Top Banner
RENCANA STRATEGIS PRR 2010 – 2014 -1- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Kondisi Umum 1.1.1. Dasar Hukum Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR) merupakan salah satu unit kerja Eselon II di lingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sesuai dengan Surat Keputusan Kepala BATAN No. 392/KA/XI/2005 tanggal 24 Nopember 2005 dan Peraturan Kepala BATAN Nomor 123/KA/VIII/2007 tanggal 21 Agustus Tahun 2007. Sebagai suatu institusi, PRR yang berlokasi di Gedung 10-11 Kawasan Nuklir-BATAN, Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Banten, berada di bawah koordinasi Deputi Bidang Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Iptek Nuklir (PHLPN). 1.1.2. Tugas Pokok dan Fungsi 1.1.2.1. Tugas Pokok : Sesuai dengan Peraturan Kepala BATAN Nomor 123/KA/VIII/2007, tentang rincian tugas unit kerja di lingkungan BATAN, Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR) memiliki tugas pokok melaksanakan pendayagunaan dan pengembangan teknologi produksi radioisotop dan radiofarmaka. 1.1.2.2. Fungsi : Pelaksanaan pendayagunaan dan pengembangan teknologi produksi radioisotop; Pelaksanaan pendayagunaan dan pengembangan teknologi produksi radiofarmaka; Pelaksanaan pendayagunaan dan pengembangan, pemanfaatan dan operasi siklotron; Pelaksanaan pengelolaan sarana penunjang, pelayanan pendayagunaan radioisotop dan radiofarmaka, serta kendali kualitas; Pelaksanaan pengendalian keselamatan kerja; Pelaksanaan urusan tata usaha.
12

BAB I PENDAHULUAN - batan.go.id · • Melaksanakan pengembangan metode QA/QC radioisotop; • Melaksanakan pengoperasian hot cell dan fasilitas laboratorium radioisotop. 1.1.3.2.2.

Mar 07, 2019

Download

Documents

lethuy
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I PENDAHULUAN - batan.go.id · • Melaksanakan pengembangan metode QA/QC radioisotop; • Melaksanakan pengoperasian hot cell dan fasilitas laboratorium radioisotop. 1.1.3.2.2.

RENCANA STRATEGIS PRR 2010 – 2014 -1-

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Kondisi Umum

1.1.1. Dasar Hukum

Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR) merupakan salah satu unit kerja

Eselon II di lingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sesuai dengan

Surat Keputusan Kepala BATAN No. 392/KA/XI/2005 tanggal 24 Nopember 2005

dan Peraturan Kepala BATAN Nomor 123/KA/VIII/2007 tanggal 21 Agustus

Tahun 2007. Sebagai suatu institusi, PRR yang berlokasi di Gedung 10-11

Kawasan Nuklir-BATAN, Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Banten, berada

di bawah koordinasi Deputi Bidang Pendayagunaan Hasil Litbang dan

Pemasyarakatan Iptek Nuklir (PHLPN).

1.1.2. Tugas Pokok dan Fungsi

1.1.2.1. Tugas Pokok :

Sesuai dengan Peraturan Kepala BATAN Nomor

123/KA/VIII/2007, tentang rincian tugas unit kerja di lingkungan

BATAN, Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR) memiliki

tugas pokok melaksanakan pendayagunaan dan pengembangan

teknologi produksi radioisotop dan radiofarmaka.

1.1.2.2. Fungsi :

• Pelaksanaan pendayagunaan dan pengembangan teknologi

produksi radioisotop;

• Pelaksanaan pendayagunaan dan pengembangan teknologi

produksi radiofarmaka;

• Pelaksanaan pendayagunaan dan pengembangan,

pemanfaatan dan operasi siklotron;

• Pelaksanaan pengelolaan sarana penunjang, pelayanan

pendayagunaan radioisotop dan radiofarmaka, serta kendali

kualitas;

• Pelaksanaan pengendalian keselamatan kerja;

• Pelaksanaan urusan tata usaha.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - batan.go.id · • Melaksanakan pengembangan metode QA/QC radioisotop; • Melaksanakan pengoperasian hot cell dan fasilitas laboratorium radioisotop. 1.1.3.2.2.

RENCANA STRATEGIS PRR 2010 – 2014 -2-

1.1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka

memiliki 1(satu) Bagian dan 5(lima) Bidang yang masing-masing

membawahi Subbag, Subbid dan Kelompok dengan uraian sebagai berikut:

1.1.3.1. Bagian Tata Usaha :

Kegiatan ketatausahaan Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka

dipusatkan di Bagian Tata Usaha dan Kepala Bagian Tata Usaha

bertanggung jawab langsung kepada Kepala Pusat.

Tugas Bagian Tata Usaha (Peraturan Kepala BATAN Nomor

123/KA/VIII/2007) adalah memberikan pelayanan teknis

administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Pusat

Radioisotop dan Radiofarmaka;

1.1.3.1.1. Fungsi Bagian Tata Usaha yaitu:

• Pelaksanaan urusan persuratan, kepegawaian,

administrasi kegiatan ilmiah, dokumentasi dan

publikasi;

• Pelaksanaan urusan keuangan;

• Pelaksanaan urusan perlengkapan dan rumah tangga.

1.1.3.1.2. Bagian Tata Usaha terdiri dari:

• Subbag. Persuratan Kepeg. dan Dokumentasi Ilmiah

• Subbag. Keuangan

• Subbag. Perlengkapan

1.1.3.2. Tugas Bidang Radioisotop (Peraturan Kepala BATAN No.123/KA/

VIII/2007) adalah melaksanakan pendayagunaan dan pengem-

bangan teknologi produksi radioiostop.

1.1.3.2.1. Rincian tugas sebagai berikut:

• Melaksanakan pengembangan proses radioisotop

berbasis siklotron;

• Melaksanakan pengembangan proses radioisotop

berbasis reaktor;

• Melaksanakan pengembangan teknologi pungut ulang

radioisotop hasil belah;

• Melaksanakan pengembangan proses sumber

tertutup;

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - batan.go.id · • Melaksanakan pengembangan metode QA/QC radioisotop; • Melaksanakan pengoperasian hot cell dan fasilitas laboratorium radioisotop. 1.1.3.2.2.

RENCANA STRATEGIS PRR 2010 – 2014 -3-

• Melaksanakan pengembangan metode QA/QC

radioisotop;

• Melaksanakan pengoperasian hot cell dan fasilitas

laboratorium radioisotop.

1.1.3.2.2. Bidang radioisotop terdiri dari kumpulan tenaga

fungsional yang terbagi dalam beberapa kelompok

sesuai dengan Surat Keputusan No. 053/KA/II/2009

yaitu :

• Kelompok Pengembangan Teknologi Produksi

Radionuklida PET dan SPECT

• Kelompok Pengembangan Teknologi Perunut Molekuler

• Kelompok Pengembangan Teknologi Sumber

Radioterapi dan Brakiterapi

1.1.3.3. Tugas Bidang Radiofarmaka (Peraturan Kepala BATAN No.123/KA/

VIII/2007) adalah melaksanakan pendayagunaan dan pengem-

bangan teknologi produksi radiofarmaka.

1.1.3.3.1. Rincian tugas sebagai berikut:

• Melaksanakan pengembangan teknologi produksi

radiofarmaka berbasis ligand sederhana untuk

diagnosa dan terapi;

• Melaksanakan pengembangan teknologi produksi

radiofarmaka biomolekul untuk diagnosa dan terapi;

• Melaksanakan pengembangan teknologi produksi kit

Radioimmunoassay (RIA) dan Immunoradiometric

Assay (IRMA), serta mengembangkan aplikasi

radioligand binding assay (RBA)/ radioreceptor assay

dan scintillation proximity assay (SPA);

• Melaksanakan pengembangan uji farmakologi dan

metabolisme radiofarmaka secara in vivo;

• Melaksanakan pengembangan metode QA/QC

radiofarmaka;

• Melaksanakan pengoperasian fasilitas dan peralatan

untuk pengembangan teknologi produksi

radiofarmaka.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - batan.go.id · • Melaksanakan pengembangan metode QA/QC radioisotop; • Melaksanakan pengoperasian hot cell dan fasilitas laboratorium radioisotop. 1.1.3.2.2.

RENCANA STRATEGIS PRR 2010 – 2014 -4-

1.1.3.3.2. Bidang Radiofarmaka terdiri dari kumpulan tenaga

fungsional yang terbagi dalam beberapa kelompok yaitu:

• Kelompok Sintesis dan Preparasi

• Kelompok Radioassay

• Kelompok Biodinamika Radiofarmaka

1.1.3.4. Tugas Bidang Siklotron (Peraturan Kepala BATAN No. 123/KA/

VIII/2007) adalah melaksanakan pendayagunaan dan pengem-

bangan, pemanfaatan dan operasi siklotron,

1.1.3.4.1. Rincian tugas sebagai berikut:

• Melaksanakan operasi dan perawatan siklotron;

• Melaksanakan pengembangan teknologi siklotron;

• Melaksanakan pengembangan aplikasi siklotron.

1.1.3.4.2. Bidang Siklotron terdiri dari kumpulan tenaga fungsional

yang terbagi dalam beberapa kelompok yaitu :

• Kelompok Operasi Siklotron

• Kelompok Teknologi Siklotron

• Kelompok Aplikasi Siklotron

1.1.3.5. Tugas Bidang Sarana Penunjang dan Proses (Peraturan Kepala

BATAN No.123/KA/VIII/2007) adalah melaksanakan pengelolaan

sarana penunjang, pelayanan pendayagunaan, radioisotop dan

radiofarmaka serta kendali kualitas.

1.1.3.5.1. Bidang Sarana Penunjang dan Proses mempunyai

fungsi antara lain:

• Pelaksanaan pengoperasian, perawatan, dan

perbaikan sarana penunjang;

• Pelaksanaan pelayanan pendayagunaan radioisotop

dan radiofarmaka, serta kendali kualitas.

1.1.3.5.2. Bidang Sarana Penunjang dan Proses terdiri dari:

• Subbid. Pengelolaan Sarana

• Subbid. Proses

1.1.3.6. Tugas Bidang Keselamatan (Peraturan Kepala BATAN

No.123/KA/VIII/ 2007) adalah melaksanakan pengendalian

keselamatan kerja.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - batan.go.id · • Melaksanakan pengembangan metode QA/QC radioisotop; • Melaksanakan pengoperasian hot cell dan fasilitas laboratorium radioisotop. 1.1.3.2.2.

RENCANA STRATEGIS PRR 2010 – 2014 -5-

1.1.3.6.1. Fungsi Bidang Keselamatan antara lain :

• Pelaksanaan pengendalian daerah kerja terhadap

bahaya radiasi dan non radiasi, serta koordinasi

kedaruratan nuklir fasilitas;

• Pelaksanaan pengendalian paparan radiasi personel;

• Pelaksanaan pengelolaan limbah di fasilitas.

1.1.3.6.2. Bidang Keselamatan terdiri dari:

• Subbid. Pengendalian Daerah Kerja

• Subbid. Pengendalian Personel

• Subbid. Pengelolaan Limbah

Struktur Organisasi PRR (Sumber : SK 392/KA/XI/2005 dan SK 053/KA/II/2009)

Subbag.

PKDI

Kepala

PRR

Bagian

Tata Usaha

Subbag.

Keuangan

Subbag.

Perlengkapan

Bidang Radioisotop

Bidang Radiofarmaka

Bidang Siklotron

Bidang Keselamatan

Pok. Pengemb.Tek Prod.Radionuklida PET dan SPECT

Pok. Pengemb.Tek. Perunut Molekuler

Pok. Pengemb. Tek. Sumber Radioterapi

dan Brakiterapi

Kelompok.Sintesis

dan Preparasi

Kelompok

Radioassay

Kelompok Biodinamika

Radiofarmaka

Kelompok

Operasi Siklotron

Kelompok

Teknologi Siklotron

Kelompok

Aplikasi Siklotron

Subbid. Pengenda- lian Daerah Kerja

Subbid.Pengenda-

lian Personel

Subbid.Penge- lolaan Limbah

Bidang Sarana Penunjang dan

Proses

Subbid. Penge- lolaan Sarana

Subbid. Proses

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - batan.go.id · • Melaksanakan pengembangan metode QA/QC radioisotop; • Melaksanakan pengoperasian hot cell dan fasilitas laboratorium radioisotop. 1.1.3.2.2.

RENCANA STRATEGIS PRR 2010 – 2014 -6-

1.2. Potensi dan permasalahan

1.2.1 Stakeholder dan Perannya : Yang dimaksud stakeholder dalam hal ini adalah suatu institusi atau

lembaga yang berperan mendukung eksistensi, program kegiatan maupun

keberhasilan terlaksananya program kegiatan di PRR. Beberapa stakeholder

dan perannya ditunjukkan dalam tabel dibawah ini :

Tabel Stakeholder dan Perannya

No

Nama Stakeholder

Peran

1.

Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG) Serpong Tangerang

Penyediaan fasilitas dan pelayanan iradiasi target dengan neutron di RSG-GAS

2.

Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri (PTNBR) Bandung

Penyediaan fasilitas dan pelayanan iradiasi target dengan neutron di reaktor Triga 2000

3.

Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR)

Pengguna radionuklida serta penyedia informasi aplikasi radioisotop atau teknik nuklir di bidang pertanian, peternakan, industri dan hidrologi

4.

Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR)

Penyedia informasi dan pengguna teknologi nuklir/radiofarmaka di bidang kesehatan dan kalibrasi alat ukur radiasi.

5.

Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir (PKTN) dan Pusat Diseminasi Iptek Nuklir (PDIN)

Penghubung terhadap mitra yang berminat serta diseminasi manfaat radioisotop dan radiofarmaka hasil pengembangan.

6.

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR)

Pengelolaan limbah radioaktif dan B3 serta pengendalian keselamatan kerja.

7.

Rumah Sakit/Instalasi Kedokteran Nuklir antara lain: a. RS. DR.Cipto Mangunkusumo b. RSPAD. Gatot Subroto c. RS. Pusat Pertamina d. RS. Kanker Dharmais e. RS. Jantung Harapan Kita f. RS. Gading Pluit g. RS. Dr. Hasan Sadikin h. RS. Dr. Sardjito i. RS. Dr. Kariadi j. RS. Dr. Sutomo k. RS. Dr. M.Djamil l. RS. Yarsis Solo

a. Pengguna radiofarmaka untuk

diagnosa dan terapi serta radioisotop sumber tertutup untuk radioterapi dan brakiterapi.

b. Sarana untuk melakukan “uji-klinis” terhadap radiofarmaka maupun radionuklida hasil pengembangan serta sebagai sumber informasi yang digunakan untuk penentuan kegiatan yang relevan.

8.

PT. Kimia Farma Tbk.

Mitra pendayagunaan hasil pengem-bangan teknologi produksi dan distribusi radioisotop dan radiofarmaka

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - batan.go.id · • Melaksanakan pengembangan metode QA/QC radioisotop; • Melaksanakan pengoperasian hot cell dan fasilitas laboratorium radioisotop. 1.1.3.2.2.

RENCANA STRATEGIS PRR 2010 – 2014 -7-

9.

Pusat / Biro / Pusdiklat dilingkungan Batan

Penyediaan pelayanan struktural sesuai tugas dan fungsi

10.

Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)

Badan pengawas, perijinan dan inspeksi penggunaan tenaga nuklir.

11.

PT. Batan Teknologi (Persero)

Mitra pendayagunaan hasil pengem-bangan teknologi produksi dan distribusi radioisotop dan radiofarmaka

12.

Perguruan Tinggi Negeri/ LIPI/ BPPT

Pengguna senyawa bertanda sebagai molecular radiotracers untuk penelitian.

13.

PT. Tudung Putra Putri Jaya (Garuda Food)

Mitra dalam pengembangan dan pemanfaatan Kit Radioimunoasay

14.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Badan pengawas, perijinan dan inspeksi produksi dan pengembangan radio-farmaka sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

15.

BBPMSOH (Kementrian Pertanian)

Mitra pengembangan/pengujian cell line

1.2.2 Faktor Internal

Beberapa faktor internal yang berpengaruh terhadap program kegiatan yang

dilaksanakan diantaranya, adalah sebagai berikut:

• Sesuai dengan tugas dan fungsinya, PRR dituntut harus memiliki

kemampuan teknis yang tinggi, terutama untuk mengembangkan

maupun mendayagunakan teknologi produksi radioisotop dan

radiofarmaka, baik untuk aplikasi medik (in-invo dan in-vitro) maupun

untuk aplikasi non medik. Namun SDM terampil untuk melaksanakan

tugas-tugas tersebut masih dalam jumlah terbatas, karena kebanyakan

SDM yang ada sudah terbiasa dengan pekerjaan rutin kegiatan

produksi. Disamping itu fasilitas yang tersedia untuk penelitian dan

pengembangan sangat terbatas.

• Namun demikian, dalam hal pengembangan produksi maupun aplikasi

radioisotop dan radiofarmaka baik untuk medik maupun non medik, staf

teknis PRR selalu mengikuti perkembangan terkini dan bahkan

melakukan kerjasama dengan institusi lain baik dalam negeri maupun

luar negeri, misalnya melalui kerja sama berkaitan dengan kontrak riset

IAEA (RCA), dan kerja sama dengan perusahaan swasta, seperti halnya

dalam pengembangan Generator 99Mo-99mTc berbasis PZC, yang telah

menghasilkan hak paten bersama dengan Institusi Luar Negeri (Batan –

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - batan.go.id · • Melaksanakan pengembangan metode QA/QC radioisotop; • Melaksanakan pengoperasian hot cell dan fasilitas laboratorium radioisotop. 1.1.3.2.2.

RENCANA STRATEGIS PRR 2010 – 2014 -8-

JAEA, Jepang), maupun memperkenalkan teknik screening berbasis

nuklir yang pertama di Indonesia dalam kontribusinya membantu

pengembangan herbal medicine atau obat bahan alam Indonesia,

terutama yang dilaksanakan perguruan tinggi, lembaga penelitian

pemerintah, dan industri.

• Kemampuan PRR dalam hal produksi radioisotop berbasis aktivasi

neutron sangat didukung dan difasilitasi dengan keberadaan reaktor

RSG-GAS di PPTN-Serpong dengan daya maksimum 30 MW.

Sedangkan kemampuan produksi radioisotop dengan aktivasi partikel

bermuatan didukung dengan adanya siklotron tipe CS-30 yang tersedia

di fasilitas Lantai I Gedung 11 PRR. Mengingat prospek radionuklida

PET dalam dunia kedokteran nuklir Indonesia sangat menjanjikan mulai

dasawarsa ini sampai jauh kedepan, maka fungsi dan kinerja siklotron

yang tersedia perlu ditingkatkan secara optimal dengan memperhatikan

maintenance dan ketersediaan suku cadang.

• Sampai dewasa ini PPR mempunyai kemampuan untuk melakukan

pelayanan penyediaan dalam bentuk:

a). senyawa bertanda sebagai radiotracer dalam industri, hidrologi,

pertanian, bioteknologi, dan penelitian;

b). radiofarmaka dalam bentuk kit maupun senyawa bertanda untuk

keperluan diagnosa dan terapi penyakit kanker, inflamasi dan

infeksi;

c). kit diagnostik secara in-vitro dalam bentuk kit RIA/IRMA; dan

d). kit assay untuk analisis makanan dan obat serta peternakan dalam

bentuk kit RIA/IRMA, dan pemberian jasa screening terhadap bahan

obat alam (natural product) dan potensi obat baru non-bahan alam

melalui teknik virtual screening (molecular docking) dan Radioligand

Binding Assay (RBA) / Scintillation Proximity Assay (SPA).

Sebagian pelayanan tersebut direncanakan masuk dalam pola

PNBP, yang kemungkinan kedepan dapat ditingkatkan menjadi pola

Badan Layanan Umum (BLU).

• Dengan tersedianya fasilitas laser welder PRR mempunyai kemampuan

untuk penyediaan seed I-125 dan kemampuan untuk dapat

menguasai teknologi sumber radioterapi dan brakiterapi untuk terapi

kanker.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - batan.go.id · • Melaksanakan pengembangan metode QA/QC radioisotop; • Melaksanakan pengoperasian hot cell dan fasilitas laboratorium radioisotop. 1.1.3.2.2.

RENCANA STRATEGIS PRR 2010 – 2014 -9-

• PRR dewasa ini memiliki fasilitas sangat terbatas dan tidak memadai

dalam memfasilitasi banyaknya program kegiatan pengembangan

maupun banyaknya personel peneliti yang membutuhkan sarana

penelitian. Sarana yang tersedia hanya terbatas di Lantai I Gedung 11

yang sudah padat dengan adanya siklotron CS-30, ruang produksi

radioisotop terbatas untuk beberapa radioisotop fasilitas hot cell yang

minim, ruang produksi senyawa bertanda dikhawatirkan akan memiliki

peluang terjadinya cross-contamination bila dilakukan penyiapan

beberapa jenis senyawa bertanda sebagai molecular radiotracer untuk

keperluan industri, bioteknologi, dan riset; begitu pula keterbatasan yang

sama dijumpai untuk ruang penyediaan radiofarmaka diagnosa dan

terapi, kit radiofarmaka yang tidak radioaktif, dan kit diagnostik in-vitro

dalam bentuk kit RIA/IRMA, serta fasilitas untuk aplikasi RBA

(Radioligand Binding Assay) dan SPA (Scintillation Proximity Assay).

Karena itu secara bertahap perlu direncanakan dan dibangun

laboratorium dua lantai dalam satu gedung baru yang mampu

menampung pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut.

1.2.3 Faktor Eksternal

• Perkembangan bidang kedokteran nuklir, onkologi radiasi dan radiologi

(radioterapi dan radiodiagnostik) dewasa ini maupun jauh kedepan

sangat ditentukan oleh pengembangan radioisotop, radiofarmaka,

maupun contrast agents (terutama untuk radiodiagnostik).

Bagaimanapun canggihnya perangkat yang digunakan di bidang-bidang

kedokteran tersebut, apabila radioisotop maupun radiofarmaka yang

selaras untuk keperluan tersebut tidak tersedia, dengan sendirinya

bidang-bidang tersebut tidak akan berfungsi atau pada akhirnya akan

terhenti.

• Secara umum, aplikasi radioisotop atau radiofarmaka dalam kedokteran

nuklir, onkologi radiasi dan radiologi dapat dibagi dalam dua kelompok,

yaitu diagnosa dan terapi. Aplikasi tersebut tentunya cenderung

mengikuti paradigma kedokteran dewasa ini, yaitu kearah molecular

targeting, suatu konsentrasi spesifik dari diagnostic tracer maupun

therapeutic agent disebabkan interaksinya dengan spesi molekul.

Karena itu untuk radiofarmaka diagnosa cenderung diarahkan untuk

tujuan molecular imaging, suatu karakterisasi dan pengukuran in-vivo

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - batan.go.id · • Melaksanakan pengembangan metode QA/QC radioisotop; • Melaksanakan pengoperasian hot cell dan fasilitas laboratorium radioisotop. 1.1.3.2.2.

RENCANA STRATEGIS PRR 2010 – 2014 -10-

proses biologis pada tingkat sel dan molekul. Hal ini cukup berbeda

dengan imaging untuk diagnosa konvensional yang mengamati

keabnormalan molekul sebagai dasar adanya penyakit lain dari pada

mengamati atau mencitra efek dari perubahan-perubahan molekul

tersebut. Begitu juga masalah terapi yang dulu bersifat sistemik,

misalnya radioterapi dan kemoterapi, dewasa ini cenderung terarah

(targeted) hanya di organ atau jaringan berpenyakit saja dan disebut

sebagai targeted therapy.

• Molecular Imaging dalam kedokteran nuklir umumnya menggunakan

modalitas PET (Positron Emission Tomography) dan SPECT (Single-

Photon Emission Computed Tomography) yang memerlukan

radiofarmaka yang mengandung molekul atau biomolekul yang dapat

berinteraksi spesifik dengan target (reseptor, antigen, enzyme,

transporter, reporter, dan seterusnya) dan radioisotop yang digunakan

adalah pemancar positron atau sinar-ɤ. Sedangkan modalitas MRI

(Magnetic Resonance Imaging) dalam bidang radiodiagnostics

memerlukan targeted MRI contrast agents yang pengembangannya

akan lebih efektif dan efisien dengan menggunakan teknik radiotracer

dari suatu radioisotop tertentu.

• Targeted therapy, terutama yang digunakan dalam bidang onkologi

radiasi, umumnya dalam bentuk radiofarmaka terapi yang mengandung

radionuklida pemancar partikel bermuatan, seperti partikel ß- atau ά dan

biomolekul yang mampu berinteraksi spesifik dengan target (antigen,

reseptor, dan enzim tertentu). Bila biomolekulnya antibodi yang spesifik

berinteraksi dengan antigen, tekniknya disebut Radioimmunotherapy

(RIT), sedangkan bila peptide yang spesifik berinteraksi dengan

reseptor, tekniknya disebut Radionuclidic Peptide Therapy. Karena itu

pengembangan radiofarmaka baik terapi maupun diagnosa di PRR akan

diarahkan selaras dengan jenis target yang karakteristik untuk setiap

jenis penyakit dari kelompok penyakit apakah kanker, infeksi, atau

inflamasi. Informasi mengenai identifikasi target tersebut diperoleh dari

hasil kegiatan penelitian litbang kesehatan dari institusi kesehatan

dalam negeri maupun luar negeri, baik pemerintah maupun swasta.

• Teknik terapi berdasarkan penggunaan sumber radiasi eksternal yang

terarah (targeted) adalah brachytherapy dimana sumber radiasi

didekatkan ke jaringan yang mengandung kanker atau ke komponen

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - batan.go.id · • Melaksanakan pengembangan metode QA/QC radioisotop; • Melaksanakan pengoperasian hot cell dan fasilitas laboratorium radioisotop. 1.1.3.2.2.

RENCANA STRATEGIS PRR 2010 – 2014 -11-

pengganggu dalam jaringan sehat, seperti dalam kasus endovascular

maupun intravascular brachytherapy. Perkembangan ilmu bahan,

baik polimer, komposit, maupun teknik elektrodeposisi sangat

berpengaruh dalam mengembangkan jenis brachytherapy, apakah

dalam bentuk seed, nanopartikel, maupun deposisi lapis tipis (thin-layer

deposition). Karena itu kerjasama dengan institusi yang

mengembangkan material terkait sangat diperlukan.

• Pengembangan radioassay secara in-vitro sangat tergantung dari

kebutuhan pemakai, baik dari kalangan rumah sakit, laboratorium klinis,

lembaga litbang, perguruan tinggi, maupun industri terutama dikaitkan

dengan keunggulan radioassay dari sudut kepekaan (sensitifitas),

kespesifikan, kesederhanaan, dan biaya uji yang murah. Penggunaan kit

radioimmunoassay (RIA) dan immunoradiometric assay (IRMA) masih

populer untuk rumah sakit maupun laboratorium klinis terutama untuk

tes dini secara in-vivo yang peka dan spesifik untuk beberapa jenis

penyakit kanker. Aplikasi kit tersebut sudah mulai dikembangkan untuk

bidang non-klinis, seperti dalam masalah pangan dan pengembangan

obat. Teknik radioassay lainnya, seperti RBA dan SPA selain digunakan

untuk pengkajian kelayakan dan potensi radiofarmaka, dibutuhkan pula

oleh beberapa perguruan tinggi dan beberapa lembaga litbang, seperti

LIPI dan BPPT, untuk skrining obat bahan alam.

• Paket teknologi produksi radioisotop dalam bentuk senyawa bertanda

dan radiofarmaka yang telah dikembangkan PRR tentunya dibutuhkan

oleh PT. Kimia Farma Tbk dan PT. Batan Teknologi (Persero) untuk

memperluas kegiatan produksi komersialnya dalam memenuhi

permintaan dalam negeri maupun luar negeri. Paket teknologi produksi

radiofarmaka dan juga paket teknologi produksi kit RIA/IRMA hasil

pengembangan PRR dapat pula diimplementasikan untuk tujuan

produksi komersial baik oleh rumah sakit yang memiliki sarana produksi

radiofarmaka PET dan industri farmasi dalam negeri maupun luar

negeri.

• Kerjasama antara BATAN dengan PT. Kimia Farma Tbk dapat memacu

berkembangnya pemanfaatan radioisotop dan radiofarmaka di

Indonesia, mengingat kinerja PT. Kimia Farma Tbk yang baik dalam hal

produksi maupun distribusi obat nasional.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - batan.go.id · • Melaksanakan pengembangan metode QA/QC radioisotop; • Melaksanakan pengoperasian hot cell dan fasilitas laboratorium radioisotop. 1.1.3.2.2.

RENCANA STRATEGIS PRR 2010 – 2014 -12-

• Regulasi yang berkaitan dengan radiasi, pembuatan obat dan alat

kesehatan dari Instansi terkait yaitu BAPETEN, BPOM dan

Kementerian Kesehatan terus berkembang dan semakin ketat sesuai

tuntutan konsumen sehingga harus diimbangi dengan ketersediaan

fasilitas dan sarana laboratorium radioisotop dan radiofarmaka yang

memenuhi persyaratan.