hegemoni kehidupan kraton. Akhiran “an” pada

kata Banyumas menunjukan lokalitas atau kekhususan, seperti pada kata

Semarangan, Jawa Timuran, Surabayaan, Magelangan, dan lain-lain.

(Koentjaraningrat :1984).

Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang

Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu yang berasal dari komplek Sindoro-

Sumbing-Dieng (Koentjaraningrat, 1984: 23). Bahasa Jawa dialek

Banyumasan tergolong dalam bahasa yang lebih tua dibandingkan dengan

bahasa Jawa baku. Penelitian Esser (1927-1929) menunjukan gejala tersebut.

Banyak kosa kata dialek Banyumas yang berasal dari bahasa Jawa Kuna dan

Sunda. Selain itu, bahasa dialek Banyumas eksis bukan hanya dalam bahasa

lisan saja, tetapi juga dalam bentuk tulisan. Di Banyumas, ditemukan naskah

Babad Banyumas yang tertua dari abad ke- 16, atau 17 berdasakan huruf jawa

yang dipakai (Holle, 1887:6) dan memakai bahasa dialek Banyumas.

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

2

Dialek Banyumas merupakan alat komunikasi sehari hari yang sudah

mendarah daging di masyarakat Banyumas dan menjadi identitisa daerah

Banyumas. Bukan hanya di masyarakat Banyumas tetapi dalam ranah

pendidikan khususnya Banyumas menggunakan dialek Banyumas merupakan

hal yang biasa dilakukan, bahkan dalam pembelajaran di kelaspun saat guru

menjelaskan sebuah materi ajar yang disampaikan tidak jarang gurung

menggunakan bahasa dialek Banyumas untuk menjelaskan karena dominasi

siswa merupakan domisili warga Banyumas yang kesehariannya

menggunakan bahasa dialek Banyumasan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Lexicographer ahli kamus bahasa, “komunikasi merupakan upaya

yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang

berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling

dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya”. Komunikasi

sebagai proses sosial untuk menyampaikan sebuah pesan kepada orang lain.

Dalam keseharian masyarakat Banyumas cara yang paling mudah

berkomunikasi dan bertukar informasi menggunakan bahasa dialek Banyumas

adalah cara yang paling mudah dan dipahami oleh masyarakat Banyumas.

Penyampaian materi dalam pembelajaran yang dilakukan kepada siswa akan

berpengaruh pada pemikiran mengenai materi yang disampaikan pentingnya

dialek banyumas dalam pemahaman pembelajaran di kelas melihat

dominannya siswa yang berdomisili di daerah Banyumas. Dalam sebuah

pembelajaran yang baik adanya feedback yang baik dari tenga ajar dan siswa

dalam sebuah kelas maka komunikasi diperlukan sekali perahatian dalam

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

3

penyampaian. Sebuah tuntutan tenaga ajar harus menggunakan bahasa yang

mudah dicerna salah satunya dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang

benar salah satunya dengan bahasa Indonesia yang benar dan baik apalagi

dalam instansi penididikan negeri yang mewajibkan menggunakan bahasa

Indonesia dalam berkomunikasi. Di sinilah letak permasalahannya karena

kurang sadarnya atas kebudayaan khususnya dialek Banyumas dalam

penerapan pembelajaran di kelas yang menyebabkan generasi zaman sekarang

kurang mengenal bahasanya sendiri yaitu bahasa Panginyongan.

Degradasi yang terjadi dalam dialek Banyumasan oleh para siswa dan guru

adalah berupa penggunaan bahasa yang semakin bervariasi dan secara tidak

utuh menggunakan bahasa ibu mereka. Hal ini terlihat dengan adanya

penggunaan dialek Banyumasan dengan adanya bahsa campuran seperti

menyisipkan kata-kata atau istilah asing atau bahasa lain yang dianggap lebih

modern serta ada pula pemersatu bahasa yang lebih mudah diahami pada saat

berbicara dengan lawan bicaranya, salah satunya adalah penerepan

komunikasi di kelas antara guru dan siswa. Dalam pembelajaran di kelas

seharusnya guru menerapkan dialek Banyumas sebagai media komunikasi

pembelajaran di kelas. Penyampaian dalam kegiatan belajar mengajar

menggunakan dialek Banyumas juga salah satu bentuk melestarikan

kebudayaan dengan adanya muatan lokal yang dijadikan mata pelajaran.

Muatan lokal yang ada di sekolah dasar merupakan bentuk pemerintah

Kabupaten Banyumas serius bahwa muatan lokal atau sejarah lokal khususnya

budaya Banyumas perlu menjadi perhatian penuh. Tetapi menurut peneliti

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

4

pemerintah juga kurang selektif pada pemasukan materi muatan lokal disini

salah satunya pada bahasa yang digunakan pada materi muatan lokal yang

menjadi pegangan siswa karena masih menggunakan bahasa Nasional atau

bahasa Indonesia bukan menggunakan bahasa dialek Banyumas. Menurut

peneliti itu salah satu kekurangan dalam penerapan yang kurang maksimal

untuk muatan lokal yang disajikan pada siswa untuk melestarikan budaya

Banyumas.

Pelestarian budaya lokal khususnya dialek Banyumas dalam membentuk

kearifan lokal untuk jati diri dari sebuah daerah yang memiliki sebuah

kekayaan yang terhingga menjadi sebuah budaya Bangsa. Bukan hanya

budayawan dan pemerintah saja yang harus peduli dan berperan penting dalam

pelestarian kebudayan ini tetapi seluruh elemen yang tergabung dalam sebuah

daerah tersebut dari pendidikan sampai masyarakat umum. Generasi muda

yang sejatinya sebagai penerus pun juga harus mengambil peran dalam

pelestarian budaya Banyumas khususnya dialek Banyumas. Dalam proses

pelestarian kebudayaan pendidikan merupakan sasaran yang penting dan harus

diperhatikan karena sekarang generasi muda khususnya siswa Sekolah Dasar

sudah dikenalkan dengan gadget dan mulai melupakan budayanya sendiri

karena dianggap ketinggalan zaman. Pendidikan salah satu ujung tombak

selain beberapa aspek lain. Dengan dikenalkannya dialek Banyumas dalam

pendidikan akan dapat berupaya untuk melestarikan budaya khususnya dialek

Banyumas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran khususnya dalam

muatan lokal yang disajikan dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar.

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

5

SD Negeri 2 Sudagaran Banyumas merupakan Sekolah Dasar yang berada

di daerah Banyumas dan tepanya di Desa Sudagaran, Kec. Banyumas, Kab.

Banyumas. Pada letaknya yang menjadi pusat seharusnya bisa mencerminkan

bahwa pentingnya dialek Banyumas yang harus dilestarikan. Banyak siswa

sekolah tersebut yang telah melupakan bahasanya sendiri dan lebih sering

menggunakan dengan bahasa yang didengar modern bahkan siswa sekarang

banyak yang tidak mengerti arti dari kosa kata dialek Banyumas.

Peneliti tertarik dengan penggunaan bahasa dialek Banyumasan yang

dipakai untuk pembelajaran di kelas, maka peneliti mengambil judul “Dialek

Banyumas Dalam Pelajaran Muatan Lokal Sebagai Upaya Pelestarian Budaya

Banyumas di SD Negeri 2 Sudagaran Banyumas”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana dialek Banyumas digunakan sebagai media komunikasi

dalam pembelajaran muatan lokal di kelas?

2. Bagaimana dialek Banyumas diintegrasikan dalam muatan lokal

sebagai pelestarian budaya Banyumas?

3. Apa saja kendala pembelajaran muatan lokal dengan menggunakan

dialek Banyumas?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dialek Banyumas digunakan sebagai media

komunikasi dalam pembelajaran muatan lokal di kelas.

2. Untuk mengetahui dialek Banyumas diintegrasikan dalam muatan

lokal sebagai pelestarian budaya Banyumas.

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

6

3. Untuk mengetahui kendala pembelajaran muatan lokal dengan

menggunakan dialek Banyumas.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, manfaat

yang diharapkan antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini mendukung adanya keberagaman sumber

ilmu dan referensi, penelitian ini juga dapat memberikan keberagaman ilmu di

bidangnya. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang

berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan, terutama

yang berkaiatan dengan disiplin ilmu Sosiologi dan Antropologi tentang

penggunaan Bahasa Jawa khususnya Dialek Banyumas dalam pembelajaran

dikelas sebagai sumber kehidupan sosial di zaman sekarang, terutama di

daerah Banyumas.

Adanya penelitian ini semoga dapat menumbuhkan minat baca dan minat

belajar mengenai sejarah dan kebudayaan di daerah Banyumas sebagai media

komunikasi sehari-hari. Memperluas wawasan kesejarahan bagi pembaca

terkait dengan sejarah dialek Banyumas tentang Dialek Banyumas dalam alat

komunikasi pembelajaran di kelas. Khususnya di SD Negeri 2 Sudagaran

Banyumas.

2. Manfaat Praktis

a. Masyarakat Umum

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

7

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran masyarakat

maupun pembaca untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang budaya dan

bahasanya sendiri, serta mengajak masyarakat untuk mengetahui bahwa bahsa

dialek Banyumas bukanlah bahsa kelas bawah dan menghargai budayanya

sendiri serta mencintai budayanya.

b. Bagi Guru

Dapat meningkatkan rasa cinta dan bangga kepada budayanya sendiri

sehingga guru sebagai contoh elemen yang melestarikan kebudayaan.

c. Bagi Siswa

Siswa dapat sadar untuk lebih mencintai dan bangga kepada daerahnya

sendiri karna memiliki sebuah dialek tertua. Percaya diri saat menggunakan

dan menerapkan untuk kehidupan sehari-hari.

d. Bagi Sekolah

Dengan adanya penerapan dialek Banyumas sebagai alat komunikasi di

sekolah dapat membuat cirikhas tersendiri sekolah pelestari budaya dalam

lingkup dunia pendidikan sebagai percontohan sekolah di sekitar Banyumas.

e. Budayawan

Adanya penelitian tersebut dapat membantu budayawan untuk

mempertahankan kelangsungan dan kelestarian budaya lokal yang menjadi

keaneragaman serta aset budaya nasional Bangsa.

E. Tinjauan Pustaka dan Penelitian Relevan

1. Tinjauan Pustaka

a. Budaya Banyumas

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

8

Ciri khas dari suatu kebudayaan bisa tampil karena kebudayan itu

menghasilkan suatu unsur yang kecil berupa suatu unsur kebudayaan fisik

dengan bentuk khusus;atau karena diantara pranata-pranatanya ada suatu pola

sosial khusus;atau dapat juga karna warganya menganut suatu tema budaya

khusus (Koentjaraningrat, 2009;214). Kesenian rakyat merupakan kesenian

tradisional yang sifatnya turun-temurun. Sifat turun-temurun inilah yang

mengakibatkan kesenian tradisional selalu mengalami perubahan dan

perkembangan. Sesuai dengan perubahan perubaahan yang terjadi dalam

masyarakat, kesenian rakyat oleh sebagian masyarakat di Indonesia

diabadikan serta dikembangkan untuk kepentingan masyarakat yang memiliki

tujuan tertentu seperti mendatangkan keselamatan, kemakmuran dan

kesejahteraan bagi masyarakat.

Kesenian mempunyai banyak nilai positif yang bermanfaat bagi

masyarakat, khususnya generasi muda. Bukan hanya kesenian dilihat sebagai

sarana hiburan karena nilai estetisnya saja, melainkan nilai pendidikan yang

dapat membentuk perilaku dan moral generasi penerus yang lebih baik. Hal ini

berkaitan erat dengan manusia sebagai makhluk individu sekaligus sosial yang

membutuhkan interaksi yang baik dengan orang-orang dan masyarakat di

lingkungannya.

Pengaruh kebudayaan India Hindu-Budha juga masih kental terhadap

kebudayaan Banyumas terutama dapat dilihat artefak peninggalan sejarah dan

sistem kepercayaan masyarakat Banyumas yang dekat dengan sistem

kepercayaan pada kedua agama tersebut. Dalam sistrem kepercayaan,

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

9

pengaruh Hindu-Budha tercemin pada kuatnya kepercayaan totenisme dewa-

dewi serta kekuatan-kekuatan supranatural yang datang dari alam dan roh

nenek moyang. Di daerah Banyumas kalender Jawa maupun Pranata mangsa.

Misalnya: ritual ruat bumi, suara, penjamasan pusaka pada bulan Mulud,

sadranan, unggah-unggahan pada bulan Sadran, cowongan untuk meminta

hujan yang biasanya dilaksanakan pada setiap mangsa kapat dan kelima.

Dalam kehidupan sosial, masyarakat Banyumas akrab sekali dengan foklor

yang sangat dipengaruhi oleh ajaran animisme-dinamisme dan perkembangan

Islam abangan. Kepercayaan terhadap takhayul, kekuatan-kekuatan

supranatural yang melingkupi hidup manusia dan kepercayaan dan ajaran

agama. Contoh konkrit yang dapat dijumpai dalam mantra-mantra tradisional.

Dalam masyarakat Banyumas, tradisi selamatan biasanya dilaksanakan di

rumah yang bersangkutan (punya hajat) dengan mengundang tetangga-

tetangga dekat untuk makan bersama. Tradisi ini sering diistilahkan dengan

kendren, kepungan, wilujengan, atau bancakan yang biasanya dilaksanakan

pada petang hari (setelah sembahyang Maghrib). Selamatan ini diwujudkan

dengan nasi tumpeng beserta lauk-pauknya (dalam pertunjukan Jemblung

disebut komaran) yang sebagian nantinya akan dimakan bersama, sesuai

jumlah yang diundang. Sedangkan yang diundang bapaknya (orang tua laki-

laki) dan jika bapaknya berhalang hadir akan bisa datang, nantinya jatahnya

mereka yang disebut “bandulan” atau “berkat” akan ke rumahnya.

Ungkapan tradisi selamatan bentunknya bermacam-macam, misalnya yang

berkaitan dengan lingkaran hidup dalam kelahiran bayi atau muyen (ketemu

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

10

bayu). Dalam tradisi ini di Banyumas, dimulai dari kandungan (mbobot) umur

4 bulan, kemudian 7 bulan (mitoni atau keba). Setelah bayi lahir masih

dilanjutkan dengan selamatan untuk puput puser, sepasaran dan selapanan

yang setiap malamnya diadakan tirakatan. Masih dalam rentetan kelahiran, ada

upacara-upacara selamatan untuk memperingati setiap jatuhnya hari sepasaran

(weton) nya anak dengan dibuatnya bancakan kecil. Bancakan keci untuk

memperingati hari weton (pasaran) anak dan pesertanya anak-anak kecil

disebut dengan isilah “among-among” yang dilaksanakan pada siang hari.

Resik adalah suatu proses kegiatan untuk membersihkan diri dari

malapetaka dan memohonkan ampunan dosa leluhurnya kepada Tuhan dengan

cara nyekar ke kuburan di desanya. Misalnya jika salah satu anggota

masyarakat akan punya hajat/gawe, mereka membawa kembang telon (bunga

bermacam tiga), menyan bisa dibakar atau bisa tidak, dan upet bilamana

kemenyan tersebut akan dibakar. Upet bagi masyarakat Banyumas biasanya

terbuat dari tepes (kulit kelapa) atau mancung (kulit bunga kelapa). Jika salah

satu masyarakat mau punya hajat tertentu gawe entah itu sunatan atau mantu

perkawinan, biasanya satu minggu sebelum hari pelaksanaannya.

Begalan adalah jenis kesenian yang biasanya dipentaskan dalam rangkaian

upacara perkawinan yaitu saat calon pengantin pria beserta rombongannya

memasuki pelataran rumah pengantin wanita. Disebut begalan karena atraksi

ini mirip perampokan yang dalam bahasa Jawa disebut begal. Yang menarik

adalah dialog-dialog antara yang dibegal dengan sipembegal biasanya berisi

kritikan dan petuah bagi calon pengantin dan disampaikan dengan gaya yang

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

11

jenaka penuh humor. Upacara ini diadakan apabila mempelai laki-laki

merupakan putra sulung. Begalan merupakan kombinasi antara seni tari dan

seni tutur atau seni lawak dengan iringan gending. Sebagai layaknya tari

klasik, gerak tarinya tidak begitu terikat pada patokan tertentu yang penting

gerak tarinya selaras dengan irama gending. Jumlah penari 2 orang, seorang

bertindak sebagai pembawa barang-barang (peralatan dapur), seorang lagi

bertindak sebagai pembegal/perampok. Barang-barang yang dibawa antara

lain ilir, ian, cething, kukusan, saringan ampas, tampah, sorokan, centhong,

siwur, irus, kendhil dan wangkring.

Barang bawaan ini biasa disebut brenong kepang. Pembegal biasanya

membawa pedang kayu. Kostum pemain cukup sederhana, umumnya mereka

mengenakan busana Jawa. Dialog yang disampaikan kedua pemain berupa

bahasa lambang yang diterjemahkan dari nama-nama jenis barang yang

dibawa, contohnya ilir yaitu kipas anyaman bambu diartikan sebagai

peringatan bagi suami-isteri untuk membedakan baik buruk. Centhing, tempat

nasi artinya bahwa hidup itu memerlukan wadah yang memiliki tatanan

tertentu jadi tidak boleh berbuat semau-maunya sendiri. Kukusan adalah alat

memasak atau menanak nasi, ini melambangkan bahwa setelah berumah

tangga cara berpikirnya harus masak/matang. Selain menikmati kebolehan

atraksi tari begalan dan irama gending, penonton juga disuguhi dialog-dialog

menarik yang penuh humor. Biasanya usai pertunjukan, barang-barang yang

dipikul diperebutkan para penonton. Sayangnya pertunjukan begalan ini tidak

boleh dipentaskan terlalu lama karena masih termasuk dalam rangkaian

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

12

panjang upacara pengantin. Bahasa yang digunakan juga khas dari daerah

Banyumas dan hanya ada di Banyumas dengan dialek Banyumasan yang

terkenal dengan cablakanya yang diterapkan dalam bahasa sehari-hari

masyarakat Banyumas.

b. Dialek Banyumasan

Banyumas terbentang dari sisi barat daya dari Propinsi Jawa Tengah.

Dialek Banyumasan merupakan salah satu dialek yang ada di Jawa Tengah

yang dipakai oleh empat kabupaten di eks-Karesidenan Banyumas yaitu

Kabupaten Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, dan Purbalingga. Dialek

Banyumas adalah bahasa warisan zaman Majapahit dan bahasa masyarakat

pada umumnya di daerah Banyumas dan sekitarnya. Bahasa Banyumas tidak

tepat bila disebut sebagai bahasa Jawa yang kasar. Ia hidup dan diucapkan

oleh mulut-kemulut serta pemakaiannya sudah beratus-ratus tahun yang lalu.

Anggapan Dharmadi, Bambang Set, dan Ahmad Tohari yang menyatakan

bahwa sebagian besar masyarakat Banyumas masih saja inferior, juga tidak

tepat karena justru dengan menggunakan dialek Banyumas sebagai ciri

masyarakat Banyumas yang menunjukan sikap egaliternya dan tidak

memandang status, bahkan sikap egaliter ini menampakan sikap penjorangan

dan semblothongan yang menjadi ciri penyampean dialek Banyumas. Bahasa

dialek Banyumasan juga disebut dengan bahasa “Panginyongan” bisa

diartikan bahasa saya (Orang Banyumas) jika masyarakat lain luar Banyumas

menyebut adalah bahasa “Ngapak/Cablaka”.

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

13

Masyarakat Jawa juga dikenal dengan ungkapan bumi mawa ciri. Yang

dimaksud dengan ungkapan tersebut adalah semua bumi atau lokalitas tempat

kehidupan mempunyai ciri khas yang membedakan antara yang satu dengan

yang lain. Bahasa dialek Banyumas yang sering diucapkan sebagai media

komunaksi pada masyarakat Banyumas dan sekitarnya. Kentalnya dialek

Banyumas pada masyarakat pedesaan untuk menunjukan sebuah muatan lokal

yang terdapat pada ciri khas suatu daerah selain itu dialek Banyumas juga

sudah menjadi tradisi turun temurun yang diturunkan oleh nenek moyang

kepada masyarakat Banyumas khususnya.

Bahasa dialek Banyumas merupakan identitas jati diri masyarakat

Banyumas dalam melakukan komunikasi sehari-hari dalam menyampaikan

pesan kepada orang lain. Bahasa adalah salah satu bentuk kebudayaan yang

tinggal dan terus-menerus dilestarikan dengan kegiatan sehari-hari namun

pada umumnya masyarakat awam kurang sadar atas bahasa yang dipakai

sehari-hari itu adalah kebudayaan. Karena mereka hanya tahu kebudayaan

adalah bentuk seni, keindahan dan tari-tarian saja. Menurut Koentjaraningrat

(1980) terdapat 7 unsur kebudayaan yang bersifat universal , yaitu: 1) bahsa;

2) sistem pengetahuan; 3) organisasi sosial; 4) sistem peralatan hidup dan

teknologi; 5) sistem mata pencarihan hidup; 6) religi; dan 7) kesenian. Dialek

Banyumas merupakan salah satu alat komunikasi yang sudah mendarah

daging disebagian masyarakat Banyumas bukan hanya dikalangan masyarakat

pedesaan tetapi juga berada diperkotaan.

c. Muatan Lokal

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

14

Sejarah lokal memakai micro analisis untuk mempelajari peristiwa atau

kejadian pada tingkat lokal yang mencangkup interaksi antarsub-micro-unit

yang unik (Priyadi, 2011:11). Dalam pernyatan diatas merupakan keunikan

dari sebuah sejarah lokal yang telah dimiliki setiap daerah untuk menjadi ciri

khas yang tidak dimiliki daerah lain. Kebudayan merupakan salah satu faktor

yang cukup disorot karna dengan adanya kebudaya lokal tersebut menjadi ciri

khas yang dimiliki semakin menonjol dan menjadi daya tarik tersendiri.

Muatan lokal merupakan kurikulum yang ada di sekolah dasar dan merupakan

salah satu mata pelajaran yang harus dimasukan materi budaya lokal kedalam

kurikulum sebagai pembelajaran di sekolah. Menghadapi perkembangan

zaman dengan diiringai masuknya budaya global yang dapat mempengaruhi

mental serta perilaku masyarakat Indonesia pengenalan buadaya lokal dalam

usaha pewarisan kekayaan budaya yang mengandung nilai-nilai luhur sangat

tepat untuk membentangi diri dari budaya asing yang tidak sesuai dengan jiwa

dan kepribadian bangsa Indonesia. Muatan lokal pada intinya berupa pelajaran

yang dan pengenalan berbagai khas daerah tertentu bukan saja atas berbagai

ketrampilan dan kerajinan tradisional, tetapi juga sebagai manifestasi

kebudayaan daerah seperti bahasa, tulisan, kesenian daerah, legenda, dan adat

istiadat.

Dalam muatan lokal yang diajarkan dalam pembelajara memiliki peran

penting dalam pelestarian budaya pada tingkat sekolah dasar karena pada

sekolah dasar. Siswa dibekali dengan pengetahuan mengenai ciri khas dari

daerahnya masing-masing sebagai generasi bangsa yang selalu cinta dan

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

15

bangga atas negerinya. Muatan lokal merupakan bentuk edukasi yang terjadi

di bidang pendidikan sebgai pelestari budaya Banyumas dengan mengenalkan

berbagai aspek dari bahasa, tradisi, babad daerah atau cerita rakyat, kuliner

hingga tempat pariwisata yang ada di daerah tersebut salah satunya di daerah

Banyumas. Salah satunya adalah dialek Banyumas yang sering digunakan

dalam proses berinteraksi dengan masyarakat Banyumas. Dan telah menjadi

jati diri masyarakat Banyumas yang yang perlu diajarkan dan disampaikan

dimuatan lokal pada Sekolah Dasar.

2. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Umi Nurjanah Mahasiswa PGSD

Universitas Muhammadiyah Purwokerto pada tahun 2014, dengan judul

Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal (Mulok) Buadaya Banyumas

Di Sekolah Dasar kelas III Unit Pendidikan Kecamatan Kalibagor dapat

disimpulkan bahwa penelitian tersebut seberapa pentingnya pendidikan

Banyumas menurut para guru dan kepala sekolah serta dampak

pembelajaran Mulok Budaya Banyumasan tentang cinta Budaya Lokal.

Adapun perbedaan penilitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah

peran dialek Banyumas dalam berkomunikasi di kelas dalam mata

pelajaran Muatan Lokal sebagai salah satu cara untuk melesatrikan

budaya Banyumas untuk menjaga kearifan lokal sebagai.

F. Kajian Teori dan Pendekatan

1. Kajian Teori

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

16

Untuk membantu dan menganalisis gejala permasalahan skripsi ini,

peneliti menggunakan terori yang mendukung. Teori yang yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan teori bahasa.

Pertama-tama manusia berkarya atau bekerja untuk memenuhi kebutuhan

kehidupannya. Sehingga manusia juga disebut juga dengan makhluk

budaya dan juga makhluk yang berbahasa.

Menurut wardhaugh (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 15), fungsi bahasa

adalah sebagai alat komunikasi manusia, baik tertulis maupun lisan.

Nababan (1984: 28) juga menyebutkan secara umum fungsi bahasa , yaitu

sebagai alat komunikasiyang memiliki fungsi perorangan. Fungsi utama

bahsa adalah sebagai alat komunikas supaya manusia dapat salinh

berkomunikasi dan berinteraksi anatara sesama. Menurut Chaer dan

Agustina (2004: 15-17), fungsi bahsa ada empat:

i. Dilihat dari sudut penuturan, bahsa itu berfungsi personal atau

pribadi. Maksudnya,penutur menyatakan sikap terhadap apa yang

dituturkannya. Penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat

bahasa, tetapi juga memperlibatkan emosi sewaktu menyampaikan

turunnya dan pendengar juga dapat menduga penutur sedih, marah

atau gembira.

ii. Dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara, bahasa bahsa itu

berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar.nahsa

tidak hanya membuat seseorang melakukan sesuatu, tetapi

melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang diingkan pembicara.

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

17

iii. Dilihat dari segi kode yang digunakan, bahasa berfungsi metlingual

atau metalinguistik, yakni bahsa itu digunakan untuk

membicarakan bahsa itu sendiri.

iv. Dilihat dari segi amanat (message) yang akan disampaikan bahasa

itu bersifat imajinatif. Fungsi imajinatif ini bisa berupa karya seni

(puisi, cerita, dongen, dialek) yang digunakan untuk kesenangan

penutur maupun pendengarnya.

Bahasa adalah media untuk meneruskan hasil pelajaran manusia

kepada sesamanya dan generasi-generasi berikutnya, dengan kata lain

bahasa adalah alat komunikasi atau alat penghubung antar manusia. Dan

ditinjau dari sejarahnya bahasa dapat di bedakan menjadi tiga, yaitu

Bahasa lisan, Bahasa tulisan dan Bahasa Simbolis.

2. Pendekatan

a. Pendekatan Antropologis

Antropologi adalah ilmu pengetahuan mengenai manusia dalam

masyarakat (Kutha,2009:63). Antropologi dibedakan menjadi antropologi

fisik dan antropologi kebudayaan, yang berkembang menjadi studi

kultural. Dalam kaitanya dengan sastra, antropologi kebudayaan

dibedakan lagi menjadi dua bidang, yaitu antropologi dengan obyek verbal

dan nonverbal. Pendekatan antropologi sastra lebih banyak berkaitan

dengan objek verbal.

Pendekatan antropologis, didasarkan atas kenyataan, pertama, adanya

hubungan antara ilmu antropolgi dengan bahasa. Kedua, dikaitkan dengan

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

18

tradisi lisan baik antropologi maupun sastra sama-sama

mempermasalahkannya sebagai objek penting. Oleh karena itu, dalam

penelitian sastra lisan, mitos, dan sistem religi, sering diantara kedua

pendekatan tumpang tindih. Masalah penting yang juga perlu dicatat,

sebagai juga dalam pendekatan sosiologis dan psikologi, pendekatan

antropologi bukanlah aspek antropologi ‘dalam’ sastra melainkan

antropologi ‘dari’ sastra.

Pokok-pokok bahasan yang ditawarkan dalam pendekatan antropologis

adalah bahasa sebagaimana dimanfaatkan dalam karya sastra, sebagai

struktur naratif, diantaranya:

1. Aspek-Aspek naratif karya sastra dari kebudayaan yang berbeda-beda.

2. Penelitian aspek naratif sejak empirik yang paling awal hingga novel

yang paling modern.

3. Bentuk-bentuk arkhais dalam karya sastra, baik dalam bentuk konteks

karya individual maupun generasi.

4. Bentuk-bentuk mitos dan sistem religi dalam karya sastra.

5. Pengaruh mitos, sistem religi, dan citra primodial yang lain dalam

kebudayaan populer.

Menurut Endraswara (2015:36) pendekatan yang digunakan dalam

antropolgi menggunakan kuantitatif (positivistic) dan kualitatif

(naturalistic). Artinya, dalam penelitian antropologi dapat dilakukan

melalui pengkajian secara statistic-matematis, baik dilakukan untuk

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

19

mengukur pengaruh maupun korelasi antar-variabel penelitian, maupun

dilakukan secara kualitatif-naturalistik.

Pendekatan ini bertujuan untuk mengatahui tentang penggunaan

bahasa dalam sehari-hari yang merujuk kepada bahasa menjadi budaya

yang telah diturunkan dari kehidupan sebelumnya dalam masyarakat

Banyumas. Pengaruh dari dialek Banyumas dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat Banyumas yang cukup besar serta korelasi dalam penggunaan

dialek Banyumas untuk penyampaian pesan kepada masyarakat diluar

Banyumas untuk apresiasi budaya lisan.

b. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis yaitu pendekatan yang dilakukan dengan

meneropong segi-segi sosial peristiwa yang dikaji, seperti golongan sosial

mana yang berperan, nilai-nilai yang dianutnya, serta hubungan dengan

hubungan lain (Kartodirdjo, 1992: 4). Pendekatan sosiologi meliputi suatu

gejala dari aspek sosial yang mencangkup hubungan sosial, interaksi,

jaringan hubungan sosial, yang kesemuanya mencangkup hubungan sosial

kelakuan manusia (Kartodirdjo, 1992: 87)

Pendekatan sosiologis menganalisis manusia dalam masyarakat,

dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu. Dengan

demikian dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan

sosiologis untuk membantu menganalisis interkasi sosial dalam

masyarakat dalam penggunaan dialek Banyumas dalam mata pembelajaran

muatan lokal.

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

20

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian merupakan metode

penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif ditunjukan untuk

memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau prespektif

partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang diajak wawancara,

diobservasikan, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran dan

presepsinya.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk

menggambarkan (to describe), menjelaskan, menjawab persoalan tentang

fenomena dan peristiwa yang terjadi saat ini, baik tentang fenomena

sebagaimana adanya maupun analisis hubungan antara berbagai variabel

dalam suatu fenomena (Arifin, 2012: 41). Dalam penelitian deskriptif,

peneliti tidak melakukan manipulasi atau perlakuan-perlakuan tertentu

terhadap variabel atau merancang sesuatu yang diharapkan terjadi pada

variabel, tetapi semua kegiatan, keadaan, komponen variabel berjalan

seperti itu.

Dalam metode deskriptif dapat diteliti pula masalah normatif bersama-

sama dengan masalah status dan sekaligus membuat perbandingan-

perbandingan antar fenomena. Studi demikian secara umum sebagai studi

atau penelitian deskriptif (Nazir, 2003: 55)

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SD Negeri 2 Sudagaran kecamatan

Banyumas. Selain itu peneliti memiliki ketrikatan emosional dengan SD

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

21

Negeri 2 Sudagaran karna dulu peneliti merupakan alumni dari sekolah

tersebut, sedangkan penelitian akan dilakukan pada tahun ajaran

2017/2018.

2. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian disini adalah dialek Banyumas yang digunakan

sebagai media komunikasi pembelajaran di kelas oleh guru dalam

penyampaian muatan lokal. Guru merupakan sarana penting untuk

mentransferkan ilmu kepada siswa dalam bentuk interaksi di kelas.

Objek penelitian merupakan mata pelajaran muatan lokal yang

disajikan dalam mata pelajaran siswa sekolah dasar. Dengan adanya

wawancara terhadap guru, siswa maupun masyarakat di lingkungan

sekolah untuk memperkuat data yang ada.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang penting untuk

mendapatkan data yang relevan untuk membantu sebuah penelitian.

Teknik yang digunakan sebagai berikut:

a. Observasi

Menurut Marshall dalam Sugiono (2010; 310) menyatakan bahwa

through observation, the resercher learn about behavior an the meaning

attached to those behavior. Melalui Observasi peneliti belajar tentang

perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Dalam hal ini peneliti

melakukan pengamatan untuk mengetahui dan mendapatkan data

bagaimana kondisi dan kegiatan perilaku pembelajaran. Hal-hal yang akan

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

22

diobservasi oleh peneliti yaitu untuk mengetahui penggunaan serta kendala

yang akan dihadapi dalam penggunaan dialek Banyumasan.

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peniliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga peneliti ingin mengetahui hal-

hal dari responden yang mendalam. Jenis wawancara terbagi menjadi dua

yaitu wawancara langsung dan wawancara tidak langsung. Wawancara

langsung adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antara

pewawancara dan orang yang diwawancarai tanpa melalui perantara.

Sedangkan wawancara tidak langsung pewawancara menanyakan sesuatu

kepada responden melalui perantara seperti angket (Zainal, Arifin. 2012:

33). Subyek yang akan diwawancarai meliputi:

1. Guru Sekolah Dasar Negeri 2 Sudagaran

2. Siswa SD Negeri 2 Sudagaran

3. Sekolah

4. Masyarakat Umum

5. Budayawan

c. Dokumentasi

Studi dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,

dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental

dari seseorang. Studi dokumen merupakan perlengkapan dari penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8579/2/BAB I_RIDZKI BUDHI SUGIARTO_SEJA… · Bahasa dialek Banyumas merupakan dialek yang ditemukan di sepanjang Daerah

23

penelitian akan semakin kredibel apa bila didukung oleh foto-foto atau

karya tulis akademik (Sugiyono, 2010: 329).

H. Sistematika Penelitian

BAB I Pendahuluan berisi tentang, latar belakang, rumusan masalah,

manfaat, kajian pustaka dan pendekatan, kajian teori dan penelitian

relevan, metode penelitian, sistematis penelitian.

BAB II berisi tentang penggunaan dialek Banyumas sebagai media

komunikasi dalam pembelajaran muatan lokal dikelas.

BAB III berisi tentang dialek Banyumas yang diintegrasikan dalam

muatan lokal sebagai pelestarian budaya Banyumas.

BAB IV berisi tentang kendala-kendala pembelajaran muatan lokal dengan

menggunakan dialek Banyumas

BAB V berisi tentang kesimpulan dan saran peneliti.

DAFTAR PUSTAKA, berisi tentang referensi yang digunakan peneliti

selama melakukan penelitian.

LAMPIRAN-LAMPIRAN, buku teks muatan lokal yang digunakan,

pedoman wawancara, daftar narasumber hingga foto kegiatan penelitian.

Dialek Banyumas Dalam…, Ridzki Budhi Sugiarto, FKIP UMP, 2019