Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Neurologi adalah cabang dari ilmu kedokteran yang mengalamai kelainan pada sistem
saraf. Dokter yang mengkhususkan dirinya pada bidang neurologi disebut neurolog dan
memiliki kemampuan untuk mendiagnosa, merawat, dan memenejemen pasien saraf.
Penyakit Saraf dan Otot adalah merupakan bagian dari penyakit saraf yang disebabkan
terganggunya fungsi saraf tepi atau otot. Untuk memahami penyakit tersebut perlu dikuasai
anatomi, fisiologi, biokemistri dan farmakologi sistem saraf baik pusat maupun tepi. Susunan
Saraf Pusat terdiri dari Otak dan Medula Spinalis sedangkan Susunan Saraf Tepi terdiri dari
sel saraf dan serabut-serabutnya yang dapat berasal dari otak seperti saraf kepala (saraf
kranialis) atau medula spinalis seperti radiks dan nervus spinales.
Tumor yang mengenai Susunan Saraf Pusat bias terjadi di otak, medulla spinalia
maupun di syaraf tepi. Secara patologi dapat dibedakan menjadi tumor yang bersifat benign
maupun malignant. Penggolongan tersebut tentunya berhubungan dengan prognosis pasien
jika diterapi. Modalitas terapi yang ada lebih mudah untuk menangani suatu tumor yang
benign (jinak) dari pada tumor metastasis.
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati
ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang
berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan. Neoplasma
terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan.
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh tubuh,
dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di
Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut Bertelone,
tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi yang
ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat
belum dilaporkan. Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade I, sedangkan pada
dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65 tahun.
Infeksi pada sistem syaraf pusat dan pada jaringan disekitarnya merupakan kondisi
yang mengancam jiwa. prognosis tergantung pada identifikasi tempat dan jenis pathogen
yang menyebabkan terjadinya inflamasi sehingga bisa diberikan pengobatan anti biotic yang
efektif secepat mungkin. Olehkarena analisis LCS, biopsy, dan analisis laboratorium
merupakan Gold standard untuk mengidentifikasi pathogen penyebab meningitis,
neuroimaging merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk menggambarkan letak lesi
1
Page 2
pada otak dan medulla spinalis. gambaran pola lesi menentukan diagnosis yang tepat dan
menentukan tatalaksana terapi selanjutnya. khususnya, neuroimaging memiliki peran yang
sangat penting pada penyakit-penyakit oportunistik, bukan hanya untuk penegakan diagnosis,
namun juga untuk memantau respon terapi. makalah ini membahas penemuan terkini dalam
bidang neuroimaging pada infeksi system saraf pusat seperti meningoensefalitis bacterial,
ventrikulitis dan infeksi medulla spinalis, baik oleh virus maupun penyakit oportunistik pada
system saraf pusat.
Infeksi yang menyerang sistem saraf pusat (otak dan medulla spinalis) pada manusia.
Bagi mikroorganisme halangan terbesar untuk penetrasi dibentuk oleh epitelium permukaan
tubuh luar dan dalam seperti kulit, konjungtiva, dan mukosa. ( Neurologi Klinis Dasar,
Prof.dr. Mahar Mardjono, Dian rakyat, 2010 ) Mekanisme infeksi sistem saraf pusat adalah
penetrasi pada permukaan tubuh yang terluka / rusak / melalui gigitan anthropoda, lau
kemudian kuman masuk ke dalam tubuh, tubuh akan bereaksi dengan melibatkan sistem
imun, kuman akan menghasilkan runtuhan dan unsur-unsur mikroorganisme berupa toxin
yang di lepaskan bagi tubuh pejamu, yang kemudian akan di serap oleh aliran darah
(toksemia), menimbulkan gejala prodromal seperti demam, anoreksia, lemas, dll. Kuman
akan berkembang pesat dalam aliran darah (bakteriemia) dan menetap dalam aliran darah
(septikemia) mengikuti sirkulasi darah seluruh tubuh, kuman ini akan menuju suatu organ
tertentu, yang menyebabkan disfungsi organ yang terlokalisir pada otak dapat menimbulkan
gejala enteritis, nefritis, dan ensefalitis. ( Neurologi Klinis Dasar, Prof.dr. Mahar Mardjono,
Dian rakyat, 2010 )
2
Page 3
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang di bahas dalam makalah ini adalah :
SISTEM SARAF
1. Infeksi pada sistem saraf pusat dan Keganasan pada sistem saraf pusat
2. Meningitis, Encepalitis dan Tumor Otak .
1.3 Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang diharapkan berguna
bagi para pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Dimana tujuannya dibagi menjadi
dua macam yang pertama Secara Umum makalah ini bertujuan menambah wawasan
mahasiswa/i dalam menguraikan suatu persoalan secara holistik dan tepat, dan melatih
pemikiran ilmiah dari seorang mahasiswa/i fakultas kedokteran, dimana pemikiran ilmiah
tersebut sangat dibutuhkan bagi seorang dokter agar mampu menganalisis suatu persoalan
secara cepat dan tepat. Sedangkan secara khusus tujuan penyusunan makalah ini ialah sebagai
berikut :
1. Melengkapi tugas small group discussion skenario 4 modul XXII
2. Menambah ilmu pengetahuan para pembaca dan penulis.
3. Sebagai bahan referensi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran UISU dalam
menghadapi ujian akhir modul.
Itulah merupakan tujuan dalam penyusunan makalah ini, dan juga sangat diharapkan
dapat berguna bagi setiap orang yang membaca makalah ini. Semoga seluruh tujuan tersebut
dapat tercapai dengan baik.
3
Page 4
BAB II
PEMBAHASAN
Skenario -4
KESADARAN MEENURUN
Nyonya S umur 45 tahun diantar ke rumah sakit dengan kesadaran menurun secara perlahan-
lahan, sebelumnya pasien ini demam naik turun, tidak pernah mencapai normal lebih kurang
6 hari ini, kejang dijumpai, frekuensi 3x, kejang parsial dan didapati adanya muntah proyektil
(+). Sebelumnya pasien mengeluhkan sakit kepala terus menerus, kalau mengedan atau batuk
kepala makin sakit.
Sensorium : Somnolen
TD : 140/90mmHg
HR : 100x/menit
Tempratur : 38ºC
Pemeriksaan neurologis :
Kaku kuduk (+), Brudzinsky sign (+), kernig sign (+)
Pemeriksaan nervus cranialis
Nervus II : pupil isokor, RC +/+
Nervus III,IV,VI : Doll’s eye phenomen (+)
Nervus VII :sudut mulut jatuh ke kanan
Pemeriksaan refleks fisiologis : + / +
Pemeriksaan refleks patologis : babinsky (+) kanan, chaddock (+) kanan
Hasil Lab
Darah rutin : HB : 12g%,
Leukosit : 15.000 / mm³
Trombosit : 188.000 / mm³
KGD ad random : 120 mg% Na + : 135 mEq/L
Ureum : 30 mg/ dl K+ : 3,5 mEq/L
Kreatinin : 0,5 mg/dl Cl¯ : 95 mEq/L
Oleh dokter dianjurkan pemeriksaan Head CT Scan dan Lumbal Punction (LP).
LEARNING OBJECTIVE
4
Page 5
Infeksi Sistem Saraf dan Keganasan Sistem Saraf
(Meningitis, Encepalitis dan Tumor Otak)
Definisi
Klasifikasi
Etiologi
Patofisiologi
Pemeriksaan
Penetalaksanaan
Komplikasi
2.1 Infeksi Susunan Saraf
Infeksi ialah invasi dan multiplikasi kuman (mikro-organisme) di dalam jaringan
tubuh. Yang dimaksud dengan kuman ialah bakteri, spiroketa riketsia, protozoa, metazoan
dan virus. Invasi atau penetrasi berarti penembusan. Halangan besar bagi kuman untuk
menembus tubuh dibentuk oleh epitelium permukaan tubuh luar dan dalam, yang kita kenal
sebagai kulit, konjungtiva dan mukosa. Untuk beberapa kuman kita sudah ketahui cara
invasinya, misalnya virus influenza yang ditangkap oleh sebuah unsur sel yang dinamakan
reseptor. Tetapi untuk kebanyakan kuman kita belum mengerti bagai mana ia dapat
menembus kulit, konjungtiva dan mukosa yang sehat. Sudah jelas bahwa invasi terjadi jika
permukaan tubuh luar dan dalam terluka atau mendapat kerusakan, atau apabila kuman yang
terkandung didalam antropoda dimaksukkan didalam tubuh melalui gigitan antropoda pada
kulit.
2.1.1 Meningitis
A. Definisi
Meningitis adalah Peradangan pada susunan saraf, Radang umum pada araknoid dan
piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut
dan kronis.
Meningitis adalah peradangan yang hebat pada selapus otak.Peradangan itu mungkin
terjadi sesudah serangan otitis media,radang mastoid,abses otak ,malahan radang tonsil.
Sesuatu retak pada tengkorak atau suatu luka kepala yang menembus mungkin
mengakibatkan radang selaput otak.
Meningitis adalah Infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi otak dan
medula spinalis). Infeksi ini dapat disebabkan oleh :
5
Page 6
Bakteri, seperti pneumococcu, meningecoccus, stapilococcus, streptococcus,
salmonella.
Virus, seperti Hemofilus influenza dan herpes simplex. (Depkes : 1995)
Meningitis / Radang selaput otak adalah Infeksi pada cairan serebrospinal (CSS)
disertai radang pada pia dan araknoid; ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan
medulla spinalis, kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan
cepat sekali menyebar ke bagian yang lain, sehingga leptomening medulla spinalis terkena.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses
serebrospinal.
B. PATOFISIOLOGI
Kuman-kuman masuk ke dalam susunan saraf pusat secara hematogen /langsung
menyebar di nasofaring, paru-paru (pneumonia, bronkopneumonia) dan jantung
(endokarditis), selain itu per kontinuitatum di peradangan organ / jaringan di dekat selaput
otak misalnya abses otak, otitis media, martoiditis dan trombosis, sinus kavernosus. Invasi
kuman (meningokok, pneumokok, hemofilus influenza, streptokok) ke dalam ruang
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi,
dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke
dalam ruang subaraknoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi
pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu ke – 2 sel-sel plasma. Eksudat
terbentuk dan terdiri dari dua lapisan, yaitu bagian luar mengandung leukosit,
polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisan dalam terdapat makrofag.
Peradangan menyebabkan cairan cerebrospinal meningkat sehingga terjadi obstruksi,
selanjutnya terjadi hydrocephalus dan peningkatan intrakranial. Organisme masuk melalui sel
darah merah, dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau kelainan sistem
saraf pusat. Efek patologis yang terjadi adalah hiperemia meningens, edema jaringan otak,
eksudasi.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron. Dengan
demikian meningitis dapat dianggap sebagai ensefalitis superfisial. Trombosis serta
organisasi eksudat perineural yang fibrino – purulen menyebabkan kelainan nervi kraniales
(Nn. III, IV, VI, VII, & VIII). Organisasi di ruang subaraknoid superfisial dapat menghambat
aliran dan absorbsi CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus komunikans.
6
Page 7
Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan berbagai
cara antara lain :
Hematogen atau limpatik
Perkontuinitatum
Retograd melalui saraf perifer
Langsung masuk cairan serebrospinal
Efek peradangan tersebut dapat mengenai lapisan meningen dan ruang-ruang yang berada
diantara lapisan. Tidak jarang pula infeksi mengenai jaringan otak. Kondisi ini disebut
meningo-encephalitis. Efek patologis yang terjadi antara lain :
Hyperemia Meningens
Edema jaringan otak
Eksudasi
Perubahan-perubahan tersebut akan memberikan dampak terhadap peningkatan tekanan
intra kranial dan hydrocephalus (pada anak-anak). Hydrocephalus terjadi bila eksudat (lebih
sering terjadi pada infeksi bakteri) menyumbat sirkulasi cairan cerebrospinal juga eksudat
tadi dapat menetap di jaringan otak dan menyebabkan abses otak.
C. MANIFESTASI KLINIK
Keluhan pertama biasanya Nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menyebar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi, kesadaran menurun. Tanda
Kernig&Brudzinsky positif. (Arief Mansjoer : 2000)
Terjadi secara akut dengan panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernapasan, kejang,
nafsu makan berkurang, minum sangat berkurang, konstipasi diare, biasanya disertai
septicemia dan pneumonitis. Kejang terjadi pada lebih kurang 44% anak dengan penyebab
hemofilus influenza, 25% streptokok pneumonia, 78% oleh streptokok dan 10% oleh infeksi
meningokok.
Gangguan kesadaran berupa apati, letargi, renjatan, koma. Selain itu dapat terjadi
koagulasi intravaskularis diseminata.
Tanda-tanda iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda kernig brudzinski dan
fontanela menonjol untuk sementara waktu belum timbul. Pada anak yang lebih besar dan
orang dewasa, permulaan penyakit juga terjadi akut dengan panas, nyeri kepala yang bisa
hebat sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri otot dan nyeri punggung.
7
Page 8
Biasa dimulai dengan gangguan saluran pernapasan bagian atas. Selanjutnya terjadi
kaku kuduk, opistotonus, dapat terjadi renjatan, hipotensi dan taki kardi karena septicemia.
Gangguan kesadaran berupa letargi sampai koma yang dalam dapat dijumpai pada penderita.
Nyeri kepala dapat hebat sekali, rasanya seperti mau pecah dan bertambah hebat bila kepala
digerakkan. Nyeri kepala dapat disebabkan oleh proses radang pembuluh darah. Meningeal,
tetapi juga dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial yang disertai fotofobi dan
hiperestesi, suhu badan makin meningkat, tetapi jarang disertai gemetar (chills).
D. TANDA DAN GEJALA
Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan edema
serebral / penyumbatan aliran darah
Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
Risiko tinggi terhadap trauma / injuri berhubungan dengan aktifitas kejang umum.
Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan, daya tahan tubuh yang
lemah.
Ditandai dengan gejala menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah, diare,
tonus otot kurang, menangis lemah. Pada anak dan remaja biasanya terdapat tanda dan gejala
demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi, foto
fobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan brudzinski
positif, ptechial (menunjukkan infeksi meningococal).
E. PENYEBAB
Penyebab meningitis adalah bakteri ; pneumococus; meningococus; stapilococus;
streptococus; salmonella; virus; hemofilus influenza; herpes simplek; atau oleh karena luka /
pembedahan atau injuri pada sistem persarafan.
F. KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu meningitis Tuberkulosis Generalisata dan meningitis purulenta.
Meningitis Tuberkulosis Generalisata adalah radang selaput otak araknoid dan
piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terjadinya
8
Page 9
adalah Mycobacterium Tuberculosa, Penyebab lain seperti Lues, Virus, Toxoplasma
gondhii, Ricketsia.
Meningitis purulenta adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi
otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus
pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitidis (meningokok), Streptococcus
haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia
Coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.
Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Penyakit ini dimulai akut, subakut atau kronis dengan gejala demam, mudah kesal,
marah-marah, obstipasi, muntah-muntah. Dapat ditemukan tanda-tanda perangsangan
meningen seperti kaku kuduk. Pada pemeriksaan terdapat kaku kuduk dan tanda-tanda
perangsangan meningen lainnya. Suhu badan naik turun, kadang-kadang suhu malah
merendah, nadi sangat stabil, lebih sering dijumpai nadi yang lambat, abdomen nampak
mencekung. Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat pada saraf-saraf
ini. Yang sering terkena nervus III & VII. Terjadi afasia motoris atau sensoris, kejang fokal,
monoparesis, hemiparesis, dan gangguan sensibilitas.
Tanda-tanda khas penyakit ini adalah Apatis, refleks pupil yang lambat dan refleks-
refleks tendo yang lemah.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah
(LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit.
Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu pada
meningitis tuberculosis didapatkan juga peningkatan LED.
2. Cairan Otak
Periksa lengkap termasuk pemeriksaan mikrobiologis. Pada meningitis serosa diperoleh
hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang jernih meskipun mengandung sel dan
jumlah protein yang meninggi.
3. Pemeriksaan Radiologis
Foto data
Foto kepala
Bila mungkin CT – Scan.
H. Penatalaksanaan
9
Page 10
a. Medis
1. Rejimen terapi : 2 HRZE – 7RH.
2. Bulan Pertama :
INH : 1 x 400 mg / hari, oral
Rifampisin : 1 x 600 mg / hari, oral
Pirazinamid : 15-30 mg / kg / hari, oral
Streptomisin a/ : 15 mg / kg / hari, oral
Etambutol : 15-20 mg / kg / hari, oral.
3. Steroid diberikan untuk
Menghambat reaksi inflamasi
Mencegah komplikasi infeksi
Menurunkan edema serebri
Mencegah perlekatan
Mencegah arteritis / infark otak.
4. Indikasi
Kesadaran menurun
Defisit neurologis fokal.
5. Dosis
Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 x 5 mg intravena selama 2-3 minggu,
selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.
Disamping tuberkulostatik dapat diberikan rangkaian pengobatan dengan deksametason
untuk menghambat edema serebri dan timbulnya perlekatan-perlekatan antara araknoid dan
otak.
Infeksi Intrakranial → Lapisan yang menutupi otak dan medulla spinalis (Meningitis).
Sumber penyebab dapat berupa bakteri, virus atau jamur (fungi) dan hasilnya /
penyembuhannya dapat komplet (sembuh total) sampai pada menimbulkan penurunan
neurologis dan juga sampai terjadi kematian.
1. Pemberian Antibiotika
Pemberian antibiotic harus tepat dan cepat sesuai dengan bakteri penyebabnya dan
dalam dosis yang cukup tinggi. Sambil menunggu hasil biakan sebaiknya diberikan
antibiotic dengan spectrum luas. Antibiotic diberikan selama 10 – 14 hari atau sekurang-
kurangnya 7 hari setelah demam bebas. Pemberian antibiotic sebaiknya secara parental.
Kadang – kadang pada pemberian antibiotic selama 4 hari, tiba-tiba suhu meningkat
lagi. Keadaan demikian ini dapat disebabkan oleh flebitis di tempat pemberian cairan
10
Page 11
parental atau intravena. Sementara itu, suhu yang tetap tinggi dapat disebabkan oleh
pemberian antibiotic yang tidak tepat atau dosis yang tidak cukup atau telah terjadi efusi
subdural,empiema, atau abses otak.
Penisilin G diberikan untuk mengatasi infeksi pneumokok, streptokok dan
meningokok dengan dosis 1-2 juta unit setiap 2 jam. Terhadap infeksi hemofilus
sebaiknya diberikan kloramfenikol 4 x 1 gram/24 jam atau ampisilin 4 x 3 gram setiap 24
jam intravena. Untuk meningkok dipakai sulfadiazine sampai 12 x 500 mg dalam 24 jam
selama kurang lebih 10 hari. Gentamisin dipergunakan untuk memberantas Escheria coli,
klebsiela, proteus, dan kuman-kuman gram negatif.
2. Menejemen Terapi
Isolasi
Terapi anti mikroba sesuai hasil kultur
3. Mempertahankan dehidrasi,monitor balance cairan (hubungan dengan edema
serebral)
4. Mencegah dan mengobati komplikasi
5. Mengontrol kejang
6. Mempertahankan ventrilasi
7. Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
8. Penatalaksanaan syok septik
9. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.
I. DIAGNOSIS PENUNJANG
Adanya gejala-gejala seperti panas yang mendadak dan tidak dapat diterangkan sebabnya,
letargi, muntah, kejang dan lain-lainya harus difikirkan kemungkinan meningitis. Diagnosis
pasti adalah dengan pemeriksaan CSS melalui fungsi lumbal. Pada setiap penderita dengan
iritasi meningeal,apalagi yang berlangsung beberapa hari atau dengan gejala-gejala
kemungkinan meningitis atau penderita dengan panas yang tidak diketahui sebabnya, harus
dilakukan fungsi lumbal. Kadang-kadang pada fungsi lumbal pertama tidak didapatkan derita
yang sebelumnya telah mendapat pengobatan antibiotika,tetapi pada pembiakan ternyata ada
bakteri. Walaupun fungsi lumbal merupakan faktor resiko untuk terjadi meningitis, untuk
kepentingan diagnosis cara ini mutlak dilakukan.
Bila terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (koma, kekakuan descrebrasi,
reaksi cahaya negatif) dapat dilakukan fungsi melalui sisterna makna. Cara ini untuk
menghindarkan terjadinya dekompresi dibawah foramen maknum dan herniasi tonsila
11
Page 12
cerebellum. Bila tekanan permukaan CSS di atas 200 mmH2O, sebaiknya diberikan manitol
0,25 -0,50 mg/kg BB secara bolus segera sesudah fungsi lumbal untuk menghindari herniasi
otak. Jumlah CSS yang diambil secukupnya untuk pemeriksaan. Pada umumnya tekanan CSS
200-500 mmH2O dan CSS tampak kabur, keruh dan purulen.
Pada meningitis bacterial stadium akut terdapat leukosit polimor fonukleat. Jumlah sel
berkisar antara 1000-10000 dan pada kasus tertentu bisa mencapai 100000/mm3 , dapat
disertai sedikit eritrosit. Bila jumlah sel diatas 50.000/mm3 , maka kemungkinannya adalah
abses otak yang pecah dan masuk ke dalam ventrikulus. (Harsono : 1996)
a) Pemeriksaan cairan serebrospinalis baik secara makroskopis maupun
secara mikroskopis.
Warna (Infeksi bakteri = purulent, infeksi virus dan tuberculosis = Xantocrom)
Tekanan meningkat
Sel PMN (Polimorfonukleus) meningkat
Protein meningkat
Glukosa menurun
None (+)
Pandi (+).
b) Pemeriksaan Tambahan
Darah lengkap, LED
Kultur darah
- Foto kepala, thorax, vertebra
Kultur Swab hidung dan tenggorokan
EEG, CT – Scan Otak.
J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Analisa CSS dari fungsi lumbal :
Meningitis bakterial : Tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut, jumlah sel darah putih
dan protein meningkat; glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus
biasanya hanya dengan prosedur khusus.
12
Page 13
Glukosa serum : Meningkat (meningitis).
LDH serum : Meningkat (pada meningitis bakteri).
Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri).
Elektrolit darah : Abnormal.
ESR / LED : Meningkat (pada meningitis).
Kultur darah / hidung / tenggorok / urine : Dapat mengindikasikan daerah “pusat”
infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
MRI / CT-Scan : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
EEG : Mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalitis)
atau voltasenya meningkat (abses).
Ronsen dada, kepala dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi
kranial.
Arteriografi karotis : Letak abses lobus temporal, abses serebral posterior.
2.1.2 Encephalitis
A. Definisi
Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari
encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering
infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus.
Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan
peradangan dari otak.
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus
atau mikroorganisme lain yang non purulen (+) (Pedoman diagnosis dan terapi.
B. Etiologi
1. Mikroorganisme: bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus.
Macam-macam encephalitis virus menurut Robin :
a. Infeksi virus yang bersifat epidermik:
1) Golongan enterovirus = poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHO.
2) Golongan virus ARBO = western equire encephalitis, St. louis encephalitis,
Eastern equire encephalitis, Japanese B. encephalitis, Murray valley
encephalitis.
13
Page 14
b. Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes zoster, limfogranuloma,
mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis lain yang dianggap disebabkan
olehvirus tetapi belum jelas.
c. Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca
vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti infeksi
traktus respiratorius yang tidak spesifik.
2. Reaksi toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox.
3. Keracunan: arsenik, CO.
C. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala dari encephalitis termasuk demam yang tiba-tiba, sakit kepala, muntah,
kepekaan penglihatan pada sinar, leher dan punggung yang kaku, kebingungan, keadaan
mengantuk, kecanggungan, gaya berjalan yang tidak mantap, dan mudah terangsang.
Kehilangan kesadaran, kemampuan reaksi yang buruk, serangan-serangan, kelemahan
otot, demensia berat yang tiba-tiba dan kehilangan memori dapat juga ditemukan pada
pasien-pasien dengan encephalitis.
Demam
Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan
Pusing
Muntah
Nyeri tenggorokan
Malaise
Nyeri ekstrimitas
Pucat
Halusinasi
Kaku kuduk
Kejang
Gelisah
Iritable
Gangguan kesadaran.
D. Pemeriksaan Diagnostik
Encephalitis disarankan ketika gejala-gejala yang digambatkan di atas hadir.
Dokter mendiagnosis encephalitis setelah melengkapi suatu sejarah yang menyeluruh
(menanyakan pada pasien pertanyaan-pertanyaan) dan pemeriksaan. Pemeriksaan
termasuk pengaturan-pengaturan siasat khusus untuk mendeteksi tanda-tanda
14
Page 15
peradangan dari selaput-selaput yang mengelilingi otak dan berdasarkan pada sejarah
dan pemeriksaan, dokter menyarankan tes-tes khusus untuk lebih lanjut membantu
dalam menentukan diagnosis.
Tes-tes yang digunakan dalam mengevaluasi individu-individu yang dicurigai
mempunyai encephalitis termasuk darah untuk tanda-tanda dari infeksi dan
kemungkinan kehadiran dari bakteri-bakteri, scanning otak (seperti MRI scan) dan
analisa cairan spinal.
Suatu lumbar puncture adalah metode yang paling umum untuk memperoleh suatu
contoh dari cairan dalam spinal canal (cerebrospinal fluid atau CSF) untuk
pemeriksaan. Suatu lembar puncture (LP) adalah pemasukan dari sebuah jarum ke
dalam cairan di dalam spinal canal. Ia diistilahkan suatu “lumbar puncture” karena
jarumnya masuk ke dalam bagian lumbar (bagian yang lebih bawah dari tulang
belakang). Jarum melewati diantara bagian-bagian yang bertulang dari spine sampai ia
mencapai cairan cerebral spinal. Suatu jumlah yang kecil dari cairan kemudian diambil
dan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan. Evaluasi dari cairan spinal biasanya
adalah perlu untuk diagnosis yang pasti dan untuk membantu membuat keputusan-
keputusan perawatan yang optimal (seperti pilihan antibiotik-antibiotik yang tepat).
1. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan dominasi sel
limfosit. Protein agak meningkat sedangkan glucose dalam batas normal.
2. Pemeriksaan EEG
Memperlihatkan proses inflamasi yang difuse “bilateral” dengan aktivitas rendah.
3. Pemeriksaan virus
Ditemukan virus pada CNS didapatkan kenaikan titer antibody yang spesifik
terhadap virus penyebab.
E. Komplikasi
Akut
Edema otak
SIADH
Status konvulsi.
Kronik
15
Page 16
Cerebral palsy
Epilepsy
Gangguan visual dan pendengaran.
F. Prognosis untuk Pasien-pasien dengan Encephalitis
Prognosis untuk encephalitis bervariasi. Beberapa kasus-kasus adalah ringan,
singkat dan relatif tidak berbahaya dan pasien-pasien sembuh sepenuhnya. Kasus-kasus
lain adalah parah dan perburukan yang permanen atau mungkin kematian. Ini biasanya
ditentukan oleh tipe infeksi yang hadir. Tahap akut dari encephalitis mungkin
berlangsung untuk satu sampai dua minggu, dengan resolusi (pemecahan) yang
berangsur-angsur atau tiba-tiba dari demam dan gejala-gejala neurologikal. Gejala-
gejala neurologikal mungkin meerlukan berbulan-bulan sebelum kesembuhan
sepenuhnya. Beberapa pasien-pasien tidak akan pulih sepenuhnya.
Perawatan encephalitis:
Antibiotik-antibiotik dan obat-obat antivirus sangat dipertimbangkan ketika
diagnosis dari encephalitis disarankan. Pada beberapa situasi-situasi,
anticonvulsants digunakan untuk mencegah atau merawat serangan-serangan
(epilepsi). Adakalanya corticosteroid diberikan untuk mengurangi
pembengkakan dan peradangan otak. Obat-obat penenang (sedatives).
2.2 Keganasan pada sistem saraf pusat
2.2.1 Tumor Otak
A. Definisi
Tumor otak adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di
dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola
tetapi juga dapat tumbuh menyebar masuk ke dalam jaringan.
16
Page 17
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam otak. Yang
terdiri atas tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak benigna adalah pertumbuhan
jaringan abnormal di dalam otak tetapi tidak ganas. Sedangkan tumor otak maligna adalah
kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya
atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang
tumbuh di otak meningen dan tengkorak. Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor
yang timbul dalam sistem saraf pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi glia.
Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan
bila berasal dari organ-organ lain, disebut tumor otak metastase.
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum
tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat
berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu
sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti
kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder.
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum
tulang belakang (medulla spinalis). Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi
anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi
membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan
tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala
tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat
menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari jaringan otak.
B. Klasifikasi Tumor Otak
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Berdasarkan Jenis Tumor
1. Jinak
Acoustic neuroma
Meningioma
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan
sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya. Pasien usia tua sering terkena
dan perempuan lebih sering terkena dari pada laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki
17
Page 18
banyak pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat dilakukan
pemeriksaan CT scan otak.
Pituitary adenoma
Astrocytoma (grade I)
2. Malignant
Astrocytoma (grade 2,3,4)
Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat muncul hingga 10
tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan simptomatologi bermakna akibat
peningkatan tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang paling
bersifat kemosensitif.
Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada ependim yang
menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi tetapi dapat terjadi di setiap
bagian fosa ventrikularis. Tumor ini lebih sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa.
Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan
hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka
makin buruk prognosisnya.
b. Berdasarkan Lokasi
1. Tumor Supratentorial Hemisfer otak, terbagi lagi :
a) Glioma
Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di hemisfer otak dan
sering menyebar kesisi kontra lateral melalui korpus kolosum.
Astroscytoma
Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi terdiri dari sel-
sel oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi
biasanya dijumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.
b) Meningioma
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan duramater yang
lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya psedokapsul dari membran
araknoid. Pada kompartemen supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak dekat
dengan tulang dan kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena
18
Page 19
merupakan massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai dengan tempat
perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%), Sphenoid ridge (20%),
Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%), Tuberculum sellae (10%),
Konveksitas serebellum (5%), dan Cerebello-Pontine angle. Karena tumbuh lambat
defisit neurologik yang terjadi juga berkembang lambat (disebabkan oleh
pendesakan struktur otak di sekitar tumor atau letak timbulnya tumor). Pada
meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis dan asimptomatik sampai
berukuran besar sekali. Sedangkan di basis kranii sekitar sella turcika (tuberkulum
sellae, planum sphenoidalis, sisi medial sphenoid ridge) tumor akan segera
mendesak saraf optik dan menyebabkan gangguan visus yang progresif.
c) Tumor Infratentorial.
d) Schwanoma akustikus.
e) Tumor metastasisc.
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari seluruh tumor otak dan
dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer paling sering berasal dari paru-paru
dan payudara. Namun neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid
dapat juga bermetastasis ke otak.
C. Etiologi Tumor Otak
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weberyang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan
merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
19
Page 20
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
6. Trauma Kepala
D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian
berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga
sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik.
Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral
pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada
fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.
2. Perubahan Status Mental
Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan
berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus
frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat
menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.
3. Seizure
20
Page 21
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti astrositoma,
oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di lobus frontal
baru kemudian tumor pada lobus parietal dan temporal.
4. Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik
neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak
menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang
berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan
pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.
5. Muntah
Muntah sering tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah
berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului
mual menambah kecurigaan adanya massa intracranial.
6. Vertigo
Pasien merasakan pusing yang berputar dan mau jatuh.
E. Patofisiologi Tumor Otak
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini
menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya sebaiknya
dibicarakan dalam suatu perspektif waktu. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya
dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan
intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja
disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat. Perubahan suplai
darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan
otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi
secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan
kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapatumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan
neurologis fokal. Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan
sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa, karena
tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas
21
Page 22
menimbulkan oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami,
namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena
dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan
volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinaldari ventrikel laseral ke ruang
sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat
akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oelh karena itu
tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara
lain bekerja menurunkan volume darahintra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan
cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus
temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf
ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum
oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat.
Intrakranialyang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan
nadi dan gangguan pernafasan).
F. Pemeriksaan Fisik (ROS : Review Of System)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik umum per
system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2
(Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
22
1. Pernafasan B1 (breath)
Bentuk dada Normal
Pola napas Tidak teratus
Saluran napas Normal
Sesak napas Ya
Batuk Tidak
Retraksi otot bantu napas Ya
Alat bantu pernapasaan Ya
Page 23
1. Kardiovaskular B2
Irama Jantung Irreguler
Nyeri dada Tidak
Bunyi jantung Normal
Akral Hangat
Nadi Bradikardi
Tekanan darah Meningkat
2. Persyarafan Brain B3
Penglihatan (mata) Penerununan penglihatan, hilangnya ketajaman atau diplopia.
Pendengaran (telinga) Terganggu bila mengenai lobus temporal.
Penciuman (hidung) Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal.
Pengecapan (lidah) Ketidak mampuan sensasi (parathesia atau anesthesia)
Afasia Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan eksppresif
atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata
komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
Ekstremitas Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang,
berkurangnya reflex tendon.
GCS Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai
respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1– 6 tergantung
responnya.
23
2. Pencernaan B4 (bowel)
Nafsu makan Menurun
Porsi makan Setengah
Mulut bersih
Mukosa Lembap
Page 24
3.
Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Kemampuan pergerakan sendi Bebas
Kondisi tubuh Kelelahan
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika
penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus
atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang
sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan
memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang
besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi
anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses
infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
24
3. Perkemihan B5 (bladder)
Kebersihan Bersih
Bentuk alat kelamin Normal
Uretra Normal
Produksi urin Normal
Page 25
H. Penatalaksanaan Tumor Otak
Faktor –faktor Prognostik sebagai Pertimbangan Penatalaksanaan : usia, general health,
ukuran tumor, lokasi tumor, jenis tumor.
Untuk tumor otak ada 3 metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitu :
1. Surgery
Terapi Pre-Surgery :
Steroid ® Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone
Anticonvulsant ® Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti carbamazepine
Shunt ® Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor. Pembedahan pada tumor
otak bertujuan utama untuk melakukan dekompresi dengan cara mereduksi efek massa
sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi. Dengan pengambilan
massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan hipoksik akan terikut serta
sehingga akan diperoleh efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor akan
memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi diharapkan akan
menjadi lebih sempurna. Namun pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali
menghilangkan gejala-gelaja yang ada pada penderita.
2. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan proses
keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas terapi
pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi
dengan kemoterapi dan radioterapi.
Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive), sehingga pada
tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan dapat mengeradikasi
semua sel tumor. Namun demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat
disekitarnya. Semakin dikit jaringan sehat yang terkena maka makin tinggi dosis yang
diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta teknik pemberian radiasi
dengan tingkat presisi yang tinggi.
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor sementara
metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi jyga digunakan dalam tata
laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis.
3. Chemotherapy
25
Page 26
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu atau
dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel tumor pada
klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan dalam
siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti waktu
istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien
dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang dilakukan
ataukah tidak.
I. Komplikasi Tumor Otak
Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga
menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat terjadi
ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga cranium
yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal
akibat massa.
Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.
Epilepsi
Metastase ketempat lain
26