BAB II
Praktikum Bahan Perkerasan Jalan
BAB I
PEMERIKSAAN ASPAL KERAS
1.1 Pemeriksaan Penetrasi Aspal1.1.1 Maksud PercobaanPemeriksaan
ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi aspal, menguji keras
atau lembeknya (solid atau semi solid) aspal dengan memasukkan
jarum penetrasi dengan beban dan waktu tertentu ke dalam aspal pada
suhu tertentu pula (25C).
1.1.2Peralatana. Alat penetrasi
b. Cawan perendam
c. Beban 50 gram
d. Jarum penetrasi
e. Tin boxf. Bak perendam (water bath)g. Stopwatchh. Senter
i. Kompor listrik
j. Panci dan penutup
k. Pengaduk bambul. Kapas + bensin
m. Gliserin
1.1.3 Benda UjiBenda uji berupa aspal, yang dimasukkan ke dalam
panci dan panaskan hingga cair dan dapat dituang. Selama pemanasan,
aspal diaduk dengan hati-hati agar udara dapat keluar dari dalam
aspal tersebut. Setelah mencair, aspal tersebut dituang dalam 3
buah tin box, kemudian didinginkan pada suhu ruang 27 C selama 30
menit dan direndam dalam bak perendam pada ruang AC bersuhu 25 C
selama 60 menit.
1.1.4 Prosedur Percobaana. Aspal keras kurang lebih cukup untuk
mengisi 3 buah tin box dipanaskan perlahan-lahan sampai mencair dan
bisa dituangkan dengan waktu pemanasan lebih kecil dari 30
menit.
b. Selama pemanasan, aspal diaduk perlahan-lahan supaya udara
tidak masuk ke dalam contoh.
c. Cawan ditutup agar benda uji tidak kena debu. Didiamkan
selama 1 1,5 jam untuk cawan kecil, 1,5 2 jam untuk cawan besar
pada ruang AC/kulkas dengan temperatur 15(C - 30(C.
d. Jarum penetrasi dipasang pada pluyer head.
e. Pemberat 50 gram diletakkan di atas jarum untuk memperoleh
beban 100 gram berikut berat pluyer head.
f. Tempat air beserta benda uji dipindahkan ke bawah alat
penetrasi.
g. Jarum diturunkan perlahan-lahan sehingga jarum tersebut
menyentuh permukaan benda uji, kemudian angka dial penetrometer
diatur sehingga jarum penunjuk berimpit dengan angka 0 (nol).
h. Pemegang jarum ditekan secara serentak dengan stopwatch
selama 5 detik.
i. Dial penetrometer berputar dan angka penetrasi yang berimpit
dengan jarum penunjuk dibaca. Dilakukan pembulatan hingga angka 0.1
mm terdekat.
1.1.5 Cara Kerja Sebenarnya a. Aspal dipanaskan kurang lebih
cukup untuk mengisi 3 buah tin box. Selama pemanasan, aspal diaduk
dengan hati-hati agar udara dapat keluar dari dalam aspal tersebut.
Setelah cair, aspal tersebut dituang ke dalam 3 buah tin box,
kemudian didinginkan pada suhu ruang 27C selama 30 menit.b. Benda
uji direndam di dalam bak perendam di ruang AC dengan suhu air 25C
selama 60 menit.
c. Jarum penetrasi dibersihkan dengan kapas yang telah diberi
bensin.
d. Jarum penetrasi dipasang pada pluyer head dan diberi pemberat
50 gram.
e. Benda uji dipindahkan dari bak perendam ke tempat yang telah
diberi air dibawah jarum penetrasi.
f. Jarum penetrasi diturunkan secara perlahan-lahan hingga jarum
tersebut menyentuh permukaan benda uji.
g. Tiang dial diturunkan dan angka yang berimpit dengan jarum
penunjuk pada dial penetrometer dibaca, kemudian hasilnya dicatat
(1).
h. Clutch trigger ditekan bersamaan dengan stopwatch dinyalakan
selama 5 detik, setelah 5 detik penekanan clutch trigger
dihentikan.
i. Tiang dial diturunkan dan angka yang berimpit dengan jarum
penunjuk pada dial penetrometer dibaca, kemudian hasilnya dicatat
(2).
j. Besar penetrasi adalah hasil (2) dikurangi dengan (1).
k. Pengunci jarum dikendurkan kemudian tiang dial penetrometer
diangkat.
l. Jarum penetrometer diangkat dari aspal dengan cara diputar
sambil diangkat perlahan-lahan. Jarum dibersihkan dengan kapas yang
telah dibasahi dengan bensin. Setelah bersih, jarum dipasang
kembali.
m. Langkah (d) sampai (j) dilakukan sebanyak 5 kali untuk benda
uji yang sama, dengan ketentuan jarak antar titik pemeriksaan 1 cm,
membentuk pola salib sumbu.
1.1.6 Hasil Percobaan
PenetrasiIIIIII
Pengamatan 1
Pengamatan 2
Pengamatan 3
Pengamatan 4
Pengamatan 5606445
576055
755841
645252
546436
Rata rata6259,645,8
55,8
Jenis AspalPEN. 40PEN. 60PEN. 80
Persyaratan Umum Aspal Kerasmin.maks.min.maks.min.maks.
405960798099
1.1.7 Kesimpulan
Dari hasil percobaan pemeriksaan penetrasi aspal, diperoleh
total ratarata 52,8. Jadi, aspal tersebut memenuhi syarat aspal
jenis PEN. 40 dengan syarat minimum 40 dan maksimum 59.
1.2 Pemeriksaan Kehilangan Berat Aspal
1.2.1 Maksud PercobaanPemeriksaan ini dimaksudkan untuk
menentukan kehilangan berat aspal setelah dipanaskan dalam oven
bersuhu 163 C selama 5 jam.
1.2.2 Peralatana. Loss On Heating Oven
b. Plat logam (tergantung vertikal dalam oven dan dapat diputar
5 6 ppm)
c. Tin boxd. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
e. Kompor listrik
f. Panci dan penutup
g. Pengaduk bambuh. Gliserin
1.2.3 Benda UjiBenda uji berupa aspal yang dimasukkan ke dalam
panci dan dipanaskan hingga cair dan dapat dituang. Selama
pemanasan aspal diaduk dengan hati-hati agar udara dapat keluar
dari dalam aspal tersebut. Setelah mencair, aspal tersebut dituang
dalam 3 buah tin box, kemudian didinginkan pada suhu ruang 27 C
selama 30 menit dan dimasukkan ke dalam oven yang dilengkapi dengan
pemutar plat dengan suhu 163 C selama 5 jam.
1.2.4 Prosedur Percobaana. Contoh aspal diaduk serta dipanaskan
untuk mendapatkan campuran yang merata.
b. Dituangkan ke dalam cawan sebanyak 50 gram (A).
c. Benda uji ganda (duplo) disiapkan. Benda uji yang diperiksa
harus bebas dari air.
d. Oven dihidupkan dan motor pemutar plat yang berada dalam oven
dijalankan. Termometer dipasang pada tempatnya sehingga terletak
pada jarak 1,9 cm dari pinggir plat. Setelah oven mencapai suhu 160
C, benda uji diletakkan di atas plat logam yang berputar.
e. Benda uji didinginkan pada suhu ruang kemudian ditimbang
dengan ketelitian 0,01 gram (B).
f. Persentase kehilangan berat dihitung dengan rumus :
g. Bila digunakan 2 buah benda uji dan hasilnya sama, maka tidak
dilakukan pemeriksaan ulang. Bila tidak sama, perlu diulang.
1.2.5Cara Kerja Sebenarnya a. Tiga buah tin box yang sebelumnya
diberi nomor, terlebih dulu ditimbang.
b. Aspal dipanaskan hingga mencair dan dapat dituang dengan
waktu pemanasan 30 menit. Selama pemanasan, aspal diaduk dengan
hati-hati agar udara dapat keluar dari dalam aspal tersebut.
c. Setelah mencair, aspal tersebut dituang ke dalam 3 buah tin
box, kemudian didinginkan pada suhu ruang 27 C selama 30 menit.
d. Benda uji dimasukkan ke dalam ruang AC selama 60 menit (1
jam) dengan suhu 25 C.
e. Benda uji dipindahkan dari ruang AC kemudian ditimbang
beratnya.
f. Benda uji dimasukkan ke oven yang dilengkapi dengan pemutar
plat pada suhu 163 C selama 5 jam.
g. Setelah 5 jam benda uji dikeluarkan dan didinginkan di dalam
ruang AC dengan suhu 25 C.
h. Berat masing-masing tin box ditimbang.
i. Persentase kehilangan beratnya dihitung.
j. Benda uji direndam dalam water bath 25 C selama 1 jam, untuk
pemeriksaan penetrasi aspal setelah kehilangan berat.
1.2.6 Hasil PercobaanNomor cawanIIIIII
Berat cawan (A)
Berat cawan + benda uji (B)
Berat benda uji (C) = (B) - (A)
Berat cawan + benda uji setelah pemanasan (D)
Berat benda uji setelah pemanasan (E) = (D) - (A)
Berat yang hilang (F) = (C) - (E)10,5510,4879,62
57,77857,6051,201
47,228047,113041,5790
57,76957,57351,169
47,219047,092041,5470
0,0090,2100,0320
% Kehilangan
0,0191%0,0446%0,0770%
Rata rata0,0469%
1.2.7 Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan kehilangan berat aspal, diperoleh nilai
rata-rata kehilangan berat aspal sebesar 0,0469%, sedangkan syarat
kehilangan berat maksimum yang ditetapkan adalah 0,770 %, maka
aspal tersebut memenuhi syarat dan dapat digunakan untuk bahan
perkerasan jalan.1.3 Pemeriksaan Penetrasi Aspal Setelah Kehilangan
Berat
1.3.1 Maksud Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi aspal
setelah kehilangan berat.
1.3.2 Peralatana. Alat penetrasi
b. Cawan perendam
c. Beban 50 gram
d. Jarum penetrasi
e. Tin boxf. Bak perendam (water bath)g. Stopwatchh. Senter
i. Kompor listrik
j. Panci dan penutup
k. Pengaduk bambul. Kapas + bensin
m. Gliserin
1.3.3 Benda UjiBenda uji berupa aspal yang dimasukkan ke dalam
panci dan panaskan hingga cair dan dapat dituang. Selama pemanasan
aspal diaduk dengan hati-hati agar udara dapat keluar dari dalam
aspal tersebut. Setelah mencair, aspal tersebut dituang dalam 3
buah tin box, kemudian didinginkan pada suhu ruang 27 C selama 30
menit dan dimasukkan ke dalam oven yang dilengkapi dengan pemutar
plat dengan suhu 163 C selama 5 jam. Kemudian direndam dalam bak
perendam pada ruang AC bersuhu 25 C selama 60 menit. 1.3.4 Prosedur
Percobaana. Aspal keras kurang lebih cukup untuk mengisi 3 buah tin
box dipanaskan secara perlahan sampai mencair dan bisa dituangkan
dengan waktu pemanasan lebih kecil dari 30 menit.
b. Selama pemanasan, aspal diaduk perlahan-lahan supaya udara
tidak masuk ke dalam contoh.
c. Cawan ditutup agar benda uji tidak kena debu. Didiamkan
selama 1 1,5 jam untuk cawan kecil dan 1,5 2 jam untuk cawan besar
pada ruang AC/kulkas dengan temperatur 15( C - 30( C.
d. Jarum penetrasi dipasang pada pluyer head.
e. Pemberat 50 gram diletakkan di atas jarum untuk memperoleh
beban 100 gram berikut berat pluyer head.
f. Tempat air beserta benda uji dipindahkan ke bawah alat
penetrasi.
g. Jarum diturunkan perlahan-lahan sehingga jarum tersebut
menyentuh permukaan benda uji, kemudian angka dial penetrometer
diatur sehingga jarum penunjuk berimpit dengan angka 0 (nol).
h. Pemegang jarum dilipaskan dan stopwatch dijalankan secara
serentak selama 5 detik.
i. Dial penetrometer berputar dan angka penetrasi yang berimpit
dengan jarum penunjuk dibaca.
j. Dilakukan pembulatan hingga angka 0,1 mm terdekat.
1.3.5 Cara Kerja Sebenarnya a. Benda uji hasil pemeriksaan
kehilangan berat direndam ke dalam bak perendam dengan suhu air 25
C selama 60 menit.
b. Jarum penetrasi dibersihkan dengan kapas yang telah diberi
bensin.
c. Jarum penetrasi dipasang pada pluyer head dan diberi pemberat
50 gram.
d. Benda uji dipindahkan dari bak perendam ke tempat yang telah
diberi air di bawah jarum penetrasi.
e. Jarum penetrasi diturunkan secara perlahan-lahan hingga jarum
tersebut menyentuh permukaan benda uji.
f. Tiang dial diturunkan dan angka yang berimpit dengan jarum
penunjuk pada dial penetrometer dibaca, kemudian hasilnya dicatat
(1).
g. Clutch trigger ditekan bersamaan dengan stopwatch dinyalakan
selama 5 detik. Setelah 5 detik hentikan menekan clutch
trigger.
h. Tiang dial diturunkan dan angka yang berimpit dengan jarum
penunjuk pada dial penetrometer dibaca, kemudian hasilnya dicatat
(2).
i. Besar penetrasi adalah hasil (2) dikurangi dengan (1).
j. Pengunci jarum dikendurkan kemudian tiang dial penetrometer
diangkat.
k. Jarum penetrometer diangkat dari aspal dengan diputar-putar
sambil diangkat perlahan-lahan. Jarum dibersihkan dengan kapas yang
telah dibasahi dengan bensin. Setelah bersih, jarum dipasang
kembali.
l. Langkah (d) sampai (j) dilakukan sebanyak 5 kali untuk benda
uji yang sama, dengan ketentuan jarak antartitik pemeriksaan 1 cm,
membentuk pola salib sumbu.1.3.6 Hasil Percobaan
PenetrasiIIIIII
Pengamatan 1
Pengamatan 2
Pengamatan 3
Pengamatan 4
Pengamatan 5210-248=38203-258=55244-286=42
204-255=41206-261=55241-284=43
219-251=32203-261=58219-278=59
210-259=49209-251=42209-272=63
205-264=59202-251=49208-282=74
Rata rata43,851,856,2
50,6
Jenis AspalPEN. 40PEN. 60PEN. 80
Persyaratan Umum Aspal Kerasmin.maks.min.maks.min.maks.
405960798099
1.3.7 Kesimpulan
Dari pemeriksaan penetrasi aspal setelah kehilangan berat
diperoleh rata-rata penetrasi 50,6 sehingga benda uji termasuk
dalam jenis aspal PEN 40 karena memenuhi persyaratan minimal 40 dan
maksimal 59.Persentase Penetrasi =
=
= 90,6810 %
Berdasarkan hasil perbandingan antara pemeriksaan penetrasi
aspal awal dengan pemeriksaan penetrasi aspal setelah kehilangan
berat didapatkan persentase penetrasi sebesar 90,6810 %, sedangkan
syarat persentase penetrasi adalah minimum 75 %, maka persentase
penetrasi tersebut memenuhi syarat dan dapat digunakan untuk bahan
perkerasan jalan.1.4 Pemeriksaan Kelarutan dalam CCl4
1.4.1 Maksud PercobaanPemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan
kadar aspal yang dapat larut dalam CCl4 (karbon tetraklorida).
Dalam praktikum digunakan bensin.
1.4.2 Peralatan
a. Cawan Gooch crucibleb. Filter dari serat asbes
c. Labu Erlenmeyer d. Gliserin
e. Oven
f. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
g. Gelas beaker h. Kompor listriki. Tin boxj. Pengaduk bambuk.
Panci dan tutup
l. Statif
m. Bensin
1.4.3 Benda Uji
Benda uji berupa aspal yang dimasukkan ke dalam panci dan
dipanaskan hingga cair dan dapat dituang. Selama pemanasan, aspal
diaduk dengan hati-hati agar udara dapat keluar dari dalam aspal
tersebut. Setelah mencair, aspal tersebut dituang dalam tin box,
kemudian didinginkan pada suhu ruang 27 C selama 30 menit, dan
didiamkan pada ruang AC dengan suhu 25 C selama 60 menit. Untuk
percobaan diambil sebanyak 1 gram aspal tadi secara perlahan,
dengan cara membentuknya menjadi butiran butiran kecil agar
memudahkan/mempercepat pelarutan.
1.4.4 Prosedur Percobaan
a. Aspal keras sebanyak kurang lebih 25 gram dipanaskan pada
suhu 110( C sampai mencair.
b. Aspal keras didiamkan pada suhu ruang 25( C.
c. Labu Erlenmeyer kosong ditimbang. Kemudian diisi dengan
contoh aspal sebanyak 1 gram. Dalam pengisian contoh aspal
diusahakan jangan sampai kotor atau melekat pada dinding dalam
leher labu Erlenmeyer, kemudian ditimbang.
d. Bensin sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer
sebagai pengganti larutan karbon tetraklorida, kemudian labu
tersebut digoyang agar aspal cepat larut dan homogen.
e. Didiamkan selama 1 hari.
f. Isi Gooch crucible dengan filter dari serat asbes kering oven
secukupnya, kemudian dipadatkan.
g. Gooch crucible yang berisi filter tadi ditimbang.
h. Cawan diletakkan di atas gelas ukur (untuk menampung
larutan).
i. Larutan aspal yang sudah homogen dituang ke dalam cawan Gooch
crucible.j. Apabila larutan sudah habis, sisi dalam labu Erlenmeyer
dibersihkan sampai betul-betul bersih.
k. Kertas filter didiamkan hingga tidak ada cairan yang keluar
dari cawan.
l. Cawan dikeringkan dalam oven pada suhu 110( C selama 20
menit.
m. Kertas filter didinginkan didiamkan dan kemudian
ditimbang.
1.4.5 Cara Kerja Sebenarnya a. Aspal dipanaskan sampai mencair
dan dapat dituang dengan waktu pemanasan kurang dari 30 menit.
Setelah cair, aspal dituang ke dalam tin box, kemudian didinginkan
pada suhu ruang 27( C selama 30 menit lalu dipindahkan ke ruang AC
dengan suhu 25( C selama minimum 1 jam.b. Gelas beaker kosong
ditimbang.
c. Kertas saring dibentuk kerucut, kemudian ditimbang.d. Botol
akuades ditambahkan bensin sebanyak 200 ml.e. Aspal yang telah
didinginkan dalam ruang AC dikeluarkan, diambil seberat 1 gram,
dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam gelas beaker dengan cara
dibentuk butiran-butiran (bola-bola) kecil.f. Bensin sebanyak 200
ml dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam gelas beaker, aspal
dilarutkan ke dalam bensin tersebut, dicampur sampai homogen dengan
cara gelas beaker digoyang-goyangkan perlahan.g. Cawan Gooch
crucible dipasang pada labu Erlenmeyer, kemudian dijepit dengan
statif untuk menjaga keseimbangannya.h. Kertas saring yang telah
dibentuk kerucut diletakkan pada cawan Gooch crucible.i. Larutan
bensin dan aspal yang telah homogen dituang ke dalam kertas saring
sedikit demi sedikit.j. Bensin ditambahkan lagi ke dalam gelas
beaker, dicampur lagi sampai homogen kemudian dituang ke dalam
kertas saring. Demikian langkah ini diulangi samapai bensin
habis.k. Setelah bensin habis kertas saring dioven sampai kering
dalam suhu 1100C.l. Setelah kertas saring kering, kertas ditimbang
dan dihitung berat endapan, persen endapan, dan kelarutan aspal.
1.4.6 Hasil Percobaan
PemeriksaanHasil
A.Berat tabung Erlenmeyer kosong170 gram
B.Berat tabung Erlenmeyer kosong + aspal171 gram
C.Berat aspal
(B - A)1 gram
D.Berat kertas serat filter1,085 gram
E.Berat kertas serat filter + endapan1,101 gram
F.Berat endapan
(E - D)0,016 gram
G.Persen endapan =
0,6438 %
H.Rata-rata0,6438 %
I.Kelarutan Aspal
100 (H)99,3562 %
1.4.7 Kesimpulan
Dari pemeriksaan kelarutan aspal keras dalam CCl4, diperoleh
kelarutan aspal sebesar 99,3562 %, sedangkan syarat kelarutan aspal
keras minimal sebesar 99%, maka benda uji tersebut memenuhi syarat
kelarutan dan dapat digunakan untuk bahan perkerasan jalan.
1.5 Daktilitas
1.5.1 Maksud Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui panjang aspal
berdasarkan panjangnya aspal yang dapat ditarik sebelum putus
dengan mesin daktilitas.
1.5.2 Peralatan
a. Cetakan daktilitas
b. Mesin daktilitas
c. Gliserin dan talcd. Akuades
e. Kompor listrik
f. Pengaduk bambug. Panci + penutup
h. Meteran
1.5.3 Benda Uji
Benda uji berupa aspal yang dimasukkan ke dalam panci dan
dipanaskan hingga cair dan dapat dituang. Selama pemanasan aspal
diaduk dengan hati-hati agar udara dapat keluar dari dalam aspal
tersebut. Setelah mencair, aspal tersebut dituang dalam 2 buah
cetakan daktilitas yang sebelumnya telah diolesi dengan gliserin
dan talc supaya tidak menempel, kemudian didinginkan pada suhu
ruang 27 C selama 30 menit dan didiamkan pada ruang AC dengan suhu
250C selama 60 menit.
1.5.4 Prosedur Percobaan
a. Bagian dalam cetakan daktilitas dan bagian atas plat dasar
dilapisi dengan gliserin dan talc.
b. Cetakan daktilitas dipasang di atas plat dasar.
c. Aspal dipanaskan sampai cair dan dapat dituangkan dengan suhu
120( C di atas titik lembek kedalam cetakan.
d. Cetakan didinginkan dalam suhu ruang selama kurang lebih 30
menit, lalu pindahkan seluruhnya ke dalam bak perendam (water
heater) di ruang AC/kulkas yang telah disiapkan pada suhu 25( C
selama 60 menit, kemudian ratakan contoh yang berlebihan dengan
pisau atau spatula yang panas hingga cetakan terisi penuh.
e. Didiamkan dalam ruang AC/kulkas selama 85 90 menit, kemudian
dilepaskan dari cetakan.
f. Bak perendam daktilitas diisi dengan air dan ditambahkan
larutan gliserin untuk merubah berat jenis air.
g. Benda uji dipasang pada mesin daktilitas dan ditarik secara
teratur dengan kecepatan 5 cm/menit sampai benda uji putus, dengan
kecepatan 5 % masih diizinkan.
h. Jarak antara penjepit cetakan pada saat benda uji putus
(dalam cm) dibaca. Selama percobaan berlangsung benda uji harus
selalu terendam sekurang kurangnya 2,5 cm dari permukaan air dan
suhu harus dipertahankan 25( C.
i. Jika benda uji menyentuh dasar mesin daktilitas atau terapung
di atas permukaan air, pengujian dianggap tidak normal. Untuk itu,
berat jenis air harus sesuai dengan berat jenis benda uji dengan
menambah gliserin.1.5.5 Cara Kerja Sebenarnya a. Aspal dipanaskan.
Selama pemanasan, aspal diaduk dengan hati-hati agar udara dapat
keluar dari dalam aspal tersebut. Setelah cair, aspal tersebut
dituang ke dalam 2 buah cetakan daktilitas (sebelumnya pada bagian
samping dan dasar cetakan telah dilapisi gliserin dan talc),
kemudian dinginkan pada suhu ruang 27 C selama 30 menit.b. Masukkan
benda uji ke dalam ruang AC selama 60 menit dengan suhu 25 C.
c. Benda uji dilepaskan dari cetakan, kemudian benda uji
dimasukkan ke dalam mesin daktilitas (mesin daktilitas harus terisi
akuades, sehingga benda uji dalam keadaan melayang dalam
akuades).
d. Posisi awal letak cetakan daktilitas dalam mesin uji
dibaca.
e. Benda uji ditarik secara teratur dengan kecepatan mesin 5
cm/menit sampai benda uji putus, hasil pengamatan dicatat.
f. Jarak antara penjepit cetakan pada saat benda uji putus
dibaca.
g. Mesin daktilitas dihentikan jika :
Aspal telah putus.
Aspal telah mencapai panjang minimal 100 cm.1.5.6 Hasil
PercobaanPEMERIKSAAN
Lama pemeriksaanMulai : pkl 10.10
Selesai : pkl 10.20
Daktilitas Pada Temperatur 25 CPembacaan Pengukuran Pada
Alat
Pengamatan100 cm100 cm
Rata-rata100 cm
1.5.7 Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan daktilitas didapat panjang aspal yang
ternyata aspal tidak putus setelah lebih dari 100 cm, sedangkan
yang diisyaratkan minimal 100, maka aspal tersebut memenuhi syarat
minimal daktilitas sehingga dapat digunakan untuk bahan perkerasan
jalan.1.6 Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar1.6.1 Maksud
PercobaanPemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala
dan titik bakar dari semua jenis hasil minyak bumi kecuali minyak
bakar dan bahan lainnya yang mempunyai titik nyala open cup kurang
dari 79 C dengan Cleveland open cup PA-0303-76 (AASHTO -48-74 &
ASTM D-92-52).
Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat pada
suatu titik di atas permukaan aspal. Titik bakar adalah suhu pada
saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada suatu titik di
atas permukaan aspal.
1.6.2 Peralatana. Termometer 420 C
b. Cawan kuningan (Cleveland open cup)
c. Sumber pemanas tabung gas
d. Batang nyala bunsene. Kompor listrik
f. Panci dan penutup
g. Pengaduk bambuh. Statif
i. Korek api
j. Stopwatchk. Batang nyala penguji1.6.3 Benda UjiBenda uji
berupa aspal yang dimasukkan ke dalam panci dan dipanaskan hingga
cair dan dapat dituang. Selama pemanasan aspal diaduk dengan
hati-hati agar udara dapat keluar dari dalam aspal tersebut.
Setelah mencair, aspal tersebut dituang ke dalam cawan kuningan
kemudian didinginkan pada suhu ruang 27 C selama 30 menit dan
didiamkan pada ruang AC bersuhu 25 C selama 60 menit.
1.6.4 Prosedur Percobaana. Contoh aspal dipanaskan sampai cukup
cair.
b. Cawan kuningan diisi sampai garis dan gelembung udara yang
ada di permukaan dihilangkan dengan cara membakar bagian atas
secara perlahan.
c. Cawan diletakkan di atas pelat pemanas, sumber pemanas diatur
sehingga terletak di bawah titik tengah cawan.
d. Termometer diletakkan tegak lurus di atas benda uji dengan
jarak 6,4 mm di atas dasar cawan, dan terletak pada satu garis yang
menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros nyala bunsen.
Kemudian aturlah sehingga poros termometer terletak pada jarak
diameter cawan dari tepi.
e. Bunsen dinyalakan dan pemanas diatur sehingga kenaikan suhu
teratur 15 C per menit sampai suhu 56 C di bawah titik nyala
perkiraan.
f. Kecepatan pemanasan diatur sebesar 5 C - 6 C.
g. Batang nyala bunsen diputar melalui permukaan cawan (dari
tepi ke tepi cawan) dalam waktu 1 detik. Pekerjaan diulangi
tersebut tiap kenaikan temperatur 2 C.
h. Prosedur (g) sampai (h) diulangi hingga terlihat nyala
singkat pada suatu titik di atas permukaan benda uji. Temperatur
dibaca dan dicatat titik nyalanya.
i. Prosedur (i) dilanjutkan sampai terlihat nyala agak lama
kurang lebih selama 3 detik di atas permukaan benda uji. Temperatur
dibaca dan dicatat titik bakarnya.
1.6.5 Cara Kerja Sebenarnya a. Aspal dipanaskan. Selama
pemanasan, aspal diaduk dengan hati-hati agar udara dapat keluar
dari dalam aspal tersebut. Setelah cair, aspal tersebut dituang ke
dalam cawan Cleveland sampai batas garis kemudian didinginkan pada
suhu ruang 27 C selama 30 menit.b. Aspal dimasukkan ke dalam ruang
AC selama 60 menit dengan suhu 25 C.
c. Cawan Cleveland diletakkan di atas plat pemanas dan sumber
pemanasnya diatur.
d. Bunsen diletakkan dengan poros pada 7,5 cm di bawah cawan
Cleveland.e. Termometer diletakkan di atas permukaan aspal.
f. Bunsen dinyalakan dan sumber pemanas diatur dengan kenaikan
suhu setiap 15 C/menit, waktunya dicatat.
g. Aspal dipanaskan sampai 300 C dibaca waktunya setiap kenaikan
15 C.
h. Setelah mencapai 300 C, batang nyala penguji dinyalakan.
i. Batang nyala penguji diputar melintasi tepi permukaan aspal
sesering mungkin.
j. Pemeriksaan diulangi setiap kenaikan suhu 5 C, waktunya
dicatat.
k. Waktu dan termometer dibaca pada suhu titik nyala. Titik
nyala ditandai dengan terlihatnya percikan api di atas aspal.
l. Waktu dan termometer dibaca pada suhu titik bakar. Titik
bakar ditandai dengan nyala api di atas aspal jadi biru.
1.6.6 Hasil Percobaan
C di Bawah Titik NyalaWaktuTemperatur C
561256
51116261
46116266
4118271
3618276
3159281
2659286
2133291
1633296
1123301
61306
11311
Titik NyalaTemperatur C
312
Titik BakarTemperatur C
320
1.6.7 Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan titik nyala dan titik bakar aspal keras,
PEN 40 diperoleh titik nyala 312 C dan titik bakar 320 C, dengan
syarat minimal sebesar 200 C, maka aspal yang diuji memenuhi
syarat.1.7 Pemeriksaan Titik Lembek
1.7.1 Maksud PercobaanPemeriksaan ini dimaksudkan untuk
menentukan titik lembek aspal yang berkisar antara 51C sampai
63C.
Titik lembek adalah suhu pada saat bola-bola baja dengan berat
tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal yang tertekan dalam
cincin yang berukuran tertentu, sehingga aspal tersebut menyentuh
plat dasar yang terletak di bawah cincin pada tinggi tertentu,
sebagai akibat kecepatan pemanasan tertentu.
1.7.2 Peralatana. Termometer 110C
b. Cincin kuningan
c. Bola baja diameter 9,5 mm; berat 3,45 3,55 gram.
d. Alat pengarah bola baja
e. Gelas beakerf. Dudukan benda uji
g. Penjepit
h. Statif
i. Plat pemanas
j. Kompor listrik
k. Panci dan tutup
l. Pengaduk bambum. Stopwatchn. Batang nyala Bunsen
o. Gliserin dan talcp. Korek api
q. Tabung gas
1.7.3 Benda UjiBenda uji berupa aspal yang dimasukkan dan
dipanaskan ke dalam panci hingga cair dan dapat dituang. Selama
pemanasan aspal diaduk dengan hati-hati agar udara dapat keluar
dari dalam aspal tersebut. Setelah mencair, aspal tersebut dituang
ke dalam dua buah cincin kuningan dimana sebelumnya telah diolesi
dengan gliserin dan talc supaya tidak menempel, kemudian
didinginkan pada suhu ruang 27 C selama 30 menit dan didiamkan pada
ruang AC bersuhu 25 C selama 60 menit.
1.7.4 Prosedur Percobaan
a. Contoh dipanaskan secara perlahan-lahan sambil diaduk terus
hingga cair merata.
b. Dua buah cincin disiapkan, kedua cincin diletakkan di atas
plat kuningan yang telah diberi lapisan campuran gliserin dan
talc.c. Contoh dituang ke dalam kedua buah cincin, suhu pemanasan
tidak melebihi 56( C di atas titik lembeknya. Waktu pemanasan tidak
melebihi 30 menit dan pemanasan aspal tidak melebihi 2 jam.
d. Setelah dingin, permukaan contoh dalam cincin diratakan
dengan pisau yang telah dipanaskan.
e. Kedua benda uji dipasang dan diatur di atas kedudukannya,
pengarah bola diletakkan di atasnya, kemudian seluruh peralatan
tersebut dimasukkan ke dalam bejana gelas.
f. Bejana diisi dengan air suling baru dengan suhu 5( C sehingga
tinggi permukaan air berkisar antara 101,6 mm 108 mm. Termometer
diletakkan di antara kedua benda uji (12,7 mm dari tiap cincin).g.
Jarak antara permukaan plat dasar dengan dasar benda uji diperiksa
dan diatur sekitar 25,4 mm.
h. Bola baja diletakkan di atas dan di tengah permukaan
masing-masing benda uji dengan menggunakan penjepit, pengarah bola
dipasang kembali.
i. Bejana dipanaskan sehingga kenaikan suhu 5( C per menit.
Untuk 3 menit pertama perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh
melebihi 0,5( C.
j. Suhu dicatat pada saat setiap bola menyentuh plat dasar.
Untuk percobaan duplo hasil pengamatan dicatat saat bola menyentuh
plat dasar dan bulatkan sampai 0,5( C terdekat.1.7.5 Cara Kerja
Sebenarnya a. Aspal dipanaskan. Selama pemanasan, aspal diaduk
dengan hati-hati agar udara dapat keluar dari dalam aspal tersebut.
Setelah cair, aspal tersebut dituang ke dalam 2 buah cincin
kuningan yang telah dialasi dengan tutup tin box (sebelumnya telah
dilapisi gliserin dan talc di dasar alas), kemudian didinginkan
pada suhu ruang 27 C selama 30 menit. b. Aspal dimasukkan ke dalam
ruang AC selama 60 menit dengan suhu 25 C.
c. Cincin kuningan dipasang di atas dudukan dengan pengarah bola
baja di atasnya. Kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi
air dengan suhu 5 C (bisa berasal dari es yang mencair).d.
Termometer diletakkan di tengah, bola baja diletakkan
ditengah-tengah permukaan benda uji dan pengarah bola baja
dipasang.
e. Bejana dipasang di atas Bunsen dan pemanasannya diatur dengan
kenaikan suhu 5 C.
f. Waktu yang dibutuhkan dan suhunya dicatat pada saat aspal
mulai lembek karena beban bola baja, hingga aspal menyentuh dasar
pelat.
g. Titik lembek sama dengan suhu pada saat aspal menyentuh dasar
pelat.
1.7.6 Hasil PercobaanNo.PengamatanWaktu (detik)
C FI
1.5410
2.105061
3.155982
4.206878
5.257793
6.3089,684
7.359524
8.40104114
9.4511359
10.5012255
11.5513116
Hasil PemeriksaanWaktu (detik)Titik Lembek ( C)
Pemeriksaan I101148 oC
Rata-rata48 oC
1.7.7 Kesimpulan
Dari hasil percobaan diatas diperoleh temperatur titik lembek
sebesar 48 C , hasil ini memenuhi syarat karena titik lembek untuk
PEN 60 antara 48 C 58 C. sehingga aspal baik digunakan untuk bahan
perkerasan jalan.1.8 Pemeriksaan Berat Jenis Aspal
1.8.1Maksud Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis aspal
keras dengan piknometer (AASHTO T-226-28 & ASTM D-70-72).
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dan
berat air suling dengan isi yang sama dengan suhu tertentu. 1.8.2
Peralatan
a. Piknometer.
b. Kompor listrik
c. Panci dan tutup
d. Pengaduk bambue. Timbangan ketelitian 0,01 gram
f. Tin boxg. Gliserin
h. Akuades1.8.3 Benda UjiBenda uji berupa aspal yang dimasukkan
ke dalam panci dan dipanaskan hingga cair dan dapat dituang. Selama
pemanasan aspal diaduk dengan hati-hati agar udara dapat keluar
dari dalam aspal tersebut. Setelah mencair, aspal tersebut dituang
ke dalam tin box kemudian didinginkan pada suhu ruang 27 C selama
30 menit dan didiamkan pada ruang AC bersuhu 25 C selama 60 menit.
Untuk percobaan, diambil sebanyak 1 gram aspal tersebut secara
perlahan, dengan cara membentuknya menjadi butiranbutiran kecil
kemudian dimasukkan dalam piknometer.
1.8.4 Prosedur Percobaan
a. Contoh aspal keras sebanyak 50 gram dipanaskan sampai cair
dan diaduk. Pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit pada suhu 56(
C di atas titik lembek.
b. Bejana diisi dengan air suling sehingga diperkirakan bagian
atas piknometer yang tidak terendam setinggi 40 mm.
c. Kemudian bejana tersebut dijepit dan direndam dalam bak
perendam hingga terendam 100 mm suhu bak perendam 25( C (di ruang
AC).
d. Piknometer dibersihkan, dikeringkan dan ditimbang dengan
ketelitian 0,01 gram (A).
e. Bejana diangkat dari bak perendam dan piknometer diisi dengan
air suling kemudian ditutup tanpa ditekan.
f. Piknometer diletakkan dalam bejana, penutup ditekan hingga
rapat, bejana berisi piknometer dikembalikan ke dalam bak perendam
dan didiamkan selama 30 menit, kemudian piknometer tersebut
diangkat dan dikeringkan dengan lap lalu ditimbang dengan
ketelitian 0,01 gram (B).
g. Benda uji dituangkan ke dalam piknometer yang telah kering
hingga terisi -nya.
h. Biarkan piknometer + benda uji sampai dingin selama 40 menit,
kemudian ditimbang dengan ketelitian 0,01 gram (C).
i. Piknometer yang berisi benda uji diisi dengan air suling dan
ditutup tanpa ditekan. Didiamkan agar gelembung udaranya
keluar.
j. Bejana diangkat dari bak perendam, piknometer diletakkan di
dalamnya dan kemudian penutup ditekan hingga rapat.
k. Bejana dimasukkan dan didiamkan dalam bak perendam selama 30
menit. Piknometer diangkat, dikeringkan, dan timbang (D).
l. Berat jenis dihitung dengan rumus:
1.8.5 Cara Kerja Sebenarnya a. Piknometer dan penutupnya
ditimbang dalam keadaan kosong.b. Piknometer diisi dengan akuades
sampai penuh dan ditutup kembali, kemudian ditimbang beratnya.c.
Piknometer dikosongkan dan dikeringkan, kemudian aspal dimasukkan
sebanyak 1 gram dengan cara dibentuk menjadi butiran-butiran kecil.
Setelah itu, dimasukkan ke dalam piknometer, selanjutnya piknometer
ditutup, ditimbang beratnya.d. Piknometer tersebut diisi dengan
akuades sampai penuh dan ditutup kembali, kemudian ditimbang.e.
Berat jenis aspal dihitung. 1.8.6 Hasil PercobaanA.Nomor
PiknometerI ( gram )
B.Berat Piknometer30,925
C.Berat Piknometer+air penuh80,262
D.Berat air (C - B)49,337
E.Berat Piknometer+Aspal31,925
F.Berat Aspal (E B)1
G.Berat Piknometer+Aspal+air80,367
H.Isi Air (G E)48,442
I.Isi Contoh (D H)0,895
J.Berat Jenis =
1,1173 gr/cm3
1.8.7 Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan berat jenis aspal keras diperoleh berat
jenis aspal keras sebesar 1,1173 gr/cm3 sedangkan syarat berat
jenis aspal minimal 1gr/cm3, maka aspal tersebut memenuhi syarat
dan dapat digunakan untuk perkerasan jalan.
PAGE 1
_1300456011.unknown
_1424882357.unknown
_1455990814.unknown
_1424882199.unknown
_1300300431.unknown
_1300300432.unknown
_1300300427.unknown