1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen perusahaan bertanggung jawab dalam mengelola dan meningkatkan nilai perusahaan. Pendelegasian wewenang oleh pemegang saham memungkinkan manajemen memiliki akses terhadap semua informasi, sumber daya dan kegiatan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan (Ujiyantho, 2012). Namun, kewajiban manajemen tidak hanya mengetahui dan memiliki akses atas informasi, sumber daya dan kegiatan perusahaan, mereka juga harus melaporkan tanggung jawab pengelolaan perusahaan kepada pemegang saham dan dewan komisaris (Ujiyantho, 2012). Tanggung jawab tersebut dapat tercermin dari laporan tahunan, baik kuartalan maupun tahunan, yang berisi kinerja dan tanggung jawab manajemen atas perusahaan yang dikelolanya (Martani, 2018). Laporan keuangan adalah informasi utama bagi investor dalam menilai kinerja perusahaan karena melaporkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang telah dipercayakan kepadanya (Martani, 2018). Karena itu, kredibilitas laporan keuangan harus tetap dijaga agar investor tidak kehilangan kepercayaan terhadap laporan keuangan yang dirilis perusahaan. Bukti-bukti empiris telah menunjukkan bahwa investor merespon negatif atas kinerja keuangan yang tidak sesuai dengan ekspektasi mereka. Harga saham perusahaan meningkat apabila laba yang dilaporkan melebihi ekspektasi pasar. Demikian pula sebaliknya.
12
Embed
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.unika.ac.id/19315/2/15.G1.0205 SEPTA ANANTA... · 2019-07-01 · Konsep bad news hoarding dildanasi argumen bahwa kemampuan manajemen
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manajemen perusahaan bertanggung jawab dalam mengelola dan
meningkatkan nilai perusahaan. Pendelegasian wewenang oleh pemegang saham
memungkinkan manajemen memiliki akses terhadap semua informasi, sumber
daya dan kegiatan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan (Ujiyantho, 2012).
Namun, kewajiban manajemen tidak hanya mengetahui dan memiliki akses atas
informasi, sumber daya dan kegiatan perusahaan, mereka juga harus melaporkan
tanggung jawab pengelolaan perusahaan kepada pemegang saham dan dewan
komisaris (Ujiyantho, 2012). Tanggung jawab tersebut dapat tercermin dari
laporan tahunan, baik kuartalan maupun tahunan, yang berisi kinerja dan
tanggung jawab manajemen atas perusahaan yang dikelolanya (Martani, 2018).
Laporan keuangan adalah informasi utama bagi investor dalam menilai
kinerja perusahaan karena melaporkan pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang telah dipercayakan kepadanya (Martani, 2018). Karena itu,
kredibilitas laporan keuangan harus tetap dijaga agar investor tidak kehilangan
kepercayaan terhadap laporan keuangan yang dirilis perusahaan. Bukti-bukti
empiris telah menunjukkan bahwa investor merespon negatif atas kinerja
keuangan yang tidak sesuai dengan ekspektasi mereka. Harga saham perusahaan
meningkat apabila laba yang dilaporkan melebihi ekspektasi pasar. Demikian pula
sebaliknya.
2
Skandal keuangan yang menimpa Enron pada tahun 2000 menjadi contoh
pentingnya manajer menjaga kepercayaan investor (Cohen et al., 2008). Laporan
keuangan sengaja dimanipulasi untuk menutupi kerugian yang sangat besar akibat
dari perbuatan oportunis manajemen. Ketika kerugian semakin membesar dan
tidak ada cara lain untuk menutupinya, akhirnya perusahaan mengumumkan
kerugian besar yang mereka alami selama ini. Akibatnya investor bereaksi negatif
dan saham perusahaan mengalami kejatuhan yang sangat dalam. Pada saat itu,
saham Enron mengalami penurunan yang tajam yang akhirnya memaksa mereka
untuk mengumumkan pailit.
Kejatuhan harga saham secara tiba-tiba (stock price crash) ini merupakan
kejadian yang sangat merugikan pemegang saham. Oleh karena itu, kejadian ini
menjadi perhatian para legulator, akademisi, dan pemegang saham itu sendiri
(Yeung dan Lento, 2018). Berbagai studi dan penelitian telah berusaha untuk
mencari penyebab terjadinya stock price crash. Salah satu penyebab yang sering
dibahas dalam literatur akuntansi adalah bad news hoarding (Chang et al., 2017).
Konsep bad news hoarding dilandasi argumen bahwa manajemen akan
berupaya untuk menutupi bad news yang dapat berpengaruh negatif terhadap
harga saham. Sebaliknya, manajemen akan segera mempercepat publikasi good
news ke pasar karena akan mempengaruhi karir, kompensasi yang akan didapat,
atau meminimalisir risiko litigasi (Khotari et al., 2009). Menurut Khotari et al.,
(2009) semakin lama manajemen menyembunyikan bad news maka akan
berpengaruh pada karirnya, seperti peningkatan jabatan atau promosi dan bonus
yang tinggi. Namun, tindakan manajemen dalam menyembunyikan bad news
3
tidak dapat dilakukan selamanya. Ketika bad news sudah terakumulasi dan
manajemen tidak mempunyai cara untuk menutupinya lagi, bad news tersebut
akan muncul dipasar dan investor akan merespon negatif akan hal ini. Akibatnya
mengarah pada harga saham yang jatuh secara tiba-tiba dalam jumlah yang besar
(Habib et al., 2017). Bad news yang disembunyikan manajemen dapat bermacam-
macam, seperti contoh, kerugian yang dialami perusahaan, laba negatif, risiko
perusahaan gagal bayar kepada kreditor, masalah hukum yang menyeret
perusahaan ke pengadilan bahkan ganti rugi.
Berdasarkan teori keagenan, potensi bad news hoarding muncul karena
adanya asimetri informasi antara manajemen dan pemegang saham (Khotari et al.,
2009). Asimetri informasi terjadi karena pemegang saham tidak mempunyai
sumber daya yang cukup untuk mengawasi manajemen dalam memenuhi
kepentingan dari pemegang saham (Utari dan Sari, 2016). Karena keterbatasan
pemegang saham dalam aktifitas pengawasan, manajemen berusaha untuk
menyembunyikan berita buruk tentang perusahaan agar pihak luar merasa bahwa
manajemen sudah bekerja dengan baik dan bekerja sesuai keinginan pemegang
saham.
Studi empiris yang dilakukan selama ini berhasil mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi stock price crash. Tarkovska, (2014) menemukan
bahwa pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris yang independen dapat
mengurangi kemampuan manajemen dalam menyembunyikan bad news sehingga
dapat menurunkan resiko kejadian stock price crash. Hutton et al., (2009)
melaporkan perusahaan yang lebih transparan dapat terhindar dari potensi
4
terjadinya stock price crash. Faktor lain yang berpotensi mempengaruhi resiko
stock price crash adalah konservatisme. Kebijakan akuntansi yang konservatif
memperkecil kemungkinan bagi manajer untuk menyembunyikan bad news
sehingga menurunkan resiko stock price crash (Kim dan Zhang, 2015).
Pengawasan yang dilakukan investor institusional juga dapat mengurangi tindakan
manajemen dalam menyembunyikan bad news (Callen dan Fang, 2013). Selain
itu, kualitas audit yang di proksikan sebagai ukuran KAP (Big Four atau nonBig
Four) juga dapat mengurangi kemampuan manajemen dalam menyembunyikan
bad news (Yeung dan Lento, 2018).
Menurut Tarkovska (2014) kemampuan manajemen dalam menahan
pengungkapan berita buruk ke pasar dikarenakan pemegang saham tidak dapat
mengawasi seluruh aktifitas manajemen, sehingga manajemen dengan leluasa
mengelola aliran informasi sesuai dengan keinginannya. Oleh karena itu,
perusahaan harus memiliki mekanisme pengawasan yang dapat mengurangi
tindakan oportunistik manajer, salah satunya adalah dengan membentuk dewan
komisaris yang independen. Menurut Butar-Butar (2014) dewan komisaris yang
independen dan efektif dapat mengurangi perilaku oportunistik manajemen yang
akhirnya dapat mengurangi konflik keagenan yang juga menjadi penyebab
terjadinya stock price crash.
Kualitas laporan keuangan yang diproksikan sebagai transparansi laporan
keuangan dan konservatisme menjadi faktor penting bagi investor karena laporan
keuangan merupakan sumber informasi bagi investor untuk menilai kinerja
perusahaan. Semakin berkualitas laporan keuangan maka semakin berkualitas
5
informasi yang ada di dalam laporan tersebut. Laporan keuangan yang transparan
dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan karena dapat menjembatani dan
mengurangi asimetri informasi antara pemegang saham dan manajemen (Ball et
al., 2005).
Laporan keuangan yang transparan mengharuskan manajemen untuk
mengungkapkan semua informasi penting yang dimilikinya sehingga
memperkecil kemungkinan manajemen dalam menyembunyikan bad news.
Menurut Jin et al., (2006) semakin kurang transparannya laporan keuangan,
semakin banyak yang disembunyikan manajemen. Hutton et al., (2009)
menyatakan bahwa manajemen memiliki kemampuan untuk menyembunyikan
bad news di laporan keuangan. Oleh karena itu, dibutuhkan laporan keuangan
yang transparan untuk memperkecil kemungkinan manajemen untuk mengelola
aliran informasi.
Kualitas laporan keuangan juga dapat dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi
yang konservatif. Semakin konservatif kebijakan akuntansi semakin berkualitas
laporan keuangan perusahaan. Konservatisme adalah praktik akuntansi dimana
manajemen mengakui bad news lebih cepat daripada good news (Kim dan Zhang,
2015). Konservatisme dapat mengurangi perilaku manajemen dalam
menyembunyikan bad news karena bad news diakui ketika terjadi. Sementara
good news yang ada tidak dapat langsung diungkapkan karena harus bisa diukur
dan diverifikasi apakah besar kemungkinannya good news tersebut akan terjadi.
Selain itu, menurut Kousenidis et al., (2014) konservatisme dapat mengurangi
risiko litigasi dimasa mendatang yang mungkin akan memicu terjadinya stock
6
price crash. Risiko litigasi berkurang karena prinsip konservatisme mendorong
perusahaan untuk mengungkapkan bad news lebih cepat dari good news sehingga
investor selalu mengetahui risiko-resiko yang sedang dialami perusahaan.
Pemegang saham dominan memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam
setiap keputusan manajemen. Pemegang saham dominan juga diharapkan dapat
menjadi pengawas yang efektif terkait keputusan manajemen. Menurut Callen dan
Fang, (2013) perusahaan dengan pemegang saham (investor) institusional yang
dominan mempunyai peran pengawasan yang efektif terhadap keputusan
manajemen karena menyangkut dengan keuntungan dan kepentingannya. Menurut
Callen dan Fang, (2013) pemegang saham (investor) institusional dengan
kepemilikan saham dalam jumlah besar dapat mengurangi manajemen mengambil
keputusan yang kurang optimal.
Sementara, jika perusahaan memiliki pemegang saham (investor) selain
institusional yang berfokus pada tujuan jangka pendek seperti melakukan
perdagangan saham dapat mendorong manajemen untuk fokus pada keuntungan
jangka pendek, memaksimalkan laba jangka pendek dan manajemen dapat
menahan bad news dalam jangka pendek yang akan membuat kinerja perusahaan
terlihat baik namun, mendorong terjadinya stock price crash.
Dalam perspektif teori agensi, pemegang saham dapat mempekerjakan
auditor untuk mengawasi sistem pelaporan keuangan perusahaan untuk
mengurangi asimetri informasi dengan manajemen. Auditor eksternal dapat
mengurangi perilaku manajemen yang mungkin merugikan pemegang saham.
Namun perlu dicatat bahwa dengan mempekerjakan auditor tidak dengan
7
sendirinya menurunkan tingkat manipulasi (Butar-Butar, 2014). Auditor yang
digunakan harus memiliki independensi, kompetensi dan pengetahuan akuntansi
yang mendalam. Auditor yang memiliki independensi, kompentensi yang tinggi
akan mencerminkan kualitas audit yang tinggi.
Menurut Defond dan Zhang, (2014) kualitas audit yang tinggi dapat
meningkatkan kredibilitas pelaporan keuangan. Kualitas audit yang tinggi (yang
diproksikan ukuran KAP) dapat mengurangi aktifitas manajemen laba yang
agresif (Defond dan Zhang, 2014). Oleh karena itu, kemampuan manajemen
dalam mengelola aliran informasi atau menyembunyikan bad news dapat
berkurang. Akhirnya, mengurangi resiko akumulasi bad news yang muncul
dipasar. Hasil-hasil studi terdahulu menunjukkan bahwa kualitas laba yang diaudit
oleh auditor Big N lebih tinggi daripada kualitas laba yang tidak di audit oleh Big
N (Big 8/6/5/4) (Butar-Butar, 2014).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali faktor-faktor yang dapat
mengurangi terjadinya stock price crash dalam konteks pasar modal Indonesia.
Faktor-faktor tersebut adalah independensi dewan komisaris, kualitas laporan
keuangan (yang di proksikan sebagai transparansi laporan keuangan dan
konservatisme), kepemilikan institusional, dan kualitas audit. Berdasarkan latar
belakang yang telah dipaparkan diatas, peneliti ingin meneliti tentang “Dampak
Independensi Dewan Komisaris, Kualitas Laporan Keuangan, Kepemilikan
Institusional, dan Kualitas Audit terhadap Stock Price Crash”
8
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan tentang latar belakang yang ada, perumusan masalah
dalam penelitian ini :
1. Apakah independensi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap
stock price crash?
2. Apakah transparansi laporan keuangan berpengaruh negatif terhadap stock
price crash?
3. Apakah konservatisme berpengaruh negatif terhadap stock price crash?
4. Apakah investor instutisional berpengaruh negatif terhadap stock price