Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Generasi yang sehat memerlukan motivasi dan kondinasi semua pihak terutama orang tua, tenaga kesehatan. Usaha untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh beberapa penyakit. Maka perlu di berikan imunisasi lengkap yang diberikan kepada anak-anak serta bayi merupakan cara yang paling efektif untuk melindungi mereka dari berberapa penyakit. Imunisasi dasar adalah suatu pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan. Imunisasi diberikan pada bayi antara umur 0-12 bulan, yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT (1, 2, 3), Polio (1, 2, 3, 4), dan Campak.(1) Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpan sebagai suatu pengalaman. Anak yang sudah diberikan imunisasi dapat terlidung dari bermacam penyakit yang berbahaya yang bisa saja menimbulkan kecacatan atau kematian.(2) Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016 memperkirakan kasus Tuberkolosis (TBC) di Indonesia merupakan nomor 3 terbesar di dunia setelah China dan India dengan asumsi lensi bakteri tahan asam (BTA) + 130 per
37

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

Jul 27, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Generasi yang sehat memerlukan motivasi dan kondinasi semua pihak

terutama orang tua, tenaga kesehatan. Usaha untuk memberikan kekebalan kepada

bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan

oleh beberapa penyakit. Maka perlu di berikan imunisasi lengkap yang diberikan

kepada anak-anak serta bayi merupakan cara yang paling efektif untuk melindungi

mereka dari berberapa penyakit.

Imunisasi dasar adalah suatu pemberian imunisasi awal untuk mencapai

kadar kekebalan di atas ambang perlindungan. Imunisasi diberikan pada bayi

antara umur 0-12 bulan, yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT (1, 2, 3), Polio (1,

2, 3, 4), dan Campak.(1)

Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukan

antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten

terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori

(daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi

untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpan sebagai suatu

pengalaman. Anak yang sudah diberikan imunisasi dapat terlidung dari bermacam

penyakit yang berbahaya yang bisa saja menimbulkan kecacatan atau kematian.(2)

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016 memperkirakan

kasus Tuberkolosis (TBC) di Indonesia merupakan nomor 3 terbesar di dunia

setelah China dan India dengan asumsi lensi bakteri tahan asam (BTA) + 130 per

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

2

100.000 penduduk. Sejak tahun 1991, kasus pertusis muncul sebagai kasus yang

sering di laporkan di Indonesia, sekitar 40 % kasus pertusis menyerang balita.

Kemudian insiden tetanus di Indonesia untuk daerah perkotaan sekitar 6-7 per-

1000 kelahiran hidup, sedangkan di pedesaan angkanya lebih tinggi dari sekitar 2-

3 kalinya yaitu 11-23 per1000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian kira-kira

60.000 bayi setiap tahunnya. Selanjutnya, Hepatitis B diperkirakan menyebabkan

sedikitnya satu juta kematian pertahun. Sedangkan untuk kasus polio, data terahir

dilaporkan secara total terdapat 295 kasus polio yang tersebar di 10 Provinsi dan

22 Kabupaten/Kota di Indonesia. Dengan demikian juga denga kasus campak,

angka kejadiannya tercatat 30.000 kasus pertahun yang di laporkan.(3)

Keputusan Menteri Kesehatan No. 97 tahun 2015 mencanangkan pada

kesehatan dalam rangka Sustainable Development Goals (SDGs) yang bertujuan

untuk pembangunan berkelanjutan 2030 yang terintegrasi dengan pembangunan

Nasional. Salah satu di antara 17 tujuan yang sudah tercapai adalah dalam

kerangka kesehatan yang lebih baik, menjamin kehidupan seseorang menjadi

sehat dan mengupayakan kesehatan orang di segala usia. Angka kematian bayi

dan balita yang dapat dicegah dan seluruh negara berusaha untuk menurunkan

angka kematian neonatus sedikitnya hingga 12/1.000 kelahiran hidup dan angka

kematian balita sebayak 25/1.000 kelahiran hidup. (4)

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, cakupan imunisasi lengkap pada

anak umur 12-23 bulan di Indonesia, yang merupakan gabungan dari satu kali

imunisasi HB-0, satu kali BCG, tiga kali DPT-HB, empat kali polio, dan satu kali

imunisasi campak. Menunjukkan cakupan imunisasi tiap jenis imunisasi yaitu

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

3

HB-O, BCG, polio empat kali (polio 4), DPT-HB kombo tiga kali (DPT-HB 3),

dan campak menurut provinsi. Berdasarkan jenis imunisasi persentase tertinggi

adalah BCG (87,6%) dan terendah adalah DPT-HB 3 (75,6%). Papua mempunyai

cakupan imunisasi terendah untuk semua jenis imunisasi, meliputi HB-0 (45,7%),

BCG (59,4%), DPT-HB 3 (75,6%), Polio 4 (48,8%), dan campak (56,8%). Pro

vinsi di Yogyakarta mempunyai cakupan imunisasi tertinggi untuk jenis imunisasi

dasar HB-0 (98,4%), BCG (98,9%), DPT-HB 3 (95,1%), dan campak (98,1%)

sedangkan cakupan imunisasi polio 4 tertinggi di Gorontalo (95,8%).(5)

Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah

disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian

vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk melawan

penyakit untuk dengan me lumpuhkan antigen yang telah di lemahkan yang

berasal dari vaksin. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap

rentan terjangkit menular yaitu bayi, balita, anak-anak, wanita subur, dan ibu

hamil.

Hasil pelaksanaan program imunisasi berdasarkan laporan Dinas

Kesehatan Kab/Kota cakupan imunisasi mengalami penurunan, namun pada tahun

2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan

namun tidak untuk DPT3/HB3. Pada tahun 2015, cakupan imunisasi campak

mengalami penurunan cukup besar yaitu dari 95,69% (2014) menjadi 89,4%

(2015); begitu pula cakupan DPT3/HB3 menurun dari 89,5%(2015) menjadi

88,5% (2015). Tahun 2016 angka cakupan imunisasi meningkat untuk

BCG,DPT/HB1,DPT3/HB3, dan Campak kecuali polio 4 ada penurunan dari

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

4

97.77% (2015) menjadi 90.30% (2016). Oleh karena penurunan cakupan

imunisasi campak yang sangat besar tersebut, menyebabkan angka rata-rata drop

out mengalami peningkatan mencapai sekitar 7%, sangat jauh diatas angka

toleransi yaitu 3,55%.

Pencapaian UCI (Universal Child Immunization) merupakan proksi

terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila

cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam

wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi

(herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi (PD3I). Dalam hal ini pemerintah menargetkan pencapaian UCI pada

wilayah administrasi desa/kelurahan tahun 2016 per desa/kelurahan telah

mencapai target UCI apa bila >80% bayi di desa/kelurahan tersebut sudah

mendapat imunisasi lengkap.

Pencapaian desa dengan UCI di Provinsi Sumatera Utara tahun 2016 yaitu

75.5%, terdapat peningkatan di bandingkan tahun 2015 yaitu 75%, tahun 2014

yaitu 71,4%, dan tahun 2013 yaitu 68,98%, dan tahun 2012 yaitu 74,19%. Namun

peningkatan di tahun 2016 ini masih dibawah target Nasional yaitu 100%.(6)

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti di klinik Poskeskel

Medan pada bulan Agustus tahun 2018 dari 10 ibu yang memiliki bayi

didapatkan bahwa 4 diantaranya sudah memberikan imunisasi dasar kepada bayi

sedangkan 4 ibu lainnya hanya memberikan imunisasi pada saat bayi lahir hal ini

disebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang imunisasi dan menganggap

apabila anaknya di imunisasi akan sakit bahkan lumpuh, 2 ibu mengatakan hanya

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

5

memberikan imunisasi sampai bayi berusia 4 bulan karena ibu bekerja dan sibuk

dengan kegiatan rumah.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan Pemberian

Imunisasi Dasar Lengkap Di Klinik Poskeskel Medan Tahun 2018.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas yang telah di temukan di atas, maka perumusan

masalah ini adalah “Apakah ada Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan

Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Di Klinik Poskeskel Medan Tahun 2018”.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari peneliti dari hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan

pemberian imunisasi dasar lengkap di Klinik Poskeskel Tahun 2018 antara lain:

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Pengetahuan ibu dalam pemberian

imunisasi dasar lengkap di Klinik Poskeskel Medan Tahun 2018

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu dalam pemberian imunisasi

dasar lengkap di Klinik Poskeskel Medan Tahun 2018

3. Untuk mengetahui distribusi ferekuensi pemberian imunisasi dasar lengkap di

di Klinik Poskeskel Medan tahun 2018

4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian

imunisasi dasar lengkap di Klinik Poskeskel Medan tahun 2018

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

6

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Sebagian sumber informasi bagi mahasiswi untuk menambah pengetahuan

dan sebagai referensi di perpustakan D4 Kebidanan Institut Helvetia Medan. Serta

sebagai bahan masukan bagi peneliti lain agar dapat menyempurnakan penelitian

tantang hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian imunisasi dasar

Lengkap

1.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat Praktis merupakan manfaat secara langsung dari hasil penelitian

yang dapat digunakan oleh masyarakat manfaat pkraktis yang dapat diambil

dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagi Responden

Sebagai bahan informasi kepada ibu agar dapat mengetahui secara jelas

tentang manfaat imunisasi pada bayi dengan memberikan imunisasi dasar

lengkap pada bayi agar dengan memberikan imunisasi secara lengkap bayi

dapat tercegah dari berbagai penyakit.

2. Bagi Peneliti

Sebagai bahan informasi dan bahan penambahan wawasan dalam meberikan

penyuluhan kepada ibu untuk melakukan imunisasi dasar secara lengkap pada

bayi.

3. Bagi Tempat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu cermin

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada keluarga

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

7

atau masyarakat, dan menjadi bahan masukan dalam rangaka meningkatkan

mutu atau kualitas dalam memperbaiki sistem pelayanan kesehatan

masyarakat serta sebagai bahan evaluasi dan penambahan wawasan kepada

petugas atau pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat trutama masalah

imunisasi.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitia Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Worang, dkk (2014) dengan judul Analisis

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian Imunisasi

Dasar pada Balita di Desa Taraitak Satu Kecamatan Langowan Utara Wilayah

Kerja Puskesmas Walantakan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan, pendidikan dan sikap dan sikap dengan perilaku

ibu dalam pemberian imunisasi dasar karena memiliki nilai p <0,05.(7)

Penelitian yang dilakukan oleh Triana (2015). Dengan judul Faktor yang

Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Dasar lengkap pada Bayi. Hasil

penelitian menunjukan bahwa dari hasil penelitan diperoleh 47,50% imunisasi

tidak lengkap, berpendidikan rendah 5%, berkerja 30%, berpengetahun rendah

48,75%, sikap negatif 50%, pelayanan kesehatan kurang 10%, hambatan 18,75%,

dan mo tivasi kurang 40%. Hasil analisia multivariat diperoleh p-value variabel

motivasi =0,0001. Pengetahuan, sikap dan motivasi orang tua serta informasi yang

di peroleh tenteng informasi merupakan faktor yang mempengaruhi kelengkapan

pemberian imunisasi dasar pada bayi, oleh karena itu disarankan kepada petugas

agar lebih meningkatkan promosi kesehatan terutama tentang imunisasi.(3)

Penelitian yang dilakukan oleh Saripah (2017) dengan judul Faktor yanga

Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian Imunisasi Di Puskesmas

Penaggalan Kota Subusalam. Hasil menunjukan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan (sing-p 0,007), sikap (sig-p 0,002) dan peran petugas (sig-p 0,032)<

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

9

(sig-α 0,05) dengan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar, sedangkan

dukungan suami tidak memiliki hubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian

imunisasi dasar (sig-p 0,197 > sig-α 0,05).(8)

2.2. Telaah Teori

2.2.1. Imunisasi Dasar

1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan perlindungan atau

kekebalan kepada tubuh bayi dan anak dengan menyuntikan vaksin atau seruman

dari suatu penyakit yang telah dilemahkan kedalam tubuh. Imunisasi ini bertujuan

untuk melindungi dan mencegah bayi dan anak-anak dari penyakit-penyakit yang

menular atau berbahaya.(9)

Sistem imunisasi dapat mencegah antigen menginfeksi tubuh. Sistem

imunisasi ini bersifat alami dan non spesifik. Imunisasi alamiah bersifat spesifik

dan non spesifik. Saat antigen mengifeksi tubuh, imunitas non spesifik yang

terdiri dari sel komplemen dan makrofag akan bertarung dengan cara memakan

zat antigen tersebut. Setelah itu baru imunitas menyempurnakan perlawanan dari

imunitas kita. Imutas spesifik terdiri dari imunitas humoral dan seluler. (2)

Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh

terrhadap penyakit, dengan memasukan kuman atau produk kuman yang sudah

dilemahkan atau dimatikan. Dengan memasukan kuman atau bibit penyakit

tersebut di harapkan tumbuh dapat menghasilkan zat anti yang pada akhirnya

nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang

tubuh.(10)

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

10

2. Tujuan Imunisasi

Program imunisasi bertujunan untuk memberikan kekebalan terhadap

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Kematian bayi yang disebabkan

karena tetanus neonatorum (TN) di Indonesia cukup tinggi yaitu 67%. Dalam

upaya pencegahan TN maka imunisasi di arahkan kepada pemberian perlindungan

bayi baru lahir dalam minggu-minggu pertama melalui ibu. (1)

Tujuan dari pemberian imunisasi adalah mencegah terjadinya penyakit

tertentu pada anak, atau dalam lingkungan yang luas menghilangkan penyakit

tertentu, misalnya penyakit cacar. Jadi, selain yang diimunisasi, orang-orang di

sekitarnya juga mendapatkan efek perlindungan tidak langsung.(9)

Tujuan imunisasi imunisasi yaitu:

1) Mencegah penyakit tertertentu pada seseorang

2) Menghilangkan penyakit tertentu pada msyarakat (populasi)

3) Menghilangkan penyakit tertentu dari dunia (misal, cacar).(11)

3. Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi sebagai berikut:

1) Untuk Anak

Mencegah penderitaaan yang disesabkan oleh penyakit, kemungkinan cacat

dan kematian

2) Untuk Keluarga

a. Menghilangkan kecemasan dan faktor pisiologis pengeobatan jika anak sakit

b. Mendorong pembentukan keluarga apa bila orang tua yakin bahwa anak

akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

11

3) Untuk Negara

a. Memperbaiki tenaga kesehatan

b. Menciptakan bangsa yanga kuat dan berbakat untuk melanjutkan

pembangunan Negara.(11)

4. Syarat-syarat Imunisasi

Terdapat beberapa jenis yang diangap bebrbahaya bagi anak, yang

pencegahannya dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dalam bentuk

vaksin. Dapat dipahami bahwa imunisasi hanya dapat di lakukan pada tubuh yang

sehat. Berikut ini keadaaan yang tidak di perbolehkan imunisasi yaitu: Anak yang

sakit keras, keadaan fisik lemah, dalam masa tunas suatu penyakit, sedang

mendapatkan pengobatan imunosupresif lainnya (terutama vaksin hidup) karena

tubuh mampu membentuk zat anti yang cukup banyak.

Dalam penelitian imunisasi ada syarat yang harus diperhatikan yaitu:

diberikan pada bayi atau anak yang sehat, vaksin yang di berikan hurus baik,

disimpan di lemari es dan belum lewat masa berlakunya, pemberian imunisasi

dengan teknik yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan

jenis imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis vaksin yang di berikan,

mencatat nomor batch pada buku anak atau kartu imunisasi serta memberikan

kartu imunisasi serta memberikan infomed consedt kepada orang tua atau keluarga

sebelum melakukan tindakan imunisasi yang sebelumnya telah dijelaskn kepada

orang tuanya tentanng manfaat dan efek samping atau kejadian pasca imunisasi

yang dapat timbul setelah pemberian imunisasi.(12)

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

12

5. Jenis-Jenis Imunisasi

Imunisasi telah dipersiapkan sedemikan rupa, agar tidak menimbulkan

efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam yaitu:

1) Imunisasi Aktif

Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin)

agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan

terhadap antigen ini, sehingga ketika tepapar lagi tubuh dapat mengendalikan dan

meresponnya. Contohnya imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan campak.

2) Imunisasi Pasif

Merupakan suatu peroses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara

pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui sauatu peroses

infeksi yang dapat berasal dari plasma maunusia (Kekebalan yang di dapat dari

ibu melalui plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi

mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contohnya imunisasi

pasif adalah penyutikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami

luka kecelakaan, contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir di

mana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah

plasenta selama masa dalam kandungan.(2)

6. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

1) Tuberkulosis (TBC)

Tuberkolosis, terutama TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak

hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Tuberkolosis tetapi

merupakan salah satu penyebab tinggi angka kesakitan dan kematian, baik di

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

13

negara berkembang mampu di negara maju.

Faktor resiko infeksi dan faktor resiko progresi infeksi infeksi menjadi

penyakit (resiko penyakit). Resiko infeksi TB faktor resiko terjadinya infeksi TB

antara lainya adalah : anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan

TB aktif, daerah endemis, pengguaan obat- obat intervena, kemiskinan, serta

lingkungan yang tidak sehat.

2) Hepatitis B

Penyakit hepatitis B pada bayi menjadi kronik jauh lebih besar

dibandingkan pada orang dewasa, oleh karena itu, bagi bayi vaksin hepatitis B

mutlak perlu.Virus hepatitis B, di ketahui sebagai salah satu virus yang paling

mudah menular. Bahkan, penularan virus ini 100 kali lebih menular dari pada

HIV (virus penyebab AIDIS), dan di perkirakan menginfeksi 10 kali lebih banyak.

3) Penyakit polio

Penyakit ini disebabkan virus poliovirus (PV), menyebar melalui tinja /

kotoran orang yang terifeksi. Sebuah virus ini akan masuk kedalam tubuh melalui

mulut, menginfeksi saluran usus, virus ini dapat memasuki aliran darah dan

mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan lemahnya otot dan kadang menyebab

kan kelumpuhan.

4) Difteri

Difteri adalah penyakit yang disebabkan bakteri corynebacterium

diphteriae dengan gejala panas lebih kunrang dari 38 , di sertai adanya pseudo

membran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tengorokan (laring, faring, tonsil)

yang tidak mudah lepas dan mudah berdarah., terkadang gejala tersebut di sertai

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

14

dengan rasa nyeri saat menelan, leher membengkak seperti leher sapi, sesak napas

di sertai bunyi, dan pada pemeriksaan tengorokan atu hidung, terdapat kuman

difteri.

5) Pertusis (Batuk Rejan atau Batuk 100 Hari)

Penyakit yang di sebabkan oleh bakteri Bordatella Pertusis dan

menyerang seluruh pernapasan. Penularan ini terjadi karena adanya kontak

dengan buangan mukosa saluran pernapasan, baik melalui udara maupun

percikannya.

6) Tetanus

Penyakit ini diakibatkan infeksi bakteri anaerob clostridium tetani yang

tumbuh subur di tempat luka, bakteri ini akan menyerang otot sehingga akan

terjadi kejang otot. Kuman ini terdapat di hewan, penularan ini dapat terjadi

karena kontak langsung antara daerah luka dengan fases hewan yang mengandung

kuman tersebut. Masa inkubasi penyakit ini 3-21 hari, terkadang antara 1 hari

sampai beberapa bulan. Penyakit ini dapat menyerang bayi yang baru lahir

(Tetanus neonatorum).

7) Campak

Penyakit Campak (Rubeola, campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi

virus yang sangat menular, gejala awal penyakit ini adalah demam, bercak

kemerahan, batuk pilek, conjunctivis (mata merahan), selanjutnya timbul ruam

pada muka dan leher, kemudian menyebar ketubuh, tangan, serta kaki.(13)

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

15

2.2.2. Imunisasi Dasar

1. Imunisasi BCG

Imunisasi BCG (basillus calmette guerin) merupakan imunisasi yang

digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC. Vaksin BCG merupakan

vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah di lemahkan. Imunisasi ini

diberikan hanya sekali sebelum bayi berumur 2 bulan, imunisasi ini cukup satu

kali saja diberikan, bila pemberian imunisasi ini berhasil maka setelah beberapa

minggu di tempat penyutikan akan timbul benjolan kecil. Karena luka suntikan

meningalkan bekas, maka pada bayi perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan

dipaha kanan atas biasa bayi tidak menderita demam. Vaksin BCG tidak dapat

mencegah seseorang terhindar dari infeksi tuberculosa 100%, tetapi dapat

mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, berasal dari bakteri hidup yang

dilemahkan, ditemukan oleh Calmette dan Guerin. (12)

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, tidak boleh beku dan

harus disimpan pada suhu 2-8 .Vaksin yang telah di encerkan harus di buang

dalam 8 jam. Vaksin BCG di berikan pada anak ketika umur 2 bulan dan

sebaliknya dilakukan uji mantoux terlebih dahulu.(14)

Kemasan vaksin BCG dalam ampul, beku kering, 1 bosk berisi 10 ampul

vaksin, setiap ampul vaksin disertai 4 ml peralut. Sebelum di suntikan vaksin

BCG harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan alat suntik

streril(ADS 5 ml), dosis pemberian vaksin BCG adalah 0,05 ml sebayak 1 kali

disuntikan melalui intrakuta di daerah lengan atas. Untuk mengukur dan

menyuntikan dosis tersebut secara akurat gunakan semprit dan jarum kecil yang

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

16

khusus, vaksin yang sudah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam

sisanya harus di buang.(11)

Kontra indikasi imunisasi BCG tidak boleh di berikan pada orang atau

anak yang yang sedang menderita TBC karena hasilnya tidak efektif, dan tidak

boleh di berikan pada anak yang menderita penyakit kulit yang berat seperti

eksim, furunkulosis. Efek samping setelah di berikan imunisasi BCG reaksi yang

timbul tidak seperti pada imunisasi dengan vaksin lain. Imunisasi BCG tidak

menyebabkan demam. Setelah 1-2 minggu di berikan imunisasi, akan timbul

indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang berubah menjadi pastula,

kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan khusu, karena luka

ini akan sembuh dengan sendirinya secara spontan. Kadang terjadi pembesaran

kelenjar ketiak atau leher pembesaran, kelenjar ini terasa padat namun tidak

menimbulkan demam. Reaksi ini normal tidak memerlukan pengobatan dan akan

hilang dengan sendrinya. (2)

Alat dan bahan : Spuit tuberculin dengan jarum ukuran 25-27 pajang 10

mm. Vaksin BCG dan NaCL 0,9 %, kapas lembab (di basahi air matang), sarung

tangan yanga bersih. Prosedur nya cuci tangan, gunakan sarung tarung yang

bersih, jelaskan prosedur yang akan di lakukan, buka vaksin BCG, larutkan

vaksin dengan NaCl 0,9% sebanyak kurang lebih 4 cc, isi spuit dengan vaksin

sebayak 0,05 % ml yang sudah dilarutkan, atur posisi dan bersihkan lengan

(daerah yang akan di injeksi, yaitu 1/3 bagian lengan atas) dengan kapas DTT,

tekan daerah yang akan diinjeksi, tusukkan jarum dengan sudut 10-15 derajat

kemudian masukan vaksin, tarik spuit setelah vaksin habis dan jangan di masase,

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

17

usap area bekas injeksi dengan kapas yanga bersih jika ada darah yang keluar,

lepaskan sarung tangan dan cuci tangan, catat raspon yang terjadi, vaksin berhasil

jika timbul benjolan di kulit dengan kulit kelihatan pucat dan pori-pori tampak

jelas.(13)

2. Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi hipatitis B, ditunjukan untuk beri tubuh kekebalan terhadap

penyakit hepatitis B. Kemasan vaksin hepatitis B bentuk cair satu box vaksin

hepatitis B Prefilled Injection Devuce (PID) terdiri dari 100 vaksin hepatitis B

PID. Imunisasi ini diberikan tiga kali dengan interval 1 bulan pada umur 0-11

bulan melalui injeksi intra muscular di paha bayi dan tidak di anjurkan

penyuntikan di bokong karena bisa mengurangi efektivitas vaksin. Kandungan

vaksin adalah HbsAg dalam bentuk cair. Terdapat vaksin B-PID ( Prefilled

Injection Devuce) yang diberikan setelah lahir, dapat di berikan usia 0-7 hari.

Vaksin B-PID disuntikan dengan satu buah HB PID. Vaksin ini menggunakan

PID merupakan alat suntik yang hanya bisa di gunakan sekali pakai dan setelah

berisi vaksin dosis tungal. (2)

Kontra indikasi vaksin hepatitis B adalah hipersensitif terhadap komponen

vaksin sama halnya seperti vaksin lain, vaksin tidak boleh d berikan kepada

penderita infeksi berat yang disertai kejang. Efek samping berupa reaksi lokal,

seperti rasa sakit, kemerahan dan pembekakan di sekitar tempat penyuntikan.

Reaksi yang terjasi bersifat ringan dan bisasnya hilang setelah 2 hari.(11)

Cara pemakaian buka kantong aluminium atau plastik atau keluarkan

suntik PID, pegang alat suntik pada leher dan tutup jarum dengan memegang

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

18

keduanya di antara jaum telunjuk dan jempol, dan dengan gerakan cepat dorong

tutup jarum kearah leher, teruskan mendorong sampai tidak ada jarak antara tutup

jarum dan leher lalu buka tutup jarum, tetap pegang alat suntik pada bagian leher

dan tusuk jarum pada anterolateral paha secara intra muscular, tidak perlu di

lakukan aspirasi. Tekan dengan hati-hati reservoir untuk mengeluarkan vaksin,

sesudah resorvoir kempis tarik PID keluar.(2)

3. Imunisasi Polio

Imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit poliomyetitis terdapat 2

macam vaksin polio yaitu innacvated polio vaccine (IPV= Vaksin Salk)

mengandung virus polio yang telah di matikan dan di berikan melalui suntikan,

sedangkan oral polio Vaccine (OPV= Vaksin Sabin) mengandung vaksin hidup

yang telah di lemahkan dan di berikan dalam bentuk pil atau cair, ditanah air yang

di gunakan adalah OPV.(2)

Vaksin polio hidup oral berisi virus polio tipe 1,2,3, yang masi hidup

tetapi sudah dilemahkan.Vaksin ini sudah di lemahkan dan di gunakan secara

rutin sejak bayi lahir sebagai dosis awal dengan 2 tetes (0,1 ml) . Vaksi virus polio

adalah vaksin polio trivaklen yang terdri dari atas suspensi virus poliomielitis tipe

1, 2, 3, (starin sabin) yang sudah di lemahkan, dibuat dalam biarka jariangan

ginjal keras dan di stabilkan dengan sukrosa virus ini akan menempatkan diri

diusus dan memacu antibodi dalam darah dan menghasilkan pertahanan lokal

terhadap virus polio liar, virus vaksin ini daoat diskresikan melalui fases samapi 6

minggu setelah pemberian asi tidak terpengaruh terhadap respon antibodi dan apa

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

19

bila vaksin yang di berikan di muntahkan dalam 10 menit harus di berikan dosis

ulang. (11)

Vaksin polio oral harus di simpan ditempat tertutup pada suhu-

15 Sampai 23 vaksin ini stabil, tetapi sekali di buka akan kehilangan potensi

akibat perubahan PH setelah terpapar udara, vaksi oral yang telah dibuka botolnya

harus segera di buang pada akhir kegiatan imunisasi dasar, vaksin beku dapat

didapat di cairakan dengan di tempatkan diantara kedua telapak tanagn dan di

gulir-gulirkan vaksin harus di jaga agar tidak berubah warnanya, yaitu merah

muda oranye muda. Vaksin dapat di bekukan kembali asalkan warnanya tidak

boleh berubah dan belum kadarluwasa. Kemasan vaksin polio berisi satu bosk

terdiri dari 10 vial, satu vial berisi 10 dosis dan vaksin polio berbentuk cairan,

setiap vial vaksin polio di sertai satu alat tetes dari bahan plastik. (11)

Kontra indikasi imunisasi polio tidak dapat diberikan pada anak yang

menderita penyakit atau demam tinggi (diatas 38 ), muntah atau diare, penyakit

kanker atau keganasab HIV/ AIDS, sedangkan mejalani pengobatan steroid dan

pengobatan radiasi umum serta dengan anak mekanisme kekebalan terganggu.

Pada anak diare berat atau yang sedang sakit parah,imunisasi polio sebaiknya di

tangguhkan, demikian juga pada anak yang menderita penyakit gangguan

kekebalan, tidak di berikan vaksin polio pada anak diare berat adalah

kemungkinan terjadianya diare yang lebih parah pada anak dengan penyakit

batuk, pilek, demam atau diare ringan imunisasi dapat di berikan seperti

biasanya.efek samping hanya sebagai hal kecil saja yanga mengalami pusing

diare ringan dan sakit otot.(13)

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

20

Alat dan bahan vaksin polio dalam teremos es, pipet pelastik. Prosedur

cuci tangan dan jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan lalu ambil vaksin polio

dalam teremos es atur posisi bayi dan mintalah orang tua untuk memegang bayi

dengan kapal di sangga dan di miringkan kebelakang, teteskan 2 tetes vaksin dari

alat tetes kedalam lidah dan jangan biarkan alat tetes menyentuh bayi, buka mulut

bayi secara hati-hati, baik ibu jari pada dagu (untuk bayi kecil) atau dengan

menekan pipi bayi dengan jari-jari ,cuci tangan.(13)

4. Imunisasi DPT

Imunisasi DPT memberikan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan

terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT terdiri atas toksoit

difteria yang sudah di lemahkan, vaksin pertusis tersebut dari kuman bordotella

pertusis yang sudah di matikan, Dn toksoid tetanus yang telah dilemahkan, yang

kadang disebut vaksin tripel.Vaksin DPT disimpan pada suhu 28 derajat celsius.

Ada pula vaksin DPT-HB yang mengandung DPT berupa toksoid difteria dan

toksoid tetanus yang di murnikan, vaksin hepatitis B yang mengandung subunit

vaksin virus yang mengandung HBsAg murni dan bersifat non infeksi. Kemasan

yang digunakan yaitu 5 cc untuk DPT, 5 cc untuk TT dan 5 cc untuk DT dan satu

boks vaksin DPT-HB terdiri atas 10 vial dan setiap vial berisi 5 dosis .Warna

vaksin putih keruh seperti vaksin DPT.(11)

Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi intramuskur

suntikan diberikan pada paha tengah luar atau subkutan dalam dengan dosis 0,05

cc. Cara memberikan vaksin ini letakan bayi dengan posisi miring di pangkuan

ibu dengan seluruh kaki telanjang dan orang tua memegang kaki bayi, pegang

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

21

paha dengan ibu jari dan jari telunjuk, masukan jarum dengan sudut 90 derajat

lalu tekan seluruh jarum langsung kebawah melalui kulit sehingga masuk kedalam

otot untuk mengurani rasa sakit , suntik secara pelan-pelan.(2)

Pemberian vaksin DPT dilakukan 3 kali mulai bayi umur 2 bulan sampai

11 bulan dengan interval 4 minggu. Imunisasi ini diberikan 3 kali karena

pemberian pertama antibodi dalam tubuh masih sangat rendah, pemberian kedua

mulai meningkat dan pemberian meningkat dan pemberian ketiga diperoleh

cakupan antibodi. Daya proteksi vaksin difteri cakupan baik yaitu sebesar 80-90

%, daya proteksi vaksin tetanus 90-95% akan tetapi daya proteksi vaksin pertusis

masih rendah yaitu 50-60 %, oleh karena itu, anak-anak masih berkemungkinan

untuk terinfeksi batuk seratus hari atau pertusis tetapi lebih ringan. (2)

Kontrak indikasi tidak dapat di berikan kepada berikan kepada mereka

yang kejangnya disebabkan suatu penyakit seperti epilepsy, menderita kelainan

saraf yang habis di rawat karena infeksi otak dan alergi terhadap DPT.Mereka

hanya boleh menerima vaksin DT tanpa P karena antigen P ini lah yang

menyebabkan panas. Efek samping yang bersifat sementara lemas, demam,

pembengkakan atau kemerahan pada bekas penyuntikan. Kadanga-kadang terjadi

gejala berat seperti demam tinggi, iribilitas yang biasanya hilang setelah 2

hari.(11)

5. Imunisasi Campak

Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah virus. Vaksin campak

merupak vaksin virus yang hidup yang di lemahkan, setiap dosis (0,5 ml)

mengandung tidak kurang dari 1.000 infective unit virus strain (CAM 70) chick

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

22

chorioallantonik membrane dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamisin dan 30

mcg residu eritromisin. Vaksin campak di anjurkan di berikan dalam sutu dosis

0,05 ml melui suntikan subkutan diberikan pada lengan sebelah kiri dalam pada

usia 9 bulan. Iminisasi ulang di berikan saat anak berusia 5-6 tahun. Apa bila anak

yang berusia 15-18 bulan telah mendapatkan imunisasi measles, mumps and

rubella (MMR), imunisasi ulang campak pada usia 5 tahun tidak perlu di berikan

lagi. (11)

Kemasan vaksin campak 1 box vaksin terdiri dari 10 vial berisi 10 dosis

dan 1 boks pelarut berisi 10 ampul dan setiap ampul berisis 5 ml vaksin ini

berbentuk beku kering yang harus di larutkan dengan pelarut vaksin (Aquabidest).

vaksin ini disebut beku kering karena pabrik pembuat vaksin ini pertama kali

membekukan vaksi tersebut, kemudian mengeringkannya potensi vaksin yang

telah di larutkan cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam. (11)

Kontra Indikasi pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang

yang mengalami immunodefisiensi atau individu yang di duga menderita

gangguan responden imun karena leukimia dan limfoma. Efek samping imunisasi

campak hingga 15% pasien mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3

hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.(13)

Alat dan bahan spuit 2,5 cc dan jarumnya, vaksin campak dan pelarutnya

dalam teremos es, kapas alkohol dalam tempatnya dan sarung tangan. Prosedur

memcuci tangan, gunakan saruang tangan, dan jelaskan prosedur yanga akan di

lakukan ambil vaksin campak dengan spuit sesuai dengan program dan anjuran

lalu atur posisi bayi, bayi di pangku ibunya, lengan kanan bayi di lipatkan keriak

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

23

ibunya, ibu menompang kepala bayi tangan kiri ibu memegang tangan kiri bayi,

lakukan desinfeksi 1/3 bagian lengan atas tegakan daerah yang akan di injeksi lalu

lakukan injeksi dengan memasukan jarum dengan sudut 45 dan setelah vaksin

habis tarik spuit sambil menekan lokasi penyuntikan dengan kapas lepaskan

sarung tangan dan cuci tangan.(13)

2.2.3. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

Berikut merupakan tabel imunisasi berdasarkan umur. (13)

Umur Jenis Imunisasi

0-7 HB O

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT/HB 1, Polio 2

3 bulan DPT/HB 2, polio 3

4 bulan DPT/HB 3, Polio 4

9 bulan Campak

2.2.4. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan Pemberian Imunisasia

Dasar

1. Pengertian Pengetahuan

Penegetahuan adalah hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pasca indera manusia, yakni indera pengelihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga.(15)

1) Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

24

penelitian ternyata prilaku yang didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang

cukup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara besar

tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan berbagai

abstrak pemahaman /materi yang telah dipelajari pada stuasi atau kondisi konkrit

/kondisi riil (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

25

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi.(15)

2) Kategori Tingkat Penegetahuan

Menurut Arikando dalam buku Wawan, pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

a. Baik : hasil presentase 76%-100%

b. Cukup : hasil presetase 56%-75%

c. Kurang : hasil presetase <56%.(15)

2. Pengertian Sikap

Sikap (attiude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial

yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun keompok. Banyak

kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, proses terbentuknya sikap,

maupun perubahan. Banyak pula penelitian telah dilakukan terhadap sikap

kaitannya dengan efek dan perannya dalam pembentukan karakter dan sistem

hubungan antar kelompok serta pilihan-pilihan yang ditentukan berdasarkan

lingkungan dan pengaruhnya terhadap perubahannya.

a. Sikap mempunyai empat fungsi yaitu :

a) Funsi instrumental atau fungsi penyesuaian atau funsi manfaat

Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana tujuan. Sikap meruapakan

saran mencapai tujuan. Orang memandang sejauh mana objek sikap dapat

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

26

digunakan sebagai sarana atau sebagai alat dalam rangka mencapai

tujuan.

b) Fungsi pertahanan ego

Ini meruapakan sikap yang diambil oleh seorang demi untuk

mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada

waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya.

c) Fungsi ekspresi nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk

mengekspresikan nilai dirinya.

d) Fungsi pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk mengerti, dengan pengalaman-

pengalamannya, untuk memperoleh pengetahuan.

b. Komponen Sikap

a) Komponen Kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh

individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe

yang dimiliki individu mengenai suatu dapat disamakan penanganan

(opini)terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang

kontroversial.

b) Komponen efektif merupakan perasaan yang menyakut aspek emosional.

c) Komponen konatif merupakan aspek kecendrungan berprilaku tertentu

sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

27

c. Tingkatan Sikap

a) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).

b) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengajarkandan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu

usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.

c) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah.

d) Bertanggung jawab.

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.

d. Sifat sikap

a) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

mengharapkan obyek tertentu.

b) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai obyek tertentu.(15)

2.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan pengetahuan dan

sikap ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap di Kelinik Poskeskel medan

tahun 2018.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Survei Analitik adalah penelitian yang

mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi,

penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional yang merupakan jenis

penelitian ini berusahan mempelajari dinamika hubungan atau korelasi antara

faktor-faktor risiko dengan faktor efeknya. Dari Sampel kemudian dibagi berapa

yang sakit dan berapa yang tidak, kemudian dicari faktor penyebab yaitu untuk

mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian imunisasi

dasar di klinik Poskeskel Medan Tahun 2018. (16)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitain

Penelitian ini dilakukan di Klinik Poskeskel Jl.Marelan Raya Gg.Sepakat

Lingkungan VII Kel. Rengas Pulau Kec. Medan Marelan Tahun 2018, dengan

alasan belum pernah di lakukan penelitian di Klinik Poskeskel tersebut yang

berjudul hubungan pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian iminisasi dasar

lengkap di Klinik poskeskel Medan

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis

memperoleh data penelitian yang dilaksanakan. Waktu yang diperlukan untuk

penelitian ini adalah Juli sampai Oktober tahun 2018.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

29

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang di tetapkan oleh peneliti

untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya.(16)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi 10-

12 bulan di Klinik Poskeskel Medan Marelan dari bulan Juni - Agustus yaitu 46

responden.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini yaitu seluruh ibu yang mempunyai bayi 10-12 bulan dijadikan

sampel yaitu 46 responden.

Tenik pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan teknik total

populasi dimana seluruh populasi dijadikan sampel.(16)

3.4. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variabel-

variabel yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. Atau dengan kata lain dalam

kerangka konsep akan terlihat faktor-faktor yang terdapat dalam variabel

penelitian.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

30

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.5. Defenisi Operasional Dan Aspek Pengukuran

3.5.1. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefinisikan

variabel-variabel atau faktor-faktor yang di teliti. (17)

Adapun defenisi operasional penelitian adalah sebagi berikut.

1. Pengetahuan adalah individu dengan tingkat pengetahuannya lebih tinggi akan

mempunyai penyelesian masalah lebih adaptif terhadap pemberian imunisasi

dasar lengkap dari pada individu yang tingkat pengetahunnya lebih rendah.

2. Sikap merupakan kondisi yang sulit di ukur karena karena sangat personal,

dipersepsi berbeda-beda oleh setiap orang, dan sangat tertutup dan sikap

seseorang sering kali berubah-ubah dan tidak menentukan berbagai faktor baik

interval maupun ekstrnal.

3. Pemberian imunisasi dasar lengkap apa bila telah mendaptakan imunisasi

HBO, BCG, DPT,Polio,Campak.

1. Pengetahuan

2. Sikap

Pemberian Imunisasi Dasar

Lengkap

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

31

3.5.2. Aspek Pengukuran

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Idependen (X Variabel) dan Dependen (Y

Variabel) Defenisi Operasional Penelitian

No Variabel

Independen

Jumlah

Pertanyaan

Cara dan

Alat Ukur Hasil Ukur Kategori Skala

1

2

Pengetahuan

ibu terhadap

Imunisasi

Sikap

10 soal

10 soal

Kuesioner

Benar =1

Salah = 0

(skor max = 10)

Kuesioner

SS : 4

S : 3

TS : 2

STS: 1

(Skor max =

40)

a. Kurang (jika

responden

menjawab < 5

soal) < 56 %

b. Cukup (jika

responden

menjawab 5-7

soal) 56%-75%

c. Baik (jika

responden

menjawab 8-10

soal) 76%-100%

a. Positif (20-40)

b. Negatif (0-19)

1

2

3

1

2

Ordinal

Ordinal

No Variabel

Dependen

Cara dan Alat

Ukur

Hasil

Ukur Kategorii Skala

1 Pemberian

Imunisasi

dasar

KMS/buku

kunjungan ulang

a. Tidak lengkap

b. Lengkap

1

2

Ordinal

3.6. Metode Pengumpulan Data

3.6.1. Jenis Data

1. Data Primer

Pengumpulan data primer yaitu dilakukan pengumpulan data yang

menggunakan angket atau kuesioner. Angket adalah instrumen pengumpul data

yang berisi daftar pertanyaan yang disampaikan kepada responden untuk dijawab

secara tertulis.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

32

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan dari hasil pengumpulan

sumber lain pihak yang lain. Data sekunder yang di gunakan dalam penelitian ini

yaitu data imunisasi yang di peroleh dari buku kunjungan ulang imunisasi dasar

3. Data Tertier

Data tertier adalah data yang diperoleh dari naskah yang sudah

dipublikasikan, misalnya WHO, Riskes, Profil Kesehatan Indonesia, Profil

Kesehatan Sumatra Utara berdasarkan UCI.

3.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian Skripsi dibagi atas 3 (tiga) :

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responded dan

dikumpulkan melalui pengisian angket, kuesioner, wawancara, test, dan

observasi.

2. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan dan didokumentasi oleh

pihak lain, misalnya: Profil Rumah Sakit, Medical Record, SP2TP (sistem

pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas).

3. Data tertier adalah data riset yang sudah dipublikasikan secara resmi seperti

jurnal, dan laporan penelitian (report), misalnya: WHO

(http://who.int/gho/publications/en)

3.6.3. Uji Validitas dan Reabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang benar diukur. Untuk mengetahui validitas suatu instrument(

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

33

dalam kuesioner dengan cara melakukan uji korelasi antara skor r masing-masing

pertanyaan dengan skor totalnya dalam suatu variabel. Teknik korelasi yang

digunakan adalah Pearson Product Moment, dengan bantuan SPSS. Kriteria

validitas instrumen penelitian yaitu jika nilai probilitas Sig (2-tailed) total <taraf

signifikan (α) sebesar 0,05, maka butiran instrument dinyarakan valid, jika nilai

probabilitas Sig (2-tailed) total X> taraf signifikan (α) sebesar 0,05, maka butiran

instrument dinyarakan tidak valid, Uji validitas penelitian ini akan dilakukan di

Klinik Pratama Sari Jl.Sempurna no. 110 Kelurahan Sudirejo. Kecamatan Medan

Kota dengan jumlah responden 20 orang r tabel 0.444.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan

No Pertanyaan Nilai crorrectei

item-total r table Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pertanyaan 1

Pertanyaan 2

Pertanyaan 3

Pertanyaan 4

Pertanyaan 5

Pertanyaan 6

Pertanyaan 7

Pertanyaan8

Pertanyaan 9

Pertanyaan 10

0,617

0,447

0,665

0,617

0,556

0,625

0,620

0,621

0,517

0,485

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai r hitung > r tablel lebih besar (0,444)

untuk pertanyaan pengetahuan yaitu 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 15, maka nilai tes

tersebut valid, dan pertayaan 3, 9, 11, 13, 14, tidak valid karena r hitung > r tablel

lebih kecil (0,444).

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

34

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner Sikap

No Pertanyaaan

Nilai

crorrectei

item-total

r tabel Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pertanyaan 1

Pertanyaan 2

Pertanyaan 3

Pertanyaan 4

Pertanyaan 5

Pertanyaan 6

Pertanyaan 7

Pertanyaan 8

Pertanyaan 9

Pertanyaan 10

0,746

0,743

0,820

0,517

0,564

0,606

0,708

0,772

0,752

0,670

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

0,444

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai r hitung > r tablel lebih besar (0,444)

untuk pertanyaan sikap yaitu 1, 2, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 15, maka nilai tes

tersebut valid, dan pertayaan 3, 4, 6, 8, 13, tidak valid karena r hitung > r tablel lebih

kecil (0,444).

2. Uji Realibilitas

Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, Keteria dari reliabilitas

instrument penelitian yaitu nilai Cronbach’s Alpha yang di peroleh kemudian

dibandingkan dengan r product moment pada table dengan ketentuan jika r hitung > r

tablel dengan taraf signifikan 0.444 maka butir instrument dinyatakan reliable atau

dapat diandalkan, jika r hitung > r tablel maka butir instrument dinyatakan tidak

reliable.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

35

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan

Cronchbach Alpha r table N of item

0,698 0,444 10

Nilai Cronbanch’s Alpha (relianilitas) yang di peroleh jika dibandingkan

dengan r product moment pada tabel dengan ketentuan jika r hitung > r tablel maka

tes tersebut reliable. Berdasarkan uji reliabilitas diatas yang dilakukan pada 20

orang.

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Sikap

Cronchbach Alpha r table N of item

0,822 0,444 10

Nilai Cronbanch’s Alpha (relianilitas) yang di peroleh jika dibandingkan

dengan r product moment pada tabel dengan ketentuan jika r hitung > r tablel maka tes

tersebut reliable. Berdasarkan uji reliabilitas diatas yang dilakukan pada 20 orang.

3.7. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang dipilih oleh peneliti adalah secara

komputerisasi.

Data yang terkumpul diperoleh dengan komputerisasi dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner angket maupun observasi.

2. Editing

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner dengan tujuan

agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasil

yang valid dan reliabel dan terhindar dari bias.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

36

3. Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-variabel

yang diteliti.

4. Entering

Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program

komputer yang digunakan peneliti.

5. Processing

Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai

dengan kebutuhan dari penelitian.(16)

3.8. Teknik Analisis Data

Analisa data diuraikan langkah-langkah dalam mengolah data dan teknik-

teknik dalam menganalisis data. Diperolah untuk mengolah data, yaitu program

komputernya atau ujistatistiknya. Tinik analisis dapat juga hanya dengan

persentase, tabel, atau diagram. Langkah-langkah analisa datanya adalah:

3.8.1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan data Imunisasi yang

dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Melakukan analisa pada setiap

variabel untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti yaitu

terhadap imunisasi.

3.8.2. Analisis Bivariat

Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel pada penelitian ini

maka analisis Imunisasi akan dilanjutkan pada tingkat bivariat. Untuk mengetahui

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/859/2/BAB I - BAB III.pdf2014, cakupan imunisasi BCG, Polio 4 dan Campak mengalami peningkatan namun tidak untuk DPT3/HB3.

37

hubungan (korelasi) antara variabel bebas (independent variabel) dengan variabel

terikat (dependent variabel).

Dengan variabel terikat digunakan analisis Chi-square dengan tingkat

kepercayaan 95% dan pada batas kemaknaan perhitungan statistic p value (0,05).

Apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai p < α value (0,05) maka dikatakan

(Ho) ditolak, artinya kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan yang

signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya asisiasi (hubungan) antara

variabel terikat dengan variabel bebas digunakan analisis tabulasi silang, untuk

membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara variabel bebas.(17)