1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air dan tanah merupakan sumberdaya alam yang esensial bagi kelangsungan hidup mahluk hidup, baik manusia, binatang maupun tumbuhan. Dalam siklus hidrologi daerah aliran sungai (DAS) memegang peranan yang penting (Harto, 2002). DAS merupakan suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama (Asdak, 2002). DAS berfungsi untuk mentransformasikan hujan menjadi aliran air. DAS memiliki respon yang berbeda-beda dalam mentransformasikan hujan untuk setiap daerah, tergantung oleh beberapa hal, diantaranya adalah energi kinetik dari hujan, sifat tanah, bentuk fisik dari lahan, tutupan dan pengelolaan lahan. Empat faktor pertama sifatnya sangat alamiah, sedangkan faktor yang terakhir sangat dipengaruhi oleh pengelolaan serta penggunaan DAS oleh manusia. Fenomena yang sangat terkait dengan transformasi aliran air adalah erosi permukaan lahan yang terjadi di DAS (Harto, 2002). Erosi adalah proses terkikisnya dan terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah oleh air hujan (Suripin, 2002). Erosi pada DAS sudah menjadi isu nasional, yang mendapat perhatian khusus semenjak tahun 1970 (Sutarman, 2007), dikarenakan erosi yang berlebihan menyebabkan lahan menjadi kritis. Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif secara ekonomis. Dalam skala besar, erosi dapat menyebabkan permasalahan nasional, karena mampu menurunkan ketahanan pangan nasional. Bahaya erosi yang dapat menurunkan produktivitas lahan merupakan masalah utama dari tahun ke tahun, sehingga tetap menjadi permasalahan yang harus dihadapi oleh pemerintah. Berbagai usaha pengelolaan DAS telah dilakukan pemerintah. Namun sampai saat ini pencegahan degradasi DAS masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat berdasarkan Surat Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan
20
Embed
BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67710/potongan/S1-2014... · Termasuk di dalamnya adalah DAS yang berada di Kabupaten Kulon Progo.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Air dan tanah merupakan sumberdaya alam yang esensial bagi kelangsungan
hidup mahluk hidup, baik manusia, binatang maupun tumbuhan. Dalam siklus
hidrologi daerah aliran sungai (DAS) memegang peranan yang penting (Harto,
2002). DAS merupakan suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh
punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk
kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama (Asdak, 2002). DAS
berfungsi untuk mentransformasikan hujan menjadi aliran air. DAS memiliki respon
yang berbeda-beda dalam mentransformasikan hujan untuk setiap daerah, tergantung
oleh beberapa hal, diantaranya adalah energi kinetik dari hujan, sifat tanah, bentuk
fisik dari lahan, tutupan dan pengelolaan lahan. Empat faktor pertama sifatnya sangat
alamiah, sedangkan faktor yang terakhir sangat dipengaruhi oleh pengelolaan serta
penggunaan DAS oleh manusia.
Fenomena yang sangat terkait dengan transformasi aliran air adalah erosi
permukaan lahan yang terjadi di DAS (Harto, 2002). Erosi adalah proses terkikisnya
dan terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah oleh air hujan (Suripin, 2002).
Erosi pada DAS sudah menjadi isu nasional, yang mendapat perhatian khusus
semenjak tahun 1970 (Sutarman, 2007), dikarenakan erosi yang berlebihan
menyebabkan lahan menjadi kritis. Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif
secara ekonomis. Dalam skala besar, erosi dapat menyebabkan permasalahan
nasional, karena mampu menurunkan ketahanan pangan nasional. Bahaya erosi yang
dapat menurunkan produktivitas lahan merupakan masalah utama dari tahun ke
tahun, sehingga tetap menjadi permasalahan yang harus dihadapi oleh pemerintah.
Berbagai usaha pengelolaan DAS telah dilakukan pemerintah. Namun sampai
saat ini pencegahan degradasi DAS masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan Surat Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan
2
dan Menteri Pekerjaan Umum No : 19 Tahun 1984 - No: 059/Kpts-II/1984 - No :
124/Kpts/1984 tanggal 4 April 1984 tentang penanganan konservasi tanah dalam
rangka pengamanan DAS priontas, dari 458 DAS yang ada di Indonesia terdapat 22
DAS super prioritas (Prioritas I). Berdasarkan SK Menhut pada tahun 2009, Nomor :
P. 39/Menhut-II/2009 tentang penetapan urutan prioritas DAS, jumlah DAS prioritas
I meningkat menjadi 108 DAS. Termasuk di dalamnya adalah DAS yang berada di
Kabupaten Kulon Progo. DAS Secang sendiri secara administrasi berada di wilayah
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
DAS Secang terdiri atas empat wilayah administrasi desa yaitu desa Hargotirto yang
terletak di bagian utara dan desa Hargowilis yang terletak di bagian selatan dan
tenggara DAS Secang, dan sebagian kecil terletak di desa Kalirejo dan Hargorejo.
Secara geografis DAS tersebut terletak pada lintang 7046‟41” LS - 7
050‟21” LS dan
bujur 11007‟30” BT - 110
010‟03” BT. Kondisi alam dan bentuk topografi DAS
Secang yang terletak di kecamatan Kokap yang berbukit-bukit dan merupakan
dataran tinggi berpotensi mengakibatkan terjadinya erosi yang mampu mengancam
keamanan masyarakat.
Perencanaan konservasi lahan yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pertanian
dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progp agar lahan yang ada tetap produktif perlu
mengetahui nilai laju erosi. Erosi merupakan peristiwa alam yang tidak dapat
dihilangkan, tetapi dengan pengelolaan lahan yang benar erosi dapat ditekan
seminimal mungkin. Untuk mengidentifikasi tingkat bahaya erosi, dapat dibuat
model untuk melihat laju erosi yang terjadi. Model yang dapat digunakan untuk
melihat tingkat bahaya erosi salah satunya adalah model USLE (Universal Soil Loss
Equation). Model USLE mempertimbangkan beberapa faktor seperti faktor erosivitas
hujan, faktor erodibilitas tanah, faktor panjang dan kemiringan lereng, faktor
penutupan dan manajemen tanaman, dan faktor tindakan konservasi tanah (Kironoto,
2003). Pemodelan erosi yang banyak berkembang saat ini adalah pemodelan yang
diintegrasikan ke dalam Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG merupakan suatu
sistem (berbasis komputer) yang digunakan untuk menyimpan dan memproses
informasi-informasi spasial (Prahasta, 2002). SIG dirancang untuk mengumpulkan,
menyimpan, menganalisis, dan menyajikan objek-objek atau fenomena yang terjadi.,
3
sehingga akan sangat mempermudah dalam pembuatan model laju erosi untuk
penentuan tingkat bahaya erosi.
I.2. Tujuan
Proyek ini bertujuan untuk mengaplikasikan model laju erosi berdasarkan
metode USLE sehingga mampu mengidentifikasi tingkat bahaya erosi yang terjadi
pada wilayah DAS Secang Kulon Progo. Proyek pemodelan ini menyediakan
informasi besar laju erosi serta tingkat bahaya erosi.
I.3. Manfaat
Manfaat dari proyek ini untuk menyajikan tingkatan bahaya erosi pada DAS
Secang yang kemudian secara umum dapat dijadikan acuan untuk perencanaan
kebijakan pengelolaan DAS Secang dan dapat dijadikan sebagai saran dan masukan
untuk prioritas pengelolaan lahan dan konservasi oleh Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Kulon Progo Provinsi D.I. Yogyakarta.
I.4. Lingkup Proyek
Pembuatan model laju erosi DAS Secang ini mengambil batasan-batasan
sebagai berikut :
1. Pemodelan laju erosi ruang lingkupnya hanya sebatas pada DAS Secang.
2. Pembuatan model laju erosi didasarkan pada metode parametrik USLE.
3. Parameter-parameter yang digunakan untuk penentuan laju erosi adalah
erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang dan kemiringan lereng, tutupan
lahan, dan tindakan konservasi tanah.
4. Erositivitas hujan dihitung dari data curah hujan harian selama 10 tahun dan
tergantung oleh ketersediaan data yang ada.
Penilaian faktor tutupan dan tindakan konservasi lahan dilakukan bersama
dengan menggunakan satu data yang sama, yaitu shapefile penggunaan
4
lahan yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon
Progo.
5. Tingkat bahaya erosi ditentukan dari hasil pemodelan laju erosi dengan
metode USLE.
I.5. Landasan Teori
I.5.1. Erosi
Sumberdaya alam yang sangat penting antara lain adalah air dan tanah. Salah
satu faktor yang turut mempercepat menurunya kemampuan sumberdaya alam
tersebut yaitu terjadinya erosi. Erosi adalah proses terkikisnya permukaan tanah oleh
aliran air, angin, es, atau perantara geologi lainnya, termasuk diantaranya proses
gravitasi, sedangkan laju erosi merupakan ketebalan pengikisan tanah yang terjadi
dalam satuan waktu tertentu (Suripin,2004). Besarnya laju erosi dalam proyek ini
dinyatakan dalam ton/ha/tahun, atau dengan kata lain berapa ton besarnya pengikisan
tanah setiap luasan satu hektar tanah dalam waktu satu tahun.
Timbulnya erosi akan menurunkan kemampuan dari lingkungan, baik sebagai
media pengendali tata air, media bagi pertumbuhan tanaman yang nantinya akan
berpengaruh pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Di Indonesia,
erosi paling banyak disebabkan oleh air. Proses erosi oleh air merupakan kombinasi
dua subproses (Arsyad, 2010) yaitu penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir
primer oleh energi tumbuk butir-butir hujan yang jatuh menimpa tanah, kemudian
pengangkutan butir-butir primer tanah yang mengalir di permukaan tanah.
Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah atas yang subur dan baik untuk
pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan
menahan air. Tanah yang terangkut tersebut akan diendapkan di tempat lain, di
dalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi, di atas tanah pertanian dan sebagainya.
Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa kemunduran sifat-
sifat kimia dan fisik tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik dan
memburuknya sifat-sifat tanah antara lain pada menurunnya kapasitas infiltrasi dan
5
kemampuan tanah menahan air, meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi
tanah dan berkurangnya kemantapan struktur tanah yang akhirnya menyebabkan
memburuknya pertumbuhan tanaman dan memburuknya produktivitas. Selain
menimbulkan degradasi lahan, erosi juga menimbulkan beberapa hal yang
merugikan, baik terjadi secara langsung di maupun tak langsung. Dampak dari erosi
disajikan dalam Tabel I.1.
Tabel I.1. Dampak Erosi
Bentuk
Dampak
Dampak di Tempat Kejadian
Erosi
Dampak di Luar Tempat
Kejadian Erosi
Langsung
1. Kehilangan lapisan tanah
yang baik bagi berjangkarnya
akar tanaman.
1. Pelumpuran dan
pendangkalan sungai,
waduk, dan saluran irigrasi
serta badan air lainya
2. Kehilangan unsur hara dan
dan kerusakan struktur tanah.
2. Tertimbunya lahan
pertanian,jalan, dan
bangunan lain.
3. Peningkatan penggunaan
energi/input untuk proses
produksi pertanian.
3. Menghilangnya masa air
dan kualitas air menurun.
4. Kemerosotan produktivitas
tanah.
4. Kerusakan ekosistem
perairan.
Tidak
Langsung
1. Berkurangnya alternatif
penggunaan lahan
1. Kerugian oleh
memendeknya umur waduk.
2. Timbulnya tekanan untuk
membuka lahan baru.
2. Meningkatnya frekuensi dan
besarnya banjir
3. Timbulnya keperluan akan
perbaikan lahan yang rusak.
Sumber : Arsyad (2010)
6
I.5.2. USLE
Suatu model parametrik yang dapat digunakan untuk memprediksi besarnya
laju erosi yang terjadi pada suatu bidang tanah telah dikembangkan oleh Wischmeier
dan Smith (1965) (Kironoto, 2003), yang disebut Universal Soil Loss Equation atau
dalam bahasa Indonesia sering juga disebut sebagai Persamaan Umum Kehilangan
tanah (PUKT). USLE memungkinkan untuk pendugaan laju erosi suatu daerah
tertentu pada suatu lereng dengan besar curah hujan tertentu untuk setiap macam
tutupan lahan dengan tindakan konservasi lahan tertentu. Persamaan yang digunakan
mengelompokkan berbagai parameter yang mempengaruhi laju erosi kedalam enam
parameter utama yang nilainya untuk setiap daerah dapat sebagai berikut :
A = R x K x LS x C x P ………….……………….…...................……. (I.1)
di mana :
A : Besarnya kehilangan tanah atau erosi (ton/ha/tahun).
R : Faktor erosivitas (kJ/ha).
K : Faktor erodibilitas tanah (ton/kJ).
LS : Faktor panjang dan kemiringan lereng.
C : Faktor penutup tanah
P : Faktor tindakan konservasi.
1.5.2.1. Faktor erosivitas hujan. Erosivitas merupakan kemampuan hujan
dalam mengerosi tanah. Sifat hujan yang sangat penting dalam mempengaruhi
terjadinya erosi adalah energi kinetik, karena merupakan penyebab utama dalam
proses penghancuran agregat-agregat tanah (Kironoto, 2003). Proses erosi tanah yang
disebabkan oleh air meliputi tiga tahap yang terjadi dalam keadaan normal di
lapangan, yaitu tahap pertama pemecahan bongkah-bongkah tanah kedalam bentuk
butir-butir kecil atau partikel tanah, tahap kedua pemindahan atau pengangkutan
butir-butir yang kecil sampai sangat halus, dan tahap ketiga pengendapan partikel-
partikel tersebut di tempat yang lebih rendah atau di dasar sungai atau waduk
(Suripin, 2002).
7
Metode perhitungan erosivitas curah hujan tergantung pada jenis data curah
hujan yang tersedia, jika diketahui jumlah curah hujan bulanan, jumlah hari hujan
bulanan, dan curah hujan harian rata-rata maksimal bulanan tertentu, maka
perhitungan erositivitas hujan dapat dengan menggunakan persamaan Bols dalam
Suripin (2002).
Rm = 6,119 x (Rain)m1,211
x (Days)m -0,474
x (Max P)m0,526
…….......…. (I.2)
R = ∑ ( ) ……………………………………....................…. (I.3)