Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam. Hingga saat ini sebagian besar penduduk Indonesia memanfaatkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan 50% lebih tenaga kerja di pedesaan terserap di sektor pertanian (Salikin, 2003). Sektor pertanian juga berperan penting sebagai penghasil pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduk yang semakin lama jumlahnya semakin bertambah. Kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan yang paling penting, sehingga ketahanan pangan bagi masyarakat harus tetap terjamin. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan yang tercemin dari ketersediaan pangan yang cukup baik dalam jumlah maupun mutu, aman, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, pemerintah berupaya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian melalui penerapan teknologi budidaya pertanian dengan penggunaan sarana produksi sesuai dengan yang direkomendasikan pada masing- masing wilayah. Sarana produksi yang mempunyai peranan sangat penting dalam peningkatan produktivitas dan kualitas pertanian antara lain adalah pupuk. (Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, 2012) Pupuk merupakan bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia, atau biologi tanah sehingga kesuburan tanah tetap terjaga dan dapat membantu pertumbuhan tanaman. Pada kondisi pupuk tersedia diprediksi bahwa adopsi penggunaan pupuk anorganik oleh petani padi akan semakin meningkat dan mencapai 80-90%. Bukan hanya kebutuhan pupuk anorganik saja yang mengalami peningkatan, kebutuhan pupuk organik pun juga semakin bertambah. (Irawan dkk., 2012). Upaya pemenuhan kebutuhan pupuk nasional tidak terlepas dari kinerja 5 perusahaan pupuk besar di Indonesia yakni PT. Petrokimia Gresik, PT. Pupuk Sriwidjaya Palembang, PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk Iskandar Muda
28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

Mar 03, 2019

Download

Documents

phamnhi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam.

Hingga saat ini sebagian besar penduduk Indonesia memanfaatkan sumberdaya

alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan 50% lebih tenaga kerja di

pedesaan terserap di sektor pertanian (Salikin, 2003). Sektor pertanian juga

berperan penting sebagai penghasil pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan

bagi penduduk yang semakin lama jumlahnya semakin bertambah. Kebutuhan

akan pangan merupakan kebutuhan yang paling penting, sehingga ketahanan

pangan bagi masyarakat harus tetap terjamin.

Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan yang tercemin

dari ketersediaan pangan yang cukup baik dalam jumlah maupun mutu, aman,

merata dan terjangkau oleh masyarakat. Dalam rangka mewujudkan ketahanan

pangan nasional, pemerintah berupaya untuk meningkatkan produktivitas dan

kualitas hasil pertanian melalui penerapan teknologi budidaya pertanian dengan

penggunaan sarana produksi sesuai dengan yang direkomendasikan pada masing-

masing wilayah. Sarana produksi yang mempunyai peranan sangat penting dalam

peningkatan produktivitas dan kualitas pertanian antara lain adalah pupuk.

(Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, 2012)

Pupuk merupakan bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik,

kimia, atau biologi tanah sehingga kesuburan tanah tetap terjaga dan dapat

membantu pertumbuhan tanaman. Pada kondisi pupuk tersedia diprediksi bahwa

adopsi penggunaan pupuk anorganik oleh petani padi akan semakin meningkat

dan mencapai 80-90%. Bukan hanya kebutuhan pupuk anorganik saja yang

mengalami peningkatan, kebutuhan pupuk organik pun juga semakin bertambah.

(Irawan dkk., 2012). Upaya pemenuhan kebutuhan pupuk nasional tidak terlepas

dari kinerja 5 perusahaan pupuk besar di Indonesia yakni PT. Petrokimia Gresik,

PT. Pupuk Sriwidjaya Palembang, PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk Iskandar Muda

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

dan PT. Pupuk Kaltim (www.pupuk-indonesia.com/id/produk-a-jasa/produk-

pupuk-indonesia/pupuk, 2013).

PT. Pupuk Kalimantan Timur yang terletak di Kota Bontang Provinsi

Kalimantan Timur menjadi salah satu perusahaan pupuk terbesar penghasil pupuk

urea (pupuk nitrogen) dengan kandungan nitrogen 46%, pupuk majemuk NPK,

pupuk organik dan amonia. Saat ini PT. Pupuk Kaltim memiliki 5 unit produksi

yakni unit produksi pabrik Kaltim 1 (K1), pabrik Kaltim 2 (K2), pabrik Kaltim 3

(K3), pabrik Kaltim 4 (K4), dan POPKA. Unit produksi pabrik Kaltim 1 (K1)

memiliki kapasitas produksi urea sebanyak 700.000 ton/tahun dan amonia sebesar

595.000 ton/tahun. Unit produksi pabrik Kaltim 2 (K2) memiliki kapasitas

produksi urea 570.000 ton/tahun dan amonia 595.000 ton/tahun. Unit produksi

Kaltim 3 (K3) memiliki kapasitas produksi urea sebesar 570.000 ton/tahun dan

amonia 330.000 ton/tahun. Unit produksi pabrik Kaltim 4 (K4) memiliki kapasitas

produksi urea 570.000 ton/tahun dan amonia 330.000 ton/tahun. Unit produksi yg

terakhir yakni pabrik POPKA memiliki kapasitas produksi 570.000 ton/tahun.

(www.pupukkaltim.com/ina/pabrik-profil-unit-produksi/#, 2013). Namun,

persaingan ekonomi tidaklah cukup jika hanya didukung oleh kapasitas produksi

pupuk yang tinggi karena tantangan dunia saat ini juga meliputi pemenuhan

permintaan konsumen terkait pola produksi pupuk yang tetap mengedepankan

isu-isu lingkungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Pengelolaan lingkungan hidup ialah upaya yang dilakukan untuk

melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran atau

kerusakan lingkungan hidup. Kegiatan pelestarian fungsi lingkungan hidup dapat

dilakukan dengan cara mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengendalikan emisi

udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya

secara efisien. Namun dalam penelitian ini ditelaah lebih lanjut mengenai kualitas

limbah cair kegiatan industri pupuk di PT. Pupuk Kalimantan Timur dan juga

kualitas air laut di sekitar outlet buangan limbah cair.

Kegiatan produksi dalam skala besar yang dilakukan oleh suatu kegiatan

industri akan menghasilkan limbah cair dalam jumlah yang besar pula. Limbah

cair dalam jumlah besar dan memiliki potensi untuk mengganggu fungsi

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

lingkungan. Bila kualitas limbah cair yang merupakan hasil samping dari kegiatan

produksi itu buruk kualitasnya dan berpotensi mengganggu fungsi lingkungan

maka limbah cair tersebut harus melalui proses pengelolaan kualitas air limbah

sebelum akhirnya dibuang kedalam sistem lingkungan yaitu perairan laut.

Pengelolaan kualitas air limbah dilakukan sesuai dengan jumlah dan karakteristik

limbah cair yang dihasilkan, dengan tujuan agar kualitas air tetap terjamin dalam

kondisi alamiahnya. Limbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri pupuk

pabrik Kaltim 1 (K1), Kaltim 2 (K2), Kaltim 3 (K3), Kaltim 4 (K4), POPKA di

PT. Pupuk Kalimantan Timur ini harus memenuhi baku mutu limbah cair yang

berdasar pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 560 Tahun

2009. Baku mutu limbah cair yang mengacu pada Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No. 560 Tahun 2009 ini merupakan acuan dalam mengukur

kadar pencemar dan atau unsur pencemar yang ditenggangkan keberadaannya

dalam air limbah industri PT. Pupuk Kalimantan Timur.

Limbah cair kegiatan industri pupuk yang selanjutnya akan dibuang

kedalam perairan laut juga harus memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan

karena apabila unsur yang terkandung pada limbah cair tersebut melebihi ambang

batas maka akan dapat menyebabkan pencemaran. Perairan laut sangat potensial

untuk mengalami pencemaran. Pencemaran yang terjadi di perairan laut dapat

menyebabkan terjadinya bioakumulasi serta memberikan dampak buruk bagi

biota laut dan manusia. Penyebaran pencemaran dari sumber utama ke perairan

laut dapat disebabkan oleh karakteristik fisik dan kimia perairan laut yang

meliputi interaksi proses-proses fisik termasuk arus pantai dan pasang surut, sifat

kimia termasuk masukan nutrien. (Leal et al., 2009). Potensi pencemaran limbah

cair industri pada badan perairan laut bukan hanya dipengaruhi oleh sifat fisik dan

kimia saja. Interaksi proses fisik badan perairan laut berupa arus dan pasang surut

juga akan sangat mempengaruhi tingkat persebaran pencemaran pada badan

perairan laut, maka dari itu kegiatan pemantauan kualitas air menjadi sangat

penting untuk dilakukan.

Pengelolaan kualitas air limbah dan air laut dengan kegiatan pemantauan

kualitas air yang mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

No. 560 Tahun 2009 dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51

Tahun 2004 ini bertujuan sebagai langkah awal untuk melakukan proteksi

terhadap keanekaragaman dan bagian dari upaya pemanfaatan sumberdaya secara

bijaksana sehingga dapat tercipta pembangunan yang berkelanjutan dan

mendukung terciptanya keseimbangan antar dimensi ekonomi, sosial dan ekologi.

1.2 Rumusan Masalah

Pupuk merupakan sarana produksi yang memiliki peranan penting dalam

peningkatan produktivitas dan kualitas pertanian di Indonesia. Penggunaan pupuk

dilakukan dengan tujuan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah

sehingga kesuburan tanah tetap terjaga. Telah diprediksi bahwa adopsi

penggunaan pupuk anorganik dan organik mengalami peningkatan dan untuk

dapat memenuhi kebutuhan pupuk nasional PT. Pupuk Kalimantan Timur

memiliki kapasitas besar untuk melakukan kegiatan produksi pupuk urea (pupuk

nitrogen) dengan kandungan nitrogen 46%, pupuk majemuk NPK, pupuk organik

dan amonia. PT. Pupuk Kalimantan Timur sebagai salah satu perusahaan pupuk

terbesar yang memproduksi ratusan ribu ton urea dan amonia. Kegiatan produksi

dalam skala besar yang dilakukan oleh industri pupuk akan menghasilkan limbah

cair dalam jumlah yang besar pula dan limbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan

industri pupuk dan telah melalui proses pengelolaan di PT. Pupuk Kalimantan

Timur kemudian selanjutnya dibuang ke badan perairan laut.

Limbah cair kegiatan produksi pupuk di PT. Pupuk Kalimantan Timur

yang akan dibuang ke badan perairan laut harus memenuhi baku mutu kualitas air

limbah dengan mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.

560 Tahun 2009 untuk pabrik K1, K2, K3, K4 dan POPKA. Selanjutnya, untuk

mengetahui kualitas limbah cair yang akan dibuang ke badan perairan maka

kegiatan pemantauan kualitas limbah cair tersebut harus terus dilakukan. Selain

pemantauan kualitas limbah cair, pemantauan kualitas badan perairan yang

menjadi tempat buangan limbah cair juga harus dilakukan. Kegiatan pemantauan

kualitas badan perairan laut yang dilakukan PT. Pupuk Kalimantan Timur

mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

Adapun pertanyaan penelitian yang dibuat atas dasar rumusan masalah yang telah

diuraikan adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana kualitas limbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri

pupuk di PT. Pupuk Kalimantan Timur?

2. Bagaimana kualitas air laut di sekitar outlet buangan limbah cair PT. Pupuk

Kalimantan Timur?

3. Bagaimana sebaran kualitas air laut di sekitar outlet buangan PT. Pupuk

Kalimantan Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui karakteristik kualitas limbah cair pada pabrik K1, K2, K3, K4,

POPKA dan membandingkannya dengan baku mutu air limbah kegiatan

industri pupuk yang ditetapkan oleh pemerintah melalui KEPMEN LH No.

560 Tahun 2009 untuk pabrik K1, K2, K3, K4, dan POPKA.

2. Mengkaji kualitas air laut di sekitar outlet buangan air limbah dengan

mengacu pada KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004.

3. Mengetahui sebaran kualitas air perairan laut di sekitar outlet buangan PT.

Pupuk Kalimantan Timur

1.4 Sasaran Penelitian

1. Kualitas limbah cair pada outfall pabrik K1, K2, K3, K4, dan POPKA yang

meliputi parameter pH, Amonia sebagai NH3-N (mg/L), Minyak dan

Lemak (mg/L), COD (mg/L), TSS (mg/L), Total Kjeldahl Nitrogen

(mg/L).

2. Kualitas air laut di sekitar outlet buangan limbah cair PT. Pupuk

Kalimantan Timur meliputi parameter pH, Temperatur (oC), Amonia

sebagai NH3-N (mg/L).

3. Peta sebaran kualitas air laut

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menambah ilmu pengetahuan dalam studi

lingkungan mengenai kualitas air limbah industri pupuk di PT. Pupuk Kalimantan

Timur dan juga untuk menambah pengalaman mengenai pengujian kualitas air.

Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kulitas air

limbah dan kualitas air laut di sekitar outlet buangan akhir limbah cair yang telah

disesuaikan dengan baku mutu. Hasil penelitian juga dapat mendukung kegiatan

analisis spasial pengaruh buangan limbah cair terhadap lingkungan sehingga

dapat diketahui secara jelas faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai kualitas

air laut khususnya.

Hasil dari kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

yang benar dan jelas mengenai ada atau tidaknya penurunan kualitas pada limbah

cair dan kualitas air laut. Informasi mengenai kualitas air sangat penting bagi

pihak PT. Pupuk Kalimantan Timur maupun bagi masyarakat karena pada

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 telah disebutkan

bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas kualitas air yang baik, dan

setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan informasi mengenai

kualitas air dan pengelolaan kualitas air hingga informasi potensi pencemaran.

1.6 Tinjauan Pustaka

1.6.1 Air Limbah dan Pencemaran Lingkungan

Air limbah adalah air buangan dari air bersih yang telah digunakan dan

dapat berasal dari masyarakat, rumah tangga, industri, air tanah dan air

permukaan serta buangan lainnya (Frick dan Setiawan, 2002). Zat-zat yang

terdapat dalam air buangan diantaranya adalah endapan atau padat, padat

tersuspensi, terlarut sebagai koloid, emulsi (Kodotie dan Sjarief, 2010). Air

buangan yang dikeluarkan oleh masing-masing kegiatan industri tergantung pada

banyak produk yang dihasilkan dan jenis produknya. Limbah cair industri dapat

berasal dari air yang digunakan pada proses produksinya, maupun berasal dari

bahan baku yang mengandung air sehingga dalam proses pengelolaannya air

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

tersebut harus dibuang. (Chandra, 2007). Penjelasan mengenai air buangan juga

telah disampaikan oleh Ehlers dan Steel pada tahun 1979 bahwa air buangan

adalah air yang dibawa oleh saluran pembuangan atau sewer.

Secara umum dari beberapa pengertian di atas yang dimaksud dengan

limbah cair kegiatan industri adalah air yang digunakan pada proses produksi

maupun yang berasal dari bahan baku yang mengandung air sehingga dalam

proses pengelolaannya air tersebut harus dibuang kembali ke lingkungan.

Sedangkan air buangan adalah air yang disalurkan melalui saluran pembuangan

(sewer) dapat berupa air limbah dari proses produksi atau bahan baku yang

mengandung air. Air buangan juga dapat pula berasal dari air pendingin mesin

dan lainnya yang telah digunakan.

Limbah baik berupa padatan maupun cairan merupakan konsekuensi logis

dari setiap pembangunan dan penyelenggaraan kegiatan industri. Limbah pada

suatu saat dan tempat tertentu keberadaannya tidak dikehendaki lingkungan

karena limbah yang mengandung bahan polutan dalam jumlah yang relatif sedikit

dapat berpotensi untuk menyebabkan pencemaran lingkungan, kerusakan

lingkungan hidup dan sumberdaya. (Philip, 2004). Lingkungan merupakan

kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup

didalamnya. Lingkungan merupakan ruang bagi komponen lingkungan untuk

dapat melangsungkan kehidupannya dengan kapasitas daya dukung untuk

adaptasi dari segala gangguan yang berasal dari aktifitas manusia termasuk

didalamnya adalah pencemaran lingkungan.

Pencemaran lingkungan adalah segala keadaan yang dapat memberikan

pengaruh buruk terhadap lingkungan dan juga dapat mengubah susunan

lingkungan (Tresna, 2009). Pencemaran lingkungan juga dapat diartikan sebagai

masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain

kedalam lingkungan oleh kegiatan manusia sehingga kualitas lingkungan

mengalami penurunan sampai pada tingkat tertentu yang dapat menyebabkan

lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi sesuai dengan

peruntukannya (UU RI No. 23, 1997).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

Masalah pencemaran lingkungan yang dominan pada dekade terakhir ini

adalah mengenai pencemaran air. Permasalah lingkungan mengenai pencemaran

air dapat diidentifikasi melalui kegiatan pemantauan kualitas air. Kegiatan

pemantauan kualitas air dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi

fisik dan kimia sehingga dapat diketahui karakteristiknya.

Identifikasi air yang tercemar dapat dilakukan secara visual maupun

melalui pemeriksaan laboratorium. Identifikasi secara visual dapat diketahui

melalui parameter fisik yang meliputi kekeruhan, suhu, warna air, rasa, bau yang

ditimbulkan dan indikasi lainnya. Sementara itu identifikasi melalui pemeriksaan

laboratorium dapat ditandai dengan adanya perubahan sifat kimia air yang bersifat

berbahaya, beracun dan melebihi baku mutu serta dengan menggunakan

identifikasi parameter biologi yang mencakup keberadaan plankton dan bakteri.

(Effendi, 2003).

Pencemaran air yang terjadi dapat menyebabkan penurunan kualitas air

sampai tingkat tertentu sehingga air tersebut tidak dapat berfungsi sesuai dengan

peruntukannya. Maka dari itu penting untuk dilakukan pengelolaan kualitas air

yang merupakan upaya untuk menjamin agar kualitas air tetap berada pada

kondisi alamiahnya. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82, 2001).

Pengelolaan kualitas air pada satu kegiatan industri harus memenuhi ketentuan

standar mutu, melalui baku mutu kualitas air limbah kegiatan industri sebagai

effluent standart maupun melalui baku mutu kualitas air laut sebagai stream

standart.

Upaya pengelolaan kualitas air merupakan bagian penting dari kegiatan

pengelolaan lingkungan hidup. Lingkungan hidup sebagai kesatuan ruang dengan

semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan

perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan hidup kesejahteraan manusia

serta makhluk lainnya yang akan membentuk suatu interaksi yang saling

mempengaruhi antara satu komponen lingkungan satu dengan lainnya. Proses

interaksi yang terjadi antara manusia dengan lingkungannya berwujud sebagai

ekosistem yang terdiri atas komunitas organisme dan lingkungan fisiknya saling

berinteraksi secara timbal-balik. (Siahaan, 2004). Adanya upaya pengelolaan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

terhadap lingkungan tersebut idealnya dilakukan untuk menciptakan

kesinambungan pada wilayah yang didayagunakan.

1.6.2 Proses Produksi Unit Urea

Urea merupakan senyawa organik yang dikenal dengan rumus kimia CO

(NH2) atau dengan nama lain carbamide. Tahapan pembuatan urea meliputi

kegiatan persiapan bahan baku, tahap sintesis, resirkulasi, evaporasi dan finishing

(pemekatan), serta pengolahan air buangan (Syarifa dan Nurfitriyani, 2013).

Reaksi pembentukan urea pertama kali di temukan oleh Hilaire Rouelle pada

tahun 1773. Tahun 1828, Friedrich Woehler berhasil membuat urea melalui rekasi

berikut.

AgNCO + NH4Cl→ (NH2)2 CO + AgCl…………(1)

Kemudian pada tahun 1992, Bosh dan Meiser menemukan proses

pembuatan urea yang lebih efisien dibandingkan dengan proses yang di

kemukakan oleh Woehler secara sintesis dengan bahan dasar amonia dan

karbondioksida. (Overdahl et al., 1991 dalam Prabowo, 2009). Reaksi ini

kemudian dinamakan reaksi Bosh-Meiser dengan pembentukan urea sebagai

berikut.

2NH3 + CO2 ↔ H2N – COONH4………………(2)

H2N – COONH4 ↔ (NH2)2CO + H2O……...….(3)

Unit urea dari keempat pabrik K1, K2, K3 dan K4 secara umum

mempunyai proses yang sama, perbedaan hanya terletak pada proses komersial

tergantung pada lisensornya. Pabrik K1, K2, K3 menggunakan Stamicarbon,

sedangkan untuk pabrik K4 menggunakan proses Snam Progetti seperti yang

secara lebih rinci disajikan dalam Tabel 1.1.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

Tabel 1.1 Rincian Proses Produksi Unit Urea

Rincian Snamprogetti Stamicarbon

Tekanan (atm) 130 140

Temperatur (oC) 180 – 190 170 – 190

Ratio NH3/ CO2 3,5 – 5 2

Proses daur

ulang

Internal Carbamate

Recycle

Internal Carbamate

Recycle

Pelucut Gas inert pada

tekanan reaktor

Gas CO2 pada

tekanan reaktor

Sumber : Anonim 2008

Pembuatan urea dilakukan atas dasar reaksi pembentukan carbamat dari

amonia dan karbondioksida, kemudian dilanjutkan dengan dehidrasi carbamat

menjadi urea dan air. Adapun reaksi pokok berlangsung sebagai berikut.

2NH3 + CO2 ↔ NH4OCONH2↔ NH2 CONH2 + H2O

a. Persiapan Bahan Baku

Gas CO2 dari unit amonia dikirimkan melalui udara dalam aliran, ditekan

dari tekanan 0,4 sampai 150 kg/cm2 dan dialirkan ke H2 converter yang

mengandung katalis platinum. Reaksi berlangsung antara O2 dan H2 membentuk

uap air untuk mencegah terjadinya campuran gas yang eksplosif. Reaksi

berlangsung exothermic sehingga suhu naik menjadi 142oC dan perlu didinginkan

sampai dengan temperatur 108oC sebelum dikirim ke reaktor urea.

Amonia cair bertekanan 26 kg/cm2 dan temperatur 30

oC ditekan sampai

dengan 180 kg/cm2 dan dipanaskan sampai dengan temperatur 75

oC dan

bersamaan dengan itu larutan carbamat dari scrubber dan gas CO2 dari HP

stripper masuk ke HP carbamat condenser bertekanan 144 kg/cm2, dan akan

terjadi pembentukan carbamat yang reaksinya bersifat exothermic, panas yang

dihasilkan dimanfaatkan kembali untuk pembangkit steam reactor dengan

tekanan steam 4 kg/cm2.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

b. Sintesa

Larutan carbamat dari HP condenser dialirkan ke reaktor, dan dari proses

itu akan terjadi reaksi pembentukan urea. Hasil sintesa keluar dari reaktor

kemudian dimasukkan ke stripper untuk memisahkan gas CO2, amonia dan inert

gas dari larutan urea-carbamat lalu dimanfaatkan kembali dengan

mengkondensasinya di scrubber. Kemudian CO2 diubah menjadi urea dalam

reaktor sekitar 80%.

c. Resirkulasi

Larutan ammonium carbamat yang mengandung urea, air dan carbamat

yang tak terpisahkan dimasukkan ke stripper dan rectifier. Disini carbamat

diuraikan kembali menjadi NH3 dan CO2 dengan sistem ekspansi, selanjutnya gas

yang terbentuk dipisahkan untuk mendapatkan larutan pekat urea berkadar 73%

dan bersuhu 86oC dan kemudian larutan ini dimasukkan ke dalam tangki urea

(Urea Solution Storage Tank). Tangki tersebut merupakan tempat penampungan

sementara urea sebelum dilakukan proses pemurnian pada proses selanjutnya.

d. Evaporasi dan Finishing

Larutan pekat urea berasal dari resirkulasi yang ada di tangki urea,

dialirkan ke evaporator untuk diuapkan dan mendapatkan larutan urea dengan

kadar 99,7% dan suhu 140oC. Evaporator terdiri dari 2 tingkat yang bekerja pada

tekanan masing-masing 0,4 dan 0, 04 kg/cm2, kemudian larutan ini dipompakan

ke prilling tower (±50 meter) untuk pembutiran urea. Lelehan urea dari atas

menara disebarkan ke dalam bentuk tetesan kecil oleh prilling bucket dengan

kecepatan terkontrol. Selama tetesan urea jatuh terjadi proses kristalisasi. Panas

dari proses kristalisasinya diserap oleh udara yang dihembuskan dari bagian

bawah tower. Selanjutnya butiran padat urea yang jatuh di bagian bawah menara

dikumpulkan oleh stripper dan dikirim ke gudang urea (Urea Product Storage).

Kapasitas produksi pupuk urea di Pabrik Kaltim 2 per hari mencapai 1900

ton. Proses produksi urea di pabrik Kaltim 2 berlangsung secara terus menerus.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

Penurunan kapasitas terjadi apabila ada alat dan mesin yang sedang dilakukan

perbaikan. Pemenuhan kekurangan akan dilakukan pada bulan selanjutnya ketika

pabrik beroperasi sempurna.

e. Pengolahan Air Buangan In Plant Treatment (Waste Water Treatment)

Inlet pada WWT ini berasal dari amonia water tank yang terbagi menjadi 2

compartement yaitu small compartement untuk menampung kondensat dari tahap

evaporasi dan big compartement untuk menampung pembuangan (drain). Larutan

dari amonia water tank tersebut mengandung NH3 6,59%, CO2 3,13%, dan Urea

1,12%. Air limbah dari amonia water tank tersebut dipompakan menuju first

desorber yang dilengkapi dengan beberapa tray untuk mencegah terjadinya water

back. Larutan kemudian melewati desorber heat exchanger untuk dinaikkan

suhunya. Suhu dinaikkan dengan menggunakan uap yang mengalir naik dari

second desorber dan uap dari Hydrolizer sehingga mengakibatkan NH3 dan CO 2

terpisah dari larutan uap. (Syarifa dan Nurfitriyani, 2013).

NH3 dan CO2 yang telah terpisah kemudian meninggalkan bagian atas

desorber menuju reflux condenser untuk di kondensasikan kembali menjadi air.

Proses kondensat pada bagian bawah kondensat di pompa oleh Hydrolizer feed

pump dan diumpankan ke hidrolizer dengan melewati Heat exchanger untuk

menaikkan temperaturnya. Proses kondensat dalam hidrolizer menyebabkan NH3

dan CO2 terhidrolisa sehingga kandungan ureanya menurun. Proses kondensat

pada bagian bawah hydrolizer ini akan mengalir ke second desorber dan

dikontakkan dengan low pressure steam. Uap yang ada di bagian bawah second

desorber mengalir keatas dan menaikkan temperatur cairan yang turun sehingga

menghilangkan NH3 dan CO2 sedangkan uap air dari bagian atas desorber

disirkulasikan ke unit utilitas dengan kandungan NH3<1ppm dan CO2<1ppm. Air

yang tidak memenuhi baku mutu maka akan di sirkulasikan kembali ke WWT.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

1.6.3 Batas dan Sumberdaya Wilayah Pantai, Wilayah Pesisir dan

Wilayah Lautan

Wilayah pantai merupakan wilayah yang digunakan untuk berbagai macam

kegiatan manusia diantaranya pertambakan, kawasan industri, pertanian,

pelabuhan, pariwisata, kegiatan konservasi alam serta kegiatan lainnya. Berbagai

macam aktifitas di wilayah pantai ini menyebabkan wilayah pantai menjadi salah

satu wilayah yang memiliki potensi besar untuk menimbulkan konflik yang

berakibat pada timbulnya berbagai macam permasalahan di wilayah pantai.

(Sunarto, 1991). Wilayah pantai ini juga memiliki potensi yang sama untuk

didayagunakan seperti wilayah pesisir.

Menurut (UU RI No. 27, 2007) wilayah pesisir adalah daerah peralihan

antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan didarat dan laut.

Wilayah pesisir juga dapat diartikan sebagai daerah pertemuan antara daratan dan

laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering, maupun

terendam, yang masih mendapat pengaruh dari sifat-sifat laut berupa pasang surut,

angin laut, dan perembesan air laut. Sedangkan ke arah laut, wilayah pesisir ini

mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di

darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena

kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran

(Suprihayono, 2000). Beberapa karakteristik unik dari wilayah pesisir tersebut

kemudian menjadikan wilayah pesisir sebagai daerah yang potensial dalam

mendukung berbagai aktivitas pengembangan wilayah dan pembangunan

ekonomi.

Wilayah pesisir yang merupakan daerah landai yang didayagunakan untuk

berbagai macam kepentingan itu sesungguhnya tidak memiliki batasan wilayah

nyata. Batas wilayah pesisir merupakan batas khayal yang di tentukan atas dasar

kondisi dan situasi setempat yang apabila ditinjau dari garis pantai (coastline),

maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas (boundaries), yaitu batas

yang sejajar garis pantai (longshore), dan batas yang tegak lurus terhadap garis

pantai (cross-shore). (Dahuri dkk., 1996).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

Wilayah pesisir merupakan salah satu ekosistem yang memiliki

karakteristik dinamis dan memiliki kekayaan habitat yang beragam baik di darat

maupun di laut. Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga

dikenal sebagai ekosistem perairan yang paling mudah untuk terkena dampak

kegiatan manusia karena selain dimanfaatkan untuk kegiatan perekonomian

wilayah pesisir juga digunakan sebagai tempat membuang limbah dari berbagai

aktivitas manusia baik dari darat maupun di kawasan pesisir itu sendiri. Adanya

kegiatan pembangunan dan aktivitas pendayagunaan wilayah pesisir ini akan

memberi pengaruh pada perubahan ekosistem dengan skala tertentu. Pemanfaatan

sumberdaya dengan tidak mempertimbangkan prinsip-prinsip ekologi dapat

menurunkan mutu lingkungan serta dapat menyebabkan terjadinya kerusakan

ekosistem wilayah pesisir (Baja, 2012).

Kejelasan mengenai batas nyata antara wilayah pesisir (coastal) dengan

wilayah lautan (oceanic) hingga saat ini belum ada. Para ahli oseanografi

menyimpulkan dalam persepsi global bahwa wilayah pesisir adalah seluruh area

yang ada dalam batas paparan benua sedangkan para pengelola wilayah pesisir

umumnya menganggap wilayah laut adalah seluruh area yang ada di luar batas

wilayah laut teritorial (3 sampai 12 mil laut). (Dahuri dkk., 2001).

1.6.4 Kondisi Oseanografi Wilayah Pantai dan Lautan

a. Arus

Menurut Siahaan (2004) Arus laut adalah gerakan air laut dari suatu

wilayah ke wilayah lainnya. Gerakan massa air laut ini dapat secara mendatar

berupa arus permukaan dan arus dasar, ataupun secara vertikal, dari lapisan bawah

ke atas atau sebaliknya. Beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya arus laut

adalah :

1. Adanya gerakan angin yang arahnya tetap sepanjang tahun yang dapat

mengakibatkan terbentuknya gerakan air permukaan yang arahnya

mendatar.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

2. Adanya pengaruh tinggi muka air laut sehingga menyebabkan arus mengisi

wilayah laut ditempat lain yang permukaannya lebih rendah.

3. Adanya rintangan pulau atau benua yang mengakibatkan arus berbelok

mengikuti garis pantai pulau atau benua tersebut.

4. Adanya perbedaan suhu serta salinitas air laut yang menimbulkan gerakan

air laut dari wilayah yang memiliki densitas tinggi ke wilayah yang

densitasnya rendah.

Besar kecilnya kecepatan arus dapat dipengaruhi oleh angin, tahanan dasar,

gaya coriolis dan perbedaan densitas (Wibisiono, 2005). Arus yang merupakan

gerakan air yang sangat luas yang terjadi di seluruh lautan didunia dapat

dipengaruhi oleh bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada di

sekitarnya (Hutabarat dan Evans, 1985). Arus memiliki energi atau kapasitas

angkut (Carrying capacity) yang sebanding dengan kecepatannya. Kapasitas

angkut tersebut merupakan representasi dari tekanan (stress) yang terjadi akibat

gesekan (friction) antara lapisan badan air yang bergerak dan dengan dasar

perairan. Tekanan yang bekerja didasar perairan disebut sebagai tekanan geser

dasar (bed shear stress). (Poerbondono dan Djunasjah, 2005).

b. Pasang Surut

Pasang surut adalah gerakan vertikal (naik dan turunnya permukaan air laut

secara teratur dan berulang-ulang) dari seluruh partikel massa air laut dari

permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut yang disebabkan oleh pengaruh

gravitasi benda-benda langit terutama Bulan dan Matahari (Surinati, 2007).

Gravitasi Bulan merupakan pembangkit pasang surut yang utama. Massa Matahari

jauh lebih besar dibandingkan dengan massa Bulan, namun jarak Bulan yang lebih

dekat dengan Bumi dibandingkan dengan Matahari maka dari itu Matahari hanya

memberi pengaruh yang lebih kecil terhadap pembangkit pasang surut

(Poerbondono dan Eka, 2005). Hal yang menyebabkan adanya perbedaan yang

besar antara tinggi pasang dan surut adalah apabila kondisi Bulan dan Matahari

terletak kurang lebih pada satu garis lurus dengan Bumi seperti saat Bulan muda

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

atau pada Bulan purnama maka daya tarik keduanya akan saling memperkuat

(Anugerah, 1993). Begitu pula sebaliknya apabila Bulan dan Matahari ada pada

saat seperempat bulan awal maupun akhir bulan maka pada saat itu gaya tarik

menarik keduanya akan saling meniadakan sehingga terjadi tinggi pasang rendah

atau biasa di sebut dengan pasang perbani (neap tide). Arus pasang surut yang

terjadi pada daerah pantai yang langsung memiliki hubungan dengan laut dan

mengalami proses percampuran dengan air tawar dari sungai (estuary) akan

mengalami gesekan dengan dasar perairan. Gesekan yang terjadi dapat

menyebabkan adanya interfensi pada gelombang periodik sehingga dapat

membentuk gelombang diam atau gelombang stasioner.

1.6.5 Baku Mutu Air Limbah PT. Pupuk Kalimantan Timur

Baku mutu air limbah adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi,

atau komponen lain yang harus ada dan atau unsur pencemar yang terkandung

didalam air limbah tersebut masih dapat ditenggang keberadaannya (Peraturan

Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 03, 2010). Baku mutu air limbah industri

pupuk di PT. Pupuk Kalimantan Timur ini digunakan sebagai salah satu aturan

yang dibuat oleh pemerintah yang merupakan bagian dari upaya pengendalian

pencemaran lingkungan. Aturan yang dibuat dan tercantum pada baku mutu

kualitas air limbah pada tiap-tiap kegiatan industri berbeda-beda nilainya, hal ini

dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik air limbah yang dihasilkan oleh masing-

masing kegiatan dan disamping itu juga dipengaruhi oleh adanya perbedaan

kapasitas produksi serta besar potensi polusi yang dihasilkan.

Baku mutu kualitas air limbah bagi PT. Pupuk Kalimantan Timur adalah

mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 560 Tahun

2009. Nilai batas yang ditenggangkan keberadaannya pada air limbah yang akan

dibuang ke badan perairan laut disajikan pada Tabel 1.2 dan Tabel 1.3 sedangkan

untuk nilai beban pencemar maksimum yang ditenggangkan serta jumlah produksi

maksimum tertera pada Tabel 1.4 dan Tabel 1.5. Nilai beban pencemar

maksimum ialah batasan tertinggi suatu unsur pencemar yang terkandung di

dalam air atau air limbah yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan yang

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

dinyatakan dalam satuan berat per parameter per satuan berat produk (Peraturan

Daerah Kalimantan Timur, 2011).

Tabel 1.2 Baku Mutu Air Limbah Outfall K-1 dan K-2

Parameter

Beban Maksimum

(kg/Ton produk)

Pabrik Urea Pabrik Amonia

NH3-N 0,5 0,2

TKN 1 -

COD 0,75 0,3

TSS 0,5 0,15

Minyak dan lemak 0,1 0,1

Debit air limbah

maksimum

1,5 m3 per ton

produk

1,5 m3 per ton

produk

pH 6-10 6-10

Sumber : Lampiran KEPMENLH No. 560 Tahun 2009

Tabel 1.3 Baku Mutu Air Limbah Outfall K-3, K-4 dan POPKA

Parameter

Pabrik Urea

Beban Maksimum

(kg/Ton produk)

NH3-N 0,35

TKN 0,7

COD 0,75

TSS 0,5

Minyak dan lemak 0,1

Debit air

limbah maksimum 1,5 m

3 per ton produk

pH 6-10

Sumber : Lampiran KEPMENLH No. 560 Tahun 2009

Tabel 1.4 Produksi Urea Maksimum yang di Izinkan

No. Pabrik Urea Kapasitas (ton/hari)

1 Kaltim-1 2550

2 Kaltim-2 2070

3 Kaltim-3 2070

4 Kaltim-4 2070

5 Popka 2070

Sumber : Lampiran KEPMENLH No. 560 Tahun 2009

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

1.6.6 Baku Mutu Kualitas Air Laut

Baku mutu kualitas air laut ialah batas atau kadar makhluk hidup, zat,

energi, atau komponen yang lain yang harus ada dan atau unsur pencemar yang

terkandung didalam air laut tersebut masih dapat ditenggang keberadaannya

(Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51, 2004). Baku mutu

kualitas air laut yang digunakan sebagai acuan pemantauan nilai kualitas air laut

pada penelitian ini adalah mengacu pada baku mutu kualitas air laut untuk

perairan pelabuhan pada Tabel 1.6.

Tabel 1.5 Baku Mutu Air Laut untuk Pelabuhan

No. Parameter

Satuan Baku Mutu Fisika

1. Kecerahana

M >3

2. Keabuan - Tidak berbau

3. Padatan tersuspensi totalb

mg/l 80

4. Sampah - Nihil1(4)

5. Suhuc o

C Alami3(c)

6. Lapisan minyak5

- Nihil1(5)

Kimia

1. pHd

- 6,5-8,5(d)

2. Salinitase

% o Alami3(e)

3. Amonia total (NH3-N) mg/l 0,3

4. Sulfida (H2S) mg/l 0,03

5. Hidrokarbon total mg/l 1

6. Senyawa fenol total mg/l 0,002

7. PCB (poliklor bifenil) µg/l 0,1

8. Surfaktan (deterjen) mg/l MBAS 1

9. Minyak dan lemak mg/l 5

10. TBT (tri butyl tin)6

µg/l 0,01

Logam terlarut

1. Raksa (Hg) mg/l 0,003

2. Kadmium (Cd) mg/l 0,01

3. Tembaga (Cu) mg/l 0,05

4. Timbal mg/l 0,05

5. Seng mg/l 0,01

Biologi

1. Coliform (total)f

MPN/100ml 100(f)

Sumber : Lampiran KEPMENLH No. 51 Tahun 2004

Penggunaan nilai baku mutu untuk pelabuhan pada kajian kualitas air laut

ini didasarkan adanya pelabuhan milik PT. Pupuk Kalimantan Timur yang

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

beroperasi di sekitar area perusahaan. Baku mutu air laut ini pada dasarnya

digunakan sebagai pengontrol terhadap parameter-parameter kualitas air laut yang

berpotensi untuk menimbulkan gangguan pada keberlangsungan kehidupan

organisme perairan laut alami. Baku mutu air laut ini lebih lanjut juga digunakan

untuk mengindentifikasi ada tidaknya pencemaran di perairan laut yang dapat

menyebabkan penurunan nilai ekonomis, nilai keindahan dan nilai penghargaan

atas sumberdaya alam yang selama ini berperan sebagai pendukung

keberlangsungan berbagai kegiatan manusia.

1.7 Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2013) dilakukan di Halmahera

Timur, Maluku Utara. Penelitian ini difokuskan untuk mengkaji kualitas limbah

cair dari aktifitas kegiatan pertambangan nikel di PT. Aneka Tambang Tbk.

Lokasi pengambilan sampel limbah cair yang dilakukan oleh Rahmawati (2011)

adalah pada kolam penampungan limbah cair kegiatan pertambangan dan perairan

laut, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan di PT. Pupuk Kalimantan Timur

ini dilakukan dengan mengkaji kualitas limbah cair pada outfall pabrik K1, K2,

K3, K4, POPKA, chemical pond, dan perairan laut yang masih dimungkinkan

untuk mendapat pengaruh dari aktifitas pembuangan limbah cair.

Penelitian acuan berikutnya dilakukan oleh Sial, R.A dkk (2006) yang

beerjudul “Quality of Effluent from Hattar Industrial Estate”. Penelitian

mengenai “Quality of Effluent from Hattar Industrial Estate” dilakukan dengan

melakukan pengambilan sampel air limbah pada masing-masing outlet point

industri. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik

masing-masing dari parameter kualitas air limbah dan membandingkannya

dengan standar kualitas lingkungan yang ditetapkan. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan mengambil sampel air limbah pada outlet

point di unit industri yang berbeda. Berdasarkan hasil analisis kualitas limbah

pada outlet point diketahui bahwa dari parameter EC dan TSS pada sampel

limbah, nilainya melebihi standar kualitas lingkungan yang ditetapkan dan dari

hasil analisis tersebut diketahui bahwa nilai parameter COD yang tinggi pada

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

semua limbah industri kecuali industri kimia. Hasil lain yang ditemui adalah

adanya kandungan Fe pada outlet point semua limbah industri kecuali yang

berasal dari industri kimia. Adapun perbedaan antara penelitian “Quality of

Effluent from Hattar Industrial Estate” dengan Kajian Kualitas Limbah Cair

Industri Pupuk PT. Pupuk Kalimantan Timur ini adalah pada parameter yang di

uji. Hal tersebut didasari oleh sifat dan karakteristik limbah cair yang dihasilkan

tiap industri tersebut berbeda-beda tergantung pada bahan baku yang digunakan

dan proses produksi yang dilakukan. Beberapa penelitian sebelumnya yang

memiliki kajian tema yang sama secara lengkap disajikan pada Tabel 1.7.

Penelitian yang menjadi acuan berikutnya adalah penelitian yang dilakukan

oleh Manurung (2010) mengenai pencemaran minyak dan lemak di Kawasan

Kepesisiran Dumai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menentukan terlebih dahulu stasiun pengamatan dengan teknik purposive

sampling. Metode yang digunakan untuk mengambil sampel minyak dan lemak

adalah metode grab sampling. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengkaji kualitas perairan Dumai, mengkaji hubungan oseanografi fisik dengan

distribusi kandungan minyak dan lemak dan mengkaji pengaruh kandungan

minyak dan lemak terhadap struktur komunitas plankton.

Hasil yang diperoleh dari kegiatan analisis sampel adalah parameter BOD5,

minyak dan lemak nilainya melampaui baku mutu air laut untuk biota. Hasil

berikutnya menunjukan bahwa oseanografi fisik memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap distribusi minyak dan lemak di perairan dan hasil yang

terakhir menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara nilai parameter

minyak dan lemak dengan kelimpahan plankton di perairan. Kesamaan penelitian

mengenai kajian kualitas limbah cair industri pupuk PT. Pupuk Kalimantan Timur

dengan penelitan mengenai pencemaran minyak dan lemak di Kawasan Pesisir

Dumai ini adalah dari metode penentuan titik pengambilan sampel perairan laut

dan pertimbangan aspek oseanografi fisik dalam pengambilan sampel dan analisis

hasil. Hal yang membedakan antara kedua penelitian tersebut adalah pada

penelitian kualitas limbah industri pupuk PT. Pupuk Kalimantan Timur tidak

menambahkan metode wawancara.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

Tabel 1.6 Penelitian Sebelumnya

Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil

Sial, R.A.,

Chaudhary,

M.F., Abbas,

S.T., Latif

M.I., dan

Khan, A.G.

(2006)

Quality of Effluent

from Hattar

Industrial Estate

1. Mengetahui karakteristik

limbah pada outlet point

masing-masing industri

dengan menggunakan

parameter konduktivitas, pH,

TSS, BOD, COD dan

membandingkannnya dengan

Standar Kualitas Lingkungan

yang ditetapkan

2. Mengetahui kandungan

logam pada outlet point

maisng-masing industri

seperti Fe, Zn, Cu, Pb, Ni

3. Mengetahui karakteristik

limbah pada outlet point

masing-masing industri

dengan menggunakan

parameter konduktivitas, pH,

TSS, BOD, COD dan

membandingkannnya dengan

Standar Kualitas Lingkungan

yang ditetapkan

Sampel air di ambil

pada 5 outlet point

dari unit industri yang

berbeda dan juga

melakukan

pengambilan sampel

air keran di sekitar

Kawasan Industri

Hattar. Selanjutnya

dilakukan uji

laboratorium terhadap

sampel air yang telah

diambil

1. pH Limbah dari industri tekstil

dan manufaktur adalah berkisar

antara 6-10 dan apabila

dibuang secara terus menerus

akan menyebabkan

produktifitas lahan menurun

karena sifat tanah yang

cenderung basa oleh akibat

pembuangan limbah industri

2. EC danTSS pada sampel

limbah industri manufaktur

melebihi Standar Kualitas

Lingkungan yang telah

ditetapkan. Tingginya nilai EC

dan TSS ini dapat disimpulkan

bahwa limbah cair industri

manufaktur tidak dapat

digunakan untuk keperluan

irigasi

3. Semua limbah industri kecuali

industri kimia memiliki nilai

COD yang tinggi

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

Lanjutan Tabel 1.6

Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil

Sial, R.A.,

Chaudhary,

M.F., Abbas,

S.T., Latif

M.I., dan

Khan, A.G.

(2006)

(lanjutan) 4. Mengetahui kandungan logam

pada outlet point masing-

masing industri seperti Fe, Zn,

Cu, Pb, Ni

(lanjutan) 4. Semua limbah Kandungan Fe

dalam sampel air limbah

ditemukan pada outlet point

masing-masing industri kecuali

outlet point industri kimia

memiliki nilai yang sangat

tinggi sedangkan kandungan

nikel dan timah masih dalam

batas yang diperbolehkan

Maniur Eli

Hamonangan

Manurung

(2010)

Pencemaran

Minyak dan

Lemak di

Kawasan

Kepesisiran

Dumai, Riau

1. Mengkaji kualitas perairan

yang meliputi suhu, pH, BOD,

COD, Kecerahan air, minyak

dan lemak dan plankton di

perairan kepesisiran Dumai

2. Mengkaji hubungan

oseanografi fisik dengan

distribusi kandungan minyak

dan lemak diperairan Dumai

3. Mengkaji pengaruh kandungan

minyak dan lemak terhadap

struktur komunitas plankton di

kawasan perairan Dumai

Penentuan stasiun

pengamatan dengan

purposive sampling,

pengambilan sampel

minyak dan lemak

dengan grab sample,

pengambilan sampel

air untuk plankton

dengan composite

sampling dan

wawancara dengan

FGD (Focus group

discussion)

1. Kualitas perairan kepesisiran

yang telah tercemar dan

mengalami penurunan yang

signifikan karena ditinjau dari

kandungan BOD5, dan minyak

dan lemak telah melampaui

baku mutu air laut untuk biota

yang ditetapkan oleh KepMen

LH No. 51 Tahun 2004 yang

masing-masing adalah 20 mg/L

dan 1 mg/ L sehingga daya

dukung lingkungan perairan

juga menurun

2. Oseanografi fisik memiliki

hubungan yang signifikan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

Lanjutan Tabel 1.6

Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil

(lanjutan)

Maniur Eli

Hamonangan

Manurung

(2010)

(lanjutan)

4. Mengkaji persepsi masyarakat

yang bermukim di kawasan pesisir

Dumai terhadap kualitas perairan

(lanjutan) dalam mempengaruhi

distribusi minyak dan lemak

diperairan, sehingga

pencemaran minyak dan lemak

tidak hanya berdampak negatif

dimana minyak dan lemak

tersebut tertumpah/ditumpah

tetapi juga ke perairan lainnya

sesuai karakteristik oseanografi

fisik yang terjadi di perairan.

3. Tidak ada hubungan antara

minyak dan lemak dengan

kelimpahan komunitas

plankton di perairan

Kery

Rahmawati

(2013)

Kajian Kualitas

Limbah Cair

Kegiatan

Pertambangan

Bijih Nikel PT.

Aneka Tambang

Tbk,

Halmahera Timur,

Maluku Utara

1. Mengetahui kualitas limbah cair

yang terdapat pada inlet, outlet

dan tiap-tiap kolam pengendapan

jika dibandingkan dengan baku

mutu limbah cair yang telah

ditetapkan

2. Mengetahui kualitas air laut di

sekitar outlet buangan akhir

dibandingkan dengan

Penentuan sampel

dilakukan dengan

menggunakan

purposive

sampling dan

sampel yang

diambil adalah

merupakan grab

sample

1. Limbah cair pada inlet dan

outlet di kolam-kolam

pengendapan memenuhi baku

mutu limbah cair

2. Kandungan logam yang

mengalami penurunan pada

kolam pengendapan hanya

terjadi pada beberapa

parameter saja

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

Lanjutan Tabel 1.6

Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil

(lanjutan)

Kery

Rahmawati

(2013)

(lanjutan) baku mutu air laut yang telah

ditetapkan

3. Analisis s pasial pengaruh

buangan limbah cair terhadap

lingkungan

(lanjutan) 3 .Kualitas air laut masih berada

pada ambang batas

4. Limbah cair yang dibuang

melalui outlet tidak memberi

pengaruh terhadap kualitas air

laut di sekitar daerah penelitian

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

1.8 Kerangka Pemikiran

Dekade ini sektor industri yang menghasilkan produk menjadi salah satu

sektor yang paling menjadi sorotan mengenai aktifitas pembuangan hasil samping

baik berupa limbah padat, limbah cair dan limbah bahan beracun dan berbahaya

(B3) kedalam lingkungan khususnya badan perairan. Dalam jumlah yang kecil

pun limbah yang langsung dibuang ke lingkungan memiliki potensi untuk

menyebabkan terjadinya perubahan kualitas lingkungan ke arah yang negatif.

Maka dari itu aktifitas pengelolaan limbah sangat perlu dilakukan oleh suatu

industri untuk dapat berkelanjutan. Aktifitas mengenai pengelolaan limbah cair

khususnya saat ini, telah mendapat perhatian besar dari pemerintah melalui

Kementerian Lingkungan Hidup. Hal tersebut ditunjukan melalui peraturan-

peraturan yang membatasi kadar atau bahan pencemar yang akan dibuang ke

lingkungan dari aktifitas produksi.

Pengelolaan limbah cair di PT. Pupuk Kalimantan Timur dilakukan dengan

pengelolaan in plant treatment dan pengelolaan unit end of pipe treatment.

Pengelolaan in plant treatment dilakukan untuk mengelola intermediate waste

agar dapat didaur ulang yang terdiri atas unit stripper, unit hydrolizer, unit

scrubber dan unit urea solution pit. Pengelolaan unit end of pipe treatment

dilakukan dengan menampung limbah pada chemical pond yang berukuran 50 x

50m dengan kedalaman 2m yang dilengkapi dengan aerator.

Limbah cair dari masing-masing unit pengelolaan tersebut kemudian

dipantau kualitasnya sebelum dibuang ke badan perairan laut. Limbah cair yang

akan dibuang ke badan perairan laut harus memenuhi baku mutu limbah cair yang

telah ditetapkan agar tidak menimbulkan gangguan. Maka dari itu aktifitas

pemantauan kualitas air pada outfall pabrik K1, K2, K3, K4, POPKA, chemical

pond dan perairan laut sebagai badan perairan penerima sangat perlu dilakukan.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

Diaam Alir Pemikiran Gambar 1.1 Diagram Alir Pemikiran

Unit Proses Pabrik

Pupuk

Produk

Limbah Padat Limbah Cair Limbah B3

Pengelolaan Unit end of

pipe treatment

penampungan limbah

cair pada chemical pond

yang dilengkapi dengan

aerator dan chemical

pond ini berukuran 50m

x 50m dengan

kedalaman 2m

Pengelolaan In Plant

Treatment

Mengolah intermediate

waste agar dapat didaur

ulang dan terdiri atas

unit stripper, unit

hydrolizer, unit

scrubber, dan unit area

solution pit

Kualitas Limbah cair

Baku Mutu Limbah

Cair pada KEPMEN

560 Tahun 2009

Kualitas air laut

Baku Mutu Air Laut

pada KEPMEN 51

Tahun 2004

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

Aktfitas pembuangan limbah cair hanya dilakukan apabila kualitas limbah

cair pada masing-masing outfall pabrik K1, K2, K3, K4, dan POPKA telah

memenuhi baku mutunya. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah limbah cair

saat pabrik dalam keadaan abnormal terkadang belum memenuhi baku mutunya

untuk dibuang ke badan perairan laut sehingga pada kondisi ini limbah cair

dialirkan ke chemical pond untuk ditampung sementara dan akan dibuang atas

pertimbangan beban limbah harian yang diperkenankan untuk dibuang ke badan

perairan penerima. Keadaan tersebut akan berbeda saat pabrik dalam kondisi

normal, air limbah yang telah memenuhi baku mutu akan langsung dibuang ke

badan perairan laut dan dari adanya kegiatan pembuangan limbah cair tersebut ke

badan perairan maka pemantauan kualitas air laut kemudian dilakukan dengan

mengacu pada Baku Mutu Kualitas Air Laut No. 51 Tahun 2004.

1.9 Batasan Istilah

a. Air limbah ialah air buangan dari air bersih yang telah digunakan dan dapat

berasal dari masyarakat, rumah tangga, industri, air tanah dan air

permukaan serta buangan lainnya (Frick dan Setiawan, 2002).

b. Air buangan ialah air yang mengandung endapan atau padat, padat

tersuspensi, terlarut sebagai koloid, emulsi (Kodotie dan Sjarief, 2010).

c. Limbah cair industri ialah air yang digunakan pada proses produksinya,

maupun berasal dari bahan baku yang mengandung air sehingga dalam

proses pengelolaannya air tersebut harus dibuang (Chandra, 2007).

d. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau

komponen lain didalam air dan dapat dinyatakan dengan beberapa

parameter fisik, kimia dan biologi (Effendi, 2003).

e. Pencemaran lingkungan ialah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,

zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan oleh kegiatan

manusia sehingga kualitas lingkungan mengalami penurunan sampai pada

tingkat tertentu yang dapat menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau

tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya (UU RI No. 23, 1997).

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74867/potongan/S1-2014... · udara, limbah cair, limbah B3, limbah padat dan memanfaatkan sumberdaya secara

f. Baku mutu air limbah adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi,

atau komponen yang lain yang harus ada dan atau unsur pencemar yang

terkandung didalam air limbah tersebut masih dapat ditenggang

keberadaannya (Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 03,

2010).

g. Baku mutu air laut adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau

komponen yang lain yang harus ada dan atau unsur pencemar yang

terkandung didalam air laut tersebut masih dapat ditenggang

keberadaannya (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51,

2004).

h. Nilai beban pencemar maksimum ialah batasan tertinggi suatu unsur

pencemar yang terkandung di dalam air atau air limbah yang masih

diperbolehkan dibuang ke lingkungan yang dinyatakan dalam satuan berat

per parameter per satuan berat produk (Peraturan Daerah Kalimantan

Timur, 2011).