Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Neurologi adalah cabang dari ilmu kedokteran yang mengalamai kelainan pada sistem saraf. Dokter yang mengkhususkan dirinya pada bidang neurologi disebut neurolog dan memiliki kemampuan untuk mendiagnosa, merawat, dan memenejemen pasien saraf. Penyakit Saraf dan Otot adalah merupakan bagian dari penyakit saraf yang disebabkan terganggunya fungsi saraf tepi atau otot. Untuk memahami penyakit tersebut perlu dikuasai anatomi, fisiologi, biokemistri dan farmakologi sistem saraf baik pusat maupun tepi. Susunan Saraf Pusat terdiri dari Otak dan Medula Spinalis sedangkan Susunan Saraf Tepi terdiri dari sel saraf dan serabut-serabutnya yang dapat berasal dari otak seperti saraf kepala (saraf kranialis) atau medula spinalis seperti radiks dan nervus spinales. Tumor yang mengenai Susunan Saraf Pusat bias terjadi di otak, medulla spinalia maupun di syaraf tepi. Secara patologi dapat dibedakan menjadi tumor yang bersifat benign maupun malignant. Penggolongan tersebut tentunya berhubungan dengan prognosis pasien jika diterapi. Modalitas terapi yang ada lebih mudah untuk menangani suatu tumor yang benign (jinak) dari pada tumor metastasis. Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor- tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam 1
40

BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

Jan 05, 2016

Download

Documents

Neurologi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Neurologi adalah cabang dari ilmu kedokteran yang mengalamai kelainan pada sistem

saraf. Dokter yang mengkhususkan dirinya pada bidang neurologi disebut neurolog dan

memiliki kemampuan untuk mendiagnosa, merawat, dan memenejemen pasien saraf.

Penyakit Saraf dan Otot adalah merupakan bagian dari penyakit saraf yang disebabkan

terganggunya fungsi saraf tepi atau otot. Untuk memahami penyakit tersebut perlu dikuasai

anatomi, fisiologi, biokemistri dan farmakologi sistem saraf baik pusat maupun tepi. Susunan

Saraf Pusat terdiri dari Otak dan Medula Spinalis sedangkan Susunan Saraf Tepi terdiri dari

sel saraf dan serabut-serabutnya yang dapat berasal dari otak seperti saraf kepala (saraf

kranialis) atau medula spinalis seperti radiks dan nervus spinales.

Tumor yang mengenai Susunan Saraf Pusat bias terjadi di otak, medulla spinalia

maupun di syaraf tepi. Secara patologi dapat dibedakan menjadi tumor yang bersifat benign

maupun malignant. Penggolongan tersebut tentunya berhubungan dengan prognosis pasien

jika diterapi. Modalitas terapi yang ada lebih mudah untuk menangani suatu tumor yang

benign (jinak) dari pada tumor metastasis.

Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati

ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang

berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan. Neoplasma

terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan.

Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh tubuh,

dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di

Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut Bertelone,

tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi yang

ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat

belum dilaporkan. Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade I, sedangkan pada

dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65 tahun.

Infeksi pada sistem syaraf pusat dan pada jaringan disekitarnya merupakan kondisi

yang mengancam jiwa. prognosis tergantung pada identifikasi tempat dan jenis pathogen

yang menyebabkan terjadinya inflamasi sehingga bisa diberikan pengobatan anti biotic yang

efektif secepat mungkin. Olehkarena analisis LCS, biopsy, dan analisis laboratorium

merupakan Gold standard untuk mengidentifikasi pathogen penyebab meningitis,

neuroimaging merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk menggambarkan letak lesi

1

Page 2: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

pada otak dan medulla spinalis. gambaran pola lesi menentukan diagnosis yang tepat dan

menentukan tatalaksana terapi selanjutnya. khususnya, neuroimaging memiliki peran yang

sangat penting pada penyakit-penyakit oportunistik, bukan hanya untuk penegakan diagnosis,

namun juga untuk memantau respon terapi. makalah ini membahas penemuan terkini dalam

bidang neuroimaging pada infeksi system saraf pusat seperti meningoensefalitis bacterial,

ventrikulitis dan infeksi medulla spinalis, baik oleh virus maupun penyakit oportunistik pada

system saraf pusat.

Infeksi yang menyerang sistem saraf pusat (otak dan medulla spinalis) pada manusia.

Bagi mikroorganisme halangan terbesar untuk penetrasi dibentuk oleh epitelium permukaan

tubuh luar dan dalam seperti kulit, konjungtiva, dan mukosa. ( Neurologi Klinis Dasar,

Prof.dr. Mahar Mardjono, Dian rakyat, 2010 ) Mekanisme infeksi sistem saraf pusat adalah

penetrasi pada permukaan tubuh yang terluka / rusak / melalui gigitan anthropoda, lau

kemudian kuman masuk ke dalam tubuh, tubuh akan bereaksi dengan melibatkan sistem

imun, kuman akan menghasilkan runtuhan dan unsur-unsur mikroorganisme berupa toxin

yang di lepaskan bagi tubuh pejamu, yang kemudian akan di serap oleh aliran darah

(toksemia), menimbulkan gejala prodromal seperti demam, anoreksia, lemas, dll. Kuman

akan berkembang pesat dalam aliran darah (bakteriemia) dan menetap dalam aliran darah

(septikemia) mengikuti sirkulasi darah seluruh tubuh, kuman ini akan menuju suatu organ

tertentu, yang menyebabkan disfungsi organ yang terlokalisir pada otak dapat menimbulkan

gejala enteritis, nefritis, dan ensefalitis. ( Neurologi Klinis Dasar, Prof.dr. Mahar Mardjono,

Dian rakyat, 2010 )

2

Page 3: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang di bahas dalam makalah ini adalah :

SISTEM SARAF

1. Infeksi pada sistem saraf pusat dan Keganasan pada sistem saraf pusat

2. Meningitis, Encepalitis dan Tumor Otak .

1.3 Tujuan

Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang diharapkan berguna

bagi para pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Dimana tujuannya dibagi menjadi

dua macam yang pertama Secara Umum makalah ini bertujuan menambah wawasan

mahasiswa/i dalam menguraikan suatu persoalan secara holistik dan tepat, dan melatih

pemikiran ilmiah dari seorang mahasiswa/i fakultas kedokteran, dimana pemikiran ilmiah

tersebut sangat dibutuhkan bagi seorang dokter agar mampu menganalisis suatu persoalan

secara cepat dan tepat. Sedangkan secara khusus tujuan penyusunan makalah ini ialah sebagai

berikut :

1. Melengkapi tugas small group discussion skenario 4 modul XXII

2. Menambah ilmu pengetahuan para pembaca dan penulis.

3. Sebagai bahan referensi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran UISU dalam

menghadapi ujian akhir modul.

Itulah merupakan tujuan dalam penyusunan makalah ini, dan juga sangat diharapkan

dapat berguna bagi setiap orang yang membaca makalah ini. Semoga seluruh tujuan tersebut

dapat tercapai dengan baik.

3

Page 4: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

BAB II

PEMBAHASAN

Skenario -4

KESADARAN MEENURUN

Nyonya S umur 45 tahun diantar ke rumah sakit dengan kesadaran menurun secara perlahan-

lahan, sebelumnya pasien ini demam naik turun, tidak pernah mencapai normal lebih kurang

6 hari ini, kejang dijumpai, frekuensi 3x, kejang parsial dan didapati adanya muntah proyektil

(+). Sebelumnya pasien mengeluhkan sakit kepala terus menerus, kalau mengedan atau batuk

kepala makin sakit.

Sensorium : Somnolen

TD : 140/90mmHg

HR : 100x/menit

Tempratur : 38ºC

Pemeriksaan neurologis :

Kaku kuduk (+), Brudzinsky sign (+), kernig sign (+)

Pemeriksaan nervus cranialis

Nervus II : pupil isokor, RC +/+

Nervus III,IV,VI : Doll’s eye phenomen (+)

Nervus VII :sudut mulut jatuh ke kanan

Pemeriksaan refleks fisiologis : + / +

Pemeriksaan refleks patologis : babinsky (+) kanan, chaddock (+) kanan

Hasil Lab

Darah rutin : HB : 12g%,

Leukosit : 15.000 / mm³

Trombosit : 188.000 / mm³

KGD ad random : 120 mg% Na + : 135 mEq/L

Ureum : 30 mg/ dl K+ : 3,5 mEq/L

Kreatinin : 0,5 mg/dl Cl¯ : 95 mEq/L

Oleh dokter dianjurkan pemeriksaan Head CT Scan dan Lumbal Punction (LP).

LEARNING OBJECTIVE

4

Page 5: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

Infeksi Sistem Saraf dan Keganasan Sistem Saraf

(Meningitis, Encepalitis dan Tumor Otak)

Definisi

Klasifikasi

Etiologi

Patofisiologi

Pemeriksaan

Penetalaksanaan

Komplikasi

2.1 Infeksi Susunan Saraf

Infeksi ialah invasi dan multiplikasi kuman (mikro-organisme) di dalam jaringan

tubuh. Yang dimaksud dengan kuman ialah bakteri, spiroketa riketsia, protozoa, metazoan

dan virus. Invasi atau penetrasi berarti penembusan. Halangan besar bagi kuman untuk

menembus tubuh dibentuk oleh epitelium permukaan tubuh luar dan dalam, yang kita kenal

sebagai kulit, konjungtiva dan mukosa. Untuk beberapa kuman kita sudah ketahui cara

invasinya, misalnya virus influenza yang ditangkap oleh sebuah unsur sel yang dinamakan

reseptor. Tetapi untuk kebanyakan kuman kita belum mengerti bagai mana ia dapat

menembus kulit, konjungtiva dan mukosa yang sehat. Sudah jelas bahwa invasi terjadi jika

permukaan tubuh luar dan dalam terluka atau mendapat kerusakan, atau apabila kuman yang

terkandung didalam antropoda dimaksukkan didalam tubuh melalui gigitan antropoda pada

kulit.

2.1.1 Meningitis

A. Definisi

Meningitis adalah Peradangan pada susunan saraf, Radang umum pada araknoid dan

piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut

dan kronis. 

Meningitis adalah peradangan yang hebat pada selapus otak.Peradangan itu mungkin

terjadi sesudah serangan otitis media,radang mastoid,abses otak ,malahan radang tonsil.

Sesuatu retak pada tengkorak atau suatu luka kepala yang menembus mungkin

mengakibatkan radang selaput otak.

Meningitis adalah Infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi otak dan

medula spinalis). Infeksi ini dapat disebabkan oleh :

5

Page 6: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

Bakteri, seperti  pneumococcu, meningecoccus, stapilococcus, streptococcus,

salmonella.

Virus, seperti Hemofilus influenza dan herpes simplex. (Depkes : 1995)

Meningitis / Radang selaput otak adalah Infeksi pada cairan serebrospinal (CSS)

disertai radang pada pia dan araknoid; ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan

medulla spinalis, kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan

cepat sekali menyebar ke bagian yang lain, sehingga leptomening medulla spinalis terkena.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses

serebrospinal. 

B. PATOFISIOLOGI

 Kuman-kuman masuk ke dalam susunan saraf pusat secara hematogen /langsung

menyebar di nasofaring, paru-paru (pneumonia, bronkopneumonia) dan jantung

(endokarditis), selain itu per kontinuitatum di peradangan organ / jaringan di dekat selaput

otak misalnya abses otak, otitis media, martoiditis dan trombosis, sinus kavernosus. Invasi

kuman (meningokok, pneumokok, hemofilus influenza, streptokok) ke dalam ruang

subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS dan sistem ventrikulus.

Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi,

dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke

dalam ruang subaraknoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi

pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu ke – 2 sel-sel plasma. Eksudat

terbentuk dan terdiri dari dua lapisan, yaitu bagian luar mengandung leukosit,

polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisan dalam terdapat makrofag.

 Peradangan menyebabkan cairan cerebrospinal meningkat sehingga terjadi obstruksi,

selanjutnya terjadi hydrocephalus dan peningkatan intrakranial. Organisme masuk melalui sel

darah merah, dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau kelainan sistem

saraf pusat. Efek patologis yang terjadi adalah hiperemia meningens, edema jaringan otak,

eksudasi. 

 Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat

menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron. Dengan

demikian meningitis dapat dianggap sebagai ensefalitis superfisial. Trombosis serta

organisasi eksudat perineural yang fibrino – purulen menyebabkan kelainan nervi kraniales

(Nn. III, IV, VI, VII, & VIII). Organisasi di ruang subaraknoid superfisial dapat menghambat

aliran dan absorbsi CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus komunikans. 

6

Page 7: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan berbagai

cara antara lain : 

Hematogen atau limpatik

Perkontuinitatum

Retograd melalui saraf perifer

Langsung masuk cairan serebrospinal

Efek peradangan tersebut dapat mengenai lapisan meningen dan ruang-ruang yang berada

diantara lapisan. Tidak jarang pula infeksi mengenai jaringan otak. Kondisi ini disebut

meningo-encephalitis. Efek patologis yang terjadi antara lain :

Hyperemia Meningens

Edema jaringan otak

Eksudasi

Perubahan-perubahan tersebut akan memberikan dampak terhadap peningkatan tekanan

intra kranial dan hydrocephalus (pada anak-anak). Hydrocephalus terjadi bila eksudat (lebih

sering terjadi pada infeksi bakteri) menyumbat sirkulasi cairan cerebrospinal juga eksudat

tadi dapat menetap di jaringan otak dan menyebabkan abses otak. 

C. MANIFESTASI KLINIK

Keluhan pertama biasanya Nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menyebar ke tengkuk dan

punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot

ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala

tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi, kesadaran menurun. Tanda

Kernig&Brudzinsky positif. (Arief Mansjoer : 2000)

Terjadi secara akut dengan panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernapasan, kejang,

nafsu makan berkurang, minum sangat berkurang, konstipasi diare, biasanya disertai

septicemia dan pneumonitis. Kejang terjadi pada lebih kurang 44% anak dengan penyebab

hemofilus influenza, 25% streptokok pneumonia, 78% oleh streptokok dan 10% oleh infeksi

meningokok.

Gangguan kesadaran berupa apati, letargi, renjatan, koma. Selain itu dapat terjadi

koagulasi intravaskularis diseminata.

Tanda-tanda iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda kernig brudzinski dan

fontanela menonjol untuk sementara waktu belum timbul. Pada anak yang lebih besar dan

orang dewasa, permulaan penyakit juga terjadi akut dengan panas, nyeri kepala yang bisa

hebat sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri otot dan nyeri punggung. 

7

Page 8: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

Biasa dimulai dengan gangguan saluran pernapasan bagian atas. Selanjutnya terjadi

kaku kuduk, opistotonus, dapat terjadi renjatan, hipotensi dan taki kardi karena septicemia.

Gangguan kesadaran berupa letargi sampai koma yang dalam dapat dijumpai pada penderita.

Nyeri kepala dapat hebat sekali, rasanya seperti mau pecah dan bertambah hebat bila kepala

digerakkan. Nyeri kepala dapat disebabkan oleh proses radang pembuluh darah. Meningeal,

tetapi juga dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial yang disertai fotofobi dan

hiperestesi, suhu badan makin meningkat, tetapi jarang disertai gemetar (chills).

D. TANDA DAN GEJALA

Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan edema

serebral / penyumbatan aliran darah

   Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi

Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular

Risiko tinggi terhadap trauma / injuri berhubungan dengan aktifitas kejang umum.

Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan, daya tahan tubuh yang

lemah. 

Ditandai dengan gejala menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah, diare,

tonus otot kurang, menangis lemah. Pada anak dan remaja biasanya terdapat tanda dan gejala

demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi, foto

fobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan brudzinski

positif, ptechial (menunjukkan infeksi meningococal).

 

E. PENYEBAB

Penyebab meningitis adalah bakteri ; pneumococus; meningococus; stapilococus;

streptococus; salmonella; virus; hemofilus influenza; herpes simplek; atau oleh karena luka /

pembedahan atau injuri pada sistem persarafan.

F. KLASIFIKASI

Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan

otak, yaitu meningitis Tuberkulosis Generalisata dan meningitis purulenta.

Meningitis Tuberkulosis Generalisata adalah radang selaput otak araknoid dan

piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terjadinya

8

Page 9: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

adalah Mycobacterium Tuberculosa,  Penyebab lain seperti Lues, Virus, Toxoplasma

gondhii, Ricketsia.

Meningitis purulenta adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi

otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus

pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitidis (meningokok), Streptococcus

haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia

Coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.

Meningitis Tuberkulosis Generalisata

Penyakit ini dimulai akut, subakut atau kronis dengan gejala demam, mudah kesal,

marah-marah, obstipasi, muntah-muntah. Dapat ditemukan tanda-tanda perangsangan

meningen seperti kaku kuduk. Pada pemeriksaan terdapat kaku kuduk dan tanda-tanda

perangsangan meningen lainnya. Suhu badan naik turun, kadang-kadang suhu malah

merendah, nadi sangat stabil, lebih sering dijumpai nadi yang lambat, abdomen nampak

mencekung. Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat pada saraf-saraf

ini. Yang sering terkena nervus III & VII. Terjadi afasia motoris atau sensoris, kejang fokal,

monoparesis, hemiparesis, dan gangguan sensibilitas.

Tanda-tanda khas penyakit ini adalah Apatis, refleks pupil yang lambat dan refleks-

refleks tendo yang lemah.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Darah

Dilakukan pemeriksaan kadar hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah

(LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit.

Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu pada

meningitis tuberculosis didapatkan juga peningkatan LED.

2. Cairan Otak

Periksa lengkap termasuk pemeriksaan mikrobiologis. Pada meningitis serosa diperoleh

hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang jernih meskipun mengandung sel dan

jumlah protein yang meninggi.

3. Pemeriksaan Radiologis

Foto data

Foto kepala

Bila mungkin CT – Scan. 

H. Penatalaksanaan

9

Page 10: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

a. Medis

1. Rejimen terapi : 2 HRZE – 7RH.

2. Bulan Pertama :

INH                      : 1 x 400 mg / hari, oral

Rifampisin           : 1 x 600 mg / hari, oral

Pirazinamid          : 15-30 mg / kg / hari, oral

Streptomisin a/     : 15 mg / kg / hari, oral

Etambutol             : 15-20 mg / kg / hari, oral.

3. Steroid diberikan untuk

Menghambat reaksi inflamasi

Mencegah komplikasi infeksi

Menurunkan edema serebri

Mencegah perlekatan

Mencegah arteritis / infark otak.

4. Indikasi

Kesadaran menurun

Defisit neurologis fokal.

5. Dosis

Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 x 5 mg intravena selama 2-3 minggu,

selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.

Disamping tuberkulostatik dapat diberikan rangkaian pengobatan dengan deksametason

untuk menghambat edema serebri dan timbulnya perlekatan-perlekatan antara araknoid dan

otak.

Infeksi Intrakranial → Lapisan yang menutupi otak dan medulla spinalis (Meningitis).

Sumber penyebab dapat berupa bakteri, virus atau jamur (fungi) dan hasilnya /

penyembuhannya dapat komplet (sembuh total) sampai pada menimbulkan penurunan

neurologis dan juga sampai terjadi kematian.

1. Pemberian Antibiotika

Pemberian antibiotic harus tepat dan cepat sesuai dengan bakteri penyebabnya dan

dalam dosis yang cukup tinggi. Sambil menunggu hasil biakan sebaiknya diberikan

antibiotic dengan spectrum luas. Antibiotic diberikan selama 10 – 14 hari atau sekurang-

kurangnya 7 hari setelah demam bebas. Pemberian antibiotic sebaiknya secara parental.

Kadang – kadang pada pemberian antibiotic selama 4 hari, tiba-tiba suhu meningkat

lagi. Keadaan demikian ini dapat disebabkan oleh flebitis di tempat pemberian cairan

10

Page 11: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

parental atau intravena. Sementara itu, suhu yang tetap tinggi dapat disebabkan oleh

pemberian antibiotic yang tidak tepat atau dosis yang tidak cukup atau telah terjadi efusi

subdural,empiema, atau abses otak.

Penisilin G diberikan untuk mengatasi infeksi pneumokok, streptokok dan

meningokok dengan dosis 1-2 juta unit setiap 2 jam. Terhadap infeksi hemofilus

sebaiknya diberikan kloramfenikol 4 x 1 gram/24 jam atau ampisilin 4 x 3 gram setiap 24

jam intravena. Untuk meningkok dipakai sulfadiazine sampai 12 x 500 mg dalam 24 jam

selama kurang lebih 10 hari. Gentamisin dipergunakan untuk memberantas Escheria coli,

klebsiela, proteus, dan kuman-kuman gram negatif.

2. Menejemen Terapi

Isolasi

Terapi anti mikroba sesuai hasil kultur

3. Mempertahankan dehidrasi,monitor balance cairan (hubungan dengan edema

serebral)

4. Mencegah dan mengobati komplikasi

5. Mengontrol kejang

6. Mempertahankan ventrilasi

7. Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial

8. Penatalaksanaan syok septik

9. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.

I. DIAGNOSIS PENUNJANG

Adanya gejala-gejala seperti panas yang mendadak dan tidak dapat diterangkan sebabnya,

letargi, muntah, kejang dan lain-lainya harus difikirkan kemungkinan meningitis.   Diagnosis

pasti adalah dengan pemeriksaan CSS melalui fungsi lumbal. Pada setiap penderita dengan

iritasi meningeal,apalagi yang berlangsung beberapa hari atau dengan gejala-gejala

kemungkinan meningitis atau penderita dengan panas yang tidak diketahui sebabnya, harus

dilakukan fungsi lumbal. Kadang-kadang pada fungsi lumbal pertama tidak didapatkan derita

yang sebelumnya telah mendapat pengobatan antibiotika,tetapi pada pembiakan ternyata ada

bakteri. Walaupun fungsi lumbal merupakan faktor resiko untuk terjadi meningitis, untuk

kepentingan diagnosis cara ini mutlak dilakukan.

Bila terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (koma, kekakuan descrebrasi,

reaksi cahaya negatif) dapat dilakukan fungsi melalui sisterna makna. Cara ini untuk

menghindarkan terjadinya dekompresi dibawah foramen maknum dan herniasi tonsila

11

Page 12: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

cerebellum. Bila tekanan permukaan CSS di atas 200 mmH2O, sebaiknya diberikan manitol

0,25 -0,50 mg/kg BB secara bolus segera sesudah fungsi lumbal untuk menghindari herniasi

otak. Jumlah CSS yang diambil secukupnya untuk pemeriksaan. Pada umumnya tekanan CSS

200-500 mmH2O dan CSS tampak kabur, keruh dan purulen.

Pada meningitis bacterial stadium akut terdapat leukosit polimor fonukleat. Jumlah sel

berkisar antara 1000-10000  dan pada kasus tertentu bisa mencapai 100000/mm3 , dapat

disertai sedikit eritrosit. Bila jumlah sel diatas 50.000/mm3 , maka kemungkinannya adalah

abses otak yang pecah dan masuk ke dalam ventrikulus. (Harsono : 1996)

a) Pemeriksaan cairan serebrospinalis baik secara makroskopis maupun

secara   mikroskopis.

Warna (Infeksi bakteri = purulent, infeksi virus dan tuberculosis = Xantocrom)

Tekanan meningkat

Sel PMN (Polimorfonukleus) meningkat

Protein meningkat

Glukosa menurun

None (+)

Pandi (+).

b) Pemeriksaan Tambahan

Darah lengkap, LED

Kultur darah

         -  Foto kepala, thorax, vertebra

Kultur Swab hidung dan tenggorokan

EEG, CT – Scan Otak. 

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Analisa CSS dari fungsi lumbal :

Meningitis bakterial : Tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut, jumlah sel darah putih

dan protein meningkat; glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.

Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih

meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus

biasanya hanya dengan prosedur khusus.

12

Page 13: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

Glukosa serum : Meningkat (meningitis).

LDH serum : Meningkat (pada meningitis bakteri).

Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri).

Elektrolit darah : Abnormal.

ESR / LED : Meningkat (pada meningitis).

Kultur darah / hidung / tenggorok / urine : Dapat mengindikasikan daerah “pusat”

infeksi     atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.

MRI / CT-Scan : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak

ventrikel;    hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.

EEG : Mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalitis)

atau     voltasenya meningkat (abses).

Ronsen dada, kepala dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi

kranial.

Arteriografi karotis : Letak abses lobus temporal, abses serebral posterior.

2.1.2 Encephalitis

A. Definisi

Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari

encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering

infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus.

Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan

peradangan dari otak.

Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus

atau mikroorganisme lain yang non purulen (+) (Pedoman diagnosis dan terapi.

B. Etiologi

1. Mikroorganisme: bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus.

Macam-macam encephalitis virus menurut Robin :

a. Infeksi virus yang bersifat epidermik:

1) Golongan enterovirus = poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHO.

2) Golongan virus ARBO = western equire encephalitis, St. louis encephalitis,

Eastern equire encephalitis, Japanese B. encephalitis, Murray valley

encephalitis.

13

Page 14: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

b. Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes zoster, limfogranuloma,

mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis lain yang dianggap disebabkan

olehvirus tetapi belum jelas.

c. Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca

vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti infeksi

traktus respiratorius yang tidak spesifik.

2. Reaksi toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox.

3. Keracunan: arsenik, CO.

C. Tanda dan Gejala

Gejala-gejala dari encephalitis termasuk demam yang tiba-tiba, sakit kepala, muntah,

kepekaan penglihatan pada sinar, leher dan punggung yang kaku, kebingungan, keadaan

mengantuk, kecanggungan, gaya berjalan yang tidak mantap, dan mudah terangsang.

Kehilangan kesadaran, kemampuan reaksi yang buruk, serangan-serangan, kelemahan

otot, demensia berat yang tiba-tiba dan kehilangan memori dapat juga ditemukan pada

pasien-pasien dengan encephalitis.

Demam

Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan

Pusing

Muntah

Nyeri tenggorokan

Malaise

Nyeri ekstrimitas

Pucat

Halusinasi

Kaku kuduk

Kejang

Gelisah

Iritable

Gangguan kesadaran.

D. Pemeriksaan Diagnostik 

Encephalitis disarankan ketika gejala-gejala yang digambatkan di atas hadir.

Dokter mendiagnosis encephalitis setelah melengkapi suatu sejarah yang menyeluruh

(menanyakan pada pasien pertanyaan-pertanyaan) dan pemeriksaan. Pemeriksaan

termasuk pengaturan-pengaturan siasat khusus untuk mendeteksi tanda-tanda

14

Page 15: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

peradangan dari selaput-selaput yang mengelilingi otak dan berdasarkan pada sejarah

dan pemeriksaan, dokter menyarankan tes-tes khusus untuk lebih lanjut membantu

dalam menentukan diagnosis.

Tes-tes yang digunakan dalam mengevaluasi individu-individu yang dicurigai

mempunyai encephalitis termasuk darah untuk tanda-tanda dari infeksi dan

kemungkinan kehadiran dari bakteri-bakteri, scanning otak (seperti MRI scan) dan

analisa cairan spinal.

Suatu lumbar puncture adalah metode yang paling umum untuk memperoleh suatu

contoh dari cairan dalam spinal canal (cerebrospinal fluid atau CSF) untuk

pemeriksaan. Suatu lembar puncture (LP) adalah pemasukan dari sebuah jarum ke

dalam cairan di dalam spinal canal. Ia diistilahkan suatu “lumbar puncture” karena

jarumnya masuk ke dalam bagian lumbar (bagian yang lebih bawah dari tulang

belakang). Jarum melewati diantara bagian-bagian yang bertulang dari spine sampai ia

mencapai cairan cerebral spinal. Suatu jumlah yang kecil dari cairan kemudian diambil

dan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan. Evaluasi dari cairan spinal biasanya

adalah perlu untuk diagnosis yang pasti dan untuk membantu membuat keputusan-

keputusan perawatan yang optimal (seperti pilihan antibiotik-antibiotik yang tepat).

1. Pemeriksaan cairan serebrospinal

Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan dominasi sel

limfosit. Protein agak meningkat sedangkan glucose dalam batas normal.

2. Pemeriksaan EEG

Memperlihatkan proses inflamasi yang difuse “bilateral” dengan aktivitas rendah.

3. Pemeriksaan virus

Ditemukan virus pada CNS didapatkan kenaikan titer antibody yang spesifik

terhadap virus penyebab.

E. Komplikasi

Akut

Edema otak

SIADH

Status konvulsi.

Kronik

15

Page 16: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

Cerebral palsy

Epilepsy

Gangguan visual dan pendengaran.

F. Prognosis untuk Pasien-pasien dengan Encephalitis

Prognosis untuk encephalitis bervariasi. Beberapa kasus-kasus adalah ringan,

singkat dan relatif tidak berbahaya dan pasien-pasien sembuh sepenuhnya. Kasus-kasus

lain adalah parah dan perburukan yang permanen atau mungkin kematian. Ini biasanya

ditentukan oleh tipe infeksi yang hadir. Tahap akut dari encephalitis mungkin

berlangsung untuk satu sampai dua minggu, dengan resolusi (pemecahan) yang

berangsur-angsur atau tiba-tiba dari demam dan gejala-gejala neurologikal. Gejala-

gejala neurologikal mungkin meerlukan berbulan-bulan sebelum kesembuhan

sepenuhnya. Beberapa pasien-pasien tidak akan pulih sepenuhnya.

Perawatan encephalitis:

Antibiotik-antibiotik dan obat-obat antivirus sangat dipertimbangkan ketika

diagnosis dari encephalitis disarankan. Pada beberapa situasi-situasi,

anticonvulsants digunakan untuk mencegah atau merawat serangan-serangan

(epilepsi). Adakalanya corticosteroid diberikan untuk mengurangi

pembengkakan dan peradangan otak. Obat-obat penenang (sedatives).

2.2 Keganasan pada sistem saraf pusat

2.2.1 Tumor Otak

A. Definisi

Tumor otak adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di

dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola

tetapi juga dapat tumbuh menyebar masuk ke dalam jaringan.

16

Page 17: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam otak. Yang

terdiri atas tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak benigna adalah pertumbuhan

jaringan abnormal di dalam otak tetapi tidak ganas. Sedangkan tumor otak maligna adalah

kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya

atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.

Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang

tumbuh di otak meningen dan tengkorak. Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor

yang timbul dalam sistem saraf pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi glia.

Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan

bila berasal dari organ-organ lain, disebut tumor otak metastase.

Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas

(maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum

tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat

berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu

sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti

kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder.

Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas

(maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum

tulang belakang (medulla spinalis). Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan

pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi

anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi

membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan

tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala

tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat

menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari jaringan otak.

B. Klasifikasi Tumor Otak

Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Berdasarkan Jenis Tumor

1. Jinak

Acoustic neuroma

Meningioma

Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan

sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya. Pasien usia tua sering terkena

dan perempuan lebih sering terkena dari pada laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki

17

Page 18: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

banyak pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat dilakukan

pemeriksaan CT scan otak.

Pituitary adenoma

Astrocytoma (grade I)

2. Malignant

Astrocytoma (grade 2,3,4)

Oligodendroglioma

Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat muncul hingga 10

tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan simptomatologi bermakna akibat

peningkatan tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang paling

bersifat kemosensitif.

Apendymoma

Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada ependim yang

menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi tetapi dapat terjadi di setiap

bagian fosa ventrikularis. Tumor ini lebih sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa.

Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan

hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka

makin buruk prognosisnya.

b. Berdasarkan Lokasi

1. Tumor Supratentorial Hemisfer otak, terbagi lagi :

a) Glioma

Glioblastoma multiforme

Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di hemisfer otak dan

sering menyebar kesisi kontra lateral melalui korpus kolosum.

Astroscytoma

Oligodendroglioma

Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi terdiri dari sel-

sel oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi

biasanya dijumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.

b) Meningioma

Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan duramater yang

lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya psedokapsul dari membran

araknoid. Pada kompartemen supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak dekat

dengan tulang dan kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena

18

Page 19: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

merupakan massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai dengan tempat

perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%), Sphenoid ridge (20%),

Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%), Tuberculum sellae (10%),

Konveksitas serebellum (5%), dan Cerebello-Pontine angle. Karena tumbuh lambat

defisit neurologik yang terjadi juga berkembang lambat (disebabkan oleh

pendesakan struktur otak di sekitar tumor atau letak timbulnya tumor). Pada

meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis dan asimptomatik sampai

berukuran besar sekali. Sedangkan di basis kranii sekitar sella turcika (tuberkulum

sellae, planum sphenoidalis, sisi medial sphenoid ridge) tumor akan segera

mendesak saraf optik dan menyebabkan gangguan visus yang progresif.

c) Tumor Infratentorial.

d) Schwanoma akustikus.

e) Tumor metastasisc.

Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari seluruh tumor otak dan

dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer paling sering berasal dari paru-paru

dan payudara. Namun neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid

dapat juga bermetastasis ke otak.

C. Etiologi Tumor Otak

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah

banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:

1. Herediter

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada

meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota

sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weberyang dapat dianggap

sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas.

Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk

memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang

mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya

sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan

merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada

kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.

19

Page 20: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

3. Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami

perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu

glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

4. Virus

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang

dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses

terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara

infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

5. Substansi-substansi karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini

telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,

nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

6. Trauma Kepala

D. Manifestasi Klinis

1. Nyeri kepala

Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian

berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga

sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik.

Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral

pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada

fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher. 

2. Perubahan Status Mental

Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan

berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus

frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat

menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.

3. Seizure

20

Page 21: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti astrositoma,

oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di lobus frontal

baru kemudian tumor pada lobus parietal dan temporal.

4. Edema Papil

Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik

neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak

menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang

berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan

pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.

5. Muntah

Muntah sering tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah

berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului

mual menambah kecurigaan adanya massa intracranial.

6. Vertigo

Pasien merasakan pusing yang berputar dan mau jatuh.

E. Patofisiologi Tumor Otak

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini

menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya sebaiknya

dibicarakan dalam suatu perspektif waktu. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya

dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan

intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan

infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja

disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.  Perubahan suplai

darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan

otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi

secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer.

Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan

kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapatumor membentuk

kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan

neurologis fokal. Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :

bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan

sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa, karena

tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas

21

Page 22: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

menimbulkan oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami,

namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena

dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan

volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinaldari ventrikel laseral ke ruang

sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.

Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat

akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi

memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oelh karena itu

tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara

lain bekerja menurunkan volume darahintra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan

cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati

mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus

temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.

Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf

ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum

oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat.

Intrakranialyang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan

nadi dan gangguan pernafasan).

F. Pemeriksaan Fisik (ROS : Review Of System)

Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik umum per

system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2

(Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).

22

1. Pernafasan B1 (breath)

Bentuk dada Normal

Pola napas Tidak teratus

Saluran napas Normal

Sesak napas Ya

Batuk Tidak

Retraksi otot bantu napas Ya

Alat bantu pernapasaan Ya

Page 23: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

1. Kardiovaskular B2

Irama Jantung Irreguler

Nyeri dada Tidak

Bunyi jantung Normal

Akral Hangat

Nadi Bradikardi

Tekanan darah Meningkat

2. Persyarafan Brain B3

Penglihatan (mata) Penerununan penglihatan, hilangnya ketajaman atau diplopia.

Pendengaran (telinga) Terganggu bila mengenai lobus temporal.

Penciuman (hidung) Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal.

Pengecapan (lidah) Ketidak mampuan sensasi (parathesia atau anesthesia)

Afasia Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan eksppresif

atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata

komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.

Ekstremitas Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang,

berkurangnya reflex tendon.

GCS Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,

(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai

respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan

Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1– 6 tergantung

responnya.

23

2. Pencernaan B4 (bowel)

Nafsu makan Menurun

Porsi makan Setengah

Mulut bersih

Mukosa Lembap

Page 24: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

3.

Muskuloskeletal/integument B6 (bone)

Kemampuan pergerakan sendi Bebas

Kondisi tubuh Kelelahan

G. Pemeriksaan Diagnostik

1. CT scan dan MRI

Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika

penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus

atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang

sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.

2. Foto polos dada

Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan

memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.

3. Pemeriksaan cairan serebrospinal

Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi

pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang

besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi

anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses

infeksi (abses cerebri).

4. Biopsi stereotaktik 

Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk

memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.

5. Angiografi Serebral

Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.

6. Elektroensefalogram (EEG)

Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat

memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.

24

3. Perkemihan B5 (bladder)

Kebersihan Bersih

Bentuk alat kelamin Normal

Uretra Normal

Produksi urin Normal

Page 25: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

H. Penatalaksanaan Tumor Otak

Faktor –faktor Prognostik sebagai Pertimbangan Penatalaksanaan : usia, general health,

ukuran tumor, lokasi tumor, jenis tumor.

Untuk tumor otak ada 3 metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitu :

1. Surgery

Terapi Pre-Surgery :

Steroid ® Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone

Anticonvulsant ® Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti carbamazepine

Shunt ® Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal

Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor. Pembedahan pada tumor

otak bertujuan utama untuk melakukan dekompresi dengan cara mereduksi efek massa

sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi. Dengan pengambilan

massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan hipoksik akan terikut serta

sehingga akan diperoleh efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor akan

memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi diharapkan akan

menjadi lebih sempurna. Namun pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali

menghilangkan gejala-gelaja yang ada pada penderita.

2. Radiotherapy

Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan proses

keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas terapi

pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi

dengan kemoterapi dan radioterapi.

Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive), sehingga pada

tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan dapat mengeradikasi

semua sel tumor. Namun demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat

disekitarnya. Semakin dikit jaringan sehat yang terkena maka makin tinggi dosis yang

diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta teknik pemberian radiasi

dengan tingkat presisi yang tinggi.

Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor sementara

metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi jyga digunakan dalam tata

laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis.

3. Chemotherapy

25

Page 26: BAB I Neurologi Infeksi Dan Keganasan Neurologi

Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu atau

dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel tumor pada

klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan dalam

siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti waktu

istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien

dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang dilakukan

ataukah tidak.

I. Komplikasi Tumor Otak

Edema Serebral

Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga

menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat terjadi

ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).

Hidrosefalus

Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga cranium

yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal

akibat massa.

Herniasi Otak

Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.

Epilepsi

Metastase ketempat lain

26